PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
Disusun Oleh:
Debby M. Sumanti
Een Sukarminah
In-In Hanidah
KATA PENGANTAR
Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan I ini disusun untuk mahasiswa Program Sarjana
Program Studi Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Industri Pangan. Di dalam penuntun
praktikum ini diberikan cara kerja yang sederhana dan disesuaikan dengan fasilitas yang ada di
laboratorium mikrobiologi.
Materi yang dicakup dalam penuntun praktikum ini adalah Pengenalan dan cara
penggunaan berbagai alat, cara pembuatan media dan larutan pengencer, cara isolasi
mikroorganisme, perhitungan mikroorganisme serta melakukan pengujian sifat-sifat
mikroorganisme pada bahan pangan. Dari materi-materi yang disampaikan dapat menambah
ketrampilan dan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum maupun
penelitian yang berkenaan dengan mikrobiologi Pangan.
Penulis menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang membantu hingga tersusunnya
penuntun praktikum ini, akhirnya saran dan kritik untuk perbaikan penuntun praktikum ini sangat
diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rak tabung reaksi berisi tabung dengan macam tipe sumbat…………………… 1
MODUL I
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK PRAKTIKUM
A: Tabung reaksi
B: Sumbat ulir
C: Sumbat plastik
D: Sumbat kapas
Gambar 1. Rak tabung reaksi berisi tabung dengan macam tipe sumbat
2. Cawan Petri
Cawan petri banyak digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan dan memelihara
miroorganisme. Cawan terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dasar untuk medium dan bagian
penutup yang ukurannya lebih besar. Cawan dapat terbuat dari gelas dan plastic. Untuk
pemakaian rutin laboratorium digunakan cawan berdiameter 15 cm (biasa diisi agar nutrisi
sebanyak 15 ml). Pada suhu 40*C medium agar akan mulai memadat, sehingga harus
diingat bahwa pada masa inkubasi cawan tersebut harus disimpan secara terbalik. Hal ini
untuk mencegah kondensasi uap yang terbentuk saat agar memadat untuk tidak jatuh ke
permukaan agar.
3. Jarum Inokulasi
Jarum inokulasi atau loop (Ose) digunakan sebagai alat untuk memindahkan kultur
mikroorganisme. Terbuat dari logam inert sperti nichrome atau platina. Ose termasuk
peralatan yang tahan lama dan disterilisasi dengan cara memijarkannya pada bagian biru
api dari pembakar Bunsen atau spirtus.
4. Inkubator
Berbagai mikroorganisme tumbuh pesat pada suhu optimumnya. Untuk mempertahankan
temperature tersebut biasanya digunakan incubator sebagai tempat penyimpanan kultur.
Inkubator bekerja seperti oven (panas kering) dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
5. Pipet
Pipet ukur sering digunakan untuk memindahkan kultur secara steril. Ukuran pipet yang
sering digunakan adalah 1 mi, 5 ml, dan 10 ml. Pipet dapat terbuat dari gelas atau plastic.
Pipet gelas dapat disterilisasi dengan cara dimasukkan ke dalam selongsong loham atau
dibungkus satu persatu dengan kertas coklat untuk selanjutnya disterilisasi dengan
autoclave atau oven.
Gambar 2. Pipet dan Jarum Ose
6. Waterbath
Waterbath merupakan alat untuk menyimpan kultur mikroba. Waterbath kocok (shaking
waterbath) mempunyai kelebihan dibandingkan dengan incubator, karena dapat
menyalurkan panas lebih cepat dan merata ke kultur. Selain itu, terjadi pula proses aerasi
selama pengocokan sehingga dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme (terutama
yang bersifat aerobic). Salah satu kekurangannya adalah hanya dapat diunakan untuk
menumbuhkan organism pada medium cair (broth).
7. Autoclave
Autoclave merupakan alat untuk sterilisasi mengunakan uap air bertekanan tinggi (cara
kerja lihat MODUL pembuatan media).
8. Lemari Es
Lemari es sering digunakan untuk menyimpan stock kultur selama masa subkultur,
menyimpan medium steril untuk mencegahnya dari kekeringan, dan untuk menyimpan
larutan yang bersifat termolabil, antibiotic, serum, dan reagen biokimia.
Perintah : Tuliskan semua alat yang telah dipelajari kemudian gambar pada kolom tabel yang
tersedia! Sebutkan fungsi dari alat tersebut!
Cawan petri
Tabung reaksi
Pipet ukur
Ball pipet
Ose
Beaker glass
Erlenmeyer
Nama Alat Gambar Fungsi
Gelas ukur
Spatula
Pipet tetes
Tabung durham
MODUL II
Mahasiswa dapat membuat berbagai macam media dan mengerjakan sterilisasi alat.
A. Berdasarkan Bentuknya
1. Medium cair
2. Medium semi solid
3. Medium padat
Medium cair dan medium padat memiliki komposisi yang sama, dapat pula berbeda. Medium cair
tidak menggunakan bahan pemadat, seperti agar-agar, amilum, gelatin, dan selulosa. Medium
semisolid mengandung bahan pemadat setengah dari medium padat.
B. Berdasarkan Komposisinya
1. Medium alami, yaitu medium yang komposisinya dan takaran komponennya tidak
diketahui secara pasti. Contoh: nasi, buah, air, tanah, dan lain-lain.
2. Medium semisintetik, yaitu medium yang komponennya dan takarannya diketahui dan
sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. Contoh: NA, PDA, dan lain-lain.
3. Medium sintetik atau buatan, yaitu medium yang seluruh komponen dan takarannya
diketahui secara pasti. Contoh: Sabouroud Agar, Czapek's Dox Agar, dan lain-lain.
C. Berdasarkan Fungsinya
1. Medium umum, yaitu medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme.
Contoh: NA (Nutrient Agar) umum untuk bakteri, PDA (Potato Dextrose Agar) dan toge
umum untuk jamur.
2. Medium selektif, yaitu medium yang hanya ditumbuhi oleh jenis mikroba tertentu. Contoh:
medium SSA untuk bakteri Salmonella dan Shigellla.
3. Medium diferensial, yaitu medium yang ditumbuhi berbagai jenis mikroba, salah satu jenis
memberikan cirri yang khas sehingga dapat segera diketahui berbeda dari yang lain.
Contoh: Blood Agar, EMB Agar, dan lain-lain.
4. Medium pengaya, yaitu medium yang kaya akna nutrient tertentu sehingga dapat
menumbuhkan dan memperbanyak sel dengan cepat. Contoh: medium Tetrathionat Broth,
dan lain-lain.
Medium steril dapat disimpan dalam Erlenmeyer, tabung reaksi, dan dalam botol.
Penyimpanan dalam jumlah kecil biasanya dalam tabung reaksi sebanyak 10 - 15 ml untuk agar
diri yang nantinya digunakan untuk mengisi cawan Petri atau 5 - 7 ml untuk membuat agar miring
yang akan digunakan untuk menanambiakan. Agar miring dibuat dengan memiringkan tabung
reaksi berisi medium setelah disterilkan sebelum medium menjadi padat. Beberapa macam
medium yang dibuat dalam praktikum ini akan digunakan untuk praktikum berikutnya.
1,25 ml larutan stock diencerkan dengan akuades hingga 1 L. Sterilisasi dalam autoclave
pada subu 121C dan tekanan 15 Ibs selama 15 menit.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat, bahan, dan kemasan dari segala
macam bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.
Sterilisasi alat-alat pengolahan umumnya menggunakan panas, baik sterilisasi udara kering
(Sterilisasi kering) maupun sterilisasi menggunakan uap air panas (sterilisasi basah). Sterilisasi
kering menggunakan oven pada suhu 170 - 180*C selama 2 jam dan alat-alat yang disterilkan
adalah alat-alat gelas (botol, tabung reaksi, cawan Petri, dan lain-lain) dan bahan-bahan seperti
kapas, kain, dan kertas. Sterilisasi basah dapat dilakukan dengan perebusan (suhu 100*C, waktu
5-10 menit), blansing (suhu 70 - 850C, waktu 7 - 9 menit), pasteurisasi (suhu 72'C, waktu 15 detik),
dan menggunakan autoclave, yaitu alat yang menggunakan uap air jenuh bertekanan 1 Atm pada
suhu 121C selama 15 menit. Cara ini selain digunakan untuk mensterilkan alat, digunakan juga
untuk bahan-bahan yang mengandung cairan yang tidak tahan udara panas yang kering, misalnya
medium.
Pengemasan steril adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu wadah yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut: produk harus steril, wadah pengemasan harus steril, lingkungan
tempat pengisian produk ke dalam wadah harus steril dan wadah yang digunakan harus rapat untuk
mencegah kontaminasi kembali dengan cara UHT (Ultra High Temperature) menggunakan uap
panas, sedangkan untuk sterilisasi wadah pengemasan selain dapat menggunakan uap panas juga
dapat digunakan berbagai cara lain seperti udara panas, perokside, etilen okside, dan radiasi.
Cara sterilisasi wadah yang dilakukan dalam pengemasan steril tergantung dari jenis wadah
yang digunakan. Dalam sistem pengemasan steril, produk dan wadah pengemasan disterilkan
secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan yang
steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu
lama.
Dalam system pengemasan steril, sterilisasi yang dilakukan terhadap wadah lebih bervariasi
tergantung dari jenis wadahnya. Wadah yang terbuat dari metal digunakan uap panas atau udara
panas. Untuk wadah yang terbuat dari plastik
dapat digunakan etilen okside, hydrogen perokside, atau dengan cara radiasi, sedangkan untuk
wadah gelas dapat digunakan etilen okside.
• Oven
• Kompor
• Panci
• Botol
• Kain saring
• Tabung reaksi
• Cawan Petri
• Erlenmeyer
• Gelas ukur
• Lap
• Detergen
• Autoclave
A. Sterilisasi Basah
Perebusan
1. Cuci alat-alat (botol, cawan Petri, tabung reaksi, dan gelas ukur serta erlenmeyer) dengan
detergen kemudian dibilas sampai bersih.
2. Masukkan ke dalam panic (diatur secara rapi), dimana bagian bawah (alas) panci sudah
dialasi dengan lap supaya alat-alatnya tidak bergerak.
3. Masukkan air sampai semua alat terendam.
4. Panaskan sampai mendidih selama 5 - 10 menit.
5. Alat-alat yang sudah steril dimasukkan ke dalam lemari steril (cawan petri, tabung reaksi)
sedangkan botol steril siap digunakan untuk mengemas produk dan diusahakan produk
dimasukkan pada saat botol masih panas, kemudian ditutup.
6. Untuk tutup botol yang terbuat dari plastie, cukup dieuei bersih kemudian diseduh air
panas.
Autoclave
1. Isi Autoclave dengan Aquades, jangan sampai melebihi penyangga tempat penyimpanan
alat/media.
2. Simpan tempat penyimpanan alat/media diatas penyangga.
3. Masukkan alat/bahan/medium yang akan disterilkan
4. Tutup autoclave rapat-rapat dan kencangkan kunci tutup.
5. Nyalakan tombol ON yang menempel di dinding tembok (sampai ada lampu menyala).
Kemudian Nyalakan tombol ON pada autoclave (posisi tombol keatas), atur suhu
pemanasan dengan cara memutarkan tombol (sebelah tombol power) ke 1, 2,3,…,7. Makin
tinggi angka yang dipilih, maka makin tinggi suhu yang akan diberikan.
6. Klep pengaman, yaitu tempat uap air keluar untuk menjaga stabilitas tekanan tetap dibuka.
7. Setelah air menetes dari klep, tutup klep tersebut.
8. Setelah klep ditutup, jarum penunjuk suhu dan tekanan akan bergerak menunjuk ke angka
yang lebih besar karena suhu dan tekanan autoclave naik.
9. Bila jarum sudah menunjukkan angka 1210 C/ 15 Ibs, biarkan kedudukan selama waktu
sterilisasi yang diperlukan dengan cara mengukur besar kecilnya pemanasan.
10. Setelah sterilisasi selesai listrik/api dimatikan, biarkan jarum penunjuk kembali ke nol
dengan sendirinya, jangan dipaksakan.
11. Setelah jarum penunjuk kembali ke nol, klep dibuka dan tutup digeser, lalu isi autoclave
dapat dikeluarkan.
12. Setelah selesai mematikan POWER.
B. Sterilisasi Kering
1. Cuci alat-alat (botol, cawan Petri, dan Erlenmeyer) dengan detergen kemudian dibilas
sampai bersih.
2. Masukkan alat-alat tersebut ke dalam oven, subu oven diatur 170 - 180C.
3. Oven dipanaskan selama 2 jam. Kemudian alat-alat yang sudah steril dimasukkan ke dalam
lemari steril, sedangkan botol steril siap digunakan untuk kemasan produk. Tutup botol
yang terbuat dari plastic cukup dicuci bersih kemudian diseduh air panas.
2.6. Pertanyaan
1. Setelah saudara pelajari dan dipraktekkan, jelaskan fungsi panambahan beef extract pada
pembuatan media NA dan fungsi penambahan kentang pada pembuatan media PDA!
Mengapa berbeda?
2. Jelaskan fungsi dari larutan pengencer? Mengapa harus menggunakan KH2PO4? Dapatkah
digantikan dengan senyawa kimia lain?
MODUL III
3.2. Pendahuluan
Bakteri merupakan mikroba uniseluler, tersebar luas di alam. Hidupnya ada bebas, saprofit,
parasit, dan sebagian pathogen pada manusia, hewan, dan tanaman. Bakteri mempunyai ukuran
yang sangat kecil schingga untuk dapat melihatnya digunakan mikroskop. Ukuran bakteri berkisar
antara 0,5 - 2,5 𝜇 (micron) dan panjangnya 2 - 10 𝜇. Meskipun terdapat beribu-ribu jenis bakteri
yang berbeda-beda, tetapi hanya terdapat beberapa bentuk sel yang diketemukan. Sel tersebut ada
yang berbentuk bulat (coccus), bentuk batang (bacillus), dan bentuk spiral (spirillum). Bentuk
bakteri dapat dilihat pada Gambar 6. Sel-sel ini dapat dijumpai dalam keadaan tunggal,
berpasangan, tetrad, berkelompok kecil, bergerombol atau berantai. Bakteri berkembang biak
dengan cara pembelahan sel. Adanya bakteri dalam pasangan dapat mengakibatkan pembusukan
yang tidak dinginkan, dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat
melangsungkan proses fermentasi yang menguntungkan.
Gambar 6. Bentuk Bakteri
Kapang merupakan mikroba yang multiseluler, terdiri dari benang-benang halus yang
disebut hifa (hypha) dan kumpulan hifa disebut misclium (mycellium). Bentuk beberapa jenis
kapang dapat dilihat pada Gambar 7. Sifat-sifat khusus dari kapang antara lain:
1. Mempunyai kemampuan untuk merombak atau menyerang bahan-bahan yang tidak dapat
dilakukan olch mikroba lain seperti pelapukan, pembusukan daun, dan lain-lain.
2. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
3. Dapat dilihat dengan mata dan pertumbuhannva dapat menimbulkan warna putih, hitam,
atau warna-warna lainnya.
4. Beberapa kapang ada yang berguna dalam pengolahan bahan makanan.
5. Ada yang menghasilkan antibiotic dan ada yang menyeMODULkan
penyakit pada manusia.
Gambar 7. Bentuk beberapa jenis kapang
Khamir merupakan mikroba bersel tunggal dan berukuran antara 5 - 20 𝜇, dapat berkembang
biak dengan cara seksual dan aseksual. Khamir berperan dalam pembuatan bir, anggur, minuman
keras, roti, dan produk-produk fermentasi lainnya. Bentuk beberapa jenis khamir dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Bentuk beberapa jenis khamir
Bahan:
• Gelas objek
• Jarum Öse
• Pembakar spirtus
• Mikroskop
Cara Keria:
1. Bersihkan gelas objek dengan kapas yang sudah diberi alcohol, lalu keringkan
2. Ambil satu Öse suspense bakteri secara aseptic dan oleskan pada gelas objek, sebarkan
setipis mungkin.
3. Lakukan fiksasi (pelekatan) dengan cara melalukangelas objek di atas api secara cepat.
Prosedur untuk penyiapan apusan/film bakteri dapat dilihat pada Gambar 9
Gambar 9. Prosedur Pembuatan Film Bakteri
B. Pewarnaan Gram
1. Teteskan pewarna Kristal violet di atas film pada objek gelas dan biarkan selama satu
menit.
2. Bilas dengan air keran dengan cara memegang gelas objek pada posisi miring.
3. Buanglah sisa air yang tertinggal dan keringkan.
4. Setelah kering, tetesi dengan lugol selama satu menit, cuci Kembali dengan air dan
keringkan.
5. Hilangkan warna pada objek gelas dengan menggunakan alcohol 95% selama 10 - 20
detik atau sampai warna tidak luntur lagi. Cuci dan keringkan.
6. Warnai lagi dengan larutan safranin selama 0 - 20 detik. Bilaslah dengan air dan
keringkan dengan kertas serap.
7. Periksalah di bawah mikroskop menggunakan lensa objektif minyak imersi dan
gambarkan bentuk bakteri. Prosedur penyiapan film bakteri dapat dilihat pada Gambar
10.
Gambar 10. Prosedur Pewarnaaan Gram
Bahan:
Alat alat:
• Jarum Öse
• Pembakar spirtus
• Gelas objek
• Mikroskop
Cara Kerja:
1. Bersihkan gelas objek dengan kapas yang sudah diberi alcohol 70%, kemudian
keringkan.
2. Cawan petri dialasi kertas saring. Dalam cawan petri in diletakkan gelas objek dan kaca
penutup. Alat in kemudian disteril.
3. Teteskan media agar PDA diatas golas obick dan biarkan hingga membeku.
4. Setelah agar beku, satu sisi dari tetesan agar yang dipotong tadi.
5. Oleskan vaselin pada tiga bagian sisi kaca penutup, dengan bagian yang diberi vaselin
tepat diatas agar yang telah ditanami (dengan maksud untuk memberikan suasana aerob).
6. Untuk memberikan suasana lembab, aquades steril diteteskan ke atas kertas saring yang
ada didalam cawan petri tadi.
7. Mikrokultur tadi dieramkan selama 24-48 jam pada suhu kamar (suhu kamar literature
umumnya 24°C)
8. Setelah dieramkan, mikrokultur tersebut siap diperiksa langsung dibawah mikroskop
setiap saat.
Bahan:
• Suspensi khamir
Alat - Alat:
• Jarum Öse
• Pembakar spirtus
• Gelas objek
• Mikroskop
Cara Kerja:
1. Bersihkan gelas objek dengan kapas yang sudah diberi alcohol 70%, kemudian
keringkan.
2. Ambil satu Öse suspense khamir, oleskan pada permukaan objek gelas.
3. Amati bentuk khamir di bawah mikroskop.
3.6. Hasil Pengamatan
Khamir
3.7. Pertanyaan:
1. Sebutkan kemungkinan jenis bakteri dan khamir sesuai dengan penglihatan di mikroskop
(dilihat dari bentuk dan pewarnaan gram)!
2. Mengapa pada bakteri harus dilakukan pewarnaan gram sebelum dilihat di
bawah mikroskop?
3. Sebutkan fungsi pewarna kristal violet dan safranin pada pewarnaan gram!
MODUL IV
4.2. Pendahuluan
Dalam mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme baik sifat
maupun sift fungsionalnya, maka masing-masing mikroorganisme tersebut harus dipisahkan satu
dengan yang lainnya, sehingga terbentuk suatu kultur muni yang disebut Isolat. Kultur murni yaitu
suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies atau satu galur mikroorganisme. Kultur muni
diperoleh dengan cara isolasi baik metode tuang maupun metode gores. Pemeliharaan kultur
mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang sudah disterilisasi, baik berupa medium
car maupun medium padat dan dilakukan secara aseptik.
Penyimpanan dan pemeliharaan kultur cair yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur
mikroorganisme dalam suatu medium cair dengan suhu dan waktu inkubasi tertentu tergantung
pada jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme ditandai adanya kekeruhan, bentuk
cincin, pelikel dan flokulen serta ada tidaknya endapan. Kultur car dapat disimpan dengan cara
dibekukan atau dikeringkan sehingga sel-sel mikroorganisme berada dalam keadaan dorman yaitu
tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak mati. Kultur cir juga dapat disimpan dengan
melakukan liofilisasi (Frezze drying), dimana kultur dibekukan dengan campuran es kering dan
alcohol kemudian dikeringkan secara vakum.
Penyimpanan dan pemeliharaan kultur padat yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur
mikroorganisme dalam suatu media padat (menggunakan agar), baik
dengan metode agar miring, agar tegak maupun agar cawvan agar miring merupakan bentuk
medium yang digunakan untuk membiakan mikroorganisme yang bersifat aerobic dan anaerobic
fakultatif, agar tegak untuk membiakan mikroorganisme yang bessifat acrobie sedangkan agar car
tujuannya untuk memisahkan pertumbuhan sel-sel mikroorganisme yang satu dan yang lainnya.
Permeliharaan kultur padat dapat disimpan pada suhu dingin (5 °C - 8 °C).
4.3. BAHAN
4.4. ALAT
4.5. MEDIA
• Larutan pengencer
• Lactosa Broth (LB)
• Nutrient Agar (NA)
• Eosin Methylene Blue (EMB)
• Potato Dextrose Agar (PDA)
• Acidified Potato Dextrose Agar
(APDA)
4.6. CARA KERJA
➢ Sampel (air mineral, cendol, jahe bubuk, kunyit bubuk, roti dIl.) yang berbentuk
padat dimasukan kedalam tabung reaksi berisi air destilat atau larutan pengencer
steril dan dikocok
➢ Untuk sampel rempah dipanaskan dulu dalam penangas air selama 5 menit untuk
membunuh sel vegetatif
• Cara Pengenceran
➢ Timbang sampel (bahan padat) sebanyak 5 gram masukan kedalam 45 ml larutan
pengencer (pengenceran 1:10) selanjutnya dikocok kira-kira sebanyak 25 kali.
➢ Ambil 1 ml dari larutan diatas masukan kedalam 9 ml larutan pengenceran yang
dikehendaki.
➢ Untuk sampel bahan cair ambil 1 ml contoh masukan kedalam 10 ml larutan
pengencer. Langkah selanjutnya sama seperti diatas. Proses Pengenceran dapat
dilihat pada Gambar 11.
➢ Inkubasi cawan petri dengan posisi terbalik pada suhu 30-32°C selama 2-3 hari.
➢ Pilihlah salah satu koloni yang terpisah untuk bakteri pada agar EMB dan untuk kapang
serta khamir pada media PDA.
➢ Buatlah preparat bash dari masing-masing koloni tersebut dengan meneteskan air pada
gelas objek dan mengambil kultur pada ujung loop.
➢ Periksalah dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000x untuk bakteri dan khamir
sedangkan kapang 400x.
➢ Koloni kapang dan khamir dapat dibedakan dengan adanya pertumbuhan miselium
pada kapang.
• Pengamatan
➢ Gambarkan bentuk pertumbuhan koloni yang saudara isolasi (bentuk dari atas, dari
samping dan penonjolan) serta warnanya.
➢ Gambarkan bentuk sel-sel mikroorganisme (bakteri, kapang dan khamir) yang
saudara isolasi jika dilihat di mikroskop.
• Sebelum diamati tabung reaksi yang ditumbuhi kultur muni tidak boleh digerakan.
• Selanjutnya kultur tersebut disimpan difreezer selama 1 bulan.
3. Pemeliharaan Kultur Padat
a. Agar Miring
• Penyiapan medium sama seperti untuk agar miring namun tabung reaksi tidak
dimiringkan.
• Inokulasi kultur muni dengan cara menusukan loop pada bagian tengah tabung (stab).
• Inkubasikan kultur pada suhu 30-32°C selama 48 jam.
• Amati pertumbuhan mikroorganisme seperti Gambar dibawah ini :
• Selanjutnya kultur tersebut disimpan di dalam lemari es (Suhu 5°C) selama 1 bulan.
c. Agar Cawan
• Agar Miring
• Agar Tegak
• Agar Cawan
MODUL V
5.2. Pendahuluan
Analisis kuantitatif mikroorganisme pada bahan pangan terdiri dari (1) metode hitungan
cawan; (2) Most Probable Number (MPN); (3) Hitungan mikroskopik langsung dan (4) Metode
turbidimetti (kekeruhan) menggunakan spektrofotometer.
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-
300.
2. Beberapa koloni yang bergabung dihitung satu koloni.
3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara
pengenceran yang lebih bear dengan pengenceran sebelumnya, jika
sama atau lebih kecil dari 2 hasinya di rata-ratakan tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai
jumlah koloni yang dipakai hasil pengenceran sebelumnya. Jika diduplo perhitungannya juga
sama.
Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan medium cair di dalam tabung
reaksi yang berisi Tabung Durham, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah
tabung yang positif. Yaitu yang ditumbuhi oleh mikroorganisme setelah inkubasi pada suhu
dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
terijadinya kekeruhan, adanya gas yang diranskap olch tabung durham schinggga tabung
durhamnya naik keatas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima
seri tabung.
5.3. BAHAN
• Kultur Bakteri
• Tempe
• Susu, air kali
• Alkohol
• Kapas
• Kertas sampul
• Spiritus
• Air sumur
• Air rendaman tahu
5.4. MEDIA
• PCA
• NA
• NB
5.5. ALAT
• Gelas objek
• Loop
• Bunzen
• Pipet
• Timbangan
• Lampu spiritus
• Tabung reaksi
• Tabung durham
• Cawan petri
• Mikroskop
1000𝑚𝑚3
= 1
xa
√√40𝑚𝑚2 𝑥1/50𝑚𝑚
= 20.000 x a bakteri
1
MPN sampel = MPN x 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
1
= 1,50 x 10−3 = 1,5 x 10-3
Gambar 18. Contoh cara melakukan metode MPN
5.7. Hasil Pengamatan
6.2. Pendahuluan
Isolasi berarti memisahkan bakteri dari kapang artinya memisahkan satu jenis bakteri
atau kapang dari satu kelompok atau campuran menjadi satu biakan muri, yaitu biakan
yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme.
Teknik dan metode isolasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Metode gores /geek (streak plate method), yaitu sampel dibuat suspensi, kemudian
diambil dengan jarum inokulasi dan digoreskan pada medium dalam cawan petri
dengan pola tertentu sehingga koloni-koloni yang tumbuh terpisah satu sama lainnya
dan dapat disolasi lebih lanjut.
2. Metode tuang (poured plate method), yaitu sampel dibuat suspense dulu (biasanya
melalui serangkaian pengenceran), kemudian supensi dicampur medium dan
seterusnya dituangkan ke dalam cawan petri. Koloni yang tumbuh setelah masa
inkubasi selanjutnya diambil dengan jarum inokulasi dan digesekkan pada medium
agar miring steril.
6.3. Bahan:
• Rendang
• Kari avam
• Sayur lodeh
• Gulai
6.4. Media:
• Alkohol 70 %
• Plate Count Agar (PCA)
• Nutrient Agar (NA)
• Potato Dextrose Agar (PDA)
• Buffer fosfat / Larutan NaCl 0.85%
• Cawan petri
• Pipet
• Jarum Öse
• Erlenmeyer
• Tabung reaksi
• Pembakar spirtus
• Mikroskop
1. Ambil 1 ml suspensi dari tiap pengenceran, masukkan ke dalam cawan petri steril. Beri
tanda/label.
2. Tuangi setiap cawan petri dengan medium NA (‡ 15 ml)
3. Inkubasi semua cawan pada suhu 30°C selama 3 hari
4. Koloni bakteri yang tumbuh terpisah diamati penampakannya.
Lakukan pewarnaan gram! Amati dibawah mikroskop.
Isolasi kapang
Kari ayam
Sayur lodeh
Gulai
MODUL VII
MERIKSAAAN MIKROORGANISME DARI PRODUK OL
SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN
7.2. Pendahuluan
Sayuran dan buah-buahan disaat panen mungkin mengandung mikroorganisme dalam
jumlah tinggi. Namun selama persiapan pengolahan untuk proses pembekuan, fermentasi atau
pengeringan sebagian besar mikroorganisme tersebut terbuang atau mati. Berbagai proses yang
dapat menghilangkan sebagian mikroorganisme pada pengolahan sayuran dan buah-buahan
misalnya pencucian, pemanasan atau blansing, penggunaan germisida, pembekuan dan
pengeringan.
Meskipun proses pengolahan pada umumnya dapat membunuh mikroorganisme tetapi
beberapa termasuk spora dan beberapa jenis sel vegetatif masih dapat hidup setelah proses
pengolahan.
Pada sayuran yang dibekukan mikroorganisme yang mungkin masih tahan setelah
proses persiapan dan pembekuan terutama adalah bakteri gram negative berbentuk batang, dan
bakteri asam laktat yang termasuk dalam jenis Streptococcus dan Leuconostoc,
mikroorganisme indikator seperti koliform dan enterokoki.
Pada buah-buahan beku dimana pH-nya tergolong rendah mikroorganisme yang
dominan adalah khamir dan kapang asidurik. Pada sayuran dan buah-buahan kering,
mikroorganisme yang sering ditemukan terutama adalah yang dapat tumbuh pada Aw rendah
terutama spora bakteri dan kapang.
Pada sari buah atau pasta (saus tomat, puree dsb.) biasanya ditumbuhi filament kapang.
Adanya filament kapang menunjukan konisi sanitasi dan pengawasan mutu yang tidak baik
dalam proses pengolahannya.
7.3. Bahan :
• Jagung beku
• Kentang beku
• Kismis
• Pisang sale
• Larutan pengencer
• Alkohol
7.4. Media:
• Plate Count Agar (PCA)
• Acidifield Plate Count Agar (APCA)
• Acidifield Malt Agar (AMA)
• Asam tartarat 10%
• Violet Red Bile Agar (VRBA)
8.2. Pendahuluan
Suhu penyimpanan dan jumlah mikroorganisme biasanya menentukan daya simpan
produk-produk olahan daging dan ikan. Mikroorganisme yang berperan dalam kebusukan ikan
terutama tergolong jenis bakteri Pseudomonas. Didalam produk-produk ikan juga ditemukan
bakteri-bakteri pathogen yang berbahaya seperti Salmonella, Staphylococcus, Clostridium
botulinum dsb. Pada produk-produk olahan ikan yang telah mengalami proses pemanasan
termasuk pengasapan dan penggaraman bakteri-bakteri yang masih hidup adalah jenis bakteri
Bacillus, Micrococcus dan mungkin beberapa khamir. Pada produk-produk fermentasi ikan
banyak ditemui berbagai spesies Lactobacillus.
Mikroorganisme yang ditemukan pada daging adalah jenis bakteri mesofilik seperti
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Clostridium perferingens, dan Salmonella. Pada
daging yang dicuring mikroorganisme yang dominant adalah bakteri asam laktat, mikrokoki,
eterokoki, Bacillus dan khamir. Pada daging yang diolah dengan pemanasan temasuk
pengasapan, mikroorganisme yang adalah Bacillus, Clostridium dan Staphylococcus.
8.3. Bahan :
• Daging sapi utuh
• Beefsteak
• Ikan segar
• Ikan peda
• Alkohol
• Kapas
• Spiritus
8.4. Media
• Plate Count Agar (PCA)
• Tetrathionat Broth (TTB)
• Agar Salmonella-Shigela (SS)
• Larutan pengencer
• Lactosa Broth
8.5. Alat
• Cawan petri
• Tabung reaksi
• Pipet
• Blender
• Inkubator
• Timbangan
2. Pengujian Salmonella
a). Perbanyakan sel Salmonella
• Timbang sampel (ikan dan daging serta produk olahannya) sebanyak 25 gram masukan
ke dalam 225 ml larutan Laktosa Broth, diamkan pada suhu kamar, pH diatur sampai
6,8±0,2
• Sampel yang telah diencerkan, dikocok kemudian ambil Iml masukan ke dalam 10 ml
Tetrathionat Broth.
• Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37℃ selama 16 jam
• Ambil 1 ml suspensi kultur dari Tetrathionat Broth diinokulasikan pada cawan petri
steril, kemudian tambahkan ±15 ml SS-agar.
• Dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode gores. Penggoresan kultur harus
dilakukan dengan metode kuadran (untuk mendapatkan koloni secara terpisah)
• Inkubasikan pada suhu 37℃ selama 24 jam
• Amati koloni yang tumbuh yaitu berwarna coklat atau hitam kadang-kadang dengan
kilapan metalik. Atau koloni berwarna hijau dengan atau tanpa warna hitam
disekelilingnya.
9.2. Pendahuluan
Bakteri halofilik membutuhkan konsentrasi NaCl minimal tertentu untuk
pertumbuhannya. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi, yaitu 5 - 20%
untuk bakteri halofilik sedang, dan 20 - 30% untuk bakteri halofilik ekstrim. Beberapa bakteri
disebut halotolerant (tahan garam), yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa garam.
Bakteri halofilik dan halotolerant sering ditemukan pada makanan berkadar garam tinggi atau
di dalam larutan garam.
9.3. Bahan :
• Ikan peda
• Larutan garam 10%
9.4. Media:
• Nutrient Agar (NA)
• NaCl
• Buffer fosfat
• Alkohol 70%
NA
NA + 5% NaCl
NA + 10% NaCl
NA + 15% NaCl
MODUL X
PENGUJIAN BAKTERI OSMOFILIK
10.2.Pendahuluan
Mikroba osmofilik tumbuh pada medium dengan konsentrasi gula tinggi. Jenis mikroba
yang termasuk osmofilik adalah jenis bakteri dan khamir. Beberapa jenis bakteri bersifat
osmotolerant, yaitu tumbuh dengan atau tanpa konsentrasi gula tinggi, misalnya beberapa
spesies dari Leuconostoc. Beberapa jenis khamir osmofilik dapat tumbuh pada medium dengan
aktivitas air rendah, karena khamir tersebut membutuhkan medium dengan konsentrasi gula
lebih tinggi dari bakteri. Jenis-jenis khamir sering ditemukan pada sirup, bir, roti, dan
sebagainya.
10.3.Bahan :
• Minuman sari buah
• Madu
• Susu kental manis
• Syrup
10.4.Media :
• Nutrient Agar (NA)
• Sukrosa
• Buffer fosfat
• Alkohol 70%
10.5.Alat - Alat :
• Cawan petri
• Öse
• Tabung reaksi
• Erlenmeyer
• Pipet ukur
• Ball pipet
• Beaker gelas 50 ml
• Spatula
• Kapas
• Pembakar spirtus
• Neraca analitik
• Mikroskop
10.6.Cara Kerja:
1. Timbang 10 g sampel, masukukkan ke dalam Erlenmeyer steril yang berisi 90 ml buffer
fosfat (pengenceran 10-1).
2. Buat pengenceran sampai 10-3.
3. Dari setiap pengenceran diambil 1 ml, kemudian masukkan ke cawan petri steril. Setiap
satu pengenceran dimasukkan kedalam dua cawan petri steril yang masing-masing
ditambahkan media:
Cawan petri 1 : PCA
Cawan petri 2 : PCA + 30% sukrosa
4. Inkubasi pada suhu 30℃ selama 3 hari.
5. Koloni yang tumbuh diamati bentuk dan warnanya, kemudian diisolasi dengan
membuat pewarnaan Gram yang selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop dengan
menggunakan lensa objektif dan minyak imersi.
10.7.Hasil Pengamatan
Bentuk & Bakteri Osmofilik/g
Sampel -1 Pewarnaan Gram
Warna Koloni 10 10-2 10-3 SPC
Minuman PCA
sari buah
PCA + 30%
sukrosa
Madu PCA
PCA + 30%
sukrosa
Susu PCA
kental
manis
PCA + 30%
sukrosa
Syrup PCA
PCA + 30%
sukrosa
MODUL XI
UJI AMILOTIK
11.2. Pendahuluan
Mikroorganisme yang bersifat amilolitik dapat memecah pati yang terdapat dalam
makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa. Reaksi
hidrolisis pati menyebabkan pencairan pati sehingga dapat mengakibatkan perubahan pada cita
rasa makanan. Mikroorganisme yang mempunyai sifat amilolitik terutama adalah berbagai
jenis kapang dan beberapa jenis bakteri.
11.3. Bahan :
• Tepung jagung
• Tepung beras
• Tepung terigu
• Tepung tapioka
11.4. Media :
• Nutrient Agar (NA)
• Larutan yodium 1%
• Buffer fosfat
• Alkohol 70%
12.2. Pendahuluan
Kebanyakan makanan mengandung sejumlah lemak yang mudah mengalami hidrolisis
dan oksidasi sehingga menyebabkan perubahan cita rasa makanan. Meskipun sebagian besar
pemecahan lemak pada makanan kimia non-mikroba, tetapi berbagai bakteri, khamir, dan
kapang mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis dan mengoksidasi lemak. Jenis-jenis
mikroorganisme yang mempunyai sejumlah spesies bersifat lipolitik misalnya bakteri
Pseudomonas, Alcaligenes, dan Staphylococcus. Kapang yang termasuk jenis Rhizopus,
Geotricum, Aspergillus, dan Penicilium. Serta khamir yang termasuk jenis Candida,
Rhodotorula, dan Hansenula.
12.3. Bahan :
• Mentega
• Margarine
• Kornet
• Pindakas
12.4. Media :
• Nutrient Agar (NA)
• Lemak
• Indikator Neutral Red (NR)
• Buffer fosfat
• Alkohol 70%
12.5. Alat - Alat :
• Cawan petri
• Öse
• Tabung reaksi
• Erlenmeyer
• Pipet ukur
• Ball pipet
• Beaker gelas 50 ml
• Spatula
• Kapas
• Pembakar spirtus
• Neraca analitik
• Mikroskop
NA + 1% lemak
Kornet NA
NA + 1% lemak
Mentega NA
Margarine
NA + 1% lemak
Kornet NA
NA + 1% lemak
MODUL XIII
PENGARUH SUHU PENYIMPANAN BEKU
TERHADAP MIKROBA PADA BAHAN PANGAN
13.2. Pendahuluan
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, diantaranya suhu,
pH, aktivitas air, adanya oksigen, dan tersedianya zat makanan. Oleh karena itu kecepatan
pertumbuhan mikroba dapat diubah dengan mengatur berbagai factor lingkungan tersebut.
Penyimpanan makanan pada suhu dingin dapat memperpanjang masa simpan makanan
tersebut, karena selama pendinginan pertumbuhan mikroba dapat diperlambat atau dicegah.
Suhu pendinginan akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi
biokimia di dalam sel mikroba. Keaktifan enzim di dalam sel akan menurun dengan semakin
rendahnya suhu. Pada suhu pembekuan semua keaktifan enzim metabolisme akan berhenti
karena sel kekurangan cairan di sekelilingnya yang digunakan untuk menyerap zat-zat
makanan dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme, akibatnya pertumbuhan sel akan terhenti
sama sekali.
13.3. Bahan :
• Daging sapi beku
• Daging sapi cincang dengan suhu penyimpanan 4℃
• Udang utuh dengan suhu penyimpanan 15℃
13.4. Media :
• Plate Count Agar (PCA)
• Buffer fosfat
• Alkohol 70%
PEMANASAN
14.2. Pendahuluan
Mikroorganisme yang masih dapat hidup pada produk pangan yang telah mengalami
pemanasan misalnya pasteurisasi, digolongkan pada mikroorganisme termodurik.
Mikroorganisme termodurik tidak selalu mempunyai suhu optimum pertumbuhan yang tinggi
seperti bakteri (Micrococcus, Mikrobacterium, Streptococcus, Lactobacillus, Bacillus dan
Clostridium) serta kapang (Aspergillus dan Penicillium).
Bakteri termodurik sering menimbulkan masalah pada susu dan produk susu. Pada
daging yang dimasak setengah matang kemungkinan terdapat bakteri yang bersifat termodurik
seperti Enterokoki. Mikroorganisme termodurik mungkin tidak menimbulkan perubahan pada
makanan atau mengakibatkan pembentukan asam dan gas serta perubahan proteolitik atau
lipolitik. Mikroorganisme termodurik pada umumnya tidak dapat tumbuh baik pada suhu
pendinginan, namun ada pengecualian untuk Lactobacillus dan Bacillus yang bersifat
psikotropik dapat tumbuh pada lemari es.
14.3. Bahan :
• Ayam bakar
• Beefsteak
• Susu pasteurisasi
• Sosis
14.4. Media
• Plate Count Agar (PCA)
• Trypticase Soy Agar (TSA)
• Larutan pengencer
• Alkohol 70%
Ayam bakar
Beef steak
Susu pasteurisasi
Sosis