Anda di halaman 1dari 11

MODUL AJAR V

MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN


Penyusun:
Prof. Dr. Ir. Victor Sampebulu, M. Eng.
Pratiwi Mushar, ST., MT.
Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT.
Ir. H.Dahri Kuddu, MT.
Imriyanti, ST., MT.
Ir. H. Samsuddin, MT.

Mata Kuliah : Bahan Bangunan


Kode Mata Kuliah / SKS : 104D5112
Semester : I
Departemen : Arsitektur
Mata Kuliah Prasyarat : -
Dosen Penanggung Jawab : Imriyanti, ST., MT.

Tim Dosen 1. Prof. Dr. Ir. Victor Sampebulu, M. Eng.


2. Pratiwi Mushar, ST., MT.
3. Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT.
: 4. Imriyanti, ST., MT.
5. Ir. H. Samsuddin, MT.
6. Muh. Yogi Raditya, ST., M. Eng.

Sasaran Belajar/Learning Mampu menjelaskan beton sebagai bahan


: untuk konstruksi bangunan
outcome
Matakuliah ini membahas tentang jenis-jenis
serta sifat-sifat dari bahan bangunan, baik
bahan bangunan yang termasuk dalam
ketegori bahan bangunan structural
maupun pada bahan bangunan
: Kuliah
Deskripsi Mata
nonstructural atau bahan finishing. Bahan
bangunan struktural adalah bahan bangunan
yang terdapat pada sebuah bangunan pada
bagian bangunan yang bersifat struktural.

1
I. PENDAHULUAN
Sub pokok bahasan ini akan menguraikan sistematika mata kuliah, tahapan
pembelajaran, sasaran belajar yang ingin dicapai

1. Garis Besar Materi Pokok Bahasan V:

Pokok bahasan kelima ini terkait dengan menjelaskan beton sebagai bahan untuk
konstruksi bangunan.

2. Sasaran Pembelajaran/Learning objective

Mahasiswa Mampu menjelaskan beton sebagai bahan untuk konstruksi bangunan.

3. Perilaku Awal/Entry behavior:

Mahasiswa mampu mengetahui definisi beton sebagai bahan untuk konstruksi


bangunan.

4. Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi pada pembahasan ini maka
mahasiswa mampu menjelaskan pengerjaan beton, sifat dan perawatan beton.

5. Urutan Pembahasan:
Pendahuluan secara berurutan akan meliputi:

- Pengerjaan bahan beton

- Sifat-sifat beton

- Perawatan (curing)beton

6. Petunjuk Belajar/instructional orientation:

Pada materi bahasan kelima ini sebagai pemahaman pada mata kuliah ini adalah
mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang beton, sifat dan perawatan beton.

2
II. MATERI PEMBELAJARAN

1. Uraian Materi bahasan

SIFAT-SIFAT BETON

1. Sifat-Sifat Beton Segar


a. Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan
tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah
pengerjaannya. Unsur-unsur yang mempengaruhi antara lain:
1) Jumlah air pencampur
2) Semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan.
3) Kandungan semen
4) Jika FAS tetap, semakin banyak semen berarti semakin banyak
kebutuhan air sehingga keplastisannyapun akan lebih tinggi.
5) Gradasi campuran pasir-kerikil
6) Jika memenuhi syarat dan sesuai dengan standar, akan lebih mudah
dikerjakan
7) Bentuk butiran agregat kasar
8) Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.
9) Butir maksimum.
10) Cara pemadatan dan alat pemadat.
Percobaan slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan. Percobaan ini dilakukan dengan alat berbentuk kerucut
terpancung, yang diameter atasnya 10 cm dan diameter bawahnya 20 cm
dan tinggi 30 cm, dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat beton segar
dan tongkat pemadat diameter 16 mm sepanjang minimal 60 cm. Langkah
percobaan adalah sebagai berikut.
1) Siapkan alat-alat slump, termasuk centong untuk memasukan semen.
2) Bagi volumeya menjadi masing-masing 1/3 volume.

3
3) Jika dihitung, tinggi lapisan 1/3 pertama ± 7 cm, tinggi lapisan kedua
± 9 dan sisanya menjadi tinggi lapisan ketiga.
4) Masukkan beton dengan centong secara hati-hati setinggi 1/3 volume
(jangan sampai alat slump bergerak).
5) Padatkan lapisan tersebut dengan tongkat pemadat dengan menusuk-
nusuk sebanyak 25 kali.
6) Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.
7) Biarkan selama 60 detik setelah lapisan terakhir dikerjakan.
8) Angkat alat slump secara hati-hati (jangan sampai miring) hingga
mengenai sisi beton segar.
9) Letakkan alat slump di sisi beton segar.
10) Ukur rata-rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat sampai
tinggi permukaan beton yang jatuh..
11) Segregation (Pemisahan Kerikil)
Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton dinamakan
segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya akan
menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, campuran kurus atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air.
Ketiga, besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm. Keempat,
permukaan butir agregat kasar semakin kasar permukaan butir agregat,
semakin mudah terjadi segregasi.
Kecenderungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika : (1). Tinggi jatuh
diperpendek, (2). Penggunaan air sesuai dengan syarat, (3). Cukup ruangan
antara batang tulangan dengan acuan, (4). Ukuran agregat sesuai dengan syarat,
dan (5). Pemadatan baik.
b. Bleeding
Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru dipadatkan
dinamakn bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus
pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan membentuk selaput
(laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :

4
1) Susunan butir agregat, Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk
terjadinya bleeding kecil.
2) Banyaknya air, Semakin banyak air berarti semakin besar pula
kemungkinan terjadinya bleeding.
3) Kecepatan hidrasi, Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil
kemungkinan terjadinya bleeding.
4) Proses pemadatan, Pemadatan yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya bleeding.
Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara : (1). Memberi lebih banyak semen,
(2). Menggunakan air sesedikit mungkin, (3). Menggunakan butir halus lebih
banyak, dan (4). Memasukkan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus.
2. Sifat-Sifat Beton Keras
Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus
dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo, 1996). Beton keras memiliki sifat-
sifat yang dapat diklasifikasikan menjadi sifat jangka pendek seperti kuat tekan,
tarik, geser dan modulus elastisitas serta sifat jangka panjang seperti rangkak dan
susut. Berikut penjelasan mengenai sifat-sifat beton keras antara lain:
a. Kuat tekan. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian
standar menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan pada
benda uji beton sampai hancur.
b. Kuat tarik. Kuat tarik beton diukur dengan memakai modulus keruntuhan. Kuat
tarik beton yang tepat, sulit sekali untuk diukur.
c. Kuat geser. Nilai kuat geser pada beton lebih sulit untuk diukur karena sulitnya
mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini merupakan salah satu
penyebab banyaknya variasi kekuatan geser yang dituliskan dalam berbagai
5embrane5r, mulai dari 20% sampai dengan 85% dari kekuatan tekan yang
dilakukan pada pembebanan normal.
d. Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian awal grafik yang lurus
dari diagram regangan tegangan. Modulus elastisitas berbanding lurus dengan
kekuatan beton, semakin besar modulus elastisitas, semakin besar pula

5
kekuatan beton. Besarnya modulus elastisitas dapat dihitung dengan tepat
berdasarkan persamaan empiris.
e. Rangkak ( creep ), adalah sifat beton keras yang dimana beton mengalami
perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja pada
beton tersebut. Besarnya deformasi sebanding dengan besarnya beban dan
waktu pembebanan.
f. Susut, adalah perubahan volume beton yang tidak berhubungan dengan beban.
Pada dasarnya ada 2 jenis susut yaitu susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi beberapa waktu setelah beton segar dicor ke dalam cetakan,
sedangkan susut pengeringan terjadi setelah beton mencapat bentuk akhirnya
dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Besarnya susut akan semakin
berkurang sesuai dengan umur beton. Semakin beton berumur, semakin sedikit
beton mengalami susut.

PERAWATAN / CURING BETON

1. Pengertian Perawatan / Curing


Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah
mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak
mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena
kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh)
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus
dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang
dipercepat (PB,1989:29).
Perawatan beton (curing) merupakan suatu proses untuk menjaga tingkat
kelembaban dan 6embrane6re ideal untuk mencegah hidrasi yang berlebihan serta
menjaga agar hidrasi terjadi secara berkelanjutan. Curing secara umum dipahami
sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu
cepat kehilangan air, mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi dan juga
untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan
terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.atau sebagai tindakan menjaga

6
kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan
waktu total setting tercapai.
Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain:
a. Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada permukaan
beton.
b. Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah proses
curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis.

2. Tujuan Perawatan / Curing


Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah memastikan reaksi hidrasi
senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat
berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai,
dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat
kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat
menyebabkan retak.

3. Pelaksanaan Perawatan / Curing


Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami
atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah
pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan
untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi
senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton. Lamanya curing sekitar 7
hari berturut – turut mulai hari kedua setelah pengecoran.

4. Metode Perawatan / Curing


a. Metode yang menjaga tingkat komposisi air, yaitu membiarkan adonan hasil
campuran di dalam satu lapisan air. Seperti ponding, fog spraying atau
sprinkling.
b. Metode yang mencegah hilangnya air dalam campuran beton, melibatkan
teknik dan material tambahan untuk mencegah penguapan dari air yang
telah tercampur.
c. Metode yang mempercepat hidrasi dengan memberikan tambahan panas dan
pelembab, melibatkan tambahan panas dan air untuk mempercepat hidrasi.

7
Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh
pada:
a. mutu/kekuatan beton (strength)
b. keawetan struktur beton (durability)
c. kekedapan air beton (water-tightness)
d. ketahanan permukaan beton, 8embra terhadap keausan (wear resistance)
e. kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan
(volume stability : shrinkage and expansion)
Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan beton,
yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan
pembetonan,antara lain yaitu :
a. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :
- 7 (tujuh) hari untuk beton normal
- 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
b. ACI 318 mensyaratkan curing dilakukan : sampai tercapai min 70%
kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’).
c. ASTM C-150 mensyaratkan :
- semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
- semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
- semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
- semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari

5. Macam-Macam Perawatan / Curing


a. Perawatan Dengan Pembasahan
Pembahasan dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan. Pekerjaan
perawatan dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1) Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab.
2) Menaruh beton segar dalam genangan air.
3) Menaruh beton segar dalam air.
4) Menyelimuti permukaan beton dengan air.
5) Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.

8
6) Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
7) Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.

b. Perawatan Dengan Penguapan


Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan tekanan
rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah
berlangsung selama 10-12 jam pada suhu 40°-55°C, sedangkan penguapan dengan
suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu 65°-95°C, dengan suhu
akhir 40°-55°C. Sebelum perawatan dengan penguapan dilakukan, beton harus
dipertahankan pada suhu 10°-30°C selama beberapa jam. Perawatan dengan
penguapan berguna pada daerah yang mempunyai musim singin. Perawatan ini
harus diikuti dengan perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam,
minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan
rencana pada umur 28 hari.

c. Perawatan Dengan Membran


Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik untuk
menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4
jam (sesuai final setting time), dan membentuk selembar film yang kontinyu,
melekat dan tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang
halus dan tidak membahayakan beton. Lembaran 9embran atau lembaran lain
yang kedapa air dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan
menggunakan 9embrane sangat berguna untuk perawatan pada lapisan perkerasan
beton (rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah
waktu pengikatan beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah
atau sebelum perawatan dengan pembahasan.

d. Perawatan Lainnya
Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan dengan
menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan penyinaran selama 2-4
jam pada suhu 90°C. hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air
pada beton mutu tinggi. Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan

9
memanaskan cetakan untuk beton-beton pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65°C)
dan perawatan dengan karbonisasi.

2. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi dari pokok bahasan sesi 5, mahasiswa diberi
kesempatan bertanya secara induvidu. Selanjutnya dapat membentuk kelompok
diskusi atau kegiatan brainstorming dengan tetap berada dalam kendali atau
pengawasan fasilitator yang berperan dalam memberi arahan/expert jugments
sebagai narasumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.

3. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang penerapan materi pembahasan dalam Arsitektur..
Fasilitator memberi contoh-contoh kasus. Mahasiswa secara terbuka dapat
bertanya atau menyapaikan tanggapan di kelas.

4. Latihan:
Mahasiswa dalam bentuk grup kecil mempresentasikan hasil kajian pustaka dan
literaturnya mengenai pengerjaan, sifat dan proses perawatan beton.

5. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk grup kecil mahasiswa mencari literatur dan kajian
pustaka tentang besi dan baja, proses pembuatan dan kelebihan dan kekurangan
besi&baja, untuk persiapan materi selanjutnya.

III. PENUTUP

1. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan menguraikan hubungan materi dengan pokok bahasan selanjutnya.

10
2. Tes Formatif:

Fasilitator mengevaluasi tingkat pemahaman mahasiswa dengan pertanyaan


sederhana yang dijawab secara lisan oleh mahasiswa. Pertanyaannya terkait
dengan:

1) pengerjaan beton
2) sifat beton
3) Proses perawatan beton

3. Umpan Balik:
Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang diketahui dan
diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Heinz Frick, Ilmu Bahan Bangunan jilid I dan II


Heinz Frick1981, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, Yoyakarta Kanisius
Jacson N., 1 978, Civil engineering Materials, English Language Book Society and mac
Milan, Hongkong
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 1982, Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI), Bandung, Badan Penelitian dan Pengembangan
DPU
Leaftlet /Brosur bahan bangunan

11

Anda mungkin juga menyukai