Disusun Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama : Rizqi Luwih Saputri
NIM : H0720150
Program Studi : Agroteknologi
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai mata kuliah Pengelolaan
Tanah dan Air sekaligus diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
Pengelolaan Tanah dan Air. Sebelum laporan ini di susun, penyusun telah
melakukan praktikum Universitas Sebelas Maret dengan lancar. Dalam penyusunan
laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang telah membimbing dan
memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
V. PENUTUP ................................................................................................. 30
A. Kesimpulan ........................................................................................... 30
B. Saran ..................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Garfik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sawi dengan Volume
Penyiraman pada Perlakuan A ......................................................... 14
Gambar 1.2 Garfik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sawi dengan Volume
Penyiraman pada Perlakuan B.......................................................... 14
Gambar 1.3 Garfik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sawi dengan Volume
Penyiraman pada Perlakuan C.......................................................... 15
Gambar 1.4 Garfik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sawi dengan Volume
Penyiraman pada Perlakuan D ......................................................... 15
Gambar 1.5 Garfik Hubungan Berat Brangkas dengan Volume Penyiraman pada
Perlakuan A ...................................................................................... 17
Gambar 1.6 Garfik Hubungan Berat Brangkas dengan Volume Penyiraman pada
Perlakuan B ...................................................................................... 17
Gambar 1.7 Garfik Hubungan Berat Brangkas dengan Volume Penyiraman pada
Perlakuan C ...................................................................................... 18
Gambar 1.8 Garfik Hubungan Berat Brangkas dengan Volume Penyiraman pada
Perlakuan D………………………………………………………...18
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya tanaman memerlukan dukungan tanah sebagai media tanam
dan air sebagai pendukung pertumbuhan untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi
tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara.
Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain misalnya, suhu,
kandungan mineral, air, dan derajat keasaman atau pH. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengoptimalkan tanah sebagai media dalam budidaya ialah
pengolahan tanah. Pengolahan tanah dapat diiartikan sebagai upaya yang
dilakukan untuk membuat kondisi tanah sesuai keinginan dengan tujuan
mendukung pertumbuhan tanaman budidaya.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian
baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat
mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat
beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat
beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan
dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap
perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik
yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase
perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik
juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga
dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara
tanaman.
Air merupakan salah satu unsur utama pada budididaya. Ketersediaan
air untuk tanah sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman, baik secara
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
B. Tanaman Sawi
Sawi adalah salah satu jenis sayuran daun yang digemari oleh
masyarakat dan konsumennya dari berbagai golongan. Sawi kaya akan vitamin
A, B, C, E, dan K yang dibutuhkan oleh tubuh. Disamping itu sawi juga
memiliki komponen kimia penghambat kanker. Kandungan gizi yang cukup
tinggi, memungkinkan jenis sayuran ini mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan. Tanaman sawi dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun
dataran tinggi (5-1.200 m) di atas permukaan laut (dpl). Dengan
kata lain tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara
panas maupun berudara dingin. Namun demikian tanaman sawi
akan lebih baik pertumbuhannya jika dibudidayakan pada ketinggian
100 – 500 m dpl (Gustia, 2014).
karena keberadaan unsur nitrogen dan fosfor dapat menyumbangkan hara tanah
dan akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Aktivitas tersebut dalam
tanah sehingga akan berpengaruh pada kualitas tanah (Astuti et al., 2020).
Kualitas air irigasi yaitu kesesuaian air dalam memenuhi fungsinya untuk
tanaman, kualitas air yang baik tidak akan menimbulkan masalah karena tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Jika kualitas air buruk,
pertumbuhan tanaman dan dampak pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan akan sulit untuk diatasi. Berdasarkan masalah yang ada dalam
sistem irigasi, maka analisis kualitas air pada irigasi subak di Bali
ditelaah dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui
kesesuaiannya terhadap pertanian. dengan tujuan untuk mengetahui
kesesuaiannya terhadap pertanian (Saputra et al., 2019).
Sumber irigasi harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi
tanaman yang akan dialiri, karena dalam jangka panjang dapat berpengaruh
terhadap kualitas hasil produksi pertanian. Kualitas air merupakan faktor utama
yang perlu dipertimbangkan dalam budidaya tanaman secara hidroponik.
Tanaman terdiri atas 80 – 90% air sehingga ketersediaan air yang berkualitas
sangat penting untuk mendukung keberhasilan proses budidayanya. Kualitas
air dapat ditentukan dari apa yang terkandung di dalam sumbernya (sumur atau
sungai), juga tingkat kemasamannya (Astuti., 2014).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
7
8
f. Letakan polybag pada tempat yang terkena sinar matahari dan aman
dari berbagai gangguan.
g. Hitung volume penyiraman sesuai ET0 dan Kc menggunakan Cropwat
8.0.
h. Siram dengan air setiap hari sesuai dengan volume air yang telah
dihitung dan dipupuk sesuai dengan perlakuan masing-masing.
i. Amati pertumbuhan tanaman (jumlah daun tanaman) setiap minggu
dan masukan ke dalam logbook yang telah disediakan.
j. Amati pertumbuhan tanaman selama 28 HST dan saat panen dilakukan
pengukuran bobot segar dan bobot kering.
B. Acara 2: Efisiensi Air Irigasi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara 2, yaitu Efisiensi Air Irigasi dilaksanakan Dusun
Brangkal, Jantiharjo, Karanganyar. Praktikum dilaksanakan pada tanggal
28 - 29 Mei 2022.
2. Alat dan Bahan
a. Sepatu boots
b. Current meter
c. Tali
d. Meteran
e. Stopwatch
f. Pelampung / bola pingpong
g. Saluran irigasi sekunder dan tersier
3. Cara Kerja
a. Pilih 2 saluran terbuka, masing-masing pada saluran sekunder dan
tersier.
b. Ukur kecepatan aliran air (V dalam m/det) menggunakan pelampung
di titik awal (Qin) dan debit di titik berikutnya yang diasumsikan
sebagai titik akhir (Qout) saluran. Ukur dan catat juga jaraknya dengan
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
rumus v = .
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
9
c. Ukur kecepatan aliran pada tiga titik (tengah dan 1 pada pinggir
saluran), lakukan sebanyak 3 kali ulangan dan hitung rata-ratanya.
d. Catat ketinggian penampang melintangnya (drata-rata) pada 3 titik
(tengah, kanan, kiri) dan lebar saluran (w) pada 2 titik (atas dan bawah).
Luas penampang basah saluran (A) dihitung dengan rumus : A(𝑚2 ) =
drata-rata x w
C. Acara 3: Kualitas Air Irigasi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara 3, yaitu Kualitas Air Irigasi dilaksanakan di Dusun
Brangkal, Jantiharjo, Karanganyar. Praktikum dilaksanakan pada tanggal
8 - 9 Juni 2022.
2. Alat
a. pH meter
b. Thermometer
c. Ember kapasitas 10 liter
d. Botol 1,5 liter yang dilapisi lakban hitam
e. Pengaduk
f. Oven
g. Cawan alumunium
h. Timbangan analitik
i. Kertas saring
j. Beaker Glass
k. Corong kaca
l. Flakon
m. Aquadest
3. Bahan
a. Sampel air saluran irigasi sekunder 1,5 liter
b. Sampel air saluran irigasi tersier 1,5 liter
4. Cara Kerja
a. Ambil sampel air pada saluran irigasi sekunder dan saluran irigasi
tersier di satu titik.
10
12
13
75% 4 4 5
100% 4 4 6
50% 4 5 7
3 75% 3 4 5
100% 3 5 7
50% 3 5 6
4 75% 3 4 5
100% 3 5 6
Sumber : Hasil pengamatan mulai dari 1 minggu setelah penanaman
6
4
2
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
50% 75% 100%
3
2
1
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
50% 75% 100%
15
6
4
2
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
50% 75% 100%
6
4
2
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
50% 75% 100%
16
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Basah Kering
50% 75% 100%
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Basah Kering
50% 75% 100%
18
0,6
0,4
0,2
0
Basah Kering
50% 75% 100%
0,6
0,4
0,2
0
Basah Kering
50% 75% 100%
2. Pembahasan
Setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda.
Beberapa tanaman membutuhkan air yang cukup banyak untuk mendukung
pertumbuhannya dan sebagian yang lain tidak terlalu membutuhkan banyak
air. Penentuan kebutuhan air pada tanaman dapat dilakukan dengan metode
19
Parameter yang diukur dalam praktikum kali ini adalah lebar saluran,
kedalaman, kecepatan air, dan efisiensi saluran. Pengukuran pertama
dilakukan pada saluran sekunder posisi keluar (out) dan masuk (in). Lebar
saluran sekunder masuk bagian permukaan adalah 2,28 meter dan bagian
dasar adalah 2 meter. Data rata-rata kedalaman, kecepatan, dan debit air
yang diperoleh dari bagian tengah, samping kanan, samping kiri saluran
sekunder masuk secara berturut turut adalah 0,143 meter, 0,53 m/s, dan
0,162 m2/s. Lebar saluran sekunder keluar bagian permukaan adalah 1,68
meter, sedangkan bagian dasar adalah 1,61 meter. Data rata-rata
kedalaman, kecepatan, dan debit air yang diperoleh dari bagian tengah,
samping kanan, samping kiri saluran sekunder keluar secara berturut turut
adalah 0,148 meter, 0,58 m/s, dan 0,140 m2/s. Efisiensi saluran irigasi
sekunder yang didapat adalah 86,2%. Arti nilai efisiensi pada saluran
irigasi sekunder adalah air yang hilang pada saluran sekunder tersebut
sebesar 13,8%. Berdasarkan artikel yang ditulis Maulana et al., (2020)
adapun kehilangan air pada jaringan irigasi diakibatkan karena evaporasi,
perkolasi, perembesan (seepage), air terbuang sia-sia, dan kehilangan
energi. Menurut Yendri dan Sari (2020) kehilangan air secara berlebihan
perlu dicegah dengan cara peningkatan saluran menjadi permanen dan
pengontrolan operasional sehingga debit tersedia dapat dimanfaatkan
secara maksimal bagi peningkatan produksi pertanian dan taraf hidup
petani. Kehilangan air yang relatif kecil akan meningkatkan efisiensi
jaringan irigasi, karena efisiensi irigasi sendiri merupakan tolak ukur
suksesnya operasi pertanian dalam semua jaringan irigasi.
Pengukuran selanjutnya dilakukan pada saluran tersier posisi keluar
(out) dan masuk (in). Lebar saluran tersier masuk bagian permukaan adalah
0,65 meter dan bagian dasar adalah 0,63 meter. Data rata-rata kedalaman,
kecepatan, dan debit air yang diperoleh dari bagian tengah, samping kanan,
samping kiri saluran tersier masuk secara berturut turut adalah 0,032 meter,
0,23 m/s, dan 0,0046 m2/s. Lebar saluran sekunder keluar bagian
permukaan adalah 0,49 meter, sedangkan bagian dasar adalah 0,48 meter.
25
Data rata-rata kedalaman, kecepatan, dan debit air yang diperoleh dari
bagian tengah, samping kanan, samping kiri saluran sekunder keluar secara
berturut turut adalah 0,033 meter, 0,30 m/s, dan 0,0048 m2/s. Efisiensi
saluran irigasi tersier yang didapat adalah 100,000092%. Arti nilai efisiensi
pada saluran irigasi tersier tersebut adalah tidak terdapat air yang hilang
pada saluran tersier tersebut sehingga jumlah air yang masuk sama besar
dengan jumlah air yang keluar bahkan angka 0,000092% tersebut
menunjukkan bahwa terdapat penambahan air pada irigasi dalam jumlah
yang sangat kecil. Pendapat ini bedasarkan pengertian efisiensi irigasi oleh
Sumadiyo (2018) dalam artikelnya yaitu pengertian efisiensi irigasi ini
didasarkan pada kenyataan bahwa tidak seluruh air yang diberikan atau
disadap dan masuk ke saluran dapat dialirkan ke bangunan penyadapan
berikutnya / petak lahan yang diairi, tetapi ada bagian yang hilang / tidak
dapat dimanfaatkan.
C. Kualitas Air Irigasi
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengamatan Kualitas Air Irigasi pada Saluran Irigasi
No Macam pH Suhu Sedimen Layang Sedimen Dasar
Saluran (suspended load) (suspended bed load)
irigasi
(a) (b) (b-a) Kon (a) (b) (b-a) Konsen
gr gr gr sentr gr gr gr trasi
asi (g/l)
(g/l)
1 Sekunder 63, 63, 1,0 1,0
7,32 28 oC 73 78 0,049 0,49 93 64 -0,029 -0,29
4 3
2 Tersier 34, 34, 0,044 0,00
1,0 1,0
7,4 29 oC 21 25 36 -0,008 -0,08
68 60
1 5
Sumber: Analisis Data
a. Saluran irigasi sekunder
1) Perhitungan sedimen layang
Berat awal cawan (a) = 63,734 gr
Berat akhir cawan (b) = 63,783 gr
26
= 0,49 gr/lt
2) Perhitungan sedimen dasar
Berat awal cawan (a) = 1,093 gr
Berat akhir cawan (b) = 1,064 gr
Selisih berat cawan (b-a) = 1,064 – 1,093
= -0,029 gr
−0,029
Konsentrasi = 0,1
= -0,29 gr/lt
b. Saluran irigasi tersier
1) Perhitungan sedimen layang
Berat awal cawan (a) = 34,211 gr
Berat akhir cawan (b) = 34,255 gr
Selisih berat cawan (b-a) = 34,211 - 34,255
= -0,044 gr
−0,044
Konsentrasi = 0,1
= -0,44 gr/lt
2) Perhitungan sedimen dasar
Berat awal cawan (a) = 1,068 gr
Berat akhir cawan (b) = 1,060 gr
Selisih berat cawan (b-a) = 1,060 – 1,068
= -0,008 gr
−0,008
Konsentrasi = 0,1
= -0,08 gr/lt
2. Pembahasan
Air irigasi yang digunakan untuk pertanian sebaiknya memenuhi
standar baku mutu air irigasi sehingga kualitas air irigasi layak dijadikan
27
pengairan untuk tanaman. Kualitas air irigasi yang tidak sesuai akan
mengganggu pertumbuhan dan menurunkan produksi. Menurut Naray et
al., (2019) melihat besarnya pemakaian air pada sektor pertanian, sehingga
keberadaan sumber air harus tetap dijaga baik secara kuantitas maupun
kualitas. Masalah kualitas air irigasi adalah hal yang harus diperhatihan
untuk menentukan penggunaan air irigasi bagi pertanian, dan juga untuk
mengetahui apakah air tersebut sudah melewati batasan nilai standar irigasi
atau tidak.
Berdasarkan praktikum kualitas air saluran irigasi sekunder dan
saluran tersier didapatkan data pH air dan suhu air. Tingkat keasaman (pH)
air untuk saluran sekunder yaitu 7,32 sedangkan pH untuk saluran tersier
yaitu 7,4. Angka tersebut menurut Santosa dan I Putu Dharma (2019)
menyatakan bahwa air irigasi pada saluran irigasi sekunder dan tersier di
dusun Brangkal, Jantiharjo, Karanganyar memenuhi standar syarat sesuai
standar irigasi nilai pH adalah 6,5- 8,4. Pengukuran untuk suhu pada
saluran sekunder yaitu didapat suhu 28 celcius, sedangkan suhu untuk
saluran tersier yaitu 29 celcius. Mengutip artikel yang ditulis Dianti et al.,
(2022) berdasarkan nilai SNI 01-7246-2006 untuk suhu yang dikategorikan
memenuhui standar yaitu dengan nilai 28,5°C-31,5°C. Hal tersebut
menunjukkan bahwa air irigasi pada saluran irigasi sekunder dan tersier di
dusun Brangkal, Jantiharjo, Karanganyar memenuhi standar nasional
sehingga dapat dimanfaatkan petani.
Kualitas air irigasi pertanian dipengaruhi oleh kandungan sedimen
dan unsur-unsur kimia yang terkandung di air. Sedimentasi merupakan
proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan
terangkutnya material tersebut oleh gerakan air kemudian diikuti dengan
pengendapan material yang terdapat di tempat lain. Sedimen dalam tanah
akan mempengaruhi keberlanjutan sistem irigasi. Apabila sedimen ini
terkandung dan mengendap dalam saluran irigasi, maka akan berpengaruh
pada kapasitas pengaliran air dan air akan menjadi keruh. Sedimen
dibedakan menjadi 2 yaitu sedimen layang (suspended load) dan sedimen
28
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Pengelolaan Tanah dan Air yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpul, sebagai berikut:
1. Intensitas penyiraman 50%, 75%, dan 100% berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah daun dari tanaman sawi.
2. Intensitas penyiraman 50%, 75%, dan 100% dan pengaplikasian pupuk
memberikan pengaruh nyata terhadap berat brangkasan. Perlakuan
intensitas penyiraman 50% dan pemberian pupuk Phonska memberikan
bobot brangkasan paling optimum.
3. Efisien saluran irigasi sekunder yang didapat adalah 86,2% dan efisiensi
saluran irigasi tersier yang didapat adalah 100,000092%. Hal tersebut berati
pada saluran sekunder mengalami kehilangan air sebesat 13,8% sedangkan
pada irigasi tersier tidak mengalami kehilangan air.
4. Pengukuran tingkat keasaman (pH) air untuk saluran sekunder yaitu 7,2
sedangkan pH untuk saluran tersier yaitu 8,2. Pengukuran untuk suhu pada
saluran sekunder yaitu didapat suhu 28 celcius, sedangkan suhu untuk
saluran tersier yaitu 29 celcius. Tingkat kemasaman (pH) dan suhu air pada
saluran irigasi sekunder dan tersier dusun Brangkal, Jantiharjo,
Karanganyar juga masih dalam batas normal yang memenuhi standar mutu
air irigasi.
5. Perhitungan sedimen pada saluran sekunder didapatkan konsentrasi
sedimen layang sebesar 0,49 gram/liter sedangkan konsentrasi sedimen
dasar -0,29 gram/liter,. Pada saluran tersier, konsentrasi sedimen layang
sebesar 0,44 gram/liter, sedangkan konsentrasi sedimen dasar -0,08
gram/liter. Konsentrasi sedimen pada saluran irigasi sekunder dan tersier
dusun Brangkal, Jantiharjo, Karanganyar tidak layak untuk air irigasi.
30
31
B. Saran
Koordinasi antara praktikan dan Co Ass dapat lebih ditingkatkan agar
praktikan dapat lebih mudah memahami materi atau bahan yang diberikan
terkait dengan pelaksanaan praktikum. Pelaksanaan praktikum diefisienkan
dengan cara membuat pembagian jadwal praktikum per kelompok agar tidak
terlalu banyak orang untuk kegiatan yang tidak terlalu berat. Pelaksanaan
praktikum sebaiknya diberitahukan lebih jelas dan dengan waktu yang pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, D. Z., Rochdiani, D., & Noormansyah, Z. 2018. Analisis kelayakan finansial
usahatani sawi hijau (brassica juncea l.) dengan sistem hidroponik nft
(nutrient film technique)(studi kasus pada seorang petani sayuran
hidroponik di desa neglasari kecamatan pamarican kabupaten ciamis). J
Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh 4(1): 609-613.
Asmara, R., Harijanto, B., & Mentari, M. (2018). Identification of mustard greens
freshness level based on rgb leaf color and stem shape features using image
thinning morphology. International J of Advanced Science and
Technology 118(1): 67-80.
Astuti, A. D. 2014. Kualitas air irigasi ditinjau dari parameter dhl, tds, ph pada lahan
sawah desa bulumanis kidul kecamatan margoyoso. J Litbang: Media
Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK 10(1): 35-42.
Astuti, P. P., Saidi, D., & Santoso, A. P. B. (2020). Kualitas tanah pada lahan sawah
dengan irigasi air rawa jombor di kecamatan bayat kabupaten klaten. J
Tanah Dan Air (Soil and Water Journal) 17(2): 65-73.
Cahyono, O. 2019. Pengaruh cekaman kekeringanpada pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas kedelai (glycine max l merr) lokal. J Ilmiah
Agrineca 19(1): 63-73.
Dianti, N. K. K., Johnny, M. T. S., & Meirany, J. (2022). Studi irigasi tambak udang
di desa sungai pangkalan satu kecamatan sungai raya kabupaten
bengkayang. JeLAST: J PWK, Laut, Sipil, Tambang 9(1).
Gustia, H. 2014. Pengaruh penambahan sekam bakar pada media tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (brassica juncea l.). E-journal
widya kesehatan dan lingkungan 1(1): 36807.
Herdiyanti, H., & Sulistyono, E. 2021. Pertumbuhan dan produksi beberapa varietas
padi (oryza sativa l.) Pada berbagai interval irigasi. J Agronomi Indonesia
(Indonesian Journal of Agronomy) 49(2): 129-135.
Jambak, M. K. F. A., Baskoro, D. P. T., & Wahjunie, E. D. 2017. Karakteristik sifat
fisik tanah pada sistem pengolahan tanah konservasi (Studi Kasus: Kebun
Percobaan Cikabayan). Buletin Tanah dan Lahan 1(1): 44-50.
Lakoro, O., & Djamaluddin, I. 2022. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan
pemberian berbagai macam pupuk organik terhadap pertumbuhan dan
hasil kacang tanah. J Ilmiah Mahasiswa Fakultas Pertanian 2(1): 137-142.
Maulana, R. A., Lubis, K. S., & Marbun, P. 2014. Uji korelasi antara debit aliran
sungai dan konsentrasi sedimen melayang pada muara sub DAS Padang di
kota Tebing Tinggi. Agroekoteknologi, 2(4): 1518-1528.
Maulana, T. J., Meilianda, E., & Masimin, M. 2020. Tinjauan efisiensi saluran
irigasi pada jaringan utama daerah irigasi krueng tuan kabupaten aceh
utara. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(2): 148-157.
Naray, S. P., Polii, B., & Rotinsulu, W. 2019. Analisis kualitas air irigasi
persawahan padi di desa molompar kecamatan tombatu timur kabupaten
minahasa tenggara. In COCOS 1( 3): 1-11.
Nugroho, C. A., & Setiawan, A. W. 2022. Pengaruh frekuensi penyiraman dan
volume air terhadap pertumbuhan sawi pakcoy pada media tanam
campuran arang sekam dan pupuk kandang. Agrium: J Ilmu
Pertanian, 25(1).
Nugroho, P. A. 2019. Pengolahan tanah dalam penyiapan lahan untuk tanaman
karet soil tillage in land clearing for rubber plantation. J perspektif 17(2):
129-138.
Santosa, I G Ngurah dan I. Putu Dharma, 2019. Kesesuaian kualitas air irigasi untuk
padi sawah di daerah irigasi mambal, fakultas pertanian universitas
udayana. J. Agrotrop 9(1): 87-96.
Saputra, I. G. D., Sumiyati, S., & Sucipta, I. N. 2019. Kualitas air pada irigasi subak
di Bali. J BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) 8(2): 257-265.
Septinar, H., & Putri, M. K. 2019. Pengelolaan tata air lahan pertanian rawa pasang
surut sebagai upaya melestarikan lingkungan di Desa Mulya Sari
Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin. J Media Komunikasi
Geografi 19(2): 187-193.
Sumandiyono, A. 2018. Analisis efisiensi pemberian air di jaringan irigasi karau
kabupaten barito timur provinsi kalimantan tengah. J Sipil dan Lingkungan
1(1): 1-22
Tika, I. W., & Madrini, I. B. 2019. Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi
dengan aplikasi jadual tanam secara “nyorog” pada subak. J Ilmiah
Teknologi Pertanian Agrotechno 4(1): 35-43.
Yendri, O., & Sari, E. P. 2020. Debit air pada saluran sekunder bendung tanah priuk
akibat kolam ikan air deras di kabupaten musi rawas. Bentang: J Teoritis
dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil 8(1): 29-37.
LAMPIRAN
Tinjauan Pustaka Pengelolaan Tanah dan Air