Anda di halaman 1dari 22

REHABILITASI MANGROVE JENIS RHIZOPHORA MUCRONATA

DENGAN METODE PENANAMAN DI DESA BALLANG BARU


KECAMATAN TAROWANG KABUPATEN JENEPONTO

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

PRIVENDHY
L211 15 321

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktek Kerja Lapang (PKL) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin ini dengan judul “Rehabilitasi mangrove jenis Rhisophora mucronata
dengan metode penanaman di desa Ballang Baru kecamatan Tarowang
Kabupaten Jeneponto ”.
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat diselesaikan oleh penulis berkat
bantuan, dukungan dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya kepada :

1. Ir. Basse Siang Parawansa, MP. selaku dosen pembimbing utama dan Kanda
Idham Malik, S.Pi selaku pembimbing lapangan yang telah meluangkan waktu
membimbing penulis dari awal hingga selesainya laporan PKL ini.
2. Bapak/ibu dosen penguji; Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc dan
Dr. Sri Wahyuni Rahim, S.T, M.Si atas saran dan kritik dalam penyempurnaan
laporan ini.
3. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan dan seluruh staf dan pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan khususnya para dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan.
4. Kepada orang tua penulis, Bapak Pilipus Lalan dan Ibunda Ribka , beserta
Saudara serta keluargaku tercinta atas segala doa dan dukungan yang tak henti
– hentinya baik secara moril dan materil.
5. Saudara seperjuangan Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Angkatan 2015 UNHAS dan teman-teman seperjuangan PKL Rahmat
Maulana.
6. Semua pihak yang ikut membantu baik secara langsung maupun tak langsung
yang tak sempat saya sebutkan namanya satu persatu dalam penyusunan
laporan PKL ini.

i
Kesempurnaan segalanya milik TUHAN YANG MAHA ESA, oleh karena itu
penulis sadar dalam Laporan Praktek Kerja Lapang ini masih banyak kekurangan dan
belum sempurna yang disebabkan oleh keterbatasan penulis, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diperlukan.
Akhir kata penulis berharap agar Laporan Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat
serta memberi nilai untuk kepentingan ilmu pengetahuan selanjutnya, dan segala
amal baik serta jasa dari pihak yang membantu penulis mendapat berkat dan karunia-
Nya. Aamiin.

Makassar, Juni 2020

Penulis

Privendhy

ii
Daftar isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………..i
Daftar isi………………………………………………………………………………………………………………………..iii

Daftar gambar……………………………………………………………………………………………………………….iv

Daftar tabel……………………………………………………………………………………………………………..………v

I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................................... 2
II. GAMBARAN UMUM .......................................................................................................... 3
A. Gambaran Umum Lokasi ...................................................................................... 3
B. Gambaran Umum Instansi (World Wide Fund Of Nature) ............................... 4
C. Visi Misi WWF Indonesia ...................................................................................... 4
1. Visi WWF Indonesia .................................................................................................. 4
2. Misi WWF Indonesia.................................................................................................. 4
3. Strategi Kerja WWF Indonesia ................................................................................ 5
III . METODE PRAKTIK KERJA LAPANG ......................................................................... 6
A. Waktu dan Tempat ................................................................................................. 6
B. Alat dan Bahan ....................................................................................................... 6
C. Metode Praktik Kerja Lapang ............................................................................... 6
D. Sumber Data Praktek Kerja Lapang.................................................................... 7
IV. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG .............................................................................. 8
A. Survei dan Penentuan Penanaman .................................................................... 8
B. Sosialisasi Dengan Masyarakat ........................................................................... 9
C. Jenis Mangrove (Rhizopora mucronata) .......................................................... 10
D. Pengumpulan buah Mangrove ........................................................................... 11
E. Pemilihan buah ......................................................................................................... 12
F. Penanaman Bibit ...................................................................................................... 13
G. Monitoring ................................................................................................................. 14
V. PENUTUP......................................................................................................................... 16
A. Rangkuman.............................................................................................................. 16
B. Saran ...................................................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Lokasi Rehabilitasi ....................................................................................... 3
2. Survei lokasi penanaman ..................................................................................... 8
3. Sosialisasi manfaat Mangrove.............................................................................. 9
4. Mangrove Jenis Rhizopora mucronate ............................................................... 10
5. pengumpulan bibit mangrove ............................................................................. 11
6. Pemilihan buah .................................................................................................. 12
7. Bibit dengan kondisi tidak baik ........................................................................... 12
8. perendaman buah pada waring .......................................................................... 12
9. Penanaman bibit mangrove................................................................................ 14
10. monitoring hasil penanaman ............................................................................. 15

iv
DAFTAR TABEL

1. Alat yang digunakan beserta kegunaannya .......................................................... 6


2. Bahan yang digunakan beserta kegunaannya ...................................................... 6

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas sekitar 17.504 buah
pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km yang ditumbuhi oleh mangrove
dengan lebar beberapa meter sampai beberapa kilometer dari garis pantai (Kusmana
dkk, 2014).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang


didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini
umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran
air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat. Sehingga
hutan mangrove pantai terlindungi (Bengen, 2004).

Hutan mangrove sebagai sumber daya alam tropis yang mempunyai manfaat
ganda, baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun ekologi. Berbeda dengan hutan
daratan, hutan mangrove memiliki habitat yang lebih spesifik karena adanya interaksi
antara komponen penyusun ekosistem yang kompleks dan rumit. Komponen
penyusun ekosistem tersebut saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat berdiri sendiri. Ekosistem mangrove dikenal sebagai hutan yang
mampu hidup beradaptasi pada lingkungan pesisir yang sangat ekstrim, tapi
keberadaannnya rentan terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan
tersebut disebabkan adanya tekanan ekologis yang berasal dari alam dan manusia.
Bentuk tekanan ekologis yang berasal dari manusia umumnya berkaitan dengan
pemanfaatan mangrove seperti konversi lahan menjadi pemukiman, pertambakan,
pariwisata, pencemaran, dan penebangan hutan mangrove secara besar-besaran
(Poedjirahajoe dkk, 2017).

Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial budaya


yang sangat penting, misalnya menjaga stabilitas pantai dari abrasi, sumber ikan,
udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu bakar dan kayu bangunan,
serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya.

1
Tingkat kerusakan ekosistem mangrove dunia, termasuk Indonesia sangat cepat
akibat pembukaan tambak, penebangan hutan mangrove, pencemaran lingkungan,
reklamasi dan sedimentasi, pertambangan, sebab-sebab alam seperti badai atau
tsunami, dan lain-lain.(Setyawan, 2002 dalam Setyawan dan Winarno, 2006).

Oleh sebab itu, perlunya dilakukan suatu upaya untuk menjaga kelestarian
mangrove salah satunya dengan rehabilitasi. salah satu contoh kegiatan rehabilitasi
ialah kegitan penanaman bibit mangrove di desa Ballang Baru, kecamatan tarowang,
kabupaten Jeneponto.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui cara penanaman
mangrove sebagai upaya rehabilitasi guna mengurangi kerusakan lingkungan.

Kegunaan dilakukannya praktek kerja lapang ini adalah sebagai sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang di dapat di bangku kuliah serta salah satu syarat wajib
untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat S1 Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan
jurusan Perikanan..

2
II. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Peta Lokasi rehabilitasi


Desa Balang Baru merupakan desa yang berada di kecamatan Tarowang
kabupaten Jeneponto dengan luas wilayah 536,4 Ha yang berada sekitar pantai serta
terletak di ketinggian 5 m dari permukaan laut.. Letak desa ini berjarak sekitar 19 Km
dari ibukota kabupaten Jeneponto dan sekitar 110 Km dari ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan yaitu Makassar.Desa Ballang Baru berbatasan langsung dengan Desa Bonto
Ujung (Kecamatan Tarowang)sebelah timur, Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Bonto Ujung (Kecamatan Tarowang), Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Flores serta sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bontowa (Kecamatan
Tarowang). Secara umum, keadaan iklim di desa Ballang Baru tergolong iklim kering.
Jumlah curah hujan rata-rata tiap tahunnya mencapai 2000 sampai 3000 mm dengan
suhu rata-rata 280C.
Di desa Ballang Baru terdapat objek wisata mangrove bernama Wisata Mangrove
Idaman. wisata mangrove ini merupakan salah satu wisata mangrove yang ada di

3
Sulawesi Selatan dengan fasilitas yang lengkap. Adapun fasilitas yang ada di
kawasan objek wisata ini sudah cukup memadahi seperti tersedianya WC umum,
tracking mangrove, gazebo, photo spot dll.
B. Gambaran Umum Instansi (World Wide Fund Of Nature)
World Wide Fund Of Nature (WWF) Indonesia merupakan bagian dari WWF
Internasional dan merupakan salah satu organisasi konservasi independen terbesar
di Indonesia yang telah memulai kegiatannya sejak tahun 1962. Pendorong berdirinya
WWF Indonesia adalah Prof. Emil Salim, Pia Alisjahbana dan Harun Al rasjid. WWF
Indonesia dimulai dengan melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan
populasi badak yang nyaris punah.
Pada tahun 1998, WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan
hukum yayasan yang dikelola oleh dewan penyantun yang terdiri dari dewan
penasehat, dewan pengawas, dan dewan pelaksana. Dewan ini berfungsi sebagai
lembaga penentu arahan strategis dan kredibilitas WWF Indonesia. Para anggota
dewan berbagi tanggung jawab secara kelembagaan melalui komite operasional.

C. Visi Misi WWF Indonesia

Visi dan misi WWF Indonesia adalah sebagai berikut :


1. Visi WWF Indonesia
Ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia terjaga dan dikelola secara
berkelanjutan dan merata, untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan
datang.

2. Misi WWF Indonesia


Misi utama WWF Indonesia adalah melestarikan, merestorasi, serta
mengelola ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia secara berkeadilan,
demi keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, yang dicapai melalui
upaya:
1. Menerapkan dan mempromosikan praktik-praktik konservasi terbaik yang berbasis
sains, inovasi, dan kearifan tradisional.
2. Memfasilitasi pemberdayaan kelompok-kelompok yang rentan, membangun koalisi
dan bermitra dengan masyarakat madani, dan bekerjasama dengan pemerintah
dan sektor swasta.

4
3. Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran, serta aksi konservasi, di
kalangan masyarakat Indonesia.
4. Melakukan advokasi dan mempengaruhi kebijakan, hukum, dan institusi terkait
untuk mendorong tata kelola lingkungan yang lebih baik.

3. Strategi Kerja WWF Indonesia


Saat ini, WWF Indonesia bekerja di 28 kantor wilayah di 17 provinsi di
Indonesia, menjalin kerjasama dan bermitra dengan masyarakat, LSM, media, dunia
usaha, universitas, serta pemerintah baik di daerah maupun pusat. Sejak tahun 2006,
WWF Indonesia mendapatkan dukungan lebih dari 64 ribu supporter yang tersebar di
seluruh penjuru nusantara. WWF Indonesia terlibat langsung dalam implementasi
pengelolaan Marine Protected Areas (MPAs) atau kawasan konservasi laut (KKL) di
kawasan seluas 4,9 juta hektar dari total 15,8 juta hektar yang ada di Indonesia.
Strategi kerja WWF-ID program akuakultur:
1. Mendampingi perusahaan aquaculture di Sulawesi Selatan untuk menerapkan
budidaya ramah lingkungan melalui melalui pendekatan pasar atau sertifikasi
produk. Penggunakan sertifikasi ASC (Aquaculture Steward Council) Shrimp
sebagai legitimasi produk telah menerapkan cara-cara yang ramah lingkungan.
2. Mendampingi kelompok-kelompok kecil budidaya perikanan untuk penerapan
panduan praktis budidaya perikanan, dengan bekerjasama dengan pemerintah
setempat.
3. Melakukan advokasi dalam bentuk manajemen kawasan budidaya yang ramah
lingkungan (EAA : Ecosystem Aproach to Aquaculture).
4. Melakukan publikasi kegiatan ke publik untuk peningkatan kesadaran akan produk
ramah lingkungan.

5
III . METODE PRAKTIK KERJA LAPANG

A. Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapang ini dilaksanakan pada bulan Maret 2020 hingga juni 2020
desa Ballang Baru, kecamatan Tarowang, kabupaten Jeneponto dengan luas lokasi
penanaman .

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dapat
dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Alat yang digunakan beserta kegunaannya


No Alat Kegunaan
1 Parang Untuk memotong bambu
2 Gunting Untuk menggunting tali
3 Kayu/Bambu Sebagai tiang/rangka untuk meletakkan
waring
4 Gabus Cool Box Sebagai tempat/wadah propagule
5 Tali Rafia Sebagai pengikat propagule
6 Kamera Untuk dokumentasi
7 Waring Sebagai wadah untuk merendam bibit

Adapun bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini dapat dilihat
pada Tabel 2

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta kegunaannya


No Bahan Kegunaan
1 Propagul jenis Sebagai bahan pembibitan dan
Rhizopora Mucronata penanaman

C. Metode Praktik Kerja Lapang

Metode pelaksanaan yang dilakukan dalam praktik kerja lapang ini adalah :
1. Melakukan survey secara langsung untuk menentukan lokasi rehabilitasi dengan

6
metode penanaman bibit.
2. Sosialisasi kepada masyarakat terkait manfaat mangrove
3. Melakukan pengumpulan bibit mangrove
4. Melakukan seleksi bibit mangrove
5. Melakukan penanaman bibit mangrove
6. Melakukan monitoring setelah penanaman

D. Sumber Data Praktek Kerja Lapang

Sumber data yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari prakti langsung di lokasi
kegiatan yaitu di wisata Mangrove Idaman, desa Ballang Baru, kecamatan Tarowang
kabupaten jeneponto dan diskusi bersama pihak WWF dan masyarakat sekitar
mengenai mangrove. Sedangkan data sekunder didapat dari studi literatur dari
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai Mangrove.

7
IV. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Survei dan Penentuan Penanaman


Salah satu program kerja WWF (Word Wide Fund For Nature) adalah
rehabilitasi hutan mangrove yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi ini untuk
bertujuan untuk memulihkan kembali fungsi hutan mangrove yang telah mengalami
kerusakan. Salah satu lokasi hutan mangrove di Sulawesi Selatan yang di rehabilitasi
oleh WWF yaitu di desa Ballang Baru, kecamatan Tarowang, Jeneponto.
Salah satu metode rebabilitasi yang sering di gunakan yaitu metode
penanaman bibit mangrove dilahan yang telah mengalami kerusakan. hal pertama
yang dilakukan sebelum melakukan pembibitan dan penanaman bibit mangrove yaitu
melakukan survey pemilihan lokasi yang sesuai untuk penanaman. Lokasi yang dipilih
harus memiliki kesesuaian dengan keadaan yang dibutuhkan oleh jenis mangrove
tersebut . baik dari keadaan substrat, pengaruh pasang surut, maupun gelombang.
Hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan jenis mangrove yang akan ditanam. Karena mangrove hanya dapat
tumbuh dan berkembang secara maksimal dan kondisi dimana terjadi penggenangan
dan sirkulasi air permukaan yang menyebabkan pertukaran dan pergantian sedimen
secara terus menerus. Sirkulasi yang tetap akan meningkatkan pasokan oksigen dan
nutrien untuk keperluan respirasi dan produksi yang dilakukan oleh tumbuhan (Dahuri
dkk, 2001).

Gambar.2 survei lokasi penanaman

Desa Ballang Baru di pilih sebagai lokasi penanaman karena kesesuaian


lahan dengan jenis mangrove Rhizopora Mucronata yang akan di tanam. serta pada

8
lokasi ini memang sudah tersedia mangrove jenis Rhizopora Mucronata sebelumnya
hanya saja sudah mengalami kerusakan dikarenakan alih fungsi lahan menjadi
tambak dan lahan pemukiman warga serta banyaknya sampah yang ada di sekitar
hutan mangrove.

B. Sosialisasi Dengan Masyarakat

sebelum melakukan kegiatan rehabilitasi terlebih dahulu dilakukan sosialisasi


kepada masyarakat. sosialisasi ini dilaksanakan 07 Maret 2020 yang dihadiri oleh
masyarakat desa tarowang dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang dibawahkan oleh
WWF Indonesia. Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan Mangrove secara umum
mulai dari pengertian mangrove, manfaat dan peran mangrove, akibat dari kerusakan
hutan mangrove.
Dengan dilakukannya sosialisasi yang mana dapat memberikan pemahaman
akan pentingnya mangrove sehingga masyarakat setempat dapat terlibat langsung
dalam seluruh rangkaian kegiatan rehabilitasi mangrove. Adapun peran mangrove
sangat penting terutama bila di tinjau dari segi lingkungannya, baik terhadap lahannya
sendiri sebagai penahan erosi pantai (abrasi), bagi kehidupan satwa liar, untuk
perkembang biakan ikan dan biota laut, maupun dari segi pemanfaatannya oleh
manusia untuk diambil hasil hutannya dan sebagai objek wisata (Purnamawati dkk,
2007).

Gambar .3 Sosialisasi penanaman Mangrove

9
C. Jenis Mangrove (Rhizopora mucronata)

Jenis mangrove yang digunakan untuk penanaman mangrove ialah


Rhizophora mucronata dikarenakan jenis ini sesuai dengan lokasi yang akan dijadikan
lokasi penanaman yang dimana memiliki substrat tanah lumpur berpasir. Serta jenis
ini sesuai pada lokasi yang dijadikan penanaman mangrove karena lokasinya lebih
mengarah ke darat. Juga pada saat observasi lapangan bibit yang tersedia ialah jenis
Rhizophora mucronata.
Rhizophora mucronata spesies dari tumbuhan mangrove yang mampu
mencapa tinggi 27 m, diameter batang mencapai 70 cm, warna kulit kayu gelap hingga
hitam dan terdapat celah horizontal, akar tunjang dan akar udara tubuh dari
percabangan bagian bawah (Hariato et al, 2015).
Rhizophora mucronata memiliki daun elips lebar sampai memanjang dengan
pangkal bentuk biji, ujung tulang meruncing dengan ukuran 11-23 x 6-13 cm. tangkai
daun sisi bawah ibu tulang daun dan ujung keping biji berbentuk tangkai berwarna
hijau. Bagian bawah daun terdapat bintik-bintik cokelat. Bunganya kecil-kecil, tebal
dan berwarna kuning, yang dikelilingi kelopak berwarna kuning kecoklatan sampa
kemerahan. Rhizophora mucronata tumbuh di atas tanah berlumpur. Lumpur tersebut
bercampur dengan bahan organik merupakan hal yang paling umum tumbuhnya
hutan bakau. Selain tanah bergambut, lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi
bahkan dominan pemacah terumbu karang di pantai – pantai berdekatan terumbu
karang (Puspayanti, 2013).

Gambar 4. Mangrove Jenis Rhizopora mucronota

10
Adapun klasifikasi Rhizophora mucronata menurut (Cronquist, 1981) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Mytales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rizhophora
Species : Rhizhopora mucronata

D. Pengumpulan buah Mangrove

Menurut Bengen, 2003 bibit propagul diambil tidak jauh dari lokasi pembibitan
hal ini agar buah tidak memerlukan penyesuaian diri yang terlalu besar dengan
kondisi lingkungannya sehingga mangrove dapat tumbuh secara optimal.
Kegiatan pengumpulan buah ini bertujuan untuk mendapatkan buah yang akan di
tanam sebagai bibit. Pengumpulan buah dengan memetik langsung dari pohon
atau dari buah yang jatuh di tanah.
Pada saat pengumpulan buah melibatkan beberapa masyarakat, Ikatan
Pelajar Muhammadyah dan mahasiswa PKL yang dilaksanakan pada waktu pagi
hari. Berdasarkan diskusi dengan pihak WWF buah yang dipilih harus dari buah
yang berusia sudah tua dengan tinggi pohon ± 10 meter yang dicirikan dengan
warna buah yang berwarna hijau tua serta untuk jenis rhizhopora mucronata
memiliki panjang buah ±40 cm , untuk buah yang muda sendiri berwarna hijau
muda dan pada saat diangkut ke tempat perendaman cepat layu dan mati hal ini
dikarenakan buah yang berusia muda berkualitas rendah. Serta menurut
pembimbing lapangan buah yang baik diambil yaitu yang mudah terlepas dari
pohonnya bukan yang sudah jatuh dari pohonnya dikarenakan buah yang sudah
jatuh biasanya sudah jelek dan kualitasnya buruk untuk di jadikan bibit.
Pengumpulan buah mangrove pada kegiatan ini berjumlah 7500 buah yang
kemudian akan di seleksi mana buah yang layak dan tidak untuk di tanam. adapun
bibit yang layak di tanam nantinya akan di rendah selama 5 hari untuk merangsang
pengeluaran akar pada buah atau yang biasa disebut propagul.

11
Gambar .5 pengumpulan bibit

E. Pemilihan buah

Bibit mangrove yang ditanam merupakan buah mangrove matang yang


berusia 6-9 bulan. Sebelum melakukan kegiatan penanam perlu dilakukan pemilihan
bibit mangrove untuk meminimalisir resiko kematian bibit setelah di tanam. Hal ini
dikarenakan bibit mangrove tidak semua dalam keadaan baik. Pada saat
penyeleksian berlangsung ditemukan buah yang baik dan jelek. Menurut pembimbing
Lapangan dari WWF ciri-ciri buah yang baik untuk dibibitkan ditandai sebagai berikut
:
1) Berasal dari buah yang matang, sehat, segar, dan bebas dari hama.
2) Berwarna hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon (cincin) sudah memanjang,
sudah lepas dari pericarp (bandulan).
3) Memiliki ukuran panjang ± 40 cm.
Buah yang tidak baik untuk dibibitkan ditandai sebagai berikut :
1) permukaan buah berlubang-lubang berwarna hitam yang disebabkan oleh hama
dan kutu. Menurut masyarakat, buah yang sudah terkena hama dan kutu tidak
dapat digunakan dikarenakan pada saat pembibitan tidak akan tumbuh.
Setelah melakukan penyeleksian bibit, bibit yang dikategorikan baik untuk
ditanam akan direndam terlebih dahulu menggunakan waring selama 5 hari
perendaman. Perendaman dilakukan disekitar tempat pengambilan bibit agar bibit
tidak stress dan agar kualitasnya tetap terjaga dengan baik. Setelah 5 hari

12
perendaman bibit kemudian disortir lagi supaya bibit yang memiliki kualitas baik dapat
dipisahkan dengan bibit yang memiliki kualitas yang kurang baik. Bibit mangrove yang
baik bercirikan dengan hampir lepasnya bongkol buah dari batang buah, buah yang
sudah matang dicirikan oleh warna hijau tua kecoklatan dengan kotiledon (cincin)
berwarna kuning, sudah lepas dari pericarp (bandulan), memiliki ukuran panjang ±50
cm, sedangkan buah yang jelek ditandai dengan, permukaan buah berlubang-lubang
berwarna hitam yang disebkan oleh hama dan kutu, dan mengakibatkan buah tidak
akan tumbuh.

(a) (b) (c)


Gambar 6. (a) pemilihan bibit (b) bibit dengan kondisi tidak baik (c) perendaman bibit
pada waring

F. Penanaman Bibit

setelah melakukan perendaman bibit selama 5 hari untuk merangsang


pengeluaran akar selanjutnya bibit tersebut siap di tanam. Penanaman bibit dilakukan
sekitar pesisir Desa Ballang Baru Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto.
Untuk penentuan jarak tanam bibit mangrove harus diperhatikan tujuan dari
penanaman yang akan dilakukan yakni tujuan penanaman adalah perlindungan bibit
maka jarak tanam yang digunakan ialah 1m x 1m namun jika untuk tujuan produksi
jarak tanam yang digunakan adalah 2m x 2m (Arief, 2003).

13
Jarak tanam untuk perlindungan bibit lebih rapat untuk tujuan produksi.
Karena pada perlindungan bibit diperlukan jarak yang agak rapat agar dapat menahan
sedimen dan mampu meredam gelombang maupun arus yang dapat mengakibatkan
abrasi, sedangkan untuk tujuan produksi diperlukan jarak yang agak luas agar
pertumbuhan mangrove dapat dengan cepat tumbuh besar sehingga menghasilkan
produksi seperti kayu. Adapun jarak yang digunakan pada saat penanaman di desa
Ballang Baru yaitu jarak 1m x 1m. penanaman bibit mangrove dilakukan dengan cara
menancapkan bagian radikula ke substrat sedalam ±10 cm dan vertikal tegak lurus
agar bibit tidak mudah tercabut oleh arus ombak.

Gambar 7. Penanaman bibit mangrove

G. Monitoring
Setelah melaksanakan kegiatan penanaman, tahap selanjutnya ialah
kegiatan monitoring. kegiatan monitoring bertujuan untuk melihat kelangsungan
hidup dan kondisi bibit mangrove yang telah ditanam. Monitoring atau Pemantuan
ini direncanakan dilaksanakan setiap minggu untuk melihat perkembangan bibit
setelah ditanam namun dikarenakan adanya musibah Covid-19 yang terjadi
sehingga pemantauan di laksanakan hanya pada bulan mei di saat kondisi sudah
memungkinkan untuk melakukan pemantauan. Dimana persentasi dari
keberhasilan bibit yang hidup digunakan sebagai indikator keberhasilan
penanaman mangrove.
Keberhasilan penanaman Mangrove di pengaruhi oleh berbagai faktor. Salah

14
satu faktor penunjang keberhasilan penanaman adalah adanya pasang surut air
laut. Dikarenakan adanya pasang surut yang berada pada daerah penanaman
bertujuan untuk membawa unsur hara berperan penting dalam pemeliharaan bibit
mangrove yang telah ditanam.sehingga meningkatkan pertumbuhan bibit.
Pada kegiatan Monitoring juga dilakukan kegiatan dengan memeriksa
kondisi dan memastikan tidak ada sampah yang tersangkut, atau dengan
mencabuti tanaman mangrove yang mati agar pertumbuhan tumbuhan lainnya
tidak terganggu.
Dari hasil monitoring yang dilakukan 2 bulan setelah penanaman presentase
keberhasilan hidup mangrove kurang lebih mencapai 40% atau sekitar ± 3000 bibit
mangrove dari 7500 bibit mangrove yang ditanam. Selain faktor penunjang ada
juga faktor penghambat pertumbuhan bibit yaitu tidak adanya pembuatan APO
(alat pemecah ombak) sehingga bibit buah mangrove terkena langsung oleh
gelombang pasang surut air laut, banyaknya sampah plastik dan teritip yang
menempel pada bibit bakau yang terbawa oleh gelombang arus sehingga
menghambat proses pertumbuhan bibit mangrove disertai dengan tingginya
intensitas cahaya juga mengakibatkan beberapa bibit yang ditanam mengalami
pengeringan pada bibit.

15
V. PENUTUP

A. Rangkuman

Praktek kerja lapang dilaksanakan pada bulan Februari hingga juni 2020 di
desa Ballang Baru, kecamatan Tarowang, kabupaten Jeneponto. Adapun tahap-tahap
kegiatan ini yaitu melakukan survey lokasi penanaman ,mengadakan sosialisasi
kepada masyarakat tentang manfaat mangrove, melakukan pengumpulan bibit
mangrove jenis Rhizophora mucronata, melakukan seleksi bibit dan melakukan
penanaman serta melakukan monitoring atau pemantauan bibit pasca penanaman.

pada saat penanaman jarak tanam yang digunakan yaitu 1m x 1m karena tujuan
penanaman ialah rehabilitasi. Setelah melakukan penanaman , selanjutnya dilakukan
monitoring atau pemantauan dan didapatkan Persentasi keberhasilan hidup
mangrove setelah 3 bulan penanaman yaitu 40% atau sekitar ±3000 bibit dari 7500
bibit yang telah ditanam.

B. Saran

sebaiknya kegiatan rehabilitasi dengan metode penanaman bibit mangrove


sering dilaksanakan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah mulai rusak
serta diharapkan agar masyarakat sekitar dapat merawat dan menjaga bibit yang telah
ditanam agar kegitana yang dilaksanakan dapat membuahkan hasil seperti yang di
harapkan.

16

Anda mungkin juga menyukai