KONSOLIDASI
Disusun Oleh
Kelompok 2 :
Puji dan Syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
makalah ini di buat berdasarkan informasi yang tersedia dalam buku dan di bantu
mengerjakan makalah ini, oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
makalah ini.
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Pengertian Konsolidasi................................................................................4
B. Proses Konsolidasi.......................................................................................5
C. Analogi Konsolidasi Satu Dimensi..............................................................6
D. Lempung Normally Consolidated dan Over Consolidated..........................9
E. Pengujian Konsolidasi..................................................................................11
F. Interprestasi Uji Konsolidasi........................................................................18
G. Koefisien Pemampatan (av) dan Koefisien Perubahan Volume (mv).........18
H. Indeks Pemampatan (Cc).............................................................................20
I. Indeks Pemampatan Kembali.......................................................................21
J. Tekanan prakonsolidasi (Pc’).......................................................................21
K. Pengaruh Gangguan Benda Uji pada Grafik e – log p’................................22
L. Hitungan Penurunan Konsolidasi.................................................................23
M. Kecepatan Penurunan Konsolidasi...............................................................24
N. Koefisien Konsolidasi (Cv)..........................................................................29
O. Konsolidasi Sekunder..................................................................................32
P. Drainasi Vertikal..........................................................................................34
ii
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “tanah” dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk mencakup
semua bahan dari tanah lempung (clay) sampai berangkal (batu-batu yang besar),
jadi semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan
tetap. Batuan tetap menjadi ilmu tersendiri, yaitu mekanika batuan (rock
mechanics).
Semua macam tanah ini secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran
tanahnya sendiri, serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-
butir tersebut, ruangan ini disebut pori (voids). Apabila tanah sudah benar-benar
kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam porinya.
Dalam Teknik Sipil dikenal istilah Mekanika Tanah yang merupakan bidang
ilmu yang mempelajari tentang tanah dan permasalahannya. Mempelajari
mekanika tanah sangatlah penting karena peranan tanah dalam suatu perencanaan
dan pelaksanaan pekerjaan bagi para sarjana teknik sipil. Masalah mengenai tanah
menjadi kesatuan dari perencanaan perhitungan suatu bangunan.
Mempelajari masalah tanah tidak hanya melalui teori yang terdapat dari buku
atau literatur saja, melainkan juga harus dikenal lebih mendalam melalui
pengenalan langsung ke lapangan. Mengetahui mengamati berbagai jenis tanah di
lapangan (tempat pengambilan sampel) dan meneliti karakteristiknya dalam
hubungan sebagai pendukung tegaknya suatu bangunan untuk kemudian
dibuktikan dengan hasil perhitungan dari laboratorium. Hal ini merupakan salah
satu metode yang terbaik untuk membuktikan kebenaran teori yang ada bagi
mahasiswa teknik sipil untuk mengenal masalah tanah.
Sehingga tujuan dari pemeriksaan konsolidasi adalah untuk menentukan sifat
pemampatan suatu jenis tanah akibat tekanan vertikal. Besarnya penurunan yang
terjadi tergantung dari sifat tanah dapat dirembes atau ditekan atau tergantung dari
koefisien rembesan dan koefisien konsolidasi
1
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
1. Apa pengertian konsolidasi?
2. Bagaimana proses konsolidasi?
3. Apa itu analogi konsolidasi ?
4. Apa itu lempung normally consolidated dan over consolidated?
5. Bagaimana Pengujian Konsolidasi?
6. Apa itu interprestasi konsolidasi?
7. Apa itu Koefisien pemampatan dan perubahan volume?
8. Apa itu indeks pemampatan?
9. Apa itu indeks pemampatan kembali?
10. Apa itu tekanan prakondilasi?
11. Apa pengaruh gangguan pada benda uji pada grafik e – log p’?
12. Apa itu koreksi indeks pemampatan (Cc) pada grafik e – log p’?
13. Apa saja faktor mempengaruhi penentuan tekanan prakonsolidasi(Pc’)?
14. Bagaimana cara hitungan penurunan konsolidasi?
15. Bagaiaman cara hitung kecepatan konsolidasi?
16. Apa itu koefisien konsolidasi(Cv)?
17. Apa itu konsolidasi sekunder?
18. Apa itu darainasi vertikal?
C. Tujuan
Adapun tujuan kami melakukan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memaparkan pengertian dari konsolidasi.
2. Menjelaskan proses konsolidasi.
3. Menjelaskan analogi konsolidasi.
4. Menjelaskan tentang lempung normally consolidated dan over
consolidated.
5. Memaparkan tentang pengujian konsolidasi.
6. Menjelaskan interprestasi konsolidasi.
7. Menjelaskan koefisien pemampatan dan perubahan volume.
2
8. Menjelaskan indeks pemampatan.
9. Menjelaskan indeks pemampatan Kembali.
10. Menjelaskan tekanan prakondilasi.
11. Memaparkan pengaruh gangguan pada benda uji pada grafik e – log p’.
12. Menjelaskan koreksi indeks pemampatan (Cc) pada grafik e – log p’.
13. Memaparkan faktor mempengaruhi penentuan tekanan
prakonsolidasi(Pc’).
14. Menjelaskan cara hitungan penurunan konsolidasi.
15. Menjelaskan cara hitung cepat konsolidasi.
16. Menjelaskan koefisien konsolidasi(Cv).
17. Menjelaskan konsolidasi sekunder.
18. Menjelaskan drainasi vertical.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan
pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
scbagian air pori. Dengan kata lain, pengertian konsolidasi adalah proses
terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban, yang terjadi sebagai fungsi waktu
karena kecilnya permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah
benar-benar hilang. Kasus yang paling sederhana adalah konsolidasi satu
dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada. Proses konsolidasi
dapat diamati dengan pemasangan piezimeter, untuk mencatat perubahan tekanan
air pori dengan waktunya. Besarnya penurunan dapat diukur dengan berpedoman
pada titik referensi ketinggian pada tempat tertentu.
Bila lapisan tanah jenuh berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air
pori di dalam lapisan tersebut segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada
lapisan tanah, berakibat air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori
yang lebih rendah, yang diikuti penurunan tanahnya. Karena permeabilitas yang
rendah ini butuh waktu.
4
Gambar 2. Retakan Akibat Penurunan
B. Proses Konsolidasi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi (one dimensional consolidation)
dapat digambarkan dengan cara analisis seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut. Silinder berpiston yang berlubang dan dihubungkan dengan pegas, diisi
air sampai memenuhi silinder. Pegas dianggap bebas dari tegangan-tegangan dan
tidak ada gesekan antara dinding silinder dengan tepi piston. Pegas melukiskan
tanah yang mampat, sedangkan air dalam piston melukiskan air pori, dan lubang
pada pistonmelukiskan kemampuan tanah dalam meloloskan air atau
permeabilitas tanahnya..
5
C. Analogi Konsolidasi Satu Dimensi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi (one dinzensional consolidation)
dapat digambarkan dengan cara analisis seperti berikut:
1. Silinder berpiston yang berlubang dan berpegas diisi dengan air sampai
penuh. Pegas bebas tidak ada gesekan dengan dinding silinder. Pegas
melukiskan tanah, sedangkan air melukiskan air pori, dan lubang piston
melukiskan permeabilitas tanah. Gambar ini menunjukan kondisi sistem
dalam keadaan seimbang. Alat ukur tekanan air menunjukan angka µ0.
Gambar 4.1
6
Gambar 5.2
Gambar 6.3
4. Proses pada berjalan terus sampai tekanan air pori nol, Kedudukan ini
melukiskan kondisi terdrainase (drained) dan saat angka pori
menunjukan konsolidasi telah berakhir
7
Gambar 7.4
Akibat tambahan tekanan tlp, yaitu segera setelah beban bekerja. tinggi air
dalam pipa piezometer naik setinggi h = ▲plYw (atau terdapat kenaikan tekanan
air pori sebesar flp = hyw) yang dinyatakan oleh garis DE. Garis DE ini
menyatakan distribusi kelebihan tekanan air pori awal. Dalam waktu tertentu.
tekanan air pori pada lapisan yang lebih dekat dengan lapisan pasir lebih dulu
berkurang. sedangkan tekanan air pori lapisan lempung di bagian tengah masth
tetap. Kedudukan ini ditunjukkan oleh kurva K1• Dalam tahapan waktu
sesudahnya, ketinggian air dalam pipa ditunjukkan dalan1 kurva K2•.
Setelah waktu yang lama. Tinggi air dalam pipa piezometer mencapai
kedudukan yang sama dengan kedudukan muka air tanah awal saat sebelum
pembebanan (garis AC). Kedudukan garis AC ini tekanan Air Pori nol.
8
Gambar 8. Reaksi tekanan air pori terhadap beban fonfasi
(a) Fondasi pada tanah lempung jenuh.
(b) Diagram perubahan tekanan air pori terhadap waktu.
Pada awalnya, tiap kenaikan beban didukung sepenuhnya oleh tekanan air
pori, yaitu berupa kelebihan tekanan air pori (▲u) yang besamya sama dengan
▲p. Dalam kondisi demikian tidak ada perubahan tegangan efektif di dalam
tanah. Setelah air pori sedikit demi sedikit keluar dari rongga pori tanah lempung,
secara berangsur angsur tanah mampat, dan beban perlahan-lahan ditransfer ke
butiran tanah, sehingga tegangan efektif bertambah. Akhirnya, kelebihan tekanan
air pori menjadi nol. Pada kondisi ini, tekanan air pori sama dengan tekanan
h1drostatis yang diakibatkan oleh air tanahnya.
9
bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi
akibat dari tekanan yang lebih besar dari sekarang. Tanah semacam ini disebut
tanah overconsolidated (OC) atau terkonsolidasi berlebihan. Kondisi lain , bila
tegangan efektif yang bekerja pada suatu titik di dalam tanahpada waktu sekarang
merupakan tegangan maksimumnya (atau tanah tidak pernah mengalami tekanan
yang lebih besar dari tekanan pada waktu sekarang), maka lempung disebut pada
kondisi normally consolidated (NC) atau terkonsolidasi normal. Jadi, lempung
pada kondisi normally consolidated, bila tekanan prakonsolidasi
(preconsolidation pressure) atau tekanan prakonsolidasi sama dengan tekanan
overburden efektif. Sedang lempung pada kondisi overconsolidated, jika tekanan
prakonsolidasi lebih besar dari tekanan overburden efektif yang ada pada waktu
sekarang. Nilai banding overconsolidation (overconsolidation ratio, OCR)
didefinisikan sebagai nilai banding tekanan prakonsolidasi terhadap tegangan
efektif yang ada, atau bila dinyatakan dalam persamaan.
OCR = overconsolidation ratio = c / o '
Dimana :
adanya perubahan tegangan total, atau perubahan tekanan air pori. Lapisan tanah
yang terkonsolidasi sebenarnya tidak dalam kondisi seimbang seperti yang sering
10
berlangsung pada tanah tersebut. Dalam lapisan tanah asli, dimana permukaan
terjadi.
E. Pengujian Konsolidasi
Uji konsolidasi satu dimensi di laboratorium dilakukan dengan alat
Oedometer atau konsolidometer
Gambar 9. Oedometer
Contoh tanah dimasukan hati-hati kedalam cincin besi. Bagian atas dan bawah
benda uji dibatasi oleh batu tembus air (porous stone). Beban P dikerjakan, dan
penurunan diukur dengan arloji pembacaan, umumnya beban diterapkan selama
24 jam dengan benda uji yang selalu terendam dalam air. Penambahan beban
secara periodik diterapkan, Leonard (1962) menyatakan penambahan beban dua
kali sebelumnya dengan urutan beban 0,25; 0,50; 1,00; 2,00; 4,00; 8,00; 16,00
kg/cm2. Setiap penambahan beban deformasi dan waktu dicatat dan diplot dalam
grafik semi logaritmis hubungan antara penurunan (∆h) dengan waktu (log t).
11
Gambar 10. Grafik hubungan penurunan dengan waktu
12
1. Untuk grafik yang dibuat dengan mempergunakan penurunan sebagai
ordinant
Δ h / h = (1/C) log e (P/P0)
Dimana:
H = tebalnya contoh.
C = konstanta.
Yaitu:
e0 - e = Cc log 10P/P0
Dimana:
Cc = compression index.
13
adalah tegangan efektif yang berlaku di atas tanah ini di lapangan dan angka
pori e0 adalah angka pori aslinya. Dengan demikian titik A menunjukkan
keadaan tanah setempat. Sebelum tegangan mencapai harga P 0 penurunan di
laboratorium kecil, tetapi kalau tegangan sudah melebihi P 0 maka penurunan
akan menjadi besar. Jikalau contoh yang dipakai benar-benar contoh asli
(undisturbed), maka setelah tegangan P0 dilampaui, penurunan akan
berlangsung menurut garis konsolidasi asli (virgin consolidation curve), yaitu
garis AB.
Dengan grafik seperti ini kita dapat menghitung besarnya penurunan yang
akan terjadi di lapangan. Misalnya, kalau tegangan setempat naik dari P0
menjadi P besarnya penurunan (atau perubahan angka pori) dapat dibaca
langsung dari grafik. Yaitu perurunan persatuan tebal akan sebesar.
di mana:
14
Dengan demikian penurunan (s) pada lapisan setebal H adalah sebesar
Karena penurunan dalam hal ini ialah garis konsolidasi asli maka kedua rumus ini
Kedua rumus ini dapat dipakai hanya untuk lapisan tanah yang normally consoli-
dated.
15
Gambar 14 Percobaan konsolidasi pada over consolidated
16
Teranglah dari gambar 12 dan 13 bahwa penurunan pada lapisan "Over
Consolidation" akan lebih kecil dari pada penurunan pada lapisan yang
"Normally Consolidated".
4. Pada "Residual Soil".
Istilah "Normally Consolidated" tidak dapat dipakai secara tepat untuk "Residual
(Sedimentary Soils). "Residual Soil" adalah tanah yang berasal dan lapisan di
residual soils adalah normally consolidated dengan arti belum pernah mengalami
tekanan di atasnya lebih tinggi dari pada yang berlaku pada waktu ini. Tetapi cara
tegangan yang lebih tinggi dari pada tegangan di atas tanah setempat.
Karena itu untuk menghitung penurunan pada residual soils sebaiknya dipakai
rumus-rumus :
17
F. Interprestasi Uji Konsolidasi
Uji konsolidasi satu dimensi, perubahan tinggi (∆H) per tinggi awal (H)
adalah sama dengan perubahan volume (∆V) per satuan volume awal (V).
∆H = ∆V
H V
Jika Vs = 1 dan angka pori awal = eo, maka kedudukan akhir proses
konsolidasi adalah,
∆H = ∆V = ∆e Sehingga ∆H = H - ∆e
H V 1+e o 1 + eo
V 1 − V 2 = (1 + e 1 )− ( 1 + e 2 ) = e 1 − e 2
V 1+ e 1+e
1 1 1
Dengan:
e1 = Angka pori pada tegangan p1’
e2 = Angka pori pada tegangan p2’
V1 = Volume pada tegangan p1’
V2 = Volume pada tegangan p2’
18
Kemiringan kurva e – p’ = av, dinyatakan
∆e (e1− e2 )
av = =
∆p p2 '− p1
19
Perubahan volume (mv) =
' '
V 1−V 2 H 1−H 2 e 1−e 2 (e 1−e 2)( p 2 −p 1 ) av . ∆ p
= = = =
V H 1+e ( p' − p' ) (1+ e) 1+ e
∆e (e 1−e 2) e 1−e 2
Cc= '
= ' '
= '
∆ log p log p 2 −log p 1 p2
log ( ' )
p1
20
= 0,0208 eo + 0,0083 (lempung Chikago)
= 0,0115 Wn (tanah organik, gambut)
Dengan Wn = kadar air asli di lapangan (%) dan eo = angka pori
I. Indeks Pemampatan Kembali (Cc)
Indeks pemampatan Kembali adalah kemiringan dari kurva pelepasan beban
dan pembebanan kembali pada grafik e – log p’.
∆e e 1−e 2 e 1−e 2
Cr= = =
∆ log p ' log p 2' −log p 1 ' p2
'
log ( ' )
p1
J. Tekanan Prakonsolidasi (Pc’)
Tekanan prakonsolidasi ditentukan (Casagrande, 1936) pada grafik e-log p’
missal titik A
21
5. Perpanjang bagian lurus kurva pemampatan asli sampai memotong garis bagi
prakonsolidasi (Pc’).
22
Gambar 17 Pengaruh gangguan terhadap pemampatan
23
Jika mv dan ∆p dianggap sama pada sembarang kedalaman maka penurunan
konsolidasi primer total:
mengalir.
Bayangkanlah suatu lapisan lempung di antara dua lapisan pasir, seperti ter-
lihat pada Gambar ..
24
Gamhar .. Teori Konsolidasi
Bilamana lapisan ini diberi tambahan tegangan sebesar P maka tegangan ini
pada saat diberikan akan dipikul seluruhnya oleh air pori, yaitu tegangan air pori
akan naik menjadi P. Pengaliran air akan lekas mulai berjalan sehingga tegangan
air pori akan menurun. Besarnya tegangan air pori pada waktu t1, t2. t3 akan
terlihat seperti dalam Gambar... Akhirnya tegangan air pori akan menjadi sama
seperti sebelum tambahan tegangan diberikan Rumus yang berlaku selama
konsolidasi berlangsung adalah rumus Terzaghi yang terkenal itu.
Rumus Terzaghi itu berdasarkan pada beberapa anggapan (assumptions) se-
bagai berikut :
1. Derajat kejenuhan tanah 100%.
3. Konsolidasi, yaitu pengaliran air serta perobahan isi berlangsung pada satu
5. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horizontal.
25
Air sedang mengalir melalui elemen ini seperti terlihat pada gambar. Karena
sedang berlangsung konsolidasi (yaitu perobahan isi) maka kecepatan air yang
keluar dari elemen tidak sama dengan kecepatan air yang masuk.
Kecepatan air yang masuk = V
Banyaknya air yang hilang dari elemen adalah sama dengan perubahan isi elemen,
dan kecepatan kehilangan air adalah sama dengan kecepatan perobahan isi.
dimana V = kecepatan
i = gradien hidraulik
26
di mana V = perubahan isi
V = isi
s 1
¿ ( mv p x dz)
St
1
SP
¿−mv dz (t=waktu)
St
Tetapi P² = P – u
Di mana
P = Tegangan total
U = Tegangan air pori
Dalam hal ini P adalah konstan sehingga
27
1
S P −Su
¿ =
St St
1
SP
¿ mv dz
St
yaitu
1
SP k S ²u
¿−mv dz= dz
St yw Sz ²
Jadi,
( )
2
Su k S u k
= 2
=Cv
St mv yw S z mv yw
2
Su S u
=Cv 2
St Sz
Inilah rumus Terzaghi yang sudah lama merupakan dasar untuk perhitungan
kecepatan penurunan.
Cv disebut "Coeficient Of Consolidation”, biasanya dalam cm2/sec. Selama
konsolidasi berlangsung maka harga mv dan K menjadi lebih kecil dengan akibat
bahwa besarnya Cv tidak banyak mengalami perubahan.
Dari hasil persamaan Terzaghi ini kita dapat mengetahui besarnya u pada
setiap titik pada setiap waktu dalam lapisan tersebut. Pada umumnya bukan be-
sarnya u (tegangan air pori) yang perlu diketahui untuk perhitungan penurunan.
Yang ingin kita ketahui adalah besarnya penurunan pada jangka waktu tertentu,
atau yang disebut derajat konsolidasi (Degree Of Consolidation).
Derajat Konsolidasi
28
Harga U juga dapat diperoleh dari rumus Terzaghi, yaitu U = t (z, t), f (z, t)
ini adalah suatu deretan (series) tetapi dapat diperkira-kirakan dengan persamaan
yang berikut :
U (%) 20 40 60 80 90
Jadi kalau kita ingin menghitung waktu yang diperlukan sampai penurunan 90 %
Yaitu
Di mana
H = jalan air terpanjang. (Kalau terdapat lapisan pasir di atas dan di bawah lapisan
Jadi,
29
t90 = 0,848H2 / Cv
Ternyata dari rumus ini bahwa waktu penurunan adalah sebanding dengan
pangkat dua tebal lapisan dan berbanding terbalik dengan "Coeficient Of
Consolidation".
0.197 Ht 2
Cv=
t 50
dengan ;
2
Cv = koefisien konsolidasi (m /dt)
30
Ht = tinggi rata – rata sampel (m)
t50 = waktu untuk derajad konsolidasi 50% (dt)
Pada uji konsolidasi dengan drainase atas bawah (dobel), nilai H diambil ½
dari tebal rata-rata benda uji, jika drainase satu arah saja maka Ht = H.
31
0.848 Ht 2
Cv=
t 90
dengan ;
2
Cv = koefisien konsolidasi (m /dt)
Ht = tinggi rata – rata sampel (m)
t50 = waktu untuk derajad konsolidasi 90% (dt)
Jika menghitung batas konsolidasi primer (U = 100%), titik R100 pada kurva
dapat diperoleh dengan perbandingan kedudukannya
O. Konsolidasi Sekunder
Konsolidasi sekunder terjadi jika konsolidasi primer sudah selesai,
merupakan kemiringan bagian akhir pada kurva-kurva diatas. Untuk memperoleh
kemiringan sekunder pada kurva perlu memperpanjang pengamatan di
laboratorium, ini akan mempermudah hitungan kemiringan kurva kompresi
sekunder Cα (lihat gambar).
32
Gambar … penentuan indeks pemampatan sekunder
Dengan:
33
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dihitung terpisah, nilai yang diperoleh
ditambahkan dengan nilai penurunan konsolidasi primernya dan penurunan
segera. Nilai Cα dapat diperoleh dari grafik hubungan angka pori ( e ) terhadap
waktu ( t ).
Menurut Terzaghi (1948), faktor yang mempengaruhi terjadinya konsolidasi
sekunder ;
a. Pengurangan volume tanah pada tegangan efektif konstan
b. Regangan vertikal akibat gerakan tanah secara lateral dibawah strukturnya.
Sedangkan penelitian dari Ladd (1971), Raymond dan Wahls (1976)
menyimpulkan sbb ;
a. Cα tidak tergantung dari waktu
b. Cα tidak tergantung dari tebal lapisan tanah
c. Cα tidak tergantung dari LIR selama konsolidasi primer terjadi
d. Nilai banding Cα/Cc secara pendekatan adalah konstan kebanyakan
lempung terkonsolidasi normal.
Besarnya nilai dari Cα/Cc seperti didalam tanbel dibawah ini ;
P. Drainasi Vertikal
Kecepatan konsolidasi yang rendah pada tanah-tanah lempung, dan tanah yang
mudah mampat lainnya, dapat dipercepat dengan menggunakan drainasi pasir
yang ditanam secara vertical. Drainasi pasir ini memberikan lintasan air pori yang
34
lebih pendek ke arah horizontal. Jarak drainasi arah horizontal yang lebih pendek
menambah kecepatan proses konsolidasi beberapa kali lebih cepat.
Drainasi pasir vertikal biasanya terdiri dari lubang bor vertikal yang
menembus lapisan lempung jenuh yang relatif tebal, dimana lapisan lempung ini
terletak pada lapisan batu, cadas, atau lapisan kadap air lain yang diendapkan
melalui proses geologi.
Kadang-kadang drainasi pasir vertikal dibangun diatas tanah yang lolos air
seperti pasir.
35
Dalam praktek, kadang-kadang ketinggian tanah timbunan dilebihkan dari
rencana ketinggian tanah yang disyaratkan, untuk mendapatkan penurunan yang
dikehendaki. Ketika penurunan tanah timbunan di atas drainasi vertikal mencapai
penurunan yang disyaratkan, dan pada saat ini penurunan terjadi dengan
kecepatan yang rendah ,kelebihan tanah bongkar.
Dengan,
u = kelebihan tekanan air
t = waktu
r = koordinat silinder radial
z = koordinat silinder aksial
Ch = koefisien konsolidasi arah horizontal
Cv = koefisien konsolidasi arah vertikal
36
Prisma vertikal tanah disekitar drainasi pasir dapat dianggap sebagai blok
silinder dengan jari-jari R, dengan luas yang sama
37
Dengan,
Uv = derajat konsolidasi rata-rata akibat drainasi arah vertikal
Ur = derajat konsolidasi akibat drainasi arah radial
Tv = Cv/H2 = faktor waktu pada sistem drainasi vertical
Tr = Cht/4R2 = faktor waktu pada sistem drainasi radial
Dengan,
F(n) = In(D/d)-0,75
D = diameter silinder yang dipengaruhi oleh drainasi vertical
d = diameter drainasi pasir
Ur = derajat konsolidasi rata-rata arah horizontal
T = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Ur
Ch = koefesien konsolidasi arah horizontal
38
(1-U) = (1-Uv) (1-Ur)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwasanya pengertian konsolidasi ialah proses berkurangnya volume atau
berkurangnya rongga pori dari tanah jenuh berpermeabilitas rendah akibat
pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori
keluar dari rongga.
Proses kosnsolidasi dapat diamati dengan berbagai mekanisme
diantaranya;
Analogi konsolidasi satu dimensi
Lempung normally consolidated dan overconsolidated
Uji kosolidasi
Interpretasi hasil uji konsolidasi
Koefisien pemampatan (av) dan koefisien perubahan volume (mv)
Indeks pemampatan (cc)
Indeks pemampatan Kembali (cr)
Tekanan prakonsolidasi (pc’)
Pengaruh Gangguan Benda Uji pada Grafik e – log p’
Hitung penurunan konsolidasi
Kecepatan penurunan konsolidasi
39
Koefisien konsolidasi (cv)
Konsolidasi sekunder
40
DAFTAR PUSTAKA
Walsh, G., and D.R. Headon. 1994. Protein Biotechnology. John Willey and Sons.
New York https://www.slideshare.net/JAKADOANK/konsolidasi-
lanjutan#!