Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

DINAMIKA TANAH DAN REKAYASA GEMPA

LIKUFAKSI
EGS172

Dibuat oleh :

Cressy Hotmauli Tambunan


M1C118011

Dosen Pengampu :

Dila Oktarise Dwina, S.T., M.T.

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN GEOTEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan penulisan Makalah
Likuifaksi dengan tepat waktu yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Dinamika Tanah dan Rekayasa Gempa. Saya juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dila Oktarise Dwina, S.T., M.T.
selaku dosen pengajar mata kuliah Dinamika Tanah dan Rekayasa Gempa yang
selalu membimbing dan mengajari saya dalam penyusunan Makalah Likuifaksi
serta semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Makalah Likuifaksi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan Makalah Likuifaksi, sebagai manusia saya memiliki banyak
kesalahan, saya mohon maaf atas kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah
ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan makalah
likuifaksi saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah likuifaksi ini dapat
dimanfaatkan dan digunakan sebaiknya.

Jambi, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan…..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 Pengertian Likuifaksi.......................................................................
2.2 Syarat Terjadinya Likuifaksi............................................................
2.3 Proses Terjadinya Likuifaksi...........................................................
2.4 Faktor – Faktor yang Meningkatkan Potensi Terjadinya
Likuifaksi pada Suatu Lapisan.........................................................
2.5 Penyebab Terjadinya Likuifaksi......................................................
2.6 Parameter yang Mempengaruhi Proses Likuifaksi..........................
2.7 Analisis dan Pembahasan pada Contoh Studi Kasus.......................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kondisi Partikel Tanah Saat Normal Sebelum Terjadinya
Kenaikan Tegangan Air Pori
Gambar 2.2 Kondisi Partikel Tanah Saat Mengalami Getaran Saat Terjadinya
Kenaikan Tegangan Air Pori
Gambar 2.3 Gambaran Penyebab Terjadinya Likuifaksi
Gambar 2.4 Grafik Percepatan Gempa Maksimum di Titik BH 1
Gambar 2.5 CSR vs Kedalaman
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Koreksi Terhadap SPT (Skempton)
Tabel 2.2 Data Tanah Pengujian SPT BH 1
Tabel 2.3 Perhitungan Nilai CSR Titik BH 1
Tabel 2.4 Nilai N-SPT yang Dikoreksi Efisiensi Energi dan Koreksi Tegangan
overburden (N1)60
Tabel 2.5 Perhitungaan (N1)60cs
Tabel 2.6 Perhitungan Nilai CRR7,5
Tabel 2.7 Perhitungan Nilai MSF
Tabel 2.8 Perhitungan Nilai K dan Nilai CRR pada Varian Gempa Mw =7, Mw
= 7,4 , Mw = 7,8 , Mw = 8
Tabel 2.9 Perhitungan Faktor Keamanan pada Skala Gempa Mw =7, Mw = 7,4 ,
Mw = 7,8 , Mw = 8 dengan amas = 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat
tegangan air pori yang timbul akibat beban siklis (getaran). Getaran yang
dimaksud dapat berupa getaran yang berasal dari gempa bumi maupun yang
berasal dari pembebenan cepat lainnya. Ketika mengalami getaran tersebut sifat
lapisan tanah berubah menjadi seperti cairan sehingga tak mampu menopang
beban bangunan di dalam atau di atasnya. Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah
yang jenuh air, dimana seluruh rongga – rongga dari tanah tersebut dipenuhi oleh
air. Pada saat mengalami getaran, air ini memberikan suatu tekanan di partikel-
partikel tanah sehingga mempengaruhi kepadatan dari tanah tersebut. Sebelum
terjadinya gempa bumi, tekanan air pada suatu tanah secara relatif rendah. Namun
setelah menerima getaran, tekanan air dalam tanah meningkat, sehingga dapat
menggerakkan partikel- partikel tanah dengan mudah.
Setelah digerakkan oleh air, maka partikel tanah tidak memiliki lagi
kekuatan atau daya dukung, sehingga daya dukung tanah sepenuhnya berasal dari
tegangan air pori. Pada kondisi ini, tanah sudah berbentuk cairan yang tidak lagi
memiliki kestabilan, sehingga beban - beban yang ada di atas tanah tersebut
seperti beban dari struktur bangunan akan amblas ke dalam tanah. Sebaliknya
tangki – tangki yang berada di dalam tanah akan mengapung dan muncul
kepermukaan tanah.
Peristiwa likuifaksi pada umumnya terjadi pada konsistensi tanah granular
jenuh (saturated) yang lepas sampai sedang dengan sifat drainase dalam tanah.
Endapan atau deposit tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi ketika diberikan
beban siklik adalah pasir halus (sand), pasir berlumpur (silty sand), dan pasir
lepas (loose sand). Karena hanya terjadi di tanah yang jenuh, likuifaksi umumnya
terjadi di dekat sungai, teluk, atau badan air lainnya.
Proses perubahan kondisi tanah pasir yang jenuh air akan menjadi cair
akibat tekanan air pori yang meningkat hingga ke titik sama besar dengan
tegangan total akibat adanya beban siklik sehingga tegangan efektif tanah akan
berukurang hingga sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa likuifaksi
merupakan fenomena suatu tanah kehilangan banyak kekuatan (strength) dan
kekakuan (stiffness) dalam waktu yang singkat. Saat terjadi gempa, gaya geser
yang ditimbulkan mengakibatkan pasir bereaksi sehingga tekanan air pori
meningkat. Akibat getaran siklik yang terjadi dalam waktu singkat ini, tanah
kehilangan banyak kekuatan atau kekakuannya sehingga tidak dapat mendukung
struktur di atasnya dan menjaga untuk tetap stabil.

Indonesia merupakan negara rawan gempa, karena secara geografis


indonesia terlatak pada pertemuan empat lempeng tektonik tektonik yaitu lempeng
benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng samudra Hindia, dan lempeng
samudra Pasifik. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba menciptakan
gelombang seismic. Salah satu dampak yang di timbulkan dari adanya gempa
bumi adalah likuifaksi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat pada penulisan makalah likuifaksi ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa syarat terjadinya likuifaksi ?
2. Bagaimana proses terjadi likuifaksi ?
3. Apa saja faktor – faktor yang meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi pada
suatu lapisan ?
4. Analisis dan pembahasan pada contoh studi kasus secara umum menganalisa
faktor keamanan likuifaksi yang didapatkan dari data lapangan yaitu data
SPT.
1.3 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan dari penulisan makalah likuifaksi ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui syarat terjadinya likuifaksi.
2. Mengetahui proses terjadinya likuifaksi.
3. Mengetahui faktor – faktor yang meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi
pada suatu lapisan.
5. Mengetahui Analisis dan pembahasan pada contoh studi kasus secara umum
menganalisa faktor keamanan likuifaksi yang didapatkan dari data lapangan
yaitu data SPT.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Likuifaksi


Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat
getaran. Getaran yang dimaksud dapat berupa getaran yang berasal dari gempa
bumi maupun yang berasal dari pembebanan cepat lainnya. Ketika mengalami
getaran tersebut sifat lapisan tanah berubah menjadi seperti cairan sehingga tak
mampu menopang beban bangunan di dalam atau di atasnya. Likuifaksi biasanya
terjadi pada tanah yang jenuh air, dimana seluruh ronggarongga dari tanah
tersebut dipenuhi oleh air.

Pada saat mengalami getaran, air pori memberikan suatu tekanan di


partikel- partikel tanah sehingga mempengaruhi kepadatan dari tanah tersebut.
Sebelum terjadinya gempa bumi, tekanan air pada suatu tanah relatif rendah.
Namun setelah menerima getaran, tekanan air dalam tanah meningkat, sehingga
dapat menggerakkan partikel-partikel tanah dengan mudah. Setelah digerakkan
oleh air, maka partikel tanah tidak memiliki lagi kekuatan atau daya dukung,
sehingga daya dukung tanah sepenuhnya berasal dari tegangan air pori.

2.2 Syarat Terjadinya Likuifaksi


Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah atau lahan yang tidak padat atau
tanah lepas. Misalnya tanah yang terbentuk dari pasir, endapan bekas delta sungai,
dan bahan-bahan lainnya. Tanah semacam itu cenderung tidak padat sehingga
memiliki rongga yang banyak. Secara umum dapat disimpulkan bahwa syarat-
syarat terjadinya likuifaksi pada suatu wilayah adalah :
a. Lapisan tanah berupa pasir atau lanau,
b. Lapisan tanah jenuh air,
c. Lapisan tanah bersifat lepas (tidak padat),
d. Terjadi gempa bermagnitudo di atas 5,0, dan
e. Berkecepatan gempa lebih dari 0.1 g.
2.3 Proses Terjadinya Likuifaksi
Jika kita perhatikan setiap partikel tersebut letaknya saling berdekatan,
sehingga setiap partikel memiliki kontak dengan partikel yang lain (Gambar 2.1).
Dengan adanya kontak antar partikel tersebut, tanah menjadi memiliki suatu
kekuatan untuk memikul beban diatasnya, sebab kondisi seperti ini menjadikan
beban yang berada di atas tanah akan dipikul secara bersamaan oleh seluruh
partikel. Dan akhirnya beban tersebut akan di salurkan ke lapisan batuan dasar di
bagian bawah lapisan tanah tersebut tanah.

Gambar 2.1 Kondisi Partikel Tanah Saat Normal Sebelum


Terjadinya Kenaikan Tegangan Air Pori
Pada kondisi tanah seperti Gambar 2.2 tampak bahwa banyak rongga
antar partikel tanah yang dipenuhi air. Pada kondisi nomal, air tersebut memiliki
tekanan air pori yang relatif rendah. Pada saat menerima tekanan dari getaran
secara tiba - tiba, air tersebut akan terdesak sehingga ia akan menaikkan
tekanannya untuk dapat mencari jalan keluar. Namun, pada saat tejadinya gempa,
air tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk berdisipasi keluar dari tanah
melalui rongga-rongga tanah, sehingga sebagai gantinya air tesebut mendorong
partikel- partikel tanah sehingga beberapa partikel tanah sebelumnya berhubungan
menjadi menjauh gambar 3. Dan akhirnya partikel tanah tidak dapat
mendistribusikan beban lagi dengan maksimal.
Gambar 2.2 Kondisi Partikel Tanah Saat Mengalami Getaran
Saat Terjadinya Kenaikan Tegangan Air Pori
Pada kondisi seperti ini, sebagian besar beban dipikul oleh air. Sehingga
pemikulan beban pada tanah tersebut menjadi tidak stabil. Kondisi ini dapat
dianalogikan seperti beban sebuah kapal yang mengapung diatas air. Apabila air
tidak dapat memilikul beban dari kapal tersebut, maka kapal tersebut akan
tenggelam ke dalam air. Hal tersebut terjadi juga pada beban dari gedung pada
tanah yang mengalami likuifaksi, maka gedung tersebut akan tenggelam ke dalam
tanah.

2.4 Faktor – Faktor yang Meningkatkan Potensi Terjadinya Likuifaksi


pada Suatu Lapisan Tanah
Faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan potensi terjadinya
likuifaksi pada suatu lapisan tanah adalah sebagai berikut:
a. Intensitas dan durasi dari gempa yang terjadi
b. Posisi letak permukaan air tanah
c. Jenis Tanah
d. Rapat relatif tanah (Dr)
e. Gradasi ukuran partikel
f. Letak geologis tanah
g. Kondisi - kondisi drainase
h. Tegangan Selimut (Confining Pressures)
i. Bentuk Partikel
j. Lamanya waktu konsolidasi
k. Sejarah Tanah
l. Beban Bangunan
2.5 Penyebab Terjadinya Likuifaksi
Berikut penyebab terjadinya likuifaksi yaitu sebagai berikut :
a. Tanah berpasir yang relative tidak terlalu padat dan memiliki elevasi air tanah
yang tinggi (jenuh air)
b. Saat normal, tanah stabil karena antar partikel tanah (pasir) saling
bersinggungan dan saling mengunci (interlocking).
c. Saat gempa, air mengisi ruang antar partikel, sehingga kekuatan interlocking
antar partikel hilang .
d. Penggetaran padatanah yang berasal dari gempa bumi.
e. Penggetaran tanah akibat dari akitivitas – aktivitas yang berkaitan dengan
konstuksi seperti peledakan.
Berikut yang dapat menjelaskan penyebab dari tejadinya likuifaksi adalah :

Gambar 2.3 Gambaran Penyebab Terjadinya Likuifaksi


2.6 Parameter yang Mempengaruhi Proses Likuifaksi
a. Tegangan Dalam Tanah
Tegangan vertikal total adalah tegangan yang tedapat pada lapisan tanah,
yang diakibatkan oleh beban dari tanah yang ada diatasnya dengan tidak
memperhitungkan tegangan air pori yang diakibatkan oleh air (u). Tegangan
vertikal total dihitung dengan rumus:
(σ) = h . γ
Keterangan:
σ = Tegangan total tanah (kN/m2);
𝛾 = Berat volume lapisan tanah (kN/m3);
H = Kedalaman lapisan tanah (m).

Tegangan vertikal efektif adalah tegangan pada lapisan tanah yang


disebabkan oleh beban dari tanah yang ada diatasnya dengan
memperhitungkan tegangan air pori (u). Tegangan air pori mengakibatkan
tekanan yang berasal dari beban tanah menjadi berkurang tegangan .
Tegangan vertikal efektif tanah (σ’) dihitung dengan rumus:

σ’v = σ – μ

Keterangan:
σ’ = Tegangan efektif tanah (kN/m2).
σ = Tegangan total tanah (kN/m2).
μ = Tekanan air pori tanah (kN/m2).

Tekanan air pori tanah dihitung dengan persamaan:


μ = 𝛾w .H

Keterangan:
μ = Tekanan air pori tanah (kN/m2).
𝛾w = Berat volume air (9,81 kN/m3).
H = Kedalaman lapisan tanah (m).

b. Metode untuk mengevaluasi potensi likuifaksi


Untuk mengetahui daerah yang terjadi likuifaksi atau tidak terjadi likuifaksi
dapat di lihat dari faktor keamanan dengan nilai CRR banding CSR dengan
nilai kurang dari satu (berpotensi terjadi likuifaksi) atau lebih dari satu
(prosentase kecil terjadi likuifaksi). Berikut ini persamaan yang di gunakan
untuk menentukan potensi likuifaksi:

CRR
FS =
CSR

Keterangan:
FS > 1 = Tidak mengalami likuifaksi.
FS < 1 = Mengalami likuifaksi.
FS = 1 = Kritis tanah menuju likuifaksi.
c. Faktor Reduksi (rd)
Faktor reduksi merupakan nilai yang dapat mengurangi tegangan di dalam
tanah. Semakin jauh ke dalam tanah maka faktor reduksi akan semakin kecil.
Nilai rd adalah faktor nonlinier pengurangan beban yang bervariasi terhadap
kedalaman. Menurut Seed and Idris (1971) besar dari nilai reduksi pada tanah
berdasarkan kedalamannya. Nilai rd sangat akan mempengaruhi besarnya
nilai CSR (Cyclic Stress Ratio) pada suatu lapisan tanah. Semakin kecil nilai
rd maka akan semakin kecil pula nilai CSR sehingga potensi terjadinya
likuifaksi juga akan semakin kecil. Nilai rd dapat diketahui dengan rumus
dibawah ini :
rd = exp(α(z) + β(z)MX)
d. Cyclic Stress Ratio (CSR)
CSR merupakan nilai perbandingan antara tegangan geser rata-rata yang
diakibatkan oleh gempa dengan tegangan vertikal efektif di setiap lapisan.
Nilai CSR pada suatu lapisan tanah sangat dipengaruhi oleh nilai percepatan
gempa (a).
Berdasarkan teori dari Seed dan Idris (1971) didapatkan rumus untuk
menghitung CSR (Cyclic Stres Ratio) dengan persamaan dibawah ini:

τ av
CSR =
σ ‘ vo

amax σ v
= 0.65( )( )rd
g σ ‘v

Keterangan:
.a max = Percepatan tanah maksimum akibat gempa bumi.
.g = Percepatan gravitasi.
σ
. v = Tegangan total vertikal overburden.
.σ ‘ v = Tegangan efektif vertikal overburden.
.rd = Koefisien tegangan reduksi.
Koefisien reduksi tegangan geser merupakan nilai yang dapat mempengaruhi
tegangan di dalam tanah. Semakin jauh kedalaman tanah maka faktor reduksi
akan semakin kecil. rd yang diusulkan oleh Idriss dan Boulanger (2010)
yaitu:
H
α(z) = −1,012 – 1,126 sin ( +5,133 )
11,73
H
β(z) = 0,106 – 0,118 sin ( +5,142)
11,28
Keterangan:
M = Magnitude gempa (Mw).
H = Kedalaman lapisan tanah yang ditinjau (m).

e. Cyclic Resistant Ratio (CRR)


Dalam menganalisis potensi likuifaksi dengan metode SPT ada beberapa
tahapan seperti berikut :
a) Menghitung nilai N60
N60 merupakan nilai N-SPT pada saat rasio energi 60% yang dapat
ditentukan dengan menggunakan sebagai berikut (Idriss dan Boulanger,
2008):
N60 = N m CE CB CR CS
Keterangan:
Nm = N-SPT yang diperoleh dari test lapangan.
CE = koreksi rasio energy hammer (ER).
CB = koreksi untuk diameter lubang bor.
CR = faktor koreksi dari panjang batang.

CS = koreksi untuk sampel.


b) Menentukan nilai (N1)60.
Youd dan Idriss (2001) dan Cetin dll (2004) memberikan koreksi-koreksi
untuk memperoleh nilai (N1)60:
N60 = Nm CE CB CR CS
Keterangan:
Nm = N-SPT yang diperoleh dari test lapangan.
CE = koreksi rasio energy hammer (ER).
CB = koreksi untuk diameter lubang bor.
CR = faktor koreksi dari panjang batang.
CS = koreksi untuk sampel.
Karena adanya peningkatan nilai N- SPT dengan meningkatkan tegangan
overburden efektif, faktor koreksi tegangan overburden harus digunakan
(Seed dan Idriss, 1980). Faktor ini umumnya digunakan dari persamaan
berikut (Seed dan Idriss, 1982) :
2,2
CN = σ' ,
1,2+ v
Pa
Keterangan:
σ ‘ v = Tegangan efektif vertikal overburden.
Pa = tekanan pada 1 atm
= 101 kN/m2.
Dimana nilai CN tidak boleh melebihi dari 1,7.
Faktor koreksi lain nilai standard penetration test (SPT) dapat ditentukan dengan
Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Faktor Koreksi Terhadap SPT (Skempton).

Factor Equipmen Ter Correctio


t Variable m n
Overburde - CN
(Pa/σ ‘ v )0,5
n pressure
Overburde - CN CN ≤ 1,7
n pressure
Energy Donut CE
0,5 – 1,0
ratio hammer
Energy Safety CE
0,7 – 1,2
ratio hammer
Energy Automatic-
ratio trip donut-
CE 0,8 – 1,3
type
hammer
Borehole 65-115 CB
1,0
diameter mm
Borehole 150 mm CB
1,05
diameter
Borehole 20 mm CB
1,15
diameter
Rod length <3m CR 0,75
Rod length 3–4m CR 0,8
Rod length 4–6m CR 0,85
Rod length 6 – 10 m CR 0,95
Rod length 10 – 30 m CR 1,0
Sampling Standart CS
1,0
method sampler
Sampling Sample CS
method without 1,1 – 1,3
liners
(Sumber: Jurnal Sipil Vol.7 No.8, 2019)

c) Menentukan nilai (N1)60cs.


Menentukan fines content (FC) kemudian nilai (N1)60cs yang dipengaruhi
oleh nilai fines content itu sendiri (Youd dan Idriss, 2001):
(N1)60cs = α + β (N1)60.
Dimana nilai-nilai α dan β dipengaruhi oleh persentase fines content (FC) :
α = 0 untuk FC ≤ 5%.
190
α = exp[1,76 – ( ) untuk FC < 5%.
FC 2
α = 5,0 untuk FC ≥ 35%.
β = 1,0 untuk FC ≤ 5%.

β = [0,99 +
( 1,000 )
FC 1,5 ] untuk 5% < FC < 35%.

β = 1,2 untuk FC ≥ 35%.


Persamaan ini bisa digunakan untuk menghitung ketahanan likuifaksi pada
umumnya.
f. Menentukan nilai CRR. Menentukan nilai CRR pada besaran skala gampa
(Mw) 7.5 dan pasir murni dengan (N1)60cs < 37,5 :
( N 1 ) 60cs ( N 1 ) 60cs ( N 1 ) 60cs ( N 1 ) 60cs
CRR7,5 = exp [ +( ¿2 - ( ¿3 - ( ¿ 4- 2,8]
14.1 126 23,6 25,4
Pada skala gempa yang berbeda dengan gempa 7,5 skala Richter diperlukan
faktor koreksi yang disebut magnitude scale factor (MSF) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:

CRRM = CRR7,5 x Kσ x MSF

Keterangan:
CRR7,5 = CRR pada skala 7,5 skala Richter.
Kσ = Faktor koreksi overburden.
MSF = Faktor skala gempa.
Dalam penelitian ini untuk menganalisis nilai MSF atau magnitude scalling
factor digunakan rumus persamaan yang dikemukakan oleh idriss (1999)
yaitu sebagai berikut:
MSF = -0,058 + 6,9 exp (-0,25Mw) ≤ 1,8
Faktor koreksi overburden dihitung dengan memakai persamaan:

( )
f
σv
Kσ =
Pa

Dimana f adalah faktor kerapatan relaif tanah, dihitung dengan memakai


persamaan:
N 160 cs
f = 0,831 -
160

2.7 Analisis dan Pembahasan pada Contoh Studi Kasus


2.7.1 Data Perhitungan
Data perhitungan yang dipakai penulis dari Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8
(2019) dengan judul Analisis Potensi Likuifaksi (Studi Kasus: PLTU Area
Gorontalo). Aadapun data-data yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
a. Data tanah
Dalam menganalisis data tanah penulis mengambil dari data in-situ test yang
dilakukan oleh CV.INDOSAFAX di lokasi proyek pembangunan PLTU
Gorontalo. Data-data yang diperlukan untuk menganalisis potensi likuifaksi
yaitu data yang berkaitan dengan sifak fisik tanah, sifat mekanis tanah, dan
hasil dari pengujian standard penetration test (SPT).
b. Data gempa
Dalam memperoleh data percepatan gempa yang ada sesuai lokasi penelitian
yang terletak di proyek pembangunan PLTU Gorontalo, diambil respon
spectra ari situs puskim. Pada situs tersebut tersedia data percepatan gempa
sesuai permintaan lokasi yang dimasukan di pencarian dengan memasukan
koordinat lokasi yang akan ditinjau, pada penelitian ini terdapat dua lokasi
koordinat yang akan ditinjau yakni koordinat BH 1 (0º 57’19.9008” N, 122º
59’ 59.1792” E) dan koordinat BH 3 (1º 3’ 1.008” N 123º 15’ 14.0004” E).
Untuk variasi gempa yang digunakan dalam penelitian ini diambil gempa Mw
mulai dari 7.0, 7.4, 7.8, 8.0 data variasi gempa didapat dari website resmi
USGS. Data yang digunakan oleh penulis yaitu data BH 1, dengan titik
koordinat 0º 57’19.9008” N, 122º 59’ 59.1792” E.
c. Lokasi
Dalam menganalisis potensi likuifaksi dari jurnal yang dipakai yaitu dengan
judul Analisis Potensi Likuifaksi (Studi Kasus: PLTU Area Gorontalo)di
proyek pembangunan PLTU Gorontalo dilakukan dengan :
a) Menganalisis jenis dan sifat lapisan tanah.
b) Menghitung percepatan gempa di muka tanah.
c) Mengitung tegangan-teganagn yang ada di tanah.
d) Menghitung nilai CSR.
e) Menghitung nilai CRR.
f) Menghitung nilai safety factor berdasarkan nilai CSR dan CRR.
d. Cara analisis.
Dalam menganalisis suatu potensi likuifaksi perlu suatu nilai yang
menentukan apakah suatu tanah bisa terjadi potensi likuifaksi. Nilai yang
menjadi pegangan untuk mengetahui potensi likuifaksi disebut dengan nilai
faktor keamanan. Nilai faktor keamananan < 1 menyatakan bahwa tanah
tersebut mengalami terjadinya potensi likuifaksi, nilai = 1 menyatakan taanah
tersebut dalam kondisi kritis, sedangkan nilai faktor keamanan > 1 menyatakan
bahwa potensi likuifaksi tidak akan terjadi. Dalam menganalisis nilai-nilai
faktor keamanan dibutuhkan pengevaluasian nilai terlebih dahulu. Nilai-nilai
yang harus dievaluasi yakni nilai CSR (cyclic stress ratio) dan nilai CRR
(cyclic resistance ratio) yang diformulirkan sebagai berikut:

CRR
FS =
CSR
2.7.2 Hasil dan Pembahasan
a. Data Tanah
Berikut melalui pemeriksaan SPT di lapangan pada titik BH 1 didapat data
tanah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Data Tanah Pengujian SPT BH 1.
Tebal
Lapisan Nilai N -
Deskripsi Jenis Lapisan
Tanah SPT di /Ni
Tanah Tanah (m)
Ke (Ni)
(di)
1 Gravelly Sandy Clay, Gray 8 1,5 0,1875
2 Gravelly Sandy Clay, Gray 18 1,5 0,083333
3 Gravelly Sandy Clay, Gray 18 1,5 0,083333
4 Gravelly Sandy Clay, Gray 20 1,5 0,075
5 Gravelly Sandy Clay, Gray 20 1,5 0,075
6 Sandy Clay, Gray 21 1,5 0,071429
7 Sandy Clay, Gray 27 1,5 0,055556
Reef/ Sandy Clay, Light
8 Gray 34 1,5 0,044118
9 Reef , Light Gray 40 1,5 0,0375
S     13,5 0,712768
Ń Sdi/(Sdi/Ni) 18,94023

Sampel yang diambil yaitu lapisan 2, berikut contoh perhitungan.


Nilai N-SPT = 8
z = 1,5 m
Nilai N −SPT
di/Ni =
z
18
=
1,5
= 0,08333
∑ di 13,5
. d =
∑ Ni 0,712768
i

= 18,94023

b. Data gempa
Data percepatan maksimum di permukaan (amax) didaptkan dari situs desain
spektra Indonesia, dengan memasukan koordinat lokasi tinjauan di PLTU
Area Gorontalo, yaitu koordinat BH 1 terletak pada (0º57.19’ 122º59.59’)
didapat nilai amax di titik seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.4 Grafik Percepatan Gempa Maksimum di Titik BH 1.


Berdasarkan gambar grafik didapat nilai amax di titik BH 1 yaitu 1 g.
c. Menghitung nilai cylic stress ratio (CSR) titik BH 1
Dalam menghitung nilai CSR terdapat parameter-parameter yang
mempengaruhi nilai CSR, diantaranya nilai tegangan vertikal total dan nilai
tegangan vertikal efektif, dan nilai koefisien tegangan reduksi, berikut hasil
perhitungan nilai CSR titik BH 1 yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perhitungan Nilai CSR Titik BH 1
Berat Isi Tegangan α =-1,012 –
Tegangan Angka
𝛾 Pori CSR= 0.65 (amax
Kedalaman ߛ Efektif 1,126 sin β = 0,106 + 0,118 rd = exp
c Total a max /g)
(m) (Kn/m 3) Tanah (5,133 + sin (5,142 + h/11,2) (α + β x Mw)
sv μ = w .h ( σv / σ‘v)rd
ሺߛ ‫݄ݔ‬ሻ s'v = σv – μ h/11,73)
1 1,5 17,8 26,7 14,715 11,985 1 -0,0512 0,0062 0,9957 0,1470
2 3 18,9 56,7 29,43 27,27 1 -0,1339 0,0156 0,9829 0,1354
3 4,5 20,56 92,52 44,145 48,375 1 -0,2309 0,0265 0,9682 0,1227
4 6 19,98 119,88 58,86 61,02 1 -0,3408 0,0388 0,9518 0,1239
5 7,5 20,36 152,7 73,575 79,125 1 -0,4615 0,0524 0,9337 0,1194
6 9 21,3 191,7 88,29 103,41 1 -0,5913 0,0669 0,9144 0,1123
7 10,5 20,5 215,25 103,005 112,245 1 -0,7279 0,0821 0,8941 0,1136
8 12 19,78 237,36 117,72 119,64 1 -0,8692 0,0978 0,8729 0,1148
9 13,5 21,76 293,76 132,435 161,325 1 -1,0128 0,1136 0,8513 0,1027
Sampel yang diambil yaitu lapisan 2, berikut contoh perhitungan.
Data yang diketahui:
H =3m
𝛾 = 18,9 kN/m3
𝛾w = 9,81 kN/m3
g = 9,81 kN/m3
amax = 1g
Nilai tegangan vertikal total:
σ = 𝛾.H
= 18,9 kN/m3 x 3 m
= 56,7 kN/m2
Tekanan air pori tanah dihitung dengan persamaan:
μ = 𝛾w .H

= 9,81 kN/m3 x 3 m

= 29,43 kN/m2

Tegangan vertikal efektif tanah (σ’) dihitung dengan rumus:

σ’v = σ – μ

= 56,7 kN/m2 – 29,43 kN/m2

= 27,27 kN/m2
Koefisien reduksi tegangan geser merupakan nilai yang dapat mempengaruhi
tegangan di dalam tanah.
H
α(z) = −1,012 – 1,126 sin ( +5,133 )
11,73
3
= −1,012 – 1,126 sin ( +5,133 )
11,73
= -0,1339
H
β(z) = 0,106 – 0,118 sin ( +5,142)
11,28
3
= 0,106 – 0,118 sin ( +5,142)
11,28
= 0,0156
rd = exp(α(z) + β(z)Mw)
= exp(-0,1339 + 0,0156 x 7,5)
= 0,9829

Menghitung CSR (Cyclic Stres Ratio) dengan persamaan dibawah ini:

τ av
CSR =
σ ‘ vo

amax σ v
= 0.65( )( )rd
g σ ‘v

1 56,7
= 0.65( )( )0,9957
9,81 kN /m 27,27
3

= 0,1354

Dari hasil perhitungan nilai cyclic stress ratio (CSR) Titik BH 1 pada Tabel
2.3 diatas bisa dilihat semakin dalam suatu lapisan tanah maka nilai cyclic
stress ratio (CSR) semakin besar.

15
13
11
Kedalaman

9
7
5
3
1
-1
0.0000 CSR
0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000 0.1200 0.1400 0.1600

Gambar 2.5 CSR vs Kedalaman


d. Menghitung nilai cyclic resestance ratio (CRR) titik BH 1
Dalam menghitung nilai cyclic resistance ratio (CRR) terdapat beberapa
parameter yang harus diperhitungkan yaitu nilai N-SPT yang dikoreksi
efisiensi energi dan koreksi tegangan overburden (N1)60 , nilai CRR karena
peningkatan fines content (N1)60cs , nilai CRR pada skala gempa Mw = 7.5, dan
nilai CRR pada skala gempa selain Mw = 7.5 dengan memakai koreksi
magnitude scalling factor (MSF). Parameter-parameter nilai yang
diperhitungan dalam menghitung nilai CRR titk BH 1 sebagai berikut.
Tabel 2.4 Nilai N-SPT yang Dikoreksi Efisiensi Energy dan Koreksi Tegangan
Overburden (N1)60
Koreksi N-SPT N60
Kedalaman Cn = 2,2 / (1,2 (N1)60
N-SPT = Nm x CE x
(m) +s'v/Pa) = CN X N60
CE CB CR CS CB x CR x CS
1,5 8 1 1,05 1 1,3 10,9200 1,6684 18,2184
3 18 1 1,05 1 1,3 24,5700 1,4966 36,7714
4,5 18 1 1,05 1 1,3 24,5700 1,3103 32,1949
6 20 1 1,05 1 1,3 27,3000 1,2194 33,2898
7,5 20 1 1,05 1 1,3 27,3000 1,1092 30,2811
9 21 1 1,05 1 1,3 28,6650 0,9893 28,3574
10,5 27 1 1,05 1 1,3 36,8550 0,9518 35,0797
12 34 1 1,05 1 1,3 46,4100 0,9226 42,8181
13,5 40 1 1,05 1 1,3 54,6000 0,7865 42,9418

Sampel yang diambil yaitu lapisan 2, berikut contoh perhitungan.


Data yang diketahui sebagai berikut:
N-SPT = 18
CE =1
CB = 1,05
CR =1
CS = 1,3
Pa = 101 kN/m
N60 merupakan nilai N-SPT pada saat rasio energi 60%.

N60 = Nm CE CB CR CS
= 18 x 1 x 1,05 x 1 x 1,3
= 24,5700
Faktor koreksi dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
2,2
CN = σ 'v
1,2+
Pa
2,2
= 27,27
1,2+
101
= 1,4966
Nilai tahanan penetrasi overburden terkoreksi (N1)60, dihitung dengan
menggunakan faktor koreksi overburden (CN).

(N1)60 = CN.N60
= 1,4966 x 24,57
= 36,7714
Karena indikasi naiknya nilai CRR seiring meningkatnya nilai fines content
(partikel halus) sehingga perlu dikoreksi lagi nilai (N1) 60 terhadap kandungan
partikel halus. Untuk perhitungan nilai (N1)60cs dapat dilihat pada Tabel 2.5
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Perhitungan (N1)60cs
ߙ ߚ (NI)60CS
= α + β (N1)60
0 1 18,2184
0 1 36,7714
0 1 32,1949
0 1 33,2898
0 1 30,2811
0 1 28,3574
0 1 35,0797
0 1 42,8181
0 1 42,9418
Untuk faktor koreksi (N1)60 penyetaraan nilai clean sand,(N1)60cs. Sampel yang
diambil pada lapisan ke-2.

α = 0 untuk FC ≤ 5%.
β = 1,0 untuk FC ≤ 5%.
(N1)60CS = α + β (N1)60
= 0 + 1(36,7714)
= 36,7714
Selanjutnya hitung nilai CRR pada gempa skala Mw = 7.5, berikut hasil
perhitungannya seperti pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Perhitungan Nilai CRR 7,5


Kedalaman CRR7,5
Lapisan
(m)
1 1,5 0,258
2 3 24,391
3 4,5 8,124
4 6 10,327
5 7,5 5,473
6 9 3,757
7 10,5 15,731
8 12 188,807
9 13,5 198,884
Sampel yang diambil yaitu lapisan 2, berikut contoh perhitungan.
Data yang diketahui sebagai berikut:
(N1)60CS = 36,7714

( N 1 ) 60cs ( N 1 ) 60cs 2 ( N 1 ) 60cs 3 ( N 1 ) 60cs 4


CRR7,5 = exp [ +( ¿ -( ¿ +( ¿-
14.1 126 23,6 25,4

2,8]

36,7714 36,7714 2 36,7714 3 36,7714 4


= exp [ +( ¿ -( ¿ +( ¿ - 2,8]
14.1 126 23,6 25,4

= 24,391

Untuk perhitungan nilai magnitude scalling factor (MSF). Berikut hasil


perhitungan nilai MSF pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Perhitungan Nilai MSF


Menghitung Nilai MSF
MSF = ˗0.058 +6.9 exp(˗0.25Mw)

MSF 7 MSF 7,4 MSF 7,8 MSF 8


1,1410 1,0269 0,9237 0,8758

Sampel yang diambil yaitu lapisan 2, berikut contoh perhitungan.


Data yang diketahui sebagai berikut:
(N1)60CS = 36,7714
f adalah faktor kerapatan relaif tanah, dihitung dengan memakai persamaan:
N 160 cs
f = 0,831 -
160
36,7714
= 0,831 -
160
= 0,601
Faktor koreksi overburden dihitung dengan memakai persamaan:

( )
f
σv
Kσ =
Pa

( )
0,601
56,7
=
101
= 0,707
Nilai MSF atau magnitude scalling factor digunakan rumus persamaan yang
dikemukakan oleh idriss (1999) yaitu sebagai berikut:
MSF = -0,058 + 6,9 exp (-0,25Mw) ≤ 1,8
= -0,058 + 6,9 exp (-0,25x7,4) ≤ 1,8
= 1,0269

Kemudian hitung nilai CRR pada skala gempa selain 7,5. Berikut hasil
perhitungan nilai CRR pada variasi gempa Mw = 7.0, Mw = 7.4, Mw = 7.8,
dan Mw = 8.0 pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Perhitungan Nilai Kσ dan Nilai CRR Pada Variasi Gempa Mw = 7,
Mw = 7,4, Mw = 7,8, Mw = 8.
f=
0,831 -
Kedalaman Ks =
CRR7,5 (N1)60cs/ CRR 7,0 CRR 7,4 CRR 7,8 CRR 8,0
(m) (σv /Pa)f
160

1,5 0,258 0,717 0,385 0,113 0,102 0,092 0,087


3 24,391 0,601 0,707 19,669 17,702 15,923 15,097
4,5 8,124 0,630 0,946 8,772 7,895 7,101 6,733
6 10,327 0,623 1,113 13,111 11,800 10,614 10,063
7,5 5,473 0,642 1,304 8,141 7,327 6,591 6,249
9 3,757 0,654 1,520 6,518 5,866 5,276 5,003
10,5 15,731 0,612 1,589 28,516 25,664 23,084 21,888
12 188,807 0,563 1,618 348,646 313,781 282,234 267,605
13,5 198,884 0,563 1,823 413,778 372,401 334,960 317,598

Sampel yang diambil yaitu lapisan 2 dengan Mw yang di pakai 7,4, berikut
contoh perhitungan.

Data yang diketahui

CCR7,5 = 24,391
Kσ = 0,707
MSF7,4 = 1,0269
CCR7 = CRR7,5 x Kσ x MSF
= 24,391 x 0,707 x 1,0269
= 17,702
Kemudian hitung masing masing faktor keamanan pada setiap variable gempa
yang pada penelitian ini dipakai mulai dari Mw = 7.0, Mw = 7.4, Mw = 7.8,
dan Mw = 8.0. Berikut hasil perhitungan FK atau FS pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Perhitungan Faktor Keamanan Pada Skala Gempa Mw = 7.0, Mw =
7.4, Mw = 7.8, dan Mw = 8.0 dengan amax = 1.

Kedalaman
FK 7,0 FK 7,4 FK 7,8 FK 8,0 Ket
(m)

1,5 0,77 0,69 0,62 0,59 Terlikuifaksi


3 145,25 130,73 117,58 111,49 Tidak Terlikuifaksi
4,5 71,49 64,34 57,88 54,88 Tidak Terlikuifaksi
6 105,83 95,24 85,67 81,23 Tidak Terlikuifaksi
7,5 68,19 61,37 55,20 52,34 Tidak Terlikuifaksi
9 58,03 52,22 46,97 44,54 Tidak Terlikuifaksi
10,5 251,01 225,90 203,19 192,66 Tidak Terlikuifaksi
12 3038,23 2734,41 2459,50 2332,01 Tidak Terlikuifaksi
13,5 4028,78 3625,91 3261,37 3092,32 Tidak Terlikuifaksi

Sampel yang diambil yaitu lapisan 1 dengan Mw yang di pakai 7,0, berikut
contoh perhitungan.

Data yang dipakai yaitu sebagai berikut:

CRR7,4 = 17,702

CSR = 0,1354

17,702
FS =
0,1354

= 130,73

FS > 1, maka pada kedalaman tersebut tidak terjadi terjadi likuifaksi.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan analisis data diatas dapat disumpulkan
sebagai berikut :
a. Data tanah yang didapatkan dari hasil pengujian Standard Penetration Test
(SPT) pada titik BH 1 digolongkan kedalam tanah sedang berdasarkan
klasifikasi tanah SNI-1726-2002, dengan nilai penetrasi rata-rata = 18.94023.
b. Berdasarkan data percepatan gempa yang diambil dari situs puskim
didapatkan percepatan gempa dipermukaan tanah di lokasi PLTU Area
Gorontalo, pada titik BH 1 percepatan gempanya sebesar 1g.
c. Dari hasil perhitungan potensi likuifaksi, terjadi potensi likuifaksi pada
lapisan tanah 1.5 m – 3 m untuk semua variasi gempa yang dipakai pada titik
BH 1. Dan untuk titik BH 1 tidak terjadi potensi likuifaksi untuk gempa Mw
= 7 , Mw = 7.4 , Mw = 7,8 dan Mw = 8 . Dikarenakan nilai dari FK >1 .
3.2 Saran
Ada sedikit saran yang disampaikan oleh penulis makalah ini yaitu sebagai
berikut :
a. Hasil pengolahan analisis data diatas dapat dibandingkan dengan pengolahan
perhitungan lainnya,
DAFTAR PUSTAKA

Manoppo, Fabian . dkk. 2019. Analisis Potensi Likuifaksi (Studi Kasus : PLTU
Area Gorontalo). Vol.7. No.8. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Mina, Enden. Dkk. 2018. Potensi Likuifaksi Berdasarkan Data SPT (Studi Kasus
Proyek Pembangunan Gedung Baru Untirta Sindang Sari. Vol.7. No.1.
Banten :

Anda mungkin juga menyukai