iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayahNYA yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis
sehingga laporan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul
“Pengelolaan dan Pengawasan Pengembangan Wisata Mangrove PT. PRPP
Perseroda Jawa Tengah” mampu terselesaikan dengan lancar.
Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Praktik Kerja
Lapangan. Selain itu, laporan ini juga berguna untuk menambah wawasan
mengenai praktik kerja di lingkungan perusahan daerah PRPP. PKL dilaksanakan
untuk mengetahui mengenai strategi pengelolaan dan pengembangan wisata yang
ada dalam PT. PRPP Persoda Jawa Tengah serta manfaat dan pengelolan wisata
mangrove di Grand Maerakaca dari mangrove yang selain digunakan sebagai
pelindung bencana juga digunakan sebagai taman rekrereasi dan edukasi.
Adapun dalam pelaksanaan, penyelesaian dan penyusunan laporan kegiatan
PKL ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Pujiono Wahyu Purnomo, M.S, selaku dosen pembimbing PKL, atas
bimbingan dan arah yang telah diberikan.
2. Minarni Hayumi, SH, selaku Manajer HRD PT. PRPP Perseroda Jawa Tengah
yang telah memberikan izin dan menyediakan tempat pelaksanaan PKL.
3. Seluruh karyawan PT. PRPP Perseroda Jawa Tengah yang telah membantu
praktikan secara langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan
kegiatan PKL.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan Laporan
PKL ini dan masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran agar
laporan ini dapat bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 10
4.1. PT. PRPP Jawa Tengah ............................................................................... 10
4.1.1. Gambaran Umum Grand Maerakaca PT. PRPP Jawa Tengah ............ 10
4.1.2. Luas Area PT. PRPP Jawa Tengah .................................................... 13
4.2. Potensi Kawasan Mangrove Menjadi Wisata ............................................... 14
4.2.1. Potensi Wisata Mangrove Grand Maerakaca PT. PRPP ..................... 14
4.2.2 Daya Tarik Grand Maerakaca PRPP ................................................ 16
4.2.3 Keanekaragaman Jenis Mangrove Di Grand Maerakaca
PRPP ............................................................................................... 19
4.2.4 Dampak Wisata Mangrove terhadap Sosial Ekonomi
Masyarakat ....................................................................................... 20
4.3. Pengelolaan Ekosistem Mangrove sesuai dengan Prinsip Wisata ................. 23
4.4. Analisis Matriks SWOT dan AHP Wisata Mangrove Grand Maerakaca
PT. PRPP ................................................................................................... 25
4.4.1. Strenght (Kekuatan) .......................................................................... 25
4.4.2. Weakness (Kelemahan)...................................................................... 26
4.4.3. Opportunity (Peluang) ....................................................................... 27
4.4.4. Threat (Ancaman) ............................................................................. 28
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Lokasi dan denah PT. PRPP Jawa Tengah ..................................... 10
Gambar 4.2. Denah Wilayah Tempat Di Grand Maerakaca ................................ 13
Gambar 4.3. Wisata Tracking Mangrove Grand Maerakaca ............................... 17
Gambar 4.4 Daya Tarik Perahu Daun ................................................................ 17
Gambar 4.5 Jembatan Propan atau Jembatan Harapan ....................................... 18
Gambar 4.6 Bangunan Lumina ala Jepang......................................................... 18
Gambar 4.7 Bangunan Lumina ala Santorini .................................................... 18
Gambar 4.8 Daun R. apiculata ......................................................................... 19
Gambar 4.9 Buah R. apiculata ......................................................................... 19
Gambar 4.10 Buah R. mucronata ....................................................................... 19
Gambar 4.11 Akar R. mucronata....................................................................... 20
Gambar 4.12 Buah A. marina ........................................................................... 20
Gambar 4.13 Bunga A. marina ......................................................................... 20
Gambar 4.14 Perahu Daun untuk Berkeliling tracking mangrove ...................... 21
vii
DAFTAR TABEL
viii
1
I. PENDAHULUAN
tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap
terjaga. Wisata adalah suatu bentuk perjalanan ke kawasan alami yang dilakukan
dengan tujuan melestarikan lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Awalnya, wisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan destinasi wisata tetap utuh dan lestari, selain
menjaga budaya dan kesejahteraan masyarakat. Namun dalam perkembangannya,
ternyata wisata semakin berkembang karena banyak digemari wisatawan.
Wisatawan ingin mengunjungi kawasan alam yang dapat menciptakan kegiatan
bisnis.
Wisata mangrove merupakan kegiatan wisata yang memberikan edukasi
kepada wisatawan untuk melestarikan alam dan budaya masyarakat agar menjadi
daya tarik dalam menjaga kelangsungan ekosistem mangrove yang memiliki
banyak potensi dan manfaat dengan keindahan alam dan lingkungannya. Ekosistem
mangrove mampu menjadi sistem perlindungan pantai alami termasuk mengurangi
resiko gelombang pasang bahkan tsunami dan tempat berlindung hewan,
pemanfaatan hutan mangrove sebagai objek wisata dapat membantu melestarikan
hutan mangrove di Indonesia baik untuk saat ini maupun untuk generasi yang akan
datang. Selain itu, wisata mangrove juga dapat memberikan manfaat bagi
lingkungan sekitar melalui keterlibatan instansi, pemerintah dan masyarakat dalam
pengelolaan wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Menurut Rizal (2012), tujuan dari wisata adalah mengembalikan fungsi mangrove
dan melestarikan lingkungannya. Penurunan kualitas lingkungan wisata disebabkan
oleh pengelolaan yang kurang memperhatikan daya dukung lingkungan.
Mangrove memiliki potensi yang besar untuk pengembangan wisata karena
kondisi mangrove yang sangat unik dan kawasan percontohan yang dapat
dikembangkan sebagai fasilitas wisata dengan tetap menjaga keindahan hutan dan
organisme yang ada di kawasan mangrove. Potensi jasa lingkungan hutan mangrove
sebagai destinasi wisata harus dioptimalkan sebagai alternative pengelolaan hutan
atau wisata yang lebih ramah lingkungan. Pengembangan wisata mangrove
memerlukan kesesuaian sumber daya dan lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan. Kesesuaian karakteristik sumber daya dan lingkungan untuk
3
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang yang dilakukan di Grand Maerakaca PT. PRPP
Jawa Tengah ini adalah :
a. Mengetahui potensi daya tarik wisata di Grand Maerakaca
b. Mengetahui keanekaragaman dan jenis – jenis mangrove di Grand Maerakaca
c. Mengetahui pengelolaan dan pengembangan wisata Mangrove di Grand
Maerakaca.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini yaitu
untuk mendapatkan gambaran, informasi dan pengetahuan mengenai ekowisata
mangrove di PT. PRPP Jawa Tengah Perseroda.
.
4
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam PKL ini antara lain, buku tulis, pulpen, kamera
digital, buku identifikasi dan laptop. Bahan yang digunakan adalah data survey
yang diperoleh dari PT. PRPP Perseroda Jawa Tengah, serta foto hasil dokumentasi
di lapangan.
adalah 30 orang, namun demikian menurut Klein (1986) yang terpenting dalam
menetapkan sampel itu adalah kerefresentatifan sampel yang di gunakan.
d) Geladag Apung
Merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan bagi pengunjung.
Geladag ini digunakan sebagai tempat atau panggung sebuah pentas,
sepert pada tahun 2019 diadakan konser Mangrove Mini Jazz.
e) Lumina
Daya tarik buatan dari Grand Maerakaca berupa bangunan- bangunan yang
menyerupai bangunan dari rumah khas atau identic dengan rumah luar
negeri. Lumina diambil dari bangunan 5 negara di 5 benua yaitu aritektur
bangunan Jepang, Meksiko, Arab, Santorini, dan Turki.
19
2. Rhizopora mucronata
paku panjang dengan bentuk rapat yang naik ke atas permukaan lumpur dengan
pangkal batang yang berada di kelilingnya.
berupa nilai-nilai budaya dan spiritual yang hidup dan berkembang ditengah
masyarakat. Maka dari itu dampak negatif perlu terus dikawal keberadaannya dan
harus dikembangkan sehingga menyatu dengan aktivitas keseharian agar menjadi
benteng penjaga merebaknya dampak negatif akibat pengembangan pariwisata.
Secara umum terdapat tiga komponen pokok yang harus diperhatikan dalam
upaya pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove khususnya dan
sumberdaya alam pesisir dan laut umumnya yaitu; diantaranya aktifitas sosial
(Social processes), ekonomi (Economic processes) dan sumberdaya alam itu sendiri
(Natural processes). Ketiga komponen ini saling terikatdan saling mempengaruhi
satu sama lain. Dari aspek sosial-ekonomi, budaya dan estetika manusia
membutuhkan sumberdaya alam untuk dapat meneruskan kehidupannya, disisi lain
keberadaan atau kelestarian sumberdaya alam (SDA) khususnya pesisir dan laut
sangat tergantung pada aktifitas manusia sebagai pengguna (User) utama dari
sumberdaya alam ini. Menurut Indrayanti et.al (2015), nilai jasa ekosistem
mangrove atau indirect use Value merujuk pada nilai yang dirasakan secara tidak
langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan. Indirect use value juga lebih bersifat sulit diukur (less tangible) karena
lebih didasarkan padapreferensi terhadap lingkungan ketimbang pemanfaatan
langsung. Manfaat jasa lingkungan dari ekosistem mangrove dihitung melalui
manfaat tidak langsung ekosistem mangrove sebagai perlindungan pantai, feeding
ground, pariwisata, manfaat pilihan (option value),dan manfaat keberadaan
(existence value) ekosistem mangrove.
Strategi pengelolaan dan pengembangan wisata mangrove di Grand
Maerakaca memiliki beberapa faktor prioritas dalam upaya pengembangan
pengelolaan ekosistem mangrove di kawasan ini yaitu konservasi lingkungan,
manejemen kelembagaan, edukasi, ekonomi, dan Peran Serta Masyarakat. Pada
kawasan wisata ini pengelolaan mangrove harus lebih di tingkatkan dalam hal
mekanisme proses konversi mangrove, penyusunan rencana teknis penanaman
pengembangan pembibitan dan penanaman mangrove, Penyuluhan pelestarian
24
Analisis ini akan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
ada dalam pengembangan wisata Grand Maerakaca. Tujuannya adalah menemukan
cara untuk memaksimalkan manfaat dari kekuatan ini dan meminimalkan risiko
yang terlibat. Analisis SWOT merupakan cara sederhana yang dapat membantu
menganalisis merancang starategi suatu bisnis. Strategi pengembangan wisata
mangrove akan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Menurut ely et al. (2021),
Analisis SWOT merupakan suatu analisa yang bertujuan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam merumuskan suatu
strategi, yang didasarkan pada logika dengan cara memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities) yang ada dan secara bersamaan
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
tersebut dapat menjadikan sumber daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan
mengeksplor di Wisata Mangrove Grand Maerakaca.
Faktor keunggulan kedua yaitu adanya dukungan promosi dan pembaruan
tempat rekreasi. Peran penting dalam pengembangan wisata mangrove adalah
promosi. Promosi untuk memperkenalkan mangrove kepada masyarakat luas secara
nasional maupun internasional. Implementasi dari kegiatan promosi dilakukan
beragam oleh instansi mempromosikan wisata mangrove. Hal ini tentunya akan
memudahkan masyarakat/wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menarik
minat dan daya tarik masyarakat untuk menikmati wisata mangrove membangun
bangunan – bangunan baru serta memerbaiki fasilitas yang mendukung sarana dan
prasarana untuk meningkatkan minat pengunjung yang semakin tahun memiliki
jumlah pengunjung yang tidak stabil. Saran dan Prasarana pendukung sangat
dibutuhkan bagi Grand Maerakaca karena kawasan ini terkesan terbengkalai
setelah pandemi. Grand Maerakaca membangun LUMINA untuk mambantu
menaikkan tingkat pengunjung atau wiisatawan yang datang ke Grand Maerakaca
selain untuk melihat tracking mangrove. Partisipasi dari pengunjung merupakan
faktor yang sangat penting dalam pengembangan wisata mangrove.
bagi pengunjung. Dari beberapa sarana dan prasarana yang ada wisata mangrove
saat ini dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat maupun wisatawan untuk
dapat mengunjungi setiap tahunnya.
Faktor kelemahan berikutnya adalah kurangnya pengawasan yang
dilakukan oleh pengelola. Dari hasil observasi dilapangan pihak Dinas terkait
sebagai pengelola mengakui bahwa kurangnya jumlah SDM terkadang tidak
sebanding dengan jumlah wisatawan yang berkunjung. Hal ini menyebabkan
kelalaian dalam pengawasan seperti banyaknya wisatawan yang tidak
mengindahkan himbauan-himbauan yang ada disana yang mengakibatkan tidak
maksimalnya pengawasan terhadap wisatawan yang berkunjung di wisata
mangrove Grand Maerakaca. Dari beberapa kelemahan kelemahan dalam
pengembangan wisata mangrove dapat disimpulkan kurang dan rendahnya SDM
dalam pengawasan, kurangnya sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan
wisata dan kebersihan yang kurang terjaga.
disana pengunjung akan disuguhkan oleh pemandangan yang indah serta adanya
pengetahuan akan ekosistem mangrove yang tumbuh dan hidup disana baik flora
dan fauna menjadi daya tarik tersendiri di Wisata Mangrove Grand Maerakaca.
Peluang kedua adalah pergeseran kebutuhan pariwisata masyarakat dari
yang awalnya hanya datang untuk berwisata atau sekedar berkumpul keluarga,
sekarang bisa berubah selain menikmati keindahan obyek wisata mangrove Grand
Maerakaca masyarakat maupun wisatawan bisa menambah pengetahuan dan
edukasi yang ada di dalam ekosistem mangrove dan rumah adat di Grand
Maerakaca. Dengan adanya konsep tersebut maka pengelola Wisata Mangrove
Grand Maerakaca tidak mau melalaikan peluang tersebut untuk besar-besaran
mempromosikan apa yang menjadi daya tarik Wisata Mangrove Grand Maerakaca.
Dari beberapa peluang yang ada di Wisata Mangrove Grand Maerakaca dapat
disimpulkan peluang terbesar adalah sebagai salah satu destinasi pariwisata baru
dan berbeda serta adanya pergeseran kebutuhan pariwisata bagi masyarakat atau
wisatawan terhadap kegiatan pariwisata.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Potensi wisata yang terdapat dikawasan objek wisata hutan mangrove Grand
Maerakaca yaitu pemandangan tracking mangrove yang dibentuk menyerupai
pulau-pulau kecil dan jajaran mangrove yang rimbun, wisata air, atraksi
bandeng loncat, tempat wisata danau denga perahu serta 35 miniatur rumah
adat yang dapat dijadikan atraksi wisata yang ada di destinasi.
2. Kawasan mangrove Grand Maerakaca memiliki tiga jenis tumbuhan
mangrove yaitu R. mucronata, R. apiculata dan A. marina mangrove yang
tumbuh pada kawasan Grand maerakaca tumbuh secara berdampingan. Dari
ketiga jenis mangrove yang tumbuh di Grand Maerakaca ada 2 yang
mendominasi yaitu R. mucronata dan R. apiculata.
3. Pada tahun 2016, untuk pengembangan wisata dan menaikkan jumlah
pengunjung Grand Maerkaca membangun tracking mangrove yang sudah
ditanami bibit mangrove pada tahun 2007. Saat kawasan tracking Mangrove
dibuka, Grand Maerakaka dikunjungi oleh 131.172 orang. Jumlah
pengunjung Grand Maerakaca mulai meningkat pada tahun 2017 dengan total
421.156 pengunjung dan terus bertambah hingga tahun 2019 menjadi total
464.298 pengunjung. Peningkatan pengunjung yang signifikan terjadi karena
adanya penambahan tracking mangrove di Grand Maerakaca.
31
5.2 Saran
Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan,
didapatkan saran sebagai berikut.
1. Sebaiknya Pemilik atau pihak management Grand Maerakaca mempunyai
ahli khusus untuk merawat atau mengurus tumbuhan mangrove yang ada.
2. Sebaiknya dilakukan perawatan terhadap bangunan dan destinasi lain yang
ada didalamnya untuk membuat kondisi atau keadaan tetap baik dan terawat.
3. Sebaiknya pengunjung yang datang tidak merusak dan tidak melanggar
peraturan yang telah ditetapkan oleh pengurus Grand Maerakaca.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ely, A. J., Tuhumena, L., Sopaheluwakan, J., dan Pattinaja, Y. 2021. Strategi
Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Negeri Amahai. TRITON: Jurnal
Manajemen Sumberdaya Perairan, 17(1): 57-67.
Fariana, A. (2016). Hukum Islam Sebagai the Living Law dalam Meminimalisasi
Dampak Negatif Pariwisata di Pulau Lombok Bagian Utara. Istinbath:
Jurnal Hukum Islam IAIN Mataram, 15(2): 236-254.
Rizal, V. 2012. Pergerakan LSM Nol Sampah dalam mengawal politik hijau kota
Surabaya (studi kasus: pendampingan petani lokal pohon mangrove di
bosem Grand Maerakaca surabaya). Valihudin Rizal.
Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Wisata Pesisir dan laut Pendekatan Ekologi, Sosial
Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Sidoarjo: Brilian
Internasional.
Saputra, S. E., dan Setiawan, A. 2014. Potensi wisata hutan mangrove di desa merak
belantung kecamatan kalianda kabupaten Lampung Selatan.
Jurnal Sylva Lestari, 2(2): 49–60.
Spalding, M., & Parrett, C. L. 2019. Global patterns in mangrove recreation and
tourism. Marine Policy, 110: 103-540.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan