Anda di halaman 1dari 35

MATA DIKLAT

ANALISA LALULINTAS UNTUK


PERHITUNGAN PERKERASAN JALAN

OLEH :

TB. HISNI
W I DYA I SWA R A U TAMA
Tujuan Umum Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti mata diklat ini
peserta diharapkan mampu memahami
analisa lalulintas untuk perhitungan
perkerasan jalan.
Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu
memahami dan menghitung analisa lalulintas untuk perhitungan perkerasan
jalan, meliputi ,Analisis Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan , Faktor
Pertumbuhan Lalu Lintas , Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion),
Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur, Perkiraan Faktor Ekivalen Beban
(Vehicle Damage Factor), Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu
Standar, Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga, Perkiraan Lalu Lintas
Volume Rendah.
Perhitungan LHRT
DATA UNTUK MENETAPKAN LHRT
Diperoleh dengan cara Traffic Counting

Dilaksanakan dengan Durasi min. 7 x 24 jam, Pd T-19-2004-B: Lampiran A1


Hasil survei lalulintas sebelumnya

Perkiraan lalin khusus untuk LHR rendah Tabel 4.4 (terlampir


dibawah ini)
Fluktuasi Mingguan LL dalam 1 tahun
Perhitungan Lalu-lintas cara Bina Marga
MAKSUD DAN TUJUAN
Perhitungan lalu lintas bermaksud mendapatkan data tentang jumlah dan jenis kendaraan yang
melalui suatu ruas jalan. Perhitungan dapat dilaksanakan: 1) secara manual (dengan tenaga
manusia), dan 2) secara otomatis menggunakan alat hitung otomatis ( Automatic Traffic
counting/ATC)

No. Tipe Pos LHRT Lama survei Frekuensi


perhitungan (smp/hari) (jam) perhitungan

40
1 Kelas A ≥ 10000 4 kali per tahun
(dalam 2 hari)

40
2 Kelas B 5000 – 10000 4 kali per tahun
(dalam 2 hari)
16 jam
3 Kelas C ≤ 5000 4 kali per tahun
(dalam 1 hari)
SKEDUL SURVAI LALULINTAS

Untuk pos-pos kelas A dab B, perhitungan dilakukan dengan periode 40 jam selama 2
hari, mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir pukul 22.00 pada hari
kedua. Perhitungan ini diulang empat kali selama satu tahun sesuai Jadual yang telah
ditentukan.

Untuk pos kelas C, perhitungan dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul 06.00 pagi
dan berakhir pada pukul 22.00 pada hari yang sama yang ditetapkan untuk pelaksanaan
perhitungan ini diulang empat kali selama satu tahun sesuai jadual yang ditentukan.

Faktor Koefisien Hari untuk Perhitungan LHR dalam IRMS


Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pos A 0.54 0.54 0.55 0.55 0.54 0.54 0.51
Pos B 0.54 0.54 0.55 0.55 0.54 0.54 0.51
Pos C 1,21 1,12 1,12 1.18 1.13 1.21 1.21
Sumber : ADTINIT- IRMS
PEMILIHAN POS
Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas
harian rata-rata dari ruas jalan, tidak
terpengaruh oleh angkutan ulang alik yang tidak
mewakili ruas (lalu lintas lokal )

Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang


yang cukup untuk kedua arah, sehingga
memungkinkan pencatatan kendaraan dengan
mudah dan jelas.

Lokasi pos tidak boleh ditempatkan pada lokasi


dekat persimpangan jalan
FORMULIR PELAKSANAAN SURVAI LAPANGAN

Untuk memudahkan pelaksanaan pencatatan lalulintas di


lapangan, agar menggunakan formulir pembantu/lapangan
sehingga memudahkan pencatatan.
Selanjutnya setelah survai selesai, hasil pencataan dipindahkan ke
formulir standar dan formulir rekapitulasi jam-jam.
Formulir pembantu/lapangan dijadikan sebagai lampiran /backup
data (bila diperlukan).
Faktor Pertumbuhan Lalulintas
Faktor pertumbuhan lalulintas didasarkan pada data
pertumbuhan historis atau formulasi korelasi dengan
pertumbuhan lain yang valid, jika tidak ada, maka digunakan

Untuk menghitung pertumbuhan lalulintas selama umur rencana


UR
R = ((1+0,01i) -1)/0,01i
dihitung sebagai berikut :

Dimana:
R = Faktor pengali pertumbuhan lalin
i = tingkat pertumbuhan tahunan
UR = Umur rencana
Pengalihan Lalin (Traffic Diversion)
Untuk analisis lalu lintas pada ruas jalan yang didesain harus diperhatikan
faktor alihan lalu lintas yang didasarkan pada analisis secara jaringan dengan
memperhitungkan proyeksi peningkatan kapasitas ruas jalan yang ada atau
pembangunan ruas jalan baru dalam jaringan tersebut, dan pengaruhnya
terhadap volume lalu lintas dan beban terhadap ruas jalan yang didesain
Analisis menurut jaringan jalan

• Distribusi Lajur & Kapasitas Lajur


– Beban desain pada setiap lajur < kapasitas lajur selama umur rencana
– Permen PU No.19/PRT/M/2011 :
RVK arteri & kolektor ≤ 0,85 & RVK jalan lokal ≤ 0,9
– Tabel Distribusi Lajur

Jumlah Lajur Kendaraan niaga pada lajur desain


setiap arah (% terhadap populasi kendaraan niaga)
1 100
2 80
3 60
4 50
Perkiraan Faktor Ekivalen Beban
(Vehicle Damage Factor)

Perhitungan beban lalu lintas yang akurat sangatlah penting. Beban


lalu lintas tersebut diperoleh dari :
1. Studi jembatan timbang/timbangan statis lainnya khusus untuk
ruas jalan yang didesain;
2. Studi jembatan timbang yang telah pernah dilakukan sebelumnya
dan dianggap cukup representatif untuk ruas jalan yang didesain;
3. Tabel 4.5 adalah Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar
4. Data WIM Regional yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Teknik.
Konfigurasi Beban Standar untuk beberapa
konfigurasi sumbu sbb :
5.3 Ton

Single Axle, Single Wheel

8.16 Ton

Single Axle, Dual Wheels

18.0 Ton

Double Axles, Dual Wheels

21.0 Ton

Triple Axles, Dual Wheels

18
Angka Ekuivalen Beban Sumbu
Kendaraan
SUMBU TUNGGAL RODA TUNGGAL (STRT)

Angka Ekivalen =
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
 adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu kendaraan
terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan ini tidak linier,
melainkan exponensial sbb:

4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3

4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16

20
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362

4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16

P=21 T, VDF = 2.3248

Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel menjadi 2


kali Beban Standar, akan mengakibatkan pertambahan daya rusak
sebanyak 16 kali. Jika Beban sumbu menjadi 3 kali, maka daya
rusak menjadi 81 kali.

21
Tabel
Tabel4.5
4.5Klasifikasi
KlasifikasiKendaraan
Kendaraan dan Vehicle
VehicleDamage
DamageFactor
Factor(VDF)
(VDF) Baku
Baku
Jenis Kendaraan Konfigur Muatan2 yang Kelom Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen
asi diangkut pok Semua Semua Beban (VDF)
sumbu sumbu kendaraan kendaraan (ESA / kendaraan)
Klasifi Alterna Uraian bermotor bermotor
VDF4 VDF5
kasi tif kecuali
(Pangkat (Pangkat
Lama sepeda
4) 5)
motor
1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30,4
2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan/Angkot/pickup 1.1
2 51,7 74,3
/station wagon
5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2
5b 5b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0
6a.1 6.1 Truk 2 sumbu - cargo 1.1 muatan umum 2 4,6 6,60 0,3 0,2
ringan
6a.2 6.2 Truk 2 sumbu - ringan 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 0,8 0,8
6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu - cargo 1.2 muatan umum 2 - - 0,7 0,7
sedang
KEN DARAAN NIAGA

6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 1,6 1,7
6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 3,8 5.50 0,9 0,8
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 7,3 11,2
7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 3,9 5,60 7,6 11,2
7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, PC 3 28,1 64,4
7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2
7b 10 Truk 2 sumbu & 1.2 - 2.2 4 0,5 0,70 36,9 90,4
gandengan 2 sumbu
7c1 11 Semi Trailer 4 sumbu 1.2 - 22 4 0,3 0,50 13,6 24,0
7c2.1 12 Semi Trailer 5 sumbu 1.22 - 22 5 0,7 1,00 19,0 33,2
7c2.2 13 Semi Trailer 5 sumbu 1.2 - 222 5 30,3 69,7
7c3 14 Semi Trailer 6 sumbu 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,622 93,7
Ketentuan untuk cara pengumpulan data beban
lalu lintas dapat dilihat dalam Tabel 4.3.
Pengendalian Beban Sumbu
Untuk keperluan desain, tingkat pembebanan saat ini
(aktual) diasumsikan berlangsung sampai tahun 2020.
Setelah tahun 2020, diasumsikan beban berlebih
terkendali dengan beban sumbu nominal 120 kN.
Bina Marga dapat menentukan waktu implementasi
efeketif alternatif dan mengendalikan beban ijin
kapan saja.
SEBARAN KELOMPOK SUMBU KENDARAAN
NIAGA

Dalam pedoman desain perkerasan kakuPd T-14-2003,desain


perkerasan kaku didasarkan pada distribusi kelompok sumbu
kendaraan niaga(heavy vehicle axle group, HVAG) dan bukan pada
nilai CESA.

Karakteristik proporsi sumbu dan proporsi bebanuntuk setiap


kelompok sumbu dapat menggunakan data hasil survey jembatan
timbang atau mengacu pada LAMPIRAN A.

Sebaran kelompok sumbu digunakan untuk memeriksa hasil desain


dengan pedoman desainPd T-14-2003.
Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga (1)
untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku)
Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
kelompok
STRT STRG STdRT STdRG STrRG
Sumbu
(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga
10 - 20 7,6
20 - 30 16,5 0,2
30 - 40 18,4 0,5
40 - 50 11,8 1,1
50 - 60 19,0 2,2
60 - 70 7,6 4,9
70 - 80 10,2 7,4
80 - 90 0,7 6,9
90 - 100 1,1 2,6
100 - 110 1,8 1,8
110 - 120 1,6 0,3
120 - 130 3,0 0,1
130 - 140 3,3 1,8 0,4
140 - 150 1,5 1,8 0,7
150 - 160 0,3 1,8 1,0
160 - 170 3,6 1,1
170 - 180 0,1 1,1
180 - 190 0,5
190 - 200 1,6
200 - 210 0.4 2,7 0,13
210 - 220 2.4 0,8
220 - 230 0.1 1,0
230 - 240 0.1 0,9
240 - 250 0,7
250 - 260 0,3
260 - 270 1,9 Catatan :
270 - 280 1,0 STRT : Sumbu tunggal roda tunggal
280 - 290 1,2
290 - 300 0,1 STRG :Sumbu tunggal roda ganda
300 - 310 STdRT : Sumbu tandem roda tunggal
310 - 320 0,7 0,13
320 - 330 0,4 0,13
STdRT : Sumbu tandem roda ganda
330 - 340 STrRG : Sumbu tridem roda ganda
26
Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga (1)
untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku)
Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
kelompok
STRT STRG STdRT STdRG STrRG
Sumbu
(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga
340 - 350
350 - 360 0,4
360 - 370
370 - 380 0,9 0,13
380 - 390 0,4
390 - 400 0,26
400 - 410 0,26
410 - 420 0,13
420 - 430
430 - 440
440 - 450 0,40
450 - 460 0,13
460 - 470
470 - 480 0,13
480 - 490
490 - 500
500 - 510
510 - 520 0,13
520 - 530
530 - 540
540 - 550 Catatan:
550 - 560 0,13 • Berlaku untuk perhitungan desain
Proporsi
55.8% 26.4% 4.3% 12.2% 1.3% ketebalan pelat perkerasan kaku.
Sumbu
• Sumber data RSDP3 Activity #201
studi sumbu kendaraan niaga di
Demak, Jawa Tengah Tahun 2011
(PANTURA)
27
Untuk jalan dengan lalulintas rendah, jika data lalin tidak tersedia atau
diperkirakan lalin rendah digunakan Tabel 4.4

Tabel 4.4 Perkiraan Lalin untuk Jalan dng Lalin Rendah


Deskripsi LHRT Kend Umur Pertu Faktor Kelompok Kumulatif ESA/HVAG Lalin
Jalan dua berat Renc m Pertumb Sumbu/ HVAG (overloaded) desain
arah(S (% ana buhan uhan lalu Kendaraa Indikatif
MP) dari (th) Lalu lintas n (Pangkat 4)
lalu Lintas Berat Overloaded
lintas (%)
)
Jalan desa 30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4,5 x 104
minor dg
akses
kendaraan
berat terbatas
Jalan kecil 2 90 3 20 1 22 2 21.681 3,16 7 x 104
arah
Jalan lokal 500 6 20 1 22 2,1 252.945 3,16 8 x 105
Akses lokal 500 8 20 3.5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 106
daerah
industri
atau quarry
Jalan 2000 7 20 3.5 28,2 2,2 1.585.122 3,16 5 x 106
kolektor
2. CESA4 (2)
(Cumulative Equivalent Single Axle - Eksponen 4)
Pengalihan Lalin (Traffic Diversion), hal 16
◦ Analisis menurut jaringan jalan
Distribusi Lajur & Kapasitas Lajur
◦ Beban desain pada setiap lajur < kapasitas lajur selama umur
rencana
◦ Permen PU No.19/PRT/M/2011 :
RVK arteri & kolektor ≤ 0,85 & RVK jalan lokal ≤ 0,9
◦ Tabel Distribusi Lajur
Jumlah Lajur Kendaraan niaga pada lajur desain
setiap arah (% terhadap populasi kendaraan niaga)
1 100
2 80
3 60
4 50
29
2. CESA4 (3)
(Cumulative Equivalent Single Axle - Eksponen 4)

Perkiraan Faktor Setara Beban (VDF)


1. Survei penimbangan khusus pada jalan yg didesain
2. Survei penimbangan sebelumnya yg dianggap mewakili
3. Tabel 4.5
4. Data WIM Regional oleh Bintek

Spesifikasi Penyediaan Sumber Data Beban Lalu


Prasarana Jalan Lintas
Jalan Bebas Hambatan 1 atau 2 (utk jalan baru)
Jalan Raya 1 atau 2 atau 4
Jalan Sedang 1 atau 2 atau 3 atau 4
Jalan Kecil 1 atau 2 atau 3 atau 4

30
CUMULATIVE EQUIVALENT
SINGLE AXLE
Beban Sumbu Standar Kumulatif
– ESA = (Σ jenis kendaraan LHRT x VDF x Faktor Distribusi)
– CESA = ESA x 365 x R
– R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i

31
Dengan menggunakan MDP 2013 Revisi maka menetapkan VDF menggunakan VDF
gabungan.

VDF GABUNGAN
Lokasi Survey WIM di Indonesia
Tabel 4.4 Perkiraan Lalin untuk Jalan dng Lalin Rendah
Deskripsi Jalan LHRT Kend Umur Pertum Faktor Kelompok Kumulatif ESA/HVAG Lalin
dua berat Renc buhan Pertumb Sumbu/ HVAG (overloaded) desain
arah (% ana Lalu uhan lalu Kendaraan Indikatif
dari (th) Lintas lintas Berat (Pangkat 4)
lalu (%) Overloaded
lintas)
Jalan desa 30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4,5 x 104
minor dg
akses
kendaraan
berat terbatas
Jalan kecil 2 90 3 20 1 22 2 21.681 3,16 7 x 104
arah
Jalan lokal 500 6 20 1 22 2,1 252.945 3,16 8 x 105
Akses lokal 500 8 20 3.5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 106
daerah industri
atau quarry
Jalan kolektor 2000 7 20 3.5 28,2 2,2 1.585.122 3,16 5 x 106

34
VEHICLE DAMAGE PARAMETER CALCULATOR
2 lane roads
Project
Section
Date of traffic count
Date

characteristic vehicle
vehicle type damage factor PROJECT DATA
(VDF = ESA / vehicle)
vehicle description transported goods
AADT by calculated calculated
DGH Proposed? 4 th power 5th power
vehicle type VDF4 * AADT VDF5 * AADT
1 1 motor bike 0 0 0 0
2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan / Angkot / pickup / station wagon 0 0 0 0
5a 5a Light bus 0.3 0.2 0 0
5b 5b Heavy bus 1 1 0 0
6a.1 6.1 2-axle truck - light general 0.3 0.2 0 0
6a.2 6.2 2-axle truck - light earth , sand, steel 0.8 0.8 0 0
0 0
COMMERCIAL VEHICLES

6b1.1 7.1 2-axle truck - medium general 0.7 0.7


6b1.2 7.2 2-axle truck - medium earth , sand, steel 1.6 1.7 0 0
6b2.1 8.1 2-axle truck - heavy general 0.9 0.8 0 0
6b2.2 8.2 2-axle truck - heavy earth , sand, steel 7.3 11.2 0 0
7a1 9.1 3-axle truck general 7.6 11.2 0 0
7a2 9.2 3-axle truck earth , sand, steel 28.1 64.4 0 0
7a3 9.3 3-axle truck twin steer axle, all 28.9 62.2 0 0
7b 10 2-axle truck and 2 axle towed trailer all 36.9 90.4 0 0
7c1 11 4-axle truck - trailer all 13.6 24 0 0
7c2.1 12 5-axle truck - trailer all 19 33.2 0 0
7c2.2 13 5-axle truck - trailer all 30.3 69.7 0 0
7c3 14 6-axle truck - trailer all 41.6 93.7 0 0

TRAFFIC DAMAGE PARAMETERS FOR 2 LANE ROADS FOR ESA / lane / day (at date of traffic count) -
35
USE IN PAVEMENT DESIGN TMasphalt #DIV/0!

Anda mungkin juga menyukai