1
I. PENDAHULUAN
Sub pokok bahasan ini akan menguraikan sistematika mata kuliah, tahapan
pembelajaran, sasaran belajar yang ingin dicapai
Pokok bahasan kelima ini terkait dengan menjelaskan beton sebagai bahan untuk
konstruksi bangunan.
Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi pada pembahasan ini maka
mahasiswa mampu menjelaskan pengerjaan beton, sifat dan perawatan beton.
5. Urutan Pembahasan:
Pendahuluan secara berurutan akan meliputi:
- Sifat-sifat beton
- Perawatan (curing)beton
Pada materi bahasan kelima ini sebagai pemahaman pada mata kuliah ini adalah
mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang beton, sifat dan perawatan beton.
2
II. MATERI PEMBELAJARAN
SIFAT-SIFAT BETON
3
3) Jika dihitung, tinggi lapisan 1/3 pertama ± 7 cm, tinggi lapisan kedua
± 9 dan sisanya menjadi tinggi lapisan ketiga.
4) Masukkan beton dengan centong secara hati-hati setinggi 1/3 volume
(jangan sampai alat slump bergerak).
5) Padatkan lapisan tersebut dengan tongkat pemadat dengan menusuk-
nusuk sebanyak 25 kali.
6) Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.
7) Biarkan selama 60 detik setelah lapisan terakhir dikerjakan.
8) Angkat alat slump secara hati-hati (jangan sampai miring) hingga
mengenai sisi beton segar.
9) Letakkan alat slump di sisi beton segar.
10) Ukur rata-rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat sampai
tinggi permukaan beton yang jatuh..
11) Segregation (Pemisahan Kerikil)
Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton dinamakan
segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya akan
menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, campuran kurus atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air.
Ketiga, besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm. Keempat,
permukaan butir agregat kasar semakin kasar permukaan butir agregat,
semakin mudah terjadi segregasi.
Kecenderungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika : (1). Tinggi jatuh
diperpendek, (2). Penggunaan air sesuai dengan syarat, (3). Cukup ruangan
antara batang tulangan dengan acuan, (4). Ukuran agregat sesuai dengan syarat,
dan (5). Pemadatan baik.
b. Bleeding
Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru dipadatkan
dinamakn bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus
pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan membentuk selaput
(laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :
4
1) Susunan butir agregat, Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk
terjadinya bleeding kecil.
2) Banyaknya air, Semakin banyak air berarti semakin besar pula
kemungkinan terjadinya bleeding.
3) Kecepatan hidrasi, Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil
kemungkinan terjadinya bleeding.
4) Proses pemadatan, Pemadatan yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya bleeding.
Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara : (1). Memberi lebih banyak semen,
(2). Menggunakan air sesedikit mungkin, (3). Menggunakan butir halus lebih
banyak, dan (4). Memasukkan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus.
2. Sifat-Sifat Beton Keras
Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus
dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo, 1996). Beton keras memiliki sifat-
sifat yang dapat diklasifikasikan menjadi sifat jangka pendek seperti kuat tekan,
tarik, geser dan modulus elastisitas serta sifat jangka panjang seperti rangkak dan
susut. Berikut penjelasan mengenai sifat-sifat beton keras antara lain:
a. Kuat tekan. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian
standar menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan pada
benda uji beton sampai hancur.
b. Kuat tarik. Kuat tarik beton diukur dengan memakai modulus keruntuhan. Kuat
tarik beton yang tepat, sulit sekali untuk diukur.
c. Kuat geser. Nilai kuat geser pada beton lebih sulit untuk diukur karena sulitnya
mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini merupakan salah satu
penyebab banyaknya variasi kekuatan geser yang dituliskan dalam berbagai
5embrane5r, mulai dari 20% sampai dengan 85% dari kekuatan tekan yang
dilakukan pada pembebanan normal.
d. Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian awal grafik yang lurus
dari diagram regangan tegangan. Modulus elastisitas berbanding lurus dengan
kekuatan beton, semakin besar modulus elastisitas, semakin besar pula
5
kekuatan beton. Besarnya modulus elastisitas dapat dihitung dengan tepat
berdasarkan persamaan empiris.
e. Rangkak ( creep ), adalah sifat beton keras yang dimana beton mengalami
perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja pada
beton tersebut. Besarnya deformasi sebanding dengan besarnya beban dan
waktu pembebanan.
f. Susut, adalah perubahan volume beton yang tidak berhubungan dengan beban.
Pada dasarnya ada 2 jenis susut yaitu susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi beberapa waktu setelah beton segar dicor ke dalam cetakan,
sedangkan susut pengeringan terjadi setelah beton mencapat bentuk akhirnya
dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Besarnya susut akan semakin
berkurang sesuai dengan umur beton. Semakin beton berumur, semakin sedikit
beton mengalami susut.
6
kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan
waktu total setting tercapai.
Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain:
a. Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada permukaan
beton.
b. Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah proses
curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis.
7
Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh
pada:
a. mutu/kekuatan beton (strength)
b. keawetan struktur beton (durability)
c. kekedapan air beton (water-tightness)
d. ketahanan permukaan beton, 8embra terhadap keausan (wear resistance)
e. kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan
(volume stability : shrinkage and expansion)
Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan beton,
yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan
pembetonan,antara lain yaitu :
a. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :
- 7 (tujuh) hari untuk beton normal
- 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
b. ACI 318 mensyaratkan curing dilakukan : sampai tercapai min 70%
kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’).
c. ASTM C-150 mensyaratkan :
- semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
- semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
- semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
- semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari
8
6) Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
7) Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.
d. Perawatan Lainnya
Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan dengan
menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan penyinaran selama 2-4
jam pada suhu 90°C. hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air
pada beton mutu tinggi. Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan
9
memanaskan cetakan untuk beton-beton pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65°C)
dan perawatan dengan karbonisasi.
2. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi dari pokok bahasan sesi 5, mahasiswa diberi
kesempatan bertanya secara induvidu. Selanjutnya dapat membentuk kelompok
diskusi atau kegiatan brainstorming dengan tetap berada dalam kendali atau
pengawasan fasilitator yang berperan dalam memberi arahan/expert jugments
sebagai narasumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.
3. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang penerapan materi pembahasan dalam Arsitektur..
Fasilitator memberi contoh-contoh kasus. Mahasiswa secara terbuka dapat
bertanya atau menyapaikan tanggapan di kelas.
4. Latihan:
Mahasiswa dalam bentuk grup kecil mempresentasikan hasil kajian pustaka dan
literaturnya mengenai pengerjaan, sifat dan proses perawatan beton.
5. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk grup kecil mahasiswa mencari literatur dan kajian
pustaka tentang besi dan baja, proses pembuatan dan kelebihan dan kekurangan
besi&baja, untuk persiapan materi selanjutnya.
III. PENUTUP
1. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan menguraikan hubungan materi dengan pokok bahasan selanjutnya.
10
2. Tes Formatif:
1) pengerjaan beton
2) sifat beton
3) Proses perawatan beton
3. Umpan Balik:
Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang diketahui dan
diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.
11