Anda di halaman 1dari 45

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI OLEH
PUS DI PMB KARTIKA SOSOK BULAN APRIL-JUNI 2023

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan dalam Program Sarjana


Kebidanan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Pertiwi Jakarta

Oleh:

Kartika

220403647394

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI PERTIWI

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Akseptor KB di PMB Kartika Sosok
April-Juni 2023”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.

Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Dr. Bd. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT., M.Kes., MARS selaku Ketua Yayasan
Bhakti Pertiwi Indonesia

2. Dr. Bd. Hj. Ella Nurlelawati, S. SiT., M.Kes selaku Ketua STIKes
Bhakti Pertiwi Indonesia

3. Dian Reflisani, S.ST., M.Kes Ketua Prodi Kebidanan Program Sarjana dan Prodi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi STIKes Bhakti Pertiwi Indonesa

4. Dr. Bd Hj. Ella Nurlelawati, S. SiT., M. Kes selaku Dosen Pembimbing I

5. Sugiharti, S. ST, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing II

6. Seluruh anggota keluarga yang sudah memberikan dukungan moral dan materiil
dalam proses pembuatan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, maupun bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, pemulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya dan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan khususnya. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada kita semua.
Sosok, 5 Februari 2023

Kartika

ii
1 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………...... i


KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… vi
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….. vii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………... 1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………... 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH………………………………….. 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN……………………………………… 4
1.3.1 TUJUAN UMUM…………………………………. 4
1.3.2 TUJUAN KHUSUS……………………………….. 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN…………………………………… 5
1.4.1 MANFAAT TEORITIS……………………………. 5
1.4.2 MANFAAT PRAKTIS…………………………….. 5
1.4.2.1 Manfaat Bagi Calon Akseptor KB... 5
1.4.2.2 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan………….. 6
1.4.2.3 Manfaat Bagi Petugas Kesehatan…………… 6
1.4.2.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain…………………. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 8


2.1 KONSEP KELUARGA BERENCANA……………………….. 8

2.1.1 PENGERTIAN KELUARGABERENCANA……... 8


2.1.2 TUJUAN KELUARGABERENCANA……………. 9
2.1.3 MANFAAT KELUARGABERENCANA…………. 10
2.1.4 AKSEPTOR KELUARGABERENCANA………… 11

2.2 KONSEP KONTRASEPSI……………………………………… 12


2.2.1 PENGERTIANKONTRASEPSI……………………. 12

iii
2.2.2 JENIS-JENISKONTRASEPSI…………………….... 12
2.2.3 CONTOH-CONTOH ALAT KONTRASEPSI…….... 13

iv
2.3 METODE-METODE KONTRASEPSI….………………………. 14
2.3.1 METODE KONTRASEPSI……………………………. 14
2.3.2 KONTRASEPSI PIL PROGRESTIN (MINI PIL) 14
…………………………………………………………....
2.3.3 KONTRASEPSI SUNTIK……………………………... 15
2.3.4 KONTRASEPSI IMPLANT…………………..………. 16
2.3.5 KONTRASEPSI KONDOM…………..………………. 17
2.3.6 ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) 17
ATAU INTRA UTERINE DEVICES (IUD)….……………..
2.3.7 METODE KONTRASEPSI MANTAP………………... 19
2.3.7.1 MOP (METODE OPERASI PRIA)……………………. 19
2.3.7.2 MOW (METODE OPERASI WANITA)…...………… 19
2.3.8 METODE KELUARGA BERENCANA ALAMI 20
(KBA)………….
2.3.9 METODE AMENORE LAKTASI (MAL) 20
…………………………
2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
21
DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI
OLEH
AKSEPTOR KB……………………
2.4 UPAYA MENGATASI DAMPAK KB SUNTIK 3 BULAN……. 21
2.5 KERANGKA TEORI……………………………………………. 26
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN……………………………… 27
3.1 KERANGKA KONSEP………………………………………….. 27

3.2 DEFINISI OPERASIONAL……………………………………… 28

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN……………………………………….. 32


BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN……………………………………… 33

4.1 DESAIN PENELITIAN…………………………………………. 33

4.2 POPULASI DAN SAMPEL…………………………………….. 33

4.2.1 POPULASI………………………………………… 33

4.2.2 SAMPEL………………………………………….. 33

4.3 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL… 33

4.3.1 VARIABEL INDEPENDEN………………………. 33

4.3.2 VARIABEL DEPENDEN…………………………. 33


4.4 INSTRUMEN PENELITIAN……………………………………. 35
v
4.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN………………………… 35

4.5.1 LOKASI PENELITIAN…………………………… 35

4.5.2 WAKTU PENELITIAN…………………………... 35

4.6 PROSEDUR DAN PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN 35


DATA……………………………………………………………….
4.6.1 PENGAMBILAN DATA………………………… 35

4.6.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA……………... 35

4.6.3 UJI VALIDITAS…………………………………. 36

4.7 KERANGKA OPERASIONAL ………………………………. 38

4.8 ANALISIS DATA…………………………………………….. 39


4.9 ETIKA PENELITIAN………………………………………… 40

vi
2 DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1 Definisi Operasional Variabel Independen Faktor-Faktor yang 28


Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasangan
Usia Subur di PMB Kartika
Sosok…………………………………
Tabel 3.2.2 Definisi Operasional Variabel Dependen Faktor-Faktor Yang 32
Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasangan Usia
Subur di PMB Kartika Sosok…………………………………

vii
3 DAFTAR BAGAN

Bagan 2.5 Kerangka Teori Penelitian……………………………………………. 26


Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………... 27
Bagan 4.7 Kerangka Operasional Penelitian………………………………………. 38

vii
i
4 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan saat yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap ibu hamil di
dunia tak terkecuali di Indonesia terkhususnya pada setiap primigravida (kehamilan
pertama) untuk segera dapat merasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayi
yang telah di kandungnya selama berbulan-bulan. Ungkapan “banyak anak banyak
rezeki” juga menjadi gaung yang lekat pada masyarakat ketika melaksanakan
persalinan. Namun, angka persalinan yang tinggi justru menjadi bumerang terhadap
masalah kependudukan yang ada di Indonesia. Salah satu cara penanggulangannya
adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Menurut WHO,
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individua atau pasangan
suami-istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu
kelahiran dalam hubungan dengan suami-istri, serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Setyani,2019). Menurut data WHO, terdapat hampir 380 juta pasangan
suami isteri yang menjalankan program keluarga berencana. Dari 380 juta pasangan
tersebut, terdapat sekitar 66-75 juta pasangan KB terutama di negara-negara
berkembang menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
Data laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dinilai masih tinggi, yakni
mencapai 1,49 persen. Tingginya angka tersebut tidak lepas dari angka ibu
melahirkan.Menurut data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional), angka ibu melahirkan di Indonesia masih sekitar 1,49 persen, yang
artinya rata-rata setiap ibu di Indonesia melahirkan tiga anak. Hal tersebut masih
belum memenuhi program yang dicanangkan oleh BKKBN yakni program “Dua
Anak Lebih Baik” atau setiap ibu maksimal melahirkan dua anak.

Menurut Data BKKBN Kalimantan Barat tahun 2021, indikator angka fertilitas
total mencapai angka 2,51. Hal ini lebih tinggi dari angka fertilitas total nasional
yang berkisar di angka 2,26. Indikator ini menunjukkan bahwa angka tersebut
belum sesuai dengan dan lebih tinggi daripada target RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024 dan dapat mengakibatkan
8
pertumbuhan penduduk alamiah yang cukup tinggi serta dapat menghambat upaya-
upaya pembangunan terutama pembangunan sumber daya manusia berkualitas.

Data BKKBN Kabupaten Sanggau tahun 2021 juga menunjukkan angka


fertilitas total yang berada di angka 2,26. Indikator angka ini masuk ke dalam
kategori waspada karena belum sesuai dengan RPJMN tahun 2020-2024, serta dapat
mengakibatkan pertumbuhan penduduk alamiah yang cukup tinggi, terlebih lagi
menghambat upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, program keluarga berencana akhirnya dilaksanakan untuk


membentuk keluarga yang sehat dan dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Program ini juga merupakan perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Tujuan dari program ini adalah untuk
mengendalikan tingkat kelahiran, mencegah terjadinya pernikahan usia dini,
menekan tingkat angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu
muda atauterlalu tua, serta menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan melalui beberapa cara untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan dengan berbagai cara, yaitu salah satunya dengan kontrasepsi atau
pencegah kehamilan dan perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi juga dapat
digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barier (penghalang) contohnya
kondom yang menghalangi sperma, metode hormonal seperti pil dan metode
kontrasepsi alami yang tidak menggunakan alat – alat bantu maupun hormonal,
namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah
fertilisasi (pembuahan). Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektifitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan
kemampuan untuk melakukankontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal
tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dan agama
dalam kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi
melakukan hubungan seksual. (Sulistyawati, 2011).

Menurut sumber dari BKKBN tahun 2020 penggunaan alat kontrasepsi


hormonal di Indonesia mencakup berikut: suntik di Indonesia sebanyak 2,5,%, PIL
KB sebanyak7,2%, implant sebanyak 0,6% dan 0,3% alat kontrasepsi lainnya. Efek

9
samping yang sering terjadi adalah gangguan pola haid, hampir 60% wanita
pengguna kontrasepsi suntik mengalami fase menstruasi memanjang. memendek,
dan bahkan yang paling sering tidak mengalami haid sama sekali atau yang biasa
dikenal dengan amenorrhea. Berbeda dengan kontrasepsi pil oral 48% dari
penggunanya mengalami perdarahan bercak (spotting), 29% mengalami perubahan
berat badan, 11% sakit kepala, 6% mengalami mual muntah dan 2% mengalami
keluhan lain (BKKBN, 2020)

Kementerian Kesehatan mencatat, prevalensi pasangan usia subur (PUS) yang


menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) sebesar 57,4% pada 2021. Persentase itu
menurun dibandingkanpada tahun 2020 yang mencapai 67,6%. Dari jumlah
tersebut, 59,9% peserta KB menggunakan alat kontrasepsi melalui suntik. Sebanyak
15,7 peserta KB menggunakan kontrasepsi modern melalui pil atau kapsul.
Kemudian,ada 10% peserta KB yang melakukan kontrasepsi dengan implan. Peserta
KB yang memilih alat kontrasepsi alam rahim (AKDR) atau intra uterine device
(IUD) sebesar 8%. Kemudian, sebanyak 4,2% peserta KB melakukan kontrasepsi
dengan metode operasi wanita atau MOW. Sebanyak 1,8% peserta KB menyatakan
menggunakan kondom untukalat kontrasepsinya. Ada pula 0,2% peserta KB yang
menggunakan kontrasepsi dengan metode operasi pria (MOP). Lalu, sebanyak 0,1%
peserta KB menggunakan kontrasepsi dengan metode amenore laktasi (MAL).
Berdasarkan provinsinya, prevalensi PUS peserta KB paling banyak berada di
Kalimantan Selatan, yakni 67,9%. Posisinya diikuti oleh Bangka Belitung dan
Bengkulu dengan prevalensipenggunaan kontrasepsi masing masing sebesar 67,5%
dan 65,5%.

Menurut data BKKBN Jumlah Pasangan Usia Subur pada tahun 2021 adalah
sebanyak 63.901 pasang, dengan jumlah pasangan terbanyak ada pada Kecamatan
Kapuas sebanyak 11.347 pasangan dan jumlah pasangan terkecil ada pada
Kecamatan Beduai sebanyak 1.077 pasangan. Jumlah peserta KB dengan metode
obat pil atau pil KB adalah sebanyak 18.411 orang.Kemudian, metode IUD/spiral
sebanyak 2.900 orang,KB Implan sebanyak 1.079 orang, metode kondom sebanyak
1.119 orang, dan metode MOP sebanyak 181 orang.

Jumlah Pasangan Usia Subur yang ada pada PMB Kartika Sosok April-Juni
2023 juga terbilang cukup tinggi, terdapat sekitar total 157 PUS pada tahun 2021
yang
10
memilih MKJP sebanayak 31 PUS dan 126 PUS yang memilih KB non MKJP dan
angka tersebut meningkat pada tahun 2022,dari 187 PUS. terdapat 37 PUS memilih
MKJP dan 150 non MKJP.

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi Pasangan Usia Subur di PMB
Kartika Sosok April-Juni 2023.

4.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian sebelumnya, jumlah PUS di PMB Kartika
Sosok pada tahun 2021 terdapat 157 PUS yang memilih MKJP sebanayak 31 PUS dan
126 PUS memilih KB non MKJP, angka tersebut meningkat pada tahun 2022,dari 187
PUS. terdapat 37 PUS memilih MKJP dan 150 non MKJP. Maka maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Pemilihan Metode Kontrasepsi oleh Para Usia Subur (PUS) di PMB Kartika Sosok
periode April-Juni 2023

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Di ketahuinya Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode


Kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur di PMB Kartika Sosok periode April-Juni 2023.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekwensi pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan


umur oleh PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023

2. Untuk mengetahui distribusi frekwensi pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan


pendidikan oleh PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023
3. Untuk mengetahui distribusi frekwensi pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan
paritas oleh PUS di PMB Kartika Sosok pada periode April-Juni 2023.
4. Untuk mengetahui distribusi frekwensi pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan
sosial ekonomi oleh PUS di PMB Kartika Sosok pada periode April-Juni 2023
5. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pemilihan metode kontrasepsi oleh PUS

11
di PMB Kartika Sosok pada periode April-Juni tahun 2023
6. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pemilihan metodekontrasepsi
oleh PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 pada tahun 2022
7. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pemilihan metode kontrasepsioleh
PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 pada tahun 2022
8. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi dengan pemilihan metode
kontrasepsi oleh PUS di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 pada tahun 2022

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan referensi atau
masukan bagi Ilmu Kesehatan khususnya ilmu kebidanan dan keluarga berencana
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi oleh
Pasangan Usia Subur (PUS) di PMB KartikaSosok April-Juni 2023.
Manfaat Praktis

Manfaat bagi Calon Akseptor KB

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan para calonakseptor KB


tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pemilihanmetode kontrasepsi yang
harus dipertimbangkan.
Manfaat bagi Instansi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai tambahan bahan referensi dan sebagai literasi atau
bahan bacaan oleh instansi pendidikan dalam pembelajaran terhadap Faktor-Faktor
Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi para calon akseptor KB.

Manfaat bagi petugas kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk para bidan dan perawat dalam
memberikan pelayan, edukasi, dan informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi para calon akseptor KB.

Manfaat bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumberinformasi untuk
12
penelitian selanjutnya dalam mengembangkan penelitian terutama yang berkaitan
dengan Faktor-Faktor Yang Berhubungan denganPemilihan Metode Kontrasepsi calon
akseptor KB.

Ruang Lingkup Penelitian


Responden
Penelitian ini akan melibatkan pasangan usia subur yang menggunakan metode
kontrasepsi dan melakukan pelayanan di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023. Jumlah
responden yang akan diambil adalah sebanyak 30 pasangan yang dipilih secara acak.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023, yang
terletak di Sosok, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu 3 bulan, mulai dari bulan April
hingga Juni 2023.

Batas Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa batasan, antara lain:

1. Penelitian hanya melibatkan pasangan usia subur yang menggunakan metode


kontrasepsi dan melakukan pelayanan di PMB Kartika Sosok April- Juni 2023,
sehingga tidak dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.

2. Penelitian tidak mengeksplorasi jenis metode kontrasepsi yang digunakan oleh


responden

3. Penelitian hanya fokus pada Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan


Metode Kontrasepsi pasangan usia subur, tanpa membahas faktor- faktor lain yang
mungkin mempengaruhi keputusan tersebut.

13
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Keluarga Berencana

Pengertian Keluarga Berencana

Menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite, Keluarga


Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Saroha Pinem, 2014).

Keluarga berencana adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program


pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang
baik dengan kemampuan produksi nasional (Sri Handayani, 2010).

Keluarga berencana merupakan program pemerintah untuk mengendalikan


populasi penduduk Indonesia. Keluarga berencana (KB) adalah istilah yang mungkin
sudah lama dikenal. KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak, dan
menentukan sendiri kapan ingin hamil. Bila memutuskan untuk tidak segera hamil
sesudah menikah, juga bisa ber-KB. Layanan KB diseluruh Indonesia sudah cukup
mudah diperoleh (Syafruddin, 2011).

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB yang sesuai dengan standar


dengan menghormati hak individu sehingga diharapkan mampu meningkatkan derajat
kesehatan dan menurunkan tingkat kesuburan (fertilitas). Untuk mempertahankan dan
meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan program yang berhubungan

14
dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari
aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standar dan variasi pilihan
metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis
secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB (Eny Retna Ambarwati, 2011).

Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih


memperhatikan pandangan klien atau pengguna pelayanan (Taufan Nugroho, 2012).
Intinya keluarga berencana (KB) atau juga disebut Family Planning adalah suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
alat kontrasepsi sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Dewi Mariatila, 2012).

Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan keluarga berencana menurut Wahyu Purwaningsih dan Siti


Fatmawati (2010) adalah:

1) Merencanakan kelengkapan keluarga

2) Menghentikan kehamilan

3) Menghilangkan kehamilan

4) Mewujudkan NKKBS

5) Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan


sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
langsungnya ialah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingka kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurun kan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Sri Handayani, 2010).

15
Manfaat Keluarga Berencana

Menurut Syafruddin (2011), Keluarga Berencana memiliki manfaat


bagi masyarakat untuk menunda kelahiran tidak yang diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran,
mengontrol wakru saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-isteri,

Keluarga berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:

1) Kehamilan Terlalu Tua

Perempuan yang usianya sudah tidak tergolong subur dan terlalu tua
untuk mengandung dan melahirkan akan memiliki risiko yang
tinggi. Secara khusus apabila yang bersangkutan mengalami
berbagai masalah Kesehatan atau sudah terlalu sering mengandung
dan melahirkan.

2) Kehamilan Terlalu Muda

Wanita yang telah hamil ketika umurnya belum mencapai 17 tahun


akan mengalami risiko kematian sewaktu persalinan dikarenakan
oleh kondisi fisik yang belum matang dan siap dilewati oleh bayi
dan bahkan sang bayi juga mengalami risiko kematian sebelum
usianya mencapai 1 tahun.

3) Kehamilan yang Terlalu Berdekatan Jaraknya

Kehamilan dan persalinan menuntut begitu banyak energi dan


kekuatan tubuh seorang perempuan. Apabila ia belum pulih dati satu
persalinan namun sudah mengandung lagi, tubuhnya tidak akan
sempat pulih seutuhnya dan berbagai risiko Kesehatan hingga
kematian juga mengancam.

4) Terlalu Sering Hamil dan Melahirkan

Wanita yang telah melahirkan lebih dari 4 kali akan mengalami


risiko kematian yang lebih tinggi akibat pendarahan dan risiko
lainnya apabila terus hamil dan bersalin kembali.

16
Pasangan Usia Subur

Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri
antara 20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia yang
digunakan disini adalah 20-45 tahun.

Pasangan Usia Subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana


pasangan (laki- laki-dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala
hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda ataucerai.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia Subur


sangat mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan
kedua pasangan tersebut normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi
Pasangan Usia Subur yaitu perlunya pengaturan tingkat kelahiran,
perawatan kehamilan dan persalinan aman (Kadarisman, 2015).

17
Konsep kontrasepsi

Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang memiliki arti “melawan” atau
“mencegah”. Sedangkan konsepsi merupakan pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan (Dewi Mariatila,
2013).

Menurut Mochamad Anwar (2011), pengertian kontrasepsi merupakan


suatu rangkaian usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha
tesebut dapat bersifat sementara ataupun permanen. Usaha yang bersifat
permanen tersebut dinamakan tubektomipada wanita dan vasektomi pada pria.

Berdasarkan cara kerjanya, metode kontrasepsi dapat digolongkan


menjadi beberapa metode yakni, metode penghalang (barrier), mekanik,
hormonal, fisiologis, atau metode alami (Dewi Mariatila, 2021). Keputusan
pemilihan jenis kontrasepsi yang akan dipilih menjadisalah satu faktor penentu
keberhasilan dari program KB itu sendiri.

Jenis-jenis kontrasepsi

Menurut Mochamad Anwar (2011), jenis-jenis kontrasepsi antara lain:

1. Kontrasepsi non hormonal (keluarga berencana ilmiah)

2. Kontrasepsi terputus (koitus interuspus)

3. Pembilasan pascasenggama (Postcoital Douche) dan


perpanjangan masa menyusui anak (prolonged)

4. Pantang berkala (rhythm method)

5. Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki(kondom)

18
6. Simple method untuk perempuan (diafragma vaginal)

7. Kontrasepsi hormonal

Contoh-contoh alat kontrasepsi

Contoh-contoh alat kontrasepsi antara lain:

1. Pilkontrasepsi

Menurut Arum & Sujiyanti (2009), terdapat beberapa pil kontrasepsi


seperti kemasan isi 28 pil dengan kandungan 75 g desogestrel.
Beberapa jenis pil yang dapat dikonsumsi contohnya:
- Pil Andalan KB
- Microgynon
- Planotab
- YASMIN
- Dan lain sebagainya

2. Kontrasepsi suntikan

 Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera atau Depo


Medrolsi Progesteron Asetat)

 Suntikan setiap bulan (monthly injectable)

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR)

4. Kontrasepsi mantap

 Sterilisasi pada perempuan (tubektomi)

 Sterilisasi pada laki-laki(vasektomi)

19
Metode-Metode Kontrasepsi

Metode Kontrasepsi

Menurut Varnei (2006), KB suntik 3 bulan (DMPA) hanya berisi


hormon progesteron dan tidak mengandung hormon estrogen. Dosis yang
diberikan sebanyak 150 mg/ml depo medroksi progesterone asetat yang
disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu.

Kontrasepsi Pil Progrestin (Mini Pil)


Menurut BKKBN (2015), Pil Progestin atau Minipil adalah jenis
kontrasepsioraldalam bentuk pil yang mengandung hormon progestin. Ada dua
jenis Minipil, yaitu kemasan dengan isi 35 pil yang mengandung 300 µg
levonogestrel dan kemasan dengan isi 28 pil yang mengandung 75 µg
desogestrel. Penggunaannya sangat efektif dengan tingkat keberhasilan
mencapai 98,5%, namun harus diingat bahwa penggunaannya harus dilakukan
dengan benar dan tidak boleh terlupa satu atau dua tablet serta tidak boleh
mengalami gangguan gastrointestinal, karena hal ini dapat meningkatkan risiko
kehamilan. Cara kerjanya adalah dengan mengentalkan lendir mulut rahim
untuk menghambat masuknya sperma.

Menurut Biran (2013), keuntungan dari minipil ini antara lain:

1. Sangat efektif bila digunakan dengan benar

2. Tidak mengganggu hubungan seksual

3. Tidak mempengaruhi ASI

4. Kesuburan cepat Kembali

5. Nyaman dan mudah digunakan

6. Sedikit efek samping

7. Dapat dihentikan setiap saat

8. Tidak mengandung estrogen

20
Namun demikian, kekurangan dari mini pil menurut Biran (2013) adalah:

Sebanyak 30-60% orang mengalami gangguan menstruasi seperti bercak


darah, menstruasi yang tidak teratur, siklus menstruasi yang berbeda-beda,
tidak menstruasi sama sekali, dan perubahan berat badan yang dapat
mempengaruhi penggunaan obat yang harus diminum secara teratur dan pada
waktu yangsama setiap harinya. Meskipun dapat membantu mencegah
kehamilan, obat ini tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual atau HIV / AIDS, dan memiliki risiko kehamilan ektopik yang tinggi (4
dari 100 kehamilan). Namun, obat ini tidak begitu efektif bila digunakan
bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi dan dapat menyebabkan
hirsutisme.

Kontrasepsi Suntik
Menurut BKKBN (2015), kontrasepsi suntik merupakan metode
kontrasepsi yang disuntikkan secara intra muskular di area bokong dan
mengandung hormon progestin. Ada dua jenis suntikan yang tersedia yaitu
Depo Medroksiprogesteron Asetat dan Depo Noretisteron Enantat. Suntikan ini
diberikan setiap 1 bulan atau 3 bulan sekali, dan bisa digunakan dalam waktu 7
hari setelah melahirkan. Efektivitasnya mencapai 99,7% dan cara kerjanya
adalah dengan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga mencegah penetrasi
sperma dan menghambat ovulasi. Selain itu, suntikan kontrasepsi juga dapat
menipiskan dan mengecilkan selaput lendir rahim sertamenghambat perjalanan
sel telur disaluran.

Menurut Biran (2013), kelebihan kontrasepsi ini adalah:

1. Cocok untuk ibu menyusui karena tidak menekan produksi ASI

2. Tidak mempengaruhi saat berhubungan suami isteri

3. Menurunkan kasus anemia

4. Mencegah beberapa penyakit panggul

5. Menekankan resiko terjadinya kanker payudara

21
Sedangkan, yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik menurut
Biran (2013) adalah:

1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Pendarahan pervaginam yang tidak jelas penyebabnya

3. Menderita penyakit payudara atau riwayat kanker payudara

4. Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dengan komplikasi

Kategori yang dapat melaksanakan kontrasepsi suntik menurut Biran


(2013) adalah:

1. Usia reproduksi

2. Ibu yang sedang menyusui dan memerlukan kontrasepsi yang


tidak mengganggu produksi ASI

3. Ibu pasca keguguran

4. Tekanan darah <180/110 mmHg

Kontrasepsi Implant

Menurut BKKBN (2015), implant merupakan jenis kontrasepsi yang


ditanamkan di bawah lapisan kulit di lengan atas bagian dalam mengandung
progrestin. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas penggunaan mencapai 99%-
99,8%. Cara kerjanya adalah dengan membuat lendir mulut rahim menjadi lebih
kental dan mengganggu proses pembentukan lapisan pada permukaan rahim
sehingga mencegah penanaman sel telur yang telah dibuahi.
Berdasarkan pendapat Biran (2013), kontrasepsi implant memiliki
berbagai keuntungan, di antaranya: efektivitasnya yang tinggi, perlindungan
jangka panjang hingga 5 tahun, pengembalian kesuburan yang cepat, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu kegiatan seksual dan pemberian ASI, klien hanya perlu kembali
ke klinik jika ada keluhan, dapat dicabut kapan saja, mengurangi jumlah darah
menstruasi, serta membantu mengurangi atau memperbaiki anemia.

22
Sementara itu, menurut Biran (2013), terdapat beberapa kerugian dalam
penggunaan kontrasepsi implant, seperti: kemungkinan timbulnya keluhan-
keluhan seperti nyeri kepala, peningkatan berat badan, jerawat, perubahan
perasaan atau kegelisahan, membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
pemasangan dan pencabutan, tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri
penggunaan kontrasepsi, efektivitas menurun bila menggunakan obat-obatan
untuk tuberkulosis atau epilepsi, dan insiden kehamilan ektopik sedikit lebih
tinggi.

Kontrasepsi Kondom

Kondom untuk laki-laki adalah sejenis selubung karet tipis yang


dipasang pada penis untuk menampung air mani saat ejakulasi dan mencegah
masuknya sperma ke dalam vagina selama hubungan seksual (BKKBN, 2015).

Menurut Biran (2013), keuntungan menggunakan kondom termasuk


harganya yang terjangkau dan mudah diperoleh, tidak memerlukan konsultasi
kesehatan khusus, tidak mengurangi kenikmatan seksual, memberikan proteksi
yang cukup tinggi terhadap infeksi menular seksual, efektif jika digunakan
dengan benar dan konsisten, serta tidak mengganggu produksi ASI. Namun,
terdapat kekurangan yakni kondom tidak cocok bagi pasangan yang memiliki
masalah psikologis atau alergi terhadap bahan lateks.

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
Menurut BKBN (2015), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan suatu alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang fleksibel
dipasang di dalam rahim.

Penggunaan AKDR memiliki efektivitas sebesar 99,2%-99,4% dan dapat


mencegah kehamilan dalam jangka waktu panjang hingga 10 tahun. Cara
kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya konsepsi atau pembuahan
dengan menutup saluran sperma tempat bertemunya sel telur dengan sperma.

23
Menurut Biran (2013), kelebihan dari AKDR ini antara lain:

1. Tidak mengganggu hubungan suami isteri

2. Tidak menghambat produksi ASI

3. Dapat dipasang segera setelah persalinan atau sesudah keguguran, jika


tidak terjadi infeksi

4. Dapat dipakai pada ibu yang berusia >35 tahun dan perokok berat

5. Efek samping sangat kecil

6. Dapat membantu mencegah kehamilan di luar kandungan

Menurut Biran (2013), yang diperbolehkan untuk menggunakan AKDR antara


lain:

1. Usia reproduktif

2. Keadaan nullipara

3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka Panjang

4. Tidak menghendaki kontarsepsi hormonal

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusi bayinya

Menurut Biran (2013), yang tidak diperbolehkan menggunakan AKDR adalah:

1. Sedang hamil

2. Pendarahan vagina yang tidak diketahui

3. Sedang menderita infeksi alat genital

4. Dapat mempengaruhi kavum uteri

5. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

6. Kanker alat genital

24
Metode Kontrasepsi

Mantap MOP (Metode

Operasi Pria)

Menurut BKKBN (2015), Prosedur MOP merupakan suatu Tindakan


medis untuk menghentikan kemampuan reproduksi pada pria dengan cara
memotong atau menghalangi saluran pembawa sperma sehingga tidak terjadi
pembuahan.
Menurut penelitian Biran (2013), keuntungan dari metode ini antara lain
risiko kematian yang sangat rendah, morbiditas yang kecil, pasien tidak perlu
dirawat di rumah sakit, dilakukan dengan anestesi lokal, efektif, dan tidak
mengganggu hubungan seksual selanjutnya.
Indikasi vasektomi meliputi persetujuan sukarela, persetujuan dari isteri,
memiliki jumlah anak yang cukup, pemahaman tentang konsekuensi vasektomi,
usia calon harus di atas 30 tahun, pasangan harus memiliki minimal dua anak,
dan anak termuda harus berusia minimal 2 tahun.

MOW (Metode Operasi Wanita)

Menurut BKKBN (2013), Prosedur MOW merupakan kontrasepsi


permanen yang menghindari ovulasi dengan mengikat atau memotong kedua
saluran tuba disebut sebagai Tubektomi.
Terdapat beberapa keuntungan dari Tubektomi seperti teknik yangmudah
dilakukan, peralatan bedah yang sederhana dan bisa dilakukan di Rumah Sakit
kecil atau Puskesmas. Selain itu, teknik ini dapat dilakukan pada pascapersalinan
dan dengan anestesi lokal. Kegagalan teknik ini sangat rendah dan hamper selalu
berhasil. Tubektomi dapat digunakan sebagai pengganti jika teknik laparoskopik
atau kuldoskopi gagal, waktu pembedahan singkat, biaya relatif murah, dan
prosedur dapat dilakukan tanpa perlu dirawat dengan masa penyembuhan pasca
bedah yang singkat.
Namun, menurut Suratun (2008), terdapat beberapa komplikasi dari
Tubektomi seperti pendarahan di sekitar tuba, pendarahan karena kerusakan

25
pembuluh darah besar, perporasi usu, emboli udara, dan perforasi rahim.

26
Metode Keluarga Berencana Alami (KBA)

Macam-macam KBA antara lain:


1. Metode Kalender
2. Metode suhu basal
3. Metode lendir serviks
Menurut Biran (2013), keuntungan dari adanya metode KBA adalah
untuk pasangan yang ingin hamil, mereka dapat menggunakan metode suhu basal
tubuh (SBB) dan metode lendir serviks untuk menentukan hari subur si istri
sehingga mereka dapat merencanakan hubungan seksual.
Metode ini bisa dipadukan dengan metode kontrasepsi lain seperti
metode penghalang, aman dan hemat biaya. Namun, penggunaan metode KBA
yang efektif memerlukan pelatihan dan harus diikuti dengan instruksi yang benar.
Perlu diingat juga bahwa infeksi vagina dapat membuat lendir serviks sulit dinilai
dan juga dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual (IMS).

Metode Amenore Laktasi (MAL)

Menurut BKKBN (2015), Metode Amenore Laktasi (MAL)


merupakan metode yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif.
Keuntungan dari kontrasepsi MAL menurut Biran (2013) efektifitasnya yang
tinggi (98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan), langsung efektif, tidak
mengganggu hubungan seksual, tidak memiliki efek samping secara sistemik,
tidak memerlukan pengawasan medis, dan tidak memerlukan obat atau alat
kontrasepsi, serta gratis.

Menurut Biran (2013), keuntungan dari metode kontrasepsi MAL


yang non-kontrasepsi untuk bayi adalah bahwa bayi akan mendapatkan
perlindungan antibodi melalui air susu ibu (ASI), yang merupakan sumber
giziterbaik dan sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta
tidak terpapar air, susu lain atau susu formula, atau alat minum lainnya.

Keuntungan untuk ibu adalah bahwa metode ini dapat mengurangi


perdarahan setelah melahirkan, mengurangi risiko anemia, dan meningkatkan
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Namun, ada beberapa keterbatasan

27
dari metode kontrasepsi MAL, seperti persiapan sejak perawatan kehamilan
agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, yang mungkin sulit
dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas yang tinggi hanya sampai
kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap
infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B (HBV) dan HIV/AIDS, dan
hanya dapat digunakan oleh ibu yang menyusui secara eksklusif,
bayinyaberusia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah
melahirkan.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode


Kontrasepsi oleh Akseptor KB

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi


Akseptor KB adalah dukungan dari suami, tingkat pengetahuan, serta tingkat
pendidikan.

1. Umur
Memilih jenis kontrasepsi dipengaruhi oleh usia seseorang. Ketika
seseorang berusia di atas 20 tahun, masa tersebut dapat dianggap sebagai
masa untuk mencegah kehamilan atau menunda kehamilan, sehingga
kecenderungan dalam memilih kontrasepsi lebih besar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Maula dan Aminatul pada tahun 2014. Selain itu, usia
juga merupakan indikator perkembangan seseorang yang dimulai sejak
lahir. Semakin tua usia seseorang, semakin matang pula tingkat
kematangan dan kekuatannya dalam berfikir dan bekerja, sebagaimana
dijelaskan oleh Nurhayati dan Mariyam pada tahun 2013.

2. Pendidikan

Menurut Saskara, Ida, dan Marhaeni (2015), pendidikan adalah


faktor penting dan kunci keberhasilan dalam melaksanakan program
keluarga berencana. Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi,
seperti tentang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan
28
kualitas hidup. Selain itu, wanita yang memiliki pendidikan tinggi cenderung
memiliki keinginan untuk memiliki jumlah anak yang lebih sedikit dibandingkan
dengan wanita yang berpendidikan rendah.
Sedangkan menurut BKKBN (2012), pendidikan merupakan suatu
proses yang mengubah dan meningkatkan pengetahuan, pola pikir, dan
perilaku masyarakat. Dalam proses pendidikan, terdapat dinamika yang
melibatkan berbagai aspek, sehingga proses ini akan berlangsung terus-
menerus dan berkesinambungan agar masyarakat dapat menerima gagasan
secara rasional dan bertanggung jawab. Meskipun seseorang memiliki
pendidikan tinggi, tidak selalu berarti bahwa orang tersebut akan
menggunakan metode kontrasepsi yang efektif dalam kehidupan sehari-
hari.

3. Paritas
Menurut Subiyatun dkk. (2009), pemilihan metode kontrasepsi
dipengaruhi oleh jumlah anak yang dimiliki seseorang. Semakin banyak
anak yang dimiliki, semakin besar kecenderungan untuk menghentikan
kesuburan, sehingga lebih cenderung untuk memilih kontrasepsi.

4. Sosial Ekonomi
Menurut BKKBN (2016), pendapatan seseorang memiliki pengaruh
terhadap partisipasinya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Namun, pendapatan seseorang tidak hanya dapat diukur dari pekerjaan
yang dijalankannya.

5. Pelayanan KB

Pelayanan keluarga berencana adalah upaya mengelola waktu, jarak, dan


jumlah kehamilan melalui pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu strategi yang efektif dalam mendukung percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI). Tindakan tersebut berfungsi sebagai
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi yang berbahaya
bagi kesehatan ibu hamil maupun janin (Kemenkes, 2014).

24
6. Tenaga Kesehatan

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan, tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Kerangka Teori Penelitian

Dependen Independen

1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Sosial Ekonom i Pemilihan Metode
5. Pelayanan KB Kontrasepsi
6. Tenaga kesehatan

Sumber:BKKBN (2016),saskara dkk (2015),kemenkes (2014)

25
BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu model konseptual yang berkaitan dengan


bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting terhadap suatu masalah. Kerangka konsep
penelitian dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bentuk yakni: bagan, model
matematika, atau persamaan fungsional yang dilengkapi dengan uraiankualitatif.

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti dengan ini
mengembangkan kerangka konsep peneliti yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi olehPasangan Usia Subur
diPMB Kartika Sosok April-Juni 2023” yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Dependen Independen

1. Umur

2. Pendidikan
Pemilihan Metode
3. Paritas
Kontrasepsi

4. Sosial
Ekonomi

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

26
Definisi Operasional

Menurut Grove (2015), definisi operasional merupakan prosedur atau tindakan


progresif yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan menerima kesan sensorik
yang menunjukkan adanya tingkat eksistensi suatu variabel.

Tabel 3.2.1

Definisi Operasional Variabel Independen Faktor-Faktor Pemilihan Metode Kontrasepsi


pada Akseptor KB di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023
Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Oprasional
Independe
n
Umur yang di Rekam ceklis 1. < 20 tahun
Umur dapat saat medik 2. 20-35 tahun Ordinal
akseptor
menggunakan alat
kontrasepsi
Pendidikan
Rekam medik ceklis 1. Dasar ordinal
Tingkat (SD,SMP,SM
pendidikan saat A)
responden 2. Lanjutan
menggunakan (PT)
alat kontrasepsi

27
Paritas Paritas Rekam medik ceklis 1. Primipara Rasio
adalah (1anak)
jumlah 2. Multi dan
kelahiran grande
yang multipara(anak
menghasilka 3-4 & >4)
n bayi hidup
atau
meninggal
(Manuaba,
2010).
Kegiatan
Sosial responden yg Rekam medik ceklis 1. bekerja Nominal
ekonomi bisa 2. tidak bekerja
menghasilkan
pendapatan bagi
dirinya dan
keluarga

28
Tabel 3.2.2
Definisi Operasional Variabel Dependen Faktor-Faktor Pemilihan Metode Kontrasepsi PMB
Kartika Sosok April-Juni 2023

Definisi Hasil Skala


Variabel Alat Ukur Cara
Ukur Ukur
ukur
Orasional
Pemilihan Pasangan usia ceklis Ordinal
1. MK
Metode subur dalam teori Rekam JP
Kontrasepsi kesehatan perilaku medik
oleh PUS dipandang sebagai 2. Non
individu yang MK
terlibat dalam JP
pengambilan
keputusan yang
kompleks dan
kontekstual terkait
kesehatan
reproduksi mereka
(Nora J Pender,
2015).

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan yang antara usia pasangan usia subur dengan pemilihan metode
kontrasepsioleh PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun 2023
2. Terdapat hubungan yang antara tingkat pendidikan pasangan usia subur dengan
pemilihan metode kontrasepsi PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun
2023
3. Terdapat hubungan yang antara paritas pasangan usia subur dengan pemilihan
metode kontrasepsi PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun 2023
4. Terdapat hubungan yang antara sosial ekonomi pasangan usia subur dengan
pemilihan metode kontrasepsi PUS di PMB kartika sosok pada april-Juni tahun 2023

29
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik yaitu suatu penelitian


yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena terjadi,variabel
independen dalam penelitian ini umur pendidikan,paritas,sosial
ekonomisedangkan variabel dependen pemilihan metode kontrasepsi.
Populasi dan Sampel

Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek yang diteliti. Dalam penelitian ini,
populasi tersebut adalah Akseptor KB yang datang berkunjung dari tanggal 06
April 2023 sampai 06 Juni 2023 sebanyak 60 PUS

Sampel

Teknik sampel yang digunakan adalah totalsampel, dengan sampel ini


diperoleh dari PMB Kartika Sosok April-Juni 2023 dengan jumlah responden
sebanyak 60 responden Pasangan Usia Subur.
Variabel Penelitian dan Definisi

Operasional Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang diduga menjadi penyebab,


pengaruh, dan penentu pada variabel dependen. Variabel ini juga
dikenaldengan istilah variabel bebas dalam memengaruhi variabel lainnya
(Polit & Beck, 2012). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
gangguan haid, keputihan, penurunan libido, dan juga peningkatan berat badan.

Variabel Dependen

Menurut Polit & Beck (2012), variabel dependen atau sering juga disebut dengan
variabel terikat merupakan perilaku dalam memprediksi hasil

30
penelitian. Variabel terikat merupakan variabel yang bergantung pada variabel
bebas. Variabel terikat ini adalah hasil dari pengaruh variabel bebas. Istilah lain
yang biasa digunakan pada variabel terikat ini adalah criterion, effect, outcome,
dan response (Creswell, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor pemilihan metode kontrasepsi.

Instrumen Peneliian

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan-pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan variabel
penelitian yakni faktor-faktor pemilihan metode kontrasepsi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi

Lokasi penelitian ini yaitu bertempat di PMB Kartika Sosok April-Juni


2023. Lokasi penelitian ini dipilih karena banyaknya jumlah akseptor KB yang
masih belummengetahui berbagai Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Pemilihan Metode Kontrasepsi .

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 06 Februari 2023 hingga 06 April 2023 di


PMB Kartika Sosok April-Juni 2023.

Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengambilan Data

Pada dasarnya, penelitian adalah sebuah proses penarikan data yang


dikumpulkan. Tanpa adanya data, maka hasil penelitian tidak akan terwujud
serta penelitian tidak akan berjalan. Data terbagi menjadi:

31
4.3 Data sekunder

Data yang diperoleh dari rekam medik Akseptor KB di wilayah PMB Kartika
Sosok April-Juni 2023.

Teknik Pengumpulan Data

Menurut Grove (2014), pengumpulan data adalah sebuah proses perolehan


subjek serta pengumpulan untuk suatu penelitian. Langkah-langkah aktual
dalam mengumpulkan data sangat spesifik untuk setiap studi dan bergantung
pada teknik desain dan pengukuran penelitian.

Setiap data-data yang dikumpulkan adalah data primer. Data-data yang


menyebar pada masing-masing sumber data/ subjek penelitian perlu
dikumpulkan untuk selanjutnya ditarik kesimpulan. Pada proses pengumpulan
data, terdapat beberapa cara yang lazim digunakan:

Surat Izin Penelitian

Surat Izin Penelitian dikeluarkan setelah seminar proposal


dikeluarkan, Permohonan izin penelitian ini ditujukan kepada
Pimpinan PMB Kartika Sosok April-Juni 2023.

32
Dalam absensi terdapat jumlah dari responden yang datang
berkunjung setiap harinya, mulai tanggal 06 Februari 2023 hingga
06 April 2023.

Uji Validitas

Uji Validitas merupakan sebuah metode yang digunakan untuk


mendapatkandata (mengukur) valid tidaknya suatu instrumen.

Kerangka Operasional

Prosedur Survei

Etika Penelitian

Prosedur Izin Penelitian

Akseptor KB

Persetujuan Responden

Faktor-Faktor Pemilihan Metode


Kontrasepsi

Analisis Univariabel

Bagan 4.8 Kerangka Operasional Penelitian

33
Analisis Data

Analisis data dalam penelitian yang dilakukan dalam dua tahapan adalah sebagai
berikut:

Analisis Univariabel

Dalam rangka mengetahui gambaran data dari masing-masing variabel


yang diteliti dan disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi dan persentase masing-masing kelompok. Variabel yang dilihat
meliputi: faktor-faktor pemilihan metode kontrasepsi pada Akseptor KB di PMB
Kartika Sosok April-Juni 2023.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah suatu analisis yang dilakukan dengan


menghubungkan dua variabel atau lebih dalam penelitian. Dalam penelitian
yang berjudul "Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi pasangan usia subur di PMB Kartika Sosok April-Juni 2023",
analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
(umur, pendidikan, paritas, dan sosial ekonomi) dengan variabel dependen
(pemilihan metode kontrasepsi).

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik, seperti uji


chi-square atau uji regresi logistik. Uji chi-square digunakan untuk menguji
hubungan antara variabel kategori, sedangkan uji regresi logistik digunakan
untuk menguji hubungan antara variabel kategori dengan variabel dependen
yang bersifat biner (ya atau tidak).

Sebagai contoh, untuk menguji hubungan antara umur dengan pemilihan


metode kontrasepsi, dilakukan uji chi-square dengan mengelompokkan
responden berdasarkan usia dan jenis kontrasepsi yang dipilih. Kemudian
dilakukan perhitungan nilai chi-square dan p-value untuk mengetahui apakah
ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

34
Demikian pula, untuk menguji hubungan antara pendidikan, paritas, dan sosial
ekonomi dengan pemilihan metode kontrasepsi, dilakukan analisis serupa
dengan menggunakan uji chi-square atau uji regresi logistik.

Hasil dari analisis bivariat akan menjadi dasar untuk melakukan analisis
multivariat, yaitu menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel independen
terhadap variabel dependen.

Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, masalah etika yang harus diperhatikan


antara lain:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian


dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan sebelum
melakukan penelitian. Adapun tujuan dari dilakukannya informed
consent ini adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
dilakukan penelitian sekaligus mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan


subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan etika


dalam memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik berupa

35
data, informasi, ataupun masalah-masalah lainnya. Semua data dan
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arum, R. D., & Sujiyanti, E. (2009). Hubungan antara asupan zat gizi dan aktivitas fisik
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Jurnal Gizi Indonesia, 7(1), 13-20.

Biran, A. (2013). Water, sanitation and hygiene for maternal and newborn health: A
systematic review of the literature and a conceptual framework. Geneva: World Health
Organization.

BKKBN. (2013). Pedoman pelayanan kesehatan ibu hamil dan persalinan. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

BKKBN. (2015). Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

BKKBN. (2020). Laporan Nasional Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2020.
Jakarta: BKKBN.

Dewi Mariatila. (2012). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan II Kabupaten Pacitan. Pacitan: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.

Dewi Mariatila. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan


Prematur di Wilayah Kerja Puskesmas Randublatung Kabupaten Blora. Blora: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.

Dewi Mariatila. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil
dalam Pemeriksaan

Eny Retna Ambarwati. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI
dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon
37
Salatiga. Salatiga: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kadarisman. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Hamil dalam
Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Mojoroto Kota Kediri. Kediri:
Universitas Muhammadiyah Malang.

Maula, R. F., & Aminatul, U. (2014). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Gatak Sukoharjo. Jurnal Kebidanan,
6(1), 14-18.

Mochamad Anwar. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode


Kontrasepsi Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Cimanggu Kabupaten Cilacap.
Cilacap: Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Nurhayati, E., & Miryam, S. (2013). Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada
kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Mungkid Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(1), 20-28.

Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.

Saroha Pinem. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan dengan
Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Namo Rambe Tahun 2014. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Saskara, I., Ida, N. N., & Marhaeni, A. A. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian persalinan preterm di RSU Tabanan. Jurnal Kedokteran Udayana, 4(3), 409-414.

Subiyatun, N., Kusuma, A. B., & Pambudi, R. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Jatiroto
Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 27-36.
38
Sulistyawati. (2011). Panduan Lengkap Kehamilan. Jakarta: Pustaka Cendekia.

Sri Handayani. (2010). Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Cipondoh Tangerang. Tangerang: Universitas 17 Agustus 1945.

Suratun. (2008). Asupan gizi ibu hamil dan hubungannya dengan berat bayi lahir. Jurnal Gizi
Indonesia, 6(1), 10-16.

Syafruddin. (2011). Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Kepatuhan dalam


Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Kecamatan Medan Maimun Tahun 2011. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Varnei, S. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar II. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 1(2), 64-68.

Wahyu Purwaningsih dan Siti Fatmawati. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang
Tahun 2010. Bandung: Universitas Padjadjaran.

39

Anda mungkin juga menyukai