Anda di halaman 1dari 35

TUGAS BESAR MATA KULIAH IRIGASI

DESAIN PERENCANAAN BENDUNG TETAP

Disusun Oleh:
Raihan Nurhadi (NIM 2101321025)
3 Konstruksi Sipil 1

Dosen Pengampu:
Drs. Desi Supriyan, S.T., M.M.
(NIP. 19591231198703018)

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Besar Mata Kuliah Irigasi yang
berjudul “Desain Perencanaan Bendung Tetap”. Penulis pun tak lupa untuk
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Drs. Desi Supriyan S.T., M.M.
selaku dosen pengampu mata kuliah irigasi karena telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan tugas ini.
Sesuai dengan judul yang telah disebutkan diatas, dalam makalah ini
memaparkan mengenai perencanaan hidrolis bendung serta kontrol stabilitas
bendung. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Irigasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar kekurangan dalam tugas ini dapat diperbaiki dan menjadi
lebih baik dan benar. Semoga apa yang penulis susun dapat bermanfaat.

Depok,30 November 2023

Raihan Nurhadi

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
1.4. Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................... 7
PERENCANAAN HIDROLIS BENDUNG TETAP ......................................... 7
2.1. Analisis Hidrolis Bendung ....................................................................... 7
2.1.1. Data Perencanaan yang diberikan ..................................................... 7
2.1.2. Elevasi Mercu.................................................................................... 7
2.1.3. Lebar Efektif Bendung ...................................................................... 7
2.1.4. Jari-jari Mercu ................................................................................... 8
2.1.5. Tinggi Muka Air ............................................................................... 8
2.2. Kolam Peredam Energi (Kolam Olakan) ............................................... 12
2.2.1. Menentukan Jari-jari Ruang Olakan (R) ......................................... 12
2.2.2. Batas Minimum Tinggi Air di Hilir (Tmin) .................................... 13
2.2.3. Elevasi Kolam Olak dan Ambang Kolam Olak .............................. 13
2.2.4. Menentukan Batas Kedalaman Local Scouring Depth ................... 14
2.2.5. Menentukan Tebal Lantai Kolam Olakan ....................................... 15
2.2.6. Kontrol Panjang Lantai Muka ......................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 19
STABILITAS BENDUNG ................................................................................... 19
3.1. Analisis Stabilitas Bendung.................................................................... 19
3.1.1. Gaya Berat dan Momen .................................................................. 19
3.1.2. Gaya Gempa .................................................................................... 20
3.1.3. Tekanan Lumpur ............................................................................. 22
3.1.4. Gaya Hidrostatik dan Momen ......................................................... 23
3.1.5. Uplift Pressure ................................................................................ 26
3.1.6. Total Gaya pada Bendung ............................................................... 29
3.2. Kontrol Stabilitas Bendung .................................................................... 29

2
3.2.1. Kontrol terhadap Guling ................................................................. 29
3.2.2. Kontrol terhadap Geser ................................................................... 30
3.2.3. Kontrol terhadap Eksentrisitas ........................................................ 31
BAB IV ................................................................................................................. 32
PENUTUP ............................................................................................................. 32
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Indonesia disebut sebagai negara agraris karena berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021 29,59 persen (38,77 juta
jiwa) tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Selain itu, makanan
pokok masyarakat Indonesia adalah nasi berasal dari beras yang telah dimasak.
Pada dua tahun ke belakang,harga bahan-bahan pokok di Indonesia semakin
meroket akibat wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Sedangkan
kebutuhan akan bahan-bahan pokok tersebut semakin meningkat dari tahun ke
tahun.
Maka dari itu, pemerintah Indonesia kemudian berupaya untuk
mengembanglan kembali sektor pertanian sebagai salah satu sumber utama
perekonomian Indonesia. Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu membangun
dan merehabilitasi jaringan irigasi yang digunakan sebagai pengairan lahan
pertanian. Namun, dalam melakaukan pembangunan dan perehabilitasian ini
pemerintah menemukan kendala karena sebagian besar sungai yang akan
digunakan untuk pengairan lebih rendah dari daerah persawahan yang akan
diari.
Untuk mengatasi kendala tersebut, harus menaikkan permukaan air sungai
sehingga ketinggian sesuai dengan yang diinginkan. Permukaan air sungai ini
dinaikan dengan cara membendung air sungai tersebut. Untuk membendung
air sungai dibutuhkan bangunan bendung sehingga permukaan air dapat
dinaikkan dan kebutuhan air persawahan akan tercukupi bahkan pada musim
kemarau.
Atas latar belakang tersebut, dibutuhkan perencanaan bendung yang
efisien dan efektif.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan dimensi bendung yang sesuai dengan parameter
dan tetapan yang berlaku?
2. Bagaimana cara untuk menganalisa gaya pada tubuh bendung?
3. Bagaimana cara untuk mengontrol bendung terhadap guling, geser dan
eksentrisitas?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Membuat perencanaan jembatan rangka baja yang sesuai filosofi-filosofi
yang telah tercantum dalam peraturan dan standarisasi nasional.
2. Membuat analisis terhadap gaya-gaya yang terjadi pada tubuh bendung
3. Membuat kontrol analisa gaya-gaya pada bendung terhadap guling, geser
dan eksentrisitas.
1.4. Pembatasan Masalah
1. Analisis Hidrolis Bendung
Menentukan elevasi mercu bendung, lebar efektif bendung (Beff), jari-
jari mercu (r), kolam peredam energi (kolam olakan), lantai muka, tebal
lantai kolam olakan.
2. Analisis Stabilitas Bendung
Menghitung besarnya gaya-gaya yang diterima oleh tubuh bendung
yaitu, gaya berat, gaya hidrostatik, tekanan lumpur, gaya gempa dan uplift
pressure, dan daya dukung tanah.
3. Kontrol Stabilitas Bendung
Mengecek kekuatan dari tubuh bendung yang akan dirancang yaitu:
kontrol terhadap guling, kontrol terhadap geser dan kontrol eksentrisitas.

5
1.5. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan,
Pembatan Masalah dan Sistematika Penulisan pada Tugas Besar Irigasi.
2. BAB II PERENCANAAN HIDROLIS BENDUNG TETAP
Berisikan data bendung (lebar efektif bendung, debit hulu, elevasi lantai
hulu, kedalaman air hilir, tinggi bendung, elevasi mercu dan kemiringan
sungai), perhitungan hidrolis bendung dan perencanaan kolam olak.
3. BAB III STABILITAS BENDUNG
Berisikan gaya-gaya yang terjadi pada tubuh bendung sampai kontrol
stabilitas bendung.
4. BAB IV KESIMPULAN
Berisikan kesimpulan dari pendahuluan, perencanaan, dan kontrol
stabilitas pada desain bendung.

6
BAB II
PERENCANAAN HIDROLIS BENDUNG TETAP

2.1. Analisis Hidrolis Bendung


Analisis hidrolis ini berpengaruh dalam menentukan dimensi dari bagian-
bagian pokok bangunan utama dari sebuah perencangan bendung.
2.1.1. Data Perencanaan yang diberikan
Berikut data perencanaan bendung yang diberikan:

2.1.2. Elevasi Mercu

2.1.3. Lebar Efektif Bendung


Pada perhitungan ini tebal pilar (t) =1m
Banyak pilar (n) = 1 buah

7
Kp (berujung bulat) = 0,01
Ka = 0,1
Bm = B – (n  t)
= 21 – (1  1)
= 20 m
Bef = Bm – 2(n  kp + ka)  H
= 20 – 2(1  0,01 + 0,1)  H

2.1.4. Jari-jari Mercu


Menentukan jari-jari mercu
m = 1,34
H/r = 3,8
Nilai di atas diambil dari pendekatan Kraghten
Perhitungan:
𝑄 = 𝑚 × 𝑏 × 𝑑 × √𝑔 × 𝑑

176,2 = 1,34 × 20 × 𝑑 2/3 × √9,81


2/3
176,2
𝑑=( ) = 2,09912
1,34 × 20 × √9,81
3 3
𝐻= × 𝑑 = × 2,09912 = 3,14868
2 2

𝐻/𝑟 = 3,8
3,14868
𝑟= = 0,6328
3,8
𝑟 = 0,8286~1 𝑚 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
2.1.5. Tinggi Muka Air
1. Tinggi muka air di atas mercu (TMA di hulu)
Untuk menentukan TMA di hulu diatas mercu dilakukan
perhitungan dengan cara coba-coba menggunakan Software
Microsoft Excel, sehingga dari hasil perhitungan didapatkan nilai h

8
(tinggi air diatas mercu) yang mendekati nilai Q rencana tahunan
sebesar 176,2 m3/dt.

Contoh perhitungan:

m = 1,49 – (0,018  (5 – h/r)2)


= 1,49 – (0,018  (5 – 2,3349/1)2)
= 1,36
4 1
k = 27 × 𝑚2 × ℎ3 × (ℎ+𝑝)2
4 1
= 27 × 1,362 × 2.313 × (2,3349+3,15)2

= 0,132 m
H =h+k
= 2,313+ 0,132
= 2,445 m
2
d =3×𝐻
2
= 3 × 2,445

= 1,630 m
Bef = 20 – 0,11 × H
= 20 – 0,11 × 2,445
= 20,92 m
Q = 𝑚 × 𝐵𝑒𝑓 × 𝑑 × √𝑔 × 𝑑
= 1,153 × 19,78 × 1,634 × √9,81 × 1,634
= 185,5 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡

9
Dengan didapatkannya nilai h (tinggi air diatas mercu), maka elevasi
muka air banjir di hulu dan tinggi energi dihulu dapat dicari dengan
cara sebagai berikut :
Elevasi muka air banjir di hulu = elevasi mercu + h (Q100)
= +148,95 + 2,313
= +150,8 m
Elevasi tinggi energi di hulu (Q100) = Elevasi MAB di hulu + k (Q100)
= +151,26 + 0,132
= +151,392 m
Elevasi muka air normal di hulu = Elevasi mercu + h (Q2)
= +148,95 + 0,762
= +149,712 m

2. Tinggi muka air di hilir bendung (TMA di hilir)

Untuk menentukan TMA di hilir dilakukan perhitungan


dengan cara coba – coba menggunakan software Microsoft Excel,
sehingga dari hasil perhitungan didapatkan nilai h (tinggi air di hilir)
sesuai dengan Q rencana 100 tahunan sebesar 185,5 m3/det. Untuk
mencari h (tinggi air di hilir) digunakan koefisien kekasaran (Kst)
42,5, karena daerah berbatu, kerikil, dan pasir, serta kemiringan
sungai adalah 0,018.

10
Contoh perhitungan:

A = (b + m  h)  h
= (21 + 0,33  1,43327)  1,43327
= 27,133 𝑚2
Lu = 𝑏 + 2 × ℎ × √1 + 𝑚2

= 21 + 2 × 1,43327 × √1 + 0,332
= 24,43 m
R = A/Lu
= 22,266/22,266
= 1,1186 m
Q = 𝐴 × 𝐾𝑠𝑡 × 𝑅 2/3 × 𝑠1/2
= 27,105 × 42,5 × 1,2172/3 × 0,0181/2
= 181.4 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
V = Q/A
= 176,2/27,105
= 6,5631 m/det
Dengan didapatkannya nilai h (tinggi air di hilir), maka elevasi muka
air banjir dan elevasi tinggi energi di hilir dapat dicari dengan cara
sebagai berikut:
Elevasi dasar hilir = Elevasi dasar sungai – (S  L)
= 20 – (0,018  100)
= +145,78 m
Elevasi muka air banjir di hilir = Elevasi dasar hilir + h
= 145,78 + 1,43327
= +147,02m
𝑉 2 (𝑄100)
Elevasi tinggi energi di hilir (Q100) = Elevasi MAB di hilir + 2×𝑔

= +149,27 m
Elevasi MAN di hilir = Elevasi dasar hilir + h (Q2)
= +145,78 + 0,381
= +146,17 m

11
2.2. Kolam Peredam Energi (Kolam Olakan)
Peredam energi yang digunakan pada perancangan bendung tetap ini
adalah tipe bak tenggelam.
2.2.1. Menentukan Jari-jari Ruang Olakan (R)
H (Q100) = Tinggi energi hulu – Tinggi energi hilir
= 74,82 – 71,35
= 5,5 m
q = Q/Bef
= 176,2/19,78
= 8,9080 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡/𝑚
hc = (𝑞 2 /𝑔)1/3
= (8,90802 /9,81)1/3
= 2,67 m
H/hc = 2,13/2,67
= 0.8
Setelah nilai (H/hc) didapatkan, maka dimasukkan kedalam
grafik USBR untuk mendapatkan nilai (Rmin/hc). Sehingga akan
didapatkan nilai jari – jari untuk kolam

Dari grafik USBR didapat nilai Rmin/hc = 1,6


Maka, Rmin/hc = 1,6
Rmin = hc x 1,6
= 2,006 x 1,6
= 3,3 m
Digunakan R = 3,5 m

12
2.2.2. Batas Minimum Tinggi Air di Hilir (Tmin)
Nilai (∆H/hc) dimasukkan kedalam grafik USBR untuk
mendapatkan nilai (Tmin/hc). Sehingga didapatkan nilai Tmin.

Gambar 2. 1. Batas minimum tinggi air di hilir


Berdasarkan hasil perhitungan, nilai (∆H/hc) = 2,7. Nilai (∆H/hc)
dimasukkan kedalam grafik USBR untuk mendapatkan nilai (Tmin/bc).
Sehingga didapatkan nilai Tmin:
Maka, nilai (Tmin/hc) = 2,34
Tmin = hc x 2,34
= 2,67 x 2,34
= 5,071 m
T = 5,1 m
Berdasarkan hasil perhitungan maka tinggi air minimum di hilir
adalah 4,7 meter.
2.2.3. Elevasi Kolam Olak dan Ambang Kolam Olak
Elevasi kolam olak diukur dengan tinggi muka air banjir
dibelakang bendung dikurangi dengan Tmin. Besar muka air
dibelakang bendung dapat dihitung dengan memperkiraan panjang
ujung tubuh mercu hingga kolam olak sebesar 12 m dengan panjang
bendung adalah 80 m.
Maka, tinggi muka air dibelakang bendung:
MAB belakang bendung = Elevasi MAB di hilir + (S x (80 - 12))
= +149,27+ (0,018 x 68)
MAB belakang bendung = +150,494 m
Sehingga elevasi kolam olak akan diperoleh sebesar +140.658 m

13
2.2.4. Menentukan Batas Kedalaman Local Scouring Depth
Local Scouring Depth disini dimaksud untuk mencegah bahaya
yang diakibatkan oleh penggerusan pada kaki bendung karena material
yang dibawa oleh air dan pola air yang terjadi.
Persamaan:
1
R = 1,34 × (𝑞 2 /𝑓)3
q = Q/Bef
= 176,2/19,78
= 8,9080 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡/𝑚
f = 1,76 × √𝑑 (𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝐿𝑂𝑅𝐸𝑌 = 0,25 𝑚𝑚)
= 1,76 × √0,25
= 0,88 mm
1
R = 1,34 × (8,90802 /0,88)3
= 6,0 m
T = 1,5  R (faktor keamanan = 1,5)
= 1,5  6
=9m
Maka elevasi dasar pondasi di belakang bendung adalah:
Elevasi MAB dibelakang bendung – T = +150,494 - 9
= +141,494 m
Tinggi pondasi yang akan digunakan adalah:
Elevasi ambang kolam olak - elevasi pondasi = +147,294 - (+141,494)
= 5,8

14
Gambar desain bendung

2.2.5. Menentukan Tebal Lantai Kolam Olakan


Untuk menentukan tebal lantai kolam olakan maka digunakan
persamaan:
𝑠 × (𝑃𝑥 − 𝑊𝑥)
𝑑𝑥 >
𝜕
Jika persamaan memenuhi syarat maka tebal kolam olakan yang
ditentukan dapat digunakan.

Kondisi Banjir
s = angka aman = 1,5
Px = Hx - (Lx/L) × ∆H
Hx = elevasi MAB hulu - (elevasi kolam olak - dx)
= 13,057 m
Lx = panjang creepline hingga titik x
= 31,662 m
L = total panjang creepline
= 61,677 m
∆H = elevasi MAB hulu - elevasi MAB hilir
= +151,26 – 147,02
= 4,24 m
Lx/L*∆H = 2,17
Px = Hx- Lx/L*∆H

15
= 10.88
Wx = Kedalaman air pada titik x
= 6,36
1,5 × (10,88 − 6,36)
6,36 >
2,2
3,1 > 3,07 (Aman)

Kondisi Normal
s = angka aman = 1,25
Px = Hx - (Lx/L) × ∆H
Hx = elevasi MAN hulu - (elevasi kolam olak - dx)
= 11,96 m
Lx = panjang creepline hingga titik x
= 31,662 m
L = total panjang creepline
= 61,677 m
∆H = elevasi MAN hulu - elevasi MAN hilir
= 3,542 m
Lx/L*∆H = 2,53
Px = Hx- Lx/L*∆H
= 10,14
Wx = Kedalaman air pada titik x
= 5,51
1,25 × (10,14 − 5,51)
3,1 >
2,2
3,1 > 2,6 (Aman)

16
2.2.6. Kontrol Panjang Lantai Muka
Lantai muka pada bendung sangat berpengaruh terhadap besar
kecilnya tekanan yang terjadi akibat gaya tekan ke atas di bawah lantai
dan tekanan air diatas lantai muka yang bisa mengakibatkan erosi di
bawah tanah dan kehilangan beda tinggi energi persatuan panjang pada
jalur rembesan. sehingga dalam perancangan bendung tetap ini harus
direncanakan lantai muka yang aman dari rembesan air yang mengalir
ke arah tubuh bendung. Untuk kontrol lantai muka digunakan teori
Lane.
Panjang lantai muka bendung tetap direncanakan sebesar 20
meter.
Teori Lane
Metode lane yang juga disebut metode angka rembesan
adalah metode yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan
utama untuk mengetahui adanya erosi bawah tanah. Metode
memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Metode – metode
lain mungkin akan dapat memberikan hasil – hasil yang lebih baik,
tetapi penggunaannya sulit. Panjang creep line vertical (Lv) 3 kali
panjangnya creep line horizontal, secara matematik dapat ditulis
sebagai berikut :
Lv + Lh/3 > H x C
dimana:
H : perbedaan elevasi MAB hulu dan MAB hilir
Lv : panjang creep line vertikal
Lh : panjang creep line horizontal
C : creep ratio
H = +151,26-147,02
= 4,24
Lv = 22,31 m
Lh = 32,05 m
C = material dibawah bendung dianggap kerikil dan pasir = 6
Maka,

17
Lv + Lh/3 > HxC
22,31 + 32,05 /3 > 4,24 x 4
18,12 > 16,956
Berdasarkan perhitungan tebal lantai muka, diperoleh
dengan panjang 20 m, bendung tahan terhadap rembesan air.

18
BAB III
STABILITAS BENDUNG

3.1. Analisis Stabilitas Bendung


Analisis stabilitas bendung ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
tekanan gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung, seperti gaya berat, gaya
hidrostatik, gaya gempa,tekanan lumpur, dan gaya uplift pressure.

3.1.1. Gaya Berat dan Momen

luas bendung 627,68 m2


d ( lengan beban) 7,37 m
berat sendiri
bendung
v 627,68
gamma 2.2

G (berat sendiri) 1380.869 t


momen tahanan 10177.0091 tm

19
Contoh perhitungan:
Luas = 627,68 m2 (ACAD)
Lengan = jarak terhadap titik guling dengan titik berat bendung
= 7,37 m
G = ∂ x Luas
∂ = berat jenis batu kali = 2,2 t/m3
G = 2,2 x 627,68
= 1380,869 t
Momen = G x lengan
= 1380,869 x 7,37
Momen = 10177,0091 tm

3.1.2. Gaya Gempa


Gaya gempa ini dihitung dengan arah horizontal yang garis
kerjanya melewati titik berat konstruksi. Agar memudahkan
perhitungan maka tubuh bendung dibagi menjadi beberapa bagian.

Gambar 3. 1. Peta Zona Gempa Indonesia


Bendung di bangun di daerah Papua Barat dan diapatkan nilai z
dari gambar diatas yaitu z = 1,2. Jenis tanah diluvium, maka didapatkan
koefisien jenis tanah n = 0,87 dan m = 1,05. Dengan periode ulang 100
tahun maka didaptkan percepatan dasar gempa (ac) = 160 cm/dt2.

20
Contoh perhitungan:
Untuk bangunan nomer 1, yaitu segitiga
G = dari perhitungan berat sendiri bendung = 1,29 t
Ad = n x (Z x ac)m
= 0,87 x (1,2 x (160/100))1,05
Ad = 1,726
f = Ad/g
= 1,726/9,81
f = 0,176
K =fxG
= 0,176 x 1,29
K = 0,226 t
Lengan = jarak terhadap titik guling dengan titik berat tubuh
bendung
= 4,875 m
Momen = lengan x G
= 12,31 x 1,29
Momen = 15,87 tm
termasuk momen guling karena arah gaya horizontal

21
3.1.3. Tekanan Lumpur
Endapan lumpur yang dibawa aliran air yang kemudian mengendap
di muka bendung menimbulkan tekanan lumpur dari arah horizontal
dan dari arah vertikal ke bawah. Diasumsikan  lumpur = 1,71 t/m³ ; Φ
= 30˚.

Perhitungan komponen

3. 1. Perhitungan gaya lumpur dan momen

Contoh perhitungan:
Jarak lengan = 9,36 m

22
Luas = 1,78 m2
WS = 𝛾𝑠 ×ℎ 2/ 2 ( 1−𝑠𝑖𝑛𝜕 1+sin 𝜕 )
= 0.729 ×2,75 /2 ( 1−𝑠𝑖𝑛𝜕 1+sin𝜕 )
= 0,895
Momen guling = WS × jarak lengan
= 0,895 × 9,36
= 8,38 ton/m2

WS2 = (1/2 x a x h) 𝛾𝑠
= (1/2 ×1,78x 2,75) 0,729
= 0,91 ton/m2
Momen Tahan = WS2 × jarak lengan
= 0,91 × 9,36
= 11,54 ton/m2

3.1.4. Gaya Hidrostatik dan Momen


Gaya hidrostatik disebabkan oleh gaya tekan air yang menggenangi
tubuh bendung sehingga menimbulkan gaya tekan air dari arah
horizontal dan dari arah vertikal ke bawah.

A. Kondiri Muka Air Normal

23
Tabel perhitungan gaya hidrostatik

Contoh perhitungan:
Untuk gaya W1, yaitu berbentuk segitiga
∂air = 1 t/m3
Gaya W 1 = h x ∂ → gaya persatuan lebar bendung
= 6,26 x 1
Gaya W 1 = 6,16 t
Lengan = jarak titik guling dengan titik berat segitiga
= 9,54 m
Momen = gaya x lengan
Pada gaya hidrostatik, terdapat dua momen yang terjadi.
Momen W 1 = 6,16 x 9,54
= 58,77 tm → momen guling

B. Kondisi Muka Air Banjir

24
Tabel Perhitungan gaya hidrostatik dan momen kondisi MAB

Contoh perhitungan:
Untuk gaya W2, yaitu berbentuk segitiga
∂air = 1 t/m3
Gaya W 2 = h x ∂ → gaya persatuan lebar bendung
= 6,35 x 1
Gaya W 2 = 6,35 t
Lengan = jarak titik guling dengan titik berat segitiga
= 9,74 m
Momen = gaya x lengan
Pada gaya hidrostatik, terdapat dua momen yang terjadi.
Momen W 2 = 6,35 x 9,74
= 61,85 tm → momen guling

25
3.1.5. Uplift Pressure
Arah dari gaya uplift pressure adalah tegak lurus dengan bidang
kontaknya. Untuk gaya ini harus dicari tekanan pada tiap – tiap titik
sudut, dicari besarnya gaya yang bekerja pada tiap – tiap bidang. Secara
umum besarnya tekanan pada setiap titik sudut.

A. Kondisi Muka Air Normal

26
Contoh perhitungan:
Px = Hx – (Lx / ƩL) x ∆H
dengan:
∆H : elevasi MAN di hulu - elevasi MAN di belakang bendung
Lx : panjang creepline dari hulu ke titik yang di tinjau terhadap
ƩL : total panjang creepline
Hx : jarak titik yang ditinjau terhadap muka air di hulu
Maka, untuk menghitung titik 1:
H1 = 5,02 m
L1 = 20 m
ƩL = 61,77 m
∆H = 3,54
P1 = 5,02 - (20/61,77) x 3,54
= 3,87 t
Untuk menghitung bidang 1-2, maka:
Px untuk titik 2 dihitung dengan cara yang sama dengan Px titik 1
P2 = 7,99 t
Lengan = jarak titik berat bidang terhadap titik guling
= 12,33 m
Luas(acad) = 9,96 m2
Momen = luas x lengan
= 9,96 x 12,33
= 122,8

27
B. Kondisi Muka Air Banjir

Cara menghitung:
Sama seperti kondisi muka air normal.

28
3.1.6. Total Gaya pada Bendung
Berikut diberikan tabel hasil gaya yang bekerja pada tubuh bendung.

Untuk gaya uplift, dimasukan ke dalam tabel dengan dikali terlebih dahulu
dengan 70%. Kemudian, semua gaya dijumlah, kecuali gaya vertikal yang
menggunakan uplift, besar uplift akan mengurangi total gaya vertikal.

3.2. Kontrol Stabilitas Bendung


Kontrol stabilitas adalah syarat yang harus dipenuhi agar kondisi bendung stabil dan
aman. Kontrol yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan dengan faktor
keamanan. Kontrol yang dilakukan adalah kontrol terhadap guling, kontrol terhadap geser,
kontrol terhadap eksentrisitas, dan kontrol terhadap daya dukung tanah.
3.2.1. Kontrol terhadap Guling
Suatu konstruksi tidak boleh terguling akibat dari gaya – gaya yang bekerja.
Maka, momen tahanan (Mt) harus lebih besar dari momen guling (Mg).
𝑀𝑡
𝐹𝐾 = ≥ 1,5
𝑀𝑔
Dimana:
Mt = Momen tahanan (t.m)
Mg = Momen guling (t.m)

Kondisi Muka Air Normal


1142,78
Tanpa uplift : FK = = 5,522 > 1,5 (AMAN)
206,95
1513,22
Dengan uplift : FK = = 4,472 > 1,5 (AMAN)
338,38

Kondisi Muka Air Banjir


1142,78
Tanpa uplift : FK = = 5,522 > 1,5 (AMAN)
206,95
1578,39
Dengan uplift : FK = = 4,32 > 1,5 (AMAN)
365,36

29
Berdasarkan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa bendung aman terhadap
guling karena telah memenuhi persyaratan FK guling > 1,5.
3.2.2. Kontrol terhadap Geser
Suatu konstruksi bendung tidak boleh bergeser akibat gaya-gaya yang bekerja,
maka jumlah gaya vertikal harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah gaya
horizontal.
∑𝑉.𝑓
𝐹𝐾 = ≥ 1,5
∑𝐻
Dimana:
∑ 𝑉 = Jumlah gaya horizontal yang bekerja pada bangunan (t)
∑ 𝐻 = Jumlah gaya vertikal (t)
f = Koefisien gesekan (0,75 untuk batu keras berkualitas baik)

Kondisi Muka Air Normal


238,35𝑥0,75
Tanpa uplift : FK = = 10,236 > 1,5 (AMAN)
17,47
285,78𝑥0,75
Dengan uplift : FK = = 3,336 > 1,5 (AMAN)
64,26

Kondisi Muka Air Banjir


247,15𝑥0,75
Tanpa uplift : FK = = 6,228 > 1,5 (AMAN)
29,77
302,37𝑥0,75
Dengan uplift : FK = = 2,698 > 1,5 (AMAN)
84,05

Berdasarkan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa bendung aman terhadap


geser karena telah memenuhi persyaratan FK geser > 1,5.

30
3.2.3. Kontrol terhadap Eksentrisitas
Persamaan Umum:

𝐵 ∑𝑀 𝐵
𝑒= − <
2 ∑𝑉 6
Dimana:
M = resultan dari momen (T.m)
= M tahan – M guling
B = Panjang telapak pondasi = 12,92 meter
ƩV = Jumlah gaya vertikal (t)

B yang digunakan sebesar 12,92 m


Kondisi Muka Air Normal
Tanpa uplift : FK = (12,92/2) - ((1142,78-206,95)/156,77)
= 0,491 < 1,94 (AMAN)
Dengan uplift : FK = (12,92/2) - ((1513,22-338,38)/204,19)
= 0,706< 1,94 (AMAN)

Kondisi Muka Air Banjir


Tanpa uplift : FK (12,92/2) - ((1142,78-206,95)/165,67)
= 0,808 < 1,94 (AMAN)
Dengan uplift : FK = (12,92/2) - ((1578,39-365,36)/220,79)
= 0,966 < 1,94 (AMAN)
Berdasarkan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa bendung aman terhadap
eksentrisitas karena telah memenuhi persyaratan FK < B/6

31
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab – bab sebelumnya, maka kami dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut: Perancangan Bendung ini yang kami analisis
agar dapat memenuhi kebutuhan air bagi lahan persawahan di daerah Papua Barat. Analisis
difokuskan pada tubuh bendung dengan data dan kontrol stabilitas sebagai berikut:
• Debit banjir rencana : 181,4 m^3/det
• Tinggi mercu : Tinggi mercu = 2,75 m, dengan elevasi
mercu +148,95 dan elevasi lantai hulu
+146,2.
• Lebar bendung : Lebar bendung sesuai dengan lebar rata-rata
sungai, yaitu 22 meter.
• Mercu bendung : Tipe mercu bulat dengan satu jari-jari
• Tinggi muka air : TMA banjir hulu + 151,26 meter
TMA banjir hilir + 147,02 meter
• Kolam olakan : Tipe bak tenggelam dengan jari-jari 3,5 m
• Tebal lantai olakan : 3,1 meter
• Lantai muka hulu : 20 meter
• Kontrol stabilitas

32
33
DAFTAR PUSTAKA
Suripto, Desi Supriyan, Deni Yatmadi. Power Point: Kontrol Stabilitas Tubuh Bendung.
Politeknik Negeri Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai