Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

MEKANIKA TANAH II
PERCEPATAN KONSOLIDASI DENGAN DRAINASE VERTIKAL

Disusun Oleh:
Luthfiya Tsaniya Isyan 217011008
Muhammad Arvi Tri 217011036
Muhanndis Ahmad 217011037
Khoirunnisa Putri H 217011070

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmatnya-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Mekanika Tanah II yang berjudul “Percepatan Konsolidasi dengan Dreinase
Vertikal”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mekanika Tanah II
semester IV dengan dosen pengampi Zakwan Gusnadi, M.T. tidak lupa kami sampaikan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang selalu bekerjasama tugas
kami.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya. Dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan guna meningkatkan pembuatan
makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Tasikmalaya, 5 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
KAJIAN TEORI..................................................................................................................................6
2.1. Interpretasi data Tanah...............................................................................................................6
2.1.1 Stratifikasi.............................................................................................................................6
2.1.2 Parameter Tanah...................................................................................................................6
2.2 Distribusi Tegangan.....................................................................................................................6
2.2.1 Distribusi Tegangan Metode 2V:1H.....................................................................................6
2.2.2. Asumsi dalam metode bousinesq (1983)..............................................................................7
2.3 Penurunan...................................................................................................................................8
2.4 Konsolidasi Tanah........................................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................................................................10
3.1 Interpretasi Data Tanah..............................................................................................................10
3.1.1 Klasifikasi Tanah Bedasarkan Jenis Tanah.........................................................................10
3.1.2. menentukan Nilai Tipikal dan Korelasi Empiris Parameter Tanah....................................12
3.2. Distribusi Beban Tanah.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah dalam Mekanika Tanah mencakup semua bahan dari lempung (clay) sampai
batu-batu yang besar. Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat atau
butiran mineral-mineral padat yang tidak tersementasu atau terkait secara kimia satu
sama lain dan bahan-bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel
padat tersebut.
Penyelidikan tanah sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam perencanaan
kontruksi pondasi, baik itu pondasi penahan, pondasi Gedung, pondasi jembatan, dan
lainnya membentuk data tanah, sehingga perencanaan pondasi kontuksi sesuai dengan
kondisi tanah atau mondisi lokasi proyek untuk menjamin keamanan kontruksi terhadap
penurunan tanah penggeseran tanah serta bencana alam seperti gempa bumi, oleh sebab
itu semua orang yang ingin membangun kontruksi baik bangunan pribadi maupun
pemerintah perlu penyelidikan tanah sebelum perencanaan untuk membangun kontruksi.
Drainase merupakan saluran yang digunakan untuk menyalurkan massa air berlebih
dari sebuah Kawasan seperti perumahan, perkotaan dan jalan. Sistem saluran ini
memiliki peran penting untuk menghindar terjadinya genangan air di permukaan. Oleh
karena itu, apabila ditinjau secara fungsional jangka panjanh, drainase mampu
meminimalkan terjadinya banjir.
Drainase tanah vertikal adalah model drainase yang menggunakan gravitasi untuk
membantu infiltrasi air kedalam tanah. Drainase vertikal bisa berupa sumur resapan,
kolam resapan, lubang berpori, dan taman vertikal. Pembangunan drainase vertikal
memiliki peran menjemuk yang dibagi menjadi dua yaitu jangka Panjang dan jangka
pendek.
Drainase vertikal diharapkan dapat memasukan kebutuhan air tanah dan mencegah
penurunan air tanah akibat konsumsi air tanah yang eksesif. Dalam jangka pendek,
drainase vertikal berfungsi sebagai penambah kapasitas penampungan air hujan dan
mengurangi runoff (limpasan permukaan) yang mengakibatkan genangan genangan air
hujan.

1.2 Rumusan Masalah


Pada pembanguna Jalan Tol Trans jawa ruas Jogja-Bawen beberapa lokasi pekerjaan
timbunan merupakan tanah lunak. Desainlah sebuah perbaikan tanah dengan
menggunakan drainase vertikal dengan tahapan desain yang dilakukan adalah:
1. Lakukan interpretasi data tanah (stratifikasi dan parameter tanah).
2. Hitung distribusi beban sedalam tanah yang mengalami kompresi.
3. Hitung besar penurunan yang terjadi akibat pembebanan timbunan.
4. Hitung waktu konsolidasi alami yang dibutuhkan untuk mendisipasi tegangan air pori.
5. Rencanakan kebutuhan drainase vertika; untuk mempercepat proses sisipasi
tengangan air pori.
Dengan catatan muka air tanah diperhitungkan pada permukaan tanah asli, pola
pemasangan drainase vertikal yang harus diperhitungkan adalah segitiga dan segiempat,
waktu pendiaman hingga 90% konsolidasi adalah 3 bulan dan nilai Ch = 2 x Cv.

1.3 Tujuan
Penyusunan makalah mengenai Desain Percepatan Konsolidasi dengan Drainase Vertikal
ini bertujuan untuk:
1. Dapat mengetahui interpretasi data tanah (statifikasi dan parameter tanah).
2. Dapat mengetahui cara menghitung distribusi beban sedalam tanah yang mengalami
kompresi.
3. Dapat mengetahui cara menghitung besar penurunan yang terjadi akibat
pembebanan timbunan.
4. Dapat mengetahui waktu konsolidasi alami yang dibutuhkan untuk mendisipasi
tegangan air pori.
5. Dapat mengetahui cara merencanakan kebutuhan drainase vertikal untuk
mempercepat proses disipasi tegangan air pori
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1. Interpretasi data Tanah
Dilakukannya Interpretasi data tanah untuk mengenal dan bisa membedakan beberapa jenis
tanah yang sesuai dengan ketentuan yang telah ada.
2.1.1 Stratifikasi
Stratifikasi tanah merupakan penyelidikan tanah yang berupaya untuk mengetahui
bentuk, jenis, ketebalan dan kedalaman Iapisan tanah yang berada di bawah
permukaan. Untuk melakukan stratifikasi ini perlu dilakukan test di Iapangan.
Testing di Iapangan yang paling banyak dilakukan adalah test Sondir dan
Pemboran.Dari semua jenis tanah yang ada maka terdapat berbagai jenis dan sifat
yang menyertainya yaitu diantaranya
a) Kerikil
Kerikil termasuk bahan yang berbutir kasar serta tidak kohesif,diameter
kerikil lebih besar dari 2 mm.
b) Lanau termasuk tanah yang berbutir halus.
Pasir termasuk tanah berbutir kasar dan tidak kohesif. Diameter pasir
berkisar antara 0,05 mm sampai dengan 2 mm.
c) Lanau termasuk tanah yang berbutir halus. Diametemya berkisar antara
0,002 mm sampai dengan 0,05 mm.
d) Lempung
Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menunjukkan sifat yang
plastis serta kohesif. Diameter lempung berkisar antara 0,002 mm.
Berdasarkan Sifat-Sifat Mekanis yang dimiliki
a. Tanah kohesif :
Apabila karakteristik fisik yang selalu terdapat pada massa butir-
butir tanah bersatu sesamanya sehingga sesuatu gaya akan diperiukan untuk
memisahkannya dalam keadaan kering tersebut, maka tanah tersebut disebut kohesif.

b. Tanah non kohesif :


Apabila butir-butir tanah terpisah-pisah sesudah dikeringkan dan
hanya bersatu apabila berada dalam keadaan basah karena gaya tarik
permukaan didalam air, maka tanah ini disebut tidak kohesif.
c. Permeabilitas
Porositas merupakan tanah yang memiliki permeabilitas tinggi mudah dilalui oleh
air karena berpori lebih banyak, begitu sebaliknya.
Dari masing - masing jenis tanah tersebut mempunyai kapasitas dukung
tanah yang berbeda- beda dalam mendukung beban pondasi dari struktur yang
terletak diatasnya. Kapasitas dukung ini menyatakan tahanan geser tanah untuk
melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang disebabkan oleh
tanah disepanjang bidang gesernya.
2.1.2 Parameter Tanah
Parameter tanah adalah ukuran atau acuan untuk mengetahui atau menilai hasil suatu
proses perubahan yang terjadi dalam tanah baik dari sifat fisik dan jenis tanah.
Adapun Jenis parameter bersifat fisik tanah itu sendiri seperti berat jenis, porositas,
ukuran butir tanah, berat isi, derajat kejenuhan, kepadatan tanah, kadar air, nilai
atterberg, permeabilitas. Sedangkan sifat mekanis tanah adalah nilai kohesi, nilai
sudut geser tanah, dan daya dukung tanah.
2.2 Distribusi Tegangan
Distribusi Tegangan (stress) merupakan besarnya suatu gaya yang bekerja pada suatu
bidang yang memiliki luas tertentu, jadi gaya per satuan luas. Adapun Distribusi
teganganmerupakan penyebaran teganagn yang terjadi akibat beban (dalam tanah : berat
tanah di atasnya /beban luar) terhadap kedalaman bidang titik yang ditinjau. Semakin
jauh titik yang ditinjau akan menerima tegangan semakin kecil. Fungsi utama distribusi
bebam adalah menghitung besar regangan yang terjadi.
2.2.1 Distribusi Tegangan Metode 2V:1H
Metode 2V:1H merupakan cara sederhana yang diusulkan bousinesq untuk
menghitung tambahan tegangan dibawah pondasi. Berikut rumus tambahan
tegangan vertikal dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Untuk beban persegi arah sumbu Z

Gambar 1. Rumus Beban persegi arah sumbu z.

2. Untuk beban lajur memanjang arah sumbu Z

Gambar 2. Rumus Beban memanjang arah sumbu z.


Sudah berbagai cara telah digunakan untuk menghitung tambahan tegangan akibat
beban pondasi. Semuanya menghasilkan kesalahan bila nilai banding z/B bertambah.
Salah satu cara pendekatan kasar yang sangat sederhana untuk menghitung
tambahan tegangan akibat beban dipermukaan diusulkan oleh Boussinesq. Caranya
dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal : 1 horisontal) seperti
diperlihatkan gambar 1. (Hardiyatmo, 2002).

Gambar 3. Penyebaran Tekanan Tanah dengan Cara Pendekatan


2.2.2. Asumsi dalam metode bousinesq (1983)
Tanah adalah material yang bersifat elastis, homogen, isotropis, dan
semi tak terhingga. Tanah juga tidak memiliki berat dan memiliki hubungan
tegangan regangan mengikuti hukum hooke, saat bekerja distribusi tegangan
tidak bergantungan pada jenis tanah.Terdapat beberapa beban yang di bahas
oleh metode bousinesq diantaranya:
1. Beban garis
2. Beban terbagi rata lajur memanjang
3. Beban terbagi rata empat persegi panjang
4. Beban terbagi rata lingkaran
5. Beban terbagi rata segitiga memanjang
6. Beban trapesium
Adapun bentuk umum rumus beban trapesium sebagai berikut:

Gambar 4. Bentuk Beban Trapesium.


2.3 Penurunan
Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan tanah
di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan
sebab-sebab lain. Beberapa atau semua faktor tersebut mempunyai hubungan dengan
keadaaan tanah yang bersangkutan (Das, Braja M. 1985). Secara umum, Das, Braja M (1985)
menjelaskan bahwa penurunan pada tanah yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi ke
dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), yang merupakan hasil dari perubahan
volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang menempati pori-pori tanah.
2. Penurunan segera (immediately settlement), yang merupakan akibat dari deformasi elastis
tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air. Perhitungan penurunan
segera umumnya didasarkan pada penurunan yang diturunkan dari teori elastisitas.
Settlement total yang terjadi pada tanah yang dibebani (St) mempunyai 3 komponen :
St = Si + Sc+ Ss
Dimana :
Si = Penurunan Seketika.
Sc = Penurunan konsolidasi primer
Ss = Penurunan konsolidasi sekunder
Penurunan konsolidasi primer pada stage I Kompresi Awal diakibatkan oleh
prabeban, pada Stage II: Konsolidasi Primer saat proses kelebihan tekanan air pori perlahan
terdisipasi dan beban ditransfer ke partikel tanah secara bertahap, dan Stage III: Konsolidasi
Sekunder, yang terjadi setelah disipasi air pori selesai, Ketika deformasi specimen tanah
terjadi akibat penyesuaian partikel tanah.Tahapan konsolidasi primer disebabkan oleh
perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Berdasarkan sejarah
pembebanannya rasio konsolidasi dibedakan menjadi:
Normally Consolidated (NC) Tegangan vertikal efektif merupakan tekanan maksimum yang
pernah di terima oleh tanah.
Over Consolidated (OC) Tegangan vertikal efektif tanah lebih kecil dari tegangan
maksimum yang pernah terjadi.
Over Consolidated (UC) Tanah yang sedang berkonsolidasi.
σc '
𝑂𝐶𝑅=
σ'
Dimana :
σc ' = Tegangan Pra-konsolidasi.
σ ' = Tegangan Vertikal Efektif.
2.4 Konsolidasi Tanah
Konsolidasi adalah proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori dari tanah
jenuh berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh
kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga pori tanah (Hardiyatmo, 2017). Tujuan dari
Konsolidasi adalah untuk menentukan sifat penempatan suatu jenis tanah akibat tekanan
beban vertical.
Ada beberapa uji konsolidasi di laboratorium Komrpesi Awal, yang diakibatkan oleh
prabeban. Yang kedua Konsolidasi Primer, saat proses kelebihan tekanan air pori perlahan
terdisipasi dan beban ditransfer ke partikel tanah secara bertahap., dan ketiga Konsolidasi
Sekunder, yang terjadi setelah disipasi air pori selesai, Ketika deformasi specimen tanah
terjadi akibat penyesuaian partikel tanah
Adapun Hubungan antara waktu dan persamaan untuk rentang U 0-100% dengan penurunan
sebagai berikut:

Gambar 5. Hubungan antara waktu dengan penurunan.


Dimana
T V = Faktor Waktu

H dr = Panjang Aliran Maksimum

Gambar 6. Persamaan untuk rentang U 0-100%


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Interpretasi Data Tanah


3.1.1 Stratifikasi Tanah
Dapat diketahui bahwa data bor yang dimiliki yaitu NOMOR BORE HOLE:
STA 43+391 BH 02 PIER kanan Overpass mejing, dan memiliki beberapa
pembagian tanah pelapisan tanah bedasarkan jenis tanah yang sudah ditentukan
sebagai berikut:

Gambar 7. Soal NOMOR BORE HOLE: STA 43+391 BH 02 PIER


SILTY CLAY

SAND SILTY

SAND

Tabel 1. pembagian tanah pelapisan tanah.


Untuk menentukan Pembagian Lapisan Berdasarkan Kekuatan Tanah sesuai dengan N-SPT
bor yang diberikan bisa dilihat dari tabel dibawah ini:

Gambar 8. Gambar penentuan lapisan tanah berdasarkkan N-SPT.


Tabel 4.6 untuk menentukan jenis pasir berdasarkan N-SPT nya.
Tabel 4.7 Untuk menetukan jenis Lempungan berdasarkan N-SPT nya.
Setelah mengetahui bagian tanah pelapisan berdasarkan jenis tanah sesuai dengan N SPT
yang sesuai data bor yang dimiliki setelah itu menentukan kedalaman tanah sebagai berikut:

Silty Clay , Medium N=5

silty Clay , Soft N=2

silty Clay ,Soft N=3

silty Clay, medium N=7

Sand silty clay, medium N=25

Sand , medium N=17

Tabel 2. Menentukan jenis dan kedalaman tanah

Soil Type Soil Behavior Depth N value


Silty Clay Clay 0.00 - 7.00 5 Medium
Silty Clay Clay 7.00 - 16.00 2 Soft
Silty Clay Clay 16.00 - 20.00 3 Soft
Silty Clay Clay 20.00 - 22.00 7 Medium
Sand Silty Sand 22.00 - 23.00 25 Medium
Clay
Sand Sand 23.00 - 40.00 17 Medium

3.1.2. menentukan Nilai Tipikal dan Korelasi Empiris Parameter Tanah


Untuk menentukan nilai tipikal dan korelasi emperis parameter tanah terdapat beberapa
tahapan yaitu:
1. Untuk menghitung Kohesi (Cu) dan sudut geser (∅ ¿
Berikut table untuk menghitung Cu dan interpolasinya:

X n=Y n ¿ ¿

Contoh Perhitungan :
Diketahui :Lapisan 1 yaitu Silty Clay,Medium memiliki N= 5
(50−25)
X n=5 x
( 8−4 )
3
X n=31.3 kN / m

Lapisan 2 yaitu Silty Clay, Soft memiliki N=2


(25−12)
X n=2 x
( 4−2 )
3
X n=13 kN /m

Lapisan 3 yaitu Silty Clay, Soft memiliki N=3


(25−12)
X n=3 x
( 4−2 )
3
X n=19 kN /m

Lapisan 4 yaitu Silty Clay, Medium memiliki N=7


(50−25)
X n=7 x
( 8−4 )

X n=44 kN /m3

Adapun table untuk menentukan sudut geser (∅ ¿

Karena untuk menentukan sudut geser tanah hanya untuk jenis sand maka hasil
akhirnya sebagai berikut
Soil Type Soil N Rentang Hasil Akhir
Behavior Degrees
Silty Clay Medium 5 - -
Silty Clay Soft 2 - -
Silty Clay Soft 3 - -
Silty Clay Medium 7 - -
Sand Silty Medium 25 35-40 39
Sand Medium 17 35-40 36

2. Menentukan Kohesi efektif (c’) dan sudut geser efektif (∅ , ¿


Untuk menentukan kohesi efektif sesuaikan dengan bagian tanah pelapisan
berdasarkan N-SPT lalu memperkirakan hasil sudut kohesi efektif dan sudut geser
efektif, maka diperoleh sebagai berikut
Soil Type Soil N Rentang Rentang Hasil Akhir
c’(kPa) ∅ (° ¿
,
Behavio c’ (kPa) ∅ , (°)
r
Silty Clay Medium 5 0-5 17-25 4 23
Silty Clay Soft 2 0-5 17-25 1 18
Silty Clay Soft 3 0-5 17-25 2 20
Silty Clay Medium 7 0-5 17-25 5 25
Sand Silty Medium 25 0-10 26-32 9 31
Sand Medium 17 0-10 26-32 5 28

3. Menentukan berat isi tanah noermal dan tersaturasi ( γ n∧γ sat)

Untuk memperoleh nilai γ n menggunakan table loose sesuai dengan jenis tanah yang
ada di bor.lalu untuk nilai γ sat menggunakan table dense untuk menentukan γ sat tersebut.
Maka diperoleh tabel Sebagai berikut:
Soil Type Soil N Rentang Rentang
γ sat (kN/
Behavio γn 3
r m ¿
(kN/m3 ¿
Silty Clay Medium 5 18 18
Silty Clay Soft 2 17 17
Silty Clay Soft 3 17 17
Silty Clay Medium 7 18 18
Sand Silty Medium 25 19 21.5
Sand Medium 17 21 22.5
4. Menentukan angka pori e 0

Menentukan e 0 ini bisa dilihat dari karakteristik jenis tanah yang dipakai.Contoh
sebagai berikut:
 Uji 1 merupakan jenis tanah Silty Clay yang mempunyai karakteristik
medium, yang dimana medium ini termasuk stiff clay yang ada di angka void
ratio 0,6 dan seterusnya sebagai berikut.

5. Modulus Elastisitas E (Mpa)


Untuk menentukan E (Mpa) dapat dilihat dari karakteristik jenis tanah tersebut dan
menyesuaikan sesuai dengan perbandingan jenis angka long term yang tertera di
dalam gambar diatas.Sebagai contoh
 Uji kedalaman 1 termasuk jenis silty clay medium yang berada diantara 4-
8 ,lalu diasumsikan hasil Mpa akhir nya yaitu 4 dan seterusnya.
Soil Type Soil N Rentang Rentang Hasil
Behavior Kekuatan Modulus Modulus
N Elastisitas Elastisitas
E (Mpa) E (Mpa)
Silty Clay Medium 5 4-8 4-8 4
Silty Clay Soft 2 2-4 1-5 1
Silty Clay Soft 3 2-4 1-5 5
Silty Clay Medium 7 4-8 4-8 8
Sand Silty Medium 25 10-30 10-25 25
Sand Medium 17 10-30 10-25 10

6. menentukan μ
menentukan μ terdapat tabel data Angka posion sebagai berikut:

Untuk clay hanya diasumsikan hanya memakai 0,5 karena dibawah permukaan air.
Dan untuk jenis sand diasumsimkan sesuai dengan jenis karakteristik tanah tersebut.
Jika Sand nya medium maka termasuk Dense sand yang mempunyai passion’s ratio
antara 0,3-0,4.
Soil Type Soil N Rentang Hasil
Behavior Possion’s Akhir
Ratio
Silty Clay Medium 5 0,5 0,5
Silty Clay Soft 2 0,5 0,5
Silty Clay Soft 3 0,5 0,5
Silty Clay Medium 7 0,5 0,5
Sand Silty Medium 25 0,3-0,4 0.4
Sand Medium 17 0,3-0,4 0.3

7. Menentukan Koefisien konsolidasi Arah Vertikal (C v )

Cara untuk mencari Cv dilihat dari jenis tanah yang diperoleh dan disesuaikan dengan
tipikal Cv menurut Holtz dan Kovacks (1981).Sebagai Contoh
 Uji 1 jenis karakteristik dari tanah Silty Clay yaitu medium, menurut karakteristik
Holtz dan Kovacks termasuk (CL-CH). Dan memakai angka satuan m2 /a yang
diantara <0,3-0,9 yang diasumsikan hasil akhir 0,9 dan seterusnya.
Soil Type Soil N Rentang Rentang Hasil
Behavior Kekuatan Jenis tanah Akhir
N Cm2/s Cm2/s
Silty Clay Medium 5 4-8 <0,001- 0,0003
0,0003
Silty Clay Soft 2 2-4 0,001-0,006 0,001
Silty Clay Soft 3 2-4 0,001-0,006 0,006
Silty Clay Medium 7 4-8 <0,001- 0,001
0,0003
Sand Silty Medium 25 10-30 - -
Sand Medium 17 10-30 - -
8. Menentukan konsolidasi arah horizontal (C h)
Ketentuan untuk menghitung C hdari soal yaitu : 2xC v

Soil Type Soil N Hasil Ch


Behavior Akhir Cv 2xC v
(cm2/2)
Silty Clay Medium 5 0,0003 0,0006
Silty Clay Soft 2 0,001 0,002
Silty Clay Soft 3 0,006 0,012
Silty Clay Medium 7 0,001 0,002
Sand Silty Medium 25 - -
Sand Medium 17 - -

9. Menentukan indeks Kompresi (C c ¿; Indeks swelling (C s ¿; Indeks Rebound (C r ¿


Berikut tabel untuk mencari indeks Kompresi (C c ¿;

Cara untuk mencari Cc yaitu berdasarkan karkteristik dari jenis tanah, diasumsikan
semakin kasar dan besar nilai N-SPT karakteristik dari jenis tanah maka semakin kecil nilai
Cc yang di gunakan.sebagai contoh
 Uji kedalaman 1 dengan Jenis Tanah Silty Clay N-SPT 5 dengan karakteristik
tanah medium ada berada Cc antara 0,05-0,15. Karena Karakteristik dari jenis
tanah ini yaitu medium maka Nilai Kec N-SPT maka semakin Cc yang digunakan
semakin kecil yaitu 0,15 sedangkan jika nilai N-SPT 7 maka nilai Cc nya 0,05.
Rentang
Soil Type Soil N indeks Hasil
Kompresi (
Behavior Cc¿ Akhir

Silty Clay Medium 5 0,05-0,15 0,15


Silty Clay Soft 2 0,15-0,75 0,75
Silty Clay Soft 3 0,15-0,75 0,15
Silty Clay Medium 7 0,05-0,15 0,05
Sand Silty Medium 25 - -
Sand Medium 17 - -

Mencari Indeks swelling (C s ¿ dan (C ¿¿ r) ¿

1 1 1
Cara untuk mencari cs yaitu - x Cc , sebagi contoh memlih perbandingan
5 10 10
1
untuk dikalikan dengan hasil Cc tersebut. Maka, cara untuk mencari Cs = x Cc.
10
Sebagai contoh
 Kedalaman uji 1 dengan N-SPT 5 menghasilkan nilai Cc 0,015
1
x 0,015 = 0,015.
10
Lalu cara untuk mecari Cr adalah
1 1
Cs=Cr= - x Cc
5 10
Sama seperti cara mencari cs, maka hasil akhir dari menghitung cs dan cr ada dalam
table dibawah.

Rentang
Soil Type Soil N indeks Hasil Cs Cr
Kompresi (
Behavio Akhir
Cc ¿
r
(C c ¿

Silty Clay Medium 5 0,05-0,15 0,15 0,015 0,015


Silty Clay Soft 2 0,15-0,75 0,75 0,075 0,075
Silty Clay Soft 3 0,15-0,75 0,15 0,015 0,015
Silty Clay Medium 7 0,05-0,15 0,05 0,005 0,005
Sand Silty Medium 25 - - - -
Sand Medium 17 - - - -
∅' γn γ sat
c’
soil Depth Cu E e0 C
layer soil type N (kPa ⌀ Cc μ (kN/ (kN/ Cv Ch Cs
behaviour (m) (kN/m3 ¿ (°) (Mpa) r
) 3 m ¿
3
m ¿
0,
0,1 4 0, 0,0 01
1 Silty Clay clay 0.00-7.00 5 31 4 - 23 5 5 0,6 18 18 0,9 1,8 15 5
0,
0,7 1 0, 0,0 07
2 Silty Clay clay 7.00-16.00 2 13 1 - 18 5 5 0,9 17 17 6 12 75 5
0,
0,1 5 0, 0,0 01
3 Silty Clay clay 16.00-20.00 3 19 2 - 20 5 5 1 17 17 8 16 15 5
0,
0,0 8 0, 0,0 00
4 Silty Clay clay 20.00-22.00 7 44 5 - 25 5 5 0,6 18 18 0,3 0,6 05 5
3 0,
25
5 Sand sand 22.00-23.00 25 - 9 9 31 - 4 0,4 19 21,5 - - - -
Silty 3 0, 0,4
10
6 Sand sand 23.00-40.00 17 - 5 6 28 - 3 5 21 22,5 - - - -
3.2. Distribusi Beban Tanah
Diketahui soal sebagai berikut:

18 m

1V:2H
7m

Untuk menghitung distribusi beban sedalam tanah yang mengalami kompresi sesuai
dengan soal yang diketahui, Langkah Langkah penyelesaian sebagai berikut:
 Menghitung B1dan B2
B1 = 0,5 x 18 = 9
B2 = 0,5 x 7 = 3,5 (perbandingan 1V:2H)
 Menghitung q0
q0 = γ x H = 17 x 7 = 119 kN/m2
 Menghitung α1 dan α2
α1 (radians) =( z )( )
B 1+ B 2

B1
z

α1 (radians) =( )( )
9+14
0,5

9
0,5
=0,034 rad

α2 (radians) =( )
B1
z

α2 (radians) =( )
9
0,5
=1,515 rad

π [ ( ) ]
q 0 B1+ B 2 B1
 Δσz (kPa) = ( α 1+α 2 ) − (α 2) \
B2 B2

Δσz (kPa) =
119
π [( )
9+14
14
9
]
( 0,034+ 1,515 )− (1,515 ) =59,475
14
Δσz total (kPa) = 59,475 x 2 = 118,590

Distribusi Tegangan Pada Beban


α1 (rad) α2 (rad) Δσz (kPa) Δσz Total (kPa)
0,5 0,034 1,515 59,475 118,950
1 0,067 1,460 59,467 118,933
1,5 0,100 1,406 59,445 118,890
2 0,132 1,352 59,403 118,806
2,5 0,163 1,300 59,336 118,672
3 0,192 1,249 59,240 118,479
3,5 0,220 1,200 59,110 118,220
4 0,246 1,153 58,945 117,890
4,5 0,270 1,107 58,743 117,486
5 0,293 1,064 58,504 117,008
5,5 0,314 1,022 58,227 116,455
6 0,333 0,983 57,915 115,830
6,5 0,350 0,945 57,568 115,136
7 0,366 0,910 57,189 114,377
7,5 0,380 0,876 56,779 113,558
8 0,392 0,844 56,341 112,682
8,5 0,403 0,814 55,878 111,756
9 0,412 0,785 55,392 110,784
9,5 0,421 0,758 54,886 109,771
10 0,428 0,733 54,362 108,723
10,5 0,434 0,709 53,822 107,644
11 0,439 0,686 53,270 106,539
11,5 0,443 0,664 52,706 105,412
12 0,446 0,644 52,134 104,268
12,5 0,449 0,624 51,555 103,109
13 0,451 0,606 50,970 101,940
13,5 0,452 0,588 50,382 100,763
14 0,453 0,571 49,791 99,582
14,5 0,453 0,555 49,200 98,399
15 0,452 0,540 48,608 97,216
15,5 0,452 0,526 48,018 96,037
16 0,451 0,512 47,431 94,861
16,5 0,449 0,499 46,846 93,692
17 0,447 0,487 46,265 92,531
17,5 0,445 0,475 45,689 91,379
18 0,443 0,464 45,118 90,237
18,5 0,441 0,453 44,553 89,106
19 0,438 0,442 43,994 87,988
19,5 0,435 0,432 43,441 86,883
20 0,432 0,423 42,896 85,791
20,5 0,429 0,414 42,357 84,714
21 0,426 0,405 41,825 83,651
21,5 0,423 0,396 41,302 82,603
22 0,419 0,388 40,785 81,571
22,5 0,416 0,381 40,277 80,554
23 0,412 0,373 39,776 79,553
23,5 0,409 0,366 39,284 78,568
24 0,405 0,359 38,799 77,598
24,5 0,402 0,352 38,323 76,645
25 0,398 0,346 37,854 75,708
25,5 0,395 0,339 37,393 74,786
26 0,391 0,333 36,940 73,880
26,5 0,387 0,327 36,495 72,990
27 0,384 0,322 36,058 72,116
27,5 0,380 0,316 35,628 71,257
28 0,377 0,311 35,206 70,413
28,5 0,373 0,306 34,792 69,584
29 0,370 0,301 34,385 68,770
29,5 0,366 0,296 33,985 67,970
30 0,363 0,291 33,593 67,185
30,5 0,359 0,287 33,207 66,414
31 0,356 0,283 32,829 65,657
31,5 0,352 0,278 32,457 64,914
32 0,349 0,274 32,092 64,185
32,5 0,346 0,270 31,734 63,468
33 0,342 0,266 31,382 62,765
33,5 0,339 0,262 31,037 62,074
34 0,336 0,259 30,698 61,396
34,5 0,333 0,255 30,365 60,730
35 0,330 0,252 30,038 60,076
35,5 0,327 0,248 29,717 59,434
36 0,324 0,245 29,402 58,804
36,5 0,321 0,242 29,092 58,184
37 0,318 0,239 28,788 57,576
37,5 0,315 0,236 28,489 56,979
38 0,312 0,233 28,196 56,392
38,5 0,309 0,230 27,908 55,816
39 0,306 0,227 27,625 55,250
39,5 0,303 0,224 27,347 54,693
40 0,301 0,221 27,073 54,147
Distribusi Tegangan

Δσz Total (kPa)


50 60 70 80 90 100 110 120
0

10

15

20
Depth (m)

25

30

35

40

45
3.3. besar penurunan yang terjadi akibat pembebanan timbunan.
Penurunan terjadi akibat penambahan tegangan yang terjadi pada masa tanah sehingga mengalami
peregangan.

18 m

1V:2H
7m 3
γ=17 kN /m

7m Silty Clay,Medium (N= 5) E = 4000 Kpa

9m Silty Clay,Soft (N= 2) E = 1000 Kpa

4m E = 5000 Kpa
Silty Clay,Soft (N=3)

2m Silty Clay,Medium (N=7) E = 8000 Kpa

E = 25000 Kpa
1m Silty Sand, medium (N= 25)

Silty Sand, medium (N= 17) E = 10000 Kpa


17 m
3.3.1. Penurunan seketika
Terdapat beberapa Faktor Bentuk untuk mencari penurunan seketika
1. Untuk menghitung penurunan pada pusat pondasi

a) Untuk ᾳ = 4.
b) Untuk mencari m’ diperlukannya data L dan B. Data L dan B diperoleh
sebagai berikut

14 18 14

7m
3
γ=17 kN /m

Menurut gambar diatas L yang dihasilkan yaitu dari penjumlahan 14+18+14= 46.
Dan B itu sendiri yaitu 18.
L 46
Maka untu m’ = = =2,555.
B 18
H
a) Menentukan n’ = B
2
Sebelum mencari nilai n’ dicari H nya terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut
Sebagai contoh :
Uji kedalaman 1 dengan kedalaman 0.00-7.00 untuk diambil sampel tebal
kedalamannya dengan cara 7.00-0,00 = 7 m.
Uji kedalaman 2 dengan kedalaman 7.00-16.00 untuk diambil sampel tebal
kedalamannya dengan cara 16.00-7.00 = 9.00 m, dan seterusnya maka didapat:
H1 = 7 m
H2 = 9 m
H3 = 4 m
H4 = 2 m
H5 = 1 m
H 6 = 17 m
Setelah menemukan kedalaman tebal yang akan ditinjau lalu memasukannya
kedalam rumus sebagai berikut
Contoh 1 : Uji H1= 7m
H 7
=0,777
B = 18 m
2 2
Contoh 2 : Uji H 2 = 9 m
H 9
=1
B = 18 m
2 2
Contoh 3 : Uji H 3 = 4 m
H 4
=0,444
B = 18 m
2 2
Contoh 4 : Uji H 4 = 2 m
H 2
=0 , 222
B = 18 m
2 2
Contoh 5 : Uji H 5 = 1 m
H 1
=0 , 111
B = 18 m
2 2
Contoh 6 : Uji H 6 = 17 m
H 17
=1,888
B = 18 m
2 2

Beban timbunan pada gambar tersebut yaitu


an= ꙋtimbunan x tinggi = 17 x 7 = 119 Kpa.
18
B’ = =9
2
46
L’ = =23
2
L ' 23
m’ = = =2,5 55
B' 9

2. Menentukan Is

Untuk menentukan is diperlukan F1, F2, dan μs sebagai berikut


 Pertama mencari F1 dihasilkan dari
Maka diperoleh
Contoh : Uji tebal Sampel 1 = 7 m

A0 = m’ In
( 1+√ m'2 +1 ) √ m'2 +n ' 2
m + √m + n ' +1
' '2 2

( 1+√ 2,555'2 +1 ) √ 2,5552 +0,7772


= 2,555 x In
2,555+ √ 2,555 +0,777 +1
2 2

= 0,040462

A1=¿¿ In
( m' + √ m' 2 +1 ) √ 1+ n' 2
m + √ m +n ' +1
' '2 2

( 2,555+ √ 2,5552 +1 ) √1+0,777 2


= In
2,555+ √2,555 2+ 0,7772+ 1
= 0,216353

1
F 1=¿ ¿ (A + A )
π 0 1

1
F 1=¿ ¿ ( 0,040462+0,216353 )
3,14

= 0,81788

Dan uji sampel selanjutnya dihasilkan sebagai berikut


Tebal Sampel A0 A1 F1
7 0,040462 0,216353 0,081788
9 0,064318 0,313809 0,120423
4 0,013785 0,083407 0,030953
2 0,003502 0,022408 0,008251
1 0,000879 0,005711 0,002099
17 0,18463 0,654443 0,267221

 Kedua mencari F2 dihasilkan dari


Sebagai Contoh
Uji tabel sampel 1 = 7 m
m'
A2=¿ ¿
n + √ m +n ' +1
' '2 2

0,2555
A2=¿ ¿
0,777+ √ 0,25552 +0,7772 +1
=1,151939

n' −1
F 2=¿ ¿ tan A 2

0,777
F 2=¿ ¿ tan−1 1,151939
2 x 3,14
= 1,045133
Dan perhitungan tebal sampel selanjutnya seperti berikut
Tebal Sampel A2 F2 Angka poison
7 1,151939 1,045133 0,5
9 0,874961 1,128529 0,5
4 2,068346 0,781827 0,5
2 4,17692 0,466049 0,5
1 8,374324 0,253284 0,4
17 0,406108 1,143995 0,3

Setelah mencari F1 dan F2 maka bisa mencari Is dengan rumus sebagai berikut
Untuk tebal sampel 1 = 7 m
I 1−2 μs x F2
S=¿ F1 + ¿
1−μs

+ 1−2 x 0,5
= 0,081788 + x 1,045133
1−0,5
= 0,081788
Berlaku juga bagi uji kedalaman berikutnya
Tebal Sampel IS
7 0,081788
9 0,120423
4 0,030953
2 0,008251
1 0,086527
17 0,920932
3.3.2. Penurunan konsolidasi primer
Karna penurunan ini termasuk jenis Normally Consolidated (Nc) maka
terdapat rumus untuk mencari Normally Consolidated (Nc)

Diperlukan untuk mencari σ’diantaranya sebagai berikut:


σ’1 = γ x h

= ( γ sat−γ w )x h

= ( 18-10) x 7

= 56
σ’2 = γ x h

= 56 + ( γsat−γw )x h

= 56 + ( 17-10) x 9

= 119
σ’3 = γ x h

= 56+ 119 ( γsat−γw )x h

= 56+ 119 ( 17-10) x 4

= 203
σ’4 = γ x h

= 56+119+203 ( γsat−γw )x h

=56+119+203 ( 18-10) x 2

= 394
σ’5 = γ x h

= 56+119+203+ 394 ( γsat−γw )x h


=56+119+203+394 ( 21,5-10) x 1

= 783,5
σ’6 = γ x h

= 56+119+203+ 394+ 783,5 ( γsat−γw )x h

=56+119+203+394+783,5 ( 21,5-10) x 17

= 1768

Lalu masukan kedalam rumus sesuai dengan tebal kedalamannya

Cc x H σ o ’ +∆ σ ’
Sc = log ( ¿) ¿
1+e 0 σ ’o

Contoh 1 Tebal Lapisan Tanah =7 m

Cc x H σ o ’ +∆ σ ’
Sc = log ( ¿) ¿
1+e 0 σ ’o

0,15 x 7 56 +114,377
= log ( ¿) ¿
1+0,6 56

= 0,317115

Selanjutnya melalui tabel berikut


Tebal Sampel Cc e0 ∆σ Sc
7 0,15 0,6 0,5 0,317115
9 0,75 0,9 0,5 1,015246
4 0,15 1 0,5 0,059658
2 0,05 0,6 0,5 0,007154
1 0,4 0,4
17 0,45 0,3

3.4.Hitung waktu konsolidasi alami yang dibutuhkan untuk


mendisipasi tegangan air pori.

Anda mungkin juga menyukai