Anda di halaman 1dari 42

PRATIKUM MEKANIKA TANAH

CRITICAL BOOK REPORT

Disusun Oleh :

1. Alfin Ali Butar-Butar (5173550008)


2. Arnold Hamonangan Situmorang (5173550013)
3. Josua Silaban (5171250008)
4. Kelvin Zultira Lubis (5172250009)
5. Rini Islamiati (5173550048)

Kelas : Reguler C
Prodi : S1 Teknik Sipil
Dosen Pengampun : Dr.Nahesson H.Panjaitan S.T M.T
Suhairani S.T M.T

PRODI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book report ini.

Critikal booc report telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan critical book report pratikum mekanika tanah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki cbr ini.

Akhir kata saya berharap semoga critical book report ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca

Medan,Februari
2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL HALAMAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 4
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................ 4
1.2 Tujuan Penulisan CBR ........................................................... 4
1.3 Manfaat CBR ......................................................................... 4
1.4 Identitas Buku ........................................................................ 4
BAB 2 ISI BUKU .................................................................................... 5
2.1 Ringkasan Isi Buku ................................................................ 5
BAB 3 PEMBAHASAN ....................................................................... 40
3.1 Kelebihan Buku..................................................................... 40
3.2 Kekurangan Buku ................................................................ 40
BAB 4 PENUTUP ................................................................................. 41
4.1 Kesimpulan .......................................................................... 41
4.2 Rekomendasi ........................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 42

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya
dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang pratikum mekanika tanah.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang
pratikum mekanika tanah.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah ekonomi teknik


dalam tiga buku yang berbeda.

1.3 Manfaat CBR

- Untuk menambah wawasan tentang pratikum mekanika tanah


- Untuk mengetahui metode dan rumus pratikum mekanika tanah
1.4 Identitas Buku
Buku Utama
- Judul : Mekanika Tanah jilid 1
- Edisi :1
- Pengarang : Das,Braja M.
- Penerbit : ERLANGGA
- Kota terbit :Jakarta
- Tahun terbit : 1995
Buku Pembanding
- Judul : Mekanika Tanah
- Edisi :4
- Pengarang : Craig,R,F.
- Penerbit : Erlangga
- Kota terbit : Jakarta
- Tahun terbit : 1989

4
BAB 2
ISI BUKU

2.1 Ringkasan Isi Buku

1. BUKU UTAMA

Kemampatan Tanah

Dasar-dasar Konsolidasi

Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan


tanah dibawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh
adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari
dalam pori, dan sebab-sebab lain. Beberapa atau semua faktor tersebut mempunyai
hubungan dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Secara umum, penurunan
(settlement) pacta tanah yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu:

1. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), yang merupakan hasil


dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air
yang menempati pori-pori tanah.
2. Penurnnan segera (immediate settlement), yang merupakan akibat dari
deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan
kadar air. Perhitungan penurunan segera umumnya didasarkan pacta
penurunan yang diturunkan dari teori elastisitas.

Koefisien rembesan lempung adalah sangat kecil dibandingkan dengan


koefisien rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori y ang disebabkan
oleh pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang sangat lama.
Jadi untuk tanah lempung-lembek perubahan volume yang disebabkan oleh
keluarnya air dari dalam pori (yaitu konsolidasi) akan terjadi sesudah penurunan
segera.

Deformasi sebagai fungsi waktu ( time-dependent deformation) dari tanah


lempung yang jenuh air dapat dipahami dengan mudah apabila digunakan suatu

5
model reologis yang sederhana. Model reologis terse but terdiri dari sua tu pegas
elastis linear yang dihubungkan secara paralel dengan sebuah dashpot (model
Kelvin). Hubungan tegangan-regangan dari pegas dan dashpot dapat diberikan
sebagai berikut :

dimana :

Reaksi viskoelastik untuk tegangan σ0 dalam dapat dituliskan sebagai berikut :

Apabila tegangan σ0 yang besarnya tetap, diberikan pada saat t = 0, maka


persamaan regangan pada suatu saat t dapat dipecahkan dengan cara
menyelesaikan persamaan diferensial di atas.

6
Jadi,

dimana €0 = regangan pada saat t = 0

Apabila €0 dianggap sama dengan nol, maka :

Berdasarkan teori ini, kita dapat menganalisis regangan yang terjadi pada
suatu lapisan lempung jenuh air yang diberi penambahan tegangan.

7
di mana suatu lapisan Iempung jenuh air dengan ketebalan H yang diapit oleh dua
lapisan pasir diberi penambahan tegangan total, Δσ, secara cepat. Penambahan
tegangan total tersebut akan diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti
bahwa penambahan tegangan total Δσ akan terbagi sebagian ke tegangan efektif
dan sebagian lagi ke tekanan air pori. Perilaku perubahan tegangan efektif akan
sama seperti perilaku pegas pada model Kelvin, dan perilaku perubahan tekanan air
pori akan sama seperti perilaku dashpot.

8
Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat rendah dan air
adalah tidak termampatkan (incompressible) dibandingkan dengan butiran tanah,
maka pada saat t = 0, seluruh penambahan tegangan, Δσ, akan dipikul oleh air (Δσ
= Δu) pada seluruh kedalaman lapisan tanah.

Proses keluarnya air dari dalam pori-pori tanah secara perlahan-lahan,


sebagai akibat dari adanya penam bahan be ban , yang disertai dengan pemindahan
kelebihan tekanan air pori ke tegangan efektif akan menyebabkan terjadinya
penumnan yang merupakan fungsi dari waktu (time - dependent settlement) pada
lapisan tanah Jempung.

Beberapa tipe model reologis sudah digunakan untuk bermacam-macam


penyelidikan guna mendapatkan model yang benar-benar dapat mewakili perilaku
tegangan-regangan-waktu dari tanah.

9
Uji Konsolidasi Satu Dimensi di Laboratorium

Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu-dimensi pertama-tama


diperkenalkan oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam sebuah
konsolidometer. Pacta umumnya, bentuk grafik yang menunjukkan hubungan
antara pemampatan dan waktu. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa ada tiga
tahapan yang berbeda yang dapat dijalankan sebagai berikut:

Tahap I : Pemampatan awal (initial compression), yang pacta umumnya adalah


disebabkan oleh pembebanan awal (preloading).

10
Tahap II: Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama tekanan
air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat
dari keluarnya air dari pori-pori tanah. Tahap III: Konsolidasi sekunder (secondary
consolidation), yang terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan
yang tcrjadi di sini adalah disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari
butir-butir tanah.

7.3 Grafik Angka Pori - Tekanan

Setelah mcndapatkan grafik antara waktu dan pemampatan untuk bcsar


pembebanan yang bermacam-macam dari percobaan di laboratorium, selanjutnya
penting bagi kita untuk mempelajari pe rubahan angka pori terhadap tekanan.
Berikut ini adalah langkah demi langkah urutan pelaksanaannya.

1. Hitung tinggi butiran padat, Hs, pada contoh tanah (Gambar 7.7):

Dimana:

Ws = Berat kering contoh tanah


A = Luas penampang contoh tanah
Gs = Berat spesifik contoh tanah
Ϫw = Berat volume air

2. Hitung tinggi awal dari ruang pori, Hv:

Kemampumampatan Tanah

11
Di mana H = Tinggi awal contoh tanah.

3. Hitung angka pori awal, е0, dari contoh tanah :

4. Untuk penambahan beban pertama p1 (beban total/luas penampang contoh


tanah), yang menyebabkan penurunan ɅH1, hitung perubahan angka pori
Ʌe1:

5. Hitung angka pori yang baru e1, setelah konsolidasi yang disebabkan oleh
penambahan tekanan p1:

Tekanan total (p) dan angka pori yang bersangkutan (e) pada akhir konsolidasi
digambar pada kertas semi-logaritma. Bentuk urnurn dari grafik e versus log p
adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.8.

12
7.4 Lempung yang Terkonsolidasi Secara Normal (Normally Consolidated) dan
Terlalu Terkonsolidasi (Overcon solidated)

Gambar 7.8 menunjukkan bahwa bagian atas dari grafik e versus log p adalah garis
lengkung dengan kemiringan yang agak datar, kemudian diikuti dengan bagian
grafik yang mempunyai hubungan linear antara angka pori dengan log p yang
mempunyai kemiringan agak curam. Keadaan ini dapat diterangkan dengan cara
berikut ini.

Suatu tanah di Japangan pada suatu kedalaman tertentu telah mengalami "tekanan
efektif maksimum akibat berat tanah di atasnya" (maximum effective overburden
pressure) dalam sejarah geologisnya.

Tekanan efektif overburden m aksimum ini mungkin sama dengan atau lebih kecil
dari tekanan overburden yang ada pada saat pengambilan contoh tanah.
Berkurangnya tekanan di lapangan tersebut mungkin disebabkan oleh proses
geologi alamiah atau proses yang disebabkan oleh makluk hidup (misalnya manusia
atau binatang). Pada saat diambil, contoh tanah tersebut terlepas dari tekanan
overburden yang membebaninya selama ini; sebagai akibatnya tanah tersebut akan
mengembang. Pada saat terhadap contoh tanah tersebut dilakukan uji konsolidasi,
suatu pemampatan yang kecil (yaitu perubahan angka pori yang kecil) akan terjadi
bila beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih kecil dari tekanan

13
efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya oleh tanah yang
bersangkutan. Apabila, beban total yang diberikan pada saat percobaan.

Keadaan ini dapat dibuktikan di laboratorium dengan cara membebani contoh tanah
melebihi tekanan overburden m aksimumnya, lalu beban tersebut diangkat
(unloading) dan diberikan lagi (reloading). Grafik e versus log p untuk keadaan
tersebut di atas ditunjukkan dalam Gambar 7.10, di mana cd menunjukkan keadaan
pada saat beban diangkat dan dfg menunjukkan keadaan p ada saat beban diberikan
kembali. Keadaan ini mengarahkan kita kepada dua definisi dasar yang didasarkan
p ada sejarah tegangan:

1. Terkonsolidasi secara normal (normally consolidated), di mana tekanan efektif


overburden pada saat ini adalah m erupakan tekanan m aksimum yang pernah
dialami oleh tanah itu.

2. Terlalu terkonsolidasi (overconsolidated), di mana tekanan efektif overburden


pada saat ini adalah lebih kecil d ari tekanan yang pernah dialami oleh tanah itu
sebelumnya. Tekanan efektif overburden maksimum yang pernah dialami
sebelumnya dinamakan tekanan prakonsolidasi (preconsolidation pressure).

14
7.7 Perhitungan Penurunan yang Disebabkan oleh Konsolidasi Primer Satu
Dimensi
Dengan pengetahuan yang didapat dari analisis hasil uji konsolidasi, sekarang kita
dapat menghitung kemungkinan penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi
primer di lapangan, dengan menganggap bahwa konsolidasi tersebut adalah satu-
dimensi. Sekarang mari kita tinjau suatu lapisan lempung jenuh dengan tebal H dan
luas penapang-melintang A serta tekanan efektif overburden rata-rata sebesar p0.
Disebabkan oleh suatu penambahan tekanan sebesar Δp, anggaplah penurunan
konsolidasi primer yang terjadi adalah sebesar S. Jadi, perubahan volume (Gambar
7 .17) dapat diberikan sebagai berikut :

di mana V0 dan V1 berturut-turut adalah volume awal dan volume akhir. Tetapi,
perubahan volume total adalah sama dengan perubahan volume pori, ΔVv . Jadi

15
di mana Vv 0 dan Vv , berturut-turut adalah volume awal dan volume akhir dari
pori. Dari definisi angka pori

di mana Δe= perubahan angka pori. Tapi,

dimana e0 = angka pori awal pada saat volume tanah sama dengan V0

Untuk lempung yang terkonsolidasi secara normal di mana e versus log p


merupakan garis Jurus (Gambar 7. 1 2), maka:

di mana Cc = kemiringan kurva e versus log p dan didefinisikan sebagai "indeks


pemampatan" (compression index). Masukkan Persamaan (7. 19) ke dalam
Persamaan (7.1 8); persamaan yang didapat adalah:

Untuk suatu lapisan lempung yang tebal, adalah lebih teliti bila lapisan tanah
tersebut dibagi menjadi beberapa sublapisan dan perhitungan penurunan dilakukan
secara terpisah untuk tiap-tiap sublapisan. Jadi, penurunan total dari seluruh lapisan
tersebut adalah

16
Untuk lempung yang terlalu terkonsolidasi (Gambar 7. 1 3), apabila (p0 + t:.p) <,pc
lapangan, variasi e versus log p terletak di sepanjang garis cb dengan kemiringan
yang hamper sama dengan kemiringan kurva pantul (rebound curve) yang didapat
dari uji konsolidasi di laboratorium. Kemiringan kurva pantul, C8 , disebut sebagai
"indeks pemuaian " (swell index). Jadi:

·
7.8 lndeks Pemampatan (Compression Index Cc)
Indeks pemampatan yang digunakan untuk menghitung besarnya penurunan yang
terjadi di lapangan sebagai akibat dari konsolidasi dapat ditentukan dari kurva yang
menunjukkan hubungan antara angka pori dan tekanan (seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7. 12) yang ddapat dari uji konsolidasi di laboratorium. Terzaghi dan Peck
(1967) menyarankan pemakaian persamaan empiris berikut ini untuk menghitung
indeks pemampatan :
untuk lempung yang struktur tanahnya tak terganggu/ belum rusak (undfstrubed)

untuk lempung yang terbentuk kembali (remolded)

17
7.9 lndeks Pemuaian (Swell Index , Cs)
Indeks pemuaian adalah lebih kecil daripada indeks pemampatan dan biasanya
dapat ditentukan di laboratorium. Pada umumnya,

7.10 Penurunan yang Diakibatkan oleh Konsolidasi Sekunder


Dalam Sub-bab 7.2 telah dijelaskan bahwa pada akhir dari konsolidasi primer (yaitu
setlah tekanan air pori sama dengan no), penurunan masih tetap terjadi sebagai
akibat dari penyesuaian plastis butiran tanah. Tal1ap konsolidasi ini dinamakan
konsolidasi sekunder (secondary consolidation). Selama konsolidasi sekunder
berlangsung, kurva hubungan antara deformasi dan log waktu (t) adalah merupakan
garis lurus (Gambar 7.6). Variasi dari angka pori dan waktu untuk suatu
penambahan beban akan sama seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.6. Gambar
terse but diberikan dalam Gambar 7.2 1. lndeks pemampatan sekunder. (secondary
compression index) dapat didefinisikan dari Gambar 7.21 sebagai:

18
7.9. Koreksi Selama Periode Pelaksanaan Pembangunan
Di dalam praktek, beban-beban struktural bekerj a pada tanah tidak secara
seketika, tetapidalam suatu periode waktu. Mula-mula, biasanya terdapat
pengurangan beban konstan Beban bersih (P) adalah beban kotor dikurangi berat
tanah galian dan periode plaksanaan pembangunan efektif (tJ diukur dari waktu
pada saat p' nol. Diasumsikan bahwa beban bersih bekerja secara merata selama
waktu tc (Gambar 7.23) dan tingkat konsolidaspada waktu tc sarna dengan bila
beban P' bekerja sebagai beban konstan selama periode akibat penggalian yang
menghasilkan pemuaian (swelling) lempung tersebut penurunan (settlement) tidak

19
akan mulai sampai beban yang dipikul melebihi berat tanah yang digali terse but.
Terzaghi mengusulkan sua tu metode empiris untuk mengoreksi kurva waktu/
penurunan seketika yang diizinkan selama pelaksanaan pembangunan. tc/2.
Jadi, penurunan pada setiap waktu selama periode pelaksanaan
pembangunan sama dengan penurunan yang terjadi akibat pembebanan seketika
pada setengah dari waktu tersebut; tetapi, karena beban tersebut bukan beban total,
nilai penurunan yang didapat harus dikurangi sesuai dengan perbandingan be ban
terse but terhadap beban total.
Selama periode setelah pelaksanaan pembangunan selesai, kurva penurunan
akan mrupakan kurva seketika (instantaneous curve) yang diirnbangi oleh setengah
dari periode pelaksanaan pembangunan efektif. Jadi pada setiap waktu sesudah
pelaksanaan pembngunan berakhir, waktu yang telah dikoreksi yang sesuai dengan
suatu nilai penurunan akan sarna dengan waktu dari saat dirnulainya pembebanan
dikurangi setengah periode pelaksanaan pembangunan efektif. Sesudah periode
waktu yang lama , besarnya penurunan tidak terpengaruh banyak oleh waktu
pelaksanaan pembangunan.

7.11 Penurunan Waktu Konsolidasi

Penurunan total akibat konsolidasi primer yang disebabkan oleh adanya


penambahan terangan di atas permukaan tanah dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan-persamaan (7.20),(7.22),(7.23) yang diberikan pada sub
bab 7.7

Penurunan matematis dari persamaan tersebut berdasarkan pada anggapan-


anggapan berikut(Taylor, 1948):

1. Tanah (system lempung air) adalah homogeny


2. Tanah benar-benar jenuh
3. Kemampu mampatan air diabaikan
4. Kemampumampatan butiran tanah diabaikan
5. Aliran air hannya satu arah saja (yaitu pada arah pemampatan)
6. Hukum Darcy berlaku

20
Gambar 7.23a menunjukkan suatu lapisan lempung ctengan tebal 2 Hdr yang
terletak an-tara ctua lapisan pasir yang sangat tembus air (highly permeable).
Apabila lapisan lempung tersebut ctiberi penambahan tekanan sebesar Δp, maka
tekanan air pori pacta suatu titik A di dalam lapisan tanah lempung rersebut akan
naik. Untuk konsolictasi satu dimensi, air pori akan mengalir ke luar ctalam arah
vertikal, yaitu ke arah lapisan pasir.

Gambar 7.23b menunjukkan suatu aliran air yang melalui elemen kubus pada A.
Untuk elemen tanah tersebut, kecepatan air yang mengalir ke luar - kecepatan air
yang mengalir masuk = kecepatan perubahan volume.

Jadi:

Dimana :

V = volume elemen tanah

V2 kecepatan aliran sumbu z.

Atau

Dengan menggunakan hokum Darcy:

Dimana u = tekanan air pori yang disebabkan oleh penambahan tegangan.

Dari persamaan-persamaan (7.30) dan (7.31) :

21
Selama konsolidasi, kecepatan perubahan volume elemen tanah adalah sama
dengan kecepatan volume pori(void). Jadi.

Dimana:

Vs = volume butiran padat

Vv =volume pori.

Tetapi (dengan menganggap bahwa butiran padat tanah mampu mampat),

22
Perubahan angka pori terjadi karena penambahan tegangan efektif (yaitu:
pengurangan tekanan air pori yang terjadi). Anggaplah bahwa penambahan
tegangan efektif adalah sebanding dengan pengurangan tekanan air pori

Persamaan (7.37) adalah dasar persamaan diferensial dari teori konsolidasi oleh
Terzaghi dan dapat dipecahkan dengan kondisi-kondisi batas sebagai berikut:

23
Koefisien konsolidasi, Cv, biasanya akan berkurang dengan bertambahnya batas
cair (LL ) dari tanah. Rentang (range) dari variasi harga Cv untuk suatu batas cair
tanah tertentu adalah agak lebar.

Metode Logaritma-Waktu

Untuk suatu penambahan beban yang diberikan pada saat uji konsolidasi di
laboratorium dilakukan, grafik deformasi vs log-waktu dari contoh tanah yang di
uji. Berikut ini adalah cara untuk menentukan cv yang diperlukan:

1. Perpanjang bagian kurva yang merupakan garis lurus dari konsolidasi primer
dan sekunder hingga berpotongan di titik A. Koordinat titik A adalah d100 - yaitu
deformasi pada akhir konsolidasi primer 100%.

2. Bagian awal dari kurva deformasi vs log t adalah hampir menyerupai suatu
parabola pada skala biasa. Pilih waktu t1 dan t2 pada bagian kurva sedemikian rupa
sehingga t2 = 4t1.

3. Gambarlah suatu garis mendatar DE sedemikian rupa sehinggajarak vertikal BD


adalah sama dengan x. Deformasi yang bersesuaian dengan garis DE adalah sama
dengan d0 (yaitu deformasi pada konsolidasi 0% ).

4. Ordinat titik F pada kurva konsolidasi merupakan deformasi pada konsolidasi


primer 50%, dan absis titik F merupakan waktu yang bersesuaian dengan
konsolidasi 50% (t5o).

5. Untuk derajat konsolidasi rata-rata 50%, Tv = 0,197

24
Maka:

Metode Akar Waktu

Pada metode ini, grafik deformasi vs akar waktu dibuat untuk tiap-tiap penambahan
beban. Cara untuk menentukan harga cv yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Gambar suatu garis AB melalui bagian awal dari kurva.

2. Gambar suatu garis AC sehingga OC= 1,15 OB. Absis titik D, yang merupakan
perpotongan antara garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan harga akar
waktu untuk tercapainya konsolidasi 90% (√t90).

3. untuk konsolidasi 90%, T90 = 0,848. Jadi

25
Perhitungan Penurunan Konsolidasi di Bawah Sebuah Pondasi

Penambahan tegangan vertikal di dalam tanah yang disebabkan oleh beban dengan
luasan yang terbatas akan bertambah kecil dengan bertambahnya kedalaman z yang
diukur dari permukaan tanah ke bawah. Oleh karena itu, untuk menghitung
penurunan satu-dimensi dari pondasi dapat digunakan salah satu dari Persamaan
(7.20), (7.22), atau (7.23). Tetapi, penambahan tekanan Δp pada persamaan-
persamaan tersebut seharusnya merupakan penambahan tekanan rata-rata, atau :

2. BUKU PEMBANDING 1

Pendahuluan

26
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan
pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat penga sebagian air
pori; proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang
disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Kasus yang
paling sederhana adalah konsolidasi satu-dimensi, di mana kondisi regangan lateral
nol mutlak proses pemuaian (swelling), kebalikan dari konsolidasi, adalah
bertambahnya volume tanah secara perlahan-lahan akibat tekanan-air-pori
berlebihan negatif.

Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) adalah perpindahan


vertikal per mukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu
tingkat dalam proses konsolidasi. Sebagai contoh, penurunan konsolidasi akan
terjadi bila suatu struktur dibangun di atas suatu lapisan lempungjenuh atau bila
muka air tanah turun secara permanen pada lapisan di atas lapisan lempung tersebut
sebaliknya, bila dilakukan penggalian pada utu lempung jenuh, pengangkatan
(heaving), kebalikan dari penurunan, akan terjadi pada dasar galian akibat adanya
pemuaian lempung tersebut.

Perkembangan konsolidasi di lapangan (in-situ) dapat dipantau dengan


memasang Puometer untuk mencatat perubahan tekanan air pori terhadap waktu.
Besarnya penurunan dapat diukur dengan mencatat ketinggian suatu titik acuan
yang sesuai pada suatu struktur.

Uji Oedometer

Karateristik suatu tanah selama terjadi konsolidasi satu-dimensi dapat


ditentukan dengan menggunakan uji oedometer.

27
Contoh tanah berbentuk suatu piringan ditahan di dałam logam dan
ddetakkan di antara dua lapisan batu berpori (porous słone). Lapisan batu berpori
sebelah atas, yang dapat bergerak di dałam cincin dengan suatu jarak bebas yang
kecil, dipasang di bawah tutup pembebanan (loading cap) dari logam di bekerja
terhadap contoh tanah. Seluruh rakitan tersebut diletakkan di dałam sel terbuka
yang berisi air, di mana air pori pada contoh tanah mendapat jalan masuk yang
bebas. Cincin yang menahan, membatasi contoh tanah dapat dijepit (diklem pada
badan sel)atau mengapung (bebas bergerak secara vertikal): cincin bagian dałam
harus memiliki permukaan yang halus untuk memperkecil gesekan. Cincin
pembatas tersebut menentukan kondisł regangan lateral nol pada contoh tanah, rasio
tegangan efektif lateral terhadap tegangan efektif vertikal Ko, koefisien tekanan
tanah pada kondisi diam. Prosedur pengujian tersebut telah distandarisasikan dałam
BS 1377 yang menetepkan bahawa oedometer merupakan tipe cincin yang dijepit
(fixed ring type).

Tekanan Prakonsolidasi

Casagrande mengusulkan suatu prosedur empiris untuk mendapatkan nilai


tegangan vertikal efektif minimum dari kurva e-log σ’ untuk lempung
terkonsolidasi-berlebihan. Tegangan tersebut sebelumnya dialami oleh lempung
tersebut dan dinamakan tekanan prakonsolidasi. Perhitungan tekanan
prakonsolidasi terdiri dari beberapa tahap :

1. Tarik garis sesuai dengan bagian garis yang lurus (BC) dari kurva.

28
2. Tentukan titik (D) sampai ke lengkungan maksimum pada bagian
rekompresi (AB) dari kurva.
3. Gambarkan garis singgung terhadap kurva pada D dan bagilah antara garis
singgung tersebut menjadi dua dengan garis horisontal melalui D.
4. Garis vertikal yang melalui perpotongan garisgaris dan CB memberikan
pendekatan untuk tekanan prakonsolidasi.

Pada prosedur ini, sedapat mungkin tekanan prakonsolidasi untuk lempung


terkonsolidasi berlebihan tidak dilewati. Biasanya, kompresi tidak akan besar bila
tegangan vertikal efektif akan tetap di bawah σc’; bila melewati σc’, maka kompresi
akan besar.

a. Penurunan konsolidasi : Metode Satu Dimensi

Untuk menghitung penurunan konsolidasi (consolidation settlement),


diperlukan nilai koefisien kompresibilitas volume dan indeks kompresi. Diambil
suatu lapisan lempung jenuh dengan tebal H. Akibat pembangunan, tegangan
vertical total pada suatu elemen dengan tebal dz dan kedalaman z naik sebesar ∆0

Karena reganngan lateral adalah nol, penurunan volume per satuan volume sama
dengan berkurangnya ketebalan per satuan tebal, yaitu penurunan per satuan
kedalaman. Sehingga, dengan perbandingan, penurunan lapisan dengan tebal dz
dapat diberikan oleh :

29
Dimana Sc = penurunan konsolidasi

b. Penurunan menurut metode skempton-bjerrum

Perkiraan mengenai penurunan konsolidasi dengan menggunakan metode


satu dimensi didasarkan pada hasil uji oedometer yang menggunakan contoh tanah
lempung. Berhubung adanya cincin penahan (confining ring), regangan lateral neto

30
pada contoh tanah adalah nol dan dalam kondisi ini, secara teoritis besarnya tekanan
air pori berlebihan sama dengan kenaikan tegangan vertical total, yaitu koefisien
tekanan pori A adalah sama dengan satu-satuan.

Dalam kasus ini dimana regangan lateral tidak nol, akan terjadi penurunan
segara (immediate settlement), pada kondisi tak terdrainase, sebagai tambahan
penurunan konsolidasi. Penurunan segera akan nol apabila regangannya regangan
lateralnya nol, seperti yang di asumsikan dalam metode satu dimensi untuk
mengitung penurunan. Dalam metode skempton-bjerrum, penurunan total (s) dari
pondasi diatas tanah lempung adalah :

S = S i + Sc

Dimana Si = penurunan segara yang timbul pada kondisi tak terdrainase, dan Sc =
penurunan konsolidasi akibat berkurangnya volume yang diikuti oleh dispasi
tekanan air pori berlebihan secara perlahan lahan.

31

32
7.5 Metode Lintasan Tegangan

Dalam metode ini disadari bahwa deformasi tanah bergantung pada lintasan
tegangan yang diikuti oleh keadaan akhir tegangan. Lintasan tegangan untuk suatu
elemen tanah yang mengalami pembebanan tak terdrainasi yang kemudian diikuti
konsolidasi (dengan mengabaikan penurunan angka poisson) adalah abc, dimana
lintasan tegangan untuk konsolidasi yang hanya mengikuti metode satu dimensi dan
metode Skempton Bjerrum berturut-turut adalah ad dan ed.

S = H∫0 ℰ1 dz

Bila diinginkan, kondisi tekanan air pori di lapangan dan kondisi drainasi
sebagian (partial drainage) selama periode pelaksanaan pembangunan dapat
disimpulkan. Sebagai contoh, suatu elemen tanah di bawah sebuah tangka
penampung yang alasnya berbentuk lingkaran dan lintasan tegangan efektif dan
regangan vertical yang sesuai untuk suatu contoh triaksial, di mana disimulasikan
pembebanan tak-terdrainasi (ab), konsolidasi (bc), peniadaan beban tak-terdrainasi
(cd) dan pemuaian (de).

Meskipun demikian, pada prinsipnya metode tersebut tergantung pada


pemilihan elemen tanah tipikal yang tepat dan contoh contoh tanah uji yang benar
benar mewakili material di lapangan. Sebagai tambahan, teknik triaksial yang juga
meliputi penentuan tegangan yang tepat adalah rumit dan memerlukan waktu yang
lama, kecuali jika tersedia perlatan dengan computer pengontrol.

7.6 Derajad Konsolidasi

Untuk suatu elemen tanah pada kedalaman z di dalam suatu lapisan lempung,
pertambangan proses konsolidasi akibat kenaikan tegangan total tertentu dapat
dinyatakan dalam angka pori sebagai berikut:

Eo − E
Uz = 𝐸0−𝐸1

Di mana Uz didefinisikan sebagai derajad konsolidasi, pada suatu waktu tertentu, di


kedalaman z (0<Uz<1), dan e0 = angka pori sebelum konsolidasi mulai, e1 = angka

33
pori pada akhir konsolidasi, dan e = angka pori pada suatu waktu yang
dipertanyakan, disaat konsolidasi berlangsung.

σ′ − σ′0
Uz = σ′ 1− σ′0

Anggaplah bahwa tegangan vertical total tanah pada kedalaman z naik dari 𝝈0 ke
𝝈1 dan tidak terdapat regangan lateral. Segara sesudah terjadi kenaikan tersebut,
walaupun tegangan total telah naik menjadi 𝝈1, tegangan efektif vertical akan tetap
𝝈’0; baru sesudah konsolidasi selesai, tegangan efektif menjadi 𝝈’1.

𝝈’1 = 𝝈’0 + ui = 𝝈’ + u

Derajad konsolidasi dapat dinyatakan sebagai:

Uz = ui – u = 1 – u

Ui ui

7. 7. Teori Terzaghi tentang Konsolidasi Satu-Dimensi


Hasil-hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan antara angka pori dan
tegangan efektif tergantung terhadap waktu. Teori ini berhubungan dengan
besaran-besaran di bawah ini:
1. Tekanan air pori berlebihan (u).
2. Kedalaman (z) di bawah lapisan lempung teratas.
3. Waktu (t) dari penggunaan kenaikan tegangan total seketika.
Tinjaulah sua tu elemen yang memiliki ukuran dx, dy dan dz di dalam suatu lapisan
lempung dengan tebal 2d, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7.16. Kemudian
diterapkan sua tu kenaikan tegangan vertikal total Δσ terhadap elemen tersebut.
Kecepatan aliran melalui elemen terse but diberikan oleh rumus Darcy sebagai

Karena terdapat perubahan tinggi-tekan total (h) yang hanya disebabkan oleh
perubahan tekanan air pori:

34
Kemudian kondisi kontinuitas (Persamaan 7.7) dapat dinyatakan sebagai

Laju perubahan volume dapat dinyatakan dalam mv

Kenaikan tegangan total secara perlahan-lahan dialihkan kekerangka tanah (soil


skeleton), yang mengakibatkan kenaikan tegangan efektif, sewaktu tekanan-air pori
berlebihan menurun. Sehingga laju perubahan volume dapat dinyatakan sebagai
berikut:

Kenaikan tegangan total diasumsikan terjadi secara seketika, dan pada waktu nol
(awal), kenaikan tersebut dipikul oleh air pori, yaitu nilai awal tekanan-air-pori-

35
berlebihan (ui) sama dengan dan kondisi awalnya adalah

Penyelesaian untuk tekanan-air-pori-berlebihan pada kedalaman z sesudah waktu


(t)

Untuk perhitungan praktis, digunakan deraj ad konsolidasi (U) rata-rata pada


kedalaman suatu lapisan secara menyeluruh, penurunan konsolidasi pada waktu t
diberikan oleh hasil kali dari U dan penurunan akhir. Derajad konsolidasi rata-rata
pada waktu t untuk u; yang
konstan adalah:

36
7. 8. Penentuan Koefisien Konsolidasi Cv
Nilai cv untuk suatu kenaikan tekanan tertentu dalam uji pedometer dapat
ditentukan dengan membandingkan karakteristik kurva-kurva konsolidasi
eksperirnental dan teoretis, prosedur tersebut dinamakan pencocokan kurva (curve
fitting). Karakteristik kurva-kurva tersebut akan diperoleh secara jelas bila waktu
diplot terhadap skala akar pangkat dua (square root) atau skala logaritmis. Bila nilai
cv telah diperoleh, kemudian dapat dihitung koefisien permeabilitas dari Persamaan
7. 17, uji pedometer merupakan metode yang berguna untuk menentukan
permeabilitas lempung.
Metode Logaritma Waktu (Menurut Ca sagrande)
Bentuk kurva-kurva eksperirnental dan teoretis diperlihatkan pada Gambar
7.20. Kurva eksperirnental tersebu t didapat dari hasil plot pembacaan arloji
pengukur dalam uj i pedometer terhadap logaritma waktu dalam menit. Kurva
teoretis merupakan plot dari tingkatkonsolidasi rata-rata terhadap faktor logaritma
waktu.
Metode Akar Waktu (Menurut Tay lor)
Gambar 7.21 memperlihatkan bentuk-bentuk kurva eksperimental dan
teoretis, pembacaan arloj i pengukur diplot terhadap akar waktu dalam menit dan
tingkat konsolidasi rata-rata diplot terhadap faktor akar waktu. Kurva teoretis
tersebut linear sampai konsolidasi mencapai kurang lebih 60% dan pada saat
konsolidasi mencapai 90%, absis (AC) adalah 1,15 kali absis (AB) dari bagian
linear kurva. Karakteristik ini digunakan untuk menentukan titik yang sesuai
dengan V= 90% pada kurva eksperimental.

37
7.9. Koreksi Selama Periode Pelaksanaan Pembangunan
Di dalam praktek, beban-beban struktural bekerj a pada tanah tidak secara
seketika, tetapidalam suatu periode waktu. Mula-mula, biasanya terdapat
pengurangan beban konstan Beban bersih (P) adalah beban kotor dikurangi berat
tanah galian dan periode plaksanaan pembangunan efektif (tJ diukur dari waktu
pada saat p' nol. Diasumsikan bahwa beban bersih bekerja secara merata selama
waktu tc (Gambar 7.23) dan tingkat konsolidaspada waktu tc sarna dengan bila
beban P' bekerja sebagai beban konstan selama periode akibat penggalian yang
menghasilkan pemuaian (swelling) lempung tersebut penurunan (settlement) tidak
akan mulai sampai beban yang dipikul melebihi berat tanah yang digali terse but.

38
Terzaghi mengusulkan sua tu metode empiris untuk mengoreksi kurva waktu/
penurunan seketika yang diizinkan selama pelaksanaan pembangunan. tc/2.
Jadi, penurunan pada setiap waktu selama periode pelaksanaan
pembangunan sama dengan penurunan yang terjadi akibat pembebanan seketika
pada setengah dari waktu tersebut; tetapi, karena beban tersebut bukan beban total,
nilai penurunan yang didapat harus dikurangi sesuai dengan perbandingan be ban
terse but terhadap beban total.
Selama periode setelah pelaksanaan pembangunan selesai, kurva penurunan
akan mrupakan kurva seketika (instantaneous curve) yang diirnbangi oleh setengah
dari periode pelaksanaan pembangunan efektif. Jadi pada setiap waktu sesudah
pelaksanaan pembngunan berakhir, waktu yang telah dikoreksi yang sesuai dengan
suatu nilai penurunan akan sarna dengan waktu dari saat dirnulainya pembebanan
dikurangi setengah periode pelaksanaan pembangunan efektif. Sesudah periode
waktu yang lama , besarnya penurunan tidak terpengaruh banyak oleh waktu
pelaksanaan pembangunan.

39
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan buku

Buku Utama
1. Dilihat dari sampul buku ini memiliki sampul menarik
2. Dalam pembahsan nya buku ini memiliki banyak contoh sehingga
mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal dan terlatih dengan
pembahsan ini
3. Dilengkapi dengan tabel pembahasan sehingga lebih mudah
dipahami
4. Dilengkapi dengan grafik yang memperjelas pembahasan
5. Memiliki pembahasan secara terperinci

Buku Pembanding

1. Dilengkapi dengan grafik sehingga pembahasan menjadi lengkap


2. Dilengkapi dengan contoh soal sehingga membuat mahasiswa lebih
memahami tentang materi yang dipaparkan

3.2 Kekurangan Buku

Buku Utama

1. Buku utama adalah memiliki bahasa yang ilmiah sehingga sulit


dipahami

Buku Pembanding

1. Cover buku yang tidak menarik


2. Memiliki contoh soal namun tidak banyak

40
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan koordinasi pelaksanaan
konsolidasi tanah pada lokasi dilakukan dengan tidak konsisten. Akibat tidak
konsisten koordinasi yang menyebabkan permasalahan yang pada akhirnya tujuan
adalah tercapainya pemanfaatan tanah secara optimal,melalui peningkatan efisiensi
dan produktivitas penggunaan tanah.

4.2 Rekomendasi

Diharapkan setelah membaca critical book report ini pembaca lebih


mengerti tentang materi pratikum mekanika tanah. Referesnsi yang cocok
digunakan dalam pembelajaran pratikum mekanika tanah karya Braja M Das adalah
buku utama,dengan pembahasan,contoh soal yang banyak,dan tertata rapi, sehingga
buku utama cocok digunakan untuk panduan dalam pembelajaran mekanika tanah .

41
DAFTAR PUSTAKA

Craig,R,F.1989.Mekanika Tanah.Jakarta:Erlangga.

Das,Braja M.1995.Mekanika Tanah jilid 1.Jakarta:Erlangga.

42

Anda mungkin juga menyukai