iii
ABSTRAK
Kata kunci : Mean Arteri Pressure, Roll Over Test, Body Mass Indeks,
Preekalmpsia
iv
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Preeklampsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau keracunan pada kehamilan.
minggu dan akan hilang setelah melahirkan, namun tidak menutup kemungkinan pre-
eklamsia juga terjadi pada masa nifas. Gejala utama pre-eklampsia pada umumnya
adalah naiknya tekanan darah, bengkak seluruh tubuh dan adanya protein di dalam urin.
Gejala lain yang menyertai adalah sakit kepala, pandangan kabur, nyeri perut bagian atas
kanan (ulu hati) yang bisa berujung pada kejang (eklampsia). Kenaikan berat badan yang
timbul secara cepat dalam waktu yang singkat juga menunjukkan adanya retensi cairan
dan dapat merupakan gejala yang paling dini dari preeklmpsia. Pasien sadar akan edema
yang menyeluruh, terutama pembengkakan pada muka dan tangan. Keluhan yang umum
Data WHO (World Health Organization) pada tahun 2018 jumlah kasus
preeklampsia pada ibu hamil ada 12%. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada
tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia
menempati peringkat pertama dengan presentasi 38,88% (Dinkes Jawa Timur, 2018).
1
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang jumlah ibu
Penyebab utama preeklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun
beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada plasenta,
yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di
pembuluh darah placenta mengalami gangguan. Pembuluh darah menjadi lebih sempit
dari yang seharusnya, serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon.
Kondisi tersebut mengakibatkan kurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan. Beberapa
nutrisi, hamil kembar, sedang menderita penyakit tertentu seperti hipertensi, diabetes,
lupus atau penyakit ginjal, terlalu lama hamil lagi 10 tahun atau lebih, obesitas saat hamil
dengan Indeks Masa Tubuh 25 atau lebih dan memiliki keluarga dengan riwayat
preeklampsia. Dampak yang bisa terjadi pada ibu hamil dengan preeklampsia adalah
sindrom HELLP (haemolisis, Elevated liver enzymes, and low platelet count), eklampsia,
penyakit kardiovaskuler, kegagalan organ seperti paru ginjal dan hati, gangguan
pembekuan darah, solusio placenta dan perdarahan otak. Akibat yang bisa ditimbulkan
pada janin adalah pertumbuhan janin menjadi lambat, persalinan prematur, asfiksia,
Berat Bayi Lahir Rendah bahkan bisa terjadi Intra Uterin Fetal Death (IUFD).
Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat
menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala yang paling dini dari
preeklmpsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh, terutama pembengkakan pada
muka dan tangan. Keluhan yang umum adalah sesaknya cincin pada jari jari (Taber, B
2
1994). Kenaikan berat badan selama hamil harus disesuaikan dengan Body Mass Indeks
yang memiliki indeks masa tubuh berlebih memiliki resiko tiga kali lebih besar terkena
hipertensi dibandingkan seseorang yang memiliki indeks massa tubuh normal. Penelitian
tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gudnadottir, T.A. et all
(2016) bahwa ibu hamil dengan kategori IMT overweight dapat menyebabkan 1,8 kali
lebih besar kemungkinan terjadinya hipertensi dan ibu hamil dengan kategori obesitas
menyatakan bahwa indeks massa tubuh (IMT) dan Roll Over Test (ROT) secara
signifikan lebih tinggi pada preeeklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh Cnossen, J.S.
et all (2008) menyebutkan pada ibu hamil trimester II memiliki Mean Arteri Pressure
(MAP) ≥90 mmHg menunjukkan resiko 3 kali lebih besar kemungkinan terjadinya
preeklampsia.
pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks
terhadap Skrining Preeklampsia pada ibu hamil (Studi di BPM wilayah Puskesmas
(MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks terhadap Skrining Preeklampsia
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis Pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) terhadap Skrining Preeklampsia pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
b. Mengidentifikasi pemeriksaan Roll Over Test (ROT) pada ibu hamil di BPM
c. Mengidentifikasi pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) pada ibu hamil di BPM
Test (ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) terhadap Skrining Preeklampsia pada
Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat dicapai, penelitian ini akan
memberikan dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi bahan yang
dapat digunakan untuk perkembangan ilmu kebidanan yang terkait dengan masalah
4
penelitian. Penelitian ini juga bisa dijadikan referensi untuk menambah kajian pustaka
dan wawasan keilmuan bagi dunia pendidikan khususnya pada pendidikan Kebidanan.
2. Kegunaan Praktis
khususnya ibu hamil untuk bisa mengontrol kenaikan berat badan selama hamil
berdasarkan Indeks Masa Tubuh, Penelitian ini bisa dimanfaatkan bagi bidan untuk
Target luaran dalam penelitian ini adalah Pelayanan Ante Natal Care yang
berkualitas terutama dalam mengelola kenaikan berat badan ibu hamil selama hamil
badan yang terlalu cepat selama hamil untuk mengurangi kejadian preeklamsia pada ibu
hamil.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau
cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang
lebih panjang.
untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan
sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat. Untuk memantau indeks masa
tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus
atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas
6
ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-
23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat
ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang
Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil
Kategori IMT
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
4. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
5. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat berat
7
2.2 Mean Arterial Pressure (MAP)
Mean arterial pressure adalah tekanan arteri rata-rata selama satu siklus denyutan
jantung yang didapatkan dari pengukuran tekanan darah systole dan tekanan darah
diastole. Niai normal dari MAP adalah berkisar antara 70-100 mmHg (Potter & Perry,
2005). Sedangkan mean arterial pressure didapatkan dari rumus sebagai berikut :
Keterangan: D : Diastolik
S : Sistolik.
Pada penghitungan MAP akan didapatkan gambaran penting dalam tekanan darah
yaitu : tekanan sistolik adalah tekanan maksimal ketika darah dipompakan dari ventrikel
kiri, batas normal dari tekanan sistolik adalah 100-140 mmHg, tekanan diastolik adalah
tekanan darah pada saat relaksasi, batas normal dari tekanan diastolik adalah 60-80
mmHg. Tekanan diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dicapai
Tidak ada ukuran pasti mengenai nilai MAP normal pada anak- anak berkisar 70
mmHg, kemudian pada remaja yang lebih tua sekitar 80 mmHg. Dengan bertambanya
umur, tekanan systolik akan lebih besar dari pada tekanan diastolik, karena itu tekanan
nadi meningkat seiring bertambahnya umur. Perbedaan kecil tampak pada laki-laki dan
wanita. Wanita memiliki tekanan nadi yang sedikit lebih rendah daripada laki-laki yang
Hasil dari pengukuran MAP ditentukan oleh pengukuran tekanan darah. Hasil
pengukuran tekanan darah tidaklah menunjukkan hasil yang konstan pada setiap saat.
Meskipun data kondisi yang paling baik sekalipun, hasil tekanan darah dapat berubah-
ubah.
8
Menurut Potter & Perry (2005), tidak konstannya hasil pengukuran tekanan darah
dipengaruhhi oleh berbagai faktor, antara lain : usia, jenis kelamin, stress, ras, medikasi,
elastisitas arteri, curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer, volume darah dan
viskositas darah.
Roll Over Test adalah pengukuran tekanan darah pada dua posisi yang berbeda,
yaitu pada posisi tidur sisi kiri dan posisi tidur terlentang. ROT dikatakan positif jika
terjadi perubahan / peningkatan tekanan darah diastolik antara tidur sisi kiri dan
terlentang ≥ 15 mmHg dan ROT dikatana negative apabila terjadi perubahan tekanan
darah ≤ 15 mmHg (Suprihatin dan Norontoko, 2015). Roll Over Test pertama kali
diperkenalkan oleh Gant dan dilakukan pada usia kehamilan 28 sampai dengan 32
minggu. Pasien berbaring dalam posisi miring ke kiri kemudian diukur tekanan darahnya
dan diulangi sampai tekanan darah tidak berubah. Langkah selanjutnya pasien tidur
terlentang diukur tekanan darahnya dan dicatat. ROT dianggap positif apabila selisih
tekanan darah antara posisi miring dan terlentang adalah 20 mmHg atau lebih (Walia, D
proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum.
Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan
darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan gagal
9
organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan
Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk, 2011).
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
sindroma klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20 minggu dan / atau berat janin
500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat
Menurut Skenna dan Kappel (2011) dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung atau berlanjut
sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria (Mary
pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor
10
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi
berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani,
dkk, 2012).
sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab
musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (1)
tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus; dan (4) timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia
pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu,
diabetes , peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari
plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan
teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
Ternyata tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.
adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua
hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Ada banyak faktor yang menyebabkan
preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah
ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang
menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak teori
11
yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan preeklampsia
akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan tetapi
teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah
beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama
sebagai the disease of many theories in obstetrics (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010).
tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada
keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama
12
3. Peran Faktor Genetik
fungsi ginjal lewat protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-
hari pun perlu diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi,
berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di temukan:
1. Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
Menurut Rozikhan (2010) tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila
peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam
13
trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita
menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat
kurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini
sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal
2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik
sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia
berat.
2. Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada
ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre
dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat
badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan, mungkin merupakan
jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat.
Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam kehamilan) tetapi
14
3. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
(menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air
kenci g yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin
yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya
timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering
ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
adalah:
1. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2
2. Proteinuria 5 gram/ 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan
kualitatif.
5. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,
pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium,
Low Plat
adalah: nilai positif jika edema di daerah tibia, lumbosakral, wajah (kelopak
15
2.2.4 Klasifikasi Preeklampsia
Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini
1. Preeklampsia Ringan
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini
dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas, penyebab
preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai
1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
2. Preeklampsia Berat
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
3. Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan
16
a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
c. Nyeri abdomen
kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.
yaitu faktor usia dan paritas. Sedangkan berdasarkan penelitian Rozikhan RS.
Soewando Kendal pada tahun 2012 beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan
preeklampsia belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut ini memiliki
1. Umur Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan (Nursalam, 2011). Insiden tertinggi pada
kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya
Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil berkisar
antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan
berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun
17
atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena kehamilan pada usia ini
bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki
tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai melemah,
2010).
(Sarwono, 2010).
1. Usia Kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika
kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilna > 37 minggu dan makin tua
2. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak
(Sarwono, 2010).
18
lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan
e. Bayi tabung
f. Stres fisik/mental
g. Obesitas (kegemukan)
h. Kehamilan pertama
i. Penyakit metabolik (darah tinggi, kencing manis, kadar lemak berlebih dll)
a. Anak pertama
19
2.2.6 Komplikasi Preeklampsia
Menurut Khatteryn & Laura (2010) dalam Anik Maryunani dan Yulianingsih
disebabkan oleh hipoksia dan prematur. Komplikasi preeklampsia yang lain adalah :
Ablatio retinae, gagal ginjal, perdarahan otak, gagal jantung dan edema paru (Vivian
20
BAB 3
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll
Over Test dan Body Mass Indeks terhadap Skrining Preeklamsia pada ibu hamil
H1 : Ada Pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll Over Test dan Body Mass Indeks
21
BAB 4
METODE PENELITIAN
penelitian Quasi Eksperiment dengan metode One group pre-post test design, yaitu
dengan melakukan pemeriksaan Pre-eklampsia pada saat ibu hamil menginjak usia
kehamilan 25 minggu dan dilakukan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dan Maen Arteri
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s/d Juni 2020. Penelitian ini bertempat
Variabel bebas adalah pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll Over Test dan
Body Mass Indeks dan variabel terikat adalah Skrining Preeklampsia pada ibu hamil.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester II di BPM
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil Trimester II yang sesuai dengan
22
Intrumen dalam penelitian ini adalah Buku KIA, Ceklist, Timbangan berat badan,
Tabel. 4.1 Defenisi operasional pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure, Roll Over Test
dan Body Mass Indeks terhadap Skrining Preeklampsia pada ibu hamil.
23
4. Nyeri ulu hati tabung
5. Tekanan darah tinggi reaksi,
6. Pandangan kabur asam
asetat.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
untuk mencari pengaruh Body Mass Indeks, Roll Over Test dan Mean Arteri Pressure
terhadap Skrining preeklampsia pada ibu hamil. Data dianalisis dengan menggunakan
software SPSS dengn uji statistik Chi-Square pada analisis bivariat dan menggunakan uji
24
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25
c. Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP)
Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP)
dibedakan menjadi 2 kelompok seperti pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemeriksaan Mean Arteri
Pressure (MAP) pada ibu hamil di PMB wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo Kabupaten Jombang pada bulan April 2020.
No Mean Arteri Pressure (MAP) f Presentase (%)
1 MAP positif 12 25
2 MAP negatif 34 75
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 34 orang
(75%) memiliki hasil pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP) negatif.
26
Hasil pemeriksaan Roll Over Test (ROT) pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki hasil ROT negatif yaitu sebanyak 30 responden (62,5%).
27
h. Tabulasi Silang hubungan hubungan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dengan
preeklampsia
Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan pemeriksaan Roll Over Test (ROT) dengan
preeklampsia di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten
Jombang pada bulan Juni 2020
Kasus Preeklampsia Jumlah
No Roll Over Test (ROT) Pre- Tidak
eklampsia Preeklampsia
f % f % f %
1 ROT positif 4 57,1 3 42,9 7 100
2 ROT negatif 1 2,5 40 97,5 41 100
Jumlah 5 10,4 43 89,6 48 100
Chi-Square : p-value : 0,001 r : 0,423
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-Square hubungan Roll Over
Test (ROT) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB wilayah Puskesmas Pulorejo
Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,001 dimana kurang dari nilai p ≤ 0,05
dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,423 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak yang
berarti ada hubungan Roll Over Test (ROT) dengan preeklampsia pada kehamilan,
yang dapat diartikan bahwa semakin besar nilai ROT (positif) maka resiko terjadinya
preeklampsia semakin besar, begitupun sebalikan semakin kecil nilai ROT (negatif)
maka semakin kecil kemungkinan trjadi preeklampsia.
i. Tabulasi Silang hubungan hubungan pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) dengan
preeklampsia
Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan pemeriksaan Body Mass Indeks (BMI) dengan
preeklampsia di PMB wilayah kerja Puskesmas Pulorejo Kabupaten
Jombang pada bulan Juni 2020
Kasus Preeklampsia Jumlah
No Body Mass Indeks (BMI) Pre- Tidak
eklampsia Preeklampsia
f % f % f %
1 Kurus 0 0 5 100 5 100
2 Normal 1 3,3 29 96,7 30 100
3 Berlebih 1 14,3 6 85,7 7 100
4 Obesitas 3 50 3 50 6 100
Jumlah 5 10,4 43 89,6 48 100
Chi-Square : p-value : 0,002 r : 0,412
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-Square hubungan Body
Mass Indeks (BMI) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB wilayah Puskesmas
Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,002 dimana kurang dari nilai p ≤
28
0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,412 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak
yang berarti ada hubungan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada
kehamilan, yang dapat diartikan bahwa ibu dengan berat badan berlebih dan obesitas
memiliki resiko dua kali lebih besar terjadi preeklampsia dibandingkan dengan ibu
hamil yang memiliki berat badan kurus dan normal.
Hasil analisis multivariat regresi logistik pengaruh pemeriksaan Mean Arteri Pressure
(MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia
pada kehamilan menghasilkan nilai p-value : 0,000 dimana nilai p-value ≤ α yang
berarti terdapat pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada kehamilan.
5.2 Pembahasan
1. Hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan Preeklampsia pada kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 33,3% ibu hamil
dengan MAP positif mengalami preeklampsia dan 97,1% ibu hamil dengan MAP negatif
tidak mengalami preeklampsia. Berdasarkan analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-
Square hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di
PMB wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,002 dimana
kurang dari nilai p ≤ 0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,325 yang menunjukkan
bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan
preeklampsia pada kehamilan, yang dapat diartikan bahwa semakin besar nilai MAP
(positif) maka resiko terjadinya preeklampsia semakin besar, begitupun sebalikan semakin
kecil nilai MAP (negatif) maka semakin kecil kemungkinan terjadi preeklampsia.
Ibu hamil dengan MAP positif akan memiliki resiko lebih besar terjadi preeklampsia
pada usia kehamilan 27 minggu dan 32 minggu. Tekanan arteri rerata ditentukan oleh
voleme tekanan darah, tingginya volume tekanan darah seseorang maka nilai arteri rerata
juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya semakin turun volume tekanan darah maka nilai
arteri rerata juga menurun. Pada Trimester II MAP merupakan prediktor preeklampsia
yang lebih baik daripada tekanan sistole dan diastole. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kane Da Silva and Brennecke (2014) kepada ibu hamil dengan usia
kehamilan 11-19 minggu didapatkan hasil bahwa kombinasi riwayat kesehatan ibu dan
MAP positif dapat mengidentifikasi preeklampsia sebesar 62,5%. Pada Trimester II MAP
merupakan prediktor preeklampsia yang lebih baik daripada tekanan sistole dan diastole.
29
2. Hubungan Roll Over Test (ROT) dengan Preeklampsia pada kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa 57,1% ibu
hamil dengan Roll Over Test (ROT) positif mengalami preeklampsia sedangkan 42,9%
tidak mengalami preeklampsia. Pada ibu hamil dengan Roll Over Test (ROT) negatif
97,5% tidak mengalami preeklampsia. Analisis bivariat dengan meggunakan uji Chi-
Square hubungan Roll Over Test (ROT) dengan Preeklampsia pada ibu hamil di PMB
wilayah Puskesmas Pulorejo Kabupaten Jombang didapatkan p-value : 0,001 dimana nilai
p ≤ 0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) : 0,423 menunjukkan bahwa Ho ditolak yang
berarti ada hubungan Roll Over Test (ROT) dengan preeklampsia pada kehamilan, yang
dapat diartikan bahwa semakin besar nilai ROT (positif) maka resiko terjadinya
preeklampsia semakin besar, begitupun sebaliknya semakin kecil nilai ROT (negatif)
maka semakin kecil kemungkinan terjadi preeklampsia.
Pada posisi terlentang tekanan dari Vena Cava Inferior (VCI) menyebabkan
penurunan aliran balik Vena ke jantung dan mengakibatkan valume tekanan darah dan
cardiac output menurun. Berbalik dari lateral ke posisi terlentang dapat mengakibatkan
penurunan curah jantung sebesar 25%, sehingga menyebabkan terganggunya aliran darah
uteroplacenta sehingga memicu terjadinya preeklampsia pada kehamilan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kaytri (2016) yang dilakukan kepada 54 ibu hamil dengan melakukan
pemeriksaan ROT di usia kehamilan 28-32 minggu didapatkan hasil bahwa ROT sebagai
prediktor preeklampsia memiliki spesifitas 77,7% dengan tingkat prediktor positif sebesar
64,7%. Ibu hamil dengan ROT positif pada usia kehamilan 28-32 minggu memiliki resiko
2,2 kali lebih besar terkena preeklampsia sehingga ROT memilki hubungan yang
signifikan terhadap preeklampsia pada kehamilan.
30
terjadi preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki berat badan kurus dan
normal.
Peningkatan tekanan darah pada dinding arteri disebabkan oleh meningkatnya
kebutuhan darah untuk suplai oksigen ke jaringan tubuh dan juga peningkatan volume
darah dalam sirkulasi pembuluh darah yang dipicu oleh meningkatnya berat badan pada
seseorang. Peningkatan berat badan yang terlalu cepat dalam waktu yang relatif singkat
selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya retensi cairan yang mengakibatkan
adanya odem terutama pada muka dan ekstremitas. Odem inilah ang menjadi gejala dini
timbulnya preeklampsia pada kehamilan. Beradsarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Reyes et al (2012) didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki Body Mass Indeks (BMI)
>31 menyebabkan dua kali resiko mengalami preeklampsia. Hal ini juga sesuai dengan
hsil penelitian yang dilakukan oleh Bilano et.al (2014) bahwa ibu hamil yang memiliki
BMI > 35 berpeluang lebih besar terkena preeklampsia dari pada ibu dengan BMI normal
dan menyatakan bahwa BMI memilki pengaruh yang signifikan terhadap preeklampsia
pada kehamilan.
Berdasarkan hasil analisis multivariat regresi logistik pengaruh pemeriksaan Mean
Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan
preeklampsia pada kehamilan menghasilkan nilai p-value : 0,000 dimana nilai p-value ≤ α
yang berarti terdapat pengaruh Pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) dan Body Mass Indeks (BMI) dengan preeklampsia pada kehamilan.
31
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Diharapkan kepada semua pemberi layanan kesehatan kepada ibu hamil yaitu bidan
dan tenaga kesehatan lain untuk melakukan skrining preeklamsia dengan melakukan
pengelolaan kenaikan berat badan ibu hamil berdasarkan Body Mass Indeks (BMI)
selama kehamilan, melakukan pemeriksaan Mean Arteri Pressure (MAP), Roll Over Test
(ROT) pada setiap Antenatal Care mulai kehamilan Trimester ke II
32
DAFTAR PUSTAKA
Bilano, V.L et al. 2014. Risk faktor of preeclampsia/eclampsia and its adverse outcomes in
low-and midlle-income countries : A WHO secondary analysis. PloS ONE. 9(3).
Ekasari T, Natalia M.S, 2019. Deteksi Dini Preeklampsi dengan Antenatal Care. Yayasan
Ahmar Cendekia Indonesia, Sulawesi Selatan.
Kane, S. C, Da Silva Costa, F and Brennecke, S.P. 2014. New directions in the prediction of
pre-eclampsia. Australia and New Zeland Journal of Obstetric and Gynaecology, 54(2).
Kaytri, S. 2016. Role of uterine artery doppler and roll over test in prediction of pregnancy
induced hypertension, 5(10).
Kenny, L.C. et al. 2014. Early pregnancy prediction of preeclampsia in lulliparous women,
combining clinical risk and biomarkers : The screening of Pregnancy andpoints
(SCOPE) international cohort study, hypertension, 64(3).
Lalenoh, D.C, 2018. Preeklampsia Berat dan Eklampsia : Tatalaksana Anestesi Perioperatif.
Depublish, Yogjakarta.
Syahriana, 2018. Analisis Mean Arteri Pressure, Roll Over Test, Indeks Masa Tubuh, Low
Density Lipoprotein, dan High Density Lipoprotein sebagai faktor prediktor hipertensi
dalam kehamilan.
33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
34
3. Lain-lain
Kuanti Harga Satuan
Kegiatan Justifikasi Biaya (Rp)
tas (Rp)
Penyusunan laporan kemajuan ATK 1 Rp 100.000,- Rp 100.000,-
A. Identitas Diri
35
B. Riwayat Pendidikan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Penelitian Dosen.
NIDN. 0701048503
36