Anda di halaman 1dari 67

PERANAAN IMMATURE/TOTAL (I/T) RATIO, JUMLAH LEUKOSIT DAN

PROCALCITONIN (PCT) DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS SEPSIS

Oleh :
Ida Ayu Putri Wirawati, dr., SpPK
Prof. Dr. Aryati, dr., MS, SpPK(K)
Dr. Anak Agung Wiradewi Lestari, SpPK

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK – RSUD Dr. SOETOMO


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
DAFTAR ISI
Halaman

Bab 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................................ 4

1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.4.1. Manfaat dalam bidang pendidikan ................................................................. 5

1.4.2. Manfaat dalam bidang penelitian ................................................................... 5

1.4.3. Manfaat dalam bidang pelayanan masyarakat ............................................... 5

Bab.2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

2.1. Sepsis Neonatorum ........................................................................................ 6

2.1.1. Definisi Sepsis Neonatorum .......................................................................... 6

2.1.2. Etiologi ........................................................................................................... 9

2.1.3. Gejala Klinik .................................................................................................. 10

2.1.4. Patofisiologi ................................................................................................... 12

2.1.5. Diagnosis ........................................................................................................ 16

Bab.3. KERANGKA KONSEP ................................................................................ 23

Bab.4. METODA PENELITIAN .............................................................................. 24

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................... 24

iv
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 24

4.2.1. Waktu Penelitian ............................................................................................ 24

4.2.2. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 24

4.3. Populasi dan Subjek Penelitian ...................................................................... 24

4.3.1. Populasi .......................................................................................................... 24

4.3.2. Sampel ........................................................................................................... 24

4.4. Sampel Penelitian …………………………………………………………... 25

4.4.1. Cara Sampling ……………………………………………………………… 25

4.4.2. Besar Sampel ……………………………………………………………….. 25

4.4.3. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………………………….. 25

4.4.4. Kriteria Inklusi ……………………………………………………………... 26

4.4.5. Kriteria Eksklusi ……………………………………………………………. 27

4.5. Variabel Penelitian …………………………………………………………. 27

4.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian …………………………………... 27

4.7. Prosedur Kerja Pemeriksaan I/T Ratio Manual …………………………….. 29

4.8. Prosedur Kerja Pemeriksaan I/T Ratio Otomatis ………………………….. 30

4.9. Prosedur Kerja Pemeriksaan Jumlah Leukosit ……………………………... 32

4.10. Prosedur Kerja Pemeriksaan Procalcitonin (PCT) ………………………… 32

4.11. Rencana Pengolahan dan Analis Data ............................................................ 34

4.12. Alur Penelitian ……………………………………………………………… 35

4.13. Menjaga Kerahasiaan Data Subjek Penelitian ……………………………... 35

Bab 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………….. 36

v
5.1. Hasil Penelitian …………………………………………………………….. 36

5.2. Pembahasan ………………………………………………………………… 38

Bab 6 SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………... 44

Simpulan …………………………………………………………………… 44

Saran ………………………………………………………………………... 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45

LAMPIRAN ………………………………………………………………... 49

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di negara

berkembang meliputi Indonesia. Infeksi pada bayi baru lahir dan BBLR masih

sangat tinggi di Indonesia, beberapa diantaranya akan berkembang menjadi

septikemia. Infeksi sistemik pada bayi baru lahir merupakan penyebab tersering

kematian pada neonatus.1 National Neonatal Perinatal Databese 2000,

menunjukkan bahwa insiden sepsis neonatus dilaporkan 38 per 1000 kelahiran,

pada pusat layanan kesehatan tersier.2 Insiden sepsis neonatus di Indonesia pada

beberapa rumah sakit rujukan masih sangat tinggi, antara 8,76% - 30,29% dengan

angka kematian 11,56% - 49,9%. Insiden septikemia pada bayi baru lahir di

Indonesia antara 1,5% - 3,72% dengan angka kematian 37,0% - 80%. Infeksi dini

pada neonatus dapat disebabkan karena infeksi vertikal dari ibu dengan angka

kematian 5-20%. Di negara berkembang seperti India, Klebsiella pneumonia

merupakan organisme tersering yang dapat dijumpai diikuti oleh Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas. Penyebab infeksi berbeda dalam beberapa rumah sakit.

Penyebab infeksi pada bayi baru lahir di RS Cipto Mangunkusumo adalah

Salmonella typi, Eschericia coli, Pseudomonas. Infeksi dapat terjadi antenatal,

intranatal dan postpartum. Diagnosis dan deteksi dini harus sesegera mungkin

untuk mendapatkan prognosis terbaik.3 Kultur darah merupakan baku emas (gold

standar), tetapi hasilnya baru didapat setelah 48 – 72 jam dan kemungkinan

1
hasilnya dipengaruhi oleh antibiotika yang didapat saat persalinan, hanya 30 -

40% yang memberikan hasil positip. 4,5

Respon terhadap infeksi ditandai oleh beberapa tanda sepsis diantaranya

hipertermi (temperatur >38oC) atau hipotermi (temperatur <36oC), takikardia

(denyut jantung >160 x / menit), takipnea (laju pernafasan >60 x / menit).

Septikemia ini akan menyebabkan disfungsi organ, hipoperfusi, hipoksemia,

laktoasidosis. Kondisi ini pada tahap awal seringkali tidak dapat dikenali /

terdiagnosis, sehingga diperlukan laboratorium penunjang diagnostik. Oleh karena

tingginya angka kematian, maka pengobatan yang adekuat tidak boleh dilakukan

penundaan.6

Beberapa parameter lain, daat digunakan untuk menegakkan adanya sepsis

pada neonatus diantaranya : shift to the left, Hematology Scoring System, I/T ratio

manual, I/T ratio otomatis, procalcitonin.7,8,9 Neutrofil merupakan sel yang

terbentuk pertama kali yang mendasari sistem pertahanan tubuh. Jumlah neutrofil

tidak banyak di awal kehidupan bayi. Jumlah neutrofil bervariasi pada minggu-

minggu pertama kelahiran dan terendah didapatkan pada saat baru lahir (1800

mm3 kemudian meningkat menjadi 7200 mm3 pada 12 jam setelah kelahiran).

Adanya infeksi akan menyebabkan dilepaskannya neutrofil ke dalam aliran darah

yang akan diikuti oleh peningkatan sel darah putih. Jumlah neutrofil relatif sedikit

saat baru lahir dibandingkan orang dewasa. Leukosit (shift to the left) biasanya

digunakan untuk menegakkan diagnosis dini infeksi bakterial. Shift to the left

merupakan peningkatan imatur leukosit pada darah tepi terutama bentuk neutrofil

2
band. Pada infeksi neonatal akan didapatkan peningkatan jumlah neutrofil sesuai

dengan beratnya infeksi.9,10,11

Granulosit (shift to the left) dapat menggambarkan respon sumsum tulang

terhadap infeksi bakteri. Penghitungan band secara manual telah digunakan dalam

kegiatan bagian pediatri untuk menentukan infeksi karena bakteri, namun sulit

sekali untuk menentukan ketepatannya, oleh kerenanya terdapat pengukuran

granulosit untuk memprediksi adanya sepsis atau infeksi dengan menggunakan

alat automatik hematology analyzer Cell-dyn Rubby.12

Berbagai hitung leukosit perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis dini sepsis

neonatus, diantaranya dengan menghitung neutrofil imatur (band, metamyelocyte,

myelocyte, promyelocyte) terhadap total neutrofil (I/T ratio) sebagai penanda awal

sepsis neonatus. I/T ratio adalah perbandingan antara imatur neutrofil terhadap

jumlah total neutrofil pada hapusan darah tepi. Granulosit muda ini biasanya dapat

ditemukan pada saat infeksi dan septikemia. Pada differential count WBC dapat

dilihat keadaan shift to the left dan I/T ratio akan meningkat sebagai petanda

septikemia pada bayi baru lahir, dimana I/T ratio > 0,2 disertai dengan

leukopenia. Nilai I/T ratio pada neonatus yang tidak terinfeksi 0,16 pada 24 jam

pertama kelahiran, dan akan menurun sampai 0,12 dalam 60 jam setelah

kelahiran.13

Procalcitonin (PCT) dapat digunakan sebagai petanda dini sepsis oleh

karena bakteri, dan merupakan prohormon pembentuk kalsitonin terdiri atas 116

asam amino protein. PCT mempunyai half life 25-30 jam. PCT dibentuk pastinya

tidak diketahui, diduga dibentuk di monosit dan sel-sel hati. Konsentrasinya

3
meningkat 3-4 jam setelah mendapat paparan endotoksin, kadarnya tertinggi

dalam 6 jam dan akan tetap meningkat selama lebih dari 24 jam. PCT telah diteliti

dengan intensif sebagai diagnosis sepsis neonatal, dan dilaporkan bahwa tingginya

konsentrasi plasma PCT ditemukan pada bayi dengan infeksi berat, sedangkan

titer yang sangat rendah sebagai petanda tidak ada infeksi. Sensitivitas PCT pada

early neonatal sepsis 83% – 100%, sedangkan spesifisitasnya 70% – 100%.14,15,16

Karena bervariasinya gejala klinik dan sulitnya menetapkan diagnosis dini

sepsis pada neonatus sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium atau

penunjang diagnostik lainnya di dalam menegakkan diagnosis, seperti: I/T Rratio

manual dan automatik, PCT, namun hasilnya harus diinterpretasikan secara hati-

hati sesuai dengan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : bagaimanakah analisis pemeriksaan

immature/total (I/T) ratio manual, I/T ratio dan otomatis, jumlah leukosit,

procalcitonin (PCT) dalam menegakkan diagnosis sepsis neonatorum ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk menganalisis sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio manual, I/T ratio

otomatis, jumlah leukosit dan procalcitonin (PCT) dalam menegakkan

diagnosis sepsis neonatorum.

4
1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio manual

(mikroskopik) dalam menegakkan diagnosis sepsis neonatorum.

2. Menganalisis sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio otomatis dalam

menegakkan diagnosis sepsis neonatorum.

3. Menganalisis sensitivitas dan spesifisitas jumlah leukosit dalam

menegakkan diagnosis sepsis neonatorum.

4. Menganalisis sensitivitas dan spesifisitas procalcitonin (PCT) dalam

menegakkan diagnosis sepsis neonatorum.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat dalam bidang pendidikan

Sebagai dasar ilmiah nilai rujukan procalcitonin (PCT), jumlah leukosit

dan I/T ratio alat automatik, manual dalam mendiagnosis sepsis

neonatorum.

1.4.2 Manfaat dalam bidang penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian yang

lebih lanjut tentang diagnosis sepsis neonatorum.

1.4.3 Manfaat dalam bidang pelayanan masyarakat

1. Meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam mendiagnosis sepsis

neonatorum.

2. Mengurangi pemakaian antibiotika yang tidak perlu pada penderita

dugaan sepsis.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sepsis Neonatorum

2.1.1 Definisi Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis dengan gejala infeksi sitemik

dan diikuti dengan bakteremia yang terjadi pada bulan pertama kehidupan17.

Sepsis neonatal merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas baik pada

bayi aterm maupun bayi preterm, infeksi aliran darah bersifat invasif dan ditandai

ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang

atau air kemih. Keadaan ini sering terjadi pada bayi berisiko, misalnya pada berat

bayi lahir rendah (BBLR), bayi dengan sindrom gangguan nafas atau bayi lahir

dari ibu berisiko. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi,

SIRS, sepsis, sepsis berat, syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya

kematian.18

Walaupun terdapat kemajuan di dalam perawatan neonatus dengan meningkatnya

survival, dan menurunnya komplikasi pada bayi preterm, namun sepsis masih

menyebabkan kesakitan dan kematian, terutama pada BBLR < 1500 gram di

ruang Neonatus Intensive Care Unit (NICU).19

6
Gambar 2.1. Hubungan antara respon inflamasi sistemik sindrom ( SIRS), sepsis
dan infeksi. Infeksi tidak selalu disertai dengan respon inflamasi dan SIRS dapat
terjadi tanpa disertai oleh infeksi. Bila SIRS terjadi bersama-sama dengan infeksi
disebut sebagai sepsis.18
Dari Child Health Research Project Special Report: Reducing perinatal

and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 42% kematian bayi terjadi

karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran pernafasan, tetanus

neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. Morbiditas tetanus neonatal sudah

banyak mengalami perbaikan, tetapi kematian disebabkan sepsis belum

memperlihatkan perbaikan bermakna. Di Negara yang sedang berkembang, lebih

dari setengah kematian neonatus disebabkan oleh sepsis neonatal. Tingginya

angka kematian ini karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam penanganan

sepsis neonatus. Hambatan utama dalam tatalaksana tersebut adalah kesulitan

diagnosis dini. 19

Berdasarkan umur dan onset timbulnya gejala, sepsis neonatorum dapat dibagi

menjadi dua sebagai berikut:7

7
1. Sespis awitan dini (SAD)/Early onset sepsis neonatal, merupakan infeksi

perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72

jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran. Menurut Sagori,

Early Onset Neonatal Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bakteri

pada darah maupun cairan otak dari bayi yang berumur 7 hari pertama dari

kehidupannya. Penyebab infeksi saluran genital ibu, organisme penyebab

diantaranya Streptococcus group B, Eschericia coli, Listeria non typic,

Haemophilus influenza dan enterococcus.1 Incidence rate sepsis

neonatorum awitan dini adalah 3,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan

15-50% pasien tersebut meninggal. Di Amerika Serikat insiden Early

Onset Neonatal Sepsis adalah 3-4 kasus per 1000 kelahiran. Dengan

berkembangnya perawatan di bidang kebidanan dan neonatus, akan

menurunkan insiden SAD. Centres for Disease Control and Prevention

(CDC) Amerika Serikat merekomendasikan pemakaian antibiotika sebagai

profilaksis intrapartum untuk mencegah penyakit-penyakit perinatal oleh

karena group β Streptococcus. Saat ini insiden group β Streptococcus

khususnya pada SAD terjadi penurunan menjadi 0,3 - 0,4 kasus per 1000

kelahiran

2. Sepsis awitan lambat (SAL)/Late onset sepsis neonatal, merupakan infeksi

pascanatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau

rumah sakit (infeksi nosokomial). Disebut juga infeksi dengan transmisi

horizontal, dengan angka mortalitas 10-20%.

8
Berat lahir memegang peranan penting pada terjadinya sepsis neonatal.

BBLR adalah bayi lahir dengan berat < 2500 gram, tanpa memperhatikan usia

kehamilan. Dilaporkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah mempunyai risiko 3

kali lebih tinggi terjadi sepsis dari pada bayi dengan berat lahir > 2500 gram.

Makin rendah berat lahir, makin tinggi angka kejadian sepsis yang biasanya

disertai defisiensi imun.14,15

2.1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya sepsis neonatus adalah infeksi bakteri, virus, jamur,

atau protozoa. Penyebab paling sering sepsis awitan dini adalah Streptococcus

group B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan

lambat dapat disebabkan oleh Streptococcus group B, virus herpes simplek

(HSV), enterovirus dan E. Coli.19

Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan

stafilokokus koagulase-negatif, merupakan patogen paling sering pada sepsis. Di

FK UI / RSCM selama tahun 2002 kuman yang ditemukan pada awitan dini

berturut-turut Enterobacter Sp., Acinetobacter dan E. Coli Sp.3,20

Berlainan dengan awitan dini, pada awitan lambat kuman yang ditemukan

biasanya terdiri dari kuman nosokomial. Keadaan ini sering terjadi pada bayi yang

dirawat di ruang intensif neonatus, bayi kurang bulan yang mengalami perawatan

lama, nutrisi parenteral berlarut-larut, infeksi yang bersumber dari peralatan

perawatan bayi, infeksi nosokomial atau reaksi silang dari bayi lain atau dari

tenaga medis yang merawat bayi. Dalam penelitian di FKUI/RSCM pada awitan

9
lambat tersebut ditemukan kuman Enterobacter Sp., Klebsiella Sp., dan

Acinetobacter Sp., dan E. Coli Sp. Selain perbedaan kuman, faktor risiko juga

berbeda pada kedua kelompok sepsis neonatal.3

Tabel 2.1. Organisme yang dapat diisolasi dari neonatus yang terinfeksi.18

Organisme Persentase isolate


Gram Negatif
Escherichia coli 30,6 – 56 %
Klebsiella pneumonia 3,7 – 12,9 %
Actinobacillus species 8 – 19 %
Enterobacter species 3,5 – 5,7 %
Pseudomonas aeruginosa 2,8 – 4,7 %
Citrobacter species 4,7 %
Pasteurella species 3,7 %
Salmonella species 2,8 – 3,7 %
Serratia marcescens 2,8 – 3,7 %
Gram-positif
β-hemolytic streptococci 1,2 – 5,6 %
Other streptococci 7,1 %
Staphylococcus species 2,8 – 3,7 %
Clostridium species 2,4 – 3,7 %

Pada sepsis awitan dini faktor risiko biasanya mencakup: 5

Faktor Ibu : persalinan dan kelahiran kurang bulan, ketuban pecah dini lebih dari

24 jam, korioamnionitis, persalinan dengan tindakan, infeksi saluran kencing ibu,

demam pada ibu (temperatur > 38-40 0C), faktor sosial ekonomi dari gizi ibu.

Faktor Anak : asfiksia perinatal, berat lahir rendah, bayi kurang bulan, prosedur
invasif, kelainan bawaan.

2.1.3 Gejala Klinis


Gambaran klinis pasien-pasien sepsis neonatus tidak spesifik.

10
Gambaran klinis sepsis neonatus bervariasi, karena itu kriteria diagnostik harus

mencakup pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium ataupun

pemeriksaan khusus lainnya.

Tabel 2.2. Gambaran klinis sepsis neonatal.20

Variabel klinik :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil.
2. Laju nadi > 100 x/menit atau < 100 x/menit.
3. Laju nafas < 60 x/menit dengan retraksi atau desaturasi oksigen.
4. Letargi
5. Intoleransi glukosa (plasma glukosa > 10 mmol/L.
6. Intoleransi minum.

Variabel Hemodinamik :
1. Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi.
2. Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari).
3. Tekanan sistolik < 65 mmHg (bayi usia < 1 bulan)

Variabel perfusi jaringan :


1. Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik
2. Asam laktat plasma > 3 mmol/L

Variabel Inflamasi :
1. Leukositosis (> 34.000 x 109/L)
2. Leukopenia (< 5.000 x 109/L)
3. Neutrofil muda > 10%
4. Neutrofil muda/total neutrofil (I/T ratio) > 0,2
5. Trombositopenia < 100.000 x 10 9/L
6. C Reactive Protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal
7. Procalcitonin > 8,1 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal
8. IL-6 atau IL-8 > 70 pg/ml
9. 16 S rRNA gene PCR : positip

Divisi Perinatologi FK UI/RSCM mencoba melakukan pendekatan

diagnosis dengan menggunakan faktor risiko dan mengelompokkan dalam 2

kelompok yaitu faktor risiko mayor dan minor (tabel 2.).3

11
Tabel 2.3. Pengelompokan faktor risiko.3

Risiko Mayor Risiko Minor


1. Ketuban pecah > 24 jam 1. Ketuban pecah > 12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum 2. Ibu demam saat intrapartum suhu >
suhu > 38 0C 37,5 0C
3. Korioamnionitis 3. Nilai Apgar rendah (menit ke 1 < 5,
4. Denyut jantung bayi menit ke 5 : < 7)
menetap > 160 x/menit 4. Bayi berat lahir sangat rendah
5. Ketuban berbau (BBLSR) < 1500 gram
5. Usia gestasi < 37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan pada ibu
8. Ibu dengan infeksi saluran kemih
(ISK) / tersangka ISK yang tidak
diobati

Tabel 2.4. Sistem skoring untuk prediksi sepsis neonatal: 21

Penemuan Skor
- Lebih dari 2 sistem organ terlibat (yaitu terdapat 1
tanda infeksi pada sistem pernafasan,
gastrointestinal, hematologi, kardiovaskuler dan
kuit).
- Jumlah leukosit total < 10.000 atau > 1
20.000/mm3
- Jumlah neutrofil absolut < 1000/mm3 1
- Rasio neutrofil batang : neutrofil matur ≥ 0,1 1
- Usia > 1 minggu 1

Pasien ditetapkan sepsis bila terdapat ≥ 2 faktor tersebut, dan hal ini

mempunyai sensitivitas 93 % dan spesifisitas 88 %. Kriteria di atas juga dapat

mendeteksi sepsis neonatus awitan lambat dengan sensitivitas dan spesifisitas

berturut-turut: 88 % dan 74 %.

2.1.4 Patofisiologi dan perjalanan penyakit infeksi pada neonatus.

Inflamasi merupakan respon jaringan terhadap adanya injury atau adanya

mikroorganisme dan sangat penting peranannya oleh karena dapat memicu

12
pergerakan sel fagosit dan molekul-molekul pertahanan tubuh, seperti

immunoglobulin, dan komplemen dari darah ke tempat infeksi atau trauma

jaringan. Pada tahap pertama proses pengenalan trauma jaringan atau adanya

invasi mikroba. Sel-sel yang mengalami injury akan melepaskan mediator

(histamin) dan mensintesa substansi proinflamasi meliputi eicosanoids,

seperti prostaglandin, thromboxane, leukotrin dan interleukin 1 (IL-1) dan

TNF-α. (Gambar2.2)19

Gambar 2.2. Hubungan antara faktor-faktor proinflamasi, antiinflamasi dan


mediator lainnya di dalam terjadinya infeksi, SIRS dan syok septik.19

13
Infeksi oleh gram negatif merupakan penyebab sepsis terbanyak pada

neonatus, lipopolisakarida (LPS) biasanya turut terlibat di dalamnya. Saat masuk

ke dalam sirkulasi LPS berikatan dengan LPS-binding protein (LBP), kemudian

ikatan LPS kompleks berikatan dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel

fagosit mononuklear (mCD14) atau di dalam sirkulasi (sCD14). CD14 juga

berikatan dengan PG dan LTA dari bakteri gram positif. Ini menunjukkan jalur

aktivasi seluler infeksi bakteri gram positif. LPS-LBP-CD14 atau PG-LTA-CD14

kompleks kemudian bereaksi terhadap aktivasi seluler dari fagosit mononuklear

melalui TLR mengirim sinyal melalui membran sel. Berbagai tipe TLRs dapat

diidentifikasi pada sepsis mamalia spesies dan beberapa bukti menyatakan bahwa

tipe TLR ini dapat digunakan untuk membedakan mikrobial patogen.19

Aktivasi seluler juga terjadi sebagai akibat dari terbentuknya reaksi stres oksidatif

di dalam fagosit mononuklear diikuti stimulasi oleh proinflamasi seperti TNFα,

endotoksin atau exotoksin. Respon inflamasi terjadi tergantung pada

dihasilkannya terutama oleh fagosit mononuklear beberapa mediator inflamasi

meliputi sitokin proinflamasi (TNFα, IL-1, IL-6), enzim proinflamasi (seperti

inducible ntric oxide synthese, phospholipase A2, cyclooxygenase-2) dan molekul

adhesi (selectins, intracellular adhesion molecules).19

Pada awalnya perubahan yang terjadi berupa suatu respon inflamasi terjadi

sebagai akibat vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah

yang disebabkan oleh efek dari mediator vasoaktif yang dilepaskan oleh adanya

trauma (injury) atau infeksi pada sel. Faktor-faktor ini meliputi histamine,

14
serotonin, kinins, eicosanoids, platelet activating factor, fibrin degradation

product, dan produk komplemen, C3 dan C5a.

Pada neonatus terdapat berbagai kelainan berupa defisiensi imun atau

pertahanan tubuh sehingga respon sistemik pada janin dan neonatus akan

berlainan dengan orang dewasa. Pada infeksi awitan dini, respon sistemik pada

neonatus mungkin terjadi saat masih dalam kandungan dan keadaan ini dikenal

dengan Fetal Inflamatory Response Syndrome (FIRS), dimana infeksi janin atau

neonatus terjadi karena penyebaran infeksi kuman vagina, ascending infection

atau infeksi menjalar secara hematogen dari ibu yang menderita infeksi. Dengan

demikian konsep infeksi pada neonatus, khususnya pada awitan dini, perjalanan

penyakit bermula dengan FIRS, kemudian terjadi sepsis, sepsis berat, syok septik,

disfungsi multi organ, dan akhirnya kematian.17, 20

Bila ditemukan dua atau lebih keadaan :


- Laju nafas > 60x/mnt dengan / tanpa
retraksi dan desaturasi O2.
- Suhu tubuh tidak stabil (<36 0C atau
> 37 0C)  FIRS
- Capillary Refill time > 3 detik.
- Hitung leukosit < 4.000 x 109/L atau
> 34.000 x 109/L.
- CRP > 10 mg/dl.
- IL-6 atau IL-8 > 70 pg/ml.
- 16S rRNA gene PCR (+)
Adanya ≥1 kriteria FIRS disertai gambaran  Sepsis
klinis infeksi seperti terlihat pada tabel 4.
Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ  Sepsis Berat
tunggal.
Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan  Syok Sepsis
resusitasi cairan dan obat-obat inotropik.
Adanya disfungsi multi organ pada pasien  Sindrom disfungsi multi
yang mendapatkan pengobatan optimal. organ.

Gambar 2.3. Patofisiologi dan perjalanan penyakit infeksi pada neonatus.20

15
Tahap awal mungkin terbatas hanya gejala seperti takipnea, apnea, atau

takikardia, namun gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium secara

menyeluruh akan menggambarkan kelainan lainnya. Berbagai gejala bisa

mengesankan penyakit respiratorik, gastrointestinalis, atau sistem saraf pusat,

kejang bisa disebabkan oleh hipokaemia, hipoglikemia akibat septikemia atau

oleh peradangan sistem saraf pusat.20,21

2.1.5 Diagnosis

Paparan infeksi neonatus dapat terjadipada saat proses kehamilan,

persalinan dan kelahiran atau dapat pula timbul beberapa waktu setelah bayi lahir.

Biasanya dikelompokkan dalam bentuk infeksi paparan dini SAD, dimana

gambaran sepsis terlihat dalam 3-7 hari pertama setelah lahir. Setelah proses

kelahiran, infeksi biasanya berasal dari kuman lingkungan sekitar dan invasi

terjadi melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan atau melalui kulit yang

terinfeksi. Kelompok sepsis ini dikenal sebagai bentuk SAL (Late Onset Sepsis).

Selain berbeda dari waktu paparan, kedua infeksi ini berbeda juga dalam faktor

risiko dan kuman penyebab infeksi. Selanjutnya baik patogenesa dan gambaran

klinisnya penderita tidak banyak berbeda.22,23

Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang di dalam menegakkan

diagnosis sepsis adalah: 8,10,11,18

1. Kultur Darah

Kultur darah (biakan darah) merupakan baku emas (gold standar) dalam

diagnosis, dan membutuhkan waktu 3-5 hari untuk mendapatkan hasilnya.

16
Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis awitan dini maupun

sepsis awitan lambat.

2. Pewarnaan Gram

Pemeriksaan dengan pewarnaan Gram ini dilakukan untuk membedakan

apakah bakteri penyebab sepsis termasuk golongan bakteri Gram positif

atau Gram negatif. Pemeriksaan atau identifikasi awal kuman dengan

pengecatan gram dapat dilaksanakan di rumah sakit dengan fasilitas

laboratorium terbatas dan bermanfaat dalam menentukan diagnosis sepsis

sebelum didapatkan hasil pemeriksaan kultur darah.

3. Pemeriksaan Hematologi.

Langkah diagnosis sepsis pada neonatus meliputi hitung sel darah

putih/WBC (White Blood Cell) dengan diferensiasinya, hitung trombosit,

I/T ratio, Pemeriksaan darah untuk sepsis neonatus: hitung sel darah putih

dan diferensiasinya, hitung neutrofil absolut dan ratio immature terhadap

neutrofil total dalam darah telah digunakan dengan luas sebagai tes

penyaring adanya sepsis pada neonatus, namun tidak satupun dari

pemeriksaan ini dapat digunakan dalam menetapkan penyebab utama

sepsis pada neonatus.10,11 Nilai neutrofil normal, tergantung pada usia

bayi, dengan nilai tertinggi pada umur 12-14 jam pertama kehidupan bayi

(range 7.800 – 14.500 sel/mm3). Selama 72 – 240 jam dari kehidupan

awal bayi, nilainya berkisar 2.700 (5th percentile) – 13.000 sel/mm3 (95th

percentile) pada bayi cukup umur (full term). Hitung imatur neutrofil

absolut tertinggi pada 12 jam pertama setelah lahir. Bila rasio neutrofil

17
imatur dibanding neutrofil total > 0,16 hal ini menunjukkan adanya infeksi

bakteri.13,21

Sebaliknya nilai maksimum ratio immature terhadap hitung total sel darah

putih (I/T ratio) 0,16 saat lahir dan mencapai nilai terendah (Nadir) 0,12

sejalan dengan waktu setelah lahir. NIlai tunggal I/T ratio (>0,3)

mempunyai nilai negative predictive value (NPV) 99 %, tetapi nilai PPV

sangat jelek (25 %) untuk sepsis neonatus.21

Ada dua metoda pemeriksaan untuk menghitung nilai I/T ratio sebagai

berikut :

a. Metoda Manual

Rumus untuk menghitung I/T ratio adalah sebagai berikut :


Imatur Granulosit + Stab
I/T ratio =
Total Neutrofil
b. Metoda Otomatis

Metoda ini menggunakan inovasi baru yang telah menemukan alat

hematologi otomatis untuk mengidentifikasi dan menghitung granulosit

muda sehingga dapat meningkatkan kualitas dan biaya dalam pemeriksaan

laboratorium. Hasil pembacaan jenis leukosit dibaca dengan alat CELL-

DYN Rubby kemudian dilakukan perhitungan sesuai rumus perhitungan

I/T ratio.12

4. Procalcitonin (PCT)

PCT adalah sebagai alat diagnostik untuk mengidentifikasi infeksi

bakteri berat dan dapat diandalkan untuk mengindikasikan suatu

komplikasi sekunder akibat inflamasi sistemik pada tubuh, sebagai

18
petanda diagnosis sepsis bakterial. Jumlah PCT meningkat dalam kasus

sepsis serta reaksi inflamasi sistemik berat yang lain. PCT lebih dapat

diandalkan untuk mengikuti perjalanan penyakit pasien dalam kondisi

sepsis serta reaksi inflamasi berat yang lain jika dibandingkan dengn

parameter lain yang juga meningkat dalam kondisi tersebut.7,8

PCT terdapat juga dalam konsentrasi rendah pada orang sehat,

kadarnya akan meningkat dengan adanya infeksi bakteri seperti sepsis,

meningitis, urethritis dan akan meningkat secera cepat pada sepsis berat

atau syok septik.18,20

Dandona dkk, menemukan bahwa PCT pertama kali dapat dikenali 4 jam

setelah infeksi, sejumlah endotoksin pada orang sehat yang menyebabkan

inflamasi, kadarnya dengan cepat meningkat, setelah 6-8 jam mencapai

plateu dan kembali normal kadarnya setelah 24 jam. PCT secara

fisiologis kadarnya meningkat 24-48 jam setelah lahir, dan akan menjadi

normal setelah 3 hari. Selain karena infeksi, kadar PCT akan meningkat

pada bayi prematur, hipoksia, RDS (Respiratory Distress Syndrome), dan

instabilitas hemodinamik.22

Walaupun penetapan kadar CRP telah dipakai secara luas sebagai

indikator infeksi akut, namun peningkatan kadar CRP setelah terjadi

peradangan lebih lambat dibandingkan dengan peningkatan kadar PCT.

Perbedaan ini dapat dilihat pada nilai CRP akan mulai meningkat 4-6 jam

lebih lambat dari pada PCT setelah adanya infeksi dan akan mencapai

puncaknya 36 jam kemudian.24

19
PCT akan menurun kadarnya dalam 24-48 jam setelah mulai pemberian

antibiotika, dan kadarnya akan kembali normal setelah 3 hari, sedangkan

CRP kadarnya tinggi sekurang-kurangnya 24-48 jam kemudian akan

menurun. Oleh karenanya, PCT saat ini dikenal dan bermanfaat sebagai

indikator diagnosis dini terjadinya sepsis pada bayi baru lahir karena

meningkat lebih awal dalam 12 jam kehidupan, dibandingkan dengan

CRP, IL-6, yang juga dapat digunakan untuk mengikuti perkembangan

penyakit. PCT lebih cepat meningkat terhadap rangsangan inflamasi,

selain itu, PCT dapat membedakan infeksi bakteri dan virus.21,24

Indikasi pemeriksaan PCT antara lain:15

1. Diagnosis sepsis, sepsis berat dan septik syok.

2. Differetial diagnosis antara infeksi bakteri dan sepsis.

3. Evaluasi beratnya infeksi bakteri.

4. Monitoring perjalanan penyakit dengan sepsis.

5. Evaluasi pemberian antbiotika.

FDA (Food and Drug Association) menyetujui bahwa PCT dapat

digunakan sebagai marker sepsis untuk digunakan secara klinis di

Amerika Serikat (AS).

Saat ini FDA mengeluarkan ketentuan sebagai berikut: 15

1. PCT > 2 ng/ml, nilai ini bila ditemukan saat hari pertama di ruang

perawatan intensif, menandakan berisiko tinggi untuk berkembang

menjadi sepsis berat atau syok septik.

20
2. PCT < 0,5 ng/ml, nilai ini tidak dapat menyingkirkan kemungkinan

adanya infeksi karena infeksi yang terlokalisir (tanpa SIRS) juga dapat

dikaitkan dengan keadaan ini.

Diagnosis sepsis dengan menggunakan PCT.15

Fever
Leucocytosis

- Suspected Sepsis
- Severe sepsis
- Septic shock

Pemeriksaan PCT

< 0,5 ng/ml ≥ 0,5 and < 1 ng/ml ≥ 2 ng/ml

Pemeriksaan kembali
PCT (12-24 jam)

Bila kecurigaan tinggi

Bukan sepsis Sepsis belum pasti Pasti sepsis

Bila nilai PCT 0,5 - > 2 ng/ml kemungkinan besar adanya infeksi bakteri berat.

Tetapi pada pasien-pasien dengan disfungsi ginjal dan hati berat atau setelah

21
trauma (hari-hari pertama operasi atau trauma) nilai 0,5 ng/ml – 2 ng/ml masih

dapat dikatakan sebagai normal.15

Gambar 2.4 Peningkatan kadar PCT yang terus menerus dari keadaan sehat dan
keadaan sakit berat (sepsis berat dan syok septik).15

22
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

Neonatus dengan
faktor risiko

Infeksi

SIRS

Sepsis
Neonatorum

Proinflamasi
· IL-1, IL-6,
Antiinflamasi
· IL-8-IL-12
·IL-4, IL-10, IL-13
· TNFa Sitokin
· PGE2
· Sistem
· ILRA
komplemen
· Reseptor TNF
· Sistem koagulasi
· Interferon

I/T Ratio
WBC
Yang PCT
diteliti Kultur Darah

Infeksi pada neonatus dengan factor risiko bila tidak mendapat

penanganan akan menjadi SIRS, kemudian terjadi sepsis neonatorum. Mediator

akan teraktivasi meliputi sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-12,

TNF-α, interferon, sistem komplemen dan sistem koagulasi dan antiinflamasi

seperti IL-4, IL-10, IL-13, PGE2, ILRA dan reseptor TNF. Pemeriksaan gold

standard pada sepsis neonatorum adalah kultur darah, namun membutuhkan waktu

yang lama dan sensitivitas yang rendah. Sulitnya menetapkan diagnosis dini

sepsis pada neonatus sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai

penunjang diagnosis yaitu pemeriksaan I/T ratio, PCT, jumlah leukosit/WBC dan

kultur darah.

23
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian uji analitik observasional, dengan

rancang bangun cross sectional.

4.2 Waktu dan lokasi penelitian

4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai Desember 2015.

4.2.2 Lokasi penelitian

1. Ruang NICU RSUP Sanglah Denpasar: pemilihan dan pengambilan

sampel darah.

2. Pemeriksaan sampel darah dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik

RSUP Sanglah Denpasar.

4.3 Populasi dan Subyek Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita neonatus yang dirawat

di ruang NICU RSUP Sanglah Denpasar.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir sampai dengan

usia 28 hari yang mempunyai faktor risiko sepsis neonatorum dan atau

terdapat gejala klinis sepsis yang dirawat di ruang perawatan NICU RSUP

Sanglah Denpasar sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2015

yang memenuhi kriteria pemilihan.

24
4.4 Sampel Penelitian

4.4.1 Cara Sampling

Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling yaitu

mengambil semua subjek yang mempunyai faktor risiko sepsis neonatorum

dan/atau terdapat gejala klinis sepsis (clinically sepsis) secara berurutan

sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.4.2 Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan rumus besar sampel untuk uji diagnostik

dengan keluaran sensitivitas, sebagai berikut (Lemeshow dkk., 1990):

n = (Zα)2 Sen (1-Sen)

d2

Zα = 1,96 (tingkat kesalahan (α) sebesar 5%)

Sen = Sensitivitas alat yang diinginkan ditetapkan yaitu sebesar 80%

d = Presisi penelitian ditetapkan sebesar 10%

Jadi besar sampel penelitian:

n = (1,96)2 x 0,80 x (1 – 0,80) = 61,47

(0,1)2

Berdasarkan di atas maka didapatkan besar sampel penelitian adalah 62.

4.4.3. Teknik pengambilan sampel

Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling yaitu

mengambil semua subjek yang mempunyai faktor risiko sepsis neonatorum

dan/atau terdapat gejala klinis sepsis (clinically sepsis) secara berurutan sampai

jumlah sampel terpenuhi.

25
4.4.4 Kriteria Inklusi

1. Bayi baru lahir sampai dengan usis 28 hari.

2. Mempunyai minimal satu faktor risiko mayor sepsis neonatorum..

3. Mempunyai dua faktor risiko minor sepsis neonatorum.

4. Terdapat satu atau lebih gejala klinis sepsis (clinically sepsis).

5. Pasien dirawat di ruang perawatan bayi NICU RSUP Sanglah Denpasar

6. Subjek yang orang tuanya menyetujui dan bersedia mengisi lembar

persetujuan setelah penjelasan untuk ikut serta dalam penelitian.

Faktor risiko mayor sepsis neonatorum adalah ketuban pecah >24 jam, ibu

demam saat intrapartum dengan suhu >38°C, korioamnionitis, denyut

jantung janin menetap >160 kali/menit, serta ketuban berbau.

Faktor risiko minor sepsis neonatorum adalah ketuban pecah 12-24 jam, ibu

demam saat intrapartum dengan suhu 37,5-38°C, nilai APGAR rendah, berat

badan lahir sangat rendah (<1500 gram), usia gestasi <37 minggu,

kehamilan ganda, keputihan yang tidak diobati, serta ibu tersangka infeksi

saluran kemih.

Gejala klinis sepsis diantaranya adalah letargi, refleks isap buruk, demam,

poor or high pitch cry, kejang, gangguan kardiovaskuler (pucat, sianosis,

dingin), respiratory distress (takipne, apneu, merintih, retraksi), gangguan

saluran cerna (muntah, diare, distensi abdomen), gangguan sistem

hematologi (perdarahan, kuning), purpura, dan pustula.

26
4.4.5 Krteria Eksklusi

1. Bayi dengan data yang tidak lengkap

2. Hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh dari laboratorium di luar RSUP

Sanglah.

4.5. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. I/T ratio secara manual (mikroskopik)

2. I/T ratio dengan alat otomatik

3. Jumlah leukosit/WBC (White Blood Cell)

4. Procalcitonin (PCT)

4.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. I/T ratio manual (mikroskopik)

I/T ratio manual, metode ini disebut metode manual atau tradisional yang

merupakan pekerjaan rutin dan memakan waktu kerja, tapi pemeriksaan

ini dapat membantu diagnosis sepsis pada bayi. Hasil manual

membutuhkan waktu ± 1 jam bahkan lebih karena harus melalui proses

tahapan yaitu dengan pembuatan sediaan apus, pewarnaan, pengamatan

mikroskopis, serta perhitungannya. Perhitungan I/T ratio didapat dari

pembagian jumlah neutrofil imatur oleh jumlah total neutrofil. Bila rasio

neutrofil imatur dibanding neutrofil total > 0,20 hal ini menunjukkan

adanya infeksi bakteri

27
2. I/T ratio otomatis

Metode ini menggunakan inovasi baru untuk mengidentifikasi dan

menghitung granulosit muda. Hasil pembacaan jenis leukosit dibaca

dengan alat Cell-Dyn Rubby kemudian dilakukan perhitungan sesuai

rumus perhitungan I/T ratio.

3. Jumlah leukosit/WBC

Leukosit merupakan sel bulat berinti dengan ukuran 9-20 μm, pada

neonatus jumlahnya sekitar 9,1 x 103/μl - 34 x 103/μl. Leukosit berasal dari

satu stem cell dan mengalami diferensiasi. Leukosit diangkut oleh darah ke

berbagai jaringan tubuh tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi

fisiologiknya. Hitung leukosit menyatakan jumlah leukosit per

milimeterkubik atau mikroliter. Langkah diagnosis sepsis pada neonatus

meliputi hitung leukosit/WBC (White Blood Cell), menggunakan sistem

analisis flow cytometry dibaca oleh alat Cell-Dyn Rubby.

4. Procalcitonin (PCT)

Procalcitonin (PCT) adalah parameter untuk mengidentifikasi infeksi

bakteri berat dan dapat dipakai untuk mengindikasikan suatu komplikasi

sekunder akibat inflamasi sistemik pada tubuh. PCT <0,5 ng/ml

menunjukan risiko rendah, nilai 0,5 sampai 2,00 ng/ml menunjukan risiko

sedang dan >2,00 ng/ml menunjukan risiko tinggi mengalami sepsis. Pada

kasus infeksi berat kadar PCT meningkat hingga melebihi 100 ng/ml.

28
4.7. Prosedur Kerja Pemeriksaan I/T ratio Manual

Pemeriksaan I/T ratio dilakukan dengan membuat preparat apusan darah

tepi, menggunakan pengecatan Giemsa dan dibaca secara mikroskopis.

4.7.1. Prinsip Pemeriksaan

Menghitung I/T ratio dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Imatur Granulosit + Stab


I/T ratio =
Total Neutrofil
4.7.2. Spesimen

Spesimen pemeriksaan berupa darah dengan antikoagulan EDTA.

4.7.3. Cara Kerja

1. Preparasi reagen dan alat: giemsa, methanol 70%, objek glas,

mikroskop.

2. Preparat apusan darah tepi diletakkan di bawah mikroskop dan dibaca

pada pembesaran 10/per lapang pandang kecil dan dilanjutkan dengan

pembesaran 100 kali atau per lapang pandang besar.

3. Dilakukan penghitungan dengan parameter eosinofil, basofil, stab /

imatur granulosit (IG), segmen, limfosit dan monosit dalam 100

leukosit, kemudian hitung jumlah IG dibagi jumlah total neutrofil

sampai 10 kali lapang pandang, dimasukkan sesuai rumus.

29
Contoh penghitungan I/T ratio manual:

Parameter
Jumlah Eos Baso Stab/IG Segmen Limfo Mono
Sel
I 0 0 0 IIII II 1
II 0 0 0 IIII II 0
III 0 0 0 IIII II III 1
IV 1 0 0 IIII I II 0
V 0 0 0 IIII I II 1
VI 0 0 1 IIII I IIII 0
VII 1 0 0 IIII II II 1
VIII 0 1 1 IIII II III 0
IX 0 0 0 IIII II III 0
X 1 0 1 IIII II II 1
Total 3 1 4 62 25 5
I/T ratio = 4/62+4 = 0,06

4.7.4. Interpretasi hasil

Bila rasio neutrofil imatur dibanding neutrofil total > 0,20 hal ini

menunjukkan adanya infeksi bakteri.

4.8. Prosedur Kerja Pemeriksaan I/T ratio otomatis

Pemeriksaan I/T ratio dengan menggunakan sistem analisis flow cytometry

dari alat Cell-Dyn Rubby kemudian dilakukan perhitungan sesuai rumus

perhitungan I/T ratio.

4.8.1. Prinsip Pemeriksaan

Sistem analisis flow cytometry dengan sensor light Scatter, dimana sinar

difokuskan untuk sel-sel darah yang melewati suatu flow cell. Sinar

dipancarkan ke segala arah, karena sel menghalangi jalannya sinar, sumber

30
sinar berasal dari laser. Sinar-sinar yang dipecahkan ditangkap oleh

fotodetektor dan dianalisis serta dikonversikan hasilnya.

4.8.2. Spesimen

Spesimen pemeriksaan berupa darah dengan antikoagulan EDTA.

4.8.3. Cara Kerja

Sampel darah dalam tabung dengan tutup warna ungu, dimasukkan ke

dalam alat Cell-Dyn Rubby. Hasil dibaca dalam 15 menit dan maksimal

sebelum 30 menit.

4.8.4. Interpretasi hasil

Bila rasio neutrofil imatur dibanding neutrofil total > 0,20 hal ini

menunjukkan adanya infeksi bakteri.

31
4.9. Prosedur Kerja Pemeriksaan jumlah leukosit/WBC

Pemeriksaan leukosit/WBC dengan menggunakan sistem analisis flow

cytometry dari alat Cell-Dyn Rubby. 12

4.9.1. Prinsip Pemeriksaan

Sistem analisis flow cytometry dengan sensor light Scatter, dimana sinar

difokuskan untuk sel-sel darah yang melewati suatu flow cell. Sinar-sinar

yang dipecahkan ditangkap oleh fotodetektor dan dianalisis serta

dikonversikan hasilnya.12

4.9.2. Spesimen

32
Spesimen pemeriksaan berupa darah dengan antikoagulan EDTA.

4.9.3. Cara Kerja

Sampel darah dalam tabung dengan tutup warna ungu, dimasukkan ke

dalam alat Cell-Dyn Rubby. Hasil dibaca dalam 15 menit dan maksimal

sebelum 30 menit.

4.9.4. Interpretasi hasil

Bila didapatkan hasil jumlah leukosit < 9,1 - ≥ 34 x 103/μl, hal ini

menunjukkan adanya infeksi.

4.10. Prosedur Kerja Pemeriksaan procalcitonin (PCT)

PCT merupakan salah satu petanda adanya sepsis.

4.10.1. Prinsip Pemeriksaan

Prnsip pemeriksaan PCT adalah one step sandwich assay.

4.10.2. Spesimen

Spesimen pemeriksaan berupa serum sebanyak 30 μl.

4.9.3. Cara Kerja

Inkubasi pertama: yaitu antigen dalam sampel (30 μl), biotinylated

monoclonal PCT-specific antibody dan monoclonal PCT-specific antibody

dilabel dengan ruthenium complex akan membentuk kompleks sandwich.

Inkubasi kedua : yaitu setelah penambahan streptavidin yang melapisi

mikro partikel, kompleks ini akan berikatan dengan fase solid melalui

interaksi antara biotin dan streptavidin. Campuran reaksi diaspirasi ke

dalam pengukuran sel dimana mikropartikel yang terbesar dengan capture

terbesar pada permukaan elektroda. Substansi yang tidak berikatan

kemudian dipindahkan dengan ProCell/ProCell M. Dengan ada voltage

33
electroda yang akan menginduksi emisi chemiluminescent yang dapat

diukur dengan photomultiplier.

Hasil ditentukan melalui kurva kalibrasi dengan alat khusus / spesifik yang

dihasilkan dari dua poin kalibrasi dan master kurva ditetapkan dengan

barcode reagen. 24

Procalcitonin in sample

Biotinylated
Ruthenylated
monoclonal
monoclonal
antibody against
antibody against
Procalcitonin
Procalcitonin
4.10.4. Interpretasi hasil

Bila nilai PCT 0,5 - > 2 ng/ml kemungkinan besar adanya infeksi bakteri
berat.
4.11. Rencana pengolahan dan analisis data

Nilai diagnostik I/T ratio manual, I/T ratio otomatis, jumlah leukosit dan

procalcitonin dibandingkan dengan biakan darah sebagai gold standard.

Analisis data :

1. Secara deskrptif untuk menggambarkan data demografi subyek

penelitian.

2. Uji diagnostik untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal

negatif, nilai ramal positif, rasio kemungkinan positif dan rasio

kemungkinan negatif I/T ratio manual dan otomatis, jumlah leukosit

dan procalcitonin menggunakan program strata.

34
Rumus menghitung validitas eksterna (Dahlan, 2009):

Positif sejati
Sensitivitas diagnostik: ----------------------------------- x 100%
Positif sejati + negatif semu

Negatif sejati
Spesifisitas diagnostik : ----------------------------------- x 100%
Negatif sejati + positif semu

Positif sejati
----------------------------------- x 100%
Nilai ramal positif : Positif sejati + positif semu

Negatif sejati
----------------------------------- x 100%
Nilai ramal negatif :
Negatif sejati + negatif semu
Sensitivitas diagnostic
Rasio kemungkinan -----------------------------------
positif: (1 – Spesifisitas diagnostik)

(1 - Sensitivitas diagnostik)
Rasio kemungkinan -----------------------------------
negatif: Spesifisitas diagnostic

4.12. Alur Penelitian

Diagram Alur Penelitian

35
Penderita dugaan Sepsis

Pengambilan sampel darah

1. Pemeriksaan DL, 2. Pemeriksaan serum PCT


HDT, I/T ratio
manual, alat

Hasil Hasil

Analisis data

4.13. Menjaga Kerahasiaan Data Subyek Penelitian

Kerahasiaan pasien dijaga dengan cara nama pasien diganti dengan

kode/inisial atau angka. Data ini digunakan untuk kepentingan penelitian

ilmiah. Data ini digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah.

36
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Bulan Oktober 2015 sampai dengan

Desember 2015 di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP Sanglah

Denpasar dengan mengambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Sebanyak 59 orang bayi yang dicurigai sepsis neonatal didata dan

dianalisis. Data yang didapatkan dianalisis secara statistik untuk mencari

sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif / Positive Predictive Value (PPV),

nilai duga negatif / Negative Predictive Value (NPV), dan likelihood (LR).

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian

Jumlah Persentase (%)


Jenis kelamin
Laki-laki 36 61,01
Perempuan 23 38,99
Umur bayi (hari)
0–3 20 33,89
>3 39 66,11
BBL (gram)
<2500 36 61,01
>2500 23 38,99
Ibu demam
>38oC 4 6,79
≥37,5oC 1 1,69
Tidak demam 54 91,52
Umur kehamilan
Preterm 35 59,32
Aterm 24 40,68

37
Jumlah Persentase (%)
Ketuban Pecah Dini (KPD)
>12 jam 2 3,39
>24 jam 4 6,78
Tidak dengan KPD 53 89, 83
Cara persalinan
Pervaginam 39 66,11
Sectio cesaria 19 32,20
Forceps 1 1,69
Jumlah WBC
<9 x 103/μl 21 35,59
9,1-34 x 103/μl 37 62,72
>34 x 103/μl 1 1,69

5.1.1. Sensitivitas dan Spesifisitas I/T ratio manual (Mikroskopik)

Dengan menggunakan hasil kultur darah sebagai standar baku

penentuan diagnosis sepsis, dan cut off I/T ratio 0,2, maka didapatkan

sensitivitas 69,2% dan spesifisitas 83,9%, dengan likelihood ratio 3,06.

5.1.2. Sensitivitas dan Spesifisitas I/T ratio Otomatis

Dengan menggunakan hasil kultur darah sebagai standar baku

penentuan diagnosis sepsis, dan cut off I/T ratio 0,2, maka didapatkan

sensitivitas 47,6% dan spesifisitas 85,8%, dengan likelihood ratio 2,25.

5.1.3. Sensitivitas dan Spesifisitas Jumlah Leukosit/ WBC

Dengan menggunakan hasil kultur darah sebagai standar baku

penentuan diagnosis sepsis, dan cut off jumlah leukosit / WBC 9 x

103/μl - 34 x 103/μl, maka didapatkan sensitivitas 59% dan spesifisitas

71,5%, dengan likelihood ratio 1,59.

38
5.1.4. Sensitivitas dan Spesifisitas Procalcitonin (PCT)

Dengan menggunakan hasil kultur darah sebagai standar baku

penentuan diagnosis sepsis, dan cut off procalsitonin 0,5 ng/ml, maka

didapatkan sensitifitas 64,3% dan spesifisitas 85,8%, dengan likelihood

ratio 3,13.

Tabel 5.2. Hasil Sensitivitas, Spesifisitas, LR, PPV dan NPV

Parameter Sensitivitas Spesifisitas LR PPV NPV

(%) (%) (%) (%)

I/T ratio manual 69,2 83,9 3,06 63,9 87

I/T ratio otomatis 47,6 85,8 2,25 55,1 81,4

Jumlah leukosit 59 71,5 1,59 46,7 80,9

Procalsitonin 64,3 85,8 3,13 64,3 85,8

5.2. Pembahasan

Procalcitonin (PCT) merupakan suatu petanda serologis dalam bentuk

prohormon yang makin banyak diteliti perannya sebagai determinan etiologi

pada penyakit infeksi.23 Kadar PCT pada beberapa penelitian sebelumnya

memiliki nilai sensitivitas, spesifisitas dan cut off point yang bervariasi.16,23 Pada

penelitian Sucilathangan di India, tahun 2013, menunjukkan sensitivitas dan

spesifisitas PCT sebesar 92,8% dan 75,0% pada neonatus, dengan nilai duga

positif / Positive Predictive Value (PPV) 59% dan nilai duga negatif/Negative

Predictive Value (NPV) 96%.25 Stephani, tahun 2014, di Texas AS, dengan

menggunakan nilai cut off point 0,6 ng/ml mendapatkan bahwa nilai sensitivitas

39
dan spesifisitas PCT sebesar 100% dan 65% dengan PPV 67% dan NPV 100%.16

Sakha, 2008 di Pakistan menggunakan cut off 2 ng/ml mendapatkan nilai

sensitivitas dan spesifisitas PCT sebesar 66,7% dan 50%, dengan PPV 28,6% dan

NPV 83,3%.39 Jose BL, 2007 di Spanyol menggunakan cut off point 0,55 ng/ml,

mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas PCT sebesar 75,4% dan 72,3%.26

Khosdell, tahun 2008, di Iran, menggunakan cut off point 2 ng/ml, mendapatkan

bahwa nilai sensitivitas dan spesifisitas PCT sebesar 87,5% dan 87,4%.26 Dengan

cut off yang sama, Suryanto C.A., tahun 2012, di RS dr. Kariadi memperoleh

nilai sensitivitas dan spesifisitas PCT sebesar 66,6% dan 44,4%, dengan PPV

37% dan NPV 72,7%.27

Pada penelitian ini didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas PCT yang

berbeda yaitu sebesar 64,3% dan 85,8% dengan PPV 64,3% dan NPV 85,8%.

Hal ini disebabkan oleh penggunaan cut off yang berbeda dan juga waktu

pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar PCT yang berbeda dengan

penelitian-penelitian lainnya.

Tabel 5.3. Sensitivitas, Spesifisitas dan cut off Penelitian - PCT

Penelitian Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Cut Off (ng/ml)


Jose BL, 2007 75,4 72,3 0,55
Khosdell, 2008 87,5 87,4 2
Sakha, 2008 66,7 50 2
Suryanto, 2012 66,6 44,4 2
Sucilathangan, 2013 92,8 75,0 0,5
Stephani, 2014 100 65 0,6
Wirawati, 2016 64,3 85,8 0,5

40
Penelitian Ang AT., tahun 1990, di Singapura, mendapatkan nilai

sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio sebesar 47% dan 91% dengan PPV 76% dan

NPV 66%.13 Pada penelitian Kelly G. Nigro, tahun 2005, mendapatkan nilai

sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio manual sebesar 33% dan 88% dengan PPV

64% dan NPV 68%% dan nilai cut off point > 0,2.28 Darni Fayanti, tahun 2015,

di Medan, mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio sebesar

88,46% dan 81,84% dengan PPV 82,14% dan NPV 88% dan nilai cut off point >

0,2, positif likelihood ratio (LR) 4,776 dimana penelitiannya menyebutkan I/T

ratio dapat digunakan sebagai alternatif dari kultur darah untuk menentukan

infeksi dini adanya sepsis bakterial pada neonatus, oleh karena hasilnya dapat

didapatkan dengan cepat, tidak mahal dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas

yang baik.19 Di Amerika Serikat, tahun 1980 didapatkan I/T ratio > 0,2 dengan

sensitivitas 90% dan spesifisitas 78%.19 Di Australia I/T ratio sensitivitas 96%

dan spesifisitas 71%, kemudian di California I/T ratio > 0,15 sensitivitas 89%

dan spesifisitas 94%. Di Belanda tahun 1999 nilai I/T ratio > 0,2 dengan

sensitivitas 89% dan spesifisitas 82%.19

Tabel 5.4. Sensitivitas, Spesifisitas dan cut off Penelitian – I/T ratio

Penelitian Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Cut Off


Amerika Serikat, 1980 90 78 >0,2
Ang AT, 1990 47 91 >0,2
Belanda, 1999 89 82 >0,2
Kelly G Nigro, 2005 33 88 >0,2
Darni Fayanti, 2015 88,46 81,84 >0,2
California 89 94 >0,15
Wirawati, 2016: - manual 69,2 83,9 >0,2
- otomatis 47,6 85,8 >0,2

41
Disebutkan I/T ratio merupakan pemeriksaan yang cukup baik untuk

mendiagnosis neonatus yang berpeluang untuk menderita sepsis, oleh karenanya

I/T ratio dapat digunakan sebagai alat diagnosis dini adanya sepsis bakterial pada

neonatus karena I/T ratio memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pada

penelitian ini dari 59 sampel didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas I/T

ratio manual sebesar 69,2% dan 83,9% dengan PPV 63,9% dan NPV 87%, LR

3,06. Sedangkan untuk I/T ratio dengan menggunakan alat didapatkan nilai

sensitivitas dan spesifisitas sebesar 47,6% dan 85,8% dengan PPV 55,1% dan

NPV 81,4%, LR 2,25. Hal ini sesuai dengan penelitian Kelly G Nigro,

kemungkinan disebabkan pada saat pengambilan sampel waktunya bervariasi

untuk usia bayi, karena nilai I/T ratio mencapai puncaknya pada 12 jam pertama

kehidupan bayi.

M. Xanthou, tahun 1970, leukosit secara rutin sering digunakan untuk

menentukan sepsis akibat infeksi bakterial baik pada bayi, anak atau orang

dewasa, bahkan leukosit dan diferensiasinya, I/T ratio juga digunakan sebagai

penyaring adanya sepsis neonatus. Namun tidak satupun pemeriksaan dapat

digunakan dalam penetapan penyebab utama sepsis neonatus. Wintrobe, tahun

1977, mendapatkan selama masa bayi jumlah leukosit sangat bervariasi sampai

usia 26 minggu kehidupan bayi.28 Pada penelitian ini didapatkan nilai sensitivitas

dan spesifisitas jumlah WBC sebesar 59% dan 71,5% dengan PPV 46,7% dan

NPV 80,9%.

Menurut Kari A. Simonsen, tahun 2014 mendapatkan nilai PPV yang kurang

baik untuk jumlah sel darah putih/WBC pada neonatus dengan sepsis, tetapi

42
neutropenia spesifisitasnya sangat tinggi untuk sepsis neonatus. Neutropenia

sangat tergantung pada usia kehamilan, cara persalinan dan ketinggian.4

Hornick, tahun 1012, dalam penelitiannya dengan menggunakan Complete Blood

Count (CBC) pada sepsis awitan dini mendapatkan bahwa hitung leukosit yang

rendah dan hitung absolut neutrofil dan tingginya I/T ratio berkaitan dengan odd

ratio infeksi sebagai berikut: untuk hitung leukosit odd rationya 5,28%, hitung

absolut neutrofil odd rationya 6,84% dan I/T ratio odd rationya 7,97%. Hitung

leukosit mempunyai nilai spesifisitas dan NPV yang tinggi (73,7%-99,9%),

namun sensitivitasnya sangat rendah (0,3%-54,55%).29

Biakan darah merupakan metode pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri

patogen dalam darah. Pola bakteri penyebab sepsis nonatorum sangat bervariasi

antar daerah dan dari waktu ke waktu. Disebagian Negara berkembang bakteri

penyebab sepsis neonatorum adalah bakteri enterik gram negatif, seperti

Enterobacter Spp, Klebsiella Spp, dan Escherichia coli (Tena Iskandar).30

Pada penelitian ini didapatkan mikroorganisme penyebab sepsis adalah bakteri

gram negatif sebanyak 33,9%. Dengan jenis mikroorganisme Klebsiella

pneumonia sebanyak 6,5%, Acinetobacter baumanii 6,5%, Enterobacter cloacae

4,8%, Staphylococcus koagulase negatif 3,2%, Staphylococcus aureus 1,6%,

Staphylococcus epidermidis 1,6%, Staphylococcus haemolyticus 1,6%, Serratia

marcescens 1,6%, Pseudomonas stutzeri 1,6%. Didapatkan infeksi jamur dengan

jenis jamur Candida parapsilosis 1,6%, Kodamea ohmeri 3,2%. Dari data

tersebut, tingginya angka kejadian sepsis akibat bakteri gram negatif, dianggap

43
sebagai sepsis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya didapatkan

di rumah sakit.

Berdasarkan data dari mikrobiologi RSUP Sanglah didapatkan kuman penyebab

sepsis yang paling sering di ruang NICU bulan Januari sampai Juli 2015 adalah

bakteri gram negatif yaitu Acinetobacter baumanii, Staphylococcus koagulase

negatif, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Klebsiella pneumonia,

Staphylococcus epidermidis, dalam hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu

Acinetobacter baumanii, Staphylococcus koagulase negatif, Klebsiella

pneumoniae, Enterobacter cloacae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus haemolyticus. Demikian juga dengan penelitian

sebelumnya.31

Kelemahan penelitian ini adalah keterbatasan sampel karena pemeriksaan

PCT sebagai salah satu metode untuk mendeteksi sepsis masih belum menjadi

standar diagnosis dan terapi di RSUP Sanglah sebagai tempat pengambilan

sampel penelitian. Keterbatasan metode cross sectional yang digunakan dalam

penelitian ini sehingga peneliti tidak bisa mengikuti pekembangan keadaan klinis

sepsis.Waktu pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan PCT dan I/T ratio

sebagai data penelitian juga tidak bisa sesuai dengan prosedur yang diinginkan

oleh peneliti, waktu pengambilan sampel pemeriksaan PCT dan I/T ratio adalah

bervariasi. Keterbatasan kualitas sampling kultur darah seperti volume sampel

yang diambil dan cara pengambilan sampel, oleh karena jumlah sampel yang

sedikit

44
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Sebagai penanda diagnosis sepsis neonatorum, procalcitonin (PCT)

memiliki sensitivitas 64,3% dan spesifisitas 85,8%.

2. Sebagai penanda diagnosis sepsis neonatorum, jumlah leukosit/WBC

memiliki sensitivitas 59% dan spesifisitas 71,5%.

3. Sebagai penanda diagnosis sepsis neonatorum, I/T ratio secara manual

(mikroskopik) memiliki sensitivitas 69,2% dan spesifisitas 83,9%.

4. Sebagai penanda diagnosis sepsis neonatorum, I/T ratio dengan alat

otomatis memiliki sensitivitas 47,6% dan spesifisitas 85,8%.

Saran

Memerlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan

metode penelitian yang lebih baik untuk meningkatkan aplikasi penggunaan kadar

procalcitonin (PCT) dan I/T ratio dalam mendiagnosis sepsis neonatal.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Herry Garna. Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA, edisi 3, Bagian IKA

FK Unpad, Bandung, 2005:109-112.

2. Arijit Majumdar, Angshuman Jana, Soumali Biswas, Swagata

Bhattacharyya. Hematological Scoring System (HSS); A Guide to decide

Judious use of Antibiotic in Neonatal Septichemia in Developing

Countries. Year 2013; Vol 4; issue 3; page 110-113.

3. Sepsis neonatorum. Standar Pelayanan Medik Divisi Perinatologi FKUI

/RSCM 2004.

4. Kari A. Simonsen, Ann L. Anderson-Berry F. Delair, H. Dele Davies.

Early-Onset Neonatal Sepsis. Clin. Microbiol. Rev. January 2014, vol. 27,

No. 1 21-47.

5. Sagori Mukhopadhyay and Karen M. Puopolo. Risk Assessment in

Neonatal Early-Onset Sepsis. Semin Perinatol, 2012 Dec; 36(6); 408-415.

6. Goldstein B, Giror B, Randolph A; International Consensus Conference on

Pediatric Sepsis. Pediatr Crit Care Med. 2005 Jan;6(1):2-8.

7. Polin RA. Management of Neonates with Suspected or Proven Early Onset

Bacterial Sepsis. Pediatr, May, 2012; vol 129/issue 5.

8. Wacker C, Prkno A, Brunkhorst FM, Schlattmann P. Procalcitonin as a

diagnostic marker for sepsis: a systemic review and meta-analysis. Lancet

Infect. Dis. 2013 May; 13(5); 426-35.

46
9. ISI Mohamed, R J Wynn, K Cominsky, AM Reynolds, RM Ryan, VH

Kumar, S Lakshminrusimha. White Blood Cell left shift in a neonate: a

case of mistaken identity. Journal of Perinatology (2006) 26; 378-380.

10. Balamurugan Senthilnayagam, Treshul Kumar, Jayapriya Sukumaran,

Jeya M, Ramesh Rao K. Automated Measurement of Immature

Granulocytes: Performance Characteristics and Utility in Routine Clinical

Practice. Pathology Research International Volume 2012 (2012); Artcle ID

483670, 6 pages http://dx.doi.org/10.1155/2012/483670.

11. Christensen RD, Bradley PP, Rothstein G. The Leukocyte left shift in

clinical experimental neonatal sepsis (Abstract). J. Pediatr. 1981 Jan;

98(1): 101-5.

12. Lehto T, Hedberg P. Performance evaluation of Abbott CELL-DYN Ruby

for routine use. Int J Lab Hematol, 2008 Oct; 30 (5): 400-7.

Doi:1111/j.1751-553X.2007.x.

13. A Ng-AT, Honk, Chia SE. The Usefullness of CRP and I/T Ratio in Early

Diagnosis of Infections. The Journal of the Singapore Pediatric Society.

1990; 32(3-4);159-163. nobi. nlm. nih. gov.

14. Ekrem Guler, Mehmet Davutoglu, Hasan Ucmak, Hamza Karabiber and

faruk Kokoglu. An Outbreak of Serratia marcescens Septicemia in

Neonates. Indian Pediatric Journal, volume 46, Januari 17, 2009: 61-69.

15. Michael Meisner. Procalcitonin – Biochemistry and Clinical Diagnosis Ist

Eds. Bremen, Uni-Med, 2010.

47
16. Stephani I, Ramires. Procalcitonin in Neonatal Sepsis, May, 2014, Site

Utexas.edu.file Ramirez 05.09.14.

17. Assicot M, Gendrel D, Carsin H, Raymond J, Guilbaud, Bohnon C. High

Serum Procalcitonin Concentration in Patient with Sepsis and Infection.

Lancet, 1993; 341; 515-518.

18. Haque KN, Definition of Blood Streamy Infection in the New Born.

Pediatr Crit Care Med 2005; 6; 545-9.

19. Darni Fayanti, Guslihan, Dasa Tjipta, Rusdidjas, Bugis Mardiana Lubis.

Immature to Total Neutrophyl Ratio as an Early Diagnostic tool of

Bacterial Neonatal Sepsis. Pediatr Indones, 2015, May; vol 55 (33); 153-7.

20. Asril Aminullah. Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis pada Bayi Baru Lahir.

Divisi Perinatologi Departemen IKA FKUI/RSCM Jakarta, 2004.

21. Minoo Adib, Zahra, Bakhshiani, Hamidreza Kazem Zadeh. Procalcitonin a

reliable for the Diagnosis of Neonatal Sepsis. Iran J Basic Med Sci, 2012

Mar-Apr; 15 (2): 777-782.

22. Dandona P, Nix D, Wilson MF, Aljade, Lone J, Ascot M. Procalcitonin

Increase after Endotoxin Injection in Normal Subject. J. Clin Endocrinal

Metab, 1994; 79; 1605-1608 (Pubmed).

23. Eviridiki K. Vouloumanov, Eleni Plessa Drosos E, Kara Georgo Povles,

Elpis Manta Dakis, Mattew E. Falagas. Serum Procalcitonin as a

Diagnostic Marker for Neonatal Sepsis : a systematic review and

metaanalysis. Intensive Care Med (2011) 37;747-762.

48
24. ElecsysR calcitonin, Electro-Chemiluminescence Immuno-Assay (ECLIA)

for the in vitro quantitative determination of human calcitonin (hCT) in

serum plasma www.cobas.com

25. Susilathangan G, Amothavali K, Velvichi G, Ashihabegom MA, Jeya

Murugan T, Palaniappan N. Early Diagnostic Markers for Neonatal

Sepsis; Comparing Procalcitonin (PCT) and C-Reactive Protein (CRP).

Year,2012, May; 6 (4): 627-631.

26. K. Sakha, MB. Husseni, N Seyyede, Sadri. The Role of Procalcitonin in

the Diagnosis Neonatal Sepsis and Correlation between Procalcitonin and

C-Reactive Protein. Pakistan J, Biological Scien, 2008; 11: 1785-1790.

27. Suryanto CA. Uji Diagnisis Procalcitonin dibandingkan Kultur Darah

sebagai Baku Emas untuk Diagnosis Sepsis Bakterial di RSUP dr. Kariadi.

FK Undip, 2012.

28. Kelly G. Nigro, 2005. Performance of an Automated Immature

Granulosite Count as Predictor of Neonatal Sepsis. Am J Clin Pathol,

2005; 123 (4): 618-624.

29. Hornick CP., Benjamin BK, Becker KC, Benjamin DKJr, LI J, Clarck

RH,. Use of the Complete Blood Cell Count in Early Onset Neonatal

Sepsis. Pediatr Infect Dis J, 2012, Aug; 31(8); 799-802.

30. Tena R Iskandar. Validitas Scoring Hematologi Rodwell untuk Deteksi

Dini Sepsis Neonatus Awitan Dini. Sari Pediatri, 2015; 16 (5): 330-6.

31. Pola Bakteri dan Kepekaan terhadap Antibiotika di RSUP Sanglah,

Periode Januari-Juni 2015, SMF Mikrobiologi Klinik FK Unud, RSUP

Sanglah Denpasar.

49
Lampiran 1.
KARAKTERISTIK PROFIL PASIEN SEPSIS NEONATUS
DI RSUP SANGLAH DENPASAR
Usia Ibu Ibu
No Jenis Usia BB Cara KPD KPD
Bayi demam Demam
Subjek Kelamin Kehamilan Lahir persalinan >24jam >12jam
(Hari) >38 >37
K.001 Laki-laki 15 preterm 1200 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.002 Laki-laki 3 preterm 1450 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.003 Laki-laki 5 aterm 2700 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.004 Perempuan 3 aterm 3400 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.005 Laki-laki 3 aterm 4300 Forceps tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.006 Laki-laki 7 preterm 1400 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.007 Laki-laki 20 preterm 1950 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.008 Laki-laki 22 preterm 1900 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.009 Laki-laki 12 preterm 1250 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.010 Laki-laki 5 preterm 1350 Spontan tidak tidak tidak ya
K.011 Laki-laki 3 aterm 3000 Spontan tidak ya tidak tidak
Sectio
K.012 Laki-laki 5 aterm 2320 caesarea ya tidak tidak tidak
K.013 Perempuan 4 preterm 1800 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.014 Laki-laki 5 preterm 1990 Spontan tidak tidak ya tidak
K.015 Perempuan 3 preterm 1100 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.016 Perempuan 6 preterm 1100 Spontan ya tidak tidak tidak
Sectio
K.017 Perempuan 10 aterm 2750 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.018 Laki-laki 1 aterm 2950 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.019 Laki-laki 3 aterm 3000 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.020 Perempuan 7 aterm 3180 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.021 Perempuan 3 preterm 1080 caesarea tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.022 Perempuan 3 aterm 2600 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.023 Laki-laki 3 preterm 1950 Spontan tidak ya tidak tidak
K.024 Laki-laki 1 preterm 2000 Spontan tidak ya tidak tidak
Sectio
K.025 Perempuan 3 preterm 1200 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.026 Perempuan 7 preterm 1500 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.027 Perempuan 4 aterm 2600 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.028 Laki-laki 4 aterm 2750 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.030 Laki-laki 5 aterm 3000 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.032 Laki-laki 7 preterm 1850 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.033 Laki-laki 7 preterm 2500 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.034 Laki-laki 14 aterm 2800 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.035 Perempuan 3 aterm 2400 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.036 Laki-laki 3 aterm 3800 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.037 Laki-laki 6 aterm 3350 Spontan tidak tidak tidak tidak

50
No Usia Ibu Ibu
Jenis Usia BB Cara KPD KPD
Subjek Bayi demam Demam
Kelamin Kehamilan Lahir persalinan >24jam >12jam
(Hari) >38 >37
K.038 Laki-laki 3 preterm 2500 Spontan tidak tidak ya tidak
K.039 Perempuan 10 aterm 3300 Spontan tidak tidak ya tidak
K.040 Laki-laki 3 preterm 1400 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.041 Laki-laki 14 preterm 1300 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.042 Perempuan 10 preterm 1900 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.043 Perempuan 7 preterm 1200 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.044 Perempuan 5 preterm 1350 caesarea tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.045 Perempuan 5 preterm 2150 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.046 Perempuan 7 aterm 3000 Spontan tidak ya ya tidak
Sectio
K.047 Perempuan 7 preterm 1400 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.048 Perempuan 3 preterm 1900 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.049 Laki-laki 3 aterm 4300 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.050 Laki-laki 5 preterm 1850 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.051 Perempuan 7 aterm 2800 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.052 Perempuan 7 preterm 1750 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.053 Laki-laki 10 preterm 1300 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.054 Laki-laki 14 aterm 3000 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.055 Laki-laki 7 aterm 2500 caesarea tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.056 Perempuan 10 aterm 3400 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.057 Laki-laki 5 preterm 1650 Spontan tidak tidak tidak tidak
K.058 Laki-laki 3 aterm 3600 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.060 Laki-laki 15 aterm 3500 caesarea tidak tidak tidak tidak
K.061 Perempuan 7 preterm 2200 Spontan tidak tidak tidak tidak
Sectio
K.062 Laki-laki 14 preterm 1500 caesarea tidak tidak tidak tidak

51
Lampiran 2.
KARAKTERISTIK PROFIL PASIEN SEPSIS NEONATUS
DI RSUP SANGLAH DENPASAR

No Subjek Jenis Kelamin WBC It_Ratio Manual It_Ratio Otomatis Procalcitonin

K.001 Laki-laki 19.12 0.31 0.03 0.02


K.002 Laki-laki 7.07 0.21 0.01 1.13
K.003 Laki-laki 11.08 0.21 0.1 0.72
K.004 Perempuan 8.37 0.11 0.02 0.888
K.005 Laki-laki 7.77 0.05 0.21 0.02
K.006 Laki-laki 27.38 0.24 0.68 0.051
K.007 Laki-laki 6.21 0.21 0.08 3.2
K.008 Laki-laki 18.5 0.09 0.1 0.041
K.009 Laki-laki 13.08 0.12 0.51 0.02
K.010 Laki-laki 11.54 0.2 0.11 0.023
K.011 Laki-laki 7.2 0.25 0.18 0.02
K.012 Laki-laki 7.18 0.07 0.002 0.02
K.013 Perempuan 8.27 0.07 0.12 0.02
K.014 Laki-laki 8.65 0.08 0.01 0.02
K.015 Perempuan 11.63 0.11 0.02 0.029
K.016 Perempuan 10.35 0.33 0.32 0.02
K.017 Perempuan 4.12 0.11 0.16 0.029
K.018 Laki-laki 22.93 0.13 0.12 0.02
K.019 Laki-laki 8.86 0.29 0.02 0.02
K.020 Perempuan 12.1 0.05 0.02 0.02
K.021 Perempuan 8.51 0.08 0.07 0.02
K.022 Perempuan 5.99 0.15 0.58 0.075
K.023 Laki-laki 6.58 0.08 0.17 0.057
K.024 Laki-laki 9.15 0.03 0.15 0.036
K.025 Perempuan 3.85 0.22 0.16 0.02
K.026 Perempuan 12.27 0.2 0.34 0.02
K.027 Perempuan 12.75 0.04 0.02 0.217
K.028 Laki-laki 18.22 0.58 0.14 0.048
K.030 Laki-laki 7.95 0.29 0.01 1.13
K.032 Laki-laki 15.64 0.18 0.12 0.05
K.033 Laki-laki 10.31 0.04 0.01 1.41
K.034 Laki-laki 0.01 0.11 0.03 0.035
K.035 Perempuan 10.48 0.09 0.03 0.032
K.036 Laki-laki 13.4 0.13 0.15 1.92
K.037 Laki-laki 9.5 0.03 0.02 0.02
K.038 Laki-laki 7.85 0.07 0.01 1.39
K.039 Perempuan 13.25 0.08 0.35 9.37

52
No Subjek Jenis Kelamin WBC It_Ratio Manual It_Ratio Otomatis Procalcitonin

K.040 Laki-laki 6.87 0.15 0.53 1.09


K.041 Laki-laki 13.08 0.16 0.13 1.01
K.042 Perempuan 23.8 0.66 0.69 0.756
K.043 Perempuan 35.5 0.27 0.27 0.806
K.044 Perempuan 9.52 0.08 0.02 0.112
K.045 Perempuan 14.65 0.11 0.04 0.02
K.046 Perempuan 6.97 0.16 0.05 0.022
K.047 Perempuan 11.24 0.17 0.12 0.02
K.048 Perempuan 11.13 0.12 0.12 0.02
K.049 Laki-laki 14.51 0.05 0.59 0.515
K.050 Laki-laki 13.52 0.14 0.13 0.462
K.051 Perempuan 8.06 0.18 0.65 0.064
K.052 Perempuan 8.39 0.54 0.08 0.032
K.053 Laki-laki 15.94 0.06 0.03 0.02
K.054 Laki-laki 17.6 0.19 0.31 0.02
K.055 Laki-laki 13.5 0.11 0.21 0.021
K.056 Perempuan 12.93 0.45 0.52 0.022
K.057 Laki-laki 13.31 0.43 0.07 0.02
K.058 Laki-laki 8.12 0.12 0.07 0.212
K.060 Laki-laki 15.67 0.27 0.09 79.54
K.061 Perempuan 13.65 0.15 0.07 2.36
K.062 Laki-laki 12.32 0.1 0.02 9.58

53
Lampiran 3

Frequencies
Frequency Table

Kultur_darah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Positif 21 33.9 33.9 33.9
Negatif 41 66.1 66.1 100.0
Total 62 100.0 100.0

Jenis_kuman
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid no growth 41 66.1 66.1 66.1
Klebsiella pneumoniae 4 6.5 6.5 72.6
Staphylococcus koagulase negatif 2 3.2 3.2 75.8
Acinetobacter baumanii 4 6.5 6.5 82.3
Candida parapsilosis 1 1.6 1.6 83.9
Enterobacter cloacae 3 4.8 4.8 88.7
Kodamaea ohmeri 2 3.2 3.2 91.9
Staphylococcus aureus 1 1.6 1.6 93.5
Pseudomonas stutzeri 1 1.6 1.6 95.2
Staphylococcus epidermidis 1 1.6 1.6 96.8
Staphylococcus haemolyticus 1 1.6 1.6 98.4
Serratia marcescens 1 1.6 1.6 100.0
Total 62 100.0 100.0

54
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis_kuman * 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
Kultur_darah

Jenis_kuman * Kultur_darah Crosstabulation

Kultur_darah

Positif Negatif Total


Jenis_kuman no growth Count 0 41 41
% of Total .0% 66.1% 66.1%
Klebsiella pneumoniae Count 4 0 4
% of Total 6.5% .0% 6.5%
Staphylococcus koagulase negatif Count 2 0 2
% of Total 3.2% .0% 3.2%
Acinetobacter baumanii Count 4 0 4
% of Total 6.5% .0% 6.5%
Candida parapsilosis Count 1 0 1
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Enterobacter cloacae Count 3 0 3
% of Total 4.8% .0% 4.8%
Kodamaea ohmeri Count 2 0 2
% of Total 3.2% .0% 3.2%
Staphylococcus aureus Count 1 0 1
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Pseudomonas stutzeri Count 1 0 1
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Staphylococcus epidermidis Count 1 0 1
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Staphylococcus haemolyticus Count 1 0 1
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Serratia marcescens Count 1 0 1
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Total Count 21 41 62
% of Total 33.9% 66.1% 100.0%

55
Lampiran 4.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

name: <unnamed>

log: D:\dr Mahadewi\wiradewi3.log

log type: text

opened on: 29 Mar 2016, 13:28:20

. diagt Kultur_darah Kategori_Pct

Kultur_dar | Kategori_Pct

ah | Pos. Neg. | Total

-----------+----------------------+----------

Abnormal | 7 11 | 18

Normal | 11 30 | 41

-----------+----------------------+----------

Total | 18 41 | 59

True abnormal diagnosis defined as Kultur_darah = 1 (labelled positif)

[95% Confidence Interval]

---------------------------------------------------------------------------

Prevalence Pr(A) 31% 19% 43.9%

---------------------------------------------------------------------------

Sensitivity Pr(+|A) 38.9% 17.3% 64.3%

Specificity Pr(-|N) 73.2% 57.1% 85.8%

ROC area (Sens. + Spec.)/2 .56 .426 .695

---------------------------------------------------------------------------

56
Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) 1.45 .672 3.13

Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) .835 .553 1.26

Odds ratio LR(+)/LR(-) 1.74 .553 5.49

Positive predictive value Pr(A|+) 38.9% 17.3% 64.3%

Negative predictive value Pr(N|-) 73.2% 57.1% 85.8%

---------------------------------------------------------------------------

. diagt Kultur_darah Kateg_PCT

Kultur_dar | Kateg_PCT

ah | Pos. Neg. | Total

-----------+----------------------+----------

Abnormal | 3 15 | 18

Normal | 2 39 | 41

-----------+----------------------+----------

Total | 5 54 | 59

True abnormal diagnosis defined as Kultur_darah = 1 (labelled positif)

[95% Confidence Interval]

---------------------------------------------------------------------------

Prevalence Pr(A) 31% 19% 43.9%

---------------------------------------------------------------------------

Sensitivity Pr(+|A) 16.7% 3.58% 41.4%

Specificity Pr(-|N) 95.1% 83.5% 99.4%

ROC area (Sens. + Spec.)/2 .559 .464 .654

---------------------------------------------------------------------------

Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) 3.42 .623 18.7

Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) .876 .705 1.09

57
Odds ratio LR(+)/LR(-) 3.9 .698 21.5

Positive predictive value Pr(A|+) 60% 14.7% 94.7%

Negative predictive value Pr(N|-) 72.2% 58.4% 83.5%

---------------------------------------------------------------------------

. tab Kultur_darah Kategori_Pct

Kultur_dar | Kategori_Pct

ah | 0 1| Total

-----------+----------------------+----------

negatif | 30 11 | 41

positif | 11 7| 18

-----------+----------------------+----------

Total | 41 18 | 59

. diagt Kultur_darah Kat_WBC

Kultur_dar | Kat_WBC

ah | Pos. Neg. | Total

-----------+----------------------+----------

Abnormal | 6 12 | 18

Normal | 18 23 | 41

-----------+----------------------+----------

Total | 24 35 | 59

58
True abnormal diagnosis defined as Kultur_darah = 1 (labelled positif)

[95% Confidence Interval]

---------------------------------------------------------------------------

Prevalence Pr(A) 31% 19% 43.9%

---------------------------------------------------------------------------

Sensitivity Pr(+|A) 33.3% 13.3% 59%

Specificity Pr(-|N) 56.1% 39.7% 71.5%

ROC area (Sens. + Spec.)/2 .447 .311 .583

---------------------------------------------------------------------------

Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) .759 .363 1.59

Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) 1.19 .777 1.82

Odds ratio LR(+)/LR(-) .639 .207 1.99

Positive predictive value Pr(A|+) 25% 9.77% 46.7%

Negative predictive value Pr(N|-) 65.7% 47.8% 80.9%

---------------------------------------------------------------------------

. diagt Kultur_darah Kat_ITAlat

Kultur_dar | Kat_ITAlat

ah | Pos. Neg. | Total

-----------+----------------------+----------

Abnormal | 4 14 | 18

Normal | 11 30 | 41

-----------+----------------------+----------

Total | 15 44 | 59

59
True abnormal diagnosis defined as Kultur_darah = 1 (labelled positif)

[95% Confidence Interval]

---------------------------------------------------------------------------

Prevalence Pr(A) 31% 19% 43.9%

---------------------------------------------------------------------------

Sensitivity Pr(+|A) 22.2% 6.41% 47.6%

Specificity Pr(-|N) 73.2% 57.1% 85.8%

ROC area (Sens. + Spec.)/2 .477 .357 .597

---------------------------------------------------------------------------

Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) .828 .304 2.25

Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) 1.06 .781 1.45

Odds ratio LR(+)/LR(-) .779 .223 2.77

Positive predictive value Pr(A|+) 26.7% 7.79% 55.1%

Negative predictive value Pr(N|-) 68.2% 52.4% 81.4%

---------------------------------------------------------------------------

. diagt Kultur_darah Kat_ITManual

Kultur_dar | Kat_ITManual

ah | Pos. Neg. | Total

-----------+----------------------+----------

Abnormal | 8 10 | 18

Normal | 12 29 | 41

-----------+----------------------+----------

Total | 20 39 | 59

60
True abnormal diagnosis defined as Kultur_darah = 1 (labelled positif)

[95% Confidence Interval]

---------------------------------------------------------------------------

Prevalence Pr(A) 31% 19% 43.9%

---------------------------------------------------------------------------

Sensitivity Pr(+|A) 44.4% 21.5% 69.2%

Specificity Pr(-|N) 70.7% 54.5% 83.9%

ROC area (Sens. + Spec.)/2 .576 .438 .713

---------------------------------------------------------------------------

Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) 1.52 .752 3.06

Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) .785 .497 1.24

Odds ratio LR(+)/LR(-) 1.93 .629 5.98

Positive predictive value Pr(A|+) 40% 19.1% 63.9%

Negative predictive value Pr(N|-) 74.4% 57.9% 87%

---------------------------------------------------------------------------

. roccomp Kultur_darah Kategori_Pct Kat_ITAlat Kat_ITManual

ROC -Asymptotic Normal--

Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval]

-------------------------------------------------------------------------

Kategori_Pct 59 0.5603 0.0687 0.42562 0.69498

Kat_ITAlat 59 0.4770 0.0614 0.35664 0.59729

Kat_ITManual 59 0.5759 0.0702 0.43833 0.71343

-------------------------------------------------------------------------

Ho: area(Kategori_Pct) = area(Kat_ITAlat) = area(Kat_ITManual)

61
chi2(2) = 2.00 Prob>chi2 = 0.3680

. roccomp Kultur_darah Kateg_PCT Kat_ITAlat Kat_ITManual

ROC -Asymptotic Normal--

Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval]

-------------------------------------------------------------------------

Kateg_PCT 59 0.5589 0.0483 0.46428 0.65360

Kat_ITAlat 59 0.4770 0.0614 0.35664 0.59729

Kat_ITManual 59 0.5759 0.0702 0.43833 0.71343

-------------------------------------------------------------------------

Ho: area(Kateg_PCT) = area(Kat_ITAlat) = area(Kat_ITManual)

chi2(2) = 2.03 Prob>chi2 = 0.3623

. roccomp Kultur_darah Kat_ITAlat Kat_ITManual

ROC -Asymptotic Normal--

Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval]

-------------------------------------------------------------------------

Kat_ITAlat 59 0.4770 0.0614 0.35664 0.59729

Kat_ITManual 59 0.5759 0.0702 0.43833 0.71343

-------------------------------------------------------------------------

Ho: area(Kat_ITAlat) = area(Kat_ITManual)

chi2(1) = 1.91 Prob>chi2 = 0.1672

. log close

name: <unnamed>

log: D:\dr Mahadewi\wiradewi3.log

62
log type: text

closed on: 29 Mar 2016, 13:38:45

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

name: <unnamed>

log: D:\dr Mahadewi\wiradewi3.log

log type: text

opened on: 29 Mar 2016, 13:40:57

. sum procalcitonin wbc ITratio_Alat ITratio_manual

Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max

-------------+--------------------------------------------------------

procalcito~n | 59 2.015339 10.42037 .02 79.54

wbc | 59 11.82034 5.813975 .01 35.5

ITratio_Alat | 59 .1693559 .1916039 .002 .69

ITratio_ma~l | 59 .1747458 .1349247 .03 .66

. log close

name: <unnamed>

log: D:\dr Mahadewi\wiradewi3.log

log type: text

closed on: 29 Mar 2016, 13:42:33

-------------------------------------------------------------------------------------

63

Anda mungkin juga menyukai