Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REPORT

(CJR)

Nama : Arnold Hamonangan Situmorang


NIM : 5173550013
Desen Pengampu : Sabani, S.Pd., M.Si.

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal report.
Critical jurnal report ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah
teknologi bahan, semoga critical jurnal report ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan
bagi para pembaca.

Dalam penulisan critical jurnal report ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan
2. Kepada dosen pengampu, Sabani, S.Pd., M.Si.

Kami menyadari bahwa critical jurnal report ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam critical
jurnal report yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.

Medan, Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENGANTAR
Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan semen secukupnya
yang berfungsi sebagai perekat bahan susun beton, dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Kekuatan
beton dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya oleh bahan penyusunnya, rancang campuran,
pengerjaan, dan perawatan. Beton memiliki sifat kuat terhadap tekan dan lemah terhadap tarik.
Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup
pesat. Hampir 70% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton
(concrete). Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut mengakibatkan
peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah
satu bahan pembentuk beton secara besar-besaran serta beton yang dihasilkan kedap air
sehingga mengurangi resapan yang menyebabkan genangan air. Hal ini menyebabkan turunnya
jumlah sumber daya alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan dan perusakan
lingkungan.
Selama ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif
teknik konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan
ekonomis. Hal tersebut dapat memberikan suatu alternatif untuk mengurangi material pada
beton itu sendiri dengan tidak mengurangi kuat tekannya, seperti beton dengan pengurangan
agregat halus.
Pada penelitian ini, dijelaskan pengaruh campuran serbuk kaca sebagai agregat halus,
dikarenakan kaca murah dan banyak ditemukan dan tidak mengurangi kuat tekan ataupun
kekuatan dari beton itu sendiri
BAB II
RINGKASAN DAN IDENTITAS JURNAL
I. IDENTITAS JURNAL
 Judul : Pengaruh Penggunaan Campuran Serbuk Kaca, Pasir Laut dan Pasir
Sebagai Agregat Halus pada Beton Normal Ditinjau dari Segi Kekuatan
2010, Vol.6 ,No.1, 30-40
 Penulis : Armin Naibaho
 ISSN : 1858-3709

II. Ringkasan Buku


Agregat adalah butiran material antara lain pasir, kerikil, batu pecah atau bubuk besi
hasil dari sisa pengikiran dari pemolesan, diikat dengan semen menjadi spesi beton. Agregat
dibagi menjadi agregat kasar dan agregat halus. Agregat yang baik seharusnya mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
 Keras dan kuat;
 Bersih;
 Tahan lama;
 Massa jenis tinggi;
 Butir bulat;
 Distribusi ukuran butir yang variatif dan cocok.
Sehingga agregat ini tersusun sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat
berfungsi sebagai benda yang utuh dan rapat. Dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi
pengisi celah yang ada di antara agregat berukuran besar.
Semen adalah material berupa bubuk halus yang mempunyai sifat adhesif maupun
kohesif ,yaitu bahan pengikat. Semen yang biasa digunakan untuk beton dinamakan semen
Portland, karena setelah mengeras mirip dengan batu Portland yang ada di Inggris. Reaksi
antara semen dan air, dibedakan menjadi dua periode yang berlainan, yaitu :
1) Periode pengikatan yaitu peralihan dari keadaan plastis ke dalam keadaan keras
menyangkut; periode pengikatan awal (dari awal pengecoran sampai ± 1 jam) dan periode
pengikatan akhir (dari ± 1 jam sampai ± 3 jam).
2) Periode pengerasan yaitu penambahan kekuatan setelah pengikatan selesai. Yang
terpenting adalah awal pengikatan, yaitu saat mulainya semen menjadi kaku, yang tidak
boleh terjadi kurang dari satu jam (Tri Mulyono , 2003).
Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan (workability) yang perlu untuk
penuangan beton. Jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap adukan beton untuk mencapai
kelecakannya dipengaruhi oleh material penyusun beton yang lain. Ada 4 kondisi kandungan
air dalam agregat, yaitu (Mindes S. and Francis Young F.,1981):
1) Kering kerontang (bone-dry atau oven dry) ; adalah kondisi material kering sepenuhnya,
biasa didapat dengan memasukkan agregat ke dalam oven selama 24 jam, pada temperatur
105 – 110oC.
2) Kering udara adalah kondisi material yang kering pada permukaannya meskipun bagian
dalamnya basah, tetapi kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk membuat partikel itu
jenuh air. Didalam kondisi ini agregat dapat menyerap air lebih banyak dan masih tampak
kering pada permukaan. Air yang diserap tidak berperanan didalam mencairkan campuran
beton. Contohnya keadaan agregat di lapangan bila terjemur.
3) Jenuh permukaan kering (Saturated Surface-Dry = SSD) : kondisi ini merupakan suatu
kondisi yang sangat ideal, agregat tidak dapat menyerap air lagi, juga tampak suatu lapisan
air terbentuk pada permukaannya. Bilamana suatu batu yang basah secara berangsur-angsur
dikeringkan atau diseka dengan cepat memakai penghisap debu atau kertas penghapus
noda, maka tercapai suatu tingkatan saat ”basah” yang terjadi pada permukaan menjadi
hilang, tetapi batu itu masih jenuh dengan air yang dihisapnya, dengan demikian batu
tersebut dapat dikatakan dalam keadaan jenuh permukaan kering. Pada keadaan ini agregat
tidak memberikan air maupun menyerap air dari beton. Jadi butir di dalamnya jenuh air
(saturated), namun disebelah luarnya masih kering. Kondisi ini dipakai sebagai dasar dari
perhitungan ”mix design”.
4) Lembab (moist) : selain bagian dalam jenuh air, bagian luar juga basah. Didapat dengan
merendamnya selama 24 jam.

Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tekan Beton :


Elemen-elemen utama mempengaruhi kekuatan beton (Mulyono,2003:3) adalah :
1) Kualitas semen
2) Proporsi semen tehadap campuran
3) Kekuatan dan kebersihan agregat
4) Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat
5) Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
6) Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton
7) Perawatan beton
8) Kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos dan 1% bagi beton
yang tidak diekspos (Nawy, 1985:24).
Secara umum, ada tiga aspek utama yang menentukan kekuatan beton, (Supartono, 2001) yaitu:
1) kekuatan pasta,
2) kualitas agregat yang digunakan,
3) daya lekat antara pasta semen dengan agregat.
Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan per satuan luas
(Mindes & Francis Young, 1981).

Kaca
Kaca berasal dari bahan yang bersifat cair namun memiliki kepadatan tinggi, dan
struktur amorf. Kaca dibuat dari silika (SiO2), campuran batu pasir dengan fluks yang
menghasilkan kekentalan dan tilik leleh yang tidak terlalu tinggi, untuk kemudian dicampur
lagi dengan bahan stabilisator supaya kuat. Dengan bahan mentah yang banyak dan murah,
kaca memiliki ketahanan terhadap abrasi serta ketahanan terhadap cuaca atau serangan kimia
yang baik.

Pasir Laut
Secara teknis pasir laut merupakan material yang kurang cocok untuk digunakan dalam
campuran spesi beton. Agregat (pasir) yang berasal dari pantai ini mutunya kurang bagus
karena banyak mengandung garam. Garam tersebut menyebabkan pasir banyak menyerap air
dari udara sehingga kondisi pasir akan selalu basah atau agak basah yang tidak cocok dalam
sifat beton. Pasir ini juga akan menyebabkan terjadinya pengembangan ketika beton sudah jadi.
(Tri Mulyono ,2004 : 73).
Uji Kuat Tekan Beton
Perhitungan:
Fci=P/A kg/cm2
Ket:
Fci = Kuat tekan beton individu
P = Beban Maksimum
A = Luas penampang beton (SK.SNI.T-15-03-1990)
1. Kuat Tekan Karakteristik (fc’) fc' = fcr − (1,64 × s)
2. Kuat Tekan Rata-Rata.
n

fcr = ∑ fci ÷ n
i=1

3. Standar Deviasi (s)


n
Σ ( fcr − fci)2
S= i=1
n −1

Kuat tekan karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil
pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas
sampai 5% saja. (PBBI 1971:33)

METODOLOGI
Pada penelitian ini metode pengujian berupa pembuatan dan pengujian sejumlah benda
uji beton silinder (Ø 15 cm,tinggi 30 cm) kuat tekan hancur 30 Mpa di laboratorium Politeknik
Negeri Malang dengan total benda uji sebanyak 30 buah (terdapat 6 variasi dan tiap variasi
terdiri dari lima benda uji) dengan penambahan 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% serbuk kaca
dan pasir laut (dengan komposisi yang sama) yang akan dicampurkan pada pasir Lumajang
sebagai agregat halus dalam campuran beton dengan perawatan perendaman beton tersebut
selama 28 hari. Kemudian diuji tekan usia 28 hari dan dibandingkan hasilnya dengan beton
normal.
Rancangan Kadar serbuk kaca dan pasir laut
Penelitian 0% 5% 10% 15% 20% 25%
Jumlah Sample 5 5 5 5 5 5
Perlakuan Direndam selama 28 hari
Tabel 1. Rancangan dan Perlakuan Percobaan.

Perlakuan Khusus pada Serbuk Kaca dan Pasir Laut


Serbuk kaca diperoleh dari proses penghancuran dan pengayakan kaca yang berwarna
hijau yang lolos saringan Ø 2,40 mm. Alasan memakai kaca berwarna hijau karena kaca yang
berwarna hijau mempunyai nilai ASR yang rendah. ASR (Alkali-Silica Reaction) adalah proses
kemofisika yang memungkinkan terjadinya kerusakan secara mekanis, penggembangan dan
terjadinya ekspansi. Kaca yang berwarna hijau bukan tidak hanya reaktif, tetapi malah
mengurangi ekspansi dari pasir yang agak reaktif, semakin halus kaca hijau digiling, maka
tingkat keefektifannya semakin meningkat.
Proses pencucian pasir laut :
 ¾ Pasir laut yang diperoleh dari pantai (quarry) terlebih dahulu dikeringkan dengan
dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan dengan oven, hal ini dimaksudkan
agar unsur garam dapat mengkristal dan memisahkan diri dari butiran pasir.
 ¾ Setelah unsur garam mengkristal dan memisahkan diri dari butiran pasir, masukkan
pasir laut dalam bak atau timba.
 ¾ Masukkan air bersih, kemudian cuci pasir laut dengan cara mengaduk-aduk pasir
laut dalam bak atau timba, lakukan sampai kadar lumpur berkurang atau air bilasan
menjadi bersih.
 ¾ Setelah itu jemur pasir laut, jika sudah kering pasir laut bisa digunakan dalam
pembuatan beton.
Proses pencucian pasir laut dimaksudkan agar mengurangi kadar lumpur, kotoran/sampah dan
kadar garam yang terkandung dalam pasir laut tersebut.

HASIL
Kadar Air Agregat:
Dari percobaan yang telah kami lakukan didapat kadar air agregat kasar sebesar 1,19%,
yaitu jumlah air yang terkandung di dalam agregat sebesar 1,19%, dari berat agregat dalam
keadaan kering.
Dari hasil pemeriksaan dan perhitungan, Bj agregat halus (pasir) adalah 2,51
sedangkan Bj jpk agregat halus adalah 2,57, ini berarti agregat ini bagus untuk dipergunakan
dalam mix design,
Dari hasil pemeriksaan dan perhitungan, Bj bulk pasir laut adalah 2,48 sedangkan Bj
jpk agregat halus adalah 2,54 dan penyerapan sebesar 2,16

Analisa Ayak Agregat

Gambar 5. Grafik Zona I Pasir

Pengujian Keausan Agregat (Uji Los Angeles)


Dengan nilai keausan sebesar 18% maka benda uji berupa agregat kasar, sesuai dengan
standar nasional Indonesia yang menyatakan bahwa nilai keausan yang boleh digunakan adalah
tidak lebih dari atau sama dengan 45%, maka benda uji berupa agregat kasar ini baik
digunanakan dalam pekerjaan sipil.
PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yaitu rata-rata nilai slump sebesar 36,00; 47,33; 56,33; 50,67; 54,33; dan
46,00.

Perhitungan kuat tekan beton :


Pada perawatan 28 hari :
 Kuat Tekan Rata-rata (fcr)
n
fcr = ∑ fci ÷ n
i =1
= 152,73 : 5
= 30,546 N/mm 2

 Standar Deviasi (s)

n
Σ ( fcr − fci)2
S= i=1
n −1
= 1,32 N/mm 2

 Kuat Tekan Karakteristik (fc’)


fc' = fcr − (1,64 × s)
= 30,546 – (1,64 × 1,32)
= 28,38 N/mm2

Gambar 6. Grafik Kuat Tekan Individu (Sumber : Hasil Analisis)


Gambar 7. Grafik Kuat Tekan Beton Rata-Rata (Sumber : Hasil Analisis)

Gambar 8. Grafik Kuat Tekan Rata-Rata Model Line (Sumber : Hasil Analisis)

Sifat Fisik yang muncul pada Beton.


Ciri-ciri yang bisa diamati dalam beton tersebut yaiti dari tampak luar tampak seperti
beton biasa, berwarna abu-abu tetapi setelah dibelah atau dipecah tampak butiran-butiran
serbuk kaca yang berwarna hijau mengkilap, pasir laut sudah tidak tampak butiran-butirannya
karena sudah bercampur dengan semen sehingga sudah berwarna abu-abu. Butiran-butiran
kaca tampak jelas pada beton variasi 25% serbuk kaca dan 25% pasir laut.
Variasi campuran yang ideal untuk menghasilkan kuat tekan maksimum :
Sesuai dengan uji tekan yang dilakukan pada beton, variasi IV memiliki kuat tekan
tertinggi rata-rata yaitu sebesar 32,81 Mpa dengan variasi substitusi 20% serbuk kaca dan 20%
pasir laut dalam pasir Lumajang, sementara kuat tekan paling rendah rata-rata mempunyai nilai
29,76 Mpa (variasi I) yaitu dengan variasi substitusi 5% serbuk kaca dan 5% pasir laut dalam
pasir Lumajang. Jadi dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa dengan substitusi 20% serbuk
kaca dan 20% pasir laut dalam pasir Lumajang (variasi IV) dapat meningkatkan kuat tekan
sebesar 7,4%.
Turun/ Naik
Variasi Fc’ (MPa) Keterangan
(%)
5% 29.76 2.6 Turun
10% 30.32 0.7 Turun
15% 32.41 6.1 Naik
20% 32.81 7.4 Naik
25% 31.39 2.8 Naik

Tabel 3. Peningkatan/Penurunan Kuat Tekan Beton dibandingkan Beton Normal Variasi


0% (30.55 MPa)
BAB III
KEUNGULAN
A. Elemen Penelitian
Dari elemen-elemen yang terdapat pada jurnal dimana elemen-elemennya bisa kita
temukan dan mudah didapatkan.

B. Orisinalitas Temuan
Pada jurnal tersebut terlampir data-data yang akurat sehingga keoriginalitas penelitian
bisa dikatakan baik dan mencukupi standar untuk melakukan penelitian.

C. Kemutakhiran
Penelitian yang dilakukan mengangkat mengenai masalah yang terbaru dan akan selalu
dikembangkan pada setiap zamannya. Oleh karena itu, masalah yang uji oleh peneliti
tersebut muktahir dan terbaru untuk dikaji pada zaman sekarang.

D. Kohesi dan Koherensi Penelitian


Penulis mampu menuliskan setiap penggunaan kata-kata dalam setiap paragraf dan
mampu menghubungkan antar gagasan utama dengan topik yang disampaikan pada
paragraph.
BAB IV
KELEMAHAN

A. Elemen Penelitian
Dari elemen-elemen yang terdapat pada jurnal dimana elemen-elemennya bisa kita
temukan dan mudah didapatkan.

B. Orisinalitas Temuan
Pada segi temuan kita bisa melihat kekurangan dari penelitian tersebut.

C. Kemutakhiran
Lebih baik jika peneliti menyajikan juga permasalahan yang dihadapi sehingga dimasa
yang akan dating akan diuji oleh peneliti lain sehingga penelitian dapat dikembangkan.

D. Kohesi dan Koherensi Penelitian


Penulis mampu menuliskan setiap penggunaan kata-kata dalam setiap paragraf dan
mampu menghubungkan antar gagasan utama dengan topik yang disampaikan pada
paragraph.
BAB V
IMPLIKASI

A. Teori
Implikasi dari penelitian ini berperan dalam mematangkan berbagai konsep/ teori yang
ada tentang agregat halus dan dikarenakan ada contoh penerapannya pembaca lebih
mengerti dan teori semakin kuat keberadaannya.

B. Program Pembangunan di Indonesia


Implikasi terhadap pembangunan di Indonesia adalah pembangunan di Indonesia
menjadi lebih murah dikarenakan murahnya bahan pengganti agregat halus yaitu kaca
yang digunakan untuk pembuatan beton. Dan juga pembangunan di Indonesia semakin
cepat dikarenakan bahan pengganti lebih mudah didapatkan dan tersedia banyak.

C. Analisis Mahasiswa
Jurnal ini sangat berguna dalam pembelajaran seorang mahasiswa terkhusus teknik sipil
dimana penambahan serbuk kaca merupakan suatu terobosan untuk mengurangi
penggunaan agregat halus (pasir). Seharusnya Jurnal ini menjelaskan kepada cara
pengerjaannya dan juga hasil dari pengerjaannya, sehingga mahasiswa mengetahui
pengaruh penambahan serbuk kaca sebagai alternative agregat halus.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kaca dapat digunakan sebagai pengganti
agregat halus dalam pembentukan beton. Dikarenakan kaca dapat ditemukan dan
harganya yang murah, penelitian ini pasti bisa direalisikan. Menurut saya, secara
keseluruhan jurnal tersebut sudah bagus, karena bab per bab yang dijelaskan cukup detail
tetapi tidak boros kata.

B. Saran
Sebaiknya peneliti dalam melakukan metode penelitian, peneliti tidak hanya
mengambil data dengan tertulis tapi juga dengan dokumentasi, menjelaskan bagaimana
proses serta hasil proses yang didapat. Dan kelebihan tersebut agar lebih dipertahankan
dan diperkuat lagi, dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi untuk
mencapai hasil yang lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai