Anda di halaman 1dari 43

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 372 / Kebidanan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

PENGARUH PEMERIKSAAN MEAN ARTERI PRESSURE (MAP), ROLL


OVER TEST (ROT) DAN BODY MASS INDEKS (BMI) TERHADAP
PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL
(Studi di PMB wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang)

Nining Mustika Ningrum, SST, M.Kes NIDN 0701048503 (Ketua Pengusul)


Eva Mayasari , NIM 181110004) (Anggota)
Rivangatus Sholikah, NIM 181110005 (Anggota)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………... i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….... iii
ABSTRAK……………………………………………………………………....... iv
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………....... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………... 3
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………….... 3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………...... 4
1.5 Target/Luaran……………………………………………………....…...... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..... 6
2.1 Konsep Dasar Body Mass Indeks (BMI)………………………………..... 6
2.2 Mean Arteri Pressure (MAP..…………………………………………..... 7
2.3 Roll Over Test (ROT).................................................................................. 9
2.4 Konsep Dasar Pre-eklampsia...................................................................... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS…………………..... 21
3.1 Kerangka konseptual Penelitian………………………………………..... 21
3.2 Hipotesis Penelitian………………………………………………………. 21
BAB 4 METODE PENELITIAN………………………………………………... 22
4.1 Jenis Design Penelitian…………………………………………………… 22
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………. 22
4.3 Variabel Penelitian……………………………………………………….. 22
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling…………………………………………. 22
4.5 Definisi Operasional Variabel……………………………………………. 23
4.6 Analisa Data……………………………………………………………… 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………… 25
5.1 Hasil Penelitian…………………………………………………………... 25
5.2 Pembahasan…………………………………………………..................... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 32
6.1 Kesimpulan……..……………………………………………………….... 32
6.2 Saran…………………………………………………................................ 32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 33
LAMPIRAN

iii
ABSTRAK

Preeklampsia merupakan suatu ketidaknormalan yang dapat membahayakan


ibu dan janin, oleh sebab itu setiap ibu hamil harus dilakukan skrining untuk
mendeteksi gejala preeklampsia. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT), Body Mass Indeks
(BMI) sebagai skrining preeklampsia pada kehamilan.
Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan design
penelitian Quasi eksperiment di Praktik Mandiri Bidan wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo Kabupaten Jombang. Sampel: sebagian ibu hamil Trimester II dan III yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 48 orang, dengan menggunakan tekhnik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan ialah buku KIA, ceklist. Uji statistik
Chi-square dan uji regresi logostik linier. Hasil uji bivariat dengan menggunakan
Chi-Square didapatkan ibu hamil dengan MAP positif memiliki resiko lebih besar
untuk terjadi preeklampsia, ibu yang memiliki ROT positif memiliki resiko 2 kali
terjadi preeklampsia dibanding dengan ROT negatif, ibu yang memiliki berat badan
berlebih atau obesitas berdasarkan BMI memiliki resiko lebih besar mengalami
preeklampsia.
Hasil analisis multivariat yang dilakukan dengan uji regresi logistik secara
bersama terdapat pengaruh pemeriksaan MAP, ROT dan BMI sebagai skrining
preeklampsia pada kehamilan.
Diharapkan kepada bidan adn pemberi pelayanan kepada ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan MAP, ROT dan mengontrol kenaikan berat pada ibu hamil
berdasarkan Body Mass Indek untuk melakukan skrining adanya preeklampsia pada
kehamilan.

Kata kunci : Mean Arteri Pressure, Roll Over Test, Body Mass Indeks,
Preekalmpsia

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan merupakan suatu keadaan komplikasi

yang terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan tekanan darah tinggi.

Preeklampsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau keracunan pada kehamilan.

Preeklampsia merupakan penyebab kedua kematian terbesar pada kehamilan di dunia.

Kematian pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta ketidaktahuan

ibu mengenai preeklampsia. Pre-eklampsia biasanya muncul setelah kehamilan 20

minggu dan akan hilang setelah melahirkan, namun tidak menutup kemungkinan pre-

eklamsia juga terjadi pada masa nifas. Gejala utama pre-eklampsia pada umumnya

adalah naiknya tekanan darah, bengkak seluruh tubuh dan adanya protein di dalam urin.

Gejala lain yang menyertai adalah sakit kepala, pandangan kabur, nyeri perut bagian atas

kanan (ulu hati) yang bisa berujung pada kejang (eklampsia). Kenaikan berat badan yang

timbul secara cepat dalam waktu yang singkat juga menunjukkan adanya retensi cairan

dan dapat merupakan gejala yang paling dini dari preeklmpsia. Pasien sadar akan edema

yang menyeluruh, terutama pembengkakan pada muka dan tangan. Keluhan yang umum

adalah sesaknya cincin pada jari jari. (Taber, B 2004)

Data WHO (World Health Organization) pada tahun 2018 jumlah kasus

preeklampsia pada ibu hamil ada 12%. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada

tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia

(WHO, 2018). Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%. Pada

primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida,

terutama primigravida muda (Cunningham, 2012). Di Jawa Timur preeklampsia

menempati peringkat pertama dengan presentasi 38,88% (Dinkes Jawa Timur, 2018).

1
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang jumlah ibu

hamil dengan preeklampsia selama tahun 2018 sebanyak 504 orang.

Penyebab utama preeklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun

beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada plasenta,

yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di

dalam kandungan. Ibu hamil dengan preeklampsia pertumbuhan dan perkembangan

pembuluh darah placenta mengalami gangguan. Pembuluh darah menjadi lebih sempit

dari yang seharusnya, serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon.

Kondisi tersebut mengakibatkan kurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan. Beberapa

faktor yang bisa meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia, diantaranya kehamilan

pertama, pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, kekurangan

nutrisi, hamil kembar, sedang menderita penyakit tertentu seperti hipertensi, diabetes,

lupus atau penyakit ginjal, terlalu lama hamil lagi 10 tahun atau lebih, obesitas saat hamil

dengan Indeks Masa Tubuh 25 atau lebih dan memiliki keluarga dengan riwayat

preeklampsia. Dampak yang bisa terjadi pada ibu hamil dengan preeklampsia adalah

sindrom HELLP (haemolisis, Elevated liver enzymes, and low platelet count), eklampsia,

penyakit kardiovaskuler, kegagalan organ seperti paru ginjal dan hati, gangguan

pembekuan darah, solusio placenta dan perdarahan otak. Akibat yang bisa ditimbulkan

pada janin adalah pertumbuhan janin menjadi lambat, persalinan prematur, asfiksia,

Berat Bayi Lahir Rendah bahkan bisa terjadi Intra Uterin Fetal Death (IUFD).

Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat

menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala yang paling dini dari

preeklmpsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh, terutama pembengkakan pada

muka dan tangan. Keluhan yang umum adalah sesaknya cincin pada jari jari (Taber, B

2
1994). Kenaikan berat badan selama hamil harus disesuaikan dengan Body Mass Indeks

(BMI) ibu hamil.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015) menyebutkan bahwa seseorang

yang memiliki indeks masa tubuh berlebih memiliki resiko tiga kali lebih besar terkena

hipertensi dibandingkan seseorang yang memiliki indeks massa tubuh normal. Penelitian

tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gudnadottir, T.A. et all

(2016) bahwa ibu hamil dengan kategori IMT overweight dapat menyebabkan 1,8 kali

lebih besar kemungkinan terjadinya hipertensi dan ibu hamil dengan kategori obesitas

menyebabkan 3,1 lebih besar kemungkinan terkena penyakit hipertensi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghojazadeh, M. et all (2013)

menyatakan bahwa indeks massa tubuh (IMT) dan Roll Over Test (ROT) secara

signifikan lebih tinggi pada preeeklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh Cnossen, J.S.

et all (2008) menyebutkan pada ibu hamil trimester II memiliki Mean Arteri Pressure

(MAP) ≥90 mmHg menunjukkan resiko 3 kali lebih besar kemungkinan terjadinya

preeklampsia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui Pengaruh

pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks

terhadap Skrining Preeklampsia pada ibu hamil (Studi di BPM wilayah Puskesmas

Pulorejo Kabupaten Jombang).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang sebelumnya, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure

(MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks terhadap Skrining Preeklampsia

pada ibu hamil di BPM wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Konsisten dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya,

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Menganalisis Pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test

(ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) terhadap Skrining Preeklampsia pada ibu hamil

di BPM wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP) pada ibu hamil di

BPM wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang

b. Mengidentifikasi pemeriksaan Roll Over Test (ROT) pada ibu hamil di BPM

wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang

c. Mengidentifikasi pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) pada ibu hamil di BPM

wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang

d. Menganalisis Pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over

Test (ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) terhadap Skrining Preeklampsia pada

ibu hamil di BPM wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang

1.4 Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat dicapai, penelitian ini akan

memberikan dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, sebagai

berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi bahan yang

dapat digunakan untuk perkembangan ilmu kebidanan yang terkait dengan masalah

4
penelitian. Penelitian ini juga bisa dijadikan referensi untuk menambah kajian pustaka

dan wawasan keilmuan bagi dunia pendidikan khususnya pada pendidikan Kebidanan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat,

khususnya ibu hamil untuk bisa mengontrol kenaikan berat badan selama hamil

berdasarkan Indeks Masa Tubuh, Penelitian ini bisa dimanfaatkan bagi bidan untuk

memberikan penyuluhan dan konseling pada masyarakat tentang mengatur kenaikan

berat badan selama hamil.

1.5 Target/ Luaran

Target luaran dalam penelitian ini adalah Pelayanan Ante Natal Care yang

berkualitas terutama dalam mengelola kenaikan berat badan ibu hamil selama hamil

berdasarkan Body Mass Indeks. Kontribusinya adalah mengontrol peningkatan berat

badan yang terlalu cepat selama hamil untuk mengurangi kejadian preeklamsia pada ibu

hamil.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Body Mass Indeks

2.1.1 Pengertian Body Mass Indeks

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau

cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat

meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan

meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan

berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang

lebih panjang.

Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan

untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan

sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat. Untuk memantau indeks masa

tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus

atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan

tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk

mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)


IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

2.1.2. Kategori Indeks Massa Tubuh

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang

membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas

6
ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-

23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat

kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang

antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan

ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang

batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan

Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil

penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas

ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Jika seseorang termasuk kategori :

1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan

tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat

badan tingkat ringan atau KEK ringan.

3. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.

4. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat

badan tingkat ringan.

5. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan

tingkat berat

7
2.2 Mean Arterial Pressure (MAP)

Mean arterial pressure adalah tekanan arteri rata-rata selama satu siklus denyutan

jantung yang didapatkan dari pengukuran tekanan darah systole dan tekanan darah

diastole. Niai normal dari MAP adalah berkisar antara 70-100 mmHg (Potter & Perry,

2005). Sedangkan mean arterial pressure didapatkan dari rumus sebagai berikut :

MAP = D + 1/3 (S-D)

Keterangan: D : Diastolik

S : Sistolik.

Pada penghitungan MAP akan didapatkan gambaran penting dalam tekanan darah

yaitu : tekanan sistolik adalah tekanan maksimal ketika darah dipompakan dari ventrikel

kiri, batas normal dari tekanan sistolik adalah 100-140 mmHg, tekanan diastolik adalah

tekanan darah pada saat relaksasi, batas normal dari tekanan diastolik adalah 60-80

mmHg. Tekanan diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dicapai

oleh jantung (Potter & Perry, 2005).

Tidak ada ukuran pasti mengenai nilai MAP normal pada anak- anak berkisar 70

mmHg, kemudian pada remaja yang lebih tua sekitar 80 mmHg. Dengan bertambanya

umur, tekanan systolik akan lebih besar dari pada tekanan diastolik, karena itu tekanan

nadi meningkat seiring bertambahnya umur. Perbedaan kecil tampak pada laki-laki dan

wanita. Wanita memiliki tekanan nadi yang sedikit lebih rendah daripada laki-laki yang

sama umurnya (Klabunde & Richard 2012).

Hasil dari pengukuran MAP ditentukan oleh pengukuran tekanan darah. Hasil

pengukuran tekanan darah tidaklah menunjukkan hasil yang konstan pada setiap saat.

Meskipun data kondisi yang paling baik sekalipun, hasil tekanan darah dapat berubah-

ubah.

8
Menurut Potter & Perry (2005), tidak konstannya hasil pengukuran tekanan darah

dipengaruhhi oleh berbagai faktor, antara lain : usia, jenis kelamin, stress, ras, medikasi,

elastisitas arteri, curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer, volume darah dan

viskositas darah.

2.3 Roll Over Test (ROT)

Roll Over Test adalah pengukuran tekanan darah pada dua posisi yang berbeda,

yaitu pada posisi tidur sisi kiri dan posisi tidur terlentang. ROT dikatakan positif jika

terjadi perubahan / peningkatan tekanan darah diastolik antara tidur sisi kiri dan

terlentang ≥ 15 mmHg dan ROT dikatana negative apabila terjadi perubahan tekanan

darah ≤ 15 mmHg (Suprihatin dan Norontoko, 2015). Roll Over Test pertama kali

diperkenalkan oleh Gant dan dilakukan pada usia kehamilan 28 sampai dengan 32

minggu. Pasien berbaring dalam posisi miring ke kiri kemudian diukur tekanan darahnya

dan diulangi sampai tekanan darah tidak berubah. Langkah selanjutnya pasien tidur

terlentang diukur tekanan darahnya dan dicatat. ROT dianggap positif apabila selisih

tekanan darah antara posisi miring dan terlentang adalah 20 mmHg atau lebih (Walia, D

and Gupta, 2015; Kaytri, 2016)

2.4 Konsep Dasar Pre-eklampsia

2.2.1 Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,

proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum.

Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan

sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan

(Maryunani, dkk, 2012). Sedangkan menurut Chapman (2010) preeklampsia adalah

merupakan kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan tekanan

darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan gagal

9
organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan

dan abrapsio plasenta.

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan

Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.

Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk, 2011).

Menurut Mansjoer, dkk (2010) preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Kemudian Preeklampsia menurut Achdiat (2010) adalah suatu

sindroma klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20 minggu dan / atau berat janin

500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat

timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik.

Menurut Skenna dan Kappel (2011) dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan

Kelahiran (2010), preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai

dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung atau berlanjut

menjadi kejang (eklampsia), sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi

pertumbuhan dan abrapsio plasenta / solusio plasenta (Maryunani, dkk, 2012).

Preeklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada trimester kedua

kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan kemunculan

sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria (Mary

dan Mandy, 2010)

2.2.2 Etiologi Preeklampsia

Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara

pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor

lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain:

10
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi

berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani,

dkk, 2012).

Dalam penelitian Rozikhan (2012), sebab preeklampsia dan eklampsia sampai

sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab

musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang

memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (1)

primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (2) semakin

tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus; dan (4) timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia

rahim dan plasenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus

memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda,

pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu,

diabetes , peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari

plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan

teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

Ternyata tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.

Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia

adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua

hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Ada banyak faktor yang menyebabkan

preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah

ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang

menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak teori

11
yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada

yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Chapman, 2012).

Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti, bukan

hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan preeklampsia

akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan tetapi

untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara

teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah

preeklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2010).

Sampai sekarang etiologi preeklampsia belum diketahui. Membicarkan

patofisiologinya tidak lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan fenomena yang

beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama

suksesnya penanganan preeklampsia sehingga preeklampsia/eklampsia disebut

sebagai the disease of many theories in obstetrics (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010).

Adapun teori-teori tersebut antara lain:

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh.

Pembuluh-pembuluh darah menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya

tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada

keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut

menyambut pembuluh darah pada jaringan jaringan vital.

2. Peran Faktor Immunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi

pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama

pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang

semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

12
3. Peran Faktor Genetik

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian

Preeklampsia Eklampsia antara lain:

a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia

b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia eklampsia

pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia eklampsia

c. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia pada anak

dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia

d. Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS).

Penderita pada tahap preeklampsia hendaknya mau dirawat dirumah sakit

untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan janin. Pemantauan meliputi

fungsi ginjal lewat protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-

hari pun perlu diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi,

sedangkan buahbuahan dan sayuran diperbanyak (Mambo, 2010).

2.2.3 Tanda dan Gejala Preeklampsia

Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan

berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di temukan:

1. Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih

2. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam : +3 atau +4 pada pemeriksaan kualitatif

3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dari 24 jam

4. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium

5. Edema paru-paru (Abdul, dkk, 2011)

Menurut Rozikhan (2010) tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila

peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam

13
trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita

menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat

pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita

preeklampsia. Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau

peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya

tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-

kurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini

sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal

2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik

sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia

berat.

2. Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan

tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada

ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada

kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre

eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih

diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg

dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat

badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan, mungkin merupakan

tanda preeklampsia. Bertambahnya berat badan disebabkan retensi air dalam

jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat.

Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia.

Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam kehamilan) tetapi

hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya general.

14
3. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter

dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 +

(menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air

kenci g yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin

yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya

timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering

ditemukan pada preeklampsia, karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah

ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.

Kemudian tanda dan gejala preeklampsia menurut (Maryunani, dkk, 2012)

adalah:

1. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

2. Proteinuria 5 gram/ 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan

kualitatif.

3. Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang

4. Edema paru-paru, sianosis

5. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,

pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium,

mual atau muntah serta emosi mudah marah.

6. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat

7. Adanya HELLP syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym,P=

Low Plat

8. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat Kriteria menentukan adanya edema

adalah: nilai positif jika edema di daerah tibia, lumbosakral, wajah (kelopak

mata), dan tangan, terutama setelah bangun tidur dipagi hari.

15
2.2.4 Klasifikasi Preeklampsia

Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini

adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2010):

1. Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau

edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini

dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas, penyebab

preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai

“maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya

(Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Gejala preeklampsia ringan meliputi:

1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90-110 mmHg

2. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam

3. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

4. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ

2. Preeklampsia Berat

Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema

pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:

1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg

2. Trombosit <100.000 /mm3

3. Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan

kuantitatif bisa disertai dengan:

16
a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)

b. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan

c. Nyeri abdomen

d. Gangguan fungsi hati

e. Gangguan perkembangan Intrauterine

2.2.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia

Setiap wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat

kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.

Menurut Sarwono (2010), faktor yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia

yaitu faktor usia dan paritas. Sedangkan berdasarkan penelitian Rozikhan RS.

Soewando Kendal pada tahun 2012 beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan

terjadinya preeklampsia adalah faktor pengetahuan, usia, paritas, riwayat

preeklampsia, genetik dan pemeriksaan kehamilan (ANC). Walaupun penyebab

preeklampsia belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut ini memiliki

hubungan dengan terjadinya preeklampsia.

1. Umur Ibu

Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat

berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan (Nursalam, 2011). Insiden tertinggi pada

kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya

meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Dengan bertambahnya usia seseorang,

maka kematangan dalam berfikir semakin baik.

Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil berkisar

antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan

berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun

17
atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena kehamilan pada usia ini

memiliki resiko tinggi, seperti terjadinya keguguran atau kegagalan persalinan,

bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki

tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang

lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai melemah,

juga kemungkinan munculnya berbagai risiko gangguan kesehatan, seperti darah

tinggi, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya termasuk preeklampsia (Gunawan,

2010).

Tinggi rendahnya usia seseorang memengaruhi terjadinya preeklampsia

(Sarwono, 2010).

1. Usia Kehamilan

Menurut (Royston, 2010) dalam (Dollar, 2010) preeklampsia biasanya muncul

setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika

terjadi di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi kronis. Sebagian besar

kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilna > 37 minggu dan makin tua

kehamilan makin berisiko untuk terjadinya preeklampsia.

2. Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.

Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak

yang pernah dilahirkannya. Pada primigaravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi

bila dibandingankan dengan multigaravida, terutama primigaravida muda

(Sarwono, 2010).

a. Bad Obstetric History

Seorang wanita yang pernah memiliki riwayat preeklampsia, kehamilan

molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia

18
lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan

darah tinggi menahun (Apotik Online, 2010).

2.2.6 Faktor Risiko Preeklampsia

1. Faktor terkait kehamilan

a. Kelainan kromosom janin

b. Hamil anggur (mola hidatidosa)

c. Kelainan bawaan janin

d. Kehamilan kembar (multiple)

e. Bayi tabung

f. Infeksi pada kehamilan (gigi,saluran kencing dll)

2. Faktor Risiko pada ibu

a. Usia < 20 tahun

b. Usia > 35 tahun

c. Ras kulit hitam

d. Riwayat keluarga pernah terkena preeclampsia

e. Riwayat kehamilan sebelumnya pernah preeclampsia

f. Stres fisik/mental

g. Obesitas (kegemukan)

h. Kehamilan pertama

i. Penyakit metabolik (darah tinggi, kencing manis, kadar lemak berlebih dll)

3. Faktor terkait bapak

a. Anak pertama

b. Riwayat menikah sebelumnya istri mengalami preeklampsia

19
2.2.6 Komplikasi Preeklampsia

Menurut Khatteryn & Laura (2010) dalam Anik Maryunani dan Yulianingsih

(2012) komplikasi ibu dengan preeklampsia meliputi : cerebral vascular accident,

kardiopulmonari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine yang

disebabkan oleh hipoksia dan prematur. Komplikasi preeklampsia yang lain adalah :

Ablatio retinae, gagal ginjal, perdarahan otak, gagal jantung dan edema paru (Vivian

dan Tri Sunarsih, 2010).

20
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Faktor – faktor yang


mempengaruhi preeklampsia :
a. Usia < 20 tahun
b. Usia > 35 tahun
c. Ras kulit hitam
d. Riwayat keluarga pernah
terkena preeclampsia
e. Riwayat kehamilan
sebelumnya pernah
preeklampsia
f. Stres fisik/mental
g. Kehamilan Pertama
h. Penyakit Metabolik (darah
tinggi, kencing manis,
kadar lemak berlebih dll
i. Kegemukan/Obesitas
(Body Mass Indeks)
Retensi Cairan
J. Tekanan Darah :
1. Roll Over Test
2. Mean Arteri Pressure
Pre-eklampsia

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll
Over Test dan Body Mass Indeks terhadap Skrining Preeklamsia pada ibu hamil

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada Pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll Over Test dan Body Mass Indeks

terhadap Srining Preeklamsia pada ibu hamil.

21
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain

penelitian Quasi Eksperiment dengan metode One group pre-post test design, yaitu

dengan melakukan pemeriksaan Pre-eklampsia pada saat ibu hamil menginjak usia

kehamilan 25 minggu dan dilakukan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dan Maen Arteri

Pressure (MAP) selama usia kehamilan 28 s/d 32 minggu selanjutnya mengevaluasi

terjadinya preeklampsia pada usia kehamilan 36 minggu s/d 40 minggu dengan

melakukan pemeriksaan urin albumin.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s/d Juni 2020. Penelitian ini bertempat

di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll Over Test dan

Body Mass Indeks dan variabel terikat adalah Skrining Preeklampsia pada ibu hamil.

4.4 Populasi, sampel dan sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester II di BPM

wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang yang berjumlah 65 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil Trimester II yang sesuai dengan

kriteria inklusi berjumlah 48 orang. Dengan menggunakan tehnik purposive sampling.

22
Intrumen dalam penelitian ini adalah Buku KIA, Ceklist, Timbangan berat badan,

Tensimeter, Tabung reaksi, asam asetat.

4.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel. 4.1 Defenisi operasional pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll Over Test

dan Body Mass Indeks terhadap Skrining Preeklampsia pada ibu hamil.

Variabel Definisi Parameter Instrume Skala Kategori /skor


Operasional n Data
Pemeriksaan Pemeriksaan Body Mass Indeks Ceklist Nomi Body Mass Indeks
MAP, ROT tekanan darah 1. BMI <18,5 Buku nal 1. Kenaikan BB
dan BMI yang dihitung peningkatan BB KIA Kurang
berdasarkan selama hamil (12,5-17 2. Kenaikan BB
rumus MAP kg) Normal
dan ROT serta 2. BMI 18,5-24,9 3. Kenaikan BB
pemeriksaan peningkatan BB Berlebih
Berat Badan selama hamil (11,5 -
ibu hamil 16 kg)
berdasarkan 3. BMI 25-29,9
indeks masa peningkatan BB
tubuh selama hamil (7-11,5
kg)
4. BMI ≥30 peningkatan
BB selama hamil (5-9
kg)

Roll Over Test Roll Over Test


1. Positif : Tekanan 1. Positif
darah diastolik antara 2. Negatif
posisi tidur samping
dan telentang ≥ 15
mmHg
2. Negatif : Perubahan
diastole ≤ 15 mmHg
(Suprihatin dan
Norontoko, 2015)

Mean Arteri Pressure Mean Arteri


1. Positif : MAP > 90 Pressure
mmHg 1. Positif
2. Negatif : MAP < 90 2. Negatif
mmHg
(Suprihatin, 2015)

Skrining Deteksi dini 1. Protein urine positif Buku Nomi 1. Preeklampsia


Preeklampsia terjadinya 2. Bengkak pada muka KIA, hasil nal 2. Tidak
pada ibu preeklampsia dan ekstremitas ANC preeklampsia
hamil pada ibu hamil 3. Sakit kepala hebat terpadu,

23
4. Nyeri ulu hati tabung
5. Tekanan darah tinggi reaksi,
6. Pandangan kabur asam
asetat.

4.6 Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Univariate menggunakan prosentase pada masing-masing variabel, Analisis Bivariate

untuk mencari pengaruh Body Mass Indeks, Roll Over Test dan Mean Arteri Pressure

terhadap Skrining preeklampsia pada ibu hamil. Data dianalisis dengan menggunakan

software SPSS dengn uji statistik Chi-Square pada analisis bivariat dan menggunakan uji

Regresi Logistik Linier pada analisis bivariat.

24
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Karakteristik responden berdasarkan usia ibu hamil dibedakan menjadi 3 kelompok
seperti pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ibu hamil di PMB wilayah
Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang Bulan April 2020
No Usia/tahun f Presentase (%)
1 <20 8 16,67
2 20 – 30 31 64,58
3 >35 9 18,75
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia ibu
hamil sebagian besar 31 responden (64,58%) responden berusia 20-35 tahun.

b. Karakteristik responden berdasarkan paritas


Karakteristik responden berdasarkan paritas ibu hamil dibedakan menjadi 3 kelompok
seperti pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan paritas ibu hamil di PMB wilayah
kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang pada bulan April 2020.
No Paritas f Presentase (%)
1 Primigravida 27 56,25
2 Multigravida 15 31,25
3 Grande Multigravida 6 12,5
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2020
Karakteristik Responden berdasarkan paritas pada tabel 2 menunjukkan bahwa lebih
dari setengah yaitu 27 responden (56,25%) adalah primigravida.

25
c. Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP)
Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP)
dibedakan menjadi 2 kelompok seperti pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemeriksaan Mean Arteri
Pressure (MAP) pada ibu hamil di PMB wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo Kabupaten Jombang pada bulan April 2020.
No Mean Arteri Pressure (MAP) f Presentase (%)
1 MAP positif 12 25
2 MAP negatif 34 75
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 34 orang
(75%) memiliki hasil pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP) negatif.

d. Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Roll Over Test (ROT)


Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dibedakan
menjadi 2 kelompok seperti pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Disribusi frekuensi responden berdasarkan hasil pemeriksaan Roll Over Test
(ROT) pada ibu hamil di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo
Kabupaten Jombang pada bulan April 2020
No Roll Over Test (ROT) f Presentase (%)
1 ROT positif 7 14,6
2 ROT negatif 41 85,4
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 4 hampir seluruh responden memiliki hasil pemeriksaan Roll Over
Test (ROT) negatif yaitu sebanyak 41 responden (85,4%).

e. Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI)


Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) dibedakan
menjadi 4 kelompok seperti pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan hasil pemeriksaan Body Mass Indeks
(BMI) pada ibu hamil di PMB wilayah kerja puskesmas Puloejo Kabupaten
Jombang pada bulan April 2020
No Body Mass Indeks (BMI) f Presentase (%)
1 Kurus 5 10,4
2 Normal 30 62,5
3 Berlebih 7 14,6
4 Obesitas 6 12,5
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2020

26
Hasil pemeriksaan Roll Over Test (ROT) pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki hasil ROT negatif yaitu sebanyak 30 responden (62,5%).

f. Karakteristik responden berdasarkan kasus preeklampsia


Karakteristik responden berdasarkan kasus preeklampsia pada ibu hamil dibedakan
menjadi 2 kelompok seperti pada tabel 5.6
Tabel 5.6 Distribusi frekuesi responden berdasarkan kasus preeklampsia pada ibu
hamil di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang
pada bulan Juni 2020
No Preeklampsia f Presentase (%)
1 Preeklampsia 5 10,4
2 Tidak Preeklampsia 43 89,6
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 6 diatas hampir seluruh responden tidak mengalami preeklampsia
yaitu sebanyak 43 responden (89,6%)

g. Tabulasi Silang hubungan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan


preeklampsia
Tabel 5.7 Tabulasi silang hubungan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP)
dengan preeklampsia di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten
Jombang pada bulan Juni 2020
Kasus Preeklampsia Jumlah
No Mean Arteri Pressure (MAP) Pre- Tidak
eklampsia Preeklampsia
f % f % f %
1 MAP positif 4 33,3 8 66,7 12 100
2 MAP negatif 1 2,9 33 97,1 34 100
Jumlah 5 10,4 43 89,6 48 100
Chi-Square : p-value : 0,002 r : 0,325
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-Square hubungan Mean
Arteri Pressure (MAP) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB wilayah
Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,002 dimana kurang
dari nilai p ≤ 0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,325 yang menunjukkan
bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan
preeklampsia pada kehamilan, yang dapat diartikan bahwa semakin besar nilai MAP
(positif) maka resiko terjadinya preeklampsia semakin besar, begitupun sebalikan
semakin kecil nilai MAP (negatif) maka semakin kecil kemungkinan terjadi
preeklampsia.

27
h. Tabulasi Silang hubungan hubungan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dengan
preeklampsia
Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dengan
preeklampsia di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten
Jombang pada bulan Juni 2020
Kasus Preeklampsia Jumlah
No Roll Over Test (ROT) Pre- Tidak
eklampsia Preeklampsia
f % f % f %
1 ROT positif 4 57,1 3 42,9 7 100
2 ROT negatif 1 2,5 40 97,5 41 100
Jumlah 5 10,4 43 89,6 48 100
Chi-Square : p-value : 0,001 r : 0,423
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-Square hubungan Roll Over
Test (ROT) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB wilayah Puskesmas Pulorejo
Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,001 dimana kurang dari nilai p ≤ 0,05
dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,423 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak yang
berarti ada hubungan Roll Over Test (ROT) dengan preeklampsia pada kehamilan,
yang dapat diartikan bahwa semakin besar nilai ROT (positif) maka resiko terjadinya
preeklampsia semakin besar, begitupun sebalikan semakin kecil nilai ROT (negatif)
maka semakin kecil kemungkinan trjadi preeklampsia.

i. Tabulasi Silang hubungan hubungan pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) dengan
preeklampsia
Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) dengan
preeklampsia di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten
Jombang pada bulan Juni 2020
Kasus Preeklampsia Jumlah
No Body Mass Indeks (BMI) Pre- Tidak
eklampsia Preeklampsia
f % f % f %
1 Kurus 0 0 5 100 5 100
2 Normal 1 3,3 29 96,7 30 100
3 Berlebih 1 14,3 6 85,7 7 100
4 Obesitas 3 50 3 50 6 100
Jumlah 5 10,4 43 89,6 48 100
Chi-Square : p-value : 0,002 r : 0,412
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-Square hubungan Body
Mass Indeks (BMI) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB wilayah Puskesmas
Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,002 dimana kurang dari nilai p ≤

28
0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,412 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak
yang berarti ada hubungan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada
kehamilan, yang dapat diartikan bahwa ibu dengan berat badan berlebih dan obesitas
memiliki resiko dua kali lebih besar terjadi preeklampsia dibandingkan dengan ibu
hamil yang memiliki berat badan kurus dan normal.
Hasil analisis multivariat regresi logistik pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure
(MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia
pada kehamilan menghasilkan nilai p-value : 0,000 dimana nilai p-value ≤ α yang
berarti terdapat pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada kehamilan.

5.2 Pembahasan
1. Hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan Preeklampsia pada kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 33,3% ibu hamil
dengan MAP positif mengalami preeklampsia dan 97,1% ibu hamil dengan MAP negatif
tidak mengalami preeklampsia. Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-
Square hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di
PMB wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,002 dimana
kurang dari nilai p ≤ 0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,325 yang menunjukkan
bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan
preeklampsia pada kehamilan, yang dapat diartikan bahwa semakin besar nilai MAP
(positif) maka resiko terjadinya preeklampsia semakin besar, begitupun sebalikan semakin
kecil nilai MAP (negatif) maka semakin kecil kemungkinan terjadi preeklampsia.
Ibu hamil dengan MAP positif akan memiliki resiko lebih besar terjadi preeklampsia
pada usia kehamilan 27 minggu dan 32 minggu. Tekanan arteri rerata ditentukan oleh
voleme tekanan darah, tingginya volume tekanan darah seseorang maka nilai arteri rerata
juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya semakin turun volume tekanan darah maka nilai
arteri rerata juga menurun. Pada Trimester II MAP merupakan prediktor preeklampsia
yang lebih baik daripada tekanan sistole dan diastole. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kane Da Silva and Brennecke (2014) kepada ibu hamil dengan usia
kehamilan 11-19 minggu didapatkan hasil bahwa kombinasi riwayat kesehatan ibu dan
MAP positif dapat mengidentifikasi preeklampsia sebesar 62,5%. Pada Trimester II MAP
merupakan prediktor preeklampsia yang lebih baik daripada tekanan sistole dan diastole.

29
2. Hubungan Roll Over Test (ROT) dengan Preeklampsia pada kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa 57,1% ibu
hamil dengan Roll Over Test (ROT) positif mengalami preeklampsia sedangkan 42,9%
tidak mengalami preeklampsia. Pada ibu hamil dengan Roll Over Test (ROT) negatif
97,5% tidak mengalami preeklampsia. Analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-
Square hubungan Roll Over Test (ROT) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB
wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,001 dimana nilai
p ≤ 0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,423 menunjukkan bahwa Ho ditolak yang
berarti ada hubungan Roll Over Test (ROT) dengan preeklampsia pada kehamilan, yang
dapat diartikan bahwa semakin besar nilai ROT (positif) maka resiko terjadinya
preeklampsia semakin besar, begitupun sebaliknya semakin kecil nilai ROT (negatif)
maka semakin kecil kemungkinan terjadi preeklampsia.
Pada posisi terlentang tekanan dari Vena Cava Inferior (VCI) menyebabkan
penurunan aliran balik Vena ke jantung dan mengakibatkan valume tekanan darah dan
cardiac output menurun. Berbalik dari lateral ke posisi terlentang dapat mengakibatkan
penurunan curah jantung sebesar 25%, sehingga menyebabkan terganggunya aliran darah
uteroplacenta sehingga memicu terjadinya preeklampsia pada kehamilan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kaytri (2016) yang dilakukan kepada 54 ibu hamil dengan melakukan
pemeriksaan ROT di usia kehamilan 28-32 minggu didapatkan hasil bahwa ROT sebagai
prediktor preeklampsia memiliki spesifitas 77,7% dengan tingkat prediktor positif sebesar
64,7%. Ibu hamil dengan ROT positif pada usia kehamilan 28-32 minggu memiliki resiko
2,2 kali lebih besar terkena preeklampsia sehingga ROT memilki hubungan yang
signifikan terhadap preeklampsia pada kehamilan.

3. Hubungan Body Mass Indeks (BMI) dengan Preeklampsia pada kehamilan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa ibu hamil dengan Berat Badan
Berlebih 14,3% mengalami preeklampsia, sedangkan pada ibu dengan obesitas 50%
mengalami preeklampsia. Kategori Berat badan pada ibu hamil diukur berdasarkan Body
Mass Indeks (BMI). Analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-Square hubungan Body
Mass Indeks (BMI) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB wilayah Puskesmas
Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,002 dimana kurang dari nilai p ≤ 0,05
dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,412 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak yang
berarti ada hubungan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia, yang dapat diartikan
bahwa ibu dengan berat badan berlebih dan obesitas memiliki resiko dua kali lebih besar

30
terjadi preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki berat badan kurus dan
normal.
Peningkatan tekanan darah pada dinding arteri disebabkan oleh meningkatnya
kebutuhan darah untuk suplai oksigen ke jaringan tubuh dan juga peningkatan volume
darah dalam sirkulasi pembuluh darah yang dipicu oleh meningkatnya berat badan pada
seseorang. Peningkatan berat badan yang terlalu cepat dalam waktu yang relatif singkat
selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya retensi cairan yang mengakibatkan
adanya odem terutama pada muka dan ekstremitas. Odem inilah ang menjadi gejala dini
timbulnya preeklampsia pada kehamilan. Beradsarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Reyes et al (2012) didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki Body Mass Indeks (BMI)
>31 menyebabkan dua kali resiko mengalami preeklampsia. Hal ini juga sesuai dengan
hsil penelitian yang dilakukan oleh Bilano et.al (2014) bahwa ibu hamil yang memiliki
BMI > 35 berpeluang lebih besar terkena preeklampsia dari pada ibu dengan BMI normal
dan menyatakan bahwa BMI memilki pengaruh yang signifikan terhadap preeklampsia
pada kehamilan.
Berdasarkan hasil analisis multivariat regresi logistik pengaruh pemeriksaan Mean
Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan
preeklampsia pada kehamilan menghasilkan nilai p-value : 0,000 dimana nilai p-value ≤ α
yang berarti terdapat pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada kehamilan.

31
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan Pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan preeklampsia


pada kehamilan
2. Terdapat hubungan Pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dengan preeklampsia pada
kehamilan
3. Terdapat hubungan Pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada
kehamilan
4. Ada pengaruh secara bersama-sama Pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll
Over Test (ROT), Body Mass Indeks (BMI) sebagai skrining preeklampsia pada
kehamilan

6.2 Saran
Diharapkan kepada semua pemberi layanan kesehatan kepada ibu hamil yaitu bidan
dan tenaga kesehatan lain untuk melakukan skrining preeklamsia dengan melakukan
pengelolaan kenaikan berat badan ibu hamil berdasarkan Body Mass Indeks (BMI)
selama kehamilan, melakukan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) pada setiap Antenatal Care mulai kehamilan Trimester ke II

32
DAFTAR PUSTAKA

Bilano, V.L et al. 2014. Risk faktor of preeclampsia/eclampsia and its adverse outcomes in
low-and midlle-income countries : A WHO secondary analysis. PloS ONE. 9(3).

Ekasari T, Natalia M.S, 2019. Deteksi Dini Preeklampsi dengan Antenatal Care. Yayasan
Ahmar Cendekia Indonesia, Sulawesi Selatan.

Kane, S. C, Da Silva Costa, F and Brennecke, S.P. 2014. New directions in the prediction of
pre-eclampsia. Australia and New Zeland Journal of Obstetric and Gynaecology, 54(2).

Kaytri, S. 2016. Role of uterine artery doppler and roll over test in prediction of pregnancy
induced hypertension, 5(10).

Keman Kusnarman, 2014. Patomekanisme Preeklampsia Terkini. Universitas Brawijaya


Press (UB Press), Malang.

Kenny, L.C. et al. 2014. Early pregnancy prediction of preeclampsia in lulliparous women,
combining clinical risk and biomarkers : The screening of Pregnancy andpoints
(SCOPE) international cohort study, hypertension, 64(3).

Lalenoh, D.C, 2018. Preeklampsia Berat dan Eklampsia : Tatalaksana Anestesi Perioperatif.
Depublish, Yogjakarta.

Syahriana, 2018. Analisis Mean Arteri Pressure, Roll Over Test, Indeks Masa Tubuh, Low
Density Lipoprotein, dan High Density Lipoprotein sebagai faktor prediktor hipertensi
dalam kehamilan.

33
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret April Mei


Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan usulan proposal penelitian
Penyerahan usulan proposal penelitian
Perbaikan proposal penelitian
Pelaksanaan penelitian
Penyusunan Laporan Penelitian
Juni Juli Agustus Septmber OKtober
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan usulan proposal penelitian
Penyerahan usulan proposal penelitian
Perbaikan proposal penelitian
Pelaksanaan penelitian
Penyusunan Laporan Penelitian
Penyerahan laporan Penelitian
Publikasi

Lampiran 2. Rencana Anggaran Penelitian

1. Bahan Habis Pakai dan Peralatan Penunjang


Harga Satuan Harga Peralatan
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas
(Rp) Penunjang (Rp)
Bahan habis pakai : Pemeriksaan Protein
- Asam Asetat Urine
- Spirtus 8 Rp. 100.000 Rp. 800.000
- Tabung reaksi

ATK : Cetak laporan


Kertas Print kemajuan dan akhir 5 Rp 100.000,- Rp 500.000,-
Penjilitan 10 Rp 30.000,- Rp 300.000,-
Olah data Penghitungan sesuai 30 Rp 10.000,- Rp 300.000,-
metodologi penelitian
Interpretasi data Analisis dan koreksi 30 Rp 10.000,- Rp 300.000,-
sesuai tinjauan pustaka
Turnit in Plagiarisme 1 Rp 300.000,- Rp 300.000,-
SUB TOTAL (Rp) Rp 2.500.000,-
2. Perjalanan
Justifikasi Kuanti Harga Satuan Biaya per Tahun
Material
Perjalanan tas (Rp) (Rp)
Transport responden Tansport 30 Rp 35.000,- Rp 1.050.000,-
respondent
BBM Transportasi 2 Rp 225.000,- Rp 450.000,-
SUB TOTAL (Rp) Rp 1.500.000,-

34
3. Lain-lain
Kuanti Harga Satuan
Kegiatan Justifikasi Biaya (Rp)
tas (Rp)
Penyusunan laporan kemajuan ATK 1 Rp 100.000,- Rp 100.000,-

Penyusunan laporan akhir ATK 1 Rp 500.000,- Rp 500.000,-

Penyusunan dan publikasi Administrasi 1 Rp 500.000,- Rp 500.000,-


artikel
SUB TOTAL (Rp) Rp 1.100.000,-
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) Rp 5.100.000,-

Lampiran 3. Susunan tugas peneliti

Nama / Instansi Bidang Alokasi Waktu


No Uraian Tugas
NIDN Asal Ilmu (jam/minggu)
1 Nining STIKES Kebidanan 2 jam per 1. Membuat jadwal koordinasi.
Mustika ICME minggu selama 2. Bertanggungjawab atas pekerjaan
Ningrum, Jombang 20 minggu dan penyelesaian penelitian.
SST.,M.Kes / 3. Menyusun laporan kemajuan,
0701048503 laporan akhir dan artikel
4. Menginput dan mengolah data
5. Mendokumentasikan dan
mengarsip semua berkas
penelitian

Lampiran 4. Biodata Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Nining Mustika Ningrum, SST.,M.Kes


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 02.08.127
5 NIDN 0701048503
6 Tempat dan Tanggal Lahir Sampan, 1 April 1985
7 E-mail niningmustika85@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 082233218801
9 Alamat Kantor Jl.Kemuning no.57 A Candimulyo Jombang
10 Nomor Telepon/Faks 0321-854916
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = .... orang; S-2 = .... orang; S-3 = .... orang
12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Asuhan Kehamilan
2. Asuhan Persalinan
3. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan maternal
neonatal

35
B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3


Nama Perguruan STIKES ICME JOMBANG UNIV.DIPONEGORO -
Tinggi SEMARANG
Bidang Ilmu BIDAN PENDIDIK MKIA
Tahun Masuk-Lulus 2009-2010 2012-2015
Judul Pengaruh cara belajar terhadap Analisis Implementasi
Skripsi/Tesis/Disertasi prestasi belajar mahasiswa D program Pencegahan dan
III Kebidanan STIKes ICMe Penularan HIV dari Ibu ke
Jombang Anak pada ibu hamil di
Puskesmas Wilayah
Kabupaten Jombang
Nama 1. Ruliati, SST, M.Kes 1. Dr. dr. Bagoes W, MPH
Pembimbing/Promotor 2. Harnanik N, M.Keb 2. Cahya Tri Purnami, SKM.,
M.Kes

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Penelitian Dosen.

Jombang, Juni 2020


Peneliti

Nining Mustika Ningrum, SST, M.Kes


NIDN. 0701048503

Nining Mustika Ningrum, SST, M.Kes

NIDN. 0701048503

36

Anda mungkin juga menyukai