Anda di halaman 1dari 29

TASK #6

SI-114 SOIL MECHANICS I


REMBESAN (SEEPAGE)
Dosen : Benny Moestofa Ir,.MAB

IRFAN 22-2016-058
AULIA NURROHMAH 22-2016-060
PANDU 22-2016-061
YUSRON 22-2016-062
HANITA RAHMAWATI 22-2016-063
MISFAT NAWAL 22-2016-064
YOURY IBRANEV 22-2016-065

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Jurusan Teknik Sipil
Institut Teknologi Nasional Bandung
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,

serta taufik dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik

meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterima kasih kepada

Bapak Benny Moestofa Ir,.MAB selaku dosen mata kuliah geologi teknik yang

telah memberikan tugas ini.

Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan mengenai gempa bumi. Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,

diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah

dibuat ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna

tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna.

Bandung, 3 Juni 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Laporan ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah Laporan ........................................................................... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan ......................................................................... 5

1.4 Keluaran (output) ........................................................................................... 6

1.5 Manfaat (input) .............................................................................................. 6

1.6 Lingkup Kegiatan .......................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7

2.1 Rembesan ....................................................................................................... 7

2.1.1 Jaring Arus (Flow Net) ................................................................................ 7

2.1.2 Tekanan Rembesan ..................................................................................... 7

2.1.3 Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas Tanah ...................................... 8

2.1.4 Kondisi Tanah Anisotropis........................................................................ 10

2.1.5 Kondisi Tanah Berlapis ............................................................................. 11

ii
2.1.6 Rembesan Pada Struktur Bangunan .......................................................... 13

2.1.7 Filter .......................................................................................................... 17

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 19

3.1 Hasil ............................................................................................................. 19

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 24

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24

4.2 Saran ............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan

Mekanika tanah adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat

fisik dan mekanika serta perilaku masa tanah bila menerima bermacam-macam

gaya.Dalam prakteknya tanah banyak digunakan dalam proyek-proyek sipil

mapun dibidang pertambangan sebagai pondasi untuk mendukung struktur

bangunan dan tanggul-tanggul, sebagai bahan bangunan tanah atau rancangan

bangunan jalan raya, jalan masuk tambang dan sebagainya. Untuk menyelesaikan

permasalahan yang timbul akibat aktivitas tersebut, kita menerapkan dasar-dasar

mekanika tanah.

Pada suatu keruntuhan akibat geser, tegangan-tegangan yang timbul

didalam sistem tanah melebihi kekuatan tanah, dan ini pada umumnya

mengakibatkan runtuhnya sistem tersebut. Longsornya lereng alam dan lereng

buatan serta menggulingnya dinding penahan merupakan contoh-contoh

kegagalan jenis ini.keruntuhan ini terjadi sebagai akibat meningkatnya tegangan –

tegangan sepanjang bidang runtuh atau akibat menurunnya kekuatan tanah

sepanjang bidang tersebut. Tegangan – tegangan dapat meningkat akibat

perubahan distribusi tegangan karena beberapa sebab, seperti pembuatan suatu

potongan jalan raya pada kaki suatu lereng alam. Kekuatan tanah seringkali

1
2

menurun selama terjadinya gempa bumi, akibat tanah mengalami suatu kondisi

pembebanan siklus.

Deformasi yang terlalu besar dari suatu sistem besar dari suatu sistem

fondasi dapat membuat suatu bangunan menjadi tidak berguna. Besarnya

penurunan yang dianggap dapat ditolerir bergantung dari fungsi bangunan

tersebut. Deformasi yang tidak diinginkan disebabkan oleh pengembangan

ataupun oleh kompresi tanah. Tanah lempung tertentu mengembang apabila

kandungan air tanah meningkat dan ini dapat menyebabkan fondasi dan dinding

penehan mengalami deformasi yang terlalu besar. Banyak tanah sangat peka

terhadap pembekuan air dan mengembang selama temperatur beku, menyebabkan

kerusakan pada jalan raya,fondasi gedung, dinding penahan, dan bangunan

bangunan lain.

2
3

1.2 Rumusan Masalah Laporan

EXERCISE NO 1

Gambar di atas merupakan potongan melintang dari struktur cofferdam,

dimana permeabilitas dari tanahnya adalah 4x10-7 / 5x10-7 / 6x10-7 cm/detik.

Hitung berapa debit rembesan yang masuk ke dalam cofferdam.

3
4

EXERCISE NO 2

19m

5.75m

1.50m
4.50m
a b c d e f g h

Gambar di atas merupakan potongan melintang dari struktur

bendung,berturap dimana permeabilitas tanah lempung di bawah bendungnya

adalah 4x10-7 / 5x10-7 / 6x10-7 cm/detik.

a) Hitung debit rembesan yang melalui tanah di bawah bending per meter

lebar.

b) Hitung gaya angkat (uplift force) yang bekerja pada dasar bendung.

c) Hitung gradient exit terbesar dan hitung faktor keamanan terhadap piping

apabila Gs = 2.65 dan e = 0.72.

d) Hitung kecepatan rembesan pada kaki bendung.

4
5

EXERCISE NO 3

Gambar di atas merupakan potongan melintang dari bendungan dengan

filter horizontal pada downstreamnya.

a) Hitung dan gambarkan garis phreatic pada tubuh bendungan.

b) Gambarkan flownet.

c) Hitung debit rembesan yang melalui tubuh bendungan.

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan

Maksud dari dibuatnya laporan ini adalah memenuhi tugas yang diberikan

oleh dosen matakuliah Mekanika Tanah I.

Tujuan dari dibuatnya laporan ini, yaitu:

1. Dapat menghitung debit rembesan, gaya angkat, gradient exit, faktor

keamanan, dan kecepatan rembesan.

5
6

2. Dapat menggambarkan garis prheatic dan flownet pada bendungan.

1.4 Keluaran (output)

Keluaran dari laporan ini adalah perhitungan dari bendungan dan juga

gambar aliran.

1.5 Manfaat (input)

Manfaat dari dibuatnya laporan ini berupa pemahaman dalam perhitungan

yang dicari dan juga menggambar aliran dari bendungan.

1.6 Lingkup Kegiatan

Memperhitungkan debit air rembesan, gaya angkat, gradient exit, faktor

keamanan serta menggambarkan flownet dan garis prheatic.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Rembesan

Rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua dimensi.

Bila tanah dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-z hukum darcy

dapat dinyatakan sebagai berikut:

h
v x = ki x = -k
x

h
v z = ki z = -k
z

2.1.1 Jaring Arus (Flow Net)

Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus (flow

net). Garis ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi

potensial yang sama (h konstan). Permeabilitas lapisan lolos air dianggap

isotropis ( k x = k 1 = k ).

2.1.2 Tekanan Rembesan

Air pada keadaan statis didalam tanah, akan mengakibatkan tekanan

hidrostatis yang arahnya keatas (uplift). Akan tetapi, jika air mengalir lewat

7
8

lapisan tanah, aliran air akan mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan

hidrodinamis yang bekerja menurut arah alirannya. Besarnya tekanan rembesan

akan merupakan fungsi dari gradient hidrolik.(i).

2.1.3 Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas Tanah

Tekanan hidrodinamis mempunyai pengruh yang besar pada stabilitas

tanah. Tergantung pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat dipengaruhi

oleh berat volume tanah.

2.1.3.1 Teori Kondisi Mengapung (Quick – condition)

Telah disebutkan bahwa tekanan hidrodinamis dapat mengubah

keseimbangan lapisan tanah. Pada keadaan seimbang, besarnya gayayang

bekeja dibawah W =  sama dengan gaya rembesan D = w i c, atau

W-D = O.

Dengan ic adalah gradient hidrolikkritis pada keseimbangan gaya diatas.

Besarnya berat tanah terendam air ,adalah :

W =  ' = ( 1-n )( G S - 1 )  W

GS  1
 '= . w (kN/m 3 . t/m 3 )
1 e

8
9

2.1.3.2 Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya Piping

Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan keatas yang terjadi dalam

tanah sama dengan i c , maka tanah akan pada kondisi mengapung. Keadaan

semacam ini juga dapat berakibat terangkutnya butir-butir tanah halus,

sehingga terjadi pipa-pipa didalam tanah yang disebut Piping. Akibat pipa-

pipa yang berbentuk rongga-rongga, dapat mengakibatkan fondasi bangunan

mengalami penurunan, hingga mengganggu stabilitas bangunan. Faktor

keamanan bangunan air terhadap bahaya piping, sebagai berikut :

ie
SF =
ie

Dengan i e adalah gradien keluar maksimum (maximum exit gradient )


dan i e = Gradient keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari
w

jarring arus dan besarnya sama dengan tinggi energi antara garis

ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari elemen aliran.

Lane (1935) menyelidiki keamanan struktur bendungan terhadap bahaya

piping. Panjang lintasan air melalui dasar bendungan dengan memprhatikan

bahaya pipingdihitung dengan cara pendekatan empiris, sebagai berikut :

 Lh
LW =   LV
3

Dengan :

LW = Weighted – creep – distance

9
10

 Lh = Jumlah jarak horizontal menurut lintasan terpendek

 Lv = Jumlah jarak vertical menurut lintasan terpendek

Setelah weighted – creep – distance dihitung, weighted – creep – ratio

(WCR) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

 LW
WCR =
H1  H 2

2.1.4 Kondisi Tanah Anisotropis

Dalam tinjauan tanah anisotropis, walaupun tanah mungkin homogen, tapi

mempunyai permeabilitas yang berbeda pada arah vertical dan horizontalnya.

Kebanyakan tanah pada kondisi alamnya dalam keadaan anisotropis, artinya

mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama kesegala arah, yaitu

maksimum searah lapisan (arah horizontal), dan minimum kearah tegak lurus

lapisannya (arah vertikal). Arah-arah ini selanjutnya dinyatakan dalam arah x

dan z. Dalam kondisi ini, permeabilitas pada arah horizontal dan vertikalnya

dapat dinyatakan dalam bentuk :

k x = k mak dan k z = k min

10
11

Untuk hal ini, persamaan Dracy akan bernentuk :

h
V x = -k x i x = -k x
x

h
Vz = -k z i z = -k z
z

2.1.5 Kondisi Tanah Berlapis

2.1.5.1 Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara Jaring

Arus

 Arus

Cara penggambaran jaring arus yangtelah dipelajari sebelumnya adalah

untuk kondisi tanah yang homogen. Dalam prakteknya, banyak dijumpai

keadaan tanah yang tidak homogen. Bila jaring arus akan digambarkan

untuk 2 lapisan yang berbeda, maka pada batas lapisannya gambar jaring

arus akan patah. Kondisi demikian disebut kondisi transfer. Dimana lajur

jaring arus memotong batas dari 2 lapisan tanah. Lapisan tanah 1 dan 2

mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama. Garis patah-patah

yang memotong lajur aliran pada gambar, adalah garis-garis ekipotensial,

Δh adalah tinggi energi hilang di antara dua garis ekipotensial yang

berdekatan. Ditinjau dari suatu panjang satuan yang tegak lurus bidang

gambar, debit rembesan yang melalui lajur aliran.

11
12

Jaring arus untuk tanah yang tidak homogen, dapat digambarkan

dengan menggunakan persamaan untuk selanjutnya, pertimbangan berikut

ini mungking sangat penting untuk digunakan dalam penggambaran jaring

arus pada kondisi tanah berlapis.

a. Jika k1 > k2, maka dpat digambarkan elemen jaring arus bujur sangkar

pada lapisan 1. ini berarti bahwa l1 = b1, maka k1/k2 = b2/l2. jadi

jaring arus dalam lapisan 2 akan berupa segi empat dengan nilai

banding lebar dan panjangnya = k1/k2

b. Jika k1 < k2, maka dapat digambarkan jaring arus bujur sangkar pada

lapisan 1, yaitu dengan l1 = b1, k1/k2 = b2/l2. maka elemen jaring arus

dalam lapisan 2 akan segiempat.

2.1.5.2 Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara

Menganggap Sebagai Lapisan Tunggal

Pada tinjauan aliran rembesan satu dimensi arah horizontal, garis-garis

ekipotensial dalam tiap lapisan hádala vertikal. Jika h1 dan h2 adalah tinggi

energi total pada masing-masing lapisan maka untuk sembarang titik pada

tiap lapisannya, h1 = h2. Karena itu, sembarang garis vertikal yang lewat

dua lapisan merupakan ekipotensial untuk kedua lapisan tersebut. Jadi,

gradien hidrolis dalam dua lapisan dan dalam lapisan tunggal ekivalennya

adalah sama, yaitu gradien hidrolis ix. Aliran horizontal total persatuan

waktu diberikan oleh:

12
13

qx = (H1 + H2) k1 i x = (H1 k1 + H2 k2) i x

Untuk aliran rembesan satu dimensi arah vertikal, debit tiap lapisan dan

debit dalam anggapan lapisan tunggal ekivalen harus sama. Jika persyratan

kontinuitas, maka:

qz = vzA = v1A = v2A

Dalam keadaan yang sekarang, kehilangan tinggi energi pada kedalaman

H1 + H2, sama dengan kehilangan energi total dalam tiap lapisan, yaitu:

iz (H1 + H2) = i1 H1 + i2 H2

Cara yang sama dapat dilakukan guna menghitung koefisien

permeabilitas ekivalen untuk kx dan kz pada sembarang jumlah lapisan

tanahnya. Dapat dilihat bahwa kx harus selalu lebih besar kz, yaitu rembesan

yang terjadi cenderung lebih besar dalam atau sejajar lapisan, daripada

dalam arah tegak lurus lapisannya.

2.1.6 Rembesan Pada Struktur Bangunan

Hukum Dracy dapat digunakan untuk menghitung dabit rembesan yang

melalui struktur bendungan. Dalam perencanaan sebuah bendungan, perlu

diperhatikan stabilitasnya terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan

kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh bendungan. Beberapa cara

diberikan untuk menentukan besarnya rembesan yang melewati bendungan

13
14

yang dibangun dari tanah homogen. Berikut ini disajikan beberapa cara untuk

menentukan debit rembesan.

2.1.6.1 Cara Dupuit

Potongan melintang sebuah bendungan disajikan Gambar 3.35. garis AB

adalah garis permukaan freatis, yaitu garis rembesan paling atas. Besarnya

rembesan persatuan panjang arah tegak lurus bidang gambar yang duberikan

oleh Darcy, adalah q = kiA. Dupuit (1863), menganggap bahwa gradien

hidrolis (i) adalah sama dengan kemiringan permukaan freatis dan besarnya

konstan dengan kedalamannya yaitu i = dz/dx.

2.1.6.2 Cara Scahffernak

Untuk hitungan rembesan yang lewat bendungan, Schaffernak (1917)

menganggap bahwa permukaan garis AB, yang memotong garis kemiringan

hilir pada jarak a dari dasarla[pisan kedap air. Rembesan persatuan panjang

bendungan dapat ditentukan dengan memperhatikan bentuk segitiga.

Debit rembesan q = kiA

A = BD x 1 = a sin α

Dari anggapan Dupuit, gradien hidrolik i = dz/dx = tg α.

½ (H2 – a2 sin α) = (a sin α)(tg α)(d – a cos α)

Setelah nilai a diketahui, debit rembesan dap[at ditentukan dari persamaan

q = ka sin α tg α

14
15

2.1.6.3 Cara A. Casagrande

A.Casagrande (1937) memberikan cara untuk menghitung rembesan

lewat tubuh bendungan yang berasal dari pengujian model. Parabola AB

berawal dari titik A seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.37, dengan

A’A = 0,3 x (AD). Pada modifikasi ini, nilai d yang digunakan dalam

persamaan (3.125) akan merupakan jarak horizontal antara titik E dan C.

Dupuit dimana gradien hidrolik (i) sama dengan dz/dx. A.Casagrande

(1932) menyarankan hubungan ini melalui pendekatan pada kondisi dalam

kenyataannya.

Untuk kemiringan sebelah hilir α yang lebih besar dari 30°, deviasi dari

anggapan Dupuit menjadi kenyataan. Didasarkan pada persamaan, debit

rembesan q = kiA

Dalam penerapan persamaan , Taylor (1948) memberikan penyelesaian

dalam bentuk grafik. prosedur untuk mendapatkan debit rembesan, aadlah

sebagai berikut:

1. Tentukan nilai banding d/H.

2. Dengan nilai pada butir (1) dan α, tentukan nilai m.

3. hitunglah oanjang a = mH/sinα.

4. hitunglah debit rembesan, dengan q = ka sin2 α.

15
16

2.1.6.4 Penggambaran Garis Rembesan Secara Grafis

Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas pada potongan

melintang bendungan diketahui, besarnya rembesan rembesan dapat

dihitung. Bentuk garis rembesan , kecuali dapat ditentukan secara analistis ,

dapat juga ditentukan secara grafis atau dari pengamatan laboratorium dari

sebuah model bendungan sebagai prototype, ataupun juga secara analogi

elektris.

Pengamatan menunjukkan bahwa garis rembesan yang melalui yang

melalui bendungan berbentuk kurva parabolis, akan tetapi penyimpangan

kurva terjadi pada daerah hulu dan hilirnya. Pengamatan secara grafis

didasarkan pada sifat khusus dari kurva parabola.

2.1.6.5 Debit Rembesan Pada Bendungan Tanah Anisotropis

Jika permeabilitas tanah bahan bendungan anisotropis, untuk menghitung

debit rembesan, maka penampang bendungan harus lebih dulu

ditranformasi. Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, nilai x 1

transformasi adalah ;

kz
x1= X
kx

Maka seluruh hitungan harus didasarkan pada gambartransformasinya,

demikian juga untuk koefisien permeabilitas ekivalen :

16
17

K’ = kx kz

2.1.6.6 Kondisi Aliran Masuk,Keluar, dan Kondisi Transfer

Kondisi-kondisi aliran masuk,keluar, dan kondisi transfer dari garis

rembesan melalui badan bendungan telah dianalisis oleh Casagrande

(1937), maksud dari kondisi aliran masuk adalah bila aliran rembesan

berasal dari daerah bahan tanah dengan koefisien permeabilitas sangat besar.

2.1.7 Filter

Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju lapisan

lebih kasar, kemungkinan terangkutnya butiran lebih halus lolos melewati

bahan yang lebih kasar tersebut dapat terjadi. Erosi butiran dapat

mengakibatkan turunnya tahanan aliran air dan naiknya gradient hidrolik.

Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran

yang berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih besar lagi

sehingga membentuk pipa-pipa didalam tanah yang dapat mengakibatkan

keruntuhan pada bendungan.

Filter atau drainase untuk mengendalikan rembesan, harus memenuhi dua

persyaratan:

1) Ukuran pori-pori halus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah

terbawa aliran.

17
18

2) Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizinkan kecepatan

drainase yang besar dari air masuk filternya.

18
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil

EXERCISE NO.1

Diketahui:

𝑘1 = 4 𝑥 10−7 𝑚/𝑑𝑒𝑡

𝑘2 = 5 𝑥 10−7 𝑚/𝑑𝑒𝑡

𝑘3 = 6 𝑥 10−7 𝑚/𝑑𝑒𝑡

ℎ = 4,50 𝑚

𝑁𝑓 = 6, 𝑁𝑑 = 10

jawab :

𝑁
𝑞 = 𝑘. 𝑁𝑓 . ∆𝐻
𝑑

6
a. 𝑞 = 4 𝑥 10−7 . 10 . 4,50 = 1,08 𝑥 10−6 𝑚/𝑑𝑒𝑡

6
b. 𝑞 = 5 𝑥 10−7 . 10 . 4,50 = 1,35 𝑥 10−6 𝑚/𝑑𝑒𝑡

6
c. 𝑞 = 6 𝑥 10−7 . 10 . 4,50 = 1,62 𝑥 10−6 𝑚/𝑑𝑒𝑡

19
20

EXERCISE NO.2

Diketahui:

∆𝐻 = 5,75 𝑚 = 575 𝑐𝑚

𝑘 = 4 𝑥 10−7 𝑐𝑚/𝑑𝑒𝑡

𝑁𝑓 = 4, 𝑁𝑑 = 14

Jawab :

𝑁
a. 𝑞 = 𝑘. 𝑁𝑓 . ∆𝐻
𝑑

4
= 4 x 10−7 . . 575 = 6,57 x 10−9 𝑐𝑚/𝑑𝑒𝑡
14

∆𝐻 5,75
b. ∆ℎ = = = 0,4107 𝑚 ≅ 0,41 𝑚
𝑁𝑑 14

Penurunan tekanan di titik a = 5,75 + 1,5 – (1,5 x 0,41) = 6,635 m

Penurunan tekanan di titik b = 5,75 + 1,5 – (3,0 x 0,41) = 6,020 m

Penurunan tekanan di titik c = 5,75 + 1,5 – (4,0 x 0,41) = 5,610 m

Penurunan tekanan di titik d = 5,75 + 1,5 – (5,0 x 0,41) = 5,200 m

Penurunan tekanan di titik e = 5,75 + 1,5 – (6,0 x 0,41) = 4,790 m

Penurunan tekanan di titik f = 5,75 + 1,5 – (7,0 x 0,41) = 4,389 m

Penurunan tekanan di titik g = 5,75 + 1,5 – (8,0 x 0,41) = 3,970 m

Penurunan tekanan di titik h = 5,75 + 1,5 – (8,5 x 0,41) = 3,765 m

20
21

Gaya angkat uplift force = penurunan tekanan x ɤw (10 kN/m3)

Gaya angkat di titik a = 6,635 x 10 = 66,35 kN/m2

Gaya angkat di titik b = 6,020 x 10 = 60,20 kN/m2

Gaya angkat di titik c = 5,610 x 10 = 56,10 kN/m2

Gaya angkat di titik d = 5,200 x 10 = 52,00 kN/m2

Gaya angkat di titik e = 4,790 x 10 = 47,90 kN/m2

Gaya angkat di titik f = 4,389 x 10 = 43,89kN/m2

Gaya angkat di titik g = 3,970 x 10 = 39,70 kN/m2

Gaya angkat di titik h = 3,765 x 10 = 37,65 kN/m2

Total gaya angkat yang bekerja pada dasar bendungan :

Gaya Jarak Gaya


Titik
angkat (kN/m2) antar titik (m) angkat (kN/m)

A 66,35 2,3 152,605


B 60,20 2,3 138,460
C 56,10 2,3 129,030
D 52,00 2,3 119,600
E 47,90 3,0 143,700
F 43,89 4,0 175,560
G 39,70 2,0 79,400
H 37,65 - -
Total gaya angkat (kN/m) 938,355

21
22

∆ℎ 0,41
c. 𝑖𝑒 = = = 0,178
X 2,30

d. Diket : Gs = 2,65 dan e = 0,72


𝐺𝑠−1 2,65−1 1,65
𝑖𝑐 = = =1,72 = 0,959 ≅ 0,96
𝑖+𝑒 𝑖+0,72

𝑖𝑐 0,96
𝐹𝐾 = = = 5,393 ≅ 5,4
𝑖𝑒 0,178

Karena 𝑖𝑐 > 𝑖𝑒 maka aman terhadap piping.

22
23

EXERCISE NO. 3

Dik : ke = 4 x 10-4cm/s

L = 15 m

H = 40 m

a. Hitung dan gambarkan garis phreatic


Δq = k. Δh

= 4 x 10-4cm/s x 40 x 102

= 1.6

ke = 4 x 10-4cm/s

b. Hitung debit rembesan yang melalui tubuh bendungan


ℎ 40
Dik = k = 4 x 10-4cm /s i=𝐿 15
= 2,6

= A = 15 m = 15000 mm

Q = K.i A

= 4 x 10-4cm /s . 2,6 x 102 . 1500

= 156 cm/s = 156 x 10-2 m/sec

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dari laporan ini didapat debit air rembesan

pada EXERCISE NO.1 sebesar 1,08 𝑥 10−6 𝑚/𝑑𝑒𝑡 , 1,35 𝑥 10−6 𝑚/𝑑𝑒𝑡 , dan

1,62 𝑥 10−6 𝑚/𝑑𝑒𝑡.

Pada EXERCISE NO.2 didapat debit air rembesan sebesar

6,57 x 10−9 𝑐𝑚/𝑑𝑒𝑡. Total gaya angkat yang bekerja pada dasar bendungan

adalah 938,355 kN/m. Didapatkan juga ie = 0,178 dan ic = 0,96 sehingga

bendungan aman terhadap piping (kebocoran) karena ic > ie.

4.2 Saran

Agar pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa berjalandengan

normal, maka sebagai dosen, harus memotivasi dan merangsang mahasiswa

dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk mencintai mata pelajaran

mekanika tanah I supaya keingintahuan tentang mekanikan tanah I dan

memberantas kebodohan. Supaya generasi yang akan datang lebih optimal

dalam berbagai bidang sehingga dalam era globalisasi ini bangsa kita tidak

tertinggal perkembangannya dalam berbagai bidang.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Blogspot. n.d. http://vina-civil07unila.blogspot.co.id/2011/08/air-tanah-

permeabilitas-dan-rembesan.html [3 juni 2017].

Blogspot. n.d. http://sukaheboh.blogspot.co.id/2011/09/pengujian-

permeabilitas.html [3 Juni 2017].

Slideshare. n.d. https://www.slideshare.net/reskiaprilia/mekanika-tanah-aliran-air-

dalam-tanah [3 Juni 2017].

Blogspot. n.d. http://fyyfaacivil.blogspot.co.id/p/materi-mekanika-tanah-1.html [3

Juni 2017].

25

Anda mungkin juga menyukai