Oleh:
HERI PRASETIYO
NPM 15.03.4.11.00031
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat Sarjana Strata 1
Pada Progam Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Oleh:
HERI PRASETIYO
NPM 15.03.4.11.00031
xii
xii
RIWAYAT HIDUP
xii
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusunan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang berjudul
“Tingkat Kepadatan Fitoplankton Thalassiosira sp. di PT. Central Pertiwi Bahari
Rembang” dapat terselasikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwasannya penyusunan dan penulisan laporan
Praktik Kerja Lapang (PKL) ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ayah dan Bunda atas motivasi, do’a, dan cinta yang tulus dan ikhlas
kepada penulis.
2. Dr. Ir. Slamet Subari,MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian atas Izin yang
telah diberikan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL).
3. Dr. Agus Romadhon, S.P, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Kelautan
Universitas Trunojoyo Madura atas pengarahan yang telah diberikan
mengenai Praktik Kerja Lapang (PKL).
4. Insafitri, S.T, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan
bantuan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL).
5. Suparjo, S.Pi selaku manajer dari PT. Central Pertiwi Bahari Rembang
yang telah menerima dengan baik serta memberikan bimbingan dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL).
6. Segenap Karyawan PT. Central Pertiwi Bahari Mas Erik, Mas Rahmat,
Mas Mulki, Ibu Henny, Ibu Isti, Pak Daryanto, Pak Cuplis atas sambutan
yang begitu baik serta telah mengajarkan banyak pengalaman.
7. Teman-teman semua atas kebersamaan selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapang (PKL)
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Lapang ini.
xii
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati. Semoga laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Bangkalan, 23 Mei 2018
Penulis,
HERI PRASETIYO
NPM 15.03.4.1.1.00031
xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGAJUAN LAPORAN PKL....................................................... ii
LEMBAR PENGASAHAN ................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
xii
4.5 Tingkat Kepadatan Thalassiosira sp ........................................................... 16
4.5.1 Proses perhitungan ................................................................................. 16
4.5.2 Tingkat kepadatan Thalasiosira sp. ....................................................... 18
4.6 Faktor pembatas Pertumbuhan Thalasiosira sp. .......................................... 22
4.7 Nutrien .........................................................................................................23
4.8 Kegiatan selama di lokasi Praktik kerja lapang .......................................... 24
V. PENUTUP ...................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 28
5.2 Saran ............................................................................................................ 28
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sarana umum pemeliharaan larva udang PT.CPB Rembang ................13
Tabel 4.2 Tingkat kepadatan Thalasiosira sp .......................................................18
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Thalasiosira sp. ......................................................20
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
I. PENDAHULUAN
60
kepadatan dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan kelayakan fitoplankton
sebelum menjadi pakan alami bagi larva udang. Hal tersebutlah yang
melatarbelakangi pelakasanaan Praktik Kerja Lapang yaitu Pengamatan Tingkat
Kepadatan Fitoplankton jenis Thalassiosira sp. di PT. Central Pertiwi Bahari
Rembang.
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan
fitoplankton jenis Thalassiosira Sp. di PT.Central Pertiwi Bahari Rembang.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang yaitu
mengetahui fase pertumbuhan dari fitoplankton jenis Thalassiosira Sp. di
PT.Central Pertiwi Bahari Rembang.
60
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepadatan
Kepadatan adalah jumlah individu yang menempati wilayah tertentu atau
jumlah individu suatu spesies per kuadrat atau persatuan volume. Selain itu,
Kepadatan relatif adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing-masing
spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas. Kepadatan sebagai
pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam suatu komunitas atau
tingkatan trofik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kepadatan adalah jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu dalam
suatu komunitas. Kepadatan suatu spesies plankton dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, nutrien, oksigen, kecerahan air
dan arus air dapat mempengaruhi Kepadatan dari spesies tersebut. Seperti contoh,
kandungan oksigen yang rendah pada suatu w\ilayah perairan akan mempengaruhi
Kepadatan dan keanekaragaman spesies atau dengan kandungan pH yang terlalu
rendah atau tinggi juga akan mempengaruhi jumlah spesies pada suatu wilayah
(Erna et al 2012).
2.2 Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuhan yang hidupnya melayang atau
mengapung di perairan (Nontji 2008 dalam Fida et al . 2014). Beberapa
fitoplankton ada yang hidup di perairan bersih dan ada juga beberapa kelompok
yang dapat hidup di perairan yang tercemar. Oleh sebab itu, keberadaan
fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan.
Keberadaan fitoplankton sangat mempengaruhi kehidupan di perairan karena
memegang peranan penting sebagai produsen primer bagi berbagai organism laut.
Hal ini dikarenakan fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam
fotosintesis yang menghasilkan bahan organik dan oksigen terlarut yang
digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut. Fitoplankton
merupakan organisme yang memegang peranan penting dalam perairan.
Diatom merupakan fitoplankton uniseluler yang distribusinya sangat
universal di semua tipe perairan. Diatom dibedakan dengan fitoplankton lain
karena dinding selnya terdiri dari silikat yang terdiri dari dua bagian utama
60
masing-masing bagian disebut valve, menyatu bagaikan kaleng. Masing-masing
valve sering memiliki hiasan halus. Kenampakan diatom pada terlihat
dipermukaan air dengan bentuk buih kuning. Diatom merupakan pembagian kelas
dari divisi Chrysopita, dinding sel diatom sangat unik dan tersusun secara
simetris. Diatom umumnya uniseluler (soliter), namun pada beberapa spesies ada
yang hidup berkoloni (koloni sederhana) dan saling bergandengan satu sama lain
dengan sarung lendir ( Supono 2008).
60
dan dua atau tiga lingkaran kecil. Morfologi Thalassiosira sp. dapat dilihat pada
(Gambar 2.1).
60
Fase lag merupakan fase dimana fitoplankton mengalami adaptasi pada
media tumbuhnya. Populasi fitoplankton pada fase ini tidak mengalami
perubahan. Hal tersebut diakibatkan karena belum terjadinya proses pembelahan
sel meskipun fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme mengalami
metabolisme, fase ini berkisar selama 1-3 hari. (Ali et al 2015).
Fase logaritmik merupakan fase dimana naiknya laju pertumbuhan hingga
kepadatan populasi meningkat beberapa kali lipat. Pada fase ini juga sel
fitoplankton mulai aktif dalam proses pembelahan. Pembelahan sel serta serta laju
pertumbuhan yang terus menerus menyebabkan pertumbuhan pada fase ini
maksimal (Ali et al 2015).
Fase stasioner merupakan fase dimana pertambahan kepadatan populasi
seimbang dengan laju kematian sehingga pertumbuhan populasi yang terjadi kecil.
Jumlah sel pada fase ini cenderung tetap karena sel telah mencapai titik jenuh.
Laju pertumbuhan pada fase ini mengalami penurunan dibandingkan dengan fase
logaritmik ( Ali et al 2015).
Fase deklinasi merupakan fase dimana terjadi penurunan kepadatan dari
mikroalga. Proses reproduksi yang lebih lambat dibandingkan dengan proses
kematian menjadi sebab dari penurunan kepadatan mikroalga. Laju kematian
mikroalga pada fase ini diakibatkan karena semakin menurunnya ketersediaan
nutrien seta dipengaruhi oleh cahaya, temperatur dan umur mikroalga itu sendiri
(Triswanto 2011).
60
Perusahaan ini berlokasi di Desa Sumur Tawang RT 06/02, Kecamatan
Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Luas areanya adalah 9.339 m2
( 1,5 Ha) Secara geografis terletak di 6˚3859LS dan 111˚3417 BT, menurut
Octavia (2017) berikut ini merupakan batas geografis PT. CPB Rembang :
Utara : Laut Jawa sebelah utara PT. Central Periwi Bahari
Timur : Windu Alam Semesta
Selatan : Desa Sumber Sari
Barat : PT. Sumber Mina Bahari
PT. Central Pertiwi Bahari Rembang terletak di tepi jalan jalur pantai utara
Jawa, lokasi yang strategis dan tersedia jaringan komunikasi serta listrik
mempermudah perusahaan dalam proses transportasi dan pemasaran. Lokasi ini
juga didukung oleh kondisi lingkungan dan sumber air yang masih baik. Air untuk
kebutuhan budidaya diambil langsung dari laut dan sumur bor yang berada di
Desa Sumber sari yang berjarak 1 km dari perusahaan (Octavia 2017).
60
III. METODOLOGI
60
3.2.1 Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan tekhnik
pengambilan data yang berupa observasi, wawancara dan partisipasi aktif
merupakan instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan (Dewi 2017).
A. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung di lapangan. Observasi yang dilakukan berupa mengamati dan
mencatat seluruh kegiatan yang ada di PT. Central Pertiwi Bahari Rembang.
B. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan dengan cara
tanya jawab yang berdasarkan sistematis dan berlandaskan pada tujuan praktik
kerja lapang. Wawancara dilakukan dengan seluruh pegawai bagian laboratorium
Algae PT.Central Pertiwi Bahari Rembang.
C. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan keterlibatan secara langsung mengenai
kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas di PT.Central Pertiwi Bahari seperti
pembersihan alat, pembuatan media kultur, steriliasi alat dan media kultur, teknik
kultur Thalassiosira, serta pengamatan dan perhitungan tingkat kepadatan.
60
Pembuatan media kultur
Kultur Thalasiosira sp
Pemasangan aerasi
Pengambilan sampel
60
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
60
Mina Bahari. Lokasi perusuhaan ini dinilai cukup strategis karena terletak di tepi
jalan pantai utara jawa yang memudahkan proses transportasi dan perusahaan
serta didukung oleh jaringan listrik dan komunikasi yang memadai. Kondisi
lingkungan serta sumber air pada lokasi tersebut masih dalam kondisi baik
sehingga kebutuhan air untuk kegiatan budidaya dapat langsung di ambil dari laut
serta sumur bor yang berjarak 1 km dari perusahaan (Octavia 2017).
General Manager (GM) merupakan pemimpin dari PT. Central Pertiwi
Bahari tersebut. GM membawahi seorang Manager Human Resource
Development (HRD). Selain itu terdapat pula kepala bidang produksi yang
dibawahnya terdapat seksi bagian larva, Pakan Alami, Sarana Produksi.
Keberhasilan proses produksi dan pemeliharaan larva udang merupakan tanggung
jawab dari bagian produksi tersebut. Pemeliharaan larva mulai dari stadia naupli
sampai stadia post larva menjadi tanggung jawa seksi larva atau modul.
Ketersediaan pakan alami secara kontinyu selama proses produksi menjadi
tanggung jawab dari seksi pakan alami. Sarana produksi berupa air laut, air tawar
dan listrik menjadi tugas dari seksi sarana produksi.
Riset aplikatif dan monitoring kualitas air budidaya, kualitas benur
maupun kualitas produk-produk biotik ditambah dengan laboratorium kesehatan
udang merupakan tanggung jawab dari Divisi Riset dan Pengembangan. Kepala
unit laboratorium dan layanan mahasiswa bertanggung jawab terhadap
pengelolaan dan pemakaian sarana laboratorium serta bertugas melayani
mahasiswa yang melakukan kegiatan, baik penelitian, praktek kerja lapang,
magang, maupun kegiatan kemahasiswaan lainnya. Kepala bidang pembelian dan
penjualan membawahi seksi gudang dan bertanggunng jawab terhadap
pembukuan keuangan, proses jual beli, proses pemasukan dan pemakaian sarana
untuk keperluan produksi. Kepala bidang umum dan personalia bertugas
mengelola administrasi dan mengawasi seksi keamanan, transportasi, dapur dan
kebersihan serta bertanggung jawab penuh terhadap sarana – sarana penunjang
demi kelancaran proses produksi. (Octavia 2017).
Sarana umun yang dimiliki oleh PT. Central Pertiwi Bahari Rembang.
Pada divisi larva terdapat bak pemeliharaan larva dengan kapasitas 55 ton dan 30
ton. Pada divisi water treatment terdapat beberapa bak tandon air laut yang
60
digunakan untuk semua divisi dengan kapasitas 250 ton. Gambaran lebih jelas
mengenai denah PT.Central Pertiwi Bahari Rembang dapat dilihat pada
(Lampiran 1). Berikut ini merupakan sarana umum pemeliharaan larva udang di
PT.Central Pertiwi Bahari Rembang dapat dilihat pada (Tabel 4.1).
60
Pemberian nutrisi pada media kultur Thalassiosira sp. merupakan salah
satu langkah dalam pembuatan media. Pemberian nutrisi media botol kultur
Thalassiosira di PT. CPB Rembang yaitu silikat (Si) 0,5 ml/L, AGP sebesar 0,5
ml/L dan EDTA sebesar 1 ml/L. Sehingga dalam satu kali pembuatan media
dibutuhkan silikat sebesar 27,75 ml , AGP sebesar 27,75 ml dan EDTA sebesar
55,5 ml. Semua nutrisi tersebut dicampurkan kedalam ember yang telah berisi air
dengan volume 55,5 L dan salinitas 27 ppt untuk selanjutnya diaaduk
menggunakan bantuan aerasi. Pemberian pupuk merupakan suatu hal yang harus
dilakukan guna mencukupi kebutuhan nutrisi bagi Thalassiosira sp. Hal tersebut
sesuai dengan Isnansetyo (1995) bahwa setiap unsur hara mempunyai fungsi
khusus yang tercermin pada pertumbuhan dan kepadatan yang tercapai, serta dosis
pemupukan dan cara pemupukan yang tepat sangat mempengaruhi dalam proses
kultur. Setelah media benar-benar tercampur secara merata dilanjutkan dengan
penuangan kedalam botol kultur yang telah bersih untuk di isi media masing-
masing untuk tiap botol sebanyak 800 ml dan ditutup menggunakan alumunium
foil. Proses pembuatan media dapat dilihat pada (Gambar 4.2).
60
diamkan selama 15 menit sebelum media dan alat dipindahkan menuju ruang
kultur.
Sterilisasi media dan alat bertujuan untuk mencegah kontaminasi
mikroorganisme lain dalam proses kultur. Sterilisasi di PT.CPB Rembang
dilakukan dengan menggunakan autoclave di suhu 120 ⁰C selama 120 menit. Hal
tersebut sesuai dengan Abdul (2012) sterilisasi media dan alat menggunakan
autoclave bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan
pada media dan alat dengan suhu 121 ⁰C serta tekanan 1 atm selama 30 menit.
Perbadaan lama waktu tersebut diakarenakan standart yang telah ditetapkan di
PT.CPB Rembang serta diduga akibat dari perbedaan jenis serta kondisi
autoclave. Proses sterilisasi media dan alat dapat dilihat pada (Gambar 4.3).
60
kelarutan CO2 pada media kultur. Sedangkan menurut Amini dan Syamdidi
(2006) pemberian aerasi bertujuan untuk nutrisi dalam media kultur dapat merata
karena adanya sirkulasi air dalam wadah kultur. Proses kultur dapat dilihat pada
(Gambar 4.4).
Proses kultur Thalassiosira sp. menggunakan bibit doc 3 karena pada doc
tersebut Thalassiosira sp. masih dalam fase exponensial dimana terjadi
perkembangan serta peningkatan kepadatan sel yang maksimal. Kultur dilakukan
pada tiga media dengan komposisi yang sama dengan tujuan jika salah satu
mengalami masalah atau eror masih terdapat sampel yang dapat diamati.
60
Gambar 4.5 Perhitungan tingkat kepadatan (Dokumentasi Pribadi 2018)
(a) (b)
Gambar 4.6 Thalassiosira sp. pada mikroskop (a): Thalassiosira sp. doc 0 dan
(b) : Thalassiosira sp. doc 5 (Dokumentasi Pribadi 2018).
60
Gambar 4.7 Penampang haemocytometer neubauer (Riza 2016)
60
Mulai dari doc 0 sampai dengan doc ke 6 menunjukan adanya perubahan
tingkat kepadatan. Perubahan tingkat kepadatan tersebut menunjukan adanya
beberapa fase pertumbuhan dari fitoplankton Thalassiosira sp. Perubahan tingkat
kepadatan tersebut dapat dilihat pada (Gambar 4.8).
45
40
35
x 10 6 sel/ml
30
25
sampel 1
20
sampel 2
15
10 sampel 3
5
0
doc 0 doc 1 doc 2 doc 3 doc 4 doc 5 doc 6
waktu
µ=
60
Tabel 4.3 Laju pertumbuhan Thalassiosira sp (penggandaan/hari)
Sampel doc 1 doc 2 doc 3 doc 4 doc 5 doc 6
1 1,875 2,282 1,555 0,999 0,126 -1,811
2 1,852 2,251 1,534 0,982 0,111 -1,808
3 1,927 2,216 1,524 0,973 0,106 -1,949
2.5
2
1.5
(penggandaan/hari)
1
0.5
sampel 1
0
sampel 2
-0.5 doc 1 doc 2 doc 3 doc 4 doc 5 doc 6
sampel 3
-1
-1.5
-2
-2.5
hari
60
2 dimana nilai laju pertumbuhan pada ketiga sampel paling tinggi yakni sebesar
1,885 penggandaan/hari dengan rata-rata kepadatan sebesar 13,6 x 106 sel/ml . Hal
ini sesuai dengan Ali et al (2015) dimana pada fase ini sel Thalassiosira sp. mulai
aktif dalam proses pembelahan. Pembelahan sel serta serta laju pertumbuhan yang
terus menerus menyebabkan pertumbuhan pada fase ini maksimal.
Hari ke 4–5 Thalassiosira sp. mengalami fase stasioner dimana
pertumbuhannya atau tingkat kepadatannya stabil dan tidak terjadi peningkatan
ataupun penurunan secara drastis. Nilai kepadatan pada hari ke 4 sebesar 40 x 106
sel/ml dan hari ke 5 sebesar 38,9 x 106 sel/ml, meskipun terjadi penurunan akan
tetapi sangat kecil nilainya sehingga dapat dikatakan stasioner. Hal ini sesuai
dengan Ali et al (2015) pertambahan kepadatan populasi seimbang dengan laju
kematian sehingga pertumbuhan populasi yang terjadi kecil. Jumlah sel pada fase
ini cenderung tetap karena sel telah mencapai titik jenuh. Laju pertumbuhan pada
fase ini mengalami penurunan dibandingkan dengan fase logaritmik. Nilai laju
pertumbuhan pada hari ke 4 sebesar 0,98 penggandaan/hari mengalami penurunan
dibandingkan fase logaritmik yakni pada hari ke 2 sebesar 1,885
penggandaan/hari.
Hari ke 6 pertumbuhan Thalassiosira sp. mengalami penurunan yang
cukup drastis. Tingkat kepadatan pada hari ke 6 sebesar 12,6 x 106 sel/ml
menunjukan adanya penurunan kepadatan yang cukup drastis dibanding dengan
hari ke 5 yaitu sebesar 38,9 x 106 sel/ml dengan nilai laju pertumbuhan sebesar -
1,85 Penggandaan/hari. Fase ini dinamakan fase deklinasi sebagaimana menurut
Triswanto (2011) yaitu proses reproduksi yang lebih lambat dibandingkan dengan
proses kematian menjadi sebab dari penurunan kepadatan mikroalga. Laju
kematian mikroalga pada fase ini diakibatkan karena semakin menurunnya
ketersediaan nutrien seta dipengaruhi oleh cahaya, temperatur dan umur
mikroalga itu sendiri. Indrawan (2012) menyebutkan bahwasanya ketersediaan
unsur nutrien mempengaruhi pertumbahan Thalassiosira sp. Hal ini diakibatkan
karena pemberian nutrien hanya dilakukan satu kali pada saat pembuatan media
tanpa penambahan nutrien lagi sehingga seiring bertambah lamanya waktu kultur,
ketersediaan nutrien akan menurun pula. Penurunan tingkat kepadatan menurut
Nugrahenny (2001) juga disebabkan karena adanya toksik yang dihasilkan oleh
60
Thalassiosira sp. sebagai hasil dari adanya proses metabolisme sehingga meracuni
dari spesies ini sendiri.
(a) (b)
Gambar 4.10 Pengukuran faktor pembatas (a): pengukuran suhu pada media
(b):Pengukuran salinitas pada media. (Dokumentasi Pribadi 2018)
60
23ᴏC, dimana suhu tersebut dianggap optimal untuk pertumbuhan Thalassiosira
sp.
4.7 Nutrien
Nutrisi yang digunanakan pada media kultur Thalassiosira sp. di PT.CPB
Rembang yaitu epizym AGP-complete dan silikat. Epizym AGP-complete
merupakan sebuah pupuk berbentuk cair yang didalamnya terkandung deionized
water, amonium nitrate, Ethylene diamine, tetra acetic acid, microbial extract,
urea, pottasium, phospate, iron chloride, magnesium chloride, zinc, chloride,
manganese chloride, copper chloride, sodium tetraborate, co-balt chloride, vitamin
b12, b1, dan h complex. Penggunaan AGP dianggap praktis karena didalamnya
sudah memuat semua nutrisi yang dibutuhkan oleh Thalassiosira sp. Nutrien yang
digunakan pada media kultur Thalassiosira sp. dapat dilihat pada (gambar 4.11)
(a) (b)
Gambar 4.11 Nutrien (a): Epizym AGP-complete dan (b): Silikat (Si) cair
(Dokumentasi Pribadi 2018)
60
4.8 Kegiatan selama di lokasi Praktik kerja lapang
Pelaksanaan Praktik kerja lapang (PKL) di PT. CPB Rembang sepenuhnya
mengikuti pengarahan dari manajer. Salah satunya mengenai penempatan serta
jadwal selama proses berlangsung. Sistem yang digunakan yaitu diharapkan
peserta Praktik kerja lapang mendapatkan pengalaman kerja di seluruh bagian
yang dianggap inti dari PT.CPB Rembang. Sedangkan proses pengamatan atau
pengambilan data dilaksanakan di jeda jam kerja atau di sela-sela waktu luang
pada saat melaksanakan Praktik kerja lapang. Penempatan selama proses
pelaksanaan PKL yaitu Laboratorium pure algae, Modul C dan Laboratorium QC
dan FHM.
60
algae. Tahap pertama yaitu kultur skala cawan petri dimana media yang
digunakan adalah media agar. Selanjutnya yaitu tahap kultur skala ampul dimana
terdapat dua fase yaitu ampul 1 dan ampul 2. Tahap ketiga yaitu kultur skala falsk
dimana terdapat dua fase yaitu falsk 1 dan falsk 2. Tahap selanjutnya yaitu kultur
skala botol dimana juga terdapat dua fase. Tahap terakhir yaitu kultur skala
galoon dimana juga terdapat dua fase untuk selanjutnya plankton dapat dipanen
dan menuju ke tahap kultur selanjutnya yaitu kultur skala intermediate.
b. Modul C
Tahap kedua mulai dari tanggal 25 januari - 06 februari ditempatkan di
Modul C PT.CPB Rembang. Modul merupakan kumpulan daripada bak
pembesaran benur mulai dari naupli hingga menjadi benur. Kegiatan yang
dilaksanakan dimodul antara lain pembersihan serta penyiapan kolam, pemberian
pakan alami maupun buatan, pemberian probiotik, dan pengontrolan suhu di bak
modul. Salah satu kegiatan di modul C yaitu pemberian pakan dapat dilihat pada
(Gambar 4.12).
Gambar 4.13 Pemberian pakan pada bak larva. (Dokumentasi Pribadi 2018)
60
nantinya masuk ke tahap pemeliharaan diantaranya pemberian pakan alami,
pemberian pakan buatan, probiotik, serta sirkulasi air. Dosis pemberian pakan
alami maupun buatan disesuaikan dengan stadia larva udang pada bak modul.
Stadia larva tersebut antara lain, zoea 1, zoea 2, zoea 3, mysis 1, mysis 2, mysis 3,
dan post larva (PL). Rincian kegatan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
dapat dilihat pada (Lampiran 2).
60
gut pada larva dimulai dari 20 – 100 . Pengamatan selanjutnya yaitu pengecekan
% lipid pada hepatopankreas larva, nilai % lipid dimulai dari 10 – 100. Selain itu
juga dilakakun pengecekan rostrum, bruse, dan juga nicrosis pada larva.
60
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan serta analisi yang telah dilakukan pada
fitoplankton atau mikroalagae jenis Thalassiosira sp. kultur media botol di
laboratorium PT.CPB Rembang menunjukan rata-rata kepadatan Thalassiosira sp.
Di PT.CPB Rembang hari ke 0 : 7 x 106 sel/ml , hari ke 1 : 13,6 x 106 sel/ml, hari
ke 2 : 32 x 106 sel/ml ,hari ke 3 : 34,5 x 106 sel/ml, hari ke 4 : 40,6 x 106 sel/ml,
hari ke 5 : 38,9 x 106 sel/ml, hari ke 6 : 12, 6 x 106 sel/ml. Fase lag pada hari ke 0,
fase eksponensial hari ke 1 – 4, fase stasioner hari ke 4 – 5, fase deklinasi hari ke
5 – 6.
5.2 Saran
Hendaknya perhitungan tingkat kepadatan fitoplankton jenis Thalassiosira
sp. di PT.CPB Rembang dilakukan setiap 24 jam sekali. Sebaiknya untuk
mahasiswa/ peserta PKL yang nantinya akan melaksanakan PKL di PT.CPB
Rembang diharap mempersiapkan tema yang akan di angkat pada judul PKL.
60
DAFTAR PUSTAKA
60
Nelvy, D.D., Sylvester,B., dan Sudjiharno.2002. Persyaratan Budidaya
Fitoplankton, Budidaya Fitoplankton. Prosiding Proyek Pengembangan
perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung Tahun 2002:24-
36.
Nugraheny,N.2001. Ekstrasi Bahan Anti-bakteri dari Diatom Laut Skeletonema
costatum. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Octavia. R. D. N. 2017. Teknik Kultur Thalassiosira rotula Dalam Skala
Laboratorium di PT. Central Pertiwi Bahari Rembang Jawa Tengah.
Praktik Kerja Lapang. Universitas Airlangga. Surabaya
Padang, A. 2010. Komposisi dan kepadatan diatom bentik di teluk Ambon dalam.
Jurnal Biamafika. I(9): 97-104
Padang, A. 2016. Pertumbuhan Fitoplankton Coccolithophore sp di wadah
terkontrol dengan kepadatan inokulum yang berbeda. Jurnal Ilmiah dan
Agribisnis Perikanan. VI(3):33-38
Purba, O.S. 2008. Pengembangan Medium untuk Peningkatan Produktivitas
Kultur Batch Diatom Laut Thalassiosira Sp. Tesis. Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Supono.2008.Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan
Tambak untuk Budidaya Udang. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang
Triswanto,Y. 2011. Kultivasi diatom penghasil biofuel jenis skeletonema
costatum, Thalassiosira sp, dan Chaetoceros gracilis pada sistem indoor
dan outdoor.Skripsi. Institut Pertanian Bogor.Bogor
Tunjung, N. M. P., Winarlin, Yuki. H. E. F.,dan Aliati. I. 2011. Potensi plankton
sebagai pakan alami larva ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Jurnal
Akuakultur Indonesia. X(1):81-88
60
LAMPIRAN
60
Lampiran 2. Loogbook pelaksanaan PKL
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60