Anda di halaman 1dari 22

Peralatan dan Metode Konstruksi (RC18 – 4505)

Pekerjaan Perbaikan Tanah untuk Timbunan Badan Jalan

Dosen Mata Kuliah :


Trihanyndio Rendy Satrya, ST., MT.

Disusun oleh :
Fitri Megarani (03111540000014)
Nur Bayyiti Monica Karena (03111540000046)
Fitriyah Ulfa (03111540000068)
Angel Solagrasya Munthe (03111848007006)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
Peralatan dan Metode Konstruksi (RC18 – 4505)
Pekerjaan Perbaikan Tanah untuk Timbunan Badan Jalan

Dosen Mata Kuliah :


Trihanyndio Rendy Satrya, ST., MT.

Disusun oleh :
Fitri Megarani (03111540000014)
Nur Bayyiti Monica Karena (03111540000046)
Fitriyah Ulfa (03111540000068)
Ervita Rizki Putri (03111540000143)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT atas
berkah, rahmat dan petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Pekerjaan
Perbaikan Tanah untuk Timbunan Badan Jalan, yang diberikan oleh Bapak Trihanyndio
Rendy Satrya, ST., MT.

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, dukungan dan perhatian berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada.

1. Bapak Trihanyndio Rendy Satrya, ST., MT selaku dosen pengajar kelas Metode dan
Pelaksanaan Konstruksi kelas B.
2. Teman – teman telah meberikan motivasi kepada kami serta semua orang yang tidak
kami sebutkan satu per satu di sini.

Dalam pembuatan laporan ini, kami menyadari bahwa laporan yang dibuat masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Jadi dengan rasa hormat mohon petunjuk, saran, dan
kritik terhadap laporan ini, sehingga kedepannya, diharapkan ada perbaikan terhadap
laporan ini serta dapat menambah pengetahuan bagi penyusun.

Surabaya, 14 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 1
BAB III ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
2.1 Tahapan Pekerjaan serta Prosesnya ........................................................................ 3
2.2 Alat Berat yang Digunakan ..................................................................................... 6
2.3 Teknologi Mutakhir yang Digunakan ..................................................................... 8
2.4 Waktu dan Biaya Pekerjaan .................................................................................. 11
2.5 Kesulitan yang Dialami ........................................................................................ 11
2.6 Penanganan Kesulitan ........................................................................................... 11
2.7 Spesifikasi Teknis ................................................................................................. 11

BAB IV .......................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ............................................................................................................. 16

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

Perbaikan tanah (soil improvement) ; adalah suatu jenis stabilisasi tanah yang
dimaksudkan untuk memperbaiki dan/atau mempertahankan kemampuan dan kinerja
tanah sesuai syarat teknis yang dibutuhkan, dengan menggunakan bahan additive
(kimiawi), pencampuran tanah (re-gradation), pengeringan tanah (dewatering) atau
melalui penyaluran energi statis/dinamis ke dalam lapisan tanah (fisik) (Panguriseng &
Makassar, 2018).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang
telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami dibawah pengaruh air, udara,
dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat
perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan (Dokuchaev,
1870). Tanah membagi bahan-bahan yang menyusun kerak bumi secara garis besar
menjadi dua kategori : tanah (soil) dan batuan (rock), sedangkan batuan merupakan
agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen
dan kuat (Therzaghi, 1991).
Tanah juga merupakan kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan
tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik)
ronggarongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Sedangkan tanah dalam pandangan Teknik Sipil adalah himpunan mineral, bahan
organik dan endapanendapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar
(bedrock) (Hardiyatmo, 2006).
Stabilitas tanah adalah upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat asal
tanah pada dasarnya stabilisasi yang menggunakan garam mempunyai prinsip yang
sama dengan stabilisasi yang menggunakan zat kimia lainnya. Keuntungan yang
dihasilkan adalah menaikkan kepadatan dan menambah kekuatan tanah. Tanah dengan
LL (liquit limits) yang tinggi biasanya memberikan reaksi yang bagus dengan
penambahan garam ini (Ingles dan Metcalf, 1972). Stabilisasi tanah adalah suatu proses
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut,
agar dapat menaikkan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser
(Hardiyatmo, 2002). Adapun tujuan stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan
menyatukan agregat material yang ada. Sifat-sifat tanah yang dapat diperbaiki dengan
cara stabilisasi dapat meliputi : kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung,
permeabilitas, dan kekekalan atau keawetan. Menurut Bowles (1991) beberapa tindakan
yang dilakukan untuk menstabilisasikan tanah adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerapatan tanah

1
2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi dan/atau
tahanan gesek yang timbul
3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi
dan/atau fisis pada tanah
4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah)
5. Mengganti tanah yang buruk.
Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri dari salah
satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut (Bowles, 1991) :
1. Mekanis
2. Bahan Pencampur (Additiver)
Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan
pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel (Bowles, 1991).
Manfaat dari pemadatan tanah adalah memperbaiki beberapa sifat teknik tanah, antara
lain :
1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai θ dan C
2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban
3. Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k
4. Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung). Prosedur pengujian yang
digunakan pada pengujian pemadatan di laboratorium disebut uji proctor. uji pemadatan
proctor adalah metode laboratorium untuk menentukan kadar air optimal di mana jenis
tanah yang di uji akan menjadi yang paling padat dan mencapai kepadatan kering
maksimum.

2
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Pekerjaan serta Prosesnya


2.1.1 Perbaikan tanah dengan metode pemadatan
Perbaikan tanah dengan pemadatan : dilakukan dengan menyalurkan energi
berupa beban dinamis (dynamic load) dari permukaan tanah ke dalam lapisan tanah di
bawah permukaan. Metode seperti ini sangat umum digunakan dalam perbaikan
lapisan tanah dasar (subgrade) di bawah lapis perkerasan jalan (pavement) atau pada
jalur landasan pesawat (runway) pada bangunan bandara.
1. Tahap stripping atau clearing dan grubbing
Tahap stripping atau clearing dan grubbing yaitu pekerjaan membersihkan lahan
atau tanah yang akan dipadatkan dari bahan organik atau benda-benda yang dapat
mengganggu proses pemadatan. Stripping merupakan pembersihan lahan dari
rumput dan kerikil, atau bahan ringan lainnya. Sedangkan clearing dan grubbing
merupakan pembersihan lahan dari pohon-pohon atau batuan-batuan besar.
Ketebalan pekerjaan stripping biasanya antara 20 cm tergantung kebutuhan.
Sampah atau limbah hasil clearing dan grubbing kemudian dibuang ditempat yang
telah disediakan.
2. Tahap penimbunan
Setelah lahan siap, tahap selanjutnya adalah penimbunan. Dalam tahap
penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Timbunan biasa : material timbunan menggunakan tanah hasil galian lahan
itu sendiri yang telah memenuhi syarat
 Timbunan pilihan : material timbunan menggunakan tanah hasil galian
lahan lain yang biasa disebut borrowpit. Tanah ini digunakan apabila nilai
CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%. Material tanah timbunan akan
diangkut dari quarry menuju lokasi penimbunan. Kemudian material
tersebut akan dihamparkan dan diratakan.
3. Tahap pemadatan
Dalam tahap ini, tanah yang telah ditimbun akan dipadatkan menggunakan alat
berat hingga mencapai kepadatan yang telah direncanakan. Tahap ini biasanya

3
dilakukan secara bertahap. Ketebalan tanah dalam setiap tahapnya sekitar 25 cm
hingga 30 cm tergantung perencanaan. Hal tersebut dilakukan agar kepadatan tanah
yang didapatkan maksimal. Lapisan tanah paling atas disebut lapisan top subgrade.
Untuk lapisan top subgrade hingga 3 lapisan dibawah top subgrade, kepadatan
harus memenuhi 100%, sedangkan lapisan tanah dibawahnya, kepadatan tanah
minimal adalah 95%.
Pemadatan tanah dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit
ke arah sumbu jalan dalam keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan
(alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah yang tinggi. Alat berat yang digunakan akan melintas maju
mundur diatas tanah yang dipadatkan. Jumlah lintasan tersebut biasanya tergantung
spesifikasi alat berat yang digunakan.
4. Tahap pengujian kepadatan tanah
Pengujian kepadatan tanah yang biasa dilakukan adalah test sandcone. Dengan
pengujian ini akan diketahui kadar air dari tanah yang telah dipadatkan, sehingga
dapat diketahui apakah kepadatan tanah sudah sesuai dengan perencanaan atau
belum. Jika kepadatan tanah belum sesuai dengan perencanaan, maka akan
dilakukan pemadatan dan test sandcone ulang hingga mencapai kepadatan yang
telah direncanakan. Test sandcone biasanya dilakukan sebanyak 2 titik setiap 25 m.

2.1.2 Perbaikan tanah dengan metode konsolidasi dengan PVD dan PHD
Perbaikan tanah dengan metode konsolidasi secara umum dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan dengan menempatkan beban statis yang bersifat
sementara (pre-loading) di atas lapisan tanah yang akan diperbaiki. Akibat beban
tersebut, maka tanah akan mengalami pemadatan akibat tekanan dari beban sementara
tersebut. Oleh karena proses konsolidasi membutuhkan waktu yang lama, maka
biasanya metode konsolidasi tidak berdiri sendiri, melainkan dikombinasikan dengan
metode lainnya, seperti sistem drainase air tanah (vertical drain dan horizontal drain).
Proses ini bertujuan untuk memperbaiki tanah dengan mengompres tanah,
sehingga dapat meningkatkan kekakuan dan kekuatan gesernya. Untuk lapisan tanah
yang jenuh air, penempatan drainase berupa saluran buatan (prefabricated vertical
drains - PVDs), ditempatkan sebelum pemberian beban pre-loading agar mempercepat

4
pengaliran air tanah ke permukaan (drainase air tanah), dan mengurangi waktu
konsolidasi.
1. Pemasangan PVD
Sebelum pemasangan PVD, pola pemasangan PVD yang telah direncanakan
dibuat dilapangan terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pemasangan anchor plate
atau sepatu pelat untuk menahan PVD agar tetap tertahan di tanah. Material PVD
yang lentur dapat dimasukkan kedalam tanah dengan menggunakan selongsong
besi (mandrel) yang dipancang ke tanah dengan alat berat. Setelah mencapai
kedalaman yang direncanakan, mandrel ditarik keatas dan dilakukan pemotongan
PVD diatas permukaan tanah.
2. Pemasangan PHD
PHD dapat dipasang pada setiap 1 ujung PVD, atau setiap 2 ujung PVD dengan
pola segitiga, atau dengan pola persegi.
3. Pemasangan instrumen geoteknik
Instrumen geoteknik sendiri terdiri dari settlement plat, extensometer,
piezometer, dan inclinometer. Ada 3 (tipe) piezometer yang ditunjukkan pemasang-
annya, yaitu open standpipe piezometer, vibra- ting wire piezometer dan pneumatic
piezometer.
4. Monitoring pekerjaan
Selama proses pemampatan berlangsung, dilakukan monitoring sebagai berikut :
- Tinggi timbunan
- Penurunan tanah
- Kompresi tanah
- Tekanan air pori tanah
- Pergerakan lateral tanah
Untuk monitoring tinggi timbunan dan penurunan tanah dilakukan
pembacaan terhadap settlement plate dengan menggunakan alat baca auto
level. Sedangkan untuk monitoring kompresi tanah dilakukan pembacaan
terhadap extensometer dengan menggunakan alat baca settlement probe.
Monitoring tekanan air pori tanah dilaku- kan pembacaan terhadap
piezometer. Bila menggunakan open standpipe piezometer digunakan alat
baca water level indicator, bila menggunakan vibrating wire piezometer

5
digunakan alat baca data logger, bila menggunakan pneumatic piezometer
digu- nakan alat baca pneumatic pressure indicator. Untuk monitoring
pergerakan lateral tanah dila- kukan pembacaan terhadap inclinometer
dengan menggunakan alat baca digital inclinometer system.

2.2 Alat Berat yang Digunakan


2.2.1 Perbaikan tanah dengan metode pemadatan
1. Alat clearing dan grubbing : excavator

Gambar 2.2.1 (1) merupakan alat excavator.

2. Alat penimbunan : excavator, dumptruck, motorgrader

Gambar 2.2.1 (2) merupakan alat dump truck.

6
Gambar 2.2.1 (2) merupakan alat Motor Grader.

3. Alat pemadatan : vibroroller, sheepfoot

Gambar 2.2.1 (3) merupakan alat Vibroroller.

Gambar 2.2.1 (3) merupakan alat Sheepfoot.

7
4. Alat test sandcone

Gambar 2.2.1 (4) merupakan alat test Sandcone.

2.2.2 Perbaikan tanah dengan metode konsolidasi dengan PVD dan PHD

2.3 Teknologi Mutakhir yang Digunakan


2.3.1 Perbaikan tanah dengan metode pemadatan.
Karena kebutuhan lahan untuk pembangunan terus bertambah, bangunan terpaksa harus
didirikan pada daerah-daerah/lahan dengan kondisi tanah yang kurang baik. Untuk itu
diperlukan perbaikan tanah dasar.
Semua kebutuhan diatas memerlukan pengetahuan tentang perbaikan tanah. Tetapi
karena suatu metoda perbaikan lahan belum tentu tepat untuk jenis tanah yang lain,
diperlukan pemahaman yang cukup tentang teknologi perbaikan tanah yang tersedia dan
kesesuaian penerapannya. Pembahasan ini terutama cara-cara perbaikan tanah dalam
skala besar. Teknologi perbaikan tanah masa tersebut meliputi :

1. Pemadatan tanah dalam (deep compaction) dengan menggunakan penumbuk


berat dan ledakan (blasting). Pemadatan untuk tanah permukaan secara lapis
demi lapis tidak dibahas lebih lanjut.
2. Pemadatan tanag (soil precompression), terutama yang menyangkut
pemampatan tanah awal (pre compression) dengan pembebanan awal

8
(preloading) dan penggunaan drain-drain vertical (vertical drain), serta
pemampatan tanah secara electro osmosis.
3. Injeksi dan grouting yaitu kedalam tanah untuk memperkuat tanah dasar dan
menstabilkan struktur tanahnya.
4. Stabilisasi tanah dengan batuan bahan luar (tambahan) atau dengan bantuan
bahan-bahan kimia yang dicampur ke tanah asli.
5. Stabilisasi cara thermal.
6. Pemberian perkuatan dalam tanah (reinforcement), baik reinforcement tarik
maupun tekan.

2.3.2 Perbaikan tanah dengan metode konsolidasi dengan PVD dan PHD

Gambar 2.3.2 (1) merupakan PVD (prefabricated vertical drains)


PVD adalah pita-pita vertikal berbahan plastik sintetis, bagian luar
dari PVD adalah non woven geotextile yang terbuat dari polypropylene yang berfungsi
juga sebagai filter dengan standard ASTM D 4491 dan memiliki standard ASTM D
4632 untuk ketahanan terhadap tusukan dan elongation, Pori-pori dari lapisan tersebut
juga memiliki standard ASTM D 4751, sehingga pori-pori tersebut telah dites dapat
berfungsi sebagai filter air dan tidak mudah buntu. Sedangkan bagian tengah dari PVD
juga terbuat dari plastik PP dan memiliki bentuk dengan sirip-sirip kecil yang
berfungsi sebagai jalur untuk mengalirnya air.
Perkembangan vertical drains sendiri sudah dimulai sejak tahun 1925, dimana
D.J.Moran seorang insinyur berkebangsaan Amerika memperkenalkan pemakaian
drainase dari kolom-kolom pasir untuk stabilitas tanah pada kedalaman yang besar.
Kemudian untuk pertama kalinya instalasi drainase ini digunakan di California dan

9
seiring dengan berjalannya waktu, tipe drainase ini dikenal dengan istilah drainase
vertikal (vertical drain).
Pada tahun 1936, diperkenalkan sistem drainase menggunakan bahan sintetis
oleh Kjellman di Swedia. Setelah di tes di beberapa tempat pada tahun 1937 dengan
bahan cardboard, lantas mendapat sambutan yang hangat oleh para ilmuwan. Sejak
saat itu, pengembangan vertical drain dilanjutkan dengan berbagai macam bahan.
Dengan digunakannya prefabricated vertical drains (PVD), waktu yang dibutuhkan
untuk konsolidasi melalui teknik preloading pun menjadi semakin singkat dan
penurunan/settlement yang terjadi juga dapat direduksi.

Gambar 2.3.2 (2) merupakan proses installasi PVD


Pada prakteknya, pemasangan/penanaman PVD kedalam tanah menggunakan
crawler crane dan mandrel dengan kedalaman 30 meter. Diatas tanah ditimbuni
pasir/tanah (surcharge) untuk membantu penyerapan air yang keluar dari PVD, namun
dengan kemajuan teknologi sekarang ini surcharge tersebut dapat digantikan dengan
menggunakan Prefabricated Horizontal Drains (PHD). Dengan penggunaan PVD dan
PHD maka pemadatan tanah jauh lebih cepat daripada dengan menggunakan
pemadatan secara alami.

Gambar 2.3.2 (3) merupakan PHD (Prefabricated Horizontal Drains)

10
2.4 Waktu dan Biaya Pekerjaan

2.5 Kesulitan yang Dialami

2.6 Penanganan Kesulitan

2.7 Spesifikasi Teknis


2.7.1 Spesifikasi Teknis Pemadatan Tanah dengan Metode Pemadatan
Dalam pekerjaan pemadatan tanah, sebelumnya harus dilakukan penetapan
spesifikasi pemadatan. Ada dua spesifikasi pada pemadatan tanah, yakni :
1. Spesifikasi untuk pelaksanaan pemadatan
2. Spesifikasi hasil akhir pemadatan.
Pengujian pemadatan tanah di laboratorium dilaksanakan terhadap contoh tanah
(sample) yang diambil dari lokasi pengambilan (quarry) dalam bentuk tanah asli
(borrow material). Dengan prosedur ini dapat dihasilkan sifat-sifat teknis tanah
timbunan yang dibutuhkan dalam perencanaan. Sesudah bangunan tanah direncanakan
seperti tanggul, jalan, bendung, bendungan, dan sebagainya.
Selanjutnya ditentukan spesifikasi hasil akhir, yang akan menjadi pedoman
standar dalam pengontrolan kualitas pekerjaan pemadatan. Untuk spesifikasi hasil akhir
dari pemadatan, parameter ”kepadatan relatif (Rc)” sangat penting. Kepadatan relatif
untuk pelaksanaan didasarkan pada hasil pengujian di laboratorium, yaitu perbandingan
antara berat volume kering di lapangan dengan berat volume kering di laboratorium
(Proctor standar atau Proctor modified).
Pertimbangan ekonomis untuk memperoleh hasil pemadatan dapat dillustrasikan
seperti pada kurva berikut :

11
Gambar 2.7.1 Garis Optimum Faktor Ekonomis Dalam Memperoleh Hasil
Pemadatan Optimal.
Kurva di atas memperlihatkan gambaran hasil pemadatan pada tanah yang sama
dengan 3 macam enersi pemadatan yang berbeda.
 Kurva - A = adalah kurva pemadatan yang diperoleh dari alat pemadat standar.
Kemudian untuk memperoleh kepadatan sebesar 90% dari kepadatan
maksimum, maka kadar air tanah yang akan dipadatkan harus diatur antara kadar
air w1 dan w2. Interval kadar air dari w1 sampai w2, didapat dengan menarik
garis horisontal 90% dari maks pada kurva-A. Jika tanah yang akan dipadatkan
kadar air berada di luar interval w1 sampai w2, maka sulit diperoleh hasil
pemadatan sesuai yang direncana.
 Kurva-B dan Kurva-C = adalah kurva pemadatan yang diperoleh dengan
mengurangi enersi pemadatan. Enersi pemadatan yang paling ekonomis adalah
bila kadar air tanah pada saat pemadatan sebesar w3. Interval kadar air tanah
yang paling baik dilakukan (aspek efisiensi enersi) di lapangan adalah tanah
dengan kadar air antara wopt sampai w3.
Pemadatan tanah pada kondisi basah optimum, pada umumnya akan
menghasilkan kuat geser yang lebih rendah dibandingkan dengan pemadatan pada
kondisi kering optimum. Selain itu potensi kembang susut dan sifat permeabilitas sangat
dipengaruhi pula oleh kadar air tanah yang dipadatkan. Oleh karena itu parameter yang
penting untuk ditentukan pada spesifikasi hasil pemadatan adalah :
1. Tingkat kepadatan relatif (%)
2. Interval kadar air tanah yang dipadatkan Untuk pekerjaan pemadatan tanah yang
berskala besar seperti pada bendungan tanah, maka perlu pula ditentukan
parameter pemadatan yang meliputi :
a. Jenis alat pemadat
b. Berat mesin pemadat
c. Jumlah lintasan mesin pemadat
d. Ketebalan tiap lapisan pemadatan.
Disamping pengaruh karakteristik tanah, faktor karakteristik mesin pemadat da
prosedur pelaksanaan pemadatan, juga sangat mempengaruhi hasil dari pekerjaan

12
pemadatan tanah. Ada lima faktor prosedur pemadatan, yang sangat penting
dicantumkan dalam spesifikasi pelaksanaan pemadatan, yakni :
1. Jenis alat pemadat lengkap dengan spesifikasi detail.
2. Frekuensi operasi mesin penggilas.
3. Tebal lapisan yang dipadatkan.
4. Jumlah lintasan penggilas, dan
5. Kecepatan lintasan.

2.7.2 Spesifikasi Teknis Pemadatan Tanah dengan Metode Konsolidasi PVD dan
PHD

Berdasarkan tabel di atas, telah disetujui untuk dipergunakan di lingkungan


Direktorat Jenderal Bina Marga. Rancangan Spesifikasi Khusus Interim tersebut
dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan di lingkungan
Direktorat jenderal Bina Marga untuk pekerjaan percepatan konsolidasi tanah dengan
Metode Peyalir Vertikal dengan Vakum dan PVD untuk Jalan Non Told an Jalan
bebas Hambatan dan Jalan tol.

 Spesifikasi khusus SEKSI SKh-1.3.12


SKh-1.3.12.1 UMUM :
a. Pekerjaan percepatan konsolidasi tanah dengan metode Penyalir Vertikal
dengan Vakum dan PVD terdiri dari pengadaan semua material, tenaga kerja
dan peralatan kerja untuk pelaksanaan pekerjaan dalam seksi ini.
b. Metode penyalir vertical dengan vakum dan PVD dimaksudkan untuk
mempercepat konsolidasi dan meningkatkan daya dukung tanah asli yang
lunak dengan melakukan pemompaan vakum pada tanah.
c. Pekerjaan percepatan konsolidasi tanah dengan metode penyalir vertical
dengan vakum dan PVD juga dapat dimaksudkan untuk mensubtitusi

13
sebagian material timbunan yang harus didatangkan dari luar dengan
material setempat (yang ditempatkan didalam system vakum), mengurangi
material timbunan yang digunakan untuk pra pembebanan, mengurangi8
materia untuk counterweight (pemberat), dan dapat mempercepat waktu
konsolidasi disbanding dengan Pra-pembebanan dengan system penyalir
vertical dan timbunan tanah, dan menaikkan stabilitas timbunan.
d. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap pembersihan lahan,
pengadaan semua bahan, alat, pemasangan alat/instrumentasi, pembuangan
bahan, pemadatan dan monitoring dan evaluasi selama waktu konsolidasi
yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
e. Ruang lingkup pekerjaan ini adalah :
1. Pekerjaan persiapan dengan melakukan pembersihan lahan, kemudian
meratakannya.
2. Pekerjaan jalan pada tanah lunak yang dilakukan dengan metode penyalir
vertical dengan vakum dan PVD.

14
15
BAB IV
KESIMPULAN

16
DAFTAR PUSTAKA

Panguriseng, D., & Makassar, U. M. (2018). Dasar-dasar Teknik Perbaikan Tanah


Dasar-dasar Teknik Perbaikan Tanah.

17

Anda mungkin juga menyukai