Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. pengertian irigasi.............................................................................................4
B. perencanaan system jaringan irigasi (Tahapan Proyek)................................5
C. Tahap Perencanaan.......................................................................................8
D. Layout Saluran dan Bangunan......................................................................9
E. Sistem Irigasi di Indonesia..........................................................................21
F. Jaringan Irigasi............................................................................................32
G. Tingkat Jaringan Irigasi..............................................................................35
H. Saluran Irigasi.............................................................................................37
I. Petak Tersier, Sekunder, dan Primer...........................................................37
J. Standar Tata Nama......................................................................................38
K. Definisi Daerah Irigasi................................................................................39
BAB IIIPEMBAHASAN.......................................................................................40
A. Perencanaan Jaringan Irigasi.......................................................................48
B. Perhitungan Sistem Jaringan Irigasi............................................................50
11. Perhitungan Dimensi Saluran dan Rencana Muka Air Sungai krueng
peulalu.............................................................................................................56
ii
iii
2. Penggambaran Situasi.............................................................................62
BAB IVPENUTUP................................................................................................63
A. Simpulan.....................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air.
Banyak pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu
bidang pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah
pertanian.
Dalam perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan factor air yang
menjadi penunjang. Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol secara
berkala. Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan kebutuhan
untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui batas
kebutuhan atau malah kurang dari kebutuhan.
Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk
suatu system pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk
areal pertanian yang cukup luas. System yang dibuat itu dimaksudkan agar
seluruh areal pertanian mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada
areal pertanian yang tidak mendapatkan air. Selain itu juga system yang dibentuk
itu dimaksudkan untuk dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk
selanjutnya dibagikan secara merata ke seluruh areal pertanian.
System yang hendak digunakan itu kemudian disebut dengan system irigasi.
System ini dirancang untuk dapat mengairi areal pertanian agar mendapatkan air
yang sesuai dengan kebutuhan. System yang digunakan dapat berupa system
sederhana juga dapat berupa system yang kompleks. Oleh karena itu
pemilihannya harus disesuikan dengan kebutuhan irigasi itu sendiri.
1
2
upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar rasa aman dan kenyamanan
hidup manusia.
Dari era pra sejarah sampai era modern ini tujuan diadakan sistem irigasi pada
suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
B. Identifikasi Masalah
Laporan ini dibatasi pada perencanaan sistem jaringan irigasi sungai
Cikamiri kanan, dari mulai perencanaan, perhitungan, dan penggambaran sistem
jaringan irigasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana perencanaan sistem jaringan irigasi pada sungai krueng peulalu
2. Bagaimana perencanaan sistem jaringan irigasi pada sungai krueng peulalu
3. Bagaimana perhitungan sistem jaringan irigasi pada sungai krueng
peulalu?
4. Bagaimana perhitungan sistem jaringan irigasi pada sungai krueng
peulalu?
5. Bagaimana penggambaran sistem jaringan irigasi pada sungai krueng
peulalu
6. Bagaimana penggambaran sistem jaringan irigasi pada sungai krueng
peulalu ?
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kebutuhan pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk
keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, pembangkit
tenaga listrik, keperluan industri, perikanan, untuk penggelontoran roil – roil
di dalam kota (Teknik Penyehatan) dan lain –lain. Sumber air yang digunakan
untuk irigasi adalah:
a. Air yang dipermukaan tanah: sungai, danau, waduk, dan mata air.
b. Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan (Embung)
c. Air tanah (Ground Water)
Irigasi bertujuan agar pemberian air pada tanaman dapat secara teratur dan
sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri, baik tanaman padi, palawija,
maupun tebu.
Terdapat dua macam tipe irigasi yaitu irigasi langsung dan irigasi tidak
langsung. Pemilihan tipe tergantung kondisi sungai dimana akan mengalirkan
airnya untuk keperluan irigasi tersebut.
Cara pemberian air irigasi ada tiga macam, yaitu: irigasi permukaan,
irigasi di atas permukaan (semprotan), dan di bawah permukaan, setiap
metode ini ada kelebihan dan kekurangannya. Irigasi permukaan terdiri dari :
penggenangan, metode alur, dan metode garis tinggi.
S Survey
I Investigation
D Design
La Land acquisition
C Construction
O Operation
M Maintenance
1. Tahap Studi
Pada tahap studi ada tujuh persyaratan perencanaan proyek irigasi yang
akan dianalisis dan dievalusi yaitu:
a. Studi awal
b. Studi identifikasi
1) Identifikasi proyek dengan menentukan nama dan luas, garis besar
skema irigasi alternatif, pemberitahuan kepada instansi yang
bewenang.
2) Pekerjaan teknik dan perencanaan pertanian dilakukan di kantor atau
lapangan.
c. Studi pengenalan
1) Kelayakan teknis dari proyek yang sedang dipelajari.
2) Komponen dan aspek multisektor dirumuskan.
3) Penjelasan mengenai aspek yang belum dapat dipecahkan.
4) Penentuan ruang lingkup studi.
5) Pekerjaan lapangan dan kantor.
6) Perbandingan proyek dilihat dari perkiraan biaya dan keuntungan yang
diperoleh.
7) Pemilihan alternatif.
8) Penentuan pengukuran dan penyelidikan yang diperlukan.
d. Studi kelayakan
1) Analisis dari segi teknis dan ekonomis untuk proyek yang sedang
dirumuskan.
8
b. Perencanaan pendahuluan
Peta yang menggambarkan layout saluran dan bangunan adalah peta yang
menggambarkan dan menunjukkan lokasi dan arah saluran, lokasi bangunan-
bangunan baik bangunan utama, bangunan pembagi maupun bangunan pelengkap,
lokasi jalan batas petak irigasi, daerah yang dapat diairi maupun tidak, serta
seluruh jaringan drainase.
1. Petak Tersier, yaitu kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi
dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat
pengambilan. Hal ini dibuat untuk memp okasi seluruh daerah yang diairi
dengan membuat batas-batas daerah dan garis-garis kontir secara lengkap.
Luas satu petak tersier sedapat mungkin merata antara 50 – 100 ha dan tidak
boleh lebih dari 150 ha, juga jarak sawah terjauh dari bangunan sadap tidak
boleh lebih dari 3 km. Hal ini untuk memudahkan pengelolaan air oleh
petugas dari para petani pemakai air.
2. Petak Sekunder, yaitu suatu petak yang terdiri dari kumpulan dari beberapa
petak tersier yang dapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Setiap petak
sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi yang terletak
di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu
harus mendapatkan air irigasi suplesi dari saluran lain.
10
3. Petak Primer, yaitu suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang
dapat air langsung dari saluran induk dan beberapa petak sekunder. Setiap
petak primer sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung agar
tidak terlalu panjang dalam membuat saluran induknya.
4. Nomenklatur, ialah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu
obyek, baik petak, saluran, bangunan bagi/sadap, bangunan pelengkap,
bangunan silang dan sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam
pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian jaringan irigasi.
Syarat dalam menentukan pemberian nama antara lain, yaitu:
a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf untuk menyatakan petak, saluran atau
bangunan.
b. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama
kampung terdekat.
c. Begitu pula untuk bangunannya, baik bangunan utama, pembagi/sadap
maupun bangunan pelengkap lainnya diberi nama sesuai dengan nama
saluran di hulunya dan diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya.
d. Di dalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar
1,5 cm.
Di dalam kotak diberi kode dari saluran mana kotak tesebut mendapat air
irigasi, arah salurannya (kiri atau kanan) dilihat dari arah aliran. Kotak ini dibagi
dua bagian, atas untuk nama petak tersier yang bersangkuran, sedangkan bagian
bawahnya dibagi dua pula, yaitu sebelah kiri untuk luas areal sawah yang diairi
(ha) dan sebelah kanannya untuk menunjukkan besarnya debit yang diperlukan
(l/det). Sebagai contoh dapat dilihat pada berikut:
Luas Gt2Ki
areal
50,86 ha 134,802 l/det debit
sawah
Dimana:
2 = nomor bangunan
1. Bendung
a. Morfologi sungai yang mantap, alur sungai relatif lurus, gejala agradasi dan
degradasi seimbang, sungai tidak terlalu diam, tebing-tebingnya stabil dan
penampang relatif simetris.
b. Topografi lokasi yang baik yakni tidak memerlukan tanggul banjir/tanggul
penutup yang panjang. Akibat pengempangan sebesar-besarnya air masih
dapat tertampung pada badan sungai.
c. Kondisi geologi stabil, tidak berada pada daerah patahan, sesar, longsor.
Tanah tidak terlalu poros, namun mempunyai daya dukung yang baik.
d. Debit air cukup besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan, namun kualitas
tetap memenuhi syarat sebagai air irigasi. Kandungan sedimen tidak boleh
terlalu tinggi (5% x debit air).
e. Karena tujuan pemebendungan adalah untuk menaikkan muka air, maka akan
sangat baik jika dapat sepenuhnya gravitasional. Namun lokasi yang terlalu
jauh akan menyebabkan saluran primer panjang.
f. Mudah mendapatkan bahan konstruksi, bahan pondasi, bahan timbunan, bahan
batu kosong, agregat untuk beton dan kondisi mekanika tanah yang baik untuk
konstruksi.
2. Saluran
a. Saluran Pembawa
Dalam perencanaan saluran pembawa, beberapa kriteria yang
digunakan yaitu:
1) Saluran induk umumnya terletak pada garis tinggi, sedangkan saluran
sekunder berupa saluran garis punggung.
2) Untuk saluran yang merupakan saluran punggung agar diusahakan untuk
dapat mengikuti medan lapanganan dengan memperhatikan batas
kecepatan yang diijinkan.
14
2) Kriteri Hidrolis
Jalan inspeksi terletak ditepi saluran petak yang diairi agar bangunan
sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit
dilakukan.Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,00 m atau lebih
dengan lebar perkerasan minimum 3,00 m.
b. Saluran Pembuang
Air irigasi yang tidak dipakai lagi akan dibuang ke tempat pembuangan
melalui saluran pembuang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan saluran pembuang adalah:
1) Dibuat pada tempat yang terendah, sehingga pembuangan dapat berjalan
dengan lancar.
2) Saluran pembuang dapat dibuat secara sejajar atau tegak lurus dengan garis
tinggi yang terletak di lembah.
Saluran pembuang hendaknya berdekatan dengan pembuang alam (sungai).
17
3. Bangunan Bagi/Sadap
Bangunan bagi/sadap yang berfungsi sebagai bangunan
pembagi/penyadapan air dilengkapi dengan pintu pengatur dan bangunan
pengukur debit.Agar pengelolaan air efektif, debit harus diatur dan diukur pada
hulu saluran. Secara spesifik, pertimbangan pemilihan pembangunan bangunan
ukur didasarkan pada faktor-faktor:
a. Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit
b. Ketelitian pengukuran di lapangan
c. Konstruksi yang kokoh sederhana dan ekonomis
d. Eksploitasi dan pemeliharaan yang sederhana dan murah
e. Cocok dengan kondisi setempat dan mudah dioperasikan oleh petani
Stop log merupakan bilah kayu sederhana yang dipasang secara mendatar
dalam satu susunan untuk menutup sama sekali atau sebagian aliran. Setiap
balok dapat dipasang dan dibuka secara manual, biasanya mempunyai lebar
antara 15 – 20 cm. Fungsi utama stop log adalah untuk menahan muka
minimal di daluran tergantung pada pengaturan air yang diinginkan. Di atas
stop log alirannya bebas, misalnya untuk tindakan drainase, atau memasukan
air pada saat pasang. Pengoperasian dilakukan sesuai dengan pengaturan
jumlah blok pada bangunan. Untuk drainase maksimum, semua blok dapat
diangkat dari bangunan, sementara untuk menahan agar muka air maksimum
dengan muka air tinggi, semua daun pintu stop log dapat dipasang.
4. Bangunan Terjun
Bangunan terjun diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam
dari pada kemiringan maksimum saluran yang diijinkan. Bangunan terjun
mempunyai empat bagian fungsional yang masing-masing memiliki sifat-sifat
yang khas, antara lain: (a) bangunan hulu pengontrol yaitu dimana aliran menjadi
super kritis, (b) bagian pembawa ke elevasi yang lebih rendah, (c) peredam energi,
(d) bagian peralihan, dimana diperlukan perlindungan untuk mencegah erosi.
5. Bangunan Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati jalan air lainnya (biasanya saluran),
bawah jalan atau kereta api. Bangunan gorong-gorong mempunyai potongan
19
melintang yang lebih kecil dari pada luas penampang basah saluran hulu maupun
hilir.
a. Gorong-gorong Terbuka
b. Gorong-gorong Tertutup
6. Bangunan Talang
Talang merupakan saluran buatan yang melintas dan berada di atas
permukaan lembah, saluran pembuang, saluran irigasi, sungai, jalan atau rel kereta
api atau disepanjang
Bukit dan sebagainya.Air yang mengalir di dalamnya bergerak pada
kondisi permukaan bebas.Bahan yang sering digunakan untuk konstruksi talang
adalah pasangan beton, baja atau kayu.
Agar diperoleh talang yang ekonomis dalam mengalirkan air yang ada di
dalamnya, maka perlu diperhatikan persyaratan berikut:
20
9. Bangunan Jembatan
Pada jaringan irigasi Trase saluran dapat dibagi dua, yaitu trase penyusun
saluran-saluran irigasi pembawa dan trase penyusun pembuangan air.
Jika ada 2 cara pemecahan soal susunan saluran yang kiranya dapat
mencukupi terhadap syarat-syaratnya, maka perihal ini kita harus
mempertimbangkan terhadap soal pembiayaannya, kemungkinan
penyelenggaraanya. Kehematan pemeliharaannya berhubungan dengan
22
Daerah irigasi teknis membutuhkan saluran panyaluran air yang baik dan
juga susunan pembuangan air yang baik dan teratur. Pembuangan air yang tidak
baik atau tidak terpelihara akan merugikan sangat terhadap tanaman bahkan
seringkali merusak tanaman. Terutama di tanah datar harus mendapat perhatian
benar-benar terhadap kebaikan dan pemeliharaan pembuangan air itu.
a) Letak saluran harus cukup tinggi guna mengairi seluruh daerah irigasi dan
airnya dapat mudah dibagi-bagi ke petak-petak tersier dengan perantara
bangunan-bangunan sadap.
b) Harus diusahakan jangan terletak di tanah urugan yang tinggi, juga jangan
ada di tanah galian yang dalam.
c) Carilah rintisan yang sependek-pendeknya dengan mengingat syarat-syarat
kemungkinan penyelenggaraan dan penghematan pembiayaanya.
d) Hindarkan sedapat mungkin rintisan pada tanah lunak atau tanah cadas
keras, supaya menghindarkan pengeluaran biaya guna perbaikan tanah.
e) Sedapat mungkin rintisan saluran pertama dan sekunder ditempatkan di
tepi jalan raya atau direncanakan dengan pembuatan jalan, supaya
pengangkutan bahan-bahan guna pembuatan bangunan-bangunan mudah
dilakukan dan juga memudahkan terhadap pengurusan dan pemeliharaan
saluran-saluran dan bangunan-bangunannya.
f) Karena luasnya dan susunannya dari petak-petak tersier telah ditetapkan,
maka kita dapat menghitung kekuatan dan ukuran dan saluran-salurannya
dan juga dapat ditetapkan tinggi muka air ditiap-tiap bangunan yang
didasarkan atas tinggi tanah yang akan dialirkannya.
g) Setelah rintisan sementara ditetapkan lalu dilakukan pengukuran tanah
yang lebih teliti sepanjang rintisan (trace) jalannya dan penampang-
penampang melintang dalam skala 1 : 500, 1 : 200 atau 1 : 100.
h) Sebaiknya tinggi muka air saluran induk dan sekunder seolah-olah
direncanakan di bawah tanah lapangan misalnya 0,10 sampai 0,25 m.
Supaya airnya tidak mudah hilang karena bocoran atau mudah diambil
dengan secara tidak sah. Hal ini tentunya tidak selalu mungkin.
i) Seringkali permulaan arah saluran induk mengikuti garis tinggi tanah.
Setelah saluran induk itu sampai di tempat yang tepat, maka ia dibelokan
ke punggung tanah, dan terbagi dalam dua saluran sekunder; yang satu
dari padanya mengikuti garis tinggi sedang yang lain dibelokan ke
punggung tanah yang arahnya hampir siku dengan garis tanah.
24
2. Petak Tersier
Bentuk dari suatu petak tersier harus tertentu dan luasnya petak-petak
tersier jangan terlalu banyak perbedaan.
(Perhatikan : Majalah Ing. In NI 1939 No. 1 dan 1941 No. 9 tentang besarnya
petak tersier).
26
3. Kapasitas Saluran
a. Sebanyak a l/det/ha guna pengolahan tanah dan menanam selama ½ bulan ke-
2, ke-3 dan ke-4.
b. Sebanyak 0,70 a l/det/ha guna tumbuhnya tanaman selama ½ bulan ke-5
sampai dengan ke-10.
c. Sesudah itu tanaman tidak memerlukan air hingga saat panen.
Untuk itulah dalam menghitung kapasitas saluran ini kita tidak perlu
mengalikan luas areal dengan a (atau A × a), melainkan kita harus mengalikan
lagi dengan suatu faktor (koefisien) yang menurut ordinat lengkung tegal.
Q=axA
4. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran irigasi ini tergantung pada sistem irigasi yang digunakan,
misalnya kecepatan pada sistem irigasi permukaan akan berbeda dengan
kecepatan sistem irigasi bawah permukaan begitu pula dengan sistem irigasi
penyiraman. Hal tersebut dapat dikarenakan karena beberapa faktor antara lain
tekanan yang ditimbulkan, keadaan tofografi, kapasitas air dan lain sebagainya.
Hal ini disebabkan karena sisi-sisi saluran tidak berpengaruh pada daerah
tersebut, sehingga saluran di bagian itu dapat dianggap 2 dimensi
(vertikal).apabila lebar saluran lebih besar dari 5–10 kali kedalaman aliran yang
tergantung pada kekasaran dinding. Dalam praktik, saluran dapat dianggap sangat
lebar (lebar tak terhingga) apabila lebar saluran lebih besar dari 10 kali
kedalaman.
penjelasan secara teoritis. Besar kecepatan rerata ini bervariasi antara 0,8 dan 0,95
kecepatan di permukaan dan biasanya diambil sekitar 0,85.
5. Dimensi Saluran
Q (m3/det) F (m)
Saluran W (m)
Induk 2,00
Sekunder 1,50
Tersier 0,50
8) Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal (A), angka pemberian air dan
koefisien lengkung tegal.
b. Rumus saluran terbuka dengan penampang trapesium.
Dimana :
Untuk nilai debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Saluran K
Saluran tersier 40
33
F. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah susunan dari bangunan air, saluran pembawa dan
pembuang, petak-petak dan jalan infeksi yang mana satu sama lain saling
berhubungan untuk dapat mengalirkan air irigasi yang dibutuhkan. Suatu
jaringan irigasi dapat kita lihat pada peta ikhtisar proyek irigasi yang
memperlihatkan:
1. Bangunan utama
a. Bangunan bagi.
Terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier.
Berfungsi mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder kesaluran
tersier primer.
c. Box tersier.
34
Berfungsi membagi aliran untuk dua saluran tersier atau kuarter atau
lebih.
4. Bangunan pembawa
5. Bangunan lindung
Berfungsi untuk melindungi saluran baik terhadap limpasan buangan maupun
terhadap aliran untuk irigasi.
35
36
Sistem irigasi ini baik bangunan maupun pemeliharaannya dilakukan oleh para
petani dan pada umumnya jumlah arealnya relatife kecil. Biasanya terdapat di
pegunungan, sedangkan sumber airnya didapat dari sungai sungai kecil yang
airnya mengalir sepanjang tahun. Bangunan bendungnya dibuat dari bronjong atau
tumpukkan batu dan bangunan – bangunannya dibuat sangat sedehana serta tidak
dilengkapi dengan pintu air dan alat ukur debit air sehingga pembagian airnya
tidak dapat dilakukan dengan baik.
Pada jaringan ini pembagian air tidak diukur dan diatur, dan air akan mengalir
ke selokan pembuang. Kelemahan jaringan irigasi sederhana adalah :
a. Terjadi pemborosan air
b. Terlalu banyak penyadapan karena setiap desa membuat jaringan
masing-masing
c. Umur dari jaringan relatif pendek
Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada di dalamnya telah setengah teknis,
kontruksinya bisa permanent atau setengah permanent hanya tidak dilengkapi
dengan pintu air dan alat pengukur debit. Untuk pengaturan air cukup dipasang
balok sekat saja, sehingga pembagian dan pengaturan debitnya tidak dapat
dilakukan dengan baik. Namun demikian, irigasi ini dapat ditingkatkan secara
bertahap menjadi Sistem irigasi teknis. Pada Sistem ini pembangunannya
dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum.
Pada jaringan semi teknis bendung terletak pada sungai lengkap dengan pintu
pengambilan serta bangunan pengukuran pada bagian hilir. Dan pada jaringan
ini memungkinkan untuk mengairi daerah yang agak luas.
37
Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada dalam jaringan irigasi
teknis semua, kontstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan pintu –
pintu air dan alat ukur debit. Pembagian airnya bisa diatur dan diukur
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga pembagian atau pemberian air ke
sawah – sawah dilakukan dengan tertib dan merata.
Prinsip pada jaringan teknis adalah dipisahkannya antara jaringan irigasi dan
jaringan pembuang.Saluran irigasi mengalirkan air ke petak-petak sawah dan
saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah ke selokan–selokan
pembuang. Keuntungan jaringan irigasi teknis:
38
H. Saluran Irigasi
1. Jaringan irigasi utama
a. Saluan primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan
ke petak-petak tersier yang diairi.
b. Saluan sekunder membawa air dari saluran primer ke petak–petak tersier.
c. Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air ke jaringan irigasi
primer.
d. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak
tersier yang terletak diserang petak tersier lainnya.
3. Saluran pembuang
a. Saluran pembuang tersier
b. Saluran pembuang utama
2. Petaksekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang ke semuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak disaluran primer atau sekunder.
3. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer.
2. Jaringan Irigasi
a. Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayani.
b. Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder.
1. Daerah studi
Daerah studi adalah daerah proyek ditambah dengan seluruh daerah aliran
sungai (DAS).
2. Daerah proyek
Daerah proyek adalah daerah dimana pelaksanaan pekerjaan dipertimbangkan
atau diusulkan.
5. Daerah potensial.
Daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan.
6. Daerah fungsional.
Daerah potensial yang telah memilki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan.
41
BAB III
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN IRIGASI CIKAMIRI
A. Dasar-dasar perencanaan
1. Pembuatan Peta Petak Irigasi
Peta petak adalah kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air dari sumber.
Dari peta petak ini dapat dilihat dari mana petak tersebut diberikan airnya. Atau
dengan perkataan lain peta petak adalah suatu dasar akan pembagian air guna
pertanian yang baik melalui saluran-saluran tertentu. Peta petak ini dapat dibagi
menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Petak Tersier
Petak tersier ini adalah kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air
irigasi dari saluran tersier disadap dari saluran induk atau sekunder di
satu tempat pengambilan. Dalam peta petak ini akan terlihat seluruh
daerah atau lokasi yang dialiri oleh sebuah pintu pada bangunan sadap.
Dalam peta ini akan terlihat batas-batas daerah, garis-garis contur
secara lengkap
b. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah suatu petak, kumpulandari pada beberapa petak
tersier yang mendapat air irigasi dari satu saluran sekunder.
c. Petak Primer
Petak primer atau jaringan irigasi adalah gabungan dari petak tersier
dan beberapa petak sekunder yang mendapat air langsung dari saluran
induk.
2. Pekerjaan Persiapan
Untuk merencanakan suatu daerah irigasi dalam hal ini perencanaan
peta petak maka hal-hal yang harus disediakan adalah :
a) Peta topografi dengan skala : 1 : 50.000
Untuk peta topografi dengan skala seperti di atas, dipergunakan untuk
merencanakan peta petak atau jaringan irigasi.
b) Data curah hujan
c) Data klimatologi
d) Data kesuburan tanah
42
43
Langkah Pertama :
1. Pemberian warna merah pada seluruh sungai atau selokan-selokan
alam yang terdapat dalam peta lokasi.
2. Pemberian warna hijau pada kampung-kampung yang terdapat
dalam peta lokasi.
3. Pemberian warna kuning pada bukit-bukit atau daerah-daerah yang
diperkirakan tidak dapat diairi dalam peta lokasi.
4. Pemberian warna coklat untuk jalan raya.
Langkah Kedua :
1. Menempatkan bendung pada tempat yang lurus.
2. Dengan adanya bukit yang mengapit di kiri dan kanan bendung,
maka tidak perlu membuat tanggul penutup bendung.
3. Bila tidak terdapat palung sungai yang lurus, dapat juga bendung
dibuat pada sudetan (caupure).
4. Bila bukit yang mengapit tidak ada atau hanya sebelah saja, maka
bendung sebaiknya digeser lebih keudik.
5. Tetapi bilamana tidak dapat digeser, terpaksa memilih alternatif
lain yaitu dengan membuat tanggul kesebelah kiri dan kanan
bendung atau membuat tanggul yang menyusut sepanjang sungai
sebelah udik, sejauh batas pengempangan (backwater curve).
Langkah Ketiga :
1. Dimulai dengan merencanakan bendung, tariklah garis titik–garis
titik yang menyusuri kontur tertinggi dimana diperkirakan sawah
akan diairi.
2. Garis titik–garis titik tersebut diatas perlu sejajar dengan kontur,
akan tetapi dibuat menurun lebih kurang 30 cm setiap satu
kilometer.
3. Garis titik–garis titik tersebut adalah rencana saluran induk.Pada
tempat tertentu dimana diperkirakan ada sawah yang akan dialiri,
44
1) Berilah nama bendung sesuai dengan nama sungai dimana air tersebut
diambil. Dapat juga diberi nama kampung atau desa yang terbesar
pada lokasi bendung tersebut.Berilah nama saluran induk dengan nama
sungai atau yang sesuai dengan nama Bendung. Bangunan Bagi atau
Sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran.
2) Berilah nama saluran sekunder ini sesuai dengan nama desa yang
dilalui oleh saluran tersebut, apabila tidak terdapat desa pada daerah
irigasi tersebut, maka berilah nama saluran tersebut dengan urutan
abjad.
3) Berilah nama petak tersier sesuai dengan nama bangunan sadapnya
tetapi ditambah dengan arah pengambilannya seperti Kr dan Kn.
4) Untuk membedakan yang kiri dan yang kanan adalah sebagai berikut :
Bila kita berdiri pada sebuah jembatan dan arah pandang kita
tertuju pada arus sungai yang meninggalkan kita, maka kanan
kita sebelah kanan sungai dan sebaliknya.
46
Kiri
sungai
Kanan
A1. Kr
A1. Kn
A1. Kr
A1. Kn
Bila terdapat saluran lebih dari dua, maka nama saluran tersebut
adalah sebagai berikut :
47
A1. Kr
s.m.
A1. Kn.kr A1.Tg
A1. Kn.kn A1. Kn.tg
A1. Kr
A1.tg
A1. Kn
A1Kr
Luas Debit
ha l/dt/
ha
NFR x A
Qt =
et
Keterangan :
V = k x R 2/3 x I 1/2
Q=v x A
A = b. h + m .h 2 = (n+m) x h2
P = b + 2 . h √1+m = (n+2 √1+m )h
2 2
A h .(n+m)
R= =
P n+2 . √1+m2
49
Keterangan :
I = Kemiringan saluran
n = Rasio b dan h
w
m
h
1
[ ]
2 /3
√
V 0 = k. h0 .(n+m) n+2 √ 1+m 2
x Ia 1/2
50
A0 = Q/V0
h1 = √ A0
n+ m
Bandingkan h1 dengan h0
Jika h1 – h0 > 0,005, maka h1 sebagai andaian baru dan perhitungan dimulai
lagi sampai dengan h1 – h0 < 0,005.
b = n x hrencana
1. Tentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan nama
sungai . pada jaringan irigasi dengan sungai utama Krueng Peulalu maka
digunakan nama BKP untuk bendung.
3. Tarik saluran induk dengan warna biru, garis – titik – garis. Sejajar garis
kontur, setiap 1 km turunkan 40 – 50 cm. Nama saluran induk disesuaikan
dengan nama sungai yaitu saluran induk Krueng Peulalu.
4. Tentukan tempat untuk bangunan bagi atau sadap di saluran induk tadi.
Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan
pertama yaitu :
5. Ruas antara bendung dan bangunan pertama (BKP – BPM) merupakan saluran
induk Cikamiri kanan ruas 1, antara BPM – BSJ merupakan saluran induk
Cikamiri kanan ruas 2, dan demikian seterusnya.
6. Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur. Beri nama
saluran dengan nama kampung yang dilewati atau yang dekat dengan saluran
sekunder tersebut. Beri nama bangunan – bangunan yang ada pada saluran
sekunder dengan inisial nama kampung yang terlewati maupun yang dekat
dengan saluran atau bila tidak kampung maka dapat diberi nama yang sesuai
dengan keinginan tapi dalam jaringan irigasi tidak boleh ada nama yang sama,
penamaan bisa dimulai dari huruf abjad A
Saluran
sekunder
Gambar 3.5 Saluran Sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur
7. Tentukan luas petak tersier maksimum 100 ha. Beri nama petak tersier sesuai
dengan nama saluran sekunder. Contoh Lb1ki untuk sebelah kiri dan =Lb1ka
untuk sebelah kanan.
52
Gambar 3.6 Penamaan Petak Tersier sesuai dengan Nama Saluran Sekunder
2. Skema Bangunan
a. Skala peta.
Skala peta yang dipilih pada jaringan irigasi sungai Cikamiri kanan
adalah 1:50.000.
NFR adalah nilai kebutuhan air di sawah. NFR yang ditentukan pada
perencanaan sistem jaringan irigasi krueng peulalu adalah 2,12 lt/det/ha.
Pada saat kita akan menentukan petak – petak yang akan diairi, kita
harus mengacu pada batasan wilayah yang dijinkan yaitu 50-100 ha sehingga
petak yang kita tentukan tidak boleh lebih besar dari 100 ha. Untuk
menentukan besar petak – petak tersebut, maka kita dapat menggunakan
bantuan autoCAD dengan menggunakan perintah AREA, maka akan muncul
angka yang kita perlukan. Selanjutnya nilai luas yang didapat dikonversikan
sesuai dengan skala peta yang kita gunakan. Misalnya untuk skala 1: 10.000
54
→ 1cm2 = 10 ha sehingga bila luas yang kita peroleh dari peta sebesar 4,5 cm 2
maka : 4,5 x 10 = 45 ha.
Selain itu, kita juga harus menentukan luas area saluran yang
didapatkan dengan cara menjumlahkan luas area petak – petak yang diairi oleh
saluran sekunder yang dimaksud. Misalnya : untuk saluran sekunder krueng
peulalu BKD4 terdapat bangunan BLb1 yang mengairi Lb1ka dan Lb2ki
masing – masing 76,1235 ha dan 79,6119 ha, maka luas BLb1 sebesar
155,7354 ha.
I 0=∆ H /L
-4
IVR = 4,0 X 10
0,7
-4
IVR = 3,5 X 10
kecepatan dasar rencana Vbd dalam m/det
0,6
-4
IVR = 3,0 X 10 0,7 0,8 0,9 1,0
0,6
0,5
-4
IVR = 2,5 X 10
0,4
-4
IVR = 2,0 X 10
0,3
-4
IVR = 1,5 X 10
0,2
0,0
0,0 0,2 0,40,5 1 2 3 4 5 6 7 10 20 30 4050 100
Q (m3/det) m N K
0.15 - 0.30 1 1 35
Q (m3/det) M n = b/h V k
Rumus Strickler
V =k x R2 /3 x I 1/ 2
Q=VxA
2
A=h + ( n+m )=h(b+ mh)
P = h (n + 2 √(1+ m2) = b + 2h√(1 + m2)
R=A / P=h ( n+ m) /{n+2 √(1+m )}
2
Langkah selanjutnya :
59
{ }
2/ 3
h( b+mh ) 1 /2
V =k x x I Mencari luas penampang basah
b+ 2 h √(1+ m2)
A0 =Q/v 0
a. Tentukan Qd dan I. hal ini menghasilkan titik – titik dengan harga khusus
Qd dan I.
b. Plot titik – titik Qd – I untuk masing – masing saluran berikutnya sampai
ruas terakhir.
c. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70
m/det atau 0,60 m /det.
d. Garis Qd – I makin kehilir atau Qd makin kecil, I√R menjadi semakin
besar.
11. Perhitungan Dimensi Saluran dan Rencana Muka Air Sungai Krueng
Peulalu
a. Mencari nilai h
b. Mencari nilai b
b=nxh
F baru = (b + mh)h
V baru = Q/Fbaru
e. Mencari V dan I
V = k x R2/3 x I1/2
I = (V/ (k x R2/3))2
Diketahui : A = 219,53 ha
L =894, KM
NFR = 1,50 lt/det/ha
61
Q 6,6 2
Fo= = =1,24 m
Vo 0,31
h 1=
√ F0
(n+ m)
=
√ 1,24
(3+1)
=0,635 m
N FR × A 1,50 ×91,1354
Q= = =245.3426 I /det
efesiensi sal . sekunder (0,8 x 0,9)
diambil nilai :
Q 0,245
= =1 ,75
F = V 0 ,14 m2
F = (h + 1h).h
F = 2 h2
Jadi h= √ √F 1,75
2 = 2 = 0,66 m
F 0 ,789
=( )
R= O 2 , 405 = 1,45 m
2 2
V 0 , 34
4/3
=
I = k. R (35 x 0 ,328 2/3 )2 = 0,0000077
diambil nilai :
63
Q 0,1334439
= =0 , 477
F = V0 0 ,234 m2
F = (h + 1h).h
F = 2 h2
Jadi h= √ √
F
2 =
0, 477
2 = 0,488 m
F 0 , 477
=( )
R= O 1, 869 = 0,255 m
2 2
V 0 , 28
4/3
=
I = k. R (35 x 0,255 2/3 )2 = 0,0004
Diketahui : A = 219,53 ha
L = 894 meter
NFR = 2,12 lt/det/ha
Elevasi = 111,7 meter
Selisih tinggi(∆ H ) = 0,814 meter
h = 0,842 meter
Ia = 0,00043
64
CONTOH PERHITUNGAN
Saluran Sekunder BSP 4 KN Diketahui :
BSP Dwl = 111,89 meter
Ia = 0,00043
L = 894 meter
Ia x L =0,387
67
68
B. Saran
Untuk dapat merencanakan suatu system jaringan irigasi yang baik dan benar,
maka alangkah lebih baik jika kita mempelajari terlebih dahulu langkah –
langkah yang harus ditempuh agar rancangan kita tidak menyebabkan
kekeliruan. Selain itu, untuk dapat meningkatkan pemahaman akan tata cara
perencanaan, maka kita harus membaca literature – literature mengenai
perencanaan system jaringan irigasi yang akan sangat membantu kita.
DAFTAR PUSTAKA