Oleh:
Kartika
220403647394
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Akseptor KB di PMB Kartika Sosok
April-Juni 2023”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.
1. Dr. Bd. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT., M.Kes., MARS selaku Ketua Yayasan
Bhakti Pertiwi Indonesia
2. Dr. Bd. Hj. Ella Nurlelawati, S. SiT., M.Kes selaku Ketua STIKes
Bhakti Pertiwi Indonesia
3. Dian Reflisani, S.ST., M.Kes Ketua Prodi Kebidanan Program Sarjana dan Prodi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi STIKes Bhakti Pertiwi Indonesa
6. Seluruh anggota keluarga yang sudah memberikan dukungan moral dan materiil
dalam proses pembuatan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, maupun bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, pemulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya dan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan khususnya. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada kita semua.
Sosok, 5 Februari 2023
Kartika
ii
1 DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… vi
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….. vii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………... 1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………... 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH………………………………….. 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN……………………………………… 4
1.3.1 TUJUAN UMUM…………………………………. 4
1.3.2 TUJUAN KHUSUS……………………………….. 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN…………………………………… 5
1.4.1 MANFAAT TEORITIS……………………………. 5
1.4.2 MANFAAT PRAKTIS…………………………….. 5
1.4.2.1 Manfaat Bagi Calon Akseptor KB... 5
1.4.2.2 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan………….. 6
1.4.2.3 Manfaat Bagi Petugas Kesehatan…………… 6
1.4.2.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain…………………. 7
iii
2.2.2 JENIS-JENISKONTRASEPSI…………………….... 12
2.2.3 CONTOH-CONTOH ALAT KONTRASEPSI…….... 13
iv
2.3 METODE-METODE KONTRASEPSI….………………………. 14
2.3.1 METODE KONTRASEPSI……………………………. 14
2.3.2 KONTRASEPSI PIL PROGRESTIN (MINI PIL) 14
…………………………………………………………....
2.3.3 KONTRASEPSI SUNTIK……………………………... 15
2.3.4 KONTRASEPSI IMPLANT…………………..………. 16
2.3.5 KONTRASEPSI KONDOM…………..………………. 17
2.3.6 ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) 17
ATAU INTRA UTERINE DEVICES (IUD)….……………..
2.3.7 METODE KONTRASEPSI MANTAP………………... 19
2.3.7.1 MOP (METODE OPERASI PRIA)……………………. 19
2.3.7.2 MOW (METODE OPERASI WANITA)…...………… 19
2.3.8 METODE KELUARGA BERENCANA ALAMI 20
(KBA)………….
2.3.9 METODE AMENORE LAKTASI (MAL) 20
…………………………
2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
21
DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI
OLEH
AKSEPTOR KB……………………
2.4 UPAYA MENGATASI DAMPAK KB SUNTIK 3 BULAN……. 21
2.5 KERANGKA TEORI……………………………………………. 26
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN……………………………… 27
3.1 KERANGKA KONSEP………………………………………….. 27
4.2.1 POPULASI………………………………………… 33
4.2.2 SAMPEL………………………………………….. 33
vi
2 DAFTAR TABEL
vii
3 DAFTAR BAGAN
vii
i
4 BAB 1
PENDAHULUAN
Persalinan merupakan saat yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap ibu hamil di
dunia tak terkecuali di Indonesia terkhususnya pada setiap primigravida (kehamilan
pertama) untuk segera dapat merasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayi
yang telah di kandungnya selama berbulan-bulan. Ungkapan “banyak anak banyak
rezeki” juga menjadi gaung yang lekat pada masyarakat ketika melaksanakan
persalinan. Namun, angka persalinan yang tinggi justru menjadi bumerang terhadap
masalah kependudukan yang ada di Indonesia. Salah satu cara penanggulangannya
adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Menurut WHO,
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individua atau pasangan
suami-istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu
kelahiran dalam hubungan dengan suami-istri, serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Setyani,2019). Menurut data WHO, terdapat hampir 380 juta pasangan
suami isteri yang menjalankan program keluarga berencana. Dari 380 juta pasangan
tersebut, terdapat sekitar 66-75 juta pasangan KB terutama di negara-negara
berkembang menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
Data laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dinilai masih tinggi, yakni
mencapai 1,49 persen. Tingginya angka tersebut tidak lepas dari angka ibu
melahirkan.Menurut data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional), angka ibu melahirkan di Indonesia masih sekitar 1,49 persen, yang
artinya rata-rata setiap ibu di Indonesia melahirkan tiga anak. Hal tersebut masih
belum memenuhi program yang dicanangkan oleh BKKBN yakni program “Dua
Anak Lebih Baik” atau setiap ibu maksimal melahirkan dua anak.
Menurut Data BKKBN Kalimantan Barat tahun 2021, indikator angka fertilitas
total mencapai angka 2,51. Hal ini lebih tinggi dari angka fertilitas total nasional
yang berkisar di angka 2,26. Indikator ini menunjukkan bahwa angka tersebut
belum sesuai dengan dan lebih tinggi daripada target RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024 dan dapat mengakibatkan
8
pertumbuhan penduduk alamiah yang cukup tinggi serta dapat menghambat upaya-
upaya pembangunan terutama pembangunan sumber daya manusia berkualitas.
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan melalui beberapa cara untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan dengan berbagai cara, yaitu salah satunya dengan kontrasepsi atau
pencegah kehamilan dan perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi juga dapat
digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barier (penghalang) contohnya
kondom yang menghalangi sperma, metode hormonal seperti pil dan metode
kontrasepsi alami yang tidak menggunakan alat – alat bantu maupun hormonal,
namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah
fertilisasi (pembuahan). Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektifitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan
kemampuan untuk melakukankontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal
tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dan agama
dalam kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi
melakukan hubungan seksual. (Sulistyawati, 2011).
9
samping yang sering terjadi adalah gangguan pola haid, hampir 60% wanita
pengguna kontrasepsi suntik mengalami fase menstruasi memanjang. memendek,
dan bahkan yang paling sering tidak mengalami haid sama sekali atau yang biasa
dikenal dengan amenorrhea. Berbeda dengan kontrasepsi pil oral 48% dari
penggunanya mengalami perdarahan bercak (spotting), 29% mengalami perubahan
berat badan, 11% sakit kepala, 6% mengalami mual muntah dan 2% mengalami
keluhan lain (BKKBN, 2020)
Menurut data BKKBN Jumlah Pasangan Usia Subur pada tahun 2021 adalah
sebanyak 63.901 pasang, dengan jumlah pasangan terbanyak ada pada Kecamatan
Kapuas sebanyak 11.347 pasangan dan jumlah pasangan terkecil ada pada
Kecamatan Beduai sebanyak 1.077 pasangan. Jumlah peserta KB dengan metode
obat pil atau pil KB adalah sebanyak 18.411 orang.Kemudian, metode IUD/spiral
sebanyak 2.900 orang,KB Implan sebanyak 1.079 orang, metode kondom sebanyak
1.119 orang, dan metode MOP sebanyak 181 orang.
Jumlah Pasangan Usia Subur yang ada pada PMB Kartika Sosok April-Juni
2023 juga terbilang cukup tinggi, terdapat sekitar total 157 PUS pada tahun 2021
yang
10
memilih MKJP sebanayak 31 PUS dan 126 PUS yang memilih KB non MKJP dan
angka tersebut meningkat pada tahun 2022,dari 187 PUS. terdapat 37 PUS memilih
MKJP dan 150 non MKJP.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi Pasangan Usia Subur di PMB
Kartika Sosok April-Juni 2023.
Berdasarkan latar belakang dan uraian sebelumnya, jumlah PUS di PMB Kartika
Sosok pada tahun 2021 terdapat 157 PUS yang memilih MKJP sebanayak 31 PUS dan
126 PUS memilih KB non MKJP, angka tersebut meningkat pada tahun 2022,dari 187
PUS. terdapat 37 PUS memilih MKJP dan 150 non MKJP. Maka maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Pemilihan Metode Kontrasepsi oleh Para Usia Subur (PUS) di PMB Kartika Sosok
periode April-Juni 2023
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
11
di PMB Kartika Sosok pada periode April-Juni tahun 2023
6. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pemilihan metodekontrasepsi
oleh PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 pada tahun 2022
7. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pemilihan metode kontrasepsioleh
PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 pada tahun 2022
8. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi dengan pemilihan metode
kontrasepsi oleh PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 pada tahun 2022
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan referensi atau
masukan bagi Ilmu Kesehatan khususnya ilmu kebidanan dan keluarga berencana
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi oleh
Pasangan Usia Subur (PUS) di PMB KartikaSosok April-Juni 2023.
Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai tambahan bahan referensi dan sebagai literasi atau
bahan bacaan oleh instansi pendidikan dalam pembelajaran terhadap Faktor-Faktor
Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi para calon akseptor KB.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk para bidan dan perawat dalam
memberikan pelayan, edukasi, dan informasi tentang faktor-faktor yang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumberinformasi untuk
12
penelitian selanjutnya dalam mengembangkan penelitian terutama yang berkaitan
dengan Faktor-Faktor Yang Berhubungan denganPemilihan Metode Kontrasepsi calon
akseptor KB.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023, yang
terletak di Sosok, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu 3 bulan, mulai dari bulan April
hingga Juni 2023.
Batas Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa batasan, antara lain:
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
14
dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari
aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standar dan variasi pilihan
metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis
secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB (Eny Retna Ambarwati, 2011).
2) Menghentikan kehamilan
3) Menghilangkan kehamilan
4) Mewujudkan NKKBS
15
Manfaat Keluarga Berencana
Perempuan yang usianya sudah tidak tergolong subur dan terlalu tua
untuk mengandung dan melahirkan akan memiliki risiko yang
tinggi. Secara khusus apabila yang bersangkutan mengalami
berbagai masalah Kesehatan atau sudah terlalu sering mengandung
dan melahirkan.
16
Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri
antara 20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia yang
digunakan disini adalah 20-45 tahun.
17
Konsep kontrasepsi
Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang memiliki arti “melawan” atau
“mencegah”. Sedangkan konsepsi merupakan pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan (Dewi Mariatila,
2013).
Jenis-jenis kontrasepsi
18
6. Simple method untuk perempuan (diafragma vaginal)
7. Kontrasepsi hormonal
1. Pilkontrasepsi
2. Kontrasepsi suntikan
4. Kontrasepsi mantap
19
Metode-Metode Kontrasepsi
Metode Kontrasepsi
20
Namun demikian, kekurangan dari mini pil menurut Biran (2013) adalah:
Kontrasepsi Suntik
Menurut BKKBN (2015), kontrasepsi suntik merupakan metode
kontrasepsi yang disuntikkan secara intra muskular di area bokong dan
mengandung hormon progestin. Ada dua jenis suntikan yang tersedia yaitu
Depo Medroksiprogesteron Asetat dan Depo Noretisteron Enantat. Suntikan ini
diberikan setiap 1 bulan atau 3 bulan sekali, dan bisa digunakan dalam waktu 7
hari setelah melahirkan. Efektivitasnya mencapai 99,7% dan cara kerjanya
adalah dengan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga mencegah penetrasi
sperma dan menghambat ovulasi. Selain itu, suntikan kontrasepsi juga dapat
menipiskan dan mengecilkan selaput lendir rahim sertamenghambat perjalanan
sel telur disaluran.
21
Sedangkan, yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik menurut
Biran (2013) adalah:
1. Usia reproduksi
Kontrasepsi Implant
22
Sementara itu, menurut Biran (2013), terdapat beberapa kerugian dalam
penggunaan kontrasepsi implant, seperti: kemungkinan timbulnya keluhan-
keluhan seperti nyeri kepala, peningkatan berat badan, jerawat, perubahan
perasaan atau kegelisahan, membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
pemasangan dan pencabutan, tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri
penggunaan kontrasepsi, efektivitas menurun bila menggunakan obat-obatan
untuk tuberkulosis atau epilepsi, dan insiden kehamilan ektopik sedikit lebih
tinggi.
Kontrasepsi Kondom
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
Menurut BKBN (2015), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan suatu alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang fleksibel
dipasang di dalam rahim.
23
Menurut Biran (2013), kelebihan dari AKDR ini antara lain:
4. Dapat dipakai pada ibu yang berusia >35 tahun dan perokok berat
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nullipara
1. Sedang hamil
24
Metode Kontrasepsi
Operasi Pria)
25
pembuluh darah besar, perporasi usu, emboli udara, dan perforasi rahim.
26
Metode Keluarga Berencana Alami (KBA)
27
dari metode kontrasepsi MAL, seperti persiapan sejak perawatan kehamilan
agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, yang mungkin sulit
dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas yang tinggi hanya sampai
kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap
infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B (HBV) dan HIV/AIDS, dan
hanya dapat digunakan oleh ibu yang menyusui secara eksklusif,
bayinyaberusia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah
melahirkan.
1. Umur
Memilih jenis kontrasepsi dipengaruhi oleh usia seseorang. Ketika
seseorang berusia di atas 20 tahun, masa tersebut dapat dianggap sebagai
masa untuk mencegah kehamilan atau menunda kehamilan, sehingga
kecenderungan dalam memilih kontrasepsi lebih besar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Maula dan Aminatul pada tahun 2014. Selain itu, usia
juga merupakan indikator perkembangan seseorang yang dimulai sejak
lahir. Semakin tua usia seseorang, semakin matang pula tingkat
kematangan dan kekuatannya dalam berfikir dan bekerja, sebagaimana
dijelaskan oleh Nurhayati dan Mariyam pada tahun 2013.
2. Pendidikan
3. Paritas
Menurut Subiyatun dkk. (2009), pemilihan metode kontrasepsi
dipengaruhi oleh jumlah anak yang dimiliki seseorang. Semakin banyak
anak yang dimiliki, semakin besar kecenderungan untuk menghentikan
kesuburan, sehingga lebih cenderung untuk memilih kontrasepsi.
4. Sosial Ekonomi
Menurut BKKBN (2016), pendapatan seseorang memiliki pengaruh
terhadap partisipasinya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Namun, pendapatan seseorang tidak hanya dapat diukur dari pekerjaan
yang dijalankannya.
5. Pelayanan KB
24
6. Tenaga Kesehatan
Dependen Independen
1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Sosial Ekonom i Pemilihan Metode
5. Pelayanan KB Kontrasepsi
6. Tenaga kesehatan
25
BAB 3
Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti dengan ini
mengembangkan kerangka konsep peneliti yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi olehPasangan Usia Subur
diPMB Kartika Sosok April-Juni 2023” yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Dependen Independen
1. Umur
2. Pendidikan
Pemilihan Metode
3. Paritas
Kontrasepsi
4. Sosial
Ekonomi
26
Definisi Operasional
Tabel 3.2.1
27
Paritas Paritas Rekam medik ceklis 1. Primipara Rasio
adalah (1anak)
jumlah 2. Multi dan
kelahiran grande
yang multipara(anak
menghasilka 3-4 & >4)
n bayi hidup
atau
meninggal
(Manuaba,
2010).
Kegiatan
Sosial responden yg Rekam medik ceklis 1. bekerja Nominal
ekonomi bisa 2. tidak bekerja
menghasilkan
pendapatan bagi
dirinya dan
keluarga
28
Tabel 3.2.2
Definisi Operasional Variabel Dependen Faktor-Faktor Pemilihan Metode Kontrasepsi PMB
Kartika Sosok April-Juni 2023
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan yang antara usia pasangan usia subur dengan pemilihan metode
kontrasepsioleh PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun 2023
2. Terdapat hubungan yang antara tingkat pendidikan pasangan usia subur dengan
pemilihan metode kontrasepsi PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun
2023
3. Terdapat hubungan yang antara paritas pasangan usia subur dengan pemilihan
metode kontrasepsi PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun 2023
4. Terdapat hubungan yang antara sosial ekonomi pasangan usia subur dengan
pemilihan metode kontrasepsi PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun 2023
29
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek yang diteliti. Dalam penelitian ini,
populasi tersebut adalah Akseptor KB yang datang berkunjung dari tanggal 06
April 2023 sampai 06 Juni 2023 sebanyak 60 PUS
Sampel
Variabel Dependen
Menurut Polit & Beck (2012), variabel dependen atau sering juga disebut dengan
variabel terikat merupakan perilaku dalam memprediksi hasil
30
penelitian. Variabel terikat merupakan variabel yang bergantung pada variabel
bebas. Variabel terikat ini adalah hasil dari pengaruh variabel bebas. Istilah lain
yang biasa digunakan pada variabel terikat ini adalah criterion, effect, outcome,
dan response (Creswell, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor pemilihan metode kontrasepsi.
Instrumen Peneliian
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan-pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan variabel
penelitian yakni faktor-faktor pemilihan metode kontrasepsi.
Lokasi
Waktu Penelitian
Pengambilan Data
31
4.3 Data sekunder
Data yang diperoleh dari rekam medik Akseptor KB di wilayah PMB Kartika
Sosok April-Juni 2023.
32
Dalam absensi terdapat jumlah dari responden yang datang
berkunjung setiap harinya, mulai tanggal 06 Februari 2023 hingga
06 April 2023.
Uji Validitas
Kerangka Operasional
Prosedur Survei
Etika Penelitian
Akseptor KB
Persetujuan Responden
Analisis Univariabel
33
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian yang dilakukan dalam dua tahapan adalah sebagai
berikut:
Analisis Univariabel
Analisis Bivariat
34
Demikian pula, untuk menguji hubungan antara pendidikan, paritas, dan sosial
ekonomi dengan pemilihan metode kontrasepsi, dilakukan analisis serupa
dengan menggunakan uji chi-square atau uji regresi logistik.
Hasil dari analisis bivariat akan menjadi dasar untuk melakukan analisis
multivariat, yaitu menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel independen
terhadap variabel dependen.
Etika Penelitian
1. Informed Consent
3. Confidentiality (kerahasiaan)
35
data, informasi, ataupun masalah-masalah lainnya. Semua data dan
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti.
36
DAFTAR PUSTAKA
Arum, R. D., & Sujiyanti, E. (2009). Hubungan antara asupan zat gizi dan aktivitas fisik
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Jurnal Gizi Indonesia, 7(1), 13-20.
Biran, A. (2013). Water, sanitation and hygiene for maternal and newborn health: A
systematic review of the literature and a conceptual framework. Geneva: World Health
Organization.
BKKBN. (2013). Pedoman pelayanan kesehatan ibu hamil dan persalinan. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
BKKBN. (2015). Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
BKKBN. (2020). Laporan Nasional Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2020.
Jakarta: BKKBN.
Dewi Mariatila. (2012). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan II Kabupaten Pacitan. Pacitan: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Dewi Mariatila. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil
dalam Pemeriksaan
Eny Retna Ambarwati. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI
dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon
37
Salatiga. Salatiga: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kadarisman. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Hamil dalam
Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Mojoroto Kota Kediri. Kediri:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Maula, R. F., & Aminatul, U. (2014). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Gatak Sukoharjo. Jurnal Kebidanan,
6(1), 14-18.
Nurhayati, E., & Miryam, S. (2013). Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada
kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Mungkid Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(1), 20-28.
Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.
Saroha Pinem. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan dengan
Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Namo Rambe Tahun 2014. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Saskara, I., Ida, N. N., & Marhaeni, A. A. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian persalinan preterm di RSU Tabanan. Jurnal Kedokteran Udayana, 4(3), 409-414.
Subiyatun, N., Kusuma, A. B., & Pambudi, R. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Jatiroto
Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 27-36.
38
Sulistyawati. (2011). Panduan Lengkap Kehamilan. Jakarta: Pustaka Cendekia.
Sri Handayani. (2010). Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Cipondoh Tangerang. Tangerang: Universitas 17 Agustus 1945.
Suratun. (2008). Asupan gizi ibu hamil dan hubungannya dengan berat bayi lahir. Jurnal Gizi
Indonesia, 6(1), 10-16.
Varnei, S. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar II. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 1(2), 64-68.
Wahyu Purwaningsih dan Siti Fatmawati. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang
Tahun 2010. Bandung: Universitas Padjadjaran.
39