Anda di halaman 1dari 11

III.

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan Praktik Umum meliputi pengetahuan umum tentang budidaya

tanaman nanas khususnya tentang irigasi, dengan tahapan seperti yang tercantum

di bawah ini.

3.1.1 Budidaya tanaman nanas di PT Great Giant Food Plantation Group 4

3.1.1.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan di PT GGF merupakan serangkaian kegiatan sebelum lahan siap

ditanami. Kegiatan tersebut yaitu :

1. Penghancuran sisa tanaman nanas (Copping)

Kegiatan penghancuran tanaman nanas dilakukan secara mekanis dengan

menggunakan alat yang disebut chopper. Chopper akan mencacah menjadi

potongan-potongan kecil dan diharapkan potongan-potongan kecil tanaman nanas


tersebut dapat mempercepat proses pembusukan dan menyuburkan tanah (Gambar

1.)

Gambar 1. Lahan pertanaman nanas yang sudah di copping

2. Penggaruan (Harrowing)

Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah

menjadi granulasi (butiran tanah) yang lebih halus (kecil), sehingga tercipta

sistem aerasi, drainase dan struktur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman

nanas. Disamping itu penggaruan juga bertujuan untuk mematikan tanaman

pengganggu (gulma), semak belukar, mencacah serasah tanaman sebelumnya,

meratakan bekas guludan dan mencampur dengan tanah pada kedalaman tanah.

Penggaruan menggunakan alat yang disebut Rotary Hallow (Gambar 2).

Gambar 2. Penggaruan dengan menggunakan Rotary hallow


3. Pembajakan (Ploughing)

Pembajakan yaitu membalik dan menggemburkan tanah pada kedalaman

tertentu. Untuk lahan yang banyak tumbuh gulma alang-alang pembajakan

dilakukan lebih dalam untuk mematikannya. Alat yang digunakan Molboard

Plow dan Diskplow (Gambar 3)

Gambar 3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan


Diskplow

4. Penggaruan Akhir (Finishing)

Penggaruan akhir merupakan kegiatan melembutkan bongkahanbongkahan tanah

dan sekaligus meratakan permukaan tanahnya. Alat yang digunakan sama dengan

kegiatan penggaruan yaitu Rotary Harrow (Gambar 4).

Gambar 4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow


5. Penghancuran Agregat

Penghancuran agregat menggunakan alat Cultivator-Celly yang bertujuan

agar bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil (Gambar 5).

Gambar 5. Penghancuran agregat dengan alat Cultivator-Celly

6. Pembuatan Guludan (Ridger)

Pembuatan guludan bertujuan membuat tempat penanaman tanaman. Alat yang

digunakan yaitu Disk Ridger (Gambar 6).

Gambar 6. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk Ridger


7. Pembuatan Jalan dan Saluran Air

Kegiatan persiapan lahan terakhir yaitu pembuatan jalan. Beberapa jenis jalan

pada lahan yaitu jalan plot untuk membedakan plot dalam satu seksi, jalan blok

atau jalan seksi untuk membedakan antara seksi yang satu dengan seksi yang

lain termasuk jalan transportasi kendaraan di lahan. Selain pembuatan jalan juga

dibuat saluran air. Saluran air terdiri dari saluran sekunder dan tersier. Saluran air

yang dibuat bertujuan agar dapat menampung air pada musim kemarau dan

memperlancar aliran air pada musim hujan agar tanaman nenas tidak tergenang.

Alat yang digunakan untuk pembuatan jalan dan saluran air yaitu motor grader.

Lahan yang sudah dibuat jalan dan saluran air siap untuk ditanami (Gambar 7).

Gambar 7. Proses pembuatan saluran air dengan alat eksavator mini

3.1.1.2 Pembibitan

Pembibitan tanaman nanas di PT Great Giant Food Plantation dilakukan dengan

tiga cara yaitu Nursery, sucker, dan crown. Bibit Nursery yaitu tanaman nanas

yang dipangkas bagian atas dan bawahnya lalu dibelah menjadi empat bagian.
Bibit Sucker yaitu tanaman muda yang berada di antara ketiak tanaman nanas.

Bibit crown yaitu bibit yang diperoleh dari crown buah nanas yang kemudian

dibudidayakan. Tetapi disini sekarang sudah jarang memakai bibit crown karena

perawatannya yang sulit dan juga mahal.

Bibit yang sudah dipanen dikelompokkan berdasarkan ukuran besar, sedang, dan

kecil. Ukuran bibit sucker dibedakan berdasarkan diameter bonggol. Pembagian

bibit tersebut tersebut yaitu sucker besar 4.2-5 cm, sucker sedang 3.5-4.2 cm dan

sucker kecil 2.5-3.5 cm. Ukuran bibit crown dibedakan berdasarkan panjang bibit

yaitu crown besar 25-33 cm, crown sedang 15-16 cm dan crown kecil 12-14 cm.

Sedangkan bibit nursery dibedakan berdasarkan panjang bibit crown dengan

pembagian ukuran yang sama. Penyulaman dilakukan dengan menanam bibit over

grandong.

Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu bibit dicelupkan kedalam larutan pestisida

sebelum dibawa ke lokasi tanam. Proses pencelupan bibit ini disebut dipping.

Bahan-bahan yang digunakan dalam dipping yaitu propoksul, zypermetrin,

metalaxin, propikanazol, oxonia, indostik, dan humifok. Setelah kegiatan dipping,

bibit kemudian siap untuk ditanam.


Gambar 8. Proses dipping mekanis Gambar 9. Proses dipping manual

3.1.1.3 Penanaman

Setelah bibit dilakukan dipping, bibit dibawa ke lokasi tanam untuk

dilakukan penanaman. Ada dua jenis jarak tanam yang digunakan di PT. GGP

yaitu jarak tanam 27.5 cm x 60 cm atau 25 cm x 60 cm dengan kedalaman sekitar

30 cm. Kegiatan penanaman dilakukan secara manual menggunakan alat koret

kecil atau koret (Gambar 9).

Gambar 10. Proses penanaman


3.1.1.4 Perawatan

Kegiatan pengendalian gulma di PT. GGP diawali dengan kegiatan olah tanah,

kemudian dilanjutkan dengan pengaplikasian herbisida dan manual weeding.

Kegiatan pengendalian gulma dengan herbisida meliputi aplikasi pre emergence

yaitu pencegahan sebelum gulma tumbuh yang dilakukan ssegera setelah lahan

siap tanam (pre planting), kemudian setelah lahan ditanami sesegera mungkin

dilakukan pengendalian gulma susulan (post planting), kegiatan aplikasi post

emergence juga diterapkan pada saat terjadi kegagalan pengendalian gulma fase

pre emergent. Aplikasi post emergent merupakan kegiatan pengendalian gulma

sesegera setelah gulma tumbuh.

Herbisida booster merupakan herbisida yang diaplikasikan untuk memperkuat

herbisida pre emergent. Herbisida booster diaplikasikan bersamaan dengan

pemberian pupuk dengan cara disemprotkan pada tanaman menggunakan unit

BSC (Boom Sprayer Cameco) dan dilakukan beberapa kali dengan interval waktu

aplikasi 2 bulan sampai kanopi tanaman menutup. Aktivitas manual weeding yaitu

aktivitas mencabut gulma yang sudah tumbuh yang sulit dikendalikan dengan

herbisida dan dilakukan pada saat kanopi tanaman sudah menutup. Pengendalian

gulma pada saat sebelum tanam (pre planting) menggunakan herbisida bromacil

dengan dosis 4 kg/ha, diuron dengan dosis 3 kg/ha, dan ametrin dengan dosis 3

kg/ha. Pengendalian gulma pada saat setelah tanam (post planting) menggunakan

herbisida bromacil, dan diuron dengan dosis masing-masing 1,5 kg/ha. Aplikasi
herbisida booster menggunakan herbisida diuron dengan dosis 1,2 kg/ha dan

quizalofop dengan dosis 2 kg/ha.

Ada tiga jenis pupuk manual yang digunakan yaitu PDM (Pupuk daun manual),

PDTM (pupuk dasar tugal manual), dan PDDM ( pupuk dasar daun manual).

Untuk PDM diaplikasikan sebanyak 2 kali yaitu pada 35-40 HST dan 70-75 HST

dengan dosis pupuk DAP 100 kg/ha, ZA 100 kg/ha, K2SO4 80 kg/ha dan gypsum

200 kg/ha. Setelah itu pengaplikasian pupuk mekanis dengan menggunakan Boom

spraying, Boom Double Hino (BDH) dan Boom Double Famco (BDS).

Gambar 11. Pemupukan dengan Gambar 12. Aplikasi pupuk manual


menggunakan BSC daun

3.1.1.5 Forcing dan pemanenan

Forcing adalah kegiatan perangsangan pembungaan yang dilakukan oleh unit

Boom Spraying Cameco (BSC). Forcing dilakukan dengan tujuan untuk


menyeragamkan pembungaan pada tanaman nanas sehingga panen dapat

dilakukan secara serempak. Forcing menggunakan bahan gas etilen yang

dicampur dengan kaolin sebagai adsorben dan dilakukan pada malam hari karena

pada malam hari stomata tanaman nanas membuka dan suhu ideal untuk tanaman

agar berhasil berbunga yaitu dibawah 24°C (Gambar 11).

Gambar 13. Kegiatan forcing dimalam hari.

Ripening yaitu proses aplikasi bahan etepon pada buah yang berumur

3-5 hari sebelum panen agar buah dapat masak atau matang seragam. Kegiatan

ripening menggunakan alat BSC.

Panen merupakan kegiatan pemetikan buah nanas di lokasi panen. Buah matang

yang dipanen memiliki kriteria tertentu. Buah dengan kematangan 60-70% dengan

ciri-ciri bagian bawah nanas berwarna kuning hingga sedikit ke bagian tengah

merupakan matang yang paling baik (Gambar 12). Buah nanas yang

kematangannya kurang ataupun terlalu matang akan dijadikan concentrate dan

juice nanas.
Gambar 14. Tingkatan kematangan buah nanas

3.2 Aplikasi sistem irigasi pada lahan pertanaman nanas PT GGF

Terdapat tiga jenis irigasi yang digunakan di PT GGF yaitu menggunakan Gun

sprayer, drip dan sprinkler. Ada dua jenis irigasi yang masih dalam masa

percobaan yaitu drip atas dan sprinkler. Penggunaan gun sprayer dapat dikatakan

boros air dan juga kurang tepat sasaran karena ada bagian tanaman yang terlalu

banyak erkena air dan ada juga yang tidak terkena air. Irigasi drip dapat dikatakan

lebih efektif karena lebih hemat air dan juga tepat sasaran, drip yang sudah

digunakan yaitu drip bawah dan pemasangan selang drip dimulai saat setelah bibit

selesai ditanam.

Anda mungkin juga menyukai