Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUGAS PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN GEOLOGI TEKNIK DALAM TEKNIK SIPIL


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah Dasar

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Wiwik Rahayu. D.E.A.

Disusun oleh:

KELOMPOK 27

Febriana (2206100073)
Fitra Mulya Saputra (2206100086)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Mekanika Tanah Dasar yang berjudul “Problem Based Learning:
Penerapan Geologi Teknik Dalam Teknik Sipil” tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah semester
3 Mekanika Tanah Dasar di Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari
semua pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Wiwik Rahayu. D.E.A., selaku dosen pengampu mata kuliah
Mekanika Tanah Dasar 02
2. Kedua orangtua penulis, yang selalu memberikan dorongan materil
maupun moril, arahan, bimbingan, serta telah memberikan pendidikan
yang terbaik bagi penulis.
3. Pihak-pihak lain yang secara tidak langsung ikut membantu selama
penyusunan laporan ini dan dalam proses pengerjaan laporan yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan sebagai manusia, sehingga penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam redaksi maupun penyajian laporan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai bahan
evaluasi kedepannya untuk memperbaiki laporan ini agar lebih baik lagi. Akhir
kata, semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis.

Depok, 24 Desember 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Gambaran Umum Lokasi ........................................................................................... 1
1.2 Usulan Lokasi ............................................................................................................ 2
1.3 Peruntukan Lokasi ..................................................................................................... 6
BAB 2 STUDI LITERATUR ............................................................................................. 8
2.1 Teori Geologi ............................................................................................................. 8
2.1.1 Struktur Geologi ................................................................................................. 8
2.1.2 Klasifikasi Batuan ............................................................................................. 15
2.1.3 Kondisi Geologi Lombok Tengah ...................................................................... 16
2.2 Metode Pengujian Tanah ........................................................................................ 16
2.2.1 Pemadatan Tanah ............................................................................................ 17
2.2.2 Uji Gravitasi Spesifik......................................................................................... 17
2.2.3 Batas Attergberg .............................................................................................. 17
2.2.4 Uji Geser Langsung........................................................................................... 18
2.2.5 Uji Standart Penetration Test........................................................................... 18
2.2.6 California Bearing Ration Test (Uji Laboratorium dan Lapangan) ................... 18
2.2.7 Uji Permeabilitas Tanah ................................................................................... 18
2.2.8 Uji Hand Boring dan Sampling ......................................................................... 19
2.2.9 Uji Sondir .......................................................................................................... 19
2.2.10 Uji Konsolidasi ................................................................................................ 19
BAB 3 ANALISIS USULAN LOKASI ........................................................................... 20
3.1 Denah Situasi .......................................................................................................... 20
3.2 Potongan Memanjang dan Melintang .................................................................... 22
3.2.1 Potongan Memanjang...................................................................................... 22
3.2.2 Potongan Melintang......................................................................................... 23
3.3 Peta Geologi Pulau Lombok dan Pembahasa Kondisi Geologi ............................... 26
3.4 Analisis pengaruh kondisi geologi terhadap konstruksi yang akan dibangun pada
lokasi. ............................................................................................................................ 28
3.5 Usulan Pengujian Tanah .......................................................................................... 28

ii
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 30
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 30
4.2 Saran ....................................................................................................................... 30
REFERENSI ..................................................................................................................... 31

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Lokasi
Lokasi yang ditentukan dalam penugasan ini adalah Pulau Lombok,
Nusa Tenggara Barat. Pulau ini terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di
sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini
berbentuk bulat dan bentuk seperti ekor di sisi barat daya yang panjangnya
kurang lebih 70 km. Luas pulau ini adalah 5.435 km². Kota utama di pulau ini
adalah Kota Mataram, yang merupakan ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Gambaran Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Tampak Pulau Lombok


Sumber: Google Earth
Pulau Lombok terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, salah satunya
adalah Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten Lombok Tengah memiliki
luas wilayah 1.095,03 km2 dengan populasi sebanyak 1.059.324 jiwa.
Ditengah-tengah kabupaten ini terdapat sebuah bendungan besar bernama
Bendungan Batujai, dapat dilihat pada Gambar 2. Bendungan ini dibangun
pada tahun 1977 dan selesai pada tahun 1982 yang merupakan proyek
swasembada pangan nasional.

1
Gambar 2 Bendungan Batujau Lombok Tengah
Sumber: Google Image
Pada awalnya, bendungan ini sebagai sarana irigasi di daerah
pertanian Penujak, Setanggor, Darek, Ungga, Ranggagata, dan sekitar
Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah dengan luas 3.350 ha.
Dengan berkembangnya lingkungan di sekitar waduk dan perubahan tataguna
lahan di hulu sungai, maka manfaat bendungan untuk mengairi sawah
tersebut kian hari menjadi berkurang menjadi seluas 2.426 ha, diakibatkan
juga oleh tingginya sedimen yang masuk ke dalam bendungan. Bendungan ini
dikelilingi oleh savana yang luas, salah satu savana yang terkenal adalah
savana Bale Tepak. Lokasi ini yang akan menjadi lokasi survey dalam
penugasan problem based learning, yang nantinya akan dijadikan usulan
pembangunan resort di lahan sekitar bendungan tersebut.
1.2 Usulan Lokasi
Lokasi survey ini tepatnya berada di Dusun Nyampe Sasake.
Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat,
dapat dilihat pada Gambar 3. Rencana lokasi yang akan dibangun adalah
bagian timur waduk batujai, dimana terdapat lahan kosong dekat dengan
lapangan pacuan kuda serta masih dalam wilayah savana, tertera pada
Gambar 4.

2
Gambar 3 Bendungan Batujai Menggunakan Citra Satelit
Sumber: Citra Satelit

Gambar 4 Rencana Lokasi Pembangunan


Sumber: Google Earth
Rencana pembangunan resort di lokasi ini akan memiliki wilayah
seluas 3 Ha atau 30.000 m2, dengan batas-batas lokasi berada di koordinat
(116,2793; -8,7326), (116,2811; -8,7347), (116,2817; -8,7341), (116,2800; -
8,7320), tertera pada Gambar 5. Dengan bantuan Google Earth, dapat
diketahui elevasi di lokasi ini berada di ketinggian 90-100 m diatas
permukaan laut.

3
Gambar 5 Wilayah Rencana Pembangunan
Sumber: Google Earth
Lokasi pembangunan ini dipilih karena beberapa faktor, yang pertama
akses menuju lokasi ini sangat mudaah ditempuh karena berada tidak jauh
dari perkotaan, yaitu pusat dari kecamatan Praya, Lombok Tengah. Selain itu,
lokasi ini sangat dekat dengan Bandara Internasional Lombok yang saat ini
sedang mengalami peningkatan pengunjung karena adanya Sirkuit
Mandalika. Posisi bendungan batujai ini tepat di belakang landasan pacu
bandara tersebut. Aspek keindahan juga menjadi salah satu faktor pemilihan
lokasi ini, karena dari lokasi ini dapat terlihat pemandangan dari savana,
waduk batujai dan gunung rinjani, dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pemandangan dari Sekitar Bendungan Batujai


Sumber: Google Image
Dalam rencana lokasi pembangunan, faktor lain yang harus ditentukan
adalah risiko bencana, dimana lokasi yang dibangun harus berada didaerah
yang minim bencana. Lokasi survei yang berada di Lombok Tengah memiliki

4
resiko bencana rendah–sedang. Gambar 7 menampilkan peta risiko tanah
longsor, dimana pada indeks risiko 0-0,3 memiliki risiko rendah dan ditandai
dengan warna hijau, indeks 0,3-0,6 memiliki risiko sedang ditandai warna
kuning, serta indeks 0,6-1,0 memiliki risiko longsor yang tinggi dan ditandai
dengan warna merah-oranye. Berdasarkan peta tersebut, lokasi lombok
tengah berada jauh dari daerah rawan longsor, bahkan kemungkinan
longsornya sangat kecil karena berada di dataran rendah dan permukaan yang
relatif landai.

Gambar 7 Peta Risiko Tanah Longsor Pulau Lombok


Sumber: BPBD NTB
Gambar 8 menampilkan peta risiko gempa yang ada di pulau
Lombok. Peta ini memiliki interval indeks dan penandaan warna yang sama
seperti peta risiko longsor. Pada peta ini, Lombok Tengah berada di wilayah
dengan risiko sedang terjadinya gempa. Hal ini tidak dapat dihindari karena
pulau Lombok sendiri berada dekat dengan lempeng tektonik serta gunung
merapi. Maka dari itu, diperlukan konstruksi bangunan tahan gempa untuk
menimimalisir kerusakan akibat gempa.
Selain gempa, kemungkinan bencana yang terjadi adalah Tsunami.
Gambar 9 menunjukan wilayah mana saja yang berpotensi tsunami.
Berdasarkan peta tersebut, wilayah yang berpotensi terjadi tsunami adalah
wilayah pesisir pantai. Lokasi survei yang berada di Lombok Tengah jauh
dari pantai karena berada ditengah-tengah pulau Lombok, sehingga sangat
kecil kemungkinannya jika terjadi tsunami di wilayah tersebut.

5
Gambar 8 Peta Risiko Gempa
Sumber: BPBD NTB

Gambar 9 Peta Risiko Tsunami


Sumber: BPBD NTB
1.3 Peruntukan Lokasi
Rencana pembangunan pada lokasi yang disurvey ini adalah untuk
membangun sebuah resort. Resort ini diberi nama Resort Waduk Batujai
dengan luas area 3 Ha. Resort ini direncanakan akan memiliki puluhana
kamar yang menghadap langsung ke area Waduk Batujai, Savana Bale Tepak,
serta Gunung Rinjani. Fasilitas yang ada di resort ini nantinya akan
dilengkapi dengan kolam renang, aula, area olahraga, area bermain anak-
anak, spot foto, dan lain-lain. Gambaran rencana resort ini dapat dilihat pada
Gambar 10 dan Gambar 11, dimana rencana ini terinspirasi dari Jatiluhur
Valley Resort.

6
Gambar 10 Rencana Banunan Resort Waduk Batujai (1)
Sumber: Google Image

Gambar 11 Rencana Banunan Resort Waduk Batujai (2)


Sumber: Google Image

7
BAB 2
STUDI LITERATUR
2.1 Teori Geologi
2.1.1 Struktur Geologi
Struktur geologi merupakan bentuk-bentuk geometri yang ada
pada kulit bumi yang terbentuk akibat pengaruh gaya-gaya endogen
berupa tarikan dan tekanan. Dalam geologi, terdapat 3 jenis struktur
yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja
pada batuan, yaitu kekar (fractures), perlipatan (folding); dan patahan
atau sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis unsur struktur.
A. Lipatan
Lipatan (Gambar 12) merupakan pencerminan dari suatu
lengkungan yang mekanismenya disebabkan dua proses, yaitu
bending (melengkung) dan bucking (melipat). Pada gejala bucking
gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan
pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang
permukaan lapisan.

Gambar 12 Contoh Lipatan


Sumber: Google Image
Lipatan terdiri dari beberapa struktur, antara lain:
 Sayap (limb), yaitu bagian dari lipatan yang terletak menurun
mulai dari lengkungan maksimum suatu antiklin sampai
lengkungan maksimum suatu sinklin. Limbs adalah bidang
miring yang membangun struktur inklin atau antiklin. Limbs

8
memanjang dari axial plane pada lipatan satu ke axial plane
pada lipatan lainnya.
 Axial plane, yaitu bidang yang memotong puncak sehingga
bagian samping dari lipatan menjadi kurang simetris.
 Inflection point adalah titik dimana terdapat perubahan pada
lengkungan yang mana lengkungan ini masih termasuk bagian
dari limbs itu sendiri..
 Crest adalah garis sepanjang bagian atau daerah tertinggi dari
suatu lipatan. Atau lebih tepatnya garis yang menghubungkan
titik-titik tertinggi dari suatu lipatan pada bidang yang sama.
Crest dapat pula disebut sebagai hinge line. Adapun bidang
pada lipatan tempat terbentuknya crest disebut sebagai crestal
plane.
 Through adalah kebalikan dari crest. Through merupakan garis
yang menempati bagian paling rendah dari suatu lipatan.
Dengan kata lain, garis ini menghubungkan titik-titik paling
rendah dari bidang yang sama. Dan bidang tempat
terbentuknya through dinamakan dengan trough line.
Struktur lipatan secara jelas dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Struktur Lipatan


Sumber: Google Image
Lipatan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk
lengkungan, yaitu Antiklin dan Sinklin, tertera pada Gambar 14.
Antiklin merupakan punggung lipatan yang kemiringan kedua
sayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh. Bagian

9
tengah antiklin disebut inti antiklin. Sedangkan, sinklin merupakan
lembah lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke satu
arah dan saling mendekat. Bagian tengah sinklin disebut inti
sinklin.

`
Gambar 14 Antiklin dan Sinklin pada Lipatan
Sumber: Google Image
Berdasarkan porosan lipatan atau garis sumbunya, lipatan
dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain:
 Chevron Fold (Gambar 15) adalah lipatan menyudut atau
sendinya tajam dan menyudut. Dalam hal ini, sayap
lipatannya merupakan bidang planar.

Gambar 15 Lipatan Menyudut


Sumber: Google Image
 Lipatan rebah (Gambar 16) adalah lipatan yang tertekan
terus menerus menyebabkan puncaknya melandai seperti
rebahan.

10
Gambar 16 Lipatan Rebah
Sumber: Google Image
 Lipatan Disharmonic (Gambar 17) adalah lipatan yang tidak
teratur karena lapisannya tersusun dari bahan-bahan yang
berlainan.

Gambar 17 Lipatan Disharmonic


Sumber: Google Image
 Lipatan seretan atau Drag Folds (Gambar 18) adalah lipatan
yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar/

Gambar 18 Lipatan Seretan


Sumber: Google Image
B. Patahan
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah
mengalami “pergeseran yang berarti” pada bidang rekahnya. Suatu

11
sesar dapat berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan tunggal,
dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Patahan
Sumber: Google Image
Patahan dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan arah
patahannya, yaitu:
 Reverse Faults (Gambar 20) adalah patahan hasil dari gaya
tegasan kompresional horisontal pada batuan yang bersifat
retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah
atas terhadap “footwall block”.

Gambar 20 Reverse Fault


Sumber: Google Image
 Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan
bidang patahannya lebih kecil dari 15°. Pergeseran dari sesar
ini dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga
memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi
batuan yang lebih muda, tertera pada Gambar 21.

12
Gambar 21 Thrust Fault
Sumber: Google Image
 Strike Slip Faults (Gambar 22) adalah patahan yang
pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah
patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang
bekerja di dalam kerak bumi.

Gambar 22 Strike Slip Faults


Sumber: Google Image
 Transform-Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang
khas terjadi pada batas lempeng (Gambar 23), dimana dua
lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal.

13
Gambar 23 Transform Faults
Sumber: Google Image
 Normal Faults (Gambar 24) adalah patahan yang terjadi
karena gaya tegasan tensional horisontal batuan yang bersifat
retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran
relatif ke arah bawah terhadap “footwall block”.

Gambar 24 Normal Faults


Sumber: Google Image
C. Kekar
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada
batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan
belum mengalami pergeseran. Ciri-ciri dari kekar adalah
pemotongan bidang perlapisan batuan, biasanya terisi mineral lain
(mineralisasi) seperti kalsit dan kuarsa, serta kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut,
dapat dilihat pada Gambar 25.

14
Gambar 25 Kekar
Sumber: Google Image
2.1.2 Klasifikasi Batuan
Klasifikasi batuan (Gambar 26) dibuat dengan berdasarkan
kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini,
tekstur batuan yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu,
lalu struktur batuan yaitu susunan hablur mineral di dalam batu, dan proses
pembentukan. Klasifikasi batuan berdasarkan proses pembentukannya
terdiri dari:
 Batuan beku, terjadi dari magma (batuan cair) yang mengalami proses
pendingingan, kemudian membeku. Terdiri dari Batuan Beku Dalam,
Beku Luar, dan Beku Gang.
 Batuan Sedimen, batuan beku yang tersingkap di permukaan bumi yang
mengalami penghancuran oleh pengaruh cuaca, diangkat oleh tenaga
alam seperti air, angin, gletser, dan diendapkan di tempat lain. Terdiri
dari batuan klasik, sedimen kimiawi, dan batuan organis.
 Batuan Metamorf, penyebab perubahan bentuk batuan adalah suhu dan
tekanan tinggi, dalam waktu yang lama. Dalam proses pembentukannya
dimasuki zat lain, pada batuan induknya. Terdiri dari batuan kontak,
batuan dinamo, dan batuan pneumatolistis .

15
Gambar 26 Klasifikasi Batuan
Sumber: Google Image
2.1.3 Kondisi Geologi Lombok Tengah
Menurut peta geologi Pulau Lombok dengan skala 1:250.000,
formasi geologi pada Kabupaten Lombok Tengah terdiri atas beberapa
jenis klasifikasi, antara lain:
 Aluvium (Qa): kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, dan pecahan
koral
 Batuan Gunung Api tak terpisahkan (Qhv): Lava, berksi dan tuf
 Formasi Lekopiko (Qvl): Tuf berbatuapung, breksi lahar dan lava
 Formasi Kalibabak (TQb): Breksi dan lava
 Formasi Kalipalung (TQp) : Perselingan breksi, gampingan dan lava
 Selayar Formasi Kalipalung (TQs): Perselingan breksi gampingan dan
lava
 Formasi Ekas (Tme) : Batupasir, batu lempung tufan sisipan tipis
karbon
 Formasi Pengulung (Tomp): Breksi, lava, tuf dengan lensa batu
gamping yang mengandng mineral sulfida dan urat kuarsa
 Formasi Kawangan (Tomk): Perselingan Batu pasir kuarsa, batu
lempung dan breksi
 Batuan Terobosan (Tmi): Dasit dan Basal
2.2 Metode Pengujian Tanah
Dalam proyek kontruksi, diperlukan beberapa pengujian tanah sebelum
lahan tesebut dibangun untuk mengetahui jenis, sifat, struktur, klasifikasi,
kualitas, serta kekuatan suatu tanah menahan beban kontruksi yang ada
diatasnya. Penguji tanah terdiri dari 2 jenis, yaitu pengujian tanah

16
laboratorium dan lapangan. Berikut adalah beberapa jenis pengujian tanah
yang umumnya dilakukan sebelum tahap kontruksi suatu proyek:
2.2.1 Pemadatan Tanah
Tujuan dari uji pemadatan tanah adalah untuk mengetahui
karakteristik pemadatan tanah, mencari nilai kerapatan kering (γdry)
maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah
yang dipadatkan. Uji pemadatan tanah di laboratorium digunakan
sebagai dasar dalam menentukan presentase pemadatan dan kadar air
yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi pemadatan yang sesuai di
lapangan. Fungsi dari pemadatan tanah untuk meningkatkan daya
dukung tanah dan mengurangi penurunan tanah yang tidak diinginkan.
Agar partikel-partikel tanah lebih padat, perlu ditambahkan air karena
air dapat berfungsi sebagai pembasah bagi partikel tanah tersebut,
sehingga tanah akan lebih mudah bergerak dan akan lebih padat serta
rapat.
2.2.2 Uji Gravitasi Spesifik
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai specific gravity
dari butiran tanah, yaitu perbandingan berat isi tanah dan berat isi air
suling pada suhu 20°C. Specific gravity pada tanah dapat digunakan
untuk menghitung hubungan pada fase tanah, seperti angka pori, derajat
kejenuhan, serta densitas dari tanah. Berat jenis suatu zat rasio
kerapatan terhadap kerapatan air. Penentuannya menggunakan salah
satu dari beberapa metode yang meliputi metode botol densitas, metode
piknometer, metode tabung gas, metode batas susut, dan metode labu
ukur.
2.2.3 Batas Attergberg
Pengujian batas atterberg dibagi menjadi 3 jenis, yaitu uji batas
cair untuk menentukan batas cair tanah, uji batas plastis dimana sampel
tanah ditambahkan air hingga menjadi plastis, sertta uji batas susut
untuk menentukan kadar air yang cukup untuk mengisi rongga-rongga
tanah.

17
2.2.4 Uji Geser Langsung
Uji geser langsung bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi dan
sudut geser (φ) pada suatu sampel tanah. Paramater kuat geser tanah
diperlukan untuk menganalisis daya dukung tanah, stabilisasi lereng
dan tegangan dorong untuk dinding penahan tanah. Kuat geser tanah
merupakan gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir tanah terhadap
desakan atau tarikan.
2.2.5 Uji Standart Penetration Test
Uji penetrasi standar atau SPT adalah metode pengujian di
lapangan yang dilakukan bersamaan dengan pengeboran untuk
mengetahui sampel tanah yang representatif dan mengukur ketahanan
tanah. Pengujian dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertaman dicatat
sebagai dudukan, jumlah pukulan pada tahap kedua dan ketiga
ditambahkan untuk mendapatkan nilai ketahanan tanahnya.
2.2.6 California Bearing Ration Test (Uji Laboratorium dan Lapangan)
Pengujian CBR laboratorium dilakukan untuk mendapatkan
nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah pada kondisi kadar air
optimum atau pada rentang kadar air tertentu dari uji pemadatan. Nilai
CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan kekuatan dari
lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada perkerasan jalan
berdasarkan uji laboratorium.
Pengujian CBR Lapangan ini adalah menentukan nilai CBR
tanah dalam keadaan asli di lapangan, nilai CBR yang dimaksudkan
adalah nilai kekerasan tanah pada kepadatan dan kadar air tertentu.
2.2.7 Uji Permeabilitas Tanah
Pengujian ini untuk mencari nilai permeabilitas k dari suatu
sampel tanah. Pengujian permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium
menggunakan metode Constant Head Permeameter dan Variable /
Falling Head Permeameter. Uji ini digunakan untuk tanah yang
memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien permeabilitas yang
tinggi.

18
2.2.8 Uji Hand Boring dan Sampling
Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa karakteristik tanah
secara visual mengenai warna, ukuran butiran, dan jenis tanah. Selain
itu, percobaan ini bertujuan untuk mengambil sampel tanah undisturbed
yang akan digunakan dalam praktikum selanjutnya.
2.2.9 Uji Sondir
Sondir dilakukan untuk mengetahui tahanan konus (end bearing)
dan hambatan lekat (skin friction) tanah pada kedalaman tertentu.
Pengujian ini merupakan pengujian lapangan yang hasilnya digunakan
dalam menghitung daya dukung tanah ketika akan dilakukan pekerjaan
tanah dan juga pekerjaan pondasi untuk struktur bangunan.
2.2.10 Uji Konsolidasi
Pengujian ini untuk menentukan koefisien pemampatan atau
Compression Index (CC)., mencari tegangan Pre-Consolidated (PC),
mengetahui kondisi tanah dalam keadaan Normally Consolidated atau
Over Consolidated, menentukan koefisien konsolidasi (CV), yang
menjelaskan tingkat kompresi primer tanah, serta untuk menentukan
koefisien tekanan sekunder (C) yang menjelaskan koefisien rangkak
(creep) dari suatu tanah.

19
BAB 3
ANALISIS USULAN LOKASI
3.1 Denah Situasi

Gambar 27 Site Plane Resort Batujai


Denah situasi yang menggambarkan situasi hasil pembangunan resort,
dimana kami merencanakan bahwa resort ini memiliki ruang terbuka hijau
yang cukup luas. Kemudian bahan materialnya pun yaitu green material
seperti bamboo untuk dinding-dinding gazebo sehingga tidak memerlukan
AC. Dari system drainasenya pun kami memilih drainase ramah lingkungan
yang tidak langsung membuang air ke sungai terdekat, melainkan secara
bertahap dapat diserap oleh tanah untuk tumbuhan di lingkungan resort.

20
Gambar 28 Peta Kontur Wilayah Pembangunan (Skala 1:10)
Sumber: Analisis Penulis

21
3.2 Potongan Memanjang dan Melintang
3.2.1 Potongan Memanjang

Gambar 29 Pemotongan Memanjang Wilayah Pembangunan


Sumber: Analisis Penulis

Gambar 30 Potongan Memanjang


Sumber: Analisis Penulis

22
3.2.2 Potongan Melintang
1. Potongan Melintang / Cross Section 1

Gambar 31 Pemotongan Section Melintang 1 Wilayah Pembangunan


Sumber: Analisis Penulis

Gambar 32 Potongan Melintang 1


Sumber: Analisis Penulis

23
2. Potongan Melintang / Cross Section 2

Gambar 33 Pemotongan Section Melintang 2 Wilayah Pembangunan


Sumber: Analisis Penulis

Gambar 34 Potongan Melintang 2


Sumber: Analisis Penulis

24
3. Potongan Melintang / Cross Section 3

Gambar 35 Pemotongan Section Melintang 3 Wilayah Pembangunan


Sumber: Analisis Penulis

Gambar 36 Potongan Melintang 3


Sumber: Analisis Penulis

Dari peta kontur dan potongan memanjang dan melintang,


menunjukkan ketinggian elevasi di lokasi pembangunan wilayah tersebut
memiliki elevasi yang tidak jauh berbeda, sehingga proses cut and fill yang
nantinya dilakukan pun tidak akan membutukan pelaksanaan yang berat atau
mahal.

25
3.3 Peta Geologi Pulau Lombok dan Pembahasa Kondisi Geologi

Gambar 37 Peta Geologi Pulau Lombok


Sumber: BPBD NTB

26
Gambar 38 Potongan Wilayah Rencana Lokasi Pembangunan
Sumber: BPBD NTB
Dari peta geologi situasi di atas, kelompok kami telah menganalisis
terkait struktur geologi yang terdapat pada lokasi yang kami tinjau yang
dapat dilihat pada Gambar di atas. Jenis batuan yang tekandung pada lokasi
tersebut yaitu termasuk batuan formasi kalipalung (TQp), dimana formasi
kali palung tersbut terdiri dari perselingan breksi gempingan dan lava.
Formasi kalipalung termasuk ke dalam tipologi sistem akuifer
endapan gunung api dikarenakan komposisi batuan dari formasi ini yakni
perselingan breksi gampingan, dan lava. Proses hidrologi akuifer yang
terjadi pada proses tipologi sistem ini yakni lapisan pembawa air mengalir
dari batuan andesit forpori ke aliran lava menuju batuan dasar gunung api.
Air yang mengalir melalui lapisan ini melalui batuan kerikil, pasir,
lempung, gambut, dan pecahan koral. Dalam sistem klasifikasinya, batuan
breksi yang sangat mirip dengan batuan konglomerat ini merupakan jenis
batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari
pelapukan batuan beku. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis batuan di
lokasi kami yaitu batuan beku. Untuk batuan beku sendiri termasuk batuan
yang terkandung dalam jenis tanah muda.
Tanah muda memiliki bahan induk yang berasal dari batuan beku,
sedimen, atau metamorf masam atau basa. Tanah jenis ini memiliki ciri-

27
ciri yaitu berupa tanah mineral, tanpa atau sedikit perkembangan profil.
Tanah muda memiliki batuan induk berupa batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm), bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop), tekstur tanah
beraneka ragam, dan pada umumnya berpasir.
3.4 Analisis pengaruh kondisi geologi terhadap konstruksi yang akan dibangun
pada lokasi.
Lokasi konstruksi pembangunan yang kami pilih, memiliki histori
atau sejarah bencana alam yang jarang terjadi atau bahkan tidak terdampak
oleh bencana alam yang dialami di lokasi lain Pulau Lombok. Oleh karena
itu kami menyimpulkan bahwa pergerakan di dalam tanah tersebut tidak
terdapat gaya-gaya yang membahayakan. Sehingga dengan tidak adanya
gaya-gaya yang bekerja di dalam tanah, maka kondisi tanah kemungkinan
tidak terjadi retak-retak yang disebabkan oleh kekar atau rekahan, tidak
terjadi patah dan geser yang disebabkan oleh patahan atau sesar, dan tidak
terjadi lipat pada batuan yang disebabkan oleh lipatan. Sehingga aman untuk
dilakukannya sebuah konstruksi.
Namun jika dilihat dari peta risiko bencana gempa bumi pulau
Lombok, karena berada di daerah dengan tingkat kegempaan yang tinggi,
struktur bangunan di wilayah Lombok sebaiknya direncanakan dengan
sistem struktur yang memenuhi persyaratan detailing (sesuai dengan SNI
2847 2013). Sistem struktur yang dapat digunakan diantaranya adalah
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) atau SDSK (Sistem
Dinding Struktur Khusus) atau kombinasi diantara keduanya. Untuk
bangunan rumah, sebaiknya dibangun dengan mengacu pada guideline
bangunan rumah tahan gempa. Sistem bangunan bisa berupa confined
masonry atau sistem portal. Struktur dan penutup atap yang digunakan
sebaiknya berupa sistem yang terbuat dari bahan konstruksi yang ringan.
3.5 Usulan Pengujian Tanah
Tanah di sekitar lokasi Bendungan Batujai merupakan tanah muda
hasil pelapukan batuan breksi, yang berjenis tanah berpasir. Maka dari itu,
usulan pengujian tanah yang akan dilakukan adalah Pengujian Pemadatan

28
Tanah (CMP), Uji Geser Langsung, dan Uji Standard Penetration Test
(SPT).
Dari pengujian tanah tersebut akan didapatkan parameter berupa data
yang diperlukan untuk keperluan desain, diantaranya:
1. Profil tanah untuk perencanaan (design profil) harus mewakili kondisi
lapisan tanah, khusunya tanah untuk perencanaan pondasi.
2. Muka air tanah
3. Daya dukung tanah untuk jenis pondasi yang disarankan.
4. Parameter tanah untuk analisis penurunan bangunan jangka pendek dan
jangka panjang.
5. Parameter tanah untuk analisis dinding penahan tanah untuk kondisi
baik undrained maupun drained.
Dari analisis kapasitas daya dukung tanah akan mendapatkan
parameter yang dapat menunjukkan pemilihan pondasi yang sesuai denga
kondisi struktur geologi di lapangan. Struktur yang menggunakan pondasi
tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul
yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah
dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi
penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan
pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indikator
bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi
yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.

29
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis yang telah kami lakukan
yaitu, berdasarkan kondisi geologi seperti jenis tanah dan jenis batuan yang
terkandung di dalam tanah hasil histori dan sejarah terdahulu, menunjukkan
jenis tanah dominan berpasir dengan jenis batuan formasi kalipalung yang
terdiri dari batuan perselingan breksi gampingan, dan lava. Dimana batuan
ini masih sejenis dengan batuan konglomerat yang cocok digunakan untuk
bahan konstruksi bangunan. Kemudian ditinjau dari histori bencana alam
pada lokasi yang ditinjau menunjukkan tidak adanya histori bencana yang
berdampak di sekitar lokasi yang memang memiliki kondisi dataran yang
rendah sehingga aman untuk lokasi pembangunan. Kemudian ditinjau dari
kestrategisan lokasi yang dekat dengan bandara Internasional Lombok,
ditambah pemandangan yang secara langsung menghadap ke Bendungan
Batujai yang indah, kemudian di wilayah belakang resort terlihat Gunung
Rinjadi yang memukau.
4.2 Saran
Saran untuk pembangunan resort ini yaitu, karena letak resort berada
di pinggir waduk sehingga harus memperhatikan lingkungan sekitar dari
dampak yang akan ditimbulkan setelah dibangunnya resort ini. Pembangunan
resort harus yang ramah lingkungan. Bahan bangunan yang ramah
lingkungan dapat dengan menggunakan green material. Selanjutnya karena
lokasi resort memiliki tata guna lahan dari savana yang luas, sebaiknya
jangan ada lagi membangunan selain resort dan fasilitas yang mendukung
kecuali dari green material, sehingga wilayah savana disekitar masih tetap
alami. Kemudian karena resort ini dekat dengan bendungan, dapat pula
dipilih pembangkit listrik tenaga air yang akan membawa dampak positif
untuk resort dan lingkungan.

30
REFERENSI

Putra, Efendi W. (2009). Tinjauan Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Jumapolo,
Karanganyar.

Haryanto, E. T. (2013). Karakteristik Geomorfologi DAS Cimanuk Bagian Hulu


dan Implikasinya terhadap Intensitas Erosi Serta Pendangkalan Waduk Jati
Gede. Bionatura, 15(2).
Husein, Salahudin. (2022). Studi Kasus Struktur Geologi Jawa Timur.
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

31

Anda mungkin juga menyukai