Anda di halaman 1dari 45

Makalah Mekanika Tanah II

KONSOLIDASI

Mata Kuliah Mekanika Tanah II


Dosen : Ir. Maimunah, ST., M. Eng

Disusun Oleh
Kelompok 2 :

Firman Mukti (2203120027)


Juniazi Azwan (2203120024)
Fariz Rizky (2203120070)
M Nur Syawaly (2203120068)
Desi Herliana Afritasari (2203120092)
Muhammad Al Faridzi Puteh (2203120051)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan

rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik

dan benar, serta tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Konsolidasi Tanah,

makalah ini di buat berdasarkan informasi yang tersedia dalam buku dan di bantu

oleh berbagai pihak untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama

mengerjakan makalah ini, oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Pengertian Konsolidasi................................................................................4
B. Proses Konsolidasi.......................................................................................5
C. Analogi Konsolidasi Satu Dimensi..............................................................6
D. Lempung Normally Consolidated dan Over Consolidated..........................9
E. Pengujian Konsolidasi..................................................................................11
F. Interprestasi Uji Konsolidasi........................................................................18
G. Koefisien Pemampatan (av) dan Koefisien Perubahan Volume (mv).........18
H. Indeks Pemampatan (Cc).............................................................................20
I. Indeks Pemampatan Kembali.......................................................................21
J. Tekanan prakonsolidasi (Pc’).......................................................................21
K. Pengaruh Gangguan Benda Uji pada Grafik e – log p’................................22
L. Hitungan Penurunan Konsolidasi.................................................................23
M. Kecepatan Penurunan Konsolidasi...............................................................24
N. Koefisien Konsolidasi (Cv)..........................................................................29
O. Konsolidasi Sekunder..................................................................................32
P. Drainasi Vertikal..........................................................................................34

BAB III PENUTUP..................................................................................................39


A. Kesimpulan.................................................................................................39

ii
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah “tanah” dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk mencakup
semua bahan dari tanah lempung (clay) sampai berangkal (batu-batu yang besar),
jadi semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan
tetap. Batuan tetap menjadi ilmu tersendiri, yaitu mekanika batuan (rock
mechanics).
Semua macam tanah ini secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran
tanahnya sendiri, serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-
butir tersebut, ruangan ini disebut pori (voids). Apabila tanah sudah benar-benar
kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam porinya.
Dalam Teknik Sipil dikenal istilah Mekanika Tanah yang merupakan bidang
ilmu yang mempelajari tentang tanah dan permasalahannya. Mempelajari
mekanika tanah sangatlah penting karena peranan tanah dalam suatu perencanaan
dan pelaksanaan pekerjaan bagi para sarjana teknik sipil. Masalah mengenai tanah
menjadi kesatuan dari perencanaan perhitungan suatu bangunan.
Mempelajari masalah tanah tidak hanya melalui teori yang terdapat dari buku
atau literatur saja, melainkan juga harus dikenal lebih mendalam melalui
pengenalan langsung ke lapangan. Mengetahui mengamati berbagai jenis tanah di
lapangan (tempat pengambilan sampel) dan meneliti karakteristiknya dalam
hubungan sebagai pendukung tegaknya suatu bangunan untuk kemudian
dibuktikan dengan hasil perhitungan dari laboratorium. Hal ini merupakan salah
satu metode yang terbaik untuk membuktikan kebenaran teori yang ada bagi
mahasiswa teknik sipil untuk mengenal masalah tanah.
Sehingga tujuan dari pemeriksaan konsolidasi adalah untuk menentukan sifat
pemampatan suatu jenis tanah akibat tekanan vertikal. Besarnya penurunan yang
terjadi tergantung dari sifat tanah dapat dirembes atau ditekan atau tergantung dari
koefisien rembesan dan koefisien konsolidasi

1
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
1. Apa pengertian konsolidasi?
2. Bagaimana proses konsolidasi?
3. Apa itu analogi konsolidasi ?
4. Apa itu lempung normally consolidated dan over consolidated?
5. Bagaimana Pengujian Konsolidasi?
6. Apa itu interprestasi konsolidasi?
7. Apa itu Koefisien pemampatan dan perubahan volume?
8. Apa itu indeks pemampatan?
9. Apa itu indeks pemampatan kembali?
10. Apa itu tekanan prakondilasi?
11. Apa pengaruh gangguan pada benda uji pada grafik e – log p’?
12. Apa itu koreksi indeks pemampatan (Cc) pada grafik e – log p’?
13. Apa saja faktor mempengaruhi penentuan tekanan prakonsolidasi(Pc’)?
14. Bagaimana cara hitungan penurunan konsolidasi?
15. Bagaiaman cara hitung kecepatan konsolidasi?
16. Apa itu koefisien konsolidasi(Cv)?
17. Apa itu konsolidasi sekunder?
18. Apa itu darainasi vertikal?

C. Tujuan
Adapun tujuan kami melakukan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memaparkan pengertian dari konsolidasi.
2. Menjelaskan proses konsolidasi.
3. Menjelaskan analogi konsolidasi.
4. Menjelaskan tentang lempung normally consolidated dan over
consolidated.
5. Memaparkan tentang pengujian konsolidasi.
6. Menjelaskan interprestasi konsolidasi.
7. Menjelaskan koefisien pemampatan dan perubahan volume.

2
8. Menjelaskan indeks pemampatan.
9. Menjelaskan indeks pemampatan Kembali.
10. Menjelaskan tekanan prakondilasi.
11. Memaparkan pengaruh gangguan pada benda uji pada grafik e – log p’.
12. Menjelaskan koreksi indeks pemampatan (Cc) pada grafik e – log p’.
13. Memaparkan faktor mempengaruhi penentuan tekanan
prakonsolidasi(Pc’).
14. Menjelaskan cara hitungan penurunan konsolidasi.
15. Menjelaskan cara hitung cepat konsolidasi.
16. Menjelaskan koefisien konsolidasi(Cv).
17. Menjelaskan konsolidasi sekunder.
18. Menjelaskan drainasi vertical.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan
pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
scbagian air pori. Dengan kata lain, pengertian konsolidasi adalah proses
terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban, yang terjadi sebagai fungsi waktu
karena kecilnya permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah
benar-benar hilang. Kasus yang paling sederhana adalah konsolidasi satu
dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada. Proses konsolidasi
dapat diamati dengan pemasangan piezimeter, untuk mencatat perubahan tekanan
air pori dengan waktunya. Besarnya penurunan dapat diukur dengan berpedoman
pada titik referensi ketinggian pada tempat tertentu.
Bila lapisan tanah jenuh berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air
pori di dalam lapisan tersebut segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada
lapisan tanah, berakibat air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori
yang lebih rendah, yang diikuti penurunan tanahnya. Karena permeabilitas yang
rendah ini butuh waktu.

Gambar 1. Retakan Akibat Penurunan

4
Gambar 2. Retakan Akibat Penurunan

B. Proses Konsolidasi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi (one dimensional consolidation)
dapat digambarkan dengan cara analisis seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut. Silinder berpiston yang berlubang dan dihubungkan dengan pegas, diisi
air sampai memenuhi silinder. Pegas dianggap bebas dari tegangan-tegangan dan
tidak ada gesekan antara dinding silinder dengan tepi piston. Pegas melukiskan
tanah yang mampat, sedangkan air dalam piston melukiskan air pori, dan lubang
pada pistonmelukiskan kemampuan tanah dalam meloloskan air atau
permeabilitas tanahnya..

Gambar 3. Proses Terjadinya Konsolidasi

5
C. Analogi Konsolidasi Satu Dimensi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi (one dinzensional consolidation)
dapat digambarkan dengan cara analisis seperti berikut:
1. Silinder berpiston yang berlubang dan berpegas diisi dengan air sampai
penuh. Pegas bebas tidak ada gesekan dengan dinding silinder. Pegas
melukiskan tanah, sedangkan air melukiskan air pori, dan lubang piston
melukiskan permeabilitas tanah. Gambar ini menunjukan kondisi sistem
dalam keadaan seimbang. Alat ukur tekanan air menunjukan angka µ0.

Gambar 4.1

2. Menunjukan beban ∆p dikerjakan diatas piston dengan katup tertutup.


Ternyata piston tidak bergerak, hal ini disebabkan air tidak keluar dari
tabung, sedangkan air tidak dapat mampat. Pada kondisi ini beban
sepenuhnya dipikul oleh air. Pengukur tekanan air menunjukan angka
µ0 + ∆p , kenaikan tekana air pori sebesar ∆p disebut kelebihan tekanan
air pori. Kondisi dengan katup tertutup ini melukiskan kondisi tak
terdrainase.

6
Gambar 5.2

3. Menunjukan katup dibuka, sehingga air keluar dengan kecepatan


tergantung luas lubang. Akibatnya piston bergerak kebawah, sehingga
pegas mendukung beban. Setiap kelebihan beban pegas, tekanan air pori
berkurang. Kondisi ini menggambarkan tanah sedang berkonsolidasi.
Beban yang didukung pegas melukiskan tegangan efektif tanah
sedangkan tekanan air dalam silinder melukiskan tekanan air pori tanah.

Gambar 6.3

4. Proses pada berjalan terus sampai tekanan air pori nol, Kedudukan ini
melukiskan kondisi terdrainase (drained) dan saat angka pori
menunjukan konsolidasi telah berakhir

7
Gambar 7.4

Akibat tambahan tekanan tlp, yaitu segera setelah beban bekerja. tinggi air
dalam pipa piezometer naik setinggi h = ▲plYw (atau terdapat kenaikan tekanan
air pori sebesar flp = hyw) yang dinyatakan oleh garis DE. Garis DE ini
menyatakan distribusi kelebihan tekanan air pori awal. Dalam waktu tertentu.
tekanan air pori pada lapisan yang lebih dekat dengan lapisan pasir lebih dulu
berkurang. sedangkan tekanan air pori lapisan lempung di bagian tengah masth
tetap. Kedudukan ini ditunjukkan oleh kurva K1• Dalam tahapan waktu
sesudahnya, ketinggian air dalam pipa ditunjukkan dalan1 kurva K2•.

Setelah waktu yang lama. Tinggi air dalam pipa piezometer mencapai
kedudukan yang sama dengan kedudukan muka air tanah awal saat sebelum
pembebanan (garis AC). Kedudukan garis AC ini tekanan Air Pori nol.

8
Gambar 8. Reaksi tekanan air pori terhadap beban fonfasi
(a) Fondasi pada tanah lempung jenuh.
(b) Diagram perubahan tekanan air pori terhadap waktu.

Pada awalnya, tiap kenaikan beban didukung sepenuhnya oleh tekanan air
pori, yaitu berupa kelebihan tekanan air pori (▲u) yang besamya sama dengan
▲p. Dalam kondisi demikian tidak ada perubahan tegangan efektif di dalam
tanah. Setelah air pori sedikit demi sedikit keluar dari rongga pori tanah lempung,
secara berangsur angsur tanah mampat, dan beban perlahan-lahan ditransfer ke
butiran tanah, sehingga tegangan efektif bertambah. Akhirnya, kelebihan tekanan
air pori menjadi nol. Pada kondisi ini, tekanan air pori sama dengan tekanan
h1drostatis yang diakibatkan oleh air tanahnya.

D. Lempung Normally Consolidated dan Over Consolidated


Istilah normally consolidated dan over consolidated digunakan untuk
menggambarkan suatu sifat penting pada dari tanah lempung. Lapisan tanah
lempung biasanya terjadi dari proses pengendapan. Selama proses pengendapan,
lempung mengalami proses konsolidasi atau penurunan, akibat tekanan tanah
yang berada di atasnya. Lapisan-lapisan tanah yang berada di atas ini suatu ketika
mungkin kemudian hilang akibat proses alam. Hal ini berarti tanah lapisan bagian

9
bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi
akibat dari tekanan yang lebih besar dari sekarang. Tanah semacam ini disebut
tanah overconsolidated (OC) atau terkonsolidasi berlebihan. Kondisi lain , bila
tegangan efektif yang bekerja pada suatu titik di dalam tanahpada waktu sekarang
merupakan tegangan maksimumnya (atau tanah tidak pernah mengalami tekanan
yang lebih besar dari tekanan pada waktu sekarang), maka lempung disebut pada
kondisi normally consolidated (NC) atau terkonsolidasi normal. Jadi, lempung
pada kondisi normally consolidated, bila tekanan prakonsolidasi
(preconsolidation pressure) atau tekanan prakonsolidasi sama dengan tekanan
overburden efektif. Sedang lempung pada kondisi overconsolidated, jika tekanan
prakonsolidasi lebih besar dari tekanan overburden efektif yang ada pada waktu
sekarang. Nilai banding overconsolidation (overconsolidation ratio, OCR)
didefinisikan sebagai nilai banding tekanan prakonsolidasi terhadap tegangan
efektif yang ada, atau bila dinyatakan dalam persamaan.
OCR = overconsolidation ratio = c / o '

Dimana :

σp' = preconsolidation pressure

σo ' = effektive overburden pressure

Menurut riwayat pembebanannya tanah dibedakan atas:

- Normally consolidated OCR = 1

- Over consolidated OCR > 1

- Under consolidated OCR < 1

Telah disebutkan bahwa akibat perubahan tegangan efektif, Tanah dapat

menjadi overconsolidated. Perubahan tegangan efektif ini, misalnya akibat

adanya perubahan tegangan total, atau perubahan tekanan air pori. Lapisan tanah

yang terkonsolidasi sebenarnya tidak dalam kondisi seimbang seperti yang sering

diperkirakan. Perubahan volume dan rangkak (creep) sangat mungkin masih

10
berlangsung pada tanah tersebut. Dalam lapisan tanah asli, dimana permukaan

tanah tersebut horizontal, keseimbangan mungkin didapatkan. Tetapi kalau tanah

tersebut permukaannya miring. Rangkak dan perubahan volume mungkin masih

terjadi.

E. Pengujian Konsolidasi
Uji konsolidasi satu dimensi di laboratorium dilakukan dengan alat
Oedometer atau konsolidometer

Gambar 9. Oedometer
Contoh tanah dimasukan hati-hati kedalam cincin besi. Bagian atas dan bawah
benda uji dibatasi oleh batu tembus air (porous stone). Beban P dikerjakan, dan
penurunan diukur dengan arloji pembacaan, umumnya beban diterapkan selama
24 jam dengan benda uji yang selalu terendam dalam air. Penambahan beban
secara periodik diterapkan, Leonard (1962) menyatakan penambahan beban dua
kali sebelumnya dengan urutan beban 0,25; 0,50; 1,00; 2,00; 4,00; 8,00; 16,00
kg/cm2. Setiap penambahan beban deformasi dan waktu dicatat dan diplot dalam
grafik semi logaritmis hubungan antara penurunan (∆h) dengan waktu (log t).

11
Gambar 10. Grafik hubungan penurunan dengan waktu

Kedudukan 1 kompresi awal akibat beban awal terhadap benda uji.


Kedudukan 2 bagian garis lurus, menunjukan proses konsolidasi awal.
Kedudukan 3 menunjukan proses konsolidasi sekunder.
Untuk penambahan beban, tegangan yang terjadi tegangan efektif, jika
nilai Gs.
dimensi awal serta penurunan dicatat, maka angka pori diperoleh,
selanjutnya tegangan efektif dan angka pori (e) diplot digrafik semi logaritmis.

Gambar 11. Hubungan e dengan log p’

12
1. Untuk grafik yang dibuat dengan mempergunakan penurunan sebagai
ordinant
Δ h / h = (1/C) log e (P/P0)

Dimana:

Δ h = penurunan akibat tambahan tegangan dari P0 menjadi P.

H = tebalnya contoh.

C = konstanta.

Gambar 12 Percobaan konsolidasi tidak asli

Cc = (e0 - e) / (log 10P/P0)

Yaitu:

e0 - e = Cc log 10P/P0

Dimana:

e0 = angka pori pada tegangan P0

e = angka pori pada tegangan P

Cc = compression index.

2. Pada contoh yang Normally Consolidated


Bilamana dilakukan percobaan konsolidasi pada contoh semacam ini,
maka akan diperoleh hasil seperti terlihat pada gambar 13. Tegangan P 0

13
adalah tegangan efektif yang berlaku di atas tanah ini di lapangan dan angka
pori e0 adalah angka pori aslinya. Dengan demikian titik A menunjukkan
keadaan tanah setempat. Sebelum tegangan mencapai harga P 0 penurunan di
laboratorium kecil, tetapi kalau tegangan sudah melebihi P 0 maka penurunan
akan menjadi besar. Jikalau contoh yang dipakai benar-benar contoh asli
(undisturbed), maka setelah tegangan P0 dilampaui, penurunan akan
berlangsung menurut garis konsolidasi asli (virgin consolidation curve), yaitu
garis AB.

Gambar 13 Percobaan konsolidasi pada normally consolidated

Dengan grafik seperti ini kita dapat menghitung besarnya penurunan yang
akan terjadi di lapangan. Misalnya, kalau tegangan setempat naik dari P0
menjadi P besarnya penurunan (atau perubahan angka pori) dapat dibaca
langsung dari grafik. Yaitu perurunan persatuan tebal akan sebesar.

Δ h / h atau (e0 - e) / (1+e0)

di mana:

Δh = penurunan akibat tambahan tegangan dari Po menjadi P.

h = tebalnya contoh di laboratorium.

e0 = angka pori pada tegangan P0, yaitu angka pori asli.

e = angka pori pada tegangan P.

14
Dengan demikian penurunan (s) pada lapisan setebal H adalah sebesar

Karena penurunan dalam hal ini ialah garis konsolidasi asli maka kedua rumus ini

dapat dirubah menjadi

Kedua rumus ini dapat dipakai hanya untuk lapisan tanah yang normally consoli-

dated.

3. Pada contoh yang Over Consolidated.


Dalam hal ini hasil percobaan konsolidasi akan seperti pada Garnbar 14.

15
Gambar 14 Percobaan konsolidasi pada over consolidated

Tegangan P0 adalah tegangan effektif yang berlaku sekarang di atas contoh


ini di lapangan. Pada suatu ketika pada masa lampau tanah ini pernah
mengalami tekanan sebesar P0. Tekanan P0 ini disebut "overconsolidation”
atau "preconsolidation" pressure. Tempat lengkungan maksimum dari grafik
ini terdapat kira-kira pada tekanan P0. Jika tegangan di lapangan naik dari P 0
menjadi P maka penurunan akan terjadi menurut garis ABC. Besarnya
penurunan pada lapisan setebal H akan sebesar

16
Teranglah dari gambar 12 dan 13 bahwa penurunan pada lapisan "Over
Consolidation" akan lebih kecil dari pada penurunan pada lapisan yang
"Normally Consolidated".
4. Pada "Residual Soil".

Istilah "Normally Consolidated" tidak dapat dipakai secara tepat untuk "Residual

Soil" karena pembentukannya tidak seperti cara pembentukan lapisan endapan

(Sedimentary Soils). "Residual Soil" adalah tanah yang berasal dan lapisan di

bawahnya, yaitu pembentukkannya berlangsung di tempat asalnya dan tanah

tersebut tidak mengalami pemindahan atau pengendapan. Dapat dikatakan bahwa

residual soils adalah normally consolidated dengan arti belum pernah mengalami

tekanan di atasnya lebih tinggi dari pada yang berlaku pada waktu ini. Tetapi cara

pembentukannya (yaitu chemical weathering) mengakibatkan residual soils

mempunyai sifat seolah-olah over consolidated. Grafik penurunan untuk tanah

semacam ini sering menunjukkan bahwa lengkungan maksimum terdapat pada

tegangan yang lebih tinggi dari pada tegangan di atas tanah setempat.

Karena itu untuk menghitung penurunan pada residual soils sebaiknya dipakai

rumus-rumus :

17
F. Interprestasi Uji Konsolidasi
Uji konsolidasi satu dimensi, perubahan tinggi (∆H) per tinggi awal (H)
adalah sama dengan perubahan volume (∆V) per satuan volume awal (V).
∆H = ∆V
H V

Gambar 12 Fase konsolidasi

Jika Vs = 1 dan angka pori awal = eo, maka kedudukan akhir proses
konsolidasi adalah,
∆H = ∆V = ∆e Sehingga ∆H = H - ∆e
H V 1+e o 1 + eo

G. Koefisien Pemampatan (av) dan Koefisien Perubahan Volume (mv)


Koefisien pemampatan (av) adalah koefisien yang menyatakan kemiringan
kurva e – p’, jika volume awal V1 mampat menjadi V2, maka terjadi pengurangan
angka pori, perubahan volume menjadi :

V 1 − V 2 = (1 + e 1 )− ( 1 + e 2 ) = e 1 − e 2
V 1+ e 1+e
1 1 1
Dengan:
e1 = Angka pori pada tegangan p1’
e2 = Angka pori pada tegangan p2’
V1 = Volume pada tegangan p1’
V2 = Volume pada tegangan p2’

18
Kemiringan kurva e – p’ = av, dinyatakan

∆e (e1− e2 )
av = =
∆p p2 '− p1

Gambar 13 Grafik angka pori vs tegangan efektif

Koefisien perubahan volume (mv) adalah perubahan volume persatuan


penambahan tegangan efektif (m2/kN). Jika kenaikan tegangan efektif p1’ ke p2’,
maka angka pori berkurang dari e1 ke e2 dengan perubahan tebal (∆H).

Gambar 14 Grafik regangan vs tegangan efef

19
Perubahan volume (mv) =
' '
V 1−V 2 H 1−H 2 e 1−e 2 (e 1−e 2)( p 2 −p 1 ) av . ∆ p
= = = =
V H 1+e ( p' − p' ) (1+ e) 1+ e

Karena mv adalah perubahan volume persatuan penambahan tegangan, maka:

H. Indeks Pemampatan (Cc)


Indeks pemampatan adalah kemiringan dari bagian garis lurus grafik e-log
p’.

Gambar 15 Indeks pemampatan (Cc)

∆e (e 1−e 2) e 1−e 2
Cc= '
= ' '
= '
∆ log p log p 2 −log p 1 p2
log ⁡( ' )
p1

Dari penelitian (Terzaghi dan Peck, 1967) untuk lempung normality


consolidated ; Cc = 0,009 (LL – 10).
Untuk tanah yang dibentuk Kembali (remolded) ; Cc = 0,007 (LL – 10).

Beberapa nilai Cc didasarkan kepada sifat-sifat tanah (Azzouz, 1976);


Cc = 0,01 WN (lempung Chikago)
= 0,0046 (LL – 9) ( lempung Brasilia)

20
= 0,0208 eo + 0,0083 (lempung Chikago)
= 0,0115 Wn (tanah organik, gambut)
Dengan Wn = kadar air asli di lapangan (%) dan eo = angka pori
I. Indeks Pemampatan Kembali (Cc)
Indeks pemampatan Kembali adalah kemiringan dari kurva pelepasan beban
dan pembebanan kembali pada grafik e – log p’.
∆e e 1−e 2 e 1−e 2
Cr= = =
∆ log p ' log p 2' −log p 1 ' p2
'
log ( ' )
p1
J. Tekanan Prakonsolidasi (Pc’)
Tekanan prakonsolidasi ditentukan (Casagrande, 1936) pada grafik e-log p’

Gambar 16 Cara menentukan Pc’ (Casagrande)

1. Pilih dengan pandangan mata titik berjari-jari minimum (puncak kurva)

missal titik A

2. Gambarkan garis lurus atau absis dengan melalui titik A

3. Gambarkan garis singgung pada kurva dengan melalui titik A

4. Bagi dua sudut yang dibuat oleh kedua garis di atas

21
5. Perpanjang bagian lurus kurva pemampatan asli sampai memotong garis bagi

sudut di atas. Titik potong B, proyeksi titik B ke absis diperoleh tekanan

prakonsolidasi (Pc’).

K. Pengaruh Gangguan Benda Uji pada Grafik e – log p’


Kondisi tanah dilaboratorium tidak sama dengan dilapangan, bedanya adalah
karena sudah terjadi gangguan pada tanah saat uji konsolidasi, maka untuk
mengetahui hubungan e -log p' kondisi lapangan, diperlukan koreksi terhadap
hasil pengujian laboratorium.
Gangguan tersebut berupa saat tanah dilapangan, tanah dipengaruhi oleh
tegangan efektif vertikal (Oz') dan tegangan efektif horizontal (Ox' ko Oz' ).
Karena tanah diambil dengan pengeboran, tekanan efektif horizontal hilang,
akibatnya tanah jenuh tersebut. mengembang, kondisi ini ditahan oleh tekanan air
pori negatif (- µ akibat kapiler), jika udara tidak keluar maka volume tidak
berubah, dan tegangan kekang efektif (ox') = - µ. Jika nilai (Ox/az'ko) berubah
maka regangan yng timbul akan merusak benda uji.
Gambar 17a menunjukan tanah lempung normally consolidated,
pemampatan asli lapangan dilihatkan gris lurus AB (po' pe'), jika beban
bertambah, terjadi perubahan angka pori (e) menurut garis putus-putus BE
(perpanjangan garis AB). Jika tanah diambil pada kedalaman tertentu dan diuji
laboratorium, tekanan konsolidasi efektif berkurang, walaupun e tetap. Jika
sampel dibebani kembali di laboratorium, kurva konsolidasi ditunjukan kurva
CD.

22
Gambar 17 Pengaruh gangguan terhadap pemampatan

Gambar 17b menunjukan tanah lempung over consolidated, sejarah tegangan


saat tanah dilapangan ditunjukan garis AB (saat pe tercapai), karena sesuatu hal
terjadi diwaktu lampau, tanah diatas terbongkar dan beban berkurang sampai
tekanan overburden (po'), Kurva penuh BC memperlihatkan hubungan e log p'
dilapangan saat pengurangan beban. Jika beban dilapangan bertambah, akan
mengikuti kurva CB dengan garis putus-putus, jika beban melampaui tekanan
prkonsolidasi (pe'), kurva akan terus kebawah mengikuti garis lurus BF. Bila
tanah pada kedudukan C diambil untuk diuji laboratorium, maka tekanan efektif
tereduksi pada angka pori yang konstan, jika tanah diuji laboratorium, kurva
akam mengikuti garis penuh DE, jadi gangguan terhadap benda uji
mengakibatkan kurva laboratorium bergeser kekiri.
L. Hitungan Penurunan Konsolidasi
Tanah lempung jenuh dengan tebal awal H, akibat beban lapisan tanah
menerima tambahan beban sebesar ∆p (tegangan lateral = 0), akhir konsolidasi
tambahan tegangan vertikal ∆p akibat tambahan tegangan dari p0’ ke p1’. ( p1’ =
p0’ + ∆p ) dan terjadi pengurangan angka pori dari e0 ke e1. Hubungan
perubahan volume dengan angka pori adalah
∆ H ∆ V e 1−e 0 ∆ e
= = =
H V 1+ e 1+ e
Penurunan tanah sebesar dh dapat dinyatakan:

23
Jika mv dan ∆p dianggap sama pada sembarang kedalaman maka penurunan
konsolidasi primer total:

Bila p1’= p0’ + ∆ p maka:


a. Lempung normally consolidated (pc’ = p0’)

M. Kecepatan Penurunan Konsolidasi


Sampai di sini hanyalah besarnya penurunan yang dibicarakan. Selain
besarnya penurunan kita juga ingin mengetahui kecepatannya, yaitu apakah akan
lekas selesai atau akan terus berjalan bertahun-tahun lamanya.
Kecepatan penurunan tergantung kepada dua faktor, yaitu :

1. Daya rembesan air tanah (Permeability). Ini yang menentukan kecepatan

air mengalir dari tanah.

2. Compressibility tanah. Ini yang menentukan banyaknya air yang harus

mengalir.

Bayangkanlah suatu lapisan lempung di antara dua lapisan pasir, seperti ter-
lihat pada Gambar ..

24
Gamhar .. Teori Konsolidasi
Bilamana lapisan ini diberi tambahan tegangan sebesar P maka tegangan ini
pada saat diberikan akan dipikul seluruhnya oleh air pori, yaitu tegangan air pori
akan naik menjadi P. Pengaliran air akan lekas mulai berjalan sehingga tegangan
air pori akan menurun. Besarnya tegangan air pori pada waktu t1, t2. t3 akan
terlihat seperti dalam Gambar... Akhirnya tegangan air pori akan menjadi sama
seperti sebelum tambahan tegangan diberikan Rumus yang berlaku selama
konsolidasi berlangsung adalah rumus Terzaghi yang terkenal itu.
Rumus Terzaghi itu berdasarkan pada beberapa anggapan (assumptions) se-
bagai berikut :
1. Derajat kejenuhan tanah 100%.

2. Tidak terjadi perobahan isi pada air atau butir tanah.

3. Konsolidasi, yaitu pengaliran air serta perobahan isi berlangsung pada satu

jurusan saja, yaitu jurusan vertikal.

4. Rumus Darcy berlaku.

5. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horizontal.

Umpamakanlah suatu elemen yang sedang mengalami konsolidasi, pada


jarak Z dari batas lapisan tersebut, seperti terlihat pada Gambar K. 8. Elemen ini
mempunyai satuan luas dan tebal dz.
Dengan demikian isi elemen = dz.

25
Air sedang mengalir melalui elemen ini seperti terlihat pada gambar. Karena
sedang berlangsung konsolidasi (yaitu perobahan isi) maka kecepatan air yang
keluar dari elemen tidak sama dengan kecepatan air yang masuk.
Kecepatan air yang masuk = V

Banyaknya air yang hilang dari elemen adalah sama dengan perubahan isi elemen,

dan kecepatan kehilangan air adalah sama dengan kecepatan perobahan isi.

Kecepatan air dapat dihitung dengan rumus Darcy yaitu V = k.i

dimana V = kecepatan

k = permeability ( daya rembesan air )

i = gradien hidraulik

26
di mana V = perubahan isi

V = isi

P' = perubahan tegangan efektif

mv = Coeficient Of Volume Decrease.

Dalam hal ini perubahan isi = - mv P' x dz

s 1
¿ ( mv p x dz)
St

1
SP
¿−mv dz (t=waktu)
St

Tetapi P² = P – u
Di mana
P = Tegangan total
U = Tegangan air pori
Dalam hal ini P adalah konstan sehingga

27
1
S P −Su
¿ =
St St

Dan kecepatan perubahan isi adalah


1
SP
¿−mv dz
St

1
SP
¿ mv dz
St

yaitu
1
SP k S ²u
¿−mv dz= dz
St yw Sz ²

Jadi,

( )
2
Su k S u k
= 2
=Cv
St mv yw S z mv yw

2
Su S u
=Cv 2
St Sz

Inilah rumus Terzaghi yang sudah lama merupakan dasar untuk perhitungan
kecepatan penurunan.
Cv disebut "Coeficient Of Consolidation”, biasanya dalam cm2/sec. Selama
konsolidasi berlangsung maka harga mv dan K menjadi lebih kecil dengan akibat
bahwa besarnya Cv tidak banyak mengalami perubahan.
Dari hasil persamaan Terzaghi ini kita dapat mengetahui besarnya u pada
setiap titik pada setiap waktu dalam lapisan tersebut. Pada umumnya bukan be-
sarnya u (tegangan air pori) yang perlu diketahui untuk perhitungan penurunan.
Yang ingin kita ketahui adalah besarnya penurunan pada jangka waktu tertentu,
atau yang disebut derajat konsolidasi (Degree Of Consolidation).
Derajat Konsolidasi

28
Harga U juga dapat diperoleh dari rumus Terzaghi, yaitu U = t (z, t), f (z, t)
ini adalah suatu deretan (series) tetapi dapat diperkira-kirakan dengan persamaan
yang berikut :

Dari persamaan di atas dapat dihitung harga-harga U dan T sebagai berikut :

U (%) 20 40 60 80 90

T 0,031 0,126 0,287 0,565 0,848

Jadi kalau kita ingin menghitung waktu yang diperlukan sampai penurunan 90 %

selesai maka kita ambil harga T untuk U = 90 %.

Yaitu

t90 = 0,848 = (Cv t90)/ H2

Di mana

t90 = waktu sampai penurunan 90 % selesai

H = jalan air terpanjang. (Kalau terdapat lapisan pasir di atas dan di bawah lapisan

lempung tersebut, maka H adalah separuhnya tebal lapisan).

Jadi,

29
t90 = 0,848H2 / Cv

Ternyata dari rumus ini bahwa waktu penurunan adalah sebanding dengan
pangkat dua tebal lapisan dan berbanding terbalik dengan "Coeficient Of
Consolidation".

N. Koefisien Konsolidasi (Cv)


Kecepatan penurunan konsolidasi dapat dihitung dengan menggunakan
koefisien konsolidasi Cv, derajad konsolidasi pada sembarang waktu dapat
ditentukan dengan menggambarkan grafik penurunan vs waktu untuk satu beban
tertentu.
Penentuan besaran Cv dapat ditentukan dengan 2 metode yaitu:
1. Metode kecocokan log-waktu
Prosedur penentuan Cv diusulkan oleh Casagrande dan Fadum (1940).
Prosedur sebagai berikut ;
a) Gambarkan grafik penurunan terhadap log waktu untuk beban yang
diterapkan
b) Titik awal kurva ditentukan (mendekati parabola). Tentukan dua titik yaitu
pada saat t1 (titik P) dan 4t1 (titik Q). Jarak vertikal PQ diukur (misalnya
x). Kedudukan R = R0 digambar dengan mengukur jarak x vertikal diatas
titik P.
c) Titik U = 100%, atau R100 diperoleh dari titik potong dua bagian linier
kurva, yaitu titik potong bagian lurus konsolidasi primen dan sekunder.
d) Titik U = 50% ditentukan dengan R50 = (R0 + R100)/2
Dari sini diperoleh t50. Nilai Tv sehubungan dengan U = 50% adalah 0,197
sehingga Cv dinyatakan dalam persamaan ;

0.197 Ht 2
Cv=
t 50
dengan ;
2
Cv = koefisien konsolidasi (m /dt)

30
Ht = tinggi rata – rata sampel (m)
t50 = waktu untuk derajad konsolidasi 50% (dt)

Pada uji konsolidasi dengan drainase atas bawah (dobel), nilai H diambil ½
dari tebal rata-rata benda uji, jika drainase satu arah saja maka Ht = H.

Gambar … Grafik kecocokan log-waktu (Casagrande, 1940)

2. Metode akar Waktu


Metode ini digunakan untuk menentukan nilai Cv dengan
menggambarkan grafik hubungan akar waktu terhadap penurunan. Kurva
biasanya linier sampai dengan 60% konsolidasi. Kurva ini untuk
menentukan derajad konsolidasi U = 90%, dimana disini absis OR akan
sama dengan 1,15 kali absis OQ. Untuk memperoleh derajad konsolidasi U
= 90% adalah sebagai berikut ;
Gambarkan grafik hubungan penurunan vs akar waktu dari data hasil uji
konsolidasi
Titik U = 0% diperoleh dengan memperpanjang garis dari bagian awal
kurva yang lurus sehingga memotong ordinat di titik P dan absisi dititik Q
Garis lurus PR digambar dengan absis OR = 1,15 x absis OQ. Perpotongan
PR dengan kurva merupakan titik R90 pada absis. dari sini diperleh t90 Tv
untuk konsolidasi U = 90% adalah 0,848 dan koefisien konsolidasi Cv
dinyatakan dengan persamaan:

31
0.848 Ht 2
Cv=
t 90
dengan ;
2
Cv = koefisien konsolidasi (m /dt)
Ht = tinggi rata – rata sampel (m)
t50 = waktu untuk derajad konsolidasi 90% (dt)

Gambar … Metode Akar Waktu (Taylor, 1948)

Jika menghitung batas konsolidasi primer (U = 100%), titik R100 pada kurva
dapat diperoleh dengan perbandingan kedudukannya

O. Konsolidasi Sekunder
Konsolidasi sekunder terjadi jika konsolidasi primer sudah selesai,
merupakan kemiringan bagian akhir pada kurva-kurva diatas. Untuk memperoleh
kemiringan sekunder pada kurva perlu memperpanjang pengamatan di
laboratorium, ini akan mempermudah hitungan kemiringan kurva kompresi
sekunder Cα (lihat gambar).

32
Gambar … penentuan indeks pemampatan sekunder

Dari gambar diperoleh indeks pemampatan sekunder (Cα)

Dengan:

Ep = angka pori saat konsolidasi primer selesai


H = tebal benda uji awal atau tebal lapisan tanah yang ditinjau.
t2 = t1 + ∆t
t1 = waktu saat konsolidasi primer selesai

33
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dihitung terpisah, nilai yang diperoleh
ditambahkan dengan nilai penurunan konsolidasi primernya dan penurunan
segera. Nilai Cα dapat diperoleh dari grafik hubungan angka pori ( e ) terhadap
waktu ( t ).
Menurut Terzaghi (1948), faktor yang mempengaruhi terjadinya konsolidasi
sekunder ;
a. Pengurangan volume tanah pada tegangan efektif konstan
b. Regangan vertikal akibat gerakan tanah secara lateral dibawah strukturnya.
Sedangkan penelitian dari Ladd (1971), Raymond dan Wahls (1976)
menyimpulkan sbb ;
a. Cα tidak tergantung dari waktu
b. Cα tidak tergantung dari tebal lapisan tanah
c. Cα tidak tergantung dari LIR selama konsolidasi primer terjadi
d. Nilai banding Cα/Cc secara pendekatan adalah konstan kebanyakan
lempung terkonsolidasi normal.
Besarnya nilai dari Cα/Cc seperti didalam tanbel dibawah ini ;

P. Drainasi Vertikal
Kecepatan konsolidasi yang rendah pada tanah-tanah lempung, dan tanah yang
mudah mampat lainnya, dapat dipercepat dengan menggunakan drainasi pasir
yang ditanam secara vertical. Drainasi pasir ini memberikan lintasan air pori yang

34
lebih pendek ke arah horizontal. Jarak drainasi arah horizontal yang lebih pendek
menambah kecepatan proses konsolidasi beberapa kali lebih cepat.
Drainasi pasir vertikal biasanya terdiri dari lubang bor vertikal yang
menembus lapisan lempung jenuh yang relatif tebal, dimana lapisan lempung ini
terletak pada lapisan batu, cadas, atau lapisan kadap air lain yang diendapkan
melalui proses geologi.

Gambar …. Struktur drainasi pasir vertikal.

Kadang-kadang drainasi pasir vertikal dibangun diatas tanah yang lolos air
seperti pasir.

Gambar …. struktur drainasi pasir vertical dengan lapisan dasar berupa


lapisan dasar berupa lapisan yang lolos air.

35
Dalam praktek, kadang-kadang ketinggian tanah timbunan dilebihkan dari
rencana ketinggian tanah yang disyaratkan, untuk mendapatkan penurunan yang
dikehendaki. Ketika penurunan tanah timbunan di atas drainasi vertikal mencapai
penurunan yang disyaratkan, dan pada saat ini penurunan terjadi dengan
kecepatan yang rendah ,kelebihan tanah bongkar.

1. Struktur Drainasi Pasir Vertikal


Diameter drainasi pasir vertical bervariasi dari kira-kira 45 cm sampai 60 cm.
Diameter terlalu kecil dapat menyebabkan pembekokan akibat gesekan antara
kolom pasir dengan dinding bagian dalam dari pipa madrel. Drainasi vertikal
harus dapat mengalirkan air dari lapisan tanah yang mampat, dan harus aman
terhadap penyumbatan pori-pori permukaan drainasi oleh butiran halus dibagian
pertemuan permukaan tanah asli dengan dinding luar dari kolom pasir.
Keberhasilan perancangan drainasi pasir bergantung pada faktor pemilihan
parameter-parameter tanah, karenaa itu koefisien konsolidasi arah vertikal (Cv)
dan arah horizontal (Ch) harus ditentukan dengan cermat. Koefisien konsolidasi
tanah lempung di sekitar kolam pasir mungkin berkurang oleh pengaruh
pembentukan kembali tanah sewaktu Pembangunan.

2. Teori Drainasi Vertikal


Dalam suatu koordinat silinder tiga dimensi, bentuk persamaan konsolidasi
dengan perbedaan sifat tanah dalam arah horizontal dan vertikal, adalah

Dengan,
u = kelebihan tekanan air
t = waktu
r = koordinat silinder radial
z = koordinat silinder aksial
Ch = koefisien konsolidasi arah horizontal
Cv = koefisien konsolidasi arah vertikal

36
Prisma vertikal tanah disekitar drainasi pasir dapat dianggap sebagai blok
silinder dengan jari-jari R, dengan luas yang sama

Gambar …. Denah pemasangan drainase vertical, pandangan atas.

Gambar …. Denah drainase vertical, tampak melintang.

Penyelesaian dapat ditulis dalam dua bagian:


Uv = f (Tv) dan Ur = f (Tr)

37
Dengan,
Uv = derajat konsolidasi rata-rata akibat drainasi arah vertikal
Ur = derajat konsolidasi akibat drainasi arah radial
Tv = Cv/H2 = faktor waktu pada sistem drainasi vertical
Tr = Cht/4R2 = faktor waktu pada sistem drainasi radial

Persamaan Tr menunjukkan bahwa bila jarak drainasi pasir berukuran,


proses konsolidasi bertambah cepat.

Dengan,
F(n) = In(D/d)-0,75
D = diameter silinder yang dipengaruhi oleh drainasi vertical
d = diameter drainasi pasir
Ur = derajat konsolidasi rata-rata arah horizontal
T = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Ur
Ch = koefesien konsolidasi arah horizontal

Penyelessaian dari persamaan drainasi arah radial diberikan dalam

Gambar …. Grafik drainase radial (barron,1948)

Hubungan Ur / Tr bergantung pada nilai banding jari-jari silinder ekivalen dan rd


adalah jari-jari drainasi pasir. Dapat pula diselesaikan dengan,

38
(1-U) = (1-Uv) (1-Ur)

Dengan U adalah derajat konsolidasi rata-rata dengan menghitungkan drainasi


vertical dan radial.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwasanya pengertian konsolidasi ialah proses berkurangnya volume atau
berkurangnya rongga pori dari tanah jenuh berpermeabilitas rendah akibat
pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori
keluar dari rongga.
Proses kosnsolidasi dapat diamati dengan berbagai mekanisme
diantaranya;
 Analogi konsolidasi satu dimensi
 Lempung normally consolidated dan overconsolidated
 Uji kosolidasi
 Interpretasi hasil uji konsolidasi
 Koefisien pemampatan (av) dan koefisien perubahan volume (mv)
 Indeks pemampatan (cc)
 Indeks pemampatan Kembali (cr)
 Tekanan prakonsolidasi (pc’)
 Pengaruh Gangguan Benda Uji pada Grafik e – log p’
 Hitung penurunan konsolidasi
 Kecepatan penurunan konsolidasi

39
 Koefisien konsolidasi (cv)
 Konsolidasi sekunder

40
DAFTAR PUSTAKA

Casagrande A, 1948, Classification and Identification of Soils, Transactions,


ASCE. Hary Christandy Hardiyantmo,

Ladd, C.C., 1971. Strength Parameters and Stress-strain Behaviour of Saturated


Clays, Department of Civil Engineering, Massachusetts Institute of
Technology, Research Report R-71-23, Soils Publication 278.

Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa.


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Walsh, G., and D.R. Headon. 1994. Protein Biotechnology. John Willey and Sons.
New York https://www.slideshare.net/JAKADOANK/konsolidasi-
lanjutan#!

Anda mungkin juga menyukai