Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM SIG

PERUBAHAN GARIS PANTAI PADA PERAIRAN PANTAI SAKO


KECAMATAN BUNGUS KOTA PADANG SUMATERA BARAT

DOSEN PENANGGUNG JAWAB PRAKTIKUM:

1. Prof. Dr. Ir. RIFARDI, M.Sc


2. Prof. Dr. MUBARAK, M. Si
3. Ir. ELIZAL, M. Sc
4. MUHAMMAD ARIEF WIBOWO, S.Kel., M. Si
5. ILHAM ILAHI, S.Pi., M.Si

DISUSUN OLEH

NAMA : DHEA NANDA VIJAYANI


NIM : 2004110249
KELAS : ILMU KELAUTAN A
KELOMPOK :1
ASISTEN : PUTRI MARWAH FAIRUZIA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Sidtem Informasi Geografis dengan judul “Perubahan Garis Pantai Pada
Perairan Pantai Sako Kecamatan Bungus Kota Padang Sumatera Barat”
sebagai salah satu komponen penilaian dalam mata kuliah yang
bersangkutan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Tim Dosen Pengajar mata kuliah SIG yang telah memberikan


petunjuk dalam kegiatan praktikum.

2. Seluruh Asisiten Praktikum SIG yang telah memberikan arahan


dan petunjuk selama berlangsungnya kegiatan praktikum.

3. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan ini


dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 7 Desember 2022

Dhea Nanda Vijayani

ii
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 7
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 7
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
II. METODE PENELITIAN.................................................................... 9
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................... ........... 9
2.2 Alat dan Bahan ......................................................................... ........... 9
2.3 Metode Penelitian................................................................................. 10
2.4 Prosedur Penelitian............................................................................... 10
2.5 Analisis Data ............................................................................ ........... 12

III. HASIL.................................................................................................. 23
3.1 Kondisi lapangan.................................................................................. 24
3.2 Parameter Kualitas Perairan ................................................................. 24
3.3 Nilai Shoreline dan Baseline................................................................ 24
3.4 Nilai Kemiringan Lereng….................................................................. 24

IV. PEMBAHASAN................................................................................... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 28


4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 28
4.2 Saran..................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29


LAMPIRAN................................................................................................ 30

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 1. Alat Praktikum........................................................................ 9


2. Tabel 2. Bahan Praktikum..................................................................... 10
3. Tabel 3. Kondisi Umum Stasiun........................................................... 23
4. Tabel 4. PKA di stasiun…..................................................................... 24
5. Tabel 5. Data Kemiringan Leren........................................................... 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 1. Analisis Kemiringan Lereng.................................. 12


2. Gambar 2. Nilai Shoreline……………................................... 24
3. Gambar 3. Nilai Baseline……………..................................... 24

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Perubahan Garis Pantai Sako..................................................... 31

2. Peta Kemiringan Garis Pantai Sako................................................... 32

3. Praktikum di Lapangan…………....................................................... 33

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan garis pantai merupakan proses yang terjadi akibat adanya
pengaruh dari kondisi pantai dalam mencapai keseimbangan terhadap dampak
yang terjadi dari faktor alami dan kegiatan manusia. Menurut Arief et al. (2011)
dalam Darmiati et al. (2020) perubahan garis pantai adalah suatu proses tanpa
henti (terus-menerus) melalui berbagai proses alami di pantai yang meliputi
pergerakan sedimen, arus menyusur pantai (longshore current), aksi gelombang
permukaan laut dan penggunaan lahan. Beberapa pantai yang ada di wilayah
Indonesia telah banyak mengalami perubahan garis pantai akibat terjadinya
abrasi dan akresi seperti perubahan garis pantai di perairan Teluk Bungus akibat
terjadinya abrasi.
Teluk Bungus memiliki panjang garis pantai 21.050 meter dan luas
permukaan 1.383,86 ha mempunyai bentuk permukaan yang cenderung
membulat (Kusumah, 2008). Teluk ini termasuk dalam Kecamatan Bungus Teluk
Kabung dan merupakan salah satu kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota
Padang dengan luas 100,78 km² (Anonim, 2006 dalam Yulius dan Ramdhan,
2013). Solihuddin (2010) dalam Yulius dan Ramdhan (2013) menyatakan bahwa
kawasan pantai di Teluk Bungus bersifat dinamis, artinya bentuk maupun lokasi
pantai dapat berubah dengan cepat sebagai reaksi terhadap proses alam dan
aktivitas manusia.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan garis pantai adalah
pengaruh pasang surut, erosi pantai, angin, gelombang, arus, jenis serta material
pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi, gerakan air, morfologi
pantai, dan juga adanya perbedaan nilai laju penurunan muka tanah antara satu
tempat dengan tempat lainnya. Penurunan muka tanah yang terjadi pada kawasan
pantai dapat memicu terjadinya abrasi dan akresi. Abrasi pantai merupakan
proses mundurnya garis pantai dari posisi asalnya, abrasi dapat dikategorikan
sebagai salah satu faktor permasalahan yang mengancam kemunduran garis
pantai. Abrasi juga dapat merusak penggunaan lahan serta bangunan – bangunan
yang terdapat pada pinggir pantai. Akresi merupakan proses majunya garis

7
pantai, penyebab terjadinya akresi yaitu adanya proses sedimentasi yang berasal
dari daratan ke lautan.
Dari uraian-uraian di atas, maka penting bagi kita sebagai masyarakat
maritim untuk lebih memperhatikan perubahan garis pantai agar dapat
mengurangi kegiatan-kegiatan yang dapat memicu perubahan garis pantai. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai di
Pantai Sako, Teluk Bungus, Padang, Sumatera Barat.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah :
1. Mengetahui perubahan garis pantai di lokasi praktikum yaitu Pantai Sako
pada rentang waktu 5 tahun terakhir yaitu 2017 – 2022
2. Mengetahui dinamika perubahan garis pantai yang terjadi di Pantai Sako
3. Mengetahui kualitas perairan di Pantai Sako
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari melakukan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui perubahan garis pantai di pantai sako selama 5 tahun terakhir
2. Mendapatkan ilmu baru tentang penginderaan jarak jauh

8
II. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 18
November 2022 pukul 2:30 di Pantai Sako, Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Kota Padang, Sumatera Barat.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum perubahan garis
pantai ini diantaranya :
Tabel 1. Alat praktikum

No Alat Kegunaan
.

1 Termometer Mengukur suhu

2 Handrefractomete Mengukur salinitas


r

3 Current drought Mengukur kecepatan arus

4 Secchi disk Mengukur kecerahan

5 Anemometer Mengukur kecepatan angin

6 2 tonggak kayu Mengukur kemiringan pantai

7 GPS Menentukan titik lokasi dan


koordinat

8 Meteran Mengukur tali

9 Avenza map Aplikasi tracking

10 Selang air Mengukur kemiringan pantai

9
11 Laptop/PC Mengolah hasil data

Tabel 2. Bahan praktikum


No Bahan Kegunaan
1 Modul praktikum Mengetahui prosedur dan
mencatat hasil
2 Air Mengukur kemiringan
3 Data citra google Data olah
earth
4 Data polyline Data olah
GeoTracker

2.3 Metode Praktikum


Metode yang digunakan pada pelaksaan praktikum kali ini adalah
percobaan yang dilakukan langsung dilapangan dan mencatat hasil prosedur yang
telah dilaksanakan.
2.4 Prosedur Praktikum Lapangan
2.4.1 Pengukuran Perubahan Garis Pantai
1. Lakukan Geoprocessing pada Google Earth Pro
2. Kemudian input hasil geoprocessing kedalam aplikasi Avenza map yang
sudah di unduh terlebih dahulu
3. Setelah input data di lakukan kemudian klik bagian tracking pada aplikasi
avenza map dan kemudian praktikan berjalan menuju rute yang telah di
sediakan (400 meter), dengan ukuran 1 transek adalah 25 meter.
4. Kemudian rute tersebut akan diunduh kedalam bentuk polyline
5. Polyline tersebut akan digunakan sebagai garis tahun terbaru dalam
pembuatan peta perubahan garis pantai.

2.4.2 Pengukuran Kemiringan Lereng Pantai


1. Alat yang digunakan antara lain dua buah tonggak kayu yang sama
panjangnya dan diberi tanda sama tingginya, selang kecil dengan panjang
sesuai kebutuhan dan kondisi dilapangan, dan meteran.
2. Ditentukan jarak yang akan di ukur kemiringan lerengnya. Letakkan

10
tonggak kayu dimulai dari garis pantai (daerah pasang tertinggi) sampai surut
terendah dengan jarak titik pengamatan 2 m.
3. Kemudian selang diisi dengan air hingga penuh. Tempatkan ujung selang
yang telah di isi dengan air pada tiang 1 dan tiang 2.
4. Selang air diatur hingga air sama rata antara pada tiang 1 dan tiang 2. Lalu
diberi tanda batas air pada tiang.
5. Kemudian ukur ketinggian batas permukaan air dalam selang pada kedua
tiang dengan menggunakan meteran.
6. Hasil pengukuran dimasukkan ke dalam rumus phytagoras untuk mencari
nilai kemiringan lereng.
2.4.3 Pengukuran Suhu
1. Ikatlah sebuah tali pada pangkal atas thermometer
2. Celupkan thermometer kedalam perairan dengan berpegangan pada tali
yang sudah diikat pada thermometer, biarkan selama 2-3 menit hingga air
raksa konstan
3. Kemudian angkat thermometer tersebut dengan tali, usahakan tangan tidak
memegang thermometer untuk menghindari kontaminasi suhu tubuh
4. Catat angka yang segaris pada air raksa thermometer

2.4.4 Pengukuran Salinitas


1. Pertama-tama hand refractometer dikalibrasi dengan cara meneteskan
aquades pada daylight plate, kemudian biasan prima biru yang ditimbulkan
skala dapat dilihat melalui lensa apakah sudah pada angka 0 seimbang (angka
0 menunjukkan hand refractometer sudah stabil); B0 B A B1 C
2. Setelah itu, pengambilan air laut untuk pengukuran salinitas dilakukan
dengan menggunakan pipet tetes, kemudian beberapa tetes air laut diteteskan
pada daylight plate hand refractometer;
3. Kemudian nilai salinitas air laut diamati melalui lensa
4. Pengukuran salinitas dilakukan untuk setiap stasiun sebanyak 3 (tiga) kali
pengulangan
5. Kemudian hasil data salinitas dicatat
6. Setelah itu, daylight plate dikeringkan dengan tisu
7. Kemudian hand refractometer dikalibrasi kembali menggunakan aquades

11
yang diteteskan di daylight plate, lalu hand refractometer dikeringkan
menggunakan tisu dan disimpan di tempatnya kembali.
2.4.5 Pengukuran Arus
1. Gunakanlah current meter pada pengamatan kecepatan arus
2. Kemudian jatuhkan current meter pada bagian permukaan perairan
3. Hidupkan stopwatch untuk menghitung lama waktu yang diperlukan oleh
current meter
4. Adapun ukuran tali yang digunakan adalah sepanjang 2 meter.

2.5 Analisis Data


Untuk menghitung pengukuran kemiringan lereng dilakukan perhitungan
menggunakan rumus Kemiringan Lereng (C2 ) = 𝐴2 + 𝐵(𝐵0 − 𝐵1) 2
dengan
keterangan gambar seperti dibawah ini :

Gambar 1. Analisis kemiringan lereng


Untuk menghitung pengukuran arus menggunakan rumus perhitungan :

Dengan keterangan :
V : Kecepatan
S : Jarak
T : Waktu

12
2.5.1 Mengolah Data Primer

Buka google earth dan masukkan data hasil record polyline menggunakan aplikasi
GeoTracker

Save image dan pilih lokasi penyimpanannya

13
Masukkan add data citra yang telah disave ke dalam ArcGIS

Lalu layout lah layer yang telah dibuat

2.5.2 Mengolah Data Sekunder

buka google earth, dan pada kolom search ketik teluk kabung

14
Save image pada tahun kajian yang diinginkan untuk dbuat garis pantainya, pada tahun
ini ambil 2 tahun untuk membedakan garis pantainya (interval 10 tahun)

Pilih lokasi penyimpanannya dan save

Buka arcgis kemudian masukkan data citra google earth yang telah di download

15
Pada catalog pilih lokasi penyimpanan kemudian klik kanan pada lokasi, pilih new dan
pilih shapefile

Pada bagian future type pilih polyline dan masukkan coordinatnya pada bagian edit dan
pilihlah UTM Zone Teluk Kabung yaitu WGS 1984 UTM 47 S dan pilih OK. Lakukan
hal yang sama untuk polyline garis pantai keduanya.

16
Digitasi line sako2012 dengan mengaktifkan citra tahun 2012, kemudian klik kanan pada
sako2012_line dan pilih edit features dan klik start editing.

Pada bagian editor pilih create features

Klik sako2012_line, dan pilih Line pada contruction table

Digitasi lah kedua line tahun terlama dan tahun terbaru pada masing-masing line

17
Pada catalog pilih lokasi penyimpanan dan klik kanan pada lokasi lalu pilih new dan pilih
personal geodatabase untuk membuat DSAS

Setelah DSAS dbuat kemudian klik kanan pada DSAS pilih new dan pilih feature class

Buat nama menjadi baseline dan pilih type line feature kemudian klik next dan pilih UTM
Zone 47 S dan next hingga finish, lakukan hal yang sama untuk membuat Shoreline.

18
Copy garpan tahun terlama (sako2012_line) dan paste pada baseline. Lakukan hal yang
sama pada shoreline tetapi copy juga garpan tahun terbaru (sako2022_line).

Pada attribute automator pilih shoreline dan baseline lalu ceklis semuanya kemudian dan
klik add field dan close

Open attribute table pada shoreline kemudian masukkan DSAS date menjadi tahun
perekaman citra dengan pilih editor lalu start editing dan save jika sudah diubah

19
Untuk baseline ubah menjadi seperti ini seperti Langkah sebelumnya

Pada default parameters buat menjadi seperti di atas

Untuk shoreline buat menjadi seperti diaats juga


Isi data dan klik OK

20
Pilih cast transect dan masukan rate nya sesuai yang diinginkan

Maka hasil akan menjadi seperti ini setelah dicalculate rate, Layout lah hasil tersebut

21
Ini adalah hasilnya

22
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Lapangan


Kondisi lapangan saat praktikum dilakukan pada 10 stasiun didapatkan
sebagai berikut:
Tabel 3. Kondisi umum stasiun
Stasiun Keadaan Jenis Jenis Koordinat stasiun
cuaca makhluk substrat
hidup
1 Cerah kepiting Berpasir 1 1'52.16"S 100
berawan 24'0.55"E
2 Cerah Kepiting Berpasir 1°0,52'8,25"/100°24'0,29
3 Cerah Kepiting, Pasir 1°01'52.7"5. 100°2403
serangga, halus
udang
4 Cerah Teripang, Pasir Lot : -1.031837 Long :
kepiting kerikil 100.401300
5 Mendung Kepiting, Berpasir -1.031895, 100.401388
kerang
6 Cerah Kepiting, Berpasir -
berawan kerang
7 Sedikit Kepiting, Berpasir Lat: -1.032822 Long:
mendung burung 100.394852
8 Cerah Kepiting, Berpasir 1°01'58.6"S, 100°24'06.4
berawan kerang
9 Cerah Kepiting Berpasir -
10 Cerah Lalat, semut Berpasir Lat: 1° 2' 22''s long: 100'

23
3.2 Parameter Kualitas Perairan (Suhu, kecepatan arus, salinitas)
Tabel 4. PKA di stasiun
Stasiun Suhu (oC) Kecepatan Salinitas (ppt)
arus (m/s)
1 30 0,050 21
2 30 0,050 23
3 30 0,050 21
4 30 2,02 27
5 29 0,25 29
6 29 0,25 25
7 31 2 29
8 30 0,05 27
9 30 0,667 25
10 29 0,014 28

3.3 Nilai Shoreline dan Baseline

Gambar 2. Nilai Shoreline

Gambar 3. Nilai baseline


3.4 Nilai Kemiringan Lereng
Tabel 5. Data kemiringan lereng
Stasiun Kemiringan garis pantai (m)
1 4,06

24
2 18.69
3 4
4 2.02
5 16,68
6 1,99
7 2,02
8 32,06
9 4,05
10 3,37

25
IV. PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lapangan


Keadaan di sekitar stasiun yang diamati ialah cuacanya cerah, cerah
berawan, dan mendung. Air laut sedang pasang saat pelaksanaan praktikum. Di
sekitaran pantai cukup banyak sampah sampah organic yang terbawa oleh air laut.
Juga ditemukan beberapa aktivitas masyarakat seperti menangkap ikan dan
berjualan di sekitaran pantai
Secara geografis Teluk Bungus berbatasan langsung dengan Kecamatan
Lubuk Begalung dan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang yang terletak di
sebelah utara, di bagian selatan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, di bagian barat
dengan Pantai Barat Sumatera atau Samudera Hindia, dan di bagian timur dengan
Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan. Secara
administratif Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki 6 (enam) kelurahan,
yaitu: Teluk Kabung Selatan, Bungus Selatan, Teluk Kabung Tengah, Teluk
Kabung Utara, Bungus Timur dan Bungus Barat (Anonim, 2006 dalam Yulius
daan Ramdhan 2013). Pada wilayah perairan ini berlangsung cukup banyak
aktivitas, diantaranya pelabuhan penyeberangan, pelabuhan perikanan untuk
pendaratan ikan, aktivitas kapal pertamina dan pengangkutan batu bara untuk
keperluan PLTU. Selain itu juga terdapat budidaya perikanan dan pariwisata
pantai yang cukup ramai. Dengan kondisi tersebut, sudah semestinya diperlukan
informasi dasar berkaitan dengan dinamika pantai (oseanografi fisik), yang
penting untuk keamanan aktivitas yang ada tersebut.
4.2 Kualitas Perairan
Dari tabel 4, dapat dilihat suhu permukaan perairan berkisar antara 29-
31°C. Nilai suhu yang diperoleh di stasiun telah mencapai standar baku mutu
suhu menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004 untuk biota laut adalah 28 - 32°C.
Suhu merupakan faktor langsung yang mempengaruhi laju pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan meningkatkan laju metabolisme organisme. Peningkatan
suhu perairan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
kehidupan organisme suatu perairan (Wardoyo, 1975 dalam Ira, 2014).

26
Salinitas yang terukur di stasiun 1 dan 3 lebih rendah dibanding stasiun
lainnya, yaitu 21 ppt. Rendahnya salinitas di stasiun 1 dan stasiun 3 kemungkinan
disebabkan mendapat pengaruh langsung dari sungai. Sebagaimana pernyataan
Chester (1990) bahwa salinitas air laut dapat berbeda secara geografis salah
satunya disebabkan oleh banyaknya air sungai yang masuk ke laut.
Dari tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa salinitas air laut di Pantai
Sako termasuk berada dibawah standar baku mutu apabila dibandingkan dengan
baku mutu salinitas berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 bahwa salinitas
untuk biota laut adalah 33 - 34 o/oo.
Dilihat dari tabel 4, kecepatan arus untuk setiap stasiun menunjukkan nilai
yang bervariasi antara 0,050 m/s sampai 2,02 m/s. Kecepatan arus terendah berada
pada stasiun 10 dan tertinggi pada stasiun 4. Perbedaan kecepatan arus disebabkan
oleh letak lokasi. Adanya terumbu karang yang merupakan salah satu penyebab
arus menjadi lemah, karena arus laut yang datang terhambat oleh barier yang
dibentuk secara alami oleh terumbu karang. Pada saat yang lain adanya turbulensi
dan perairan yang cukup terbuka merupakan pendugaan lain terjadi perbedaan
kuat arus (Akib, dkk. 2015).
4.3 Nilai Perubahan Garis Pantai
Garis pantai di tahun 2012 di Pantai Sako adalah 4668, sedangkan pada
tahun 2022 adalah 4507. Terdapat perubahan garis pantai yang jauh dalam 10
tahun terakhir di Pantai Sako. Pergeseran perubahan garis pantai dipengaruhi oleh
daerah aliran sungai. Majunya garis pantai disebabkan sedimentasi yang relatif
cepat di suatu wilayah pantai dekat muara sungai dan sedimen yang diendapkan
secara terus menerus membentuk daratan baru dan menambah luas daratan yang
telah ada (Muryani, 2010). Mundurnya garis pantai disebabkan adanya proses
erosi oleh energi gelombang (Arief et al., 2011)
4.4 Nilai Kemiringan Lereng
Pada tabel 5, dapat dilihat nilai kemiringan lereng bervariasi di setiap
stasiun. Kemiringan lereng dapat memicu terjadinya erosi yang dipengaruhi
runoff. Makin curam lereng makin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan
semakin besar erosi yang terjadi (Arsyad, 2000 dalam Ramlan dan Taufiq, 2020).

27
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah :
1. Pantai Sako mengalami pergeseran garis pantai yang cukup jauh yang
diakibatkan oleh erosi atau abrasi.
2. Parameter kualitas air di Pantai Sako sudah mencukupi baku mutu air
laut untuk kehidupan organisme laut
5.2 Saran
Saran dari penulis untuk praktikum selanjutnya :
1. Untuk praktikum selanjutnya agar lebih serius dan teliti dalam mencari
data agar data tidak rancu
2. Untuk praktikum selanjutnya agar para asisten lebih aktif lagi dalam
menjawab keluhan-keluhan dari praktikan yang masih awam

28
DAFTAR PUSTAKA

Akib, A., Magdalena. L., Ambeng, Muhtadin. A. 2015. Kelayakan Kualitas Air
untuk Kawasan Budidaya Eucheuma cottoni Berdasarkan Aspek Fisija,
Kimia, dan Biologi di Kabupaten Kepulauan Selayar. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis. 1(1):25-36
Arief, M., G. Winarso, & T. Prayogo. 2011. Kajian perubahan garis pantai
menggunakan data satelit Landsat di Kabupaten Kendal. J. Penginderaan
Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, 8(1): 71-70.
Chester, R. 1990. Marine Geochemistry. Unwin Hyman Ltd. London.
Darmiati, I Wayan. N., & Agus. S. A. 2020. Analisis Perubahan Garis Pantai di
Wilayah Pantai Barat Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 12(1):211-222
Ira. 2014. Kajian Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia di
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu
Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 119-124
Kusumah, G. & H. Salim. 2008. Kondisi Morfometri dan Morfologi Teluk
Bungus Padang. J. Segara, 4(2):101-110
Muryani, C. 2010. Analisis perubahan garis pantai menggunakan SIG serta
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat di sekitar Muara Sungai Rejoso
Kabupaten Pasuruan. J. Forum Geografi, 24(2): 173-182.
Ramlan dan Taufiq. M. W. 2020. Hubungan Kemiringan Lereng dan Intensitas
Curah Hujan terhadap Besarnya Limpasan. Skripsi.
Yulius, M. Ramdhan. 2013. Perubahan Garis Pantai di Teluk Bungus Kota
Padang, Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Analisis Citra Satelit. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 5(2):417-427

29
LAMPIRAN

30
Lampiran 1. Peta Perubahan Garis Pantai Sako

31
Lampiran 2. Peta Kemiringan Garis Pantai Sako

32
Lampiran 3. Praktikum di Lapangan

33

Anda mungkin juga menyukai