Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISTRIBUSI TEGANGAN TEROWONGAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Maega Maharani Putrina


STAMBUK : 09320200082
KELAS : C2
MATKUL : Mekanika Batuan
DOSEN PENGAMPU : Ir. Mubdiana Arifin, S. T., M. T.

MEKANIKA BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberkati sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Saya
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mendoakan dan
membantu saya dalam hal materi dalam pembuatan makalah ini dan juga berbagai
sumber yang telah di pakai sebagai data dan referensi pada makalah ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah di selesaikan. Tidak
semua hal dapat saya deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Saya
melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang dimiliki.
Dimana saya juga memiliki keterbatasan kemampuan. Maka dari itu seperti yang
telah dijelaskan bahwa saya memiliki keterbatasan dan juga kekurangan., saya
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki makalah di masa mendatang. Sehingga semoga makalah berikutnya
dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan makalah ini saya mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat memberi tahukan tentang “Distribusi Tegangan Terongan.

Makassar, 19 Juni 2022.

Maega Maharani Putrina

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .................................................................................. 2


DAFTAR ISI .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Terowongan ......................................................................................... 6
2.2 Tegangan .............................................................................................. 7
2.3 Distribusi tegangan disekitar terowongan ........................................ 9
2.4 Distribusi Tegangan Sebelum Dibuat Terowongan ......................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pertambangan terowongan bukanlah merupakan hal yang


baru,istilah ini telah lama dikenal sejak dilakukannya penggalian lubang bukaan
untuk keperluan penambangan bijih atau batubara (coal). Secara umum istilah
terowongan didefinisikan sebagai lubang bukaan yang dibuat dengan dua buah
lubang bukaan yang saling berhubungan langsung atau dengan kata lain bahwa
dua buah lubang bukaan harus menembus bagian kerak bumi. Namun dengan
berkembangan pengetahuan dan teknologi, terowongan bukanhanya dibuatuntuk
kepentingan penggalian atau penambangan saja, tetapi untuk ke-pentingan
masyarakat.
Tegangan menunjukan kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk
benda. Secara sederhana tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda. Dibuatnya suatu lubang
bukaan pada massa batuan, akan mengakibatkan perubahan distribusi tegangan
pada massa batuan tersebut, terutama disekitar lubang bukaan tersebut. Sebelum
lubang bukaan dibuat, pada titik-titik didalam massa batuan bekerja tegangan
mula-mula (initial stress). Tegangan mula-mula pada suatu titik dalam massa
batuan merupakan hasil dari berbagai peristiwa geologi dalam massabatuan. Oleh
karena tegangan mula-mula yang ada pada massa batuan mungkin merupakan
resultan dari berbagi kondisi tegangan yang ada sebelumnya.
Bagi perancang atau pembuat terowongan, massa batuan atau tanah yang
berada di daerah penggalian terowongan merupakan material konstruksi.
Penggalian pada massa tanah atau batuan membawa perubahan kondisi tegangan
di area sekitarnya dan ruang akibat penggalian menyebabkan terjadinya
displacement. Akibat lain adalah terjadinya degradasi tegangan tanah atau batuan
di area penggalian yang bersifat merugikan bagi stabilitas. Sehingga sangat perlu
sekali diketahui dan dimengerti karakteristk teknik dari massa batuan atau tanah
tersebut. Karena itu perlu dilakukan perhitungan mengenai distribusi tegangan,
perhitungan mengenai distribusi tegangan ini ditujukan untuk terowongan baik.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan terowongan?


2. Apa yang dimaksud dengan tegangan?
3. Apa saja jenis dari distribusi tegangan disekitar terowongan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang distribusi
tegangan terowongan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah :


1. Agar kami dapat mengerti dan memahami tentang distribusi tegangan
disekitar terowongan.
2. Agar kami dapat mengaplikasikan apa yang telah dipelajari tentang
pentingnya mempelajari perhitungan distribusi tegangan disekitar
terowongan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Terowongan

Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring yang dibuat
dibawah tanah, gunung, sungai, laut, daerah industri, bahkan pemukiman yang
padat penduduk.
Ada dua tujuan utama manusia membuat terowongan. Terowongan yang
dibuat untuk mengambil bahan galian dibawah tanah, dikenal dengan dengan
terowongan tambang. Terowongan yang dibuat untuk menembus rintangan alam
atau rintangan yang dibuat oleh manusia disebut terowongan sipil.
Konsep perancangan lubang bukaan adalah sesuatu hal yang relative baru.
Konsep ini berbeda dengan konsep perancangan struktur pada teknik sipil pada
umumnya. Metoda pelaksanaan memegang peranan yang sangat besar dalam
konsep rancangan terowongan.
1. Metode-metode pembuatan terowongan
Berbagai macam metode pembuatan terowongan pada batuan maupun tanah
telah dikembangkan oleh manusia. Metode-metode tersebut memiliki karakteristik
masing-masing, baik itu kelebihan maupun kekurangan. Tetapi secara umum
metode pembuatan lubang bukaan terowongan dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu:
a. Cara Portal

Gambar 2.1 Penggalian Permukaan Lubang Bukaan (Cara Portal)

6
b. Cara open cut

Gambar 2.2 Penggalian Permukan Lubang Bukaan (Cara Open Cut)

2.2 Tegangan

Dalam mekanika bahan, pengertian tegangan tidak sama dengan vektor


tegangan. Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan vektor, vektor
apapun, merupakan tensor derajat satu. Besaran skalar merupakan tensor derajat
nol. Tensor ialah besaran fisik yang keadaannya pada suatu titik dalam ruang, tiga
dimensi, dapat dideskripsikan dengan 3 komponennya, dengan n ialah derajat
tensor tersebut. Dengan demikian, untuk persoalan tegangan tiga dimensi pada
suatu titik dalam ruang dapat dideskripsikan dengan 32 komponennya. Pada
sistem koordinat sumbu silang, tegangan tersebut adalah xx, yy, zz, txy, tyx, txz,
tzx, tyz dan tzy seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 (a). Namun demikian, karena
txy = tyx, txz = tzx dan tyz = tzy, maka keadaan tegangan tersebut dapat dinyatakan
dengan enam komponennya, xx, yy, zz, txy, txz, tyz. Sedangkan untuk
tegangan bidang, dua dimensi, pada suatu titik dapat dideskripsikan dengan 22
komponennya, Gambar 2.1 (b), dan karena tij = tji untuk maka tiga komponen
telah dapat mendeskripsikan tegangan bidang pada titik itu.

Gambar2. 3 Keadaan Teagangan pada suatu titik


7
Pada dasarnya, tegangan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yakni tegangan normal, dengan notasi sij, i = j, serta tegangan geser dengan
notasi tij,. Perhatikan penulisan pada paragrap di atas. Karakter indek yang
pertama menyatakan bidang tempat bekerjanya gaya, sedangkan karekter indek
yang kedua menyatakan arah bekerjanya vektor tegangan tersebut. Tegangan
normal ialah tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang pembebanan.
Sedangkan tegangan geser ialah tegangan yang bekerja sejajar dengan
bidang pembebanan. Jadi keenam tegangan yang mendeskripsikan tegangan pada
suatu titik terdiri atas tiga tegangan normal xx, yy dan zz, serta tiga tegangan
geser, txy, tyz dan tzx. Nilai tegangan bias positif dan bisa pula negatif. Tegangan
bernilai positif bila tegangan tersebut bekerja pada bidang positif dengan arah
positif, atau bekerja pada bidang negatif dengan arah negatif. Selain itu, nilainya
negatif.
Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat didefinisikan sebagai
intensitas gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Sehingga secara matematis
tegangan normal rata-rata dapat dinyatakan sebagai.

Fn
ij ………………………………………………………………………...….(1a)
= , i=j
A

ij = tegangan normal rata-rata (N/mm2 = MPa)


Fn = gaya normal yang bekerja (N)
A = luas bidang (mm2)
I, j = sumbu koordinat pada system sumbu silang x, y, z.
Sedangkan tegangan geser rata-rata dapat dinyatakan sebagai,
Ft
ij = A , I ≠ j
………………………………………………………………………………….(1b)

ij = tegangan geser rata-rata (N/mm2 = MPa)


Ft = gaya tangensial atau sejajar bidang yang bekerja (N)

A = Luas bidang (mm2)

8
2.3 Distribusi tegangan disekitar terowongan

Disrtibusi tegangan disekitar terowongan dibagi menjadi 7 yaitu:


1. Distribusi tegangan sebelum dibuat terowongan
2. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk keadaan yang paling
ideal
3. Distribusi tegangan pada terowongan bentuk lingkaran dan elips
4. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk tegangan mula-mula
tidak hidrostatik
5. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk batuan yang tidak
isotrop (orthotrop)
6. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk batuan yang
mempunyai perilaku plastik sempurna di sekeliling terowongan
7. Distribusi tegangan di sekitar terowongan yang berbentuk tidak bulat
untuk keadaan yang paling ideal.

2.4 Distribusi Tegangan Sebelum Dibuat Terowongan

Dibuatnya sebuah atau beberapa terowongan di bawah tanah akan


mengakibatkan perubahandistribusi tegangan (stress distribution) di bawah tanah,
terutama di dekat terowongan-terowongan tersebut.
Sebelum terowongan dibuat, pada titik-titik di dalam massa batuan bekerja
tegangan mula-mula (initial stress). Tegangan mula-mula ini sukar diketahui
secara tepat), baik besarnya maupun arahnya. Baru sekitar 20 tahun yang lalu
dengan cara pengukuran tegangan in-situ dapat diketahui lebih banyak mengenai
tegangan mula-mula ini.
Tegangan mula-mula ada 3 macam, yaitu:
a. Tegangan gravitasi (gravitational stress) yang terjadi karena berat dari
tanah atau batuanyang berada di atasnya (overburden).
b. Tegangan tektonik (tectonic stress) terjadi akibat geseran-geseran pada
kulit bumi yang terjadi pada waktu yang lampau maupun saat ini, seperti
pada saat terjadi sesar dan lain-lain.

9
c. Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang masih tersisa,
walaupun penyebab tegangan tersebut sudah hilang yang berupa panas
ataupun pembengkakan pada kulit bumi.
Jika tegangan tektonik dan tegangan sisa tidak ada atau dapat diabaikan
karena kecilnya pada suatu daerah yang akan dibuat terowongan maka tegangan
mula-mula hanya berupa tegangan gravitasi yang dapat dihitung secara teoritis
sebagai berat persatuan luas dari tanah/batu yang terdapat di atasnya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan maka kesimpulan yang


dapat kita ambil adalah:
a. Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring yang
dibuat dibawah tanah, gunung, sungai, laut, daerah industri, bahkan
pemukiman padat penduduk. Ada dua tujuan utama manusia membuat
terowongan. Terowongan yang dibuat untuk mengambil bahan galian
dibawah tanah, dikenal dengan dengan terowongan tambang.
Terowongan yang dibuat untuk menembus rintangan alam atau
rintangan yang dibuat oleh manusia disebut terowongan sipil.
b. Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan vektor, vektor
apapun, merupakan tensor derajat satu. Besaran skalar merupakan tensor
derajat nol. Tensor ialah besaran fisik yang keadaannya pada suatu titik
dalam ruang, tiga dimensi, dapat dideskripsikan dengan 3n
komponennya, dengan n ialah derajat tensor tersebut.
c. Distribusi tegangan disekitar terowongan dibagi menjadi 7 yaitu :
1. Distribusi tegangan sebelum dibuat terowongan
2. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk keadaan yang
paling ideal.
3. Distribusi tegangan pada terowongan bentuk lingkaran dan elips.
4. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk tegangan mula-
mula tidak hidrostatik.
5. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk batuan yang tidak
isotrop (orthotrop).
6. Distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk batuan yang
mempunyai perilaku plastik sempurna di sekeliling terowongan.
7. Distribusi tegangan di sekitar terowongan yang berbentuk tidak
bulat untuk keadaan yangpaling ideal.

11
3.2 Saran

Saran saya perlunya pengetahuan mendalam beserta praktikum langsung di


lapangan mengenai tegangan disekitar terowongan agar kami para mahasiswa
mampu mengerti dengan lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bonvallet, J., “Essai en verin plat et determination de charactéristique


mécaniques”, DEA, InstitutNational Polytechnique de Lorraine, Nancy,
France, 1976.
Coates, D.F.,”Principes de la mécanique des roches”, Monographic 874 (revision
1970), Direction desMines, Ministére de L’Energie des Mines et des
resources, Ottawa, Canada.
Duffaut, P., “Stabilite des Cavités Souterraines”, BRGM, France, 1981.

Jaeger, J.C. dan N.G.W. Cook, “Fundamentals of Rock Mechanics”, Second


Edition, John Wiley &Sons., Inc., New York, 1976.

Jumikis, A.R., “Rock Mechanics”, Second Edition, Trans Tech. Publications,


Clausthal-Zellerfeld, Federal Republic of Germany, 1983.
Obert, L. dan W.I. Duvall, “Rock Mechanics and the Design of Structures in
Rock”, JohnWiley & Sons, Inc., New York,1967.
Talobre D.F., “La Mécanique des Roches”, Deuxieme Edition, Dunod, Paris,
1967.

13

Anda mungkin juga menyukai