DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS C
ASISTEN : TONI RIZKI TANTO
i
Judul : “Konservasi Sumber Daya Lahan Menurut Tingkat Erosi Di
Dusun Kekep, Desa Tulungrejo, Kec. Bumiaji, Kota Batu,
Jawa Timur”
Penyusun : Kelompok 1
Kelas :C
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
II. PENDEKATAN METODE..............................................................................3
2.1 Inventarisasi Sumberdaya Lahan....................................................................3
2.2 Tingkat Erosi Tanah........................................................................................5
2.3 Klasifikasi Kemampuan Lahan......................................................................6
III. KONDISI SUMBERDAYA LAHAN...........................................................14
3.1 Kondisi Umum DAS Mikro.........................................................................14
3.2 Kemampuan Lahan.......................................................................................15
3.3 Erosi..............................................................................................................16
3.4 Permasalahan Lahan.....................................................................................17
IV. PERENCANAAN KONSERVASI................................................................19
4.1 Rekomendasi Detail Konservasi..................................................................19
4.2 Analisis Kelebihan Rekomendasi.................................................................21
V. KESIMPULAN................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................26
iii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kriteria Kalasifikasi Kelas Kemampuan Lahan...........................................................13
2. Kelas KemampuanLahan SPL 1...................................................................................15
3. Kelas KemampuanLahan SPL 2...................................................................................15
4. Jenis – Jenis Erosi yang Ditemukan Di Lahan..............................................................16
5. Nilai Perhitungan Kelerengan Erosi dan Edp per SPL.................................................17
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan..............................................................9
2. Kondisi Lahan....................................................................................................14
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1.Data Curah Hujan................................................................................................26
2. Perhitungan Nilai Aktual....................................................................................28
3. Perhitungan Nilai Rekomendasi.........................................................................30
4. Sketsa Aktual dan Rekomendasi........................................................................32
5. Dokumentasi...................................................................................................... 33
vi
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan konservasi tanah dan air merupakan kegiatan yang bertujuan
dalam waktu jangka panjang untuk menyelamatkan air dan tanah di sumberdaya
alam. Menurut FAO (2011), konservasi tanah dan air melalui pendekatan
agroekosistem dapat meningkatkan keuntungan usahatani, memperbaiki
ketahanan pangan, dan meningkatkan produktivitas lahan secara keberlanjutan
dalam mengatasi masalah – masalah yang kerap terjadi pada suatu lanskap.
Masalah yang sering terjadi saat ini yaitu degradasi lahan akibat kegiatan
intensifikasi yang begitu tidak terkontrol dan ketidaksesuaian lahan untuk
penggunaan lahan tertentu, sehingga sering sekali terdengar kabar bencana tanah
longsor dan banjir dimana mana. Pada landskap Dusun Kekep, Desa Tulungrejo,
Kec. Bumiaji Kota batu yang memiliki tutupan lahan mayoritas tanaman semusim
dengan mengunggulkan tanaman hortikultura seperti wortel, bawang daun, sawi
dan lainya, karena daerah tersebut merupakan dataran tinggi. Permasalahan utama
yang ada di daerah tersebut yaitu tingkat kelerengan yang cukup curam dapat
dilihat dari kelas kemampuan lahan.
Kegiatan yang sudah dilakukan oleh petani daerah Kekep, dengan
menggunaakan metode mekanis yaitu pembuatan teras gulud untuk mengurangi
tingkat erosi yang akan terjadi pada saat hujan, disamping itu akan dapat
menyimpan air di sela – sela guludan yang tidak akan langsung jatuh ke bawah,
dengan demikian peran mekanis sangatlah besar dalam mengurangi bahaya erosi,
Menurut Arsyad (2000), tindakan konservasi tanah dan air secara mekanis adalah
suatu hal atau kegiatan guna mengurangi erosi secara fisik seperti pembuatan
saluran pembuangan air, teras dan lainnya. Namun konservasi ini harus dilakukan
dengan penuh perhitungan mengingat bahaya ketika salah dalam melakukan
analisis lahan.
Mengingat pentingnya konservasi yang harus diterapkan agar tindakan
konservasi efektif dan efesien, perlunya dilakukan analisis lahan untuk
mendapatkan data – data yang diperlukan untuk kegiatan konservasi seperti nilai
aktual erosi, dan erosi diperbolehkan (Edp) dimasing – masing satuan penggunaan
lahan (Spl) yang sudah disepakati oleh kelompok pengamat, disamping itu
pengeluaran biaya sangat penting dilakukan analisis perhitungan agar tepat pada
2
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari pembuatan laporan project
Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan yaitu,
a. Menentukan besarnya erosi di landskap Dusun Kekep, Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
b. Menentukan rekomendasi tindakan konservasi tanah dan air di tutupan lahan
tanaman wortel dan bawang daun pada kelerengan 11-27%
c. Mengetahui besarnya selisih dari nilai aktual erosi dengan nilai rekomendasi
potensial dari tindakan konservasi yang akan dilakukan
3
1. Erosivitas Hujan
Erosivitas merupakan kemampuan hujan dalam menimbulkan atau
menyebabkan erosi. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengauh jatuhan
butir-butir hujan langsung diatas permukaan tanah. Kemampuan air hujan sebagai
4
penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju, intensitas, durasi dan
distribusi air hujan. Persamaan yang digunakan untuk mengukur erosivitas:
Rb = 10,80 + 4,15 CHb
Keterangan :
CHb : Curah hujan bulanan (cm)
2. Erodibilitas
Erodibilitas tanah adalah kepekaan tanah terhadap tingkat erosi. Apabila
tinggi erodibiltas maka tanah akan mudah tererosi karena tanah sangat peka
terhadap erosi, begitu juga sebaliknya. Indeks erodibilitas tanah menunjukkan
tingkat kerentanan tanah terhadap erosi, yaitu retensi partikel terhadap pengikisan
dan perpindahan tanah oleh energi kinetik air hujan. Tekstur tanah yang sangat
halus akan lebih mudah hanyut dibandingkan dengan tekstur tanah yang kasar.
Kandungan bahan organik yang tinggi akan menyebabkan nilai erodibilitas tinggi.
Persamaan yang digunakan untuk mengukur erodibilitas:
100 K = 1,292 [21 M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)]
Keterangan :
M : Persentase pasir sangat halus dan debu (% pasir sangat halus + % debu)
x (100 - % liat)
a : Persentase bahan organik;
b : Kode struktur tanah; dan
c : Kelas permeabilitas tanah.
4. Vegetasi (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada
suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi dengan pada
kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa pengelolaan tanaman. Dengan
adanya vegetasi berupa cover crop maka kemungkinan erosi akan berkurang.
Karena air hujan tidak akan berkontak langsung dengan tanah yang menyebabkan
terjadi erosi kecil.
5. Pengolahan Tanah
Pengelolaan tanah yang kurang baik akan memudahkan terjadinya erosi.
Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang bila usaha
konservasi tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya) dengan tanpa
adanya usaha konservasi tanah. Karena jika tanah tersebut tidak diolah sesuai
kelas kemampuan tanah, tentunya akan menyebabkan kerusakan tanah. Kerusakan
tanah salah satunya disebabkan oleh erosi.
B. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan adalah data wawancaa. Wawancara
dilakukan pada petani yang menggarap pada titik-titik pengamatan, adapun hal-
hal yang menjadi bahan wawancara kepada petani mengenai permasalahan-
permasalahan yang terjadi di lahan, kondisi ekonomi dan produksi yang
didapatkan di lahan.
a. Kelas I
Lahan kelas I sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa
memerlukan tindakan yang khusus. Lahannya datar, solumnya dalam, bertekstur
agak halus atau sedang, berdrainase baik, mudah diolah, dan responsif. terhadap
pemupukan. Lahan kelas I tidak mempunyai penghambat atau ancaman
kerusakan, sehingga dapat digarap untuk usaha tani tanaman semusim dengan
aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur tanah yang
baik diperlukan guna menjaga kesuburan dan mempertinggi produktivitas.
b. Kelas II
Lahan kelas II mempunyai beberapa penghambat yang dapat mengurangi
pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha pengawetan tanah
yang tingkatnya sedang.
c. Kelas III
Lahan kelas III mempunyai penghambat yang cukup berat, yang
mengurangi pilihan jenis tanaman yang dapat diusahakan, atau memerlukan usaha
pengawetan tanah yang khusus, atau keduanya.
d. Kelas IV
8
e. Kelas V
Lahan kelas V mempunyai sedikit atau tanpa bahaya erosi, tetapi
mempunyai penghambat lain yang praktis sukar dihilangkan, sehingga dapat
membatasi penggunaan lahan ini. Akibatnya, lahan ini hanya cocok untuk
tanaman rumput ternak secara permanen atau dihutankan.
f. Kelas VI
Lahan kelas VI mempunyai penghambat yang sangat berat sehingga tidak
sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput ternak atau
dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput harus dijaga agar rumputnya selalu
menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu harus lebih selektif. Bila
dipaksakan untuk tanaman semusim, harus dibuat teras bangku. Lahan ini
mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki.
g. Kelas VII
Lahan kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk usaha tani tanaman semusim
dan hanya sesuai untuk padang penggembalaan atau dihutankan.
h. Kelas VIII
Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk produksi pertanian, dan hanya dibiarkan
dalam keadaan alami atau dibawah vegetasi hutan. Lahan ini dapat digunakan
untuk daerah rekreasi cagar alam atau hutan lindung.
Hambatan Ancaman Meningkat, Kesesuaian dan Pilihan Penggunaan Berkurang
Kelas
Lahan
I
II
V
III
IV
VI
VII
Kemampuan
VIII
Cagar Alam Hutan Lindung
Pengembalaan Terbatas
Pengembalaan Intensif
Intensitas dan Pilihan Penggunaan Meningkat
Garapan Terbatas
Garapan Intensif
9
Kriteria faktor pembatas yang menentukan kelas atau sub kelas maupun
satuan kemampuan lahan menurut Arsyad (1989), yaitu:
a. Iklim
Dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu
temperature dan curah hujan. Temperatur yang rendah mempengaruhi jenis dan
pertumbuhan tanaman. Di daerah tropika yang paling penting mempengaruhi
temperatur udara adalah ketinggian letak suatu tempat dari permukaan laut. Udara
yang bebas bergerak akan turun temperaturnya pada umumnya dengan 1 0 C untuk
setiap 100 m naik di atas permukaan laut. Penyediaan air sealami berupa curah
hujan yang terbatas atau rendah di daerah agak basah, agak kering, dan kering
mempengaruhi kemampuan tanah.
c. Kedalaman Tanah
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus
oleh akar tanaman. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
k0: dalam (>90 cm)
k1: sedang (90 – 50 cm)
k2: dangkal (50 – 25 cm)
k3: sangat dangkal (< 25 cm)
d. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas
tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan
kimia tanah lainnya. Tekstur tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
t1: tanah bertekstur halus, meliputi tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat.
t2: tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir,
lempung berliat dan lempung liat berdebu.
t3: tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu dan
debu.
t4: tanah bertekstur agak kasar, melliputi tekstur lempung berpasir, lempung
berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus.
t5: tanah bertekstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir.
e. Permeabilitas
Permeabilitas tanah dikelompokkan sebagai berikut:
P1: lambat (< 0,5 cm/jam)
P2: agak lambat (0,5 – 2,0 cm/jam)
P3: sedang (2,0 – 6,25 cm/jam)
P4: agak cepat (6,25 – 12,5 cm/jam)
12
f. Drainase
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
d0: berlebihan; air yang berlebihan segera keluar dari tanah dan tanah hanya
akan menahan sedikit air sehingga tanaman akan segera mengalami
kekurangan air. d1: baik; tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang
baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah > 150 cm
berwarna terang yang seragam.
d2: agak baik; tanah berareasi baik didaerah perakaran. Tidak terdapat
bercakbercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan
bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan
tanah).
d3: agak buruk; tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau
coklat. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah
(sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
d4: buruk; bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau
bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
d5: sangat buruk; seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu
dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak
berwarna kebiruan atau terdapat air yang menggenang dipermukaan
tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan
tanaman.
g. Kerikil/batuan
Kerikil adalah bahan kasar yang berdiameter > 2mm – 7,5 cm (jika
berbentuk bulat).
b0: tidak ada atau sedikit (< 15% volume tanah)
b1: sedang (15 – 50% volume tanah)
b2: banyak (50 – 90% volume tanah)
b3: sangat banyak (> 90% volume tanah)
O0: tidak pernah (dalam periode satu tahun tanah tidak pernah kebanjiran
selama > 24 jam).
O1: kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur
dalam periode < satu bulan).
O2: selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran
untuk selama > 24 jam.
03: selama 2 – 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir
yang lamanya lebih dari 24 jam.
04: selama waktu ≥ 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang
lamanya > 24 jam.
i. Salinitas tanah
Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan
listrik ekstrak tanah berikut:
g0: bebas (< 0,15% garam larut; 0 – 4 (EC x 103) mmhos per cm pada suhu
25°C).
g1: sedikit terpengaruh (0,15 – 0,35% garam larut; 4 – 8 (EC x 103)
mmhos/cm pada suhu 25°C).
g2: cukup terpengaruh (0,35 – 0,65% garam larut; 8 – 15 (EC x 103)
mmhos/cm pada suhu 25°C).
g3: sangat terpengaruh (> 0,65% garam larut; > 15 (EC x 103) mmhos/cm
pada suhu 25°C).
Berikut adalah tabel tentang kriteria klasifikasi kelas kemampuan lahan:
Tabel 1. Kriteria Kalasifikasi Kelas Kemampuan Lahan
1 Lereng
A B C D A E F G
KE 1, KE KE 4, KE
2 Kepekaan Erosi
2 KE 3 5 KE5 (*) (*) (*) (*)
3 Tingkat Erosi
e0 e1 e2 e3 (**) e4 e5 (*)
4 Kedalaman Tanah
k0 k1 k2 k2 (*) k3 (*) (*)
14
Tingkat Erosi
Batu/Kerikil tidak ada b0 I
BahayaBanjir tidak pernah O0 I
Kelas Kemampuan Lahan III lereng, kedalaman efektif
Lahan project yang kita amati pada SPL 2 memiliki tekstur tanah liat
berpasir, lereng sebesar 8,3-14%, drainasenya baik, kedalaman efektif dangkal,
batuan tidak ada, dan bahaya banjir tidak pernah. Berdasarkan data yang telah kita
peroleh maka SPL 2 masuk kedalam kelas kemampuan lahan III yaitu lereng dan
kedalaman efektif sebagai faktor pembatasnya.
III.3 Erosi
Berdasarkan fieldwork yang telah dilaksanakan, didapatkan data mengenai
faktor – faktor yang menyebabkan erosi seperti erosivitas, erodibilitas, panjang
dan kemiringan lereng, jenis tanaman dan pengelolaan lahan tersebut. Erosivitas
merupakan kemampuan potensial dari hujan untuk menyebabkan erosi, yang
merupakan fungsi dari karakteristik hujan yang berdasarkan energi kinetik.
Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap erosi, semakin tinggi nilai
erodibilitas suatu tanah maka semakin mudah tanah tersebut tererosi. Kemiringan
dan panjang lereng memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya erosi,
terutama pengaruhnya bagi aliran permukaan (run off) dan kemungkinan
terjadinya sedimen. Pengelolaan (P) dan jenis tanaman (C) menunjukkan
keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, keadaan permukaan tanah dan
pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi) (Purwantara dan
Nursa’ban, 2012).
Berikut merupakan data hasil jenis – jenis erosi yang ditemukan di lahan
pada tiap – tiap SPL :
Tabel 4. Jenis – Jenis Erosi yang Ditemukan Di Lahan
Jenis – jenis erosi yang ditemukan di lahan
SPL Identifikasi erosi di A Edp
lapang (ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun)
1 Erosi percik dan alur 596,72 35,6
2 Erosi percik dan alur 235,04 35,6
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada SPL 1 dengan kelerengan
20,1– 27,1% memiliki erosi percik dan alur pada lahan aktualnya dengan nilai
erosi sebesar 46,713 ton/ha/tahun dan nilai Edp sebesar 8,31 ton/ha/tahun. Pada
SPL 2 dengan kelerengan 8,3 – 14% memiliki erosi percik dan erosi alur pada
17
lahan aktualnya dengan nilai erosi sebesar 18,4 ton/ha/tahun dan nilai Edp sebesar
8,31 ton/ha/tahun. Menurut Arsyad (2000), erosi alur terjadi jika air terkonsentrasi
dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah, sehingga proses
penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut, yang kemudian
membentuk alur-alur.
Nilai erosi (A) lahan aktual pada SPL 1 lebih besar dari pada nilai erosi
yang diperbolehkan (Edp). Besarnya nilai erosi aktual di lahan daripada erosi
yang diperbolehkan dapat terjadi karena lahan yang digunakan tidak sesuai
dengan kemampuan lahan sehingga memicu terjadinya erosi pada kawasan
tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan kelas kemampuan lahan pada SPL 1
yaitu pada kelas IV dengan faktor pembatas berupa kelerengan. Dilihat dari lebih
besarnya erosi aktual di lahan dari pada erosi yang diperbolehkan maka perlu
adanya konservasi pada lahan tersebut agar tidak menimbulkan erosi yang
semakin besar lagi. Begitu pula dengan SPL 2 yang memiliki nilai aktual lebih
besar dari pada erosi yang diperbolehkan karena ketidaksesuaian kemampuan
lahan sehingga memicu terjadinya erosi pada lahan tersebut. Hal tersebut
dibuktikan dengan kelas kemampuan lahan pada SPL 2 yaitu pada kelas III
dengan faktor pembatas kelerengan dan kedalaman efektif. Sehingga, perlu
adanya konservasi pada lahan tersebut untuk mencegah terjadinya erosi yang lebih
besar lagi.
(ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun)
1 20,1 – 27,1% 596,72 35,6
2 8,3 – 14% 235,04 35,6
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan nilai yang cukup besar
antara nilai erosi aktual dan erosi yang diperbolehkan (Edp). Hal ini dapat
dikarenakan antara lain penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kelas
kemapuan lahannya. SPL 1 dan SPL 2 pada pengamatan project di lapang
tergolong ke kelas kemampuan lahan yang cukup tinggi hingga tinggi. Menurut
Herawati (2010), penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan
lahannya dapat merusak lahan serta menghambat pertumbuhan tanaman itu
sendiri. Sehingga apabila ingin memanfaatkan lahan tersebut maka perlu
dilakukan perbaikan untuk mencegah erosi yang berat. Tingkat kemiringan juga
mempengaruhi tingkat erosi yang terjadi, menurut Triwanto (2012), faktor
topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang dan
kecuraman lereng. Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan volume air
permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam saluran-saluran
(sungai), atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan (datar) sehingga
kecepatan dan volume dipencarkan ke berbagai arah. Panjang lereng berperan
terhadap besarnya erosi yang terjadi, semakin panjang lereng maka semakin besar
volume aliran permukaan yang akan teradi.
19
Kedua, faktor pembatas berupa kedalaman efektif tanah yang dangkal akibat
dari tanaman utama yang ditanam berupa tanaman musiman yang pada umumnya
memiliki perakaran yang dangkal yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan
sehingga tingkat erosi pada tanaman musiman lebih besar daripada tanaman
tahunan. Hal tersebut diakibatkan sistem perakaran pada tanaman musiman sistem
perakarannya tidak luas yang akan menyebabkan daya cengkeram pada tanah
menurun. Sesuai dengan pernyataan Priyono (2017) bahwa, tanaman tahunan
memiliki sistem perakaran yang luas sehingga daya memegang tanah akan lebih
besar, yang pada akhirnya akan meningkatkan porositas dan infiltrasi tanah. Selain
itu menurut Arsyad (2010) menyatakan bahwa jenis tanaman yang dibudidayakan
sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh
terhadap penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai
pemantap tanah agar tidak mudah hancur oleh air hujan.
Sehingga dari fakta – fakta yang telah dipaparkan, kelompok ini
merekomendasikan konservasi vegetative yakni dengan melakukan penanaman
tanaman pohon, perdu dan tanaman semusim. Tanaman pohon yang dipilih yaitu
pohon pinus, karena tanaman pinus merupakan vegetasi alami yang ada di sekitar
lahan pertanian yang belum mengalami alih fungsi. Selain itu menurut Sallata
(2013) tanaman pinus memiliki kedalaman perakaran yang dalam yaitu sekitar
100 cm sampai 150 cm melalu selanjutanya, tanaman perdu yang dipilih yaitu
tanaman kopi jenis Arabica karena menurut kopi jenis ini dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian sekitar 1000 – 2100 mdpl , dimana kopi ini berguna untuk
menunjang perekonomian masyarakat disana dan juga kopi bersifat butuh
terhadap naungan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Anita (2016) yang
menyatakan bahwa bibit kopi yang berkualitas sangat bergantung pada naungan
karena kopi tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi.
Kemudian, yang terakhir untuk tanaman musiman yang digunakan antara lain
sawi, talas dan jahe, ketiga jenis tanaman ini toleran terhadap naungan yang
artinya naungan tidak berpengaruh akan membatasi proses pertumbuhan maupun
perkembangan dari tanaman. Menurut pendapat Haryanto et al (2002) sawi
merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran
tinggi dan juga toleran terhadap naungan dan kekeringan.
21
menjadi gembur sehingga akar tanaman mudah masuk kedalam tanah yang
menjadikan kedalaman efektif tanah menjadi tinggi atau lebih dalam.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga menurut
(Nita et al 2015). Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin banyak bahan organik maka akan mendukung kegiatan budidaya
tanaman. Bahan organik selain mendukung kemampuan tanah juga dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah
satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Pemberian bahan organik ke
dalam tanah harus dilakukan secara berkelanjutan karenabahan organik
merupakan komponen yang penting untuk memperbaiki dan
meningkatkankualitas sifat-sifat tanah. Bahan organik dapat berperan dalam
perbaikan sifat fisik tanah (Nita et al 2015).
23
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada lahan project terdapat 2 SPL yaitu SPL 1 yang memiliki kelas
kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas berupa kelerengan dan pada SPL 2
yang memiliki kelas kemampuan lahan III dengan faktor pembatas berupa
kelerengan dan kedalaman efektif. Dari permasalahan yang ada di lahan, kami
menyarankan adanya konservasi secara vegetatif yaitu dengan penanaman
multistrata tanaman pinus, kopi, talas, sawi dan jahe pada SPL 1 dan SPL 2.
Untuk tindakan konservasi secara mekanis tidak dilakukan karena pengelolaan
lahan sudah baik, yaitu menggunakan teras gulud.
5.2 Saran
Konservasi tanah dan air perlu dilakukan pada lahan tersebut. Sehingga
perlu pengamatan lebih lanjut dan lebih intensif supaya tidak terjadi degradasi
lahan maupun erosi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abe, K and Ziemer R.,R. 1991. “Effect of tree roots on shallow-seated land
slides”. USDA forest Service Gen. Tech. Rep. PSW-GT 130: 11-20.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB – Press : Bogor.
______. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut
Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press.
______. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. IPB Press. Bogor.
______. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor, IPB Press. Edisi Kedua
Arsyad,Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Ke-2. Penerbit IPB.
Bogor.
Baja, Sumbangan. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan
Wilayah. CV. Andi Offset: Yogyakarta.
Banuwa, Irwan Sukri. 2013. Erosi. Pranamedia Group: Jakarta.
FAO. 2011. Socio-economic analysis of conservation agriculture in Southern
Africa. REOSA Network Paper 02. Johannesburg, South Africa
Herawati, Tuti. 2010. Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah DAS
Cisade Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alami
Vol. VII (4).
Kartasapoetra, G. dan A. G. Sutedjo. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.
Rineka Cipta. Jakarta.
Klingbiel, A.A., 2014. Land-Capability Classification. Agriculture Handbook
No. 210. Washington D. C. United States of America Departement of
Agriculture(USDA)
Martono. 2004. Pengaruh intensitas hujan dan kemiringan lereng terhadap laju
kehilangan tanah pada tanah Regosol kelabu. Tesis. Megister Teknik Sipil
Universitas Diponogoro. Semarang.
Nugroho, C. 2012. Macam-Macam Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurhayati, L., S. Nugraha dan P. Wijayanti. 2012. Pengaruh Erosi terhadap
Produktivitas Lahan Das Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri.
Program Studi Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia.
Satriawan, Halus dan Fuady, Zahrul. 2014. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.
Deepublish: Yogyakarta.
Schwab, et.al. 1999. Planning for Post Disaster Recovery and Reconstruction.
FEMA-American.
Triwanto, J. 2012. Konservasi Lahan Hutan dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Malang: UMM Press
25
Tunas, I. G. 2005. Prediksi Erosi Lahan DAS Bengkulu Dengan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Jurnal SMARTEK, Vol III. No. 3: 137-145.
26
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Curah Hujan
27
2. Erosivitas (R)
Rb = 10,80 + 4,15 CHb
Rb Januari = 10,80 + 4,15 x 38,96 = 172,484
Rb Februari = 10,80 + 4,15 x 31,58 = 141,857
Rb Maret = 10,80 + 4,15 x 28,94 = 130,901
Rb April = 10,80 + 4,15 x 18,58 = 87,907
Rb Mei = 10,80 + 4,15 x 16,07 = 77,491
Rb Juni = 10,80 + 4,15 x 6,95 = 39,643
28
m
T = . C . (cos α)1,503 . 0,5 . (sin α)1,249 + (sin α)2,249
0,5
= . 34,7046 . (cos 27,1)1,503 . 0,5 . (sin 27,1)1,249 + (sin 27,1)2,249
= 8,251
SPL 2
Kemiringan lereng : 8,3% – 14%, sehingga menggunakan rumus Morgan
LS =
29
= 3,25
6. Erosi (A)
A = R x K x LS x C x P
SPL 1
A = 1043,596 x 0,66 x 8,251 x 0,7 x 0,15 = 596,72 ton/ha/tahun
SPL 2
A = 1043,596 x 0,66 x 3,25 x 0,7 x 0,15 = 235,04 ton/ha/tahun
30
2. Erodibilitas (K)
m
T= . C . (cos α)1,503 . 0,5 . (sin α)1,249 + (sin α)2,249
0,5
= . 34,7046 . (cos 27,1)1,503 . 0,5 . (sin 27,1)1,249 + (sin 27,1)2,249
= 8,251
SPL 2
LS =
= 3,25
4. Tanaman dan Pengolahan
A = R x K x LS x C x P
SPL 1
A = 1043,596 x 0,66 x 8,251 x 0,55 x 0,15 = 468,85 ton/ha/tahun
SPL 2
A = 1043,596 x 0,66 x 3,25 x 0,55 x 0,15 = 184,68 ton/ha/tahun
32
33
Lampiran 5: Dokumentasi