LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI TANAH DAN AIR
Disusun Oleh :
1. Devina Esya Rahmatika H0217016
2. Doni Rifaldi H0217021
3. Galih Joko Puspito H0217026
4. Khoerunnisa Amaliah S. H0217038
5. Risma Wijayanti H0217055
6. Rizky Nur Sali R. H0217056
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini disusun guna melengkapi
tugas mata kuliah Konservasi Tanah dan Air yang telah diketahui dan disahkan
oleh Co-Asisten dan Dosen Konservasi Tanah dan Air pada :
Hari :
Tanggal :
Disusun Oleh :
1. Devina Esya Rahmatika H0217016
2. Doni Rifaldi H0217021
3. Galih Joko Puspito H0217026
4. Khoerunnisa Amaliah S. H0217038
5. Risma Wijayanti H0217055
6. Rizky Nur Sali R. H0217056
Mengetahui,
Koordinator Dosen Praktikum Co-Assisten
Konservasi Tanah dan Air
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air. Laporan ini
disusun dengan tujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan
Air di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
memberikan izin atas pelaksanaan praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Konservasi Tanah dan Air yang telah
memberikan bimbingan di kelas.
3. Co-Asisten mata kuliah Konservasi Tanah dan Air yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan dari awal persiapan praktikum hingga penulisan
laporan.
4. Orang tua dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun bagi laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat serta memberikan
wawasan baru bagi pembaca dan penulis.
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
iv
v
v
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Curah Hujan (CH), Limpasan Permukaan dan Erosi ....................... 5
Tabel 1.2 Tutupan Lahan dan Presentase Vegetasi pada Petak Erosi 1 ........... 5
Tabel 1.3 Tabel 1.3 Nilai Perhitungan Erosi …………………………………6
Tabel 2.1 Perhitungan Faktor Erosivitas Hujan ( nilai R) ............................... 26
Tabel 2.2 Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (nilai K) ................................ 28
Tabel 2.3 Perhitungan Nilai LS ........................................................................ 30
Tabel 2.4 Perhitungan Nilai CP ...................................................................... 31
Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Prediksi Erosi ..................................................... 32
vi
1
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah, sebagian akan meresap ke
dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan.
Kondisi daerah di tempat hujan itu turun akan sangat berpengaruh
terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam tanah dan
akan membentuk limpasan permukaan. Perluasan kawasan perkotaan dan
berkurangnya kawasan hutan yang cepat sedang banyak terjadi di
beberapa tempat di Indonesia. Peralihan fungsi suatu kawasan yang
mampu menyerap air (pervious) menjadi kawasan yang kedap air
(impervious) akan mengakibatkan ketidakseimbangan hidrologi dan
berpengaruh negatif pada kondisi daerah aliran sungai.
Perubahan penutup vegetasi suatu kawasan ini akan memberikan
pengaruh terhadap waktu serta volume aliran. Peningkatan volume
limpasan aliran ini mengakibatkan masalah banjir di hilir daerah aliran
sungai. Pemahaman mengenai proses dan besarnya limpasan yang terjadi
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat diperlukan sebagai
acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih
efektif, oleh karena itu dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya air,
limpasan merupakan masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu
sebelum upaya berikutnya dilakukan, terlebih lagi perubahan tata guna
lahan yang terjadi sekarang ini tentunya sangat mempengaruhi besarnya
laju infiltrasi dan limpasan permukaan yang terjadi.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Konservasi Tanah dan Air Acara I ini bertujuan untuk
memahami cara mengukur (prediksi) erosi dan nilai toleransi erosi pada
suatu lahan.
1
2
B. Tinjauan Pustaka
1. Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui
laju infiltrasi. Laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau
depresi pada permukaan tanah, setelah pengisian selesai maka air akan
mengalir dengan bebas di permukaan tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
elemen meteorologi dan elemen sifat fisik daerah pengaliran. Elemen
meteorologi meliputi jenis presipitasi, intensitas hujan, durasi hujan, dan
distribusi hujan dalam daerah pengaliran, sedangkan elemen sifat fisik
daerah pengaliran meliputi tata guna lahan (land use), jenis tanah, dan
kondisi topografi daerah pengaliran (catchment). Elemen sifat fisik dapat
dikategorikan sebagai aspek statis sedangkan elemen meteorologi
merupakan aspek dinamis yang dapat berubah terhadap waktu
(Sosrodarsono & Takeda, 1978:135).
Limpasan permukaan atau aliran permukaan merupakan dari curah
hujan yang mengalir di atas permukaan tanah yang mengangkut zat-zat
dan partikel tanah. Limpasan terjadi akibat intensitas hujan yang turun
melebihi kapasitas infiltrasi, saat laju infiltrasi terpenuhi maka air akan
mengisi cekungan yang terdapat pada permukaan tanah. Cekungan-
cekungan yang telah terisi air dan penuh, maka air akan mengalir
(melimpas) di atas permukaan tanah (surface runoff). Air limpasan
dibedakan menjadi dua yaitu sheet dan rill surface runoff akan tetapi
apabila aliran air tersebut telah masuk ke dalam sistem saluran air atau
kali, maka disebut sebut stream flow runoff (Asdak, 2010).
Limpasan permukaan (runoff) merupakan sebagian dari air hujan
yang mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut.
Runoff terjadi apabila tanah tidak mampu lagi menginfiltrasikan air di
permukaan tanah karena tanah sudah dalam keadaan jenuh. Runoff juga
dapat terjadi apabila hujan jatuh di permukaan yang bersifat impermeable
seperti beton, aspal, keramik, dan lain-lain. Peristiwa banjir dan erosi
3
C. Metodologi Praktikum
= 2,43 m2/ha
2) Jum’at, 3 Mei 2019
V = 9 (B) + A
= 9 (0) + ( p x l x t )
=0 + ( 1,23 x 0,3 x 0,0026 )
= 0,0009594 m3
Konversi 1 Ha
0,0009594
V = 𝑥 10000 𝑚2
88
= 0,109 m2/ha
2. Nilai Erosi
a. Hasil Pengamatan
Tabel 1.3 Nilai Perhitungan Erosi
Volume
Kode Luas Hari, Volume Selisih
air pada Erosi Erosi
No Petak Peta Tanggal Limpasan Cawan
cawan (gr)/petak (Ton/Ha)
Erosi k Pengamatan (m2/petak) (g)
(ml)
1. 1 88 1 Mei 2019 0,0214 0,031 25 26,536 3,01
2. 1 88 3 Mei 2019 0,0009594 0,078 25 29933,28 3,04
Sumber: Boardlist
b. Analisis Data
1) Rabu, 1 Mei 2019
V = 25 ml
Cawan a = 32,776 gram
7
= 26,536 gram/petak
Konversi 1 ha
26,536 𝑔
E = x 10.000 m2
88 𝑚2
= 3015,45 g/ha
= 0,0031545 ton/ha
2) Jum’at, 3 Mei 2019
V = 25 ml
Cawan a = 34,256 gram
Cawan b = 34,334 gram
Berat Sedimen =b-a
=34,334 gram – 34,256 gram
= 0,78 gram
Erosi (E) = 9 (EB) + EA
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛
= 9 (0) +(Vx )
0,025 𝑙
0,78
=0 + ( 959,4 x 0,025 𝑙 )
= 29933,28 gram/petak
Konversi 1 ha
29933,28 𝑔
E = x 10.000 m2
88 𝑚2
= 3401509,09 g/ha
= 3,4 ton/ha
8
E. Pembahasan
1. Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan merupakan air hujan yang tidak dapat ditahan
oleh tanah, vegetasi atau cekungan dan akhirnya mengalir langsung ke
sungai atau laut. Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap
besarnya limpasan air permukaan antara lain adalah topografi, jenis
tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Menurut Suripin
(2010), faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dibagi dalam 2
kelompok, yakni faktor meteorology dan karakteristik daerah tangkapan
saluran. Faktor meteorologi terdiri dari Intensitas curah hujan, Durasi
hujan, dan Distribusi curah hujan. Faktor Karakteristik terdiri dari
Karakteristik permukaan yang berpengaruh besar pada aliran permukaan
meliputi luas dan bentuk, topografi, dan tata guna lahan.
Menurut Sari (2010) secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan
mengalir menjadi limpasan permukaan. Karakteristik daerah yang
berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis
tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Hal ini berarti bahwa
karakteristik lingkungan fisik mempunyai pengaruh terhadap respon
hidrologi. Kondisi alam Indonesia yang mempunyai periode musim hujan
selama lebih kurang enam bulan menyebabkan curah hujan yang cukup
tinggi. Pembangunan yang dilakukan juga akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan. arahan terhadap penggunaan lahan pada suatu
kawasan sangat diperlukan agar tetap berpedoman pada keseimbangan
lingkungan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan di daerah Desa Ngadirejo,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali terdapat data Curah Hujan
(CH), Limpasan Permukaan, Tutupan Lahan dan Presentase Vegetasi
Pada Petak Erosi 1 dan Perhitungan Erosi. Pengukuran. Pengukuran Data
Curah Hujan dan Limpasan Permukaan pada tanggal 1 mei 2019
memiliki Curah Hujan (CH) 63 mm/hari, tinggi air 0,058m, dan Volume
9
tanah bagian atas akibat bercocok tanam yang tidak sesuai kaidah-kaidah
konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak
keadaan fisik tanah antara lain pembuatan jalan di daerah dengan
kemiringan lereng yang besar. Proses erosi terdiri atas tiga bagian yang
berurutan, pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation),
dan pengendapan (sendimentation). Tinjauan lebih lanjut akibat adanya
erosi adalah munculnya sedimentasi.
Berkaitan dengan terjadinya erosi, sehubungan dengan proses-
prosesnya yang secara alami dan yang dipercepat (erosi buatan) dengan
demikian secara keseluruhan yang menjadi penyebab dan mempengaruhi
besarnya laju erosi. Factor factor penyebab erosi sendiri terdiri dari :
a) Iklim
Menurut Summerfield, (1991) (dalam Lihawa 2011:11). Bahwa:
"Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap proses erosi permukaan
dan sedimen atau iklim menentukan nilai indeks erosivitas hujan,
hujan memainkan peran dalam erosi tanah melalui pengelepasan dari
pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah dan sebagian
melalui kontribusi terhadap aliran".
b) Tanah
Arsyad, (dalam Lihawa 2011: 12). Bahwa: Tanah merupakan
salah faktor yang memepengaruhi erosi dan sedimen sifat tanah yang
penting dalam 14 menentukan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah,
unsur organik, struktur dan fermeabilitas tanah.
c) Topografi
Menurut Summerfield 1991(dalam Lihawa, 2011:12). Bahwa:
"Faktor topografi pada umunya dinyatakan dalam bentuk kemiringan
lereng secara umum erosi akan meningkatkan dengan meningkatnya
kemiringan dan panjang lereng, hal ini disebabkan oleh makin
meningkatnya kemiringan lereng dan panjang lereng, maka
kecepatan air permukaan semakin besar".
11
DAFTAR PUSTAKA
Alie, Msy Erfodina R. 2015. Kajian Erosi Lahan Pada Das Dawas Kabupaten
Musi Banyuasin – Sumatera Selatan. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
Vol. 3, No. 1.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asdak, Chay. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai: Edisi
Revisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Khasanah, Ni’matul. Betha Lusiana, Farida, Meine Van Nooedwijik. 2011.
Simulasi Limpasan Permukaan Dan Kehilangan Tanah Pada Berbagai
Umur Kebun Kopi: Studi Kasus Di Sumberjaya, Lampung Barat. Agrivita
Vol. 26 No.1
Lihawa,Fitryane.2011.Konservasi dan Reklamasi Lahan.Reviva
Cendekia,Gorontalo
Pamungkas, Nanda C et al. 2016. Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Pemberian
Herbisida Terhadap Aliran Permukaan Dan Erosi Pada Fase Generatif
Tanaman Singkong (Manihot Utilissima). Jurnal Teknik Pertanian
Lampung. Vol 5(1): 35-42.
Sari, Santi. 2010. Studi Limpasan Permukaan Spasial Akibat Perubahan
Penggunaan Lahan (Menggunakan Model Kineros). Teknologi Konservasi
Tanah dan Air. PT Bina Aksara. Jakarta.
Simanungkalit et al. 2015. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andisol pada
beberapa Tipe Penggunaan Lahan dengan Metode USLE dan SIG di Desa
Kutaraja Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo. Jurnal Online
Agroekoteknologi. Vol 3(4): :1349 – 1360
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1993. Hidrologi untuk Pengairan.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Suripin, 2010, Drainase Perkotaan Berkelanjutan. ANDI, Yogyakarta.
Sutrisno, Nono dan Nani. Teknologi Konservasi Tanah dan Air untuk Mencegah
Degradasi Lahan Pertanian Berlerang. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi.
Wirasembada, Yanuar Chandra, Budi Indra Setiawan dan Satyanto Krido
Saptomo. 2017. Penerapan Zero Runoff System (ZROS) dan Efektivitas
Penurunan Limpasan Permukaan pada Lahan Miring di DAS Cidanau,
Banten. Media Komunikasi Teknik Sipil. Vol 23, No. 2 (102-112).
15
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Penurunan kualitas lahan pertanian merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian indonesia.
Kebutuhan produksi pangan semakin meningkat setiap harinya seiring
dengan bertambahnya penduduk diindonesia. Degradasi tanah merupakan
salah satu penyebab rendahnya produktifitas di Indonesia.
Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan
permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya
dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Permukaan kulit bumi akan
selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan
sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya
akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah
dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru
muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian. Erosi
merupakan salah satu proses dalam DAS yang terjadi akibat dari
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Erosi juga
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan kekritisan suatu DAS.
Besarnya 6 erosi dan sedimentasi dari tahun ke tahun akan semakin
bertambah apabila tidak dilakukan pengendalian atau pun pencegahan.
Memperhatikan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya penelitian
ilmiah yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan lahan dan
tingkat erosi untuk menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di
wilayah tersebut. Pendugaan erosi diperlukan untuk meramalkan besar
erosi yang telah dan/atau akan terjadi pada suatu lahan dengan atau tanpa
pengelolaan tertentu. Pendugaan erosi juga digunakan untuk memilih
praktek penggunaan lahan dalam arti luas yang mempunyai produktivitas
tinggi dan berkelanjutan.
15
16
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Konservasi Tanah dan Air Acara 2 ini bertujuan untuk
memahami cara mengukur (prediksi) erosi (Metode USLE) dan nilai erosi
yang dapat ditoleransikan (nilai ETol) pada suatu penggunaan lahan serta
untuk mengetahui status erosi pada suatu lahan dan memberikan
rekomendasi praktik konservasi atau pengelolaan yang diperlukan.
17
B. Tinjauan Pustaka
1. Erosivitas Hujan
Tenaga pendorong yang menyebabkan terkelupas dan terangkutnya
partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah dikenal sebagai
erosivitas hujan. Erosivitas hujan sebagian terjadi kareana pengaruh
jatuhnya butir-butir hujan langsung ke atas tanah dan sebagian lagi
karena aliran air di atas permukaan tanah. Kemampuan air hujan sebagai
penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi
tetesan air hujan, dimana keduanya mempengaruhi besarnya energi
kinetik air hujan. Besar erosivitas hujan berkaitan erat dengan energi
kinetis atau momentum, yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju
curah hujan atau volume curah hujan. Faktor erosivitas hujan merupakan
hasil perkalian antara energi kinetik (E) dari satu kejadian hujan dengan
intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).
Erosivitas hujan menjadi faktor penting dalam pendugaan nilai
erosi, terutama di negara tropis yang dicirikan dengan curah hujan tinggi.
Erosivitas hujan di Indonesia dapat dihitung menggunakan persamaan
dari Utomo, Utomo dan Mahmud, atau Bols, serta Lenvain. Formulasi
yang dapat digunakan dalam penghitungan erosivitas curah hujan, namun
validasi di lapangan masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan prediksi sedimentasi melalui pendekatan erosi
model USLE menggunakan tiga formulasi erosivitas hujan dengan hasil
pengukuran langsung di lapangan.
Erosivitas Hujan (R) Nilai erosivitas hujan adalah kemampuan air
hujan sebagai penyebab terjadinya erosi bersumber dari kecepatan dan
distribusi tetesan air hujan, dan sangat berkaitan dengan energi kinetik.
Energi kinetik inilah yang menjadi faktor utama terkelupasnya partikel
partikel tanah dari agregatnya. Nilai faktor erosivitas hujan (R) dihitung
dengan menggunakan rumus Bols (1978) dan Ditjen RRL
18
2. Erodibilitas Tanah
Lengkong et al (2011) mengemukakan bahwa erodibilitas tanah
merupakan sifat tanah yang dinamis yang bervariasi terhadap waktu,
kelengasan tanah, suhu, pengolahan tanah gangguan manusia atau
binatang, dan faktor biologi dan kimia. Faktor yang mempunyai
pengaruh besar terhadap variasi erodibilitas tanah adalah suhu tanah,
tekstur tanah, dan kelengasan tanah.
Nilai erodibilitas tanah adalah nilai kepekaan suatu jenis tanah
terhadap daya penghancur dan penghanyutan air hujan ditunjukkan oleh
nilai erodibilitas tanah. Adapun kepekaan tanah tersebut dipengaruhi oleh
sifat fisik tanah, seperti tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan
permeabilitas tanah.
K = { 2,173 M1,14(10-4) . (12-a) + 3,25 (b-
2) + 2,5 (c-3) } / 100
K = Erodibilitas tanah
M = % debu + % pasir sangat halus x
(100 - % liat)
a = Kandungan bahan organik (%)
b = Nilai struktur tanah dan
c = Nilai permeabilitas tanah
Faktor topografi yang berpengaruh pada erosi adalah kemiringan
lereng, Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan
membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Pada tempat
dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggian. Maka
akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih
19
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum Konservasi Tanah dan Air Acara II dilaksanakan di
Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali pada hari
Minggu,21 April 2019 pukul 13.00 WIB.
2. Alat
a. Peta dasar (rupa bumi)
b. Rol meter
c. Klinometer
d. Bor tanah
e. Kompas
f. Kamera
g. Alat tulis
h. GPS
3. Cara Kerja
a. Menentukan lokasi 3 SPL yang berbeda
b. Mengukur panjang lereng menggunakan rol meter setiap SPL
c. Menghitung kemiringan lereng dengan klinometer setiap SPL
d. Menentukan koordinat setiap SPL
e. Mengukur kedalaman setiap SPL menggunakan bor tanah hingga
batas lapisan padas
f. Mengamati vegetasi di sekitar setiap SPL
26
CHm
No Bulan CH (cm) HH R
(cm)
1 Januari 39 23 8,5 351,254
2 Februari 53,8 22 15,3 741,311
3 Maret 36,6 12 11,8 545,542
4 April 15 12 6,85 139,136
5 Mei 0,6 2 0,4 1,424
6 Juni 2,3 2 1,4 14,312
7 Juli 0 0 0 0
8 Agustus 0 0 0 0
9 September 5,4 2 3,7 67,759
10 Oktober 5,9 3 4 44,004
11 November 18 16 4,2 116,198
12 Desember 20,1 15 7,7 190,749
R Tahunan 2.211,689
=67,759cm2
j) Erosivitas Curah Hujan Bulan Oktober
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (5,9)1,21 (3)-0,47(4)0,53
= 44,004cm2
k) Erosivitas Curah Hujan Bulan November
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (18)1,21 (16)-0,47(4,2)0,53
= 116,198cm2
l) Erosivitas Curah Hujan Bulan Desember
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (20,1)1,21 (15)-0,47(7,7)0,53
= 190,749cm2
2) Erosivitas Rata-Rata Pertahun
∑ El30 = EI30 Januari+...+ EI30 Desember
= 351,254 cm2 + 741,311 cm2 + 545,542 cm2 + 139,136
cm2 + 1,424 cm2 + 14,312 cm2 + 0 cm2 + 0 cm2 + 67,759
cm2 + 44,004 cm2 + 116,198 cm2 + 190,749 cm2
= 2.211,689 cm2
2. Nilai Erodibilitas
a. Hasil Pengamatan
Tabel 2.2 Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (Nilai K)
b. Analisis Data
Analisis Data Nilai Erodibilitas Tanah
Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah
M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100-% liat)
1,292(2,1xM1,14 (10−4 )(12−a) + 3,25 (b−2) + 2,5 (c−3)
K = 100
a = % Bahan Organik
b = Kode struktur tanah
c = Kelas permeabilitas
1) Satuan Lahan Sawah
M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100-% liat)
= (6,80+26,59) x (100 - 23,74) = 2546,32
1,292(2,1xM1,14 (10−4 )(12−a) + 3,25 (b−2) + 2,5 (c−3)
K = 100
1,292(2,1x2546,321,14 (10−4 )(12−4,83) + 3,25 (2−2) + 2,5 (5−3)
= 100
= 0,213
2) Satuan Lahan Hutan
M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100-% liat)
= (9,2+25,19) x (100 - 31,56) = 2353,65
1,292(2,1xM1,14 (10−4 )(12−a) + 3,25 (b−2) + 2,5 (c−3)
K = 100
1,292(2,1x2353,651,14 (10−4 )(12−5,77) + 3,25 (2−2) + 2,5 (6−3)
= 100
= 0,214
3) Satuan Lahan Tegalan
M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100-% liat)
= (9,2+25,19) x (100 - 31,56) = 2353,65
1,292(2,1xM1,14 (10−4 )(12−a) + 3,25 (b−2) + 2,5 (c−3)
K = 100
1,292(2,1x2353,651,14 (10−4 )(12−5,77) + 3,25 (2−2) + 2,5 (6−3)
= 100
= 0,214
30
S = 2,75
LS = (X (0,0138+0,00965s-0,00138s2)) 0,5
= (15,94 (0,0138+0,00965 x 2,75 - 0,00138 x 2,752)) 0,5
= 0,899
3) Sistem Lahan Tegalan
X(m)= 19,75
S = 5,5
LS = (X (0,0138+0,00965s-0,00138s2)) 0,5
= (19,75 (0,0138+0,00965 x 5,5 - 0,00138 x 5,52)) 0,5
= 1,4646
4. Nilai Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan Konservasi (P)
a. Hasil Pengamatan
Tabel 2.4 Perhitungan Nilai CP
Penggunaan Lahan/Pola
Penggunaan Nilai Nilai Nilai
No Tanam/Tindakan
Lahan C P CP
Konservasi
Padi (lahan kering) / Padi-
1. Sawah 0,561 0,083 0,046
gogo-jagung-mulsa jerami
Rumput Brachiaria
decumbens tahun 1 /
2. Hutan Semak tak terganggu 0,327 0,4 0,13
sebagian berumput / Teras
tradisional
Kacang tanah / Ketela /
Jagung/ Rumput
3. Tegal Brachiaria decumbens 1,124 0,056 0,062
tahun 1 / Teras bangku:
jagung-ubi kayu/kedelai
b. Analisis Data
1) Penggunaan Lahan Sawah
CP = 0,561 × 0,083
CP = 0,046
2) Penggunaan Lahan Hutan
CP = (0,004+0,287) × 0,4
CP = 0,13
3) Penggunaan Lahan Tegal
CP = (0,20+-+0,637+0,287) x 0,056
CP = 0,062
Jenis Prediksi
Penggunaan R K LS CP Erosi
Lahan (ton/ha/th)
Sawah 2.211,689 0,213 0,8611 0,046 8,66
Hutan 2.211,689 0,214 0,899 0,13 55,31
Tegal 2.211,689 0,214 1,4646 0,062 42,97
Sawah Alfisols
1000 𝑥 0,90
T =( ) x 1,4
250
= 5,04 ton/ha/th
2) Penggunaan Lahan Hutan
KE x FK
T =( )
UGT
Hutan Alfisols
300 𝑥 0,90
T =( ) x 1,4
250
= 1,512 ton/ha/th
34
Tegal Entisols
800 𝑥 0,90
T =( ) x 1,4
250
= 4,032 ton/ha/th
35
D. Pembahasan
1. Prediksi Erosi
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan di daerah Desa
Ngadirejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali terdapat tiga
macam sistem penggunaan lahan yaitu sawah, tegalan dan hutan
rakyat. Pengukuran prekdiksi erosi di sistem penggunaan lahan sawah
mendapatkan hasil 18,66 ton/ha/tahun yang memiliki tingkat erosi
yang ringan. Pengukuran prediksi erosi pada sistem penggunaan lahan
tegalan yang mendapatkan hasil 42,97 ton/ha/tahun yang memiliki
tingkat erosi yang ringan. Pengukuran prediksi erosi dilakukan pada
sistem penggunaan lahan kebun rakyat yang mendapatkan hasil 55,31
ton/ha/tahun yang memiliki tingkat erosi yang ringan. Faktor
lingkungan dapat menjadi penyebab besarnya erosi seperti faktor
vegetasi, faktor curah hujan, faktor topografi, faktor manusianya
sendiri, pengolahan lahannya dan sebagainya yang mendorong besar
kecilnya suatu erosi.
Hasil prediksi setiap sistem penggunaan lahan berbeda-beda hal
ini dikarenakan setiap lahan memiliki kharakteristik lahan masing-
masing. Pengukuran prediksi erosi tidak jauh dari faktor curah hujan,
erodibilitas suatu tanah, panjang dan kecuraman lereng, faktor
vegetasi dan faktor pengelolaan tanah. Faktor tersebut sesuai dengan
teori yang dikatakan oleh Desifidianan et all (2013) bahwa penyebab
terjadinya erosi dapat dinyatakan dalam erosivitas yang merupakan
manifestasi hujan dipengaruhi oleh adanya vegetasu dan kemiringan
suatu lahan serta faktor tanah dinyatakan dalam erodibilitas yang juga
dipengaruhi.
Sistem penggunaan lahan sawah yang memiliki nilai prediksi
erosi terkecil, hal ini disebabkan karena sawah memiliki nilai CP yang
rendah, dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan tegalan yang
memiliki LS paling tinggi dibandingkan sistem penggunaan lahan
lainnya dan termasuk curam sehingga prediksi erosi cukup besar.
36
Teori yang dinyatakan oleh Nurmani et all (2016) bahwa lereng yang
semakin panjang akan mempengaruhi kecepatan aliran air di
permukaannya sehingga pengikisan tanah akan semakin besar. Hutan
memiliki erosi yang rendah dikarenakan ia memiliki tanaman
pelindung yang mempu mengurangi faktor penyebab erosi. Hasilnya
hutan memiliki erosi yang tertinggi namun masih dalam taraf yang
diperbolehkan bahkan untuk penyuburan tanaman.
Prediksi jumlah tanah tererosi menggunakan USLE ini sangat
berlaku umum dengan menggunakan data sekunder, dan terbatas pada
kepanjangan lereng 22,1 meter serta kemiringan lereng 9 persen.
Prediksi jumlah tanah tererosi pada lahan-lahan curam (kemiringan
tinggi yaitu lebih dari 15%) maka perlu dilakukan modifikasi model
USLE. Faktor yang mempengaruhi besarnya erosi adalah curah hujan,
tanah, lereng (topografi), vegetasi, dan aktifitas manusia. Faktor-
faktor tersebut merupakan komponen-komponen dalam pendekatan
USLE.
Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan metode
yang umum digunakan untuk memperediksi laju erosi. Menurut
Suripin (2014) USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka
panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah
kondisi tertentu. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi erosi
pada lahan-lahan non pertanian tapi tidak dapat untuk memprediksi
pengendapan dan tidak memperhitungkan sedimen dari erosi parit,
tebing sungai dan dasar sungai. Alasan utama penggunaan model
USLE karena model tersebut relatif sederhana dan input parameter
model yang diperlukan mudah diperoleh. Kelemahan model USLE
adalah tidak dipertimbangkannya keragaman spasial dalam suatu
DAS dimana nilai input parameter yang diperlukan merupakan nilai
rata-rata yang dianggap homogen dalam suatu unit lahan khususnya
untuk faktor erosivitas (R) dan kelerengan (LS).
37
2. Nilai Etol
Nilai Etol adalah laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau
ton/ha/tahun terbesar yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan
agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan
tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas
yang tinggi secara lestari. Menurut Kartasapoetra (2008), tujuan
menghitung erosi yang masih diperbolehkan (soil loss tolerance)
yaitu untuk mengetahui besarnya erosi yang mungkin dapat diimbangi
atau lebih diimbangi dengan tindakan atau perlakuan manusia yang
dapat membantu lajunya pembentukan tanah, sehingga besarnya erosi
selalu dibawah laju pembentukan tanah. Dasar untuk menentukan
tingkat erosi yang masih diperbolehkan dengan memperhatikan
kedalaman tanah, sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi
perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit, penyusunan
kandungan bahan organik, kehilangan unsur hara dan masalah yang
ditimbulkan oleh sedimen di lapangan.
Arsyad (2016), memaparkan perhitungan laju erosi yang
diperbolehkan berdasar atas kedalaman ekuivalen tanah dan jangka
waktu kelestarian sumber daya tanah yang diharapkan. Jenis tanah
sawah yang diamati memiliki nilai faktor kedalaman 0,9 dan
kedalaman efektif 1000 mm. Tanah tegal yang diamati memiliki nilai
faktor kedalaman 0,9 dan kedalaman efektif 800 mm. Tanah hutan
rakyat yang diamati memiliki nilai faktor kedalaman 0,90 dan
kedalaman efektif 300 mm. Umur guna tanah untuk kepentingan
pelestarian digunakan waktu 250 tahun. Perhitungan laju erosi yang
diperbolehkan (Etol) berdasarkan atas kedalaman ekuivalen tanah dan
jangka waktu kelestarian sumber daya tanah yang paling tetinggi
didapatkan pada sistem lahan sawah yaitu 5,04 ton/ha/tahun (berat)
sedangkan yang terendah adalah lahan hutan rakyat sebesar 1,512
38
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Mardohar et al. 2013. Evaluasi Laju Erosi dengan Metode Petak Kecil
dan USLE pada Beberapa Kemiringan Tanah Ultisol dengan Tanaman
Campuran di Kecamatan siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
J.Rekayasa Pangan dan Pert.Vol. 1(2): 68-73.
Arsyad , S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor :Institut Pertanian Bogor. Hal
345
Arsyad, Sitanala 2016. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Ashari, Arif. 2013. Kajian Tingkat Erodibilitas Beberapa Jenis Tanah Di
Pegunungan Baturagung Desa Putat Dan Nglanggeran Kecamatan Patuk
Kabupaten Gunungkidul. Informasi, No. 1, Xxxix
As-syakur, Abdul Rahman. 2014. Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode
USLE Dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Piksel Di Daerah
Tangkapan Air Danau Buyan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)
Universitas Udayana, Bali. PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-2014
Auliyani, Diah. Wahyu Wisnu Wijaya. 2017. Perbandingan Prediksi Hasil
Sedimen Menggunakan Pendekatan Model Universal Soil Loss Equation
Dengan Pengukuran Langsung. Journal Of Watershed Management
Research. Vol. 1 No. 1
Desifindiana M. D., B. Suharto, dan R. Wirosoedarmo. Analisa Tingkat Bahaya
Erosi pada Das Bondoyudo Lumajang dengan Menggunakan Metode
Musle (In Press). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosestem Vol 1
(2) : 9 – 17.
Dewi, I Gusti Ayu Surya Utami, Ni Made Trigunasih, dan Tatiek Kusmawati.
2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada
Daerah Aliran Sungai Saba. J. Agroekoteknologi Tropika. Vol. 1(1): 12-23.
Kartasapoetra dan Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta:
Rineka Cipta.
Lengkong, Michiko A, Tommy Sondakh, Yani E.B Kamagi, Maria Montolalu.
2011. Erodibilitas Tanah (K) Di Sepanjang Jalur Jalan Manado-Tomohon
Soil Erodibility (K) Along The Road Manado-Tomohon. Buletin
Pengelolaan Das No.Iii, 2 Hal19-28
Mawardi, Muhjidin. 2011. Tanah-Air-Tanaman: Azaz Irigasi dan Konservasi Air.
Yogyakarta: Bursa Ilmu (Djavadiva Group).
Nifen, Silta Yulan dan Afri Triwanda. 2018.Kajian Laju Erosi Dipengaruhi
Tutupan Vegetasi Menggunakan Citra Landsat-8 pada Das Batang Kuranji
Bagian Hilir. Reviews in Cilvil Engineering. Vol 2. No 2. Hal 68-75.
Institut Teknologi Padang.
Nurmani Usman, A. Monde, dan A. Rahman. Indeks bahaya erosi (IBE) pada
beberapa penggunaan lahan di desa Malei Kecamatan Balaesang Tanjung
Kabupaten Donggala. J. Agrotekhis Vol 4(2) : 186 -194
41
LAMPIRAN
43
44