“Bji sorgum”
Di Susun
Oleh :
Kelompok 8
Kelas C
Ternak yang mengenai “Analisis Proksimat Biji Sorgum”. Penulisan laporan ini
tidak akan selesai jika tidak dibantu oleh berbagai pihak. Karena itu penulis
menghaturkan terima kasih terutama kepada Dr. Ir. H. Iman Hernaman, M.Si.
sebagai dosen pengampu Nutrisi Ternak kelas C yang telah memberi penulis arahan
dan rekomendasi untuk bisa menyusun laporan ini. Asisten Laboratorium yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan praktikum. Ayah, ibu, dan keluarga penulis
yang selalu memberikan dorongan semangat dan do’a kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan semua pihak yang telah membantu dalam
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
LAMPIRAN...................................................................................... xi
I PENDAHULUAN
II DESKRIPSI BAHAN
ANALISIS AIR
4.1 Alat...................................................................................... 30
4.2 Bahan................................................................................... 30
ANALISIS ABU
4.2 Bahan..................................................................................... 37
V HASIL PEMBHASAN
4.1 Alat......................................................................................... 46
4.2 Bahan...................................................................................... 46
4.2 Bahan..................................................................................... 56
4.1 Alat........................................................................................ 67
4.2 Bahan..................................................................................... 67
ANALISIS ENERGI
4.1 Alat........................................................................................ 77
4.2 Bahan.................................................................................... . 78
ANALISIS BETN
4.1 Alat......................................................................................... 83
4.2 Bahan..................................................................................... 83
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
PENDAHULUAN
besar bahan pakan terdiri dari unsur - unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat,
lemak dan protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan,
produksi, reproduksi dan hidup pokok. Makanan ternak berisi zat nutrisi dengan
kandungan yang berbeda-beda oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas zat gizi yang dibutuhkan oleh ternak, kualitas
bahan pakan dan komponennya ini dapat dinilai melalui tiga tahapan penilaian, yaitu
secara fisik, kimia, dan biologis. Salah satu tahapan dari penilaian ini dapat dilakukan
kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang
dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang
seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa
hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang
sesungguhnya.
Analisis proksimat berupa analisa kadar air, kadar abu, bahan kering, analisa
protein kasar, lemak kasar dan analisa serat kasar. Pada setiap analisis terdapat
beberapa metode yang berbeda. Pada dasarnya, analisis proksimat bermanfaat dalam
11
mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang
belum diketahui sebelumnya yang selanjutnya disebut sampel. Selain dari itu, analisis
menggunakan biji sorgum. Biji sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) adalah salah
satu jenis bahan pakan yang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas nutrisi
ternak di Indonesia. Penggunaan biji sorgum lebih prospektif untuk ransum pakan
ternak seperti yang telah berkembang di negara maju. Komoditas ini mempunyai
kandungan nutrisi dasar yang tidak kalah penting dibandingkan dengan bahan pakan
lainnya. Tanin dikenal sebagai antinutrisi karena menghambat proses daya cerna
protein dan karbohidrat dalam tubuh ternak. Sedangkan kelebihan yang paling
mendasar dari sorgum adalah budi dayanya yang mudah, murah, efisien dan dapat
Dengan demikian kami tertarik untuk memilih biji sorgum sebagai bahan
nutrisi yang terkandung dalam biji sorgum. Adapun komponen yang diteliti dalam
praktikum ini adalah air, abu, lemak kasar, serat kasar, protein, energi bruto dan
BETN.
12
sorgum?
sorgum?
3. Bagaimana cara mendapatkan kadar lemak kasar yang terkandung dalam biji
sorgum?
4. Bagaimana cara mendapatkan kadar serat kasar yang terkandung dalam biji
sorgum?
biji sorgum?
sorgum?
1. Dapat mengetahui dan menghitung kadar air yang terkandung dalam biji
sorgum.
13
2. Dapat mengetahui dan menghitung kadar abu yang terkandung dalam biji
sorgum.
4. Dapat mengetahui dan menghitung kadar serat kasar yang terkandung dalam
biji sorgum.
6. Dapat mengetahui dan menghitung total energi bruto dari biji sorgum.
7. Dapat mengetahui dan menghitung total BETN dalam biji sorgum.
II
DESKRIPSI BAHAN
Sorgum (Sorghum bicolor (L). Moench) adalah tanaman C4, dapat mencapai
dapat menghasilkan produk fotosintesis yang tinggi, selain itu tanaman sorgum
dinamakan unta di antara tanaman lain, karena mempunyai sifat tahan kekeringan,
tahan terhadap kadar garam tinggi, daya adaptasi pertumbuhan yang baik (Dajue dan
mempunyai ketahanan tumbuh lebih baik dibanding tanaman serealia lain di lahan
kering dengan iklim kering, dan dapat dipanen beberapa kali (dikepras).
dari 750 juta orang di daerah tropis beriklim kering di Afrika, India, dan Amerika
Latin (Reddy dkk., 2007). Di Afrika, biji sorgum dikonsumsi dalam bentuk olahan
roti, bubur, minuman, berondong, dan kripik (Dicko dkk., 2006). Di India, tepung
sorgum dibuat roti bahan chapati, yang merupakan makanan pokok masyarakat
padi dan jagung, namun penggunaannya sebagai bahan pangan menurun tajam setelah
banyak memerlukan air selama pertumbuhannya. Tanaman ini pada awalnya tumbuh
di daerah beriklim kering di Ethiopia, bagian timur laut benua Afrika, sekitar 7.000
tahun yang lalu. Dari tanah asal tersebut tanaman sorgum menyebar ke Timur
Tengah, India, China, Myanmar, Asia Tenggara, dan Indonesia (Sumarno dkk.,
2013).
klasifikasi yang dibuat oleh Snowden (1936, 1955) adalah yang paling lengkap dan
memberikan kontribusi yang sangat besar, bahkan masih dimanfaatkan oleh ahli
dan tujuh belas spesies liar. Sistem klasifikasi yang dibuat oleh Snowden kemudian
Kingdom : Plantae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Sorghum
Species : Bicolor
Tanaman sorgum setidaknya memiliki kerabat tiga puluh spesies. Di antara
tiga puluh spesies sorgum, terdapat spesies asli Asia dan Australia, yaitu Sorgum
timorense (Down sorghum) yang merupakan rumput asli pulau Timor dan Australia
dengan nama rumput kume dan merupakan salah satu sumber pakan utama untuk
ternak sapi di NTT. Rumput kume bersifat tanaman tahunan, tumbuh cepat selama
musim hujan (November s/d April), cepat menua dan berbunga serta berbiji,
mengering sebagai rumput kering (standing hay) di lapangan jika tidak dipanen
spesies, yaitu Sorghum helepense, Sorghum propinquum, dan Sorghum bicolor (L.)
Moench. (De Wet dkk., 1970). Dari ketiga spesies tersebut,yang sangat populer dan
adalah spesies yang ditanam khusus untuk produksi biji, yang digunakan sebagai
subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dengan tinggi sampai 4 m. Biji
berukuran kecil dengan kisaran diameter 3-4 mm. Sorgum manis digunakan untuk
lembaga, dan kulit biji. Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran 4
x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8-50 mg, rata-rata 28 mg. Berdasarkan
ukurannya, sorgum dibagi atas sorgum biji kecil (8-10 mg), biji sedang (12- 24 mg),
dan biji besar (25-35 mg). Warna biji beragam antara putih, putih kecoklatan, merah
dan coklat, merupakan salah satu kriteria yang menentukan kegunaannya (Suarni dan
Firmansyah, 2005). Keragaman morfologis sorgum tidak hanya pada tinggi batang,
tetapi juga pada warna biji, warna batang,bentuk malai, umur panen, dan sifat
kering dengan suhu tinggi, curah hujan rendah dan lahan yang relatif terdegradasi,
berkompetisi dengan tanaman pangan lainnya. Menurut Irawan dan Sutrisna (2011),
kering idealnya dilakukan secara terintegrasi dengan ternak sapi untuk menjamin
ternak sapi perlu dilaksanakan secara berkelanjutan dalam jangka panjang karena
baru terlihat setelah dilakukan pemupukan organik secara intensif selama beberapa
oleh adanya lapisan silika pada endodermis akar sehingga mampu menembus tanah
yang keras, tidak mudah kering atau cepat busuk akibat tergenang air (Pursglove
Biji sorgum mengandung karbohidrat 73%, lemak 3,5%, dan protein 10%,
bergantung pada varietas dan lahan pertanaman (Mudjisihono dan Damarjati, 1987).
memiliki kandungan pati tertinggi. Sedangkan lembaga adalah bagian biji sorgum
yang kaya kandungan gizi berupa protein, lemak, abu, dan serat, tetapi sedikit
mengandung pati (Suarni dan Firmansyah, 2006). Kandungan pati pada masing-
masing bagian biji sorgum tersebut mengandung 2 jenis zat, yaitu amilosa dan
amilopektin. Menurut kandungan amilosanya, biji sorgum terdiri dari 2 jenis, yaitu :
jenis ketan (waxy sorghum) mengandung sekitar 1-2% amilosa dan jenis beras (non-
asam amino dan protein. Penggunaan biji sorgum untuk ransum pakan harus
pertumbuhan ayam dan bila mencapai 2% dapat menyebabkan kematian. Biji sorgum
dengan kandungan tanin kurang 0,5% dapat digunakan sebagai ransum pakan ayam
hingga proporsi 30-60% dan tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot ayam.
sedangkan pada bagian lembaga kadar lemak (18,9%) dan komponen mineral
Komposisi tersebut bisa ditingkatkan dengan adanya pengolahan lebih lanjut terhadap
biji sorgum.
22
III
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan sudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bisa diletakan dalam udara terbuka kadar airnya
akan mencapai keseimbangan dengan keseimbangan udara disekitarnya. Kadar air ini
disebut dengan kadar air seimbang. Kadar air juga merupakan karakteristik yang
sangat penting dalam pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, struktur,
serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
Kadar air ini menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryono,
1992). Pada umumnya penetuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105-110oC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang
konstan.untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi,
minyak, daging, kecap, dan lain – lain. Pemanasan dilakukan dalam oven vakm
dengan suhu yang lebih rendah. Kadang – kadang pengeringan dilakukan tanpa
Banyaknya air yang terkandung dalam bahan pangan yang dinyatakan dalam
persen disebut kadar air. Dalam bahan pangan kadar air ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya
bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan
pada bahan pangan (Dwijosepputro, 1994). Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan
dalam dua cara, yaitu berdasarkan bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan
basan (wet basis). Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat air di
dalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Bahan kering adalah bahan bahan
yang berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air
secara wet basis adalah perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan
metode pemanasan langsung dalam menetapkan kadar air suatu bahan pangan.
Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap
dari bahan pakan yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode
pemanasan tertentu. Metode ini terutama digunakan untuk bahan yang stabil terhadap
pemanasan yang agak tinggi (Poedjiadi, A, 1994). Prinsipnya menguapkan air yang
ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat
komponen mudah menguap. Prinsip kerja dari metode ini adalah penggunaan pelarut
yang immicible. Pelarut ini memilki titiok didih sedikit di atas titik didih air,
contohnya adalah toluena, xylena, n-amil, alkohol, dan xylol. Air dari bahan yang
volumenya diketahui. Tabung yang biasa digunakan adalah tabung Aufhauser atau
Bidwell Sterling (Yongki, 2008). Metode destilasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap,
memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi. Metode ini
digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki ciri-ciri di atas agar pengeringan yang
tahap, yakni evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan,
pemisahan uap cairan di dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik
didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil dan
kondensasi dari uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil
(Guenther, 1987).
pengaruh RH lingkungan bisa dikurangi, dan lebih teliti dibanding metode oven.
Sementara kerugian dari metode ini adalah adanya droplet air pada sisi tabung,
25
gliserol mungkin ikut terdestilasi, dan seringkali terjadi kesalahan dalam membaca
meniskus(Yongki, 2008)
Metode desikasi kimia memiliki bantuan bahan kimia yang dapat menyerap
air tinggi. Metode analisis ini cukup sederhana, Contoh yang akan dianalisis
ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan pengering
kadar airnya tergantung pada reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut
terhadap air. Metode ini sangat sesuai untuk bahan yang mengandung senyawa volatil
Metode ini dapat digunakan untuk pengukuran kadar air pada bahan berupa
cairan, tepung, madu, dan beberapa produk kering. Metode ini menggunakan reagen
Karl Fisher yang terdiri dari SO2, piridin, dan iodin. Prinsip melakukan titrasi
sampel dengan larutan iodin dalam metanol dan piridin. Jika masih ada air didalam
bahan maka Iodin akan bereaksi, tetapi bila air habis maka iodin akan bebas. Disebut
metode Karl Fisher, karena metode ini menggunakan reagen Karl Fisher yang terdiri
metanol. Selama masih ada air dalam bahan, iodin akan terus bereaksi. Tetapi begitu
air habis, iodin akan bebas. Setelah ada indikator iodin bebas, biasanya berwarna
coklat, maka titrasi di hentikan. Pereaksi karl fisher sangat sensitif terhadap air.
Sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan yang
mempunyai kandungan air sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu, dan
bahan kering). Metode Karl Fisher juga dapat digunakan untuk mengukur kadar air
konsentrasi 1 ppm (Guenther, 1987).
pada tingkat presisi yang tinggi dalam tiga pengukuran: berat, suhu, dan perubahan
dilakukan di dalam alat pengering. Analisis dilakukan dalam waktu yang singkat.
Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu berkisar mg sampai 1 g.
(Guenther, 1987).
27
Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan sudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bisa diletakan dalam udara terbuka kadar airnya
akan mencapai keseimbangan dengan keseimbangan udara disekitarnya. Kadar air ini
disebut dengan kadar air seimbang. Kadar air juga merupakan karakteristik yang
sangat penting dalam pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, struktur,
serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
Kadar air ini menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryono,
1992). Pada umumnya penetuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105-110oC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang
konstan.untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi,
minyak, daging, kecap, dan lain – lain. Pemanasan dilakukan dalam oven vakm
dengan suhu yang lebih rendah. Kadang – kadang pengeringan dilakukan tanpa
IV
4.1. Alat
4.2. Bahan
1. Biji Sorgum, berfungsi sebagai bahan pakan yang akan diuji kadar airnya.
1. Dieringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-
105oC.
kurang 2-5 g, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat sampel dapat
analitik digital maka dapat langsung diketahui berat sampel dengan menset
29
zero balans yaitu setelah berat alumunium diketahui beratnya dan telah
4. Dimasukkan cawan + sampel kedalam oven selama 3 jam pada suhu 100-
105OC sehingga seluruh air menguap (atau dapat dimasukkan kedalam oven
pekerjaan ini dari tahap no 4-5 sampai beratnya tidak berubah lagi. Catat
sebagai D.
30
……………………………..g……………………………. (%)
Biji 4,198 15,947 11,749 1,57
Sorgum
Keterangan : Biji Sorgum direndam NaOH 20% selama 30 menit
5.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu tepung biji sorgum,
yang diberi perlakuan dengan direndam NaOH 20% selama 20 menit, dan didapatkan
kadar air sebesar 1,57%. Menurut Harijono (2008) bahwa perbedaan waktu
perendaman dan waktu perkecambahan pada biji sorgum mengakibatkan jumlah air
yang terserap dan terombak juga mengalami perbedaan. Semakin lama perendaman
akan mengakibatkan lunaknya struktur kulit biji sorgum sehingga air lebih mudah
untuk masuk kedalam struktur selnya. Hal ini menentukan total kadar air yang
III
TINJAUAN PUSTAKA
Abu adalah zat anorganik sisa suatu pembakaran zat organik dalam
bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan,
mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi
suatu bahan makanan (Danarti, 2006). Terdapat dua jenis metode pengabuan yaitu
metode pengabuan kering dan metode pengabuan basah, akan tetapi yang
bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600°C dan Halim (2006)
menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur
dalam suhu yang sangat tinggi. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan
kandungan mineral yang ada dalam suatu bahan, kemurnian, serta kebersihan suatu
bahan yang dihasilkan. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya
kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan pangan (PERSAGI, 2009).
syarat titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari abu
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600°C dan kemudian melakukan
Pemanasan pada suhu 300°C yang dilakukan dengan maksud untuk dapat
melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga
Pemanasan pada suhu 800°C yang dilakukan agar perubahan suhu pada
bahan maupun porselen tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang
waktu tertentu (6-8 jam) sehingga seluruh unsur pembentuk senyawa organik (C,H,O,
N) habis terbakar dan berunah menjadi gas. Sesuai dengan pernyataan AOAC (2005)
prinsip penentuan kadar abu adalah dengan menimbang berat sisa mineral hasil
pembakaran bahan organik pada suhu 500°C keatas. Penentuan kadar abu dapat
33
dilakukan secara langsung dengan membakar bahan pada suhu tinggi (500-600°C)
selama 2-8 jam dan kemudian menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai a.
dari cara langsung antara lain proses pengabuan membutuhkan waktu yang lebih
lama, memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan adanya kemungkinan kehilangan
mineral yang dapat menguap pada suhu tinggi (Apriantono, 1989). Mineral yang ikut
menguap menjadi gas contohnya sulfur (H2S). Dan tidak seluruhnya unsur utama
pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan berubah menjadi gas. Oksigen ada
yang masih tinggal dalam abu sebagai oksida, yaitu kalsium oksida (CaO) dan karbon
Mineral tersebut antara lain tiamin, riboflavin, niasin, kalsium, zat besi, pospor dll.
Tidak semua mineral menetap, melainkan ada sebagian mineral yang ikut menguap
menjadi gas seperi sulfur (H2S). Sedangkan CaO dan CO3 merupakan zat organik
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari
mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen
Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Abu mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan
beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan
sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan anorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun
IV
4.1. Alat
1. Cawan porselen 30 ml, berfungsi sebagai wadah bahan pakan atau sampel
2. Hot plate, berfungsi sebagai tempat memanaskan sampel atau bahan pakan.
5. Tang penjepit, berfungsi untuk menjepit wadah saat dikeluarkan dari oven.
4.2. BAHAN
1. Dikeringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-
105OC.
3. Dimasukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram ke dalam cawan (catat
sebagai b).
4. Dipanaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen sampai tidak berasap
lagi.
36
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama
6. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan teliti,
catat sebagai c .
5.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum didapatkan kadar abu dalam biji sorgum sebesar 1,73%.
Sampel telah diberikan perlakuan dengan perendaman dalam larutan NaOH 20%
mempengaruhi kadar abu dalam biji sorgum . Menurut Narsih dkk., (2008) rata-rata
biji sorgum akibat perendaman dan perkecambahan pada penelitian ini berkisar antara
0,61-2,51%. Perendaman akan mengakibatkan pelarutan senyawa-senyawa beberapa
zat gizi penting seperti vitamin dan mineral sehingga semakin lama perendaman
kadar abu dalam biji sorgum adalah kadar mineral seperti P, K, Zn, N dan Cu lebih
tinggi pada bahan yang dikecambahkan dan ketersediaan hayatinya juga lebih tinggi.
38
Enzim fitase akan membebaskan ikatan antara mineral-protein dan senyawa lain
meningkatkan mineral (Inyang dan Zakari, 2008). Jadi biji sorgum yang diambil dari
tanaman hasil perkecambahan memiliki kadar abu yang lebih tinggi jika
Biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi antara 8-50 mg,
rata-rata 28 mg. Warnanya juga bervariasi tergantung dari varietasnya. Selain bentuk
fisiknya, kadar abu dalam berbagai varietas juga berbeda. Menurut Suami dan
Firmansyah (2005) kadar abu yang paling tinggi terdapat pada varietas varietas
Numbu (1,88%), dan kemudian pada varitas Span (1,85%) dan yang paling sedikit
Menurut Hubbard dkk., (1968) Idealnya kandungan abu dalam satu biji
sorgum utuh adalah 1,65%. Komponen abu biji sorgum terkonsentrasi pada bagian
lembaga dengan kadar mineral mencapai 19,36%. Kemudian bagian lainnya yang
juga mengandung abu adalah kulit biji dengan kadar abu 2,02% sedangkan pada
endosperma mengandung paling sedikit abu dibandingkan bagian lainnya yaitu
0,37%.
kering. Bahan yang digunakan harus dihaluskan terlebih dahulu (40 mesh), ditimbang
2-5 g. Dan diuapkan kadar airnya dalam oven pada suhu 105 oC. Sampel kemudian
dibakar diatas hot plate sampai asap hilang. Bahan kemudian diabukan dengan
39
memasukannya dalam tanur pada suhu 600oC selama 6-8 jam. Hasil yang diperoleh
III
TIJAUAN PUSTAKA
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam
air. Tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5O-C2H5),
Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon (C), hidrogen
(H), dan oksigen (O). lemak bersifat larut dalam pelarut lemak seperti benzene, eter,
petroleum, dan sebagainya. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi berbentuk
padat pada suhu kamar disebut lemak, sedangkan yang memiliki titik lebur rendah
disebut minyak. Lemak dapat dinyatakan dengan nomenklatur pendek ditulis dengan
menyatakan jumlah atom karbon, diikuti titik dua dan jumlah ikatan rangkap
Lemak dan minyak terdapat hamper pada semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok
pelarut, memiliki kelemahan karena selain lemak juga akan terikat fosfolida, sterol,
41
asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen yang lain. Analisisnya sering disebut
relative kecil jika dibandingkan dengan biji-bijian yang sering digunakan sebagai
sumber minyak misalnya bunga matahari dan jagung. Dibandingkan dengan biji-
bijian lain seperti beras dan terigu hanya sorgum yang memiliki kandungan lemak
yang lebih tinggi. Lemak dalam bahan pangan akan mempengaruhi mutu, umur
simpan dan karakteristik pada produk yang dihasilkan. Kandungan pada kadar lemak
tepung biji sorgum berkisar antara 2,80% sampai dengan 4,54% hasil analisis ragam
menunjukan bahwa varietus biji sorgum berpengaruh nyata terhadap kadar lemak
pada tepung biji sorgum, kadar lemak tepung sorgum jika diberi perlakuan
lemak (ether) selama beberapa jam (3-6 jam). Beberapa pelarut yang yang dapat
digunakan adalah kloroform, petroleum, benzene, heksana, aseton. Lemak yang
pelarutnya dengan cara dipanaskan dengan oven. Pelarut akan menguap sedangkan
lemak tidak sehingga lemak akan tinggal dalam wadah. Lemak dalam wadah
ditentukan beratnya.
42
diekstrak dengan pelarut dietil eter, setelah pelarutnya diuapkan, lemak dapat
dipasang alat kondensor diatasnya dan labu lemak dibawahnya pelarut dietil eter
dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet yang
digunakan. Penyaringan selama minimum 5 jam sampai pelarut turun kembali ke labu
lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di labu lemak didistilasi, dipenampung
pelarutnya. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan
digunakan dalam memisahkan senyawa bioaktif dari alam. Cara ini memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan yang lain antara lain sampel kontak dengan pelarut
toksisitas, prosedur obat dan pengobatan harus menekan penggunaan pelarut dalam
43
Lemak tersusun dari tiga elemen dasar yaitu karbon, hydrogen, dan oksigen.
Secara kimiawi, lemak merupakan bagian dari lipida, yang merupakan ester asam
lemak dan gliserol. Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksi yang masig-masing
mengikat (melalui ikatan ester) atau molekul asam lemak, sehingga satu molekul
lemak terdiri atas satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (Muchtadi,
2014).
44
IV
4.1. Alat
1. Satu set alat soxhlet (erlenmayer 500 ml , soxhlet 500ml , kondensor soxhlet,
4. Kapas dan biji hekter , fungsinya menutup selongsong yang berisi sampel.
4.2. Bahan
1. Disiapkan kertas saring yang telah kering oven ( gunakan kertas saring
kertas lemak).
2. Dibuat selongsong penyaring yang terbuat dari kertas saring , timbang dan
sampel = (B-A) .
5.2. Pembahasan
dengan pelarut lemak (kloroform) dalam alat sokhlet. Lemak yang terekstraksi
merupakan tidak asli lemak itu sendiri, melainkan tercampur juga komponen lemak
selain lemak yang ikut larut dalam pelarut lemak tersebut mempengaruhi persentase
lemak, maka disebut analisis lemak kasar. Hasil analisis lemak kasar biji sorgum
ialah 8,84% dan persentase kadar lemak kasar tersebut tidak murni hanya lemak saja.
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas
Kadar lemak kasar pada sampel biji sorgum dengan perlakuan perendaman
NaOH 10% pada waktu 15 menit yaitu 8,84% sedangkan komposisi lemak kasar pada
sorgum 2,9% (Hartadi dkk, 1993). Menurut Harijono (2008) rata-rata kadar lemak
biji sorghum berkisar antara 0,94-2,3% dan kandungan diberi perlakuan akan
mempengaruhi konsentrasi atau persentase dari lemak kasar menjadi lebih besar
(suprijadi, 2012), hal ini sesuai dengan hasil perhitungan komposisi lemak kasar
kami yang lebih besar dari 4,54% dikarenakan jika lemak atau minyak dicampur
dengan NaOH akan terbentuk atau terjadi saponifikasi atau penyabunan. Penyabunan
lemak sendiri terdapat dua bentuk, sabun padat apabila lemak atau minyak
ditambahkan NaOH, dan sabun cair apabila lemak atau minyak dicampur KOH.
Pertambahan berat lemak kasar terjadi karena biji sorgum homogen dengan NaOH.
48
III
TINJAUAN PUSTAKA
Serat adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk menyerap air
secara cepat dalam jumlah banyak. Peran utama dari serat dalam makanan adalah
pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat,
lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk
konstipasi, kanker, memperkecil risiko sakit pada usus besar, membantu menurunkan
kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah wasir,
membantu menurunkan berat badan dan masih banyak lagi. Serat yang merupakan
zat non gizi terbagi dari dua jenis, yaitu serat pangan (dietary fiber) dan serat kasar
Serat kasar adalah bagian dari pangan atau pakan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk rnenentukan kadar serat
kasar, yaitu asam sulfat H2SO4 (1,25 %) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25 %),
sedangkan serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis
49
oleh enzim-enzim pencernaan. Oleh karena itu, kadar serat kasar nilainya lebih
rendah dibandingkan dengan kadar serat pangan, karena asarn sulfat dan natrium
(Cullison, 1978).
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena
angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu,
kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,
misalnya proses penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon,
dengan demikian persentase serat dapat dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan
konsep yang sederhana. Pada analisis serat kasar terdapat residu yang tidak larut
dikenal sebagai serat kasar (Sutardi, 2009). Analisis serat kasar disediakan sampel
yang sudah bebas lemak dan telah disaring dipakai untuk mendapatkan serat kasar.
Sampel ditambah 1,25% larutan asam sulfat dan dipanaskan ± 30 menit, kemudian
residu disaring. Endapan yang didapat ditambah 1,25% larutan NaOH dan dipanaskan
30 menit kemudian disaring dan kemudian endapan yang dapat dicuci dikeringkan
dan ditimbang, lalu dibakar dan abunya ditimbang. Selisih endapan sebelum dibakar
(residu) dan berat abu disebut serat kasar. Serat kasar merupakan ukuran yang cukup
50
baik dalam menentukan serat dalam sampel. Serat kasar mengandung senyawa
selulosa, lignin dan zat lain yang belum dapat diidentifikasi dengan pasti. Dalam
analisa penentuan serat kasar diperhitumgkan banyaknya zat-zat yang larut dalam
asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu (Tillman, dkk., 1982).
perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dpakai. Bahan yang mengandung
sudah bebas lemak dan telah disaring dipakai untuk mendapatkan serat kasar. Sampel
bila ditambah larutan asam sulfat dan dipanaskan, kemudian residu disaring. Residu
yang diperoleh dalam pelarutan menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar
yang mengandung ± 97 % selulosa dan lignin, dan sisanya adalah senyawa lain yang
abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut
(residu) dibakar sesuai prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah
serat kasar. Ekstraksi sampel dengan asam dan basa encer dapat memisahakan serat
kasar yang terdapat di dalam sampel dari bahan lain. Serat kasar adalah bagian dari
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
51
menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium
yaitu, terdapat sebagian kecil senyawa organik yang tergolong fraksi serat masih
dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan serat,
misalnya selulosa dan hemiselulosa (Sutardi, 2009). Penundaan penyaringan udara
Terdiri dari gula, pati, karbohidrat yang larut, pektin, NPN, protein, lipida,
dan zat lain yang larut dalam air termasuk vitamin dan mineral. Fraksi ini larut dalam
air sehingga disebut Neutral Detergent Soluble. Fraksi ini mempunyai kecernaan
yang tinggi (98%) dan merupakan nutrien yang tersedia utama. Sebagian besar
berasal dari sel dinding tananam dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Serat kasar merupakan ukuran yang cukup baik dalam menentukan serat dalam
sampel. Ternak non ruminansia, fraksi ini sangat terbatas nilai nutrisinya sehingga
pengukuran serat kasar hanya merupakan pedoman proporsional dalam pakan yang
IV
4.1. Alat
1. Gelas Piala khusus 600 ml yang berfungsi sebagai wadah dari sisa ekstraksi
lemak.
3. Corong Buchner (diameter 4,5 cm) yang berfungsi untuk penyaringan dan
dengan dipanaskan pada labu penyaringan dan pompa penghisap.
6. Kertas saring bebas abu (Whatman No.41) yang berfungsi untuk menyaring
larutan.
7. Tanur listrik yang berfungsi untuk penanuran bahan pakan atau sampel.
yang digunakan.
53
4.2. Bahan
c. Aseton 50 ml
mencatatnya sebagai A.
3. Dimasukkan residu atau sisa ekstraksi lemak ke dalam gelas piala khusus
dipasang kertas saring (kertas saring ini tidak perlu diketahui beratnya).
glass semula.
d. Aseton 50 ml
13. Dimasukkan kertas saring dan isinya (residu) ke dalam cawan porselen
(catat sebagai C ).
16. Dipanaskan dalam hotplate sampai tidak berasap lagi kemudian
dimasukan ke dalam tanur listrik dengan suhu 600 oC-700oC selama 3 jam
sebagai D).
HASIL PEMBAHASAN
dioven
……………………………….g………………….. %
Sorgum
5.2. Pembahasan
Serat adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk menyerap air
secara cepat dalam jumlah banyak. Peran utama dari serat dalam makanan adalah
mampu mengikat air, selulosa dan pektin. Serat terbagi menjadi dua jenis, yaitu serat
pangan (dietary fiber) dan serat kasar (crude fiber). Serat kasar adalah bagian dari
pangan atau pakan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk rnenentukan kadar serat kasar, yaitu asarn sulfat H2SO4 (1,25 %)
56
dan natriurn hidroksida (NaOH 1,25 %), sedangkan serat pangan adalah bagian dari
bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Kadar
serat kasar nilainya lebih rendah dibandingkan dengan kadar serat pangan.
dan lignin. Serat kasar dijadikan ukuran yang cukup baik dalam menentukan serat
dalam suatu bahan pakan. Berdasarkan praktikum analisis serat kasar yang telah
dilakukan diperoleh serat kasar yang merupakan selisih antara endapan sebelum
dibakar (residu) dengan abu dari suatu bahan pakan. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk menentukan, mempelajari dan mengetahui kadar serat kasar dalam suatu bahan
pakan. Bahan pakan yang dijadikan sampel pada praktikum ini adalah biji sorgum.
Hasil praktikum yang diperoleh kadar serat kasar dari sampel biji sorghum
dengan perendaman NaOH 20% selama 30 menit adalah 1,44%. Menurut Harijono
(2008) rata-rata kadar serat kasar sorgum akibat perlakuan perendaman dan
III
TINJAUAN PUSTAKA
asam amino, dan tiap-tiap asam amino mempunyai fungsi khusus dalam metabolisme.
Semua protein tanaman dan hewan terdiri dari beberapa asam amino yang merupakan
analisis ini didasarkan pada penentuan kandungan nitrogen yang terdapat dalam
bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan 6,25 sebagai angka
konversi nilai nitrogen menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa
: 1) (Fauzi, 1994).
melainkan merupakan nilai yang mendekati kandungan protein kasar. Hal itu
dalam bahan pakan. Sedangkan tidak hanya protein kasar yang memiliki kandungan
nitrogen karena nitrogen yang terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa
organik lain sehingga terhitung sebagai komponen fraksi protein kasar. Senyawa
bukan protein yang mengandung nitrogen disebut senyawa NPN (Non Protein
58
Nitrogen). Selain itu, beberapa kelemahan hasil analisa proksimat dalam pengukuran
1. Tidak semua nitrogen (N) bahan makanan berupa protein, nitrogen bahan
3. Kadar nitrogen protein tidak selamanya 16% pada bahan pakan nabati NPN
lebih besar dan pada bahan pakan hewani NPN lebih sedikit.
menjadi basa, dan ammonia diuapkan untuk kemudian diserap dalam larutan asam
boraks. Nitrogen yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan jumlahnya dengan
Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Selain itu, cocok digunakan
secara semimikro sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan peraksi yang sedikit
dan waktu analisa yang pendek (Sumardji, dkk., 1989). Tillman, (1998) memaparkan
bahwa Analisis Protein cara Kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahapan yaitu
59
tahapannya.
1. Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga menjadi
hanya kepada nitrogen saja juga terhadap komponen lain, sehingga nitrogen
dipanaskan. Agar tidak terjadi super heating atau jumping atau pemercikan
3. Titrasi
ditentukan jumlahnya dengan cara dititrasi dengan HCl. Sisa asam klorida
yang ditampung dititrasi dengan NaOH standar (NaOH 0,1 N). Akhir titrasi
60
ditandai dengan tepat perubahan warna lautan menjadi merah muda dan
menentukan kadar protein suatu larutan, yaitu yang terjadi dengan semua senyawa
yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida dan metode Biuret sering digunakan
karena bahan yang digunakan relatif murah. Akan tetapi, metode ini juga memiliki
kelemahan, yaitu sensitivitas yang rendah terhadap bahan yang diidentifikasi. Dengan
menentukan konsentrasi protein dari fraksi, dapat ditentukan aktifitas spesifik enzim.
prosedur yang telah dilakukan (Redin dan Campbell, 1985). Sebagaimana percobaan
sampel.
konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-
terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti
61
misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk
telah digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang
kemudian dikenal dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana
reagen folin ciocalteu apat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena
tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini menunjukkan
puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin
ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung dengan
ion-ion Cu.
analisis ini didasarkan pada penentuan kandungan nitrogen yang terdapat dalam
bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan 6,25 sebagai angka
konversi nilai nitrogen menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa
kepada nitrogen saja juga terhadap komponen lain, sehingga nitrogen harus
destruksi adalah merubah nitrogen dalam bentuk (NH4)SO4 menjadi gas NH3
dengan pemberian naoh jenuh. Agar perubahan itu sempurna maka
(NH4)3BO3
Nitrogen yang terdapat dalam bahan pakan , selain terdapat dalam protein,
juga terdapat dalam senyawa organik lain, sehingga terhitung sebagai komponen
fraksi protein kasar. Senyawa Bukan protein yang mengandung nitrogen disebut
senyawa npn (non protein nitrogen). Selain itu, nilai 6,25 tidak selalu tetap,
tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya protein nabati kurang dari 6,25
sedangkan hewani lebih dari 6,25. Bilamana anda mendapat data mengenai angka
konversi yang tepat untuk bahan yang anda analisis, maka pakailah angka tersebut.
63
IV
4.1. Alat
2. Satu set alat destilasi, berfungsi sebagai alat pipa yang menghubungkan
4.2. Bahan
1. Bahan pakan bungkil kelapa, berfungsi sebagai sampel yang akan dianalsis.
2. Asam sulfat pekat, fungsinya untuk mengikat NH3 menjadi (NH4)2 SO4 saat
sampel didestruksi.
5. Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO₄ 5H₂O dan K₂SO₄ dengan
destruksi.
6. Asam borax 5%, fungsinya untuk menangkap NH3 menjadi senyawa (NH3)3
BO3.
7. Indikator campuran (brom cresol green : Methyl merah = 4:5 sebanyak 0,9
gram yang dilarutkan alkohol 100 ml), fungsinya sebagai bahan yang
digunakan untuk menunjang keberhasilan analisis.
Destruksi
gram).
5. Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih,
Destilasi
untuk menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran sebanyak
2 tetes.
tegak.
oleh asam boraks yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu
Titrasi
1. Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lupa membilas bagian yang
hijau ke abu-abu. Dicatat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C ml.
67
G ml N %
5.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah biji sorgum yang
kadar protein yang terkandung dalam biji sorgum sebesar 11,491 %. Menurut OISAT
(2011) , dalam 100 % kadar kering Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi,
332 kal kalori dan 11,0 g protein/100 g biji pada biji, dan bagian vegetatifnya 12,8%
protein kasar. Jika dibandingkan dengan hasil praktikum hasilnya sesuai dengan
sebelum biji sorgum dianalisis dapat mengurangi kadar protein yang terkandung
dalam biji sorgum. Hal ini dinyatakan oleh Anglemeir (1976), menyatakan bahwa
68
terlepasnya ikatan protein sehingga komponen protein terlarut. Hal ini juga didukung
oleh Michadjehoun et al. (2005) yang menyatakan bahwa enzim protease memecah
III
TINJAUAN PUSTAKA
Energi bruto adalah Semua panas yang bebas pada pembakaran, panas ini
dihasilkan dari suatu makanan yang seluruhnya dibakar secara sempurna dengan
H2O, dan gas lain. Dalam menentukan energi bruto dengan oxygen bomb calorimeter
menggunakan alat serta bahan yaitu unit bomb calorimeter, tabung oksigen,
termometer, alat pembuat pellet, kawat platina, larutan methyl orange dan larutan
Na2CO3 dan bahan pakan berupa bungkil kelapa, dedak padi, rumput raja.
Peningkatan suhu yang telah diukur dengan termometer dapat dihitung energi bruto
yang telah dihasilkan. Penetapan energi bruto ini terjadi pengubahan energi kimia
dalam suatu sampel menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan.
Kandungan yang terdapat pada energi bruto di dalam bahan organic dapat
dicerminkan dengan melihat kondisi yang terjadi dari proses oksidasi yang dilakukan
didalam mencari energi bruto tersebut. Besarnya energi kimia juga sangat
Jumlah bahan pakan ternak yang mempunyai hitungan energi bruto yang
tinggi juga tidak dapat menyumbangkan banyak enegi untuk keperluan tubuh dalam
jumlah yang banyak pula dikarenakan hal ini sangat dipengaruhi oleh daya cerna
akan mendapatkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan energi karbohidrat,
akan tetapi hasil pembakaran yang akan didapat di dalam tubuh ternak adalah nilai
energi protein yang mempunyai zat-zat yang dibutuhkan tubuh mendekati energi
karbohidrat.
Oleh karena itu, dalam memperoleh hasil energi bruto yang diperoleh dari
beberapa bahan sampel yang digunakan dalam pembuatan pelet tersebut maka kita
harus mengetahui suhu awal, suhu akhir, berat sampel dan kabar bahan kering dari
masing-masing bahan. Perhitungan dari energi ditentukan dulu energi ekuivalen asam
benzoat, suhu awal dan suhu akhir, volume titrasi serta jumlah kawat terbakar
(Samuel, 2007).
dan manusia. Tanaman dalam proses fotosintesa membutuhkan energi panas dari
fungsi-fungsi tubuhnya, seperti kerja mekanik (aktifitas) otot dan kerja kimia dalam
peredaran zat-zat didalam sel, dan untuk sintesa katalis reaksi kimia tubuh penting
seperti enzim dan hormon atau pembentukan molekul-molekul barn dan pembentukan
(CO2 dan air), maka panas yang dihasilkan disebut energi bruto. Guna menentukan
besarnya energi bruto bahan pakan dapat digunakan suatu alat bom kalorimeter.
Besarnya nilai energi bahan pakan tidak sama tergantung dari macam nutrient dan
Energi total makanan adalah jumlah energi kimia yang ada dalam makanan,
dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang
dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai sumber energi total atau panas pembakaran
dari makanan, bomb kalorimeter digunakan untuk menentukan energi total dan
sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik. Metode ini dipakai untuk energi
tergantung pada komposisi dari karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam
bahan makanan tersebut. Nilai energi bruto dari berbagai bahan makanan bermacam-
macam dan tidak menentu, akan tetapi secara umum telah ditetapkan nilai energi
bruto untuk KH = 4,15 kkal/kg, protein = 5,65 kkal/kg, dan lemak = 9,45 kkal/kg.
(CO, H2, gas dan oksida lainnya) maka panas yang dihasilkan disebut energi bruto.
72
Untuk menentukan besarnya energi bruto dari nutrien atau bahan pakan dapat
digunakan bomb kalorimeter. Besarnya nilai energi bahan pakan tidak sama
IV
4.1. Alat
4.2. Bahan
4. Diisi bejana bomb dengan oksigen sebesar 30 atmosfir melalui katup selang
7. Dimasukkan bejana air berisi bejana bomb kedalam wadah jacket, lalu
9. Dinyalakan motor listrik yang kemudian akan dijalankan pengaduk air yang
10. Tombol catu daya ditekan sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb.
11. Diamati suhu sampai suhu tidak naik lagi (konstan) dan dicatat sebagai data
T2.
12. Dicabut Elektro catudaya.
5.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu biji sorgum, yang
diberi perlakuan direndam NaOH 20% selama 30 menit, dan didapatkan kadar energi
sebesar 3544,15 kkal/g. Menurut Dwi dan Hadi (2002) kadar energi bruto pada biji
sorgum yaitu 4325 kkal/g. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan kadar energi bruto
hasil praktikum dengan literatur sebesar 871 kkal/g. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor antara lain perendaman dalam NaOH 20%, lamanya waktu
perendaman, dan buruknya kualitas biji sorgum yg dijadikan sampel dalam
praktikum.
adalah untuk mengurangi kadar tanin yang terdapat dalam biji sorgum. Penurunan
kadar tanin ini dapat meningkatan total energi yang dapat dicerna ternak.
77
III
TINJAUAN PUSTAKA
mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25% atau 0,255 N dan
perebusan dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan
oleh kandungan nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat
ditemukan di dalam sel tanaman dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Gula, pati, asam organik dan bentuk lain
struktural dan menjadi sumber energi utama bagi sapi perah yang berproduksi tinggi.
bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan (NRC, 2001).
78
Menurut Cherney (2000) bahan ekstrak tanpa nitrogen tersusun dari gula, asam
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu,
protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat
yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah
larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi,
1994). Bahan Ekstrak tanpa nitrogen mengandung mono-, di-, tri- dan tetra-sakarida
ditambah pati dan beberapa bahan zat yang termasuk hemiselulosa (Tilman dkk,
1998).
79
IV
4.1. Alat
1. Alat tulis, berfungsi untuk menuliskan hasil analisis fraksi lain yang
4.2. Bahan
SK.
80
5.2. Pembahasan
yang terdapat dalam biji shorgum yang dijadikan sampel pada praktikum sebesar
74,929%. Nutrisi Kandungan pada biji sorgum menurut Hartadi dkk., (1990) adalah
kadar air 14%, kadar abu 1,9%, protein kasar 9,6%, lemak kasar 2,9%, serat kasar
2,4%, dan BETN 69,2%. Dari literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
BETN yang didapatkan tidak terlalu jauh berbeda meskipum masih lebih besar. Hal
tersebut bisa terjadi dilihat dari beberapa faktor seperti kemurnian biji sorgum, umur
biji sorgum, buruknya kualitas biji sorgum yg dijadikan sampel dalam praktikum,
lamanya perendaman dalam NaOH 20% dan menurut suarni dan singgih (2002)
kandungan giji pada sorgum juga tergantung pada varietas biji sorgum itu sendiri.
81
sederhana yang terkandung dalam bahan pakan tersebut. Hal ini bisa menjadi alat
ukur kebutuhan karbohidrat yang dibutuhkan ternak apakah cukup atau tidak
VI
6.1. Kesimpulan
3. Kadar protein kasar yang terdapat dalam biji sorgum adalah 11,491 %.
4. Kadar lemak kasar yang terdapat dalam biji sorgum adalah 8,84 %.
5. Serat kasar yang terdapat dalam biji sorgum adalah 1,44 %
6. Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dalam biji sorgum adalah
31,76%.
7. Kadar energi bruto yang terdapat dalam biji sorgum adalah 3544,15 kkal/g.
6.2. Saran
1. Untuk para praktikan diharapkan untuk mempelajari semua materi yang akan
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Air
Anonym. 2009. Air diakses pada 12 november 2017, jam 14.39 WIB.
http://id.wikipedia/air
Winarno, F.G. 2004. Pangan gizi, teknologi dan konsumen. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama
Analisis Abu
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta
Hubbard, J.E., H.H. Hall, and F.R. Earle. 1968. Composition of the component
parts of the sorghum kernel. Cereal Chem. 27: 415-420.
84
Narsih, Yunianta, dan Harijono. 2008. Studi Lama Perendaman Sorgum (Sorghum
bicolour L, Moench) Untuk Menghasilkan Tepung Rendah Tanin Dan Fitat.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3 : 173-180.
Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005. Potensi sorgum varietas unggul sebagai bahan
pangan untuk menunjang agroindustri. Prosiding Lokakarya Nasional BPTP
Lampung, Universitas Lampung. Bandar Lampung. p.541-546
Harijono. Narsin dan Yunianta. 2008. Study lama perendaman dan lama
perkecambahan sorgum (sorghum bivolour L Moench). Jurnal teknologi
pertanian Vol. 9 No.9 ; 173-180
Hayati , Rita , Ainun Marliah , and Farnia . 2012 Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori
Bubuk Kopi Arabika . Jurnal Floratek , Vol 1 No.7 ; 66-69
Novika , 2013. Kajian Penggunaan Tepung Millet Kuning Sebagai Subtitusi Tepung
Terigu Pada Karakteristik Sensoris, Fisikokimia , Dan Aktivitas Antioksi
Dan MiInstan Ubi Jalar Ungu .Jurnal Teknosains Pangan Vol.2 No.1 Januari
2013
Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). UNEJ.
Jember.
Hartadi et al,. 1980. Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Untuk Indonesia.
Utah State University
Sinurat A.P. 1997. Nilai Gizi Biji sorgum Terfermentasi dalam Rnsum Itik Petelur
dengan Kadar Fosfor Berbeda. III (1) : 18-19
Tillman, Allen D., dkk. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : UGM
Press.
Analisis Energi
Dwi dan Hadi. 2002. Ilmu Makan Ternak. IPB : Bogor
87
Mc Donald P, Edwards RA, Greenhalg JFD, Morga CA. 2002. Animal Nutrition.Ed
ke-6. England: Imprint Pearson Education Prontice Hill.
Sukanto. 1992. Perubahan Komposisi Nitrogen dan Phospat serta Aktivitas Anti Gizi
Selama Perkecambahan Biji Kedelai. Thesis Program Pascaa Sarjana Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, UGM : YOgyakarta
Sutardi, T., 2004, Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I, Departemen Ilmu Makanan Ternak.
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Analisis BETN
NRC. 2001. Nutrient Requirements of Beef Cattle: Seventh Revised Edition: Update
2000. Subcommittee on Beef Cattle Nutrition. Committee on Animal
Nutrition. National Research Council.
Suarni dan S. Singgih. 2002.Karakteristik sifat fisik dan komposisi kimia beberapa
varietas/galur biji sorgum. Stigma X (2):127-130.