PRAKTIKUM HIDROLIKA
Y
Q
p
Disusun oleh :
Dalam menunjang kelancaran Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika pada Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin, maka pada kesempatan ini kami coba menyusun
Buku Ajar Praktikum tersebut.
Buku Ajar Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika ini terdiri dari percobaan
stabilitas benda apung, titik pusat tekanan hidrostatika, demonstrasi persamaan Bernoulli,
aliran melalui lubang kecil, aliran permanen seragam pada saluran licin dan kasar, aliran
permanen tidak beraturan akibat pembendungan, aliran melalui ambang lebar dan ambang
tajam, aliran melalui pintu sorong, bendung, splitters, gorong-gorong/culvert dan pengukuran
kecepatan di aliran alam/sungai dengan pelampung dan current meter serta aliran/seepage di
bawah struktur bangunan bendung.
Kemudian penyusun menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin
2. Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin
3. Kepala dan Staf Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
4. Seluruh rekan-rekan yang mendukung dan membantu dalam pembuatan buku ajar
praktikum ini.
Buku Ajar Praktikum ini tentunya masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan
kritik untuk kesempurnaannya sangat diharapkan, terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
jaraknya terhadap titik berat (G), yang dikenal dengan Tinggi Metacentric (GM).
Dalam percobaan ini akan diselidiki tentang stabilitas benda apung dalam air
dengan menggunakan alat Metacentric Height Apparatus, seperti terlihat dalam gambar
Dasar teoritis di sini didapatkan dari buku-buku ilmu mekanika zat cair yang telah
dipelajari. Gaya-gaya yang bekerja pada benda apung seperti terlihat pada gambar 1.2.
G
Gaya berat g . M yang bergerak ke bawah melalui pusat-pusat berat benda (G).
Gaya yang disebabkan tekanan cairan g . V yang bergerak tegak lurus ke atas melalui
Untuk keseimbangan :
g . ρ . V = g . M , yang menghasilkan ρ . V = M
Keseimbangan benda terapung di bawah pengaruh dari kopel pemiring, jika sebuah
kopel dipasang / dikerjakan pada sebuah benda terapung sebagaimana terlihat, maka benda
itu akan miring pada posisi keseimbangan baru. Oleh sebab itu perpindahan dari garis
vertikal, pusat gaya apung akan berpindah ke posisi (B’) dan gaya berat g.M bersama-sama
dengan gaya berat ke atas g.V akan terjadi suatu kopel yang sebanding dan berlawanan
arah dengan C.
Garis vertikal melalui B’ akan memotong BG yang terjadi pada titik M. Untuk
sudut θ yang kecil, titik N merupakan titik tetap pada benda itu yang disebut dengan
Metacentre.
Jarak x dari kopel pelawan itu dilukiskan x = GN sin θ . Demikian juga untuk
keseimbangan suatu benda terapung yang dipengaruhi oleh kopel C yang dirumuskan:
I
BN = …………………………... (1)
V
dimana :
I= Momen sekunder dari luas dataran air pada sumbu yang sejajar dengan sumbu
kemiringan.
V = Volume yang dipindahkan.
B’
Jika pusat berat (G) terletak di bawah metacentre (N), maka gaya kopel C akan
menyebabkan juga terjadinya kopel yang melawan, sehingga terjadi kopel yang seimbang.
Dengan demikian suatu benda yang terapung bebasjika kopel pelawan dipasang dan
kemudian dilepas, maka benda tersebut akan kembali ke posisi semula. Tetapi jika G
terletak di atas N, maka kopel pelawan akan menyebabkan terjadinya suatu kopel dengan
kegunaan yang sama. Jika kopel pelawan itu dilepaskan, maka benda itu akan terus berada
Untuk suatu benda dengan G di atas N, posisi teoritis untuk keseimbangan dengan
G di atas B’ akan tidak stabil. Apabila massa digeser dari pusat dengan jarak x, maka
ponton akan membuat sudut kemiringan θyang dapat diukur dengan mempergunakan
Bila M adalah jumlah massa dari ponton (total berat ponton) dan GN adalah tinggi
metacentric, maka :
Am . x
GN = …………………………... (2)
M tg θ
I L . b3
BN = I= dan V = L.b.d …………… (3)
V 12
Jika I merupakan momen sekunder dari luas dataran air dari sumbu-sumbu
GN = BN – BG …………………………... (4)
BN merupakan jarak antara pusat gaya apung dengan metacentre, kedalamannya adalah d,
Untuk posisi dari massa bergeser (SD), rancangan GN terhadap O sehingga untuk
Pada keadaan normal (tidak miring) maka harga GN dapat ditentukan dengan cara
I d b2 d
GN = -y+ atau GN = - y + ………….. (5)
V 2 12 d 2
Jadi dihasilkan :
I d b2 d
GN Teoritis : GN = -y+ atau GN = - y + ….. (6)
V 2 12 d 2
dengan : d = (M + Am) / (L . B)
Am . x
GN Eksperimen : GN = …………………………... (7)
M tg θ
1. Mistar / meteran
2. Timbangan
d/2 L
B
d
b b
Data Teknis :
Metacentric Height Apparatus
Ponton length L = 350 mm
Ponton width B = 200 mm
Ponton height d = 75 mm
pusat, apungkan ponton dan cek titik nol antara pengukur garis tegak dan skala.
(misalnya tiap 5 mm atau 10 mm) dan catat tiap posisi perubahan sudutnya.
6. Ulangi perubahan pada point (5) tersebut untuk memindahkan massa dengan
7. Ulangi percobaan tersebut dengan menggeserkan massa naik dan turun dalam
1.6. Kesimpulan
Perhatikan juga perbandingan dari beberapa percobaan tersebut dengan grafik hubungan
antara y, GN dan θ.
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
PENGAMATAN STABILITAS BENDA APUNG
PERCOBAAN I :
Posisi titik berat ponton dari dasar (y) = …………. mm
Jarak Massa Pengatur ( x ) mm Sudut Putar Ponton ( 0 ) Tinggi Metacentris
No Ke kiri Ke kanan Rata-rata Ke kiri Ke kanan Rata-rata ( GN ) mm
PERCOBAAN II :
Posisi titik berat ponton dari dasar (y) = …………. mm
Jarak Massa Pengatur ( x ) mm Sudut Putar Ponton ( 0 ) Tinggi Metacentris
No Ke kiri Ke kanan Rata-rata Ke kiri Ke kanan Rata-rata ( GN ) mm
PERCOBAAN III :
Posisi titik berat ponton dari dasar (y) = …………. mm
Jarak Massa Pengatur ( x ) mm Sudut Putar Ponton ( 0 ) Tinggi Metacentris
No Ke kiri Ke kanan Rata-rata Ke kiri Ke kanan Rata-rata ( GN ) mm
GN
Kesimpulan :
BAB II
Menunjukkan posisi pusat tekanan pada permukaan segi empat dari suatu bangun
toroida.
Gaya hidrostatika yang bekerja pada sebuah permukaan tersebut. Semakin jauh di
bawah permukaan air, semakin besar gaya hidrostatika. Dengan demikian pada plat persegi
misalnya, titik tangkap gaya hidrostatika tidak akan berimpit dengan titik pusat plat
1. Ukur lebar dan tebal quadrant. Posisikan quadrant di tempatnya dan diklemp kuat.
2. Pasang penggantung bandul di ujung batang neraca. Tutup kran penguras. Kalau
perlu tambahkan pipa pada ujung pipa kran pembuang agar air yang terbuang
masuk ke dalam tangki 2 dan hubungkan sekarang untuk mengisi alat tekanan
hidrostatik.
4. Pemberat tetap boleh digeser kanan atau kiri agar pada posisi tanpa beban neraca
cm dari dasar kuadrant. Air dipompa dengan pompa tangan yang tersedia. Hati-hati
dari selalulah mengontrol bahwa bagian yang melekat dengan neraca tidak kena
6. Sekarang berilah bandul sedikit demi sedikit hingga neraca kembali seimbang. Jika
sulit, karena tidak ada bandul yang tepat, keseimbangan dapat dicapai dengan
7. Pada saat seimbang, berarti momen gaya yang bekerja pada seluruh quadrant yang
tercelup air ke titik sendi neraca sama dengan nol. Padahal tadi dikatakan bahwa
semua gaya hidrostatika akan bekerja tegak lurus pada permukaan benda di bawah
air, jadi gaya hidrostatika yang bekerja pada sisi-sisi lengkung kuadrant akan
menuju titik pusat kuadrant. Titik pusat kuadrant ini tepat pada sendi neraca.
Dengan demikian berapapun bagian yang tercelup, gaya pada sisi-sisi lengkung
quadrant tidak memberikan tambahan momen sama sekali. Momen yang bekerja
8. Jika sisi lengkung bagian bawah saja yang terendam air maka gaya hidrostatika
ρ g B D2
F = …………………………….. (1)
2
ρ g B D2 2mL
mgL = h" atau h" = … (2)
2 ρ B d2
semua bahkan air lebih tinggi dibanding ujung sisi tegak), maka pusat gaya
Titik pusat gaya adalah titik lokasi bekerjanya gaya resulant, yang mengakibatkan
momen yang sama dengan yang diakibatkan oleh gaya tersebut bekerja tersebar.
Gaya yang bekerja dibagi dalam beberapa lapis ∆z letaknya pada z dibawah air.
Maka gaya yang bekerja pada tiap pias adalah ∆gz ∆z B. Dengan d adalah tinggi
muka air dari lengkung quadrant terbawah dan z jarak titik pusat pias di bawah
muka air. Momen yang bekerja pada sendi oleh setiap gaya pada pias adalah: ∆M=
ρgz ∆z B (H-d+z).
d
Momen total adalah M = ∫ ρ g z B (H - d + z ) dz atau
0
H d2 d3
M = ρ g B - …………. (5)
2 6
Momen tersebut sebagai pengganti momen yang disebabkan oleh bandul pada
experiment kita sebelumnya. Jika kondisi seimbang maka momen oleh gaya
ρ g B D2
resultan adalah M = h" ………………… (6)
2
Setelah disubstitusi dari kedua persamaan di atas (persamaan (5) dan (6)), maka
d
didapat : h" = H - ………………………………….. (7)
3
Gaya yang bekerja dibagi dalam beberapa lapis ∆z letaknya pada z dibawah air.
Maka gaya yang bekerja pada tiap pias adalah ∆gz ∆z B dengan z maximum = D.
Dengan z jarak titik pusat pias di bawah muka air. Jika d adalah tinggi muka air
dari lengkung quadrant terbawah hingga permukaan air maka momen yang bekerja
pada sendi oleh setiap gaya pada pias adalah sama seperti sebelumnya:
d
Momen total adalah M = ∫ ρ g z B (H - d + z ) dz atau
0
H D2 dD 2 D3
M = ρ g B - + ………. (8)
2 2 3
Momen tersebut sebagai pengganti momen yang disebabkan oleh bandul pada
experiment kita sebelumnya. Jika kondisi seimbang maka momen oleh gaya
H d D
D - +
h" = 2 2 3
……………………… (10)
D
d -
2
Hitunglah gaya yang bekerja pada alat tersebut yang disebabkan oleh tekanan air
sehingga menimbulkan adanya momen perlawanan, pada kondisi setengah tercelup dan
tercelup.
Berikan komentar anda tentang perbandingan antara titik pusat gaya teoritis dan hasil
panjang?
2.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
PENGAMATAN TITIK PUSAT TEKANAN HIDROSTATIKA
Dimensi :
L : ……… mm = ……… m
D : ……… mm = ……… m
H : ……… mm = ……… m
B : ……… mm = ……… m
Kondisi d Berat (W) Massa (m) Momen (M) Titik Pusat Gaya (h")
mm m gr kg (m)
Tercelup Penuh
Tercelup Sebagian
Keterangan
Paraf teknisi :
……………….
BAB III
2 2
P1 v P2 v
+ 1 + z1 = + 2 + z2 = C ………………………………. (1)
γ 2g γ 2g
konstan.
3. Jika tekanan P diketahui, maka kecepatan dapat dihitung atau dengan kata
bagian hulu A1, di bagian tengah A5, dan pada tampang lintang ke-n adalah An. Tinggi
tekanan (P/γ) yang terjadi pada tabung-tabung Piezometer untuk masing-masing tampang
Dengan menganggap tidak terjadi kehilangan energi sepanjang pipa dan jumlah
tinggi kecepatan dan tinggi tekanan adalah konstan untuk masing-masing tampang lintang
2 2 2
v1 v5 v
+ h1 = + h5 = n + hn = C …………………. (2)
2g 2g 2g
Dengan v1, v5 dan vn adalah kecepatan aliran melalui tampang 1,5 dan n.
v1 . A1 = v5 . A5 = vn . An = C ……………………………… (3)
2
A5
2 2
v1 v5
+ h1 = + h5 ……………………………… (4)
2g A1 2g
2g (h 1 - h 5 )
v5 = ……………………………… (5)
A
1 - 5
A1
2g (h 1 - h 5 )
Q5 = A 5 . ……………………………… (6)
A
1 - 5
A1
Dalam prakteknya, akan terjadi kehilangan energi antara tampang 1 dan 5, juga
aliran pipa tidak benar-benar seragam pada tampang-tampang tersebut. Dengan demikian
debit yang terjadi akan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan hasil hitungan berdasarkan
perumusan di atas. Oleh karena itu, perumusan di atas perlu diberi koefisien C yang
2g (h 1 - h 5 )
Q5 = C . A 5 . ……………………………… (7)
A
1 - 5
A1
Distribusi tekanan ideal sepanjang pipa venturi dapat dihitung dari persamaan
Bernoulli berikut :
2 2
v1 - v n
h n - h1 = ………………………………. (8)
2g
Untuk keperluan perbandingan hasil percobaan dengan hitungan, maka (hn – h1)
dapat dinyatakan sebagai bagian dari tinggi kecepatan pada penyempitan sebagai berikut:
2 2
h n - h1 A A5
2
= 5 - ………………………………. (9)
v5 A1 An
2g
1. Hydraulic Bench
Sebenarnya hydraulic bench mencakup berbagai macam alat sangat lengkap untuk
menunjukkan sifat-sifat fluida diam maupun bergerak. Alat yang tercakup misalnya
bendung, tekanan jet, debit melalui lubang, kehilangan energi di saluran, aliran
divergen acrylic yang tembus pandang. Bila debit aliran konstan, maka kecepatan
di beberapa lokasi sepanjang tabung tersebut tidak akan sama tetapi tergantung
Pada tabung venturi tersebut dipasang 6 buah pipa plastik (piezometer) yang
kemudian diatur tegak berjajar. Sebagian air dari venturi mula-mula mengisi pipa
plastik hingga pada ketinggian tertentu dan tidak bertambah lagi, yaitu pada saat
tekanan di dalam venturi di lokasi terpasangnya tiap-tiap pipa sama dengan tekanan
hidrostatis akibat air dalam pipa. Dengan demikian tinggi muka air dalam pipa
diukur dari tempat terpasangnya pipa pada venturi merupakan tekanan hidrostatis
3. Stopwatch
4. Gelas ukur
5. Kertas Milimeter
7. Perekat
Gambar 3.1. Pipa Venturi dan Piezometer
3.4. Prosedur Percobaan
horisontal
2. Pasang pipa venturi dengan bagian pipa convergen yang bersudut 14º searah
aliran.
3. Pastikan bahwa pipa outflow berada diatas tangki pengumpul agar debit aliran
dapat diukur.
5. Tutup katup bench dan katup pengatur aliran pada apparatus dan nyalakan
pompa.
6. Buka katup bench untuk mengisi tabung pengamatan (venturi) dengan air.
7. Untuk mengalirkan udara dari manometer, tutup katup bench, dan katup
pengontrol aliran pada rig dan buka sekrup pengatur udara dan pindahkan tutup
katup udara.
8. Hubungkan selang dari katup udara ke tangki pengumpul. Buka katup bench dan
biarkan aliran melalui manometer untuk menekan semua udara keluar. Kemudian
kencangkan sekrup pengatur udara dan buka sebagian katup bench dan katup
9. Buka sekrup pengatur udara sedikit demi sedikit untuk membiarkan udara masuk
ke bagian atas manometer. Kencangkan sekrup pada saat muka air pada
(h5).
10. Jika diperlukan, muka air pada manometer dapat diatur dengan menggunakan
sekrup pengatur udara dan pompa tangan. Pada saat melakukan pemompaan,
sekrup pengatur udara harus dibuka, dan setelah pemompaan dilakukan ditutup
kembali.
1. Alirkan air dengan membuka katup pengatur debit dan katup hydraulic bench
2. Setelah gelembung udara benar-benar hilang, dan aliran sudah cukup stabil,
lakukan pengukuran debit dan catat pembacaan tinggi muka air pada masing-
masing piezometer.
3. Perhatikan pembacaan h1 (tinggi muka air pada penampang bagian hulu) dan h5
(tinggi muka air pada pada penampang bagian tengah) pada piezometer,
6. Gambarkan hubungan antara debit yang terukur (Q) dengan koefisien debit (C).
7. Hitung harga (hn – h1) dengan rumus (2.9) dan bandingkan hasilnya dengan hasil
Buat grafik hubungan antara debit yang terukur (Q) dengan koefisien debit (C)
3.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
PENGAMATAN PADA ALAT BERNOULLI
hn (hn - h1)act (hn - h1)th hn (hn - h1)act (hn - h1)th hn (hn - h1)act (hn - h1)th
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
h1 = h1 = h1 =
h2 = h2 = h2 =
h3 = h3 = h3 =
h4 = h4 = h4 =
h5 = h5 = h5 =
h6 = h6 = h6 =
Keterangan :
Paraf Teknisi :
……………….
BAB IV
• Untuk menentukan koefisien kecepatan (Cv) pada aliran melalui lubang kecil.
• Menentukan koefisien debit aliran (Cd) dalam keadaan tekanan tetap (steady)
4.2.1. Pendahuluan
dengan karakteristik dalam suatu kondisi tertentu dan pengaruh suatu bangunan terutama
laboratorium dengan mengamati profil suatu aliran melalui lubang kecil. Dimana pada
aliran melalui lubang kecil (orifice) pada reservoir atau tangki dapat terletak pada dinding
atau dasar lubang yang dapat berbentuk bulat atau persegi sehingga luas orifice adalah
Salah satu sifat air adalah kekentalan, yang dengan sifat ini maka beberapa partikel
yang mempunyai lintasan membelok akan mengalami kehilangan tenaga. Setelah melewati
lubang pancaran, air mengalami kontraksi yang ditunjukan oleh adanya penguncupan
aliran. Kontraksi maksimum terjadi pada suatu tampang sedikit di sebelah hilir lubang,
dimana pancaran kurang lebih horizontal. Tampang dengan kontraksi maksimum tersebut
Pada aliran melalui lubang kecil ini terjadi kehilangan tenaga sehingga beberapa
parameter aliran akan lebih kecil dari perhitungan ideal / teoritis. Berkurangnya parameter
aliran tersebut dapat ditunjukan oleh beberapa koefisien, yaitu kontraksi, kecepatan dan
4.2.2. Perumusan
v2 p
z+ + = konstan ………………………….. (1)
2g γ
v12 p v 22 p
z1 + + = z2 + + ………………………….. (2)
2g γ 2g γ
p
z1 = h ; =0 ; v1 = 0 ; z 2 = 0
γ
v 22 v 22
z1 + 0 + 0 = 0 + +0 z1 = h = ………………………….. (3)
2g 2g
Kemudian dinyatakan dengan koefisien kecepatan, maka : v = Cv 2 g h dimana Cv
merupakan perbandingan antara kecepatan pancaran dan vena contrakcta dengan kecepatan
2y
y = ½ g t2 t= ………………………….. (4)
g
g
v=x. ………………………….. (6)
2y
g
Cv 2 g h = x . ………………………….. (7)
2y
x x2
Sehingga didapatkan : Cv = atau = 4 Cv 2 . y …………….. (8)
2 y.h h
x=v.t
y = ½ g . t2
orifice
A0 Ac v
Q = Cc . Cv . A 2 g h ………………………….. (9)
Dengan Cd = Cc . Cv Q = Cd . A 2 g h
Q sebenarnya Qt
Sehingga Cd = = ………………………….. (10)
A 2gh A 2gh
Cc = koefisien kontraksi
Cv = koefisien kecepatan
Q 4Q
v = = ………………………….. (11)
A π d2
3. Saluran pembuang
5. Gelas ukur
6. Stopwatch
2. Atur kaki penyangga alat hingga tegak rata di atas meja hidrolika dan atur jugaarah
penghubungnya.
4. Naikkan pipa pelimpah, buka katup pengatur aliran, dan alirkan air yang masuk ke
dalam tangki utama. Atur katup sedemikian rupa sehingga air persis melimpah
5. Catat besarnya tekanan (h) dalam tangki utama melalui pengukur / skala.
7. Atur setiap jarum tegak secara berurutan untuk mendapatkan bentuk lintasan air
menyembur. Beri tanda posisi ujung atas dari jarum tegak pada kertas
8. Ukur debit dan kecepatan dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Pada
saat bersamaan gelas ukur dimasukan dan stopwatch dijalankan, kemudian secara
bersamaan pula tarik gelas ukur dan matikan stopwatch. Ukur volume air yang
dimasukan pada gelas ukur dan catat juga waktu selama memasukan air melalui
V
waktu yang tercatat pada stopwatch tersebut. Gunakan rumus debit Q = , dengan
t
9. Ulangi percobaan untuk berbagai harga tekanan air (h) dengan cara merubah tinggi
10. Jangan lupa juga mengukur diameter lubang bukaan (lihat pada plat vena
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yuwono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
PENGAMATAN ALIRAN MELALUI LUBANG KECIL Kelompok : ……………………
0.0135
0.0635
0.1135
0.1635
0.2135
0.2635
0.3135
0.3635
0.0135
0.0635
0.1135
0.1635
0.2135
0.2635
0.3135
0.3635
0.0135
0.0635
0.1135
0.1635
0.2135
0.2635
0.3135
0.3635
0.0135
0.0635
0.1135
0.1635
0.2135
0.2635
0.3135
0.3635
Paraf Teknisi :
………………..
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA x dan 2 y.h
2 y.h
Kesimpulan :
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA Q dan 2 y.h
2 y.h
Kesimpulan :
BAB V
saluran tersebut.
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut
seragam (Uniform) apabila berbagai variable aliran seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Pada aliran
seragam, garis energi, garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar sehingga ke,iringan
ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut dengan
kedalaman normal.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variable aliran seperti
perubahan aliran terjadi pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan.
Sebaliknya apabila terjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.
Aliran disebut permanen apabila variable aliran di suatu titik seperi kedalaman dan
kecepatan tidak berubah terhadap waktu. Apabila berubah terhadap waktu maka disebut
pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja
pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah
aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan
aliran.
v= C R. I
1
v= R 2/3 S1/2
n
dimana :
v = kecepatan aliran
C = koefisien Chezy
n = koefisien Manning
R = Radius hidraulik
Apabila kecepatan aliran dapat diketahui, maka akan mudah bagi kita untuk
Merupakan satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang yang
diletakan pada struktur rangka kaku. Dasar saluran ini dapat diubah kemiringannya
dengan menggunakan jack hidraulik yang dapat mengatur kemiringan dasar saluran
tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Terpasangnya rel pada bagian atas
saluran memungkinkan alat ukur kedalaman (point gauge) dan tabung pitot dapat
Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik tertentu
terdapat lubang untuk pemasangan model bangunan air. Saluran ini dilengkapi pula
dengan tangki pelayanan berikut pompa sirkulai air dan alat pengukur debit.
3. Ukurlah kedalaman di dua titik yang telah ditentukan jaraknya (L = x), titik satu di
4. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
7. Ulangi prosedure di atas untuk dasar saluran dengan kekasaran (dasar saluran
kasar).
8. Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien Chezy dan Manning
Q
h1 h2
Lihat tabel isian untuk pengaliran melalui saluran licin dan kasar.
5.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
ALIRAN PERMANEN SERAGAM PADA SALURAN LICIN
pembendungan.
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut
seragam (Uniform) apabila berbagai variable aliran seperti kedalaman, tampang baah,
kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Pada aliran
seragam, garis energi, garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar sehingga ke,iringan
ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut dengan
kedalaman normal.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variable aliran seperti
perubahan aliran terjadi pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan.
Sebaliknya apabila terjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser
pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja
pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah
aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan
aliran.
v= C R. I
1
v= R 2/3 S1/2
n
dimana :
v = kecepatan aliran
C = koefisien Chezy
n = koefisien Manning
R = Radius hidraulik
Apabila kecepatan aliran dapat diketahui, maka akan mudah bagi kita untuk
Merupakan satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang yang
diletakan pada struktur rangka kaku. Dasar saluran ini dapat diubah kemiringannya
dengan menggunakan jack hidraulik yang dapat mengatur kemiringan dasar saluran
tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Terpasangnya rel pada bagian atas
saluran memungkinkan alat ukur kedalaman (point gauge) dan tabung pitot dapat
terdapat lubang untuk pemasangan model bangunan air. Saluran ini dilengkapi pula
dengan tangki pelayanan berikut pompa sirkulai air dan alat pengukur debit.
5. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
8. Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien Chezy dan Manning
pada tiap-tiap titik pada aliran dengan pembendungan, amaati apakah hasilnya
Q
h1 h2 h3 h4 h5
h2
L1 L2 L3 L4
6.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
ALIRAN PERMANEN TIDAK BERATURAN AKIBAT PEMBENDUNGAN
………………..
BAB VII
aliran air yang melalui bangunan pelimpah pada saluran terbuka dengan debit
tertentu.
7.2.1. Pendahuluan
dengan karakteristik dalam suatu kondisi tertentu dan pengaruh suatu bangunan terutama
laboratorium dengan mengamati profil suatu aliran melalui pelimpah yang berupa ambang
7.2.2. Perumusan
v2
E=y+ …………………………………….. (1)
2g
Q
Q=v.b.y v= ……………………………………. (1c)
b.y
Q
= q ……………………………………. (1d)
b
q q2
v= v2 = ………………………………. (1e)
y y2
q2
E = y + ……………………………………….. (2)
2g . y 2
q 2 . y -2
dE = dy +
2g
y -3
dE = dy - 2q 2 .
2g
q2
dE = dy -
g . y 3c
dE q2
=1 -
dy g . y 3c
q2
0 = 1 - − 3
g . yc
q2
yc = 3 ……………………………… (3a)
g
1/ 3
Q2
yc = 2
……………………………… (4)
g . b
Q2
Jika q = 2
2
dan Q2 = vc2 . b2 . yc2 maka
b
v c2 . b 2 . y c2
q =
b2
q 2 = v c2 . y c2
Persamaan umum :
v c2
Ec = yc + ………….. …………….. (6)
2g
1/3
Q2
E c = E min = 1,5 2
…………………………… (8)
g . b
Dalam kenyataannya pada praktek, asumsi aliran parallel dan distribusi tekanan
hidrostatis di ats ambang tidak berlaku. Karena pada realitasnya Emin dianggap sama
1/3
Q2
H = 3/2 2
g . b
3
2 2 2
Q = . g . b 2 . H 3w
2
⇒ Q= b . H 3/2
w g ………. (9)
3 3 3
Kedalaman disini tidak sama dengan kedalaman kritis pada realitasnya walaupun
terjadi kondisi energi minimum, karena semua batasan-batasan aliran di hilir telah
dihilangkan. Perbedaan lain yang timbul dari kehilangan suatu energi akibat tegangan
viskositas. Dimana jika semua perbedaan itu dikumpulkan, dapat digantikan dengan suatu
Q
Cd = …………………………… (10)
1,7049 . b . H 3/2
Dimana nilai Cd adalah : 0,95 < Cd < 1,0 atau 0,2 < Cd/L < 0,6
Q = 1,7049 Cd . Cv . b . h 3/2
u
Q
Cd = …………………………… (11)
1,7049 . Cd . b . h 3/2
u
Keterangan simbol :
b = lebar ambang
E = energi
Ec = energi spesifik
g = gaya gravitasi
p = tinggi ambang
Q = q = debit aliran
v = kecepatan aliran
vc = kecepatan kritis
y = kedalaman aliran
yc = kedalaman kritis
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan
7.3. Alat dan Bahan
1. Satu set alat Open Channel Hidraulic (Multi Purpose Teaching Flume, C4) yang
dilengkapi dengan :
b. Pompa air
3. Penggaris
6. Kertas millimeter
3. Hidupkan pompa air dan atur debit yang mengalir pada sistem.
4. Atur kedudukan tinggi rendah sekat balok atau pintu sorong di hilir sehingga
didapat :
dua keadaan, dimana pada sistem saluran, loncatan hidrolik masih terjadi.
2) Keadaan Peralihan
dua keadaan, dimana pada sistem saluran, loncatan hidrolik tidak terjadi
lagi.
3) Keadaan Tenggelam
dua keadaan, dimana pada sistem saluran, tinggi air setelah melewati
ambang lebih tinggi dari ambang itu sendiri (ambang berada dalam kondisi
tenggelam).
5. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
stopwatch.
7. Ukur tinggi ambang (p), lebar saluran / ambang (b) dan kemiringan yang digunakan
(S), setelah itu dengan menggunakan point gauge, ukurlah kedalaman air di hulu
bendung (Y0). Untuk menentukan tinggi air di atas ambang, gunakan rumus :
h = Y0 – p.
7.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ………………
Tanggal : ………………
Kelompok : ………………
ALIRAN MELAUI AMBANG LEBAR (Broad Crested Weir)
hu
H Y0
Q Yc
No Keadaan Y0 Yc H Cd hu Cv
Aliran (m) (m) (m) (m)
1 Loncat 1
2 Loncat 2
3 Peralihan
4 Tenggelam 1
5 Tenggelam 2
Keterangan :
Paraf Teknisi :
………………..
GRAFIK HUBUNGAN Q DENGAN H :
Cd
BAB VIII
8.2.1. Pendahuluan
masalah yang berhubungan dengan aliran dalam saluran terbuka, seperti mengenal
karakteristik aliran dalam kondisi tertentu juga pengaruh bangunan air terhadap profil
Sifat-sifat aliran pada saluran terbuka dalam beberapa hal dapat diasumsikan secara
empiris dengan cara pengamatan langsung dan percobaan di laboratorium. Pada percobaan
ini akan diamati profil aliran terbuka dengan pelimpah yang berupa ambang tajam (sharp
edge crest).
8.2.2. Perumusan
v2
E=y+ ……………………………….. (1)
2g
Q
Q=v.b.y v= ………………………………. (1c)
b.y
Q
= q ……………………………… (1d)
b
q q2
v= v2 = ………………………………. (1e)
y y2
q2
E = y + ……………………………….. (2)
2g . y 2
q 2 . y -2
dE = dy +
2g
y -3
dE = dy - 2q 2 .
2g
q2
dE = dy -
g . y 3c
dE q2
=1 -
dy g . y 3c
q2
0 = 1 - − 3
g . yc
q2
yc = 3 ……………………………... (3a)
g
1/ 3
Q2
yc = 2
……………………………… (4)
g . b
Q2
Jika q = 2
2
dan Q2 = vc2 . b2 . yc2 maka
b
v c2 . b 2 . y c2
q =
b2
q 2 = v c2 . y c2
Persamaan umum :
v c2
Ec = yc + ………………………….. (6)
2g
1/3
Q2
E c = E min = 1,5 2
………………………… (8)
g . b
Dalam kenyataannya pada praktek, asumsi aliran parallel dan distribusi tekanan
hidrostatis di ats ambang tidak berlaku. Karena pada realitasnya Emin dianggap sama
1/3
Q2
hw = 3/2 2
g . b
3
2 2 2
Q = . g . b 2 . h 3w
2
⇒ Q= b . h 3/2
w g ………. (9)
3 3 3
Kedalaman disini tidak sama dengan kedalaman kritis pada realitasnya walaupun
terjadi kondisi energi minimum, karena semua batasan-batasan aliran di hilir telah
dihilangkan. Perbedaan lain yang timbul dari kehilangan suatu energi akibat tegangan
viskositas. Dimana jika semua perbedaan itu dikumpulkan, dapat digantikan dengan suatu
Q
Cd =
2
2/3 . b . h 3/2
w . g.
3
h
Cd = 0,602 + 0,08 . ………………………… (11)
p
Keterangan simbol :
b = lebar ambang
E = energi
Ec = energi spesifik
g = gaya gravitasi
p = tinggi ambang
Q = q = debit aliran
v = kecepatan aliran
vc = kecepatan kritis
y = kedalaman aliran
yc = kedalaman kritis
Cd = koefisien debit
1. Satu set alat Open Channel Hidraulic (Multi Purpose Teaching Flume, C4) yang
dilengkapi dengan :
b. Pompa air
c. Bak penampung (Hydrulics Bench)
3. Penggaris
6. Kertas millimeter
3. Hidupkan pompa air dan atur debit yang mengalir pada sistem.
4. Atur kedudukan tinggi rendah sekat balok / pintu sorong di hilir dengan
dua keadaan, dimana pada sistem saluran, loncatan hidrolik masih terjadi.
2) Keadaan Peralihan
dua keadaan, dimana pada sistem saluran, loncatan hidrolik tidak terjadi
lagi.
3) Keadaan Tenggelam
dua keadaan, dimana pada sistem saluran, tinggi air setelah melewati
ambang lebih tinggi dari ambang itu sendiri (ambang berada dalam kondisi
tenggelam).
5. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
6. Ukur tinggi ambang (p), lebar saluran / ambang (b) dan kemiringan yang digunakan
(S), setelah itu dengan menggunakan point gauge, ukurlah kedalaman air di hulu
bendung (Y0). Untuk menentukan tinggi air di atas ambang, gunakan rumus
h = Y0 – p.
8.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin Percobaan ke : ………………
Tanggal : ………………
Kelompok : ………………
Y0
Q
p
No Keadaan Y0 h
h3/2 Cd
Aliran (m) (m)
1 Loncat 1
2 Loncat 2
3 Peralihan
4 Tenggelam 1
5 Tenggelam 2
Yc = ………………..
vc = ………………..
Ec = ………………..
Keterangan :
Paraf Teknisi :
………………..
GRAFIK HUBUNGAN Y DENGAN Cd :
Y0
Cd
Yc
Cd
BAB IX
Bendung merupakan konstruksi untuk menaikkan elevasi muka air di sungai dan
berfungsi pula sebagai sarana pengukur debit aliran. Disamping itu, bendung juga merupakan
bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat-sifat aliran melalui bendung pada
awalnya dikenal sebagai dasar perencanaan pelimpah dengan mercu bulat, yakni profil
pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk permukaan tirai luapan bawah di atas
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan perumusan sebagai
berikut :
2
Q= Cd . B . 2 g ( y 0 - P ) 3 ……………………………. (1)
3
Dengan (y0 – P) adalah jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan puncak
Aliran air yang melewati bendung akan mengalami loncatan hidraulik akibat
terjadinya pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran dari super kritik menjadi aliran
sub kritik. Pada umumnya loncatan hidraulik dipakai sebagai peredam energi pada hilir
bendung, saluran irigasi atau struktur hidraulik yang lain serta untuk mencegah kerusakan
Suatu loncatan hidraulik dapat terbentuk pada saluran apabila memenuhi persamaan
sebagai berikut :
y2 1
= -1 + 1 + 8 Fr1
2
……………………………. (2)
y1 2
v1
Fr1 = Bilangan Froude =
(g . y1 )1/2
Adapun panjang loncat air (loncatan hidraulik) dapat dihitung dengan rumus empiris
sebagai berikut :
1. Satu set alat Open Channel Hidraulic (Multi Purpose Teaching Flume, C4) yang
dilengkapi dengan :
b. Pompa air
b. Sky jump
c. Sloping apron
3. Penggaris / mistar / pita ukur
6. Kertas millimeter
3. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
4. Ukurlah harga y0
bendung.
6. Gambarkan profil aliran yang terjadi.
7. Amati loncatan hidraulik yang terjadi di hilir bendung, ukur y1, y2 dan L, serta
tentukan kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu loncatan hidraulik. Bandingkan
8. Amati pula bagian mana yang akan mengalami gerusan yang membahayakan.
9. Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir di belakang model bendung
sebelumnya.
9.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika Fluida
& Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
ALIRAN MELALUI BENDUNG / OVERFLOW WEIR
y2
No Vol (V) t Q Yo Y1 Y2 L Cd
ltr det ltr/det m3/det cm m cm m cm m m
Keterangan :
2. Menunjukan bahwa pintu sorong dapat digunakan sebagai alat ukur dari pengatur
debit.
4. Menunjukan hubungan antara energi spesifik dan tinggi tenaga pada aliran di hulu
pintu sorong.
Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur debit aliran.
Besarnya debit yang dialirkan merupakan fungsi dari kedalaman air di hulu maupun di hilir
Persamaan Bernoulli hanya dapat diterapkan apabila kehilangan energi dapat diabaikan
Keterangan pada gambar 10.1, yang menunjukan tampang memanjang dari aliran di
Q = debit aliran
Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada kondisi aliran air bebas dihitung
Q = Cd . b . y g 2 . g . y0 ................................................... (1)
b = lebar pintu
g = percepatan gravitasi.
dimana gaya-gaya luar diketahui atau dapat diperkirakan dengan cukup teliti. Komponen-
komponen dari gaya-gaya horisontal yang bekerja pada fluida dalam ruang seperti terlihat
pada gambar adalah resultan dari distribusi tekanan hidrostatik pada penampang 0 dan 1,
gaya gesek kekentalan pada dasar saluran dan gaya dorong pada pintu sorong.
nonhidrostatik. Untuk suatu bentang pendek dari saluran yang licin, kehadiran gaya geser
dapat diabaikan.
Dalam arah horisontal, gaya resultan yang bekerja pada fluida di dalam ruangan
1 1
∑F H =
2
ρ . g . y 02 - ρ . g . y12 - Fg
2
....................................... (2a)
Q
∑F H = ρ . q . v1 - ρ . q . v 0 , dengan q =
b
(debit persatuan lebar)
1 2 y0
2
ρQ y1
Fg = ρ . g . y1 2 - 1 -
1 - .............................. (2)
2 y1 b . y1 y0
1
FH = ρ g (y 0 - y g ) 2 ........................................................... (3)
2
harga minimum pada kondisi kedalaman kritis. Parameter ini merupakan dasar dari
pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku aliran bebas, karena respons dari aliran
terhadap tinggi tenaga sangat bergantung pada apakah kedalaman yang terjadi lebih atau
Pada saluran terbuka, energi spesifik didefinisikan sebagai jumlah dari energi
v2 Q2
E=y+ atau E= y+ ................................ (4)
2g 2g . y 2
y = Kedalaman aliran
Kurva energi spesifik merupakan kurva hubungan antara kedalaman aliran dengan
energi/tinggi tenaga.
Gambar 10.4. Kurva energi spesifik
Gambar di atas menunjukan bahwa ada dua kedalaman aliran yang mungkin
menghasilkan energi yang sama, yang dikenal sebagai alternate depth. Pada titik C, kurva
energi spesifik adalah minimum dengan hanya ada satu kedalaman yang menghasilkannya
Aliran pada kedalaman lebih besar dari kedalaman kritik dinamakan dengan sub
kritik. Sementara itu apabila kurang dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran
superkritik.
Pada saluran segiempat dengan lebar satu satuan panjang, dimana garis aliran adalah
Q2 3
yc = 3 dan Ec = Emin = yc ........................................ (5)
g 2
yc = kedalaman kritik
Gambar 10.5. Ilustrasi aliran dan loncatan hidrolis pada pintu sorong
1. Satu set alat Open Channel Hidraulic (Multi Purpose Teaching Flume, C4) yang
dilengkapi dengan :
b. Pompa air
3. Merupakan tiruan pintu air yang banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi. Model
pintu air terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) atau dari bahan karet sintetis.
Lebar pintu ini sudah disesuaikan dengan lebar model saluran yang ada.
6. Kertas millimeter
10.4. Prosedure Percobaan
b. Pasang pintu sorong dan kunci baut pengencang hingga tetap dalam keadaan
vertikal.
c. Hidupkan pompa, atur harga yg, kemudian setelah aliran stabil lakukan pengukuran
d. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
b. Pasang pintu sorong dan kunci baut pengencang hingga tetap dalam keadaan
vertikal.
c. Atur harga yg antara 10 – 20 mm, lalu debit dirubah dengan cara memutar katup
d. Ukurlah volume aliran (V) dengan menggunakan volumetric tank pada hidraulics
Buat grafik E dengan y yang menggambarkan Ec dengan yc untuk melihat titik energi
minimunya.
10.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
ALIRAN MELALUI PINTU SORONG (Sluice Gate )
Untuk Debit (Q) Tetap dan Yg Berubah
No Yg Yo Y1 Ao A1 v0 v1 Ho H1 Cd Fg FH Fg/FH Yg/Y0 Yc Ec Eo E1
cm m cm m cm m m2 m2 m/det m/det m m N N m m m m
Keterangan :
Keterangan :
Yg
Cd
GRAFIK HUBUNGAN Q DENGAN Yg :
Y0
Yg
Cd
GRAFIK HUBUNGAN Q DENGAN Y0 :
Y0
Yg
Cd
GRAFIK HUBUNGAN Fg/FH DENGAN yg/y0 :
Fg/FH
yg/y0
y
GRAFIK HUBUNGAN Fg/FH DENGAN yg/y0 :
Fg/FH
yg/y0
y
BAB XI
Gorong-gorong merupakan saluran tertutup yang tidak begitu panjang yang pada
umumnya dipasang untuk mengalirkan air buangan melalui tanah timbunan. Gorong-
gorong ini akan berperilaku sebagai saluran terbuka sejauh tampang yang terisi air hanya
sebagian saja. Namun demikian pada kondisi banjir inlet atau outletnya dapat menjadi
terendam dan dalam hal demikian aliran yang terjadi akan berperilaku seperti dalam pipa.
Pada percobaan ini akan diamati rentang dari pola-pola aliran yang terjadi, energi
yang terjadi dan karakteristik aliran serta mengamati kondisi dimana gorong-gorong
1. Satu set alat Open Channel Hidraulic (Multi Purpose Teaching Flume, C4) yang
dilengkapi dengan :
b. Pompa air
3. Stopwatch
saluran.
2. Supaya hasil pengukurannya lebih akurat, maka ongga antara model dengan
3. Pasang point gauge atau hook gauge pada hulu dan hilir model gorong-gorong.
debit (Q), y0, dan y1 pada saat gorong-gorong tersebut bekerja penuh kembali.
9. Ulangi langkah-langkah tersebut di atas dengan menambah stop log hingga tidak
10. Angkat stop log, alirkan air untuk menurunkan air pada gorong-gorong.
11. Miringkan saluran dengan kemiringan tertentu (S) sehingga aliran bergerak turun.
12. Naikan debit aliran hingga gorong-gorong bekerja penuh dan ukur debit (Q), y0,
14. Ulangi langkah yang sama untuk kemiringan yang lebih besar.
15. Jika kesempatan masih memungkinkan, naikan posisi gorong-gorong dan lakukan
11.6. Kesimpulan
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
ALIRAN MELALUI GORONG-GORONG / CULVERT
Keterangan :
Aliran melalui splitters menunjkan adanya gangguan yang terjadi pada aliran
melalui saluran terbuka akibat melalui tiang jembatan atau struktur penyangga pada
spillway bendungan. Pengaruh gangguan ini terutama pada saat aliran ini terbagi menjadi
dua aliran.
menjadi satu pada ujung akhir / hilir splitters. Kehilangan energi juga menghasilkan gaya
seret.
Besarnya kehilangan energi dan gaya seret tergatung pada bentuk splitters dan
Q = K A . b1 . y 2 (2 . g . h 2 + v 0 )1/2
2
………………………………. (1)
KA = koefisien kontraksi
g = percepatan gravitasi
1. Satu set alat Open Channel Hidraulic (Multi-Purpose Teaching Flume, C4) yang
dilengkapi dengan :
b. Pompa air
2. Splitters
3. Point gauge
4. Stopwatch
5. Stop log
12.4. Prosedure Percobaan
5. Tambahkan stop log pada akhir saluran untuk memperoleh ketinggian tertentu
8. Naikan debit secara bertahap dan pastikan bahwa model tidak sampai terendam,
12.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
ALIRAN MELALUI SPLITTERS
No Vol (V) t Q Yo Y2 h2 Ao v0 KA
3 2
ltr det ltr/det m /det cm m cm m cm m m m/det
Keterangan :
Sungai adalah sekumpulan air yang menenpati suatu wadah dan mengalir secara
terus menerus. Banyak hal yang dapat diamati di dalamnya, seperti kecepatan, debit,
perilaku aliran, dan sebagainya. Dalam percobaan ini bersifat pengenalan alat, sistem kerja
dan pengolahan data, yang nantinya akan dijelaskan melalui analisis data.
Hal yang harus diperhatikan adalah tempat/lokasi yang tidak boleh terganggu atau
dipengaruhi oleh benda-benda lainnya di sungai, yang berarti dapat dipastikan aliran secara
Percobaan dengan pelampung ini merupakan percobaan yang paling sederhana dan
hanya bisa memberikan gambaran kecepatan aliran pada permukaan sungai saja.
2. Stopwatch
1. Ikat pelampung dengan tali yang ringan dan timbul di air agar keberadaannya tidak
2. Pilih posisi pada kiri, tengah dan kanan sungai dan amati kecepatannya setelah
3. Setelah mencapai jarak 3 ~ 10 meter dari tempat start, segera aktifkan stopwatch.
Aktifkan Matikan
stopwatch stopwatch
3 – 10 m 25 – 50 m
Pelampung
Kiri
Tengah
Kanan
Arus sungai
s
v=
t
Apakah ada perbedaan kecepatan pada posisi di kanan, tengah dan kiri.
Apakah ada pengaruh faktor-faktor luar, seperti hembusan angin, atau keadaan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN PELAMPUNG
T
Dimensi Sungai (rata-rata) :
Lebar sungai ( T ) : ……………… m
Kedalaman sungai ( y ) : ……………… m y
Lebar bawah sungai ( B ) : ……………… m B
Keterangan :
Paraf Teknisi :
……………..
BAB XIV
penampang, pengukuran kedalaman serta lebar dasar permukaan dengan alat Current
Meter.
Sungai adalah sekumpulan air yang menenpati suatu wadah dan mengalir secara
terus menerus. Banyak hal yang dapat diamati di dalamnya, seperti kecepatan, debit,
perilaku aliran, dan sebagainya. Dalam percobaan ini bersifat pengenalan alat, sistem kerja
dan pengolahan data, yang nantinya akan dijelaskan melalui analisis data.
Hal yang harus diperhatikan adalah tempat/lokasi yang tidak boleh terganggu atau
dipengaruhi oleh benda-benda lainnya di sungai, yang berarti dapat dipastikan aliran secara
Current meter adalah alat mekanis yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran
sungai atau saluran, dan alat ini mempunyai suatu sumbu putar horizontal dan sumbu
vertikal.
2. Lebar sungai diukur dan dibagi menjadi beberapa segmen dengan lebar yang sama,
3. Untuk tiap kedalaman amati kecepatan pada 0,2H ; 0,6H ; dan 0,8H.
4. Masukan ke dalam sungai hingga ujung bawah tongkat current meter menyentuh
dasar dengan tegak, catat putaran selama t detik (gunakanlah stopwatch). Pada
beberapa tipe current meter, ada yang sudah otomatis dengan langsung terlihat
6. Teruskan pada pias lain pada titik kedalaman 0,2H ; 0,6H ; dan 0,8H.
x
L
0,2 H
0,6 H
0,8 H
L=nx
14.6. Kesimpulan
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
KECEPATAN
Rai Lebar Dalam Dalam kincir Jumlah Putaran Waktu Hz Pada titik Rata-rata Dikoreksi Luas Debit
1. Mengetahui interaksi antara aliran air dan media tembus air, seperti pada tanah dan
pasir.
Seepage adalah kapasitas laju aliran yang mengalir ke hilir di bawah tubuh pondasi
bendungan. Seepage pada suatu bendungan mempunyai batas-batas tertentu yang mana
apabila seepage melampaui batas tersebut, maka kehilangan air yang terjadi cukup besar,
disamping seepage yang besar dapat menimbulkan gejala gejala piping serta gejala boiling
bendung yang didasarkan pada flow net, sehingga aliran dapat dihitung dengan rumus :
n -1
Q = k .h .b. ………………………. (1)
N -1
k = koefisien permeabilitas
Suatu aliran yang melalui penampang tembus air dengan panjang L dan tinggi h dari
Koefisien permeability merupakan ukuran tahanan yang dapat dicari dari hubungan
2. Alat penyekat
4. Stopwatch
5. Rollmeter
6. Spidol
7. Pasir kasar ǿ 1 mm
8. Air
1. Pasang prespex panel, yang dianggap sebagai pondasi atau dasar bendungan.
2. Alirkan air sekecil mungkin untuk menjaga tinggi konstan di atas pasir, sedang
3. Bila kondisi h sudah stabil, injeksikan zat pewarna pada sisi tangki gelas yang
4. Hitung waktu dan lintasan zat warna sepanjang garis arus dengan stopwatch
8. Ukur besarnya air yang dikeluarkan dari aliran hilir dengan mencatat waktu untuk
mengisi bejana yang diketahui volumenya. Harga ini harus sama dengan aliran
Pasir kasar
Buat grafik i vs Q.
15.6. Kesimpulan
Estimasi seepage atau kuantitas laju aliran yang lewat di bawah dinding struktur dan
garis alirannya.
2. Chow, Van Te, 1985, Open Channel Hidraulics (Hidrolika Saluran Terbuka),
6. Yowono, H., dkk, 1989, Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida, Lab. Mekanika
Fluida & Hidraulika Terapan, Jur. Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Laboratorium Sumber Daya Air dan Lingkungan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banjarmasin
Percobaan ke : ……………………
Tanggal : ……………………
Kelompok : ……………………
Keterangan :
Paraf Teknisi :
……………..