LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh
M. SALIM LAKODA
NPM. 05171811022
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Basah.
selama PKL. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari
kekurangan atau kesalahan, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
M.Salim Lakoda
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN........................................................................................
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................2
1.3. Manfaat........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap Putih..............................................3
2.2. Habitat Ikan Kakap Putih............................................................................4
2.3. Kebiasaan Makan Ikan Kakap Putih...........................................................4
III. KEADAAN UMUM LOKASI.....................................................................
3.1. Sejarah Laboratorium Basah Kastela..........................................................5
3.2. Program Pokok............................................................................................6
3.3. Letak Geografis...........................................................................................7
3.4. Infrastruktur dan Sarana Pembenihan.........................................................7
3.4.1. Wadah Budidaya.......................................................................................7
3.4.2. Sistem Tata Air.........................................................................................8
3.4.3. Sistem Aerasi............................................................................................8
3.5. Sarana Pendukung.......................................................................................8
3.5.1. Sumber Listrik..........................................................................................8
3.5.2. Fasilitas Lainnya.......................................................................................8
3.6. Komuditas Budidaya...................................................................................9
IV. METODE PELAKSANAAN.......................................................................
4.1. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan...............................................10
4.2. Alat dan Bahan............................................................................................10
4.3. Prosedur kerja..............................................................................................10
4.4. Metode Pengambilan Data..........................................................................11
4.4.1. Data Primer...............................................................................................11
ii
4.4.2. Data Sekunder...........................................................................................11
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
5.1. Persiapan Air...............................................................................................12
5.2. Persiapan Wadah Pemeliharaan...................................................................12
5.3. Persiapan Benih Ikan Kakap Putih..............................................................12
5.4. Aklimatisasi Benih Ikan Kakap Putih.........................................................14
5.5. Manajemen pemberian Pakan......................................................................15
5.6. Pertumbuhan benih ikan kakap putih..........................................................15
5.7. Kondisi Kualitas Air....................................................................................14
VI. PENUTUP...................................................................................................17
6.1. Kesimpulan.................................................................................................17
6.2. Saran...........................................................................................................17
LAMPIRAN....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
diandalkan untuk menjaga ketersediaan stok ikan nasional. Salah satu kebijakan
kegiatan budidaya dimana komoditas unggulan ini memiliki kriteria antara lain,
bernilai ekonomis tinggi, teknologi budidaya yang dapat diterapkan telah tersedia,
permintaan luar negeri dan lokal tinggi, dan dapat di budidayakan dan
dikembangkan adalah udang, rumput laut, ikan lele, nila, bandeng, kerapu dan
Ikan kakap putih merupakan salah satu komoditi ekspor pada sektor
perikanan budidaya. Ikan kakap putih secara komersil sudah dilakukan di Asia
(Jerry et al. 2013). Tahapan budidaya ikan kakap terdiri dari pembenihan dan
Kegiatan budidaya ikan kakap putih tidak terlepas dari beberapa kendala
pemberian pakan. Manajemen yang tidak baik dapat berpengaruh nyata pada
1
pertumbuhan dan kualitas air serta dapat menyebabkan peningkatan biaya
berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Pakan yang berkualitas baik merupakan
faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan, salah satu cara untuk menekan
biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam
pemilihan jenis, jumlah, jadwal, dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kebiasaan ikan (Adéyèmi et al. 2020). Berdasarkan hal ini, maka
penulis tertarik untuk melakukan Prakek Kerja Lapang dengan judul “Manajemen
Pemberian Pakan Pada Kegiatan Pemeliharaan Benih Ikan Kakap Putih (Lates
Universitas Khairun”
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini yaitu untuk memperoleh
Laboratorium Basah.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktek kerja lapangan ini yaitu untuk menambah
yang didapatkan sewaktu kuliah dalam kegiatan Pemeliharaan Benih Ikan Kakap
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2017):
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
pada bagian punggung, sedangkan di bagian perut berwarna putih. Pangkal sirip
ekornya melebar. Sirip ekor berbentuk bulat, sedangkan pada sirip punggungnya
terdapat 3 jari keras dan 7-8 jari lunak. Mulutnya melebar dengan gerigi halus dan
tajam (Sudradjat 2015)
3
Ikan kakap putih memiliki kepala menjorong, dengan bagian dorsal yang
cekung menjadi cembung di depan sayap dorsal. Ikan jenis ini juga bermulut
besar, rahang atas panjang hingga mencapai belakang mata; gigi villiform, tidak
dijumpai gigi canine. Tulang keras pada tepi bawah dari preoperculum,
operculum dengan tulang kecil, dan dengan sirip bergerigi di atas garis lateral
(Fahmawati 2014).
Ikan kakap putih ini hampir banyak dijumpai hidup di pantai atau laut
(kedalaman 1 - 10 m ) dan di muara. Selain itu, ikan ini dapat hidup di muara
sungai, tambak, teluk hutan mangrove (bakau) yang mempunyai air jernih dan air
(kedalaman air kurang dari 8m), pantai berbatu, muara sungai dengan kondisi
Habitat asli ikan kakap putih adalah laut. Ikan predator ini memiliki
(eurihaline). Namun ikan ini dapat tumbuh dan hidup di perairan tawar. Oleh
Karena itu, ikan kakap putih dapat dipelihara, baik di lingkungan air laut, payau,
atau tawar. Suhu optimum bagi pertumbuhannya berkisar 27 - 30℃ dan pH 7-8
(Sudradjat 2015).
yang lebih kecil, dan kelompok udang-udangan (Fahmawati 2014). Ikan kakap
putih termasuk ikan predator, khususnya pada malam hari. Makanan ikan kaka
4
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI
mahasiswa dan dosen untuk bidang kajian pantai dan laut. Demi mewujudkan
bulan Juni 2011 dan berhasil dirampungkan pada akhir Desember 2011.
semester pertama tahun 2012. Laboratorium basah bisa mulai beroperasi efektif
5
Dukungan kegiatan perkuliahan yang sudah dilakukan di Laboratorium Basah
proses belajar mengajar serta penelitian mahasiswa dan dosen FPK serta fakultas
lain di Universitas Khairun sesuai dengan prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Menjadi salah satu pusat praktikum dan praktek serta penelitian mahasiswa
FPK. Berbagai mata kuliah yang memiliki hubungan kuat dengan peran
Fasilitas Laboratorium Basah Kastela yang ada saat ini diharapkan pula
6
Laboratorium Basah Kastela memiliki nilai strategis yang potensial untuk
Utara.
o o
Khairun berada pada letak geografis 127 18’ 36,943’’ BT dan 0 45’ 108’’ LU.
Ternate, Kota Ternate. Sebelah barat Laboratorium Kastela adalah Laut Maluku,
selatan.
Wadah budidaya atau pemeliharaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk di
Laboratorium Basah Kastela. Wadah pemeliharaan tersebut terdiri dari bak fiber
bundar maupun persegi; bak beton, dan kolam.
7
3.4.2. Sistem Tata Air
Media pemeliharaan, dalam hal ini adalah air laut disaring dengan penyaring
Sumber tenaga listrik Laboratorium Basah Kastela berasal dari PLN cabang
Ternate. Selain tenaga listrik dari PLN, terdapat juga tenaga listrik cadangan
berupa mesin generator yang digunakan apabila sumber listrik dari PLN terputus
penyimpanan berkas tahunan dan temapat baca, asrama sebagai tempat tinggal
PKL ataupun PRAKERIN.
8
3.6. Komoditas Budidaya
ungulan yang sering dikembangkan adalah ikan kerapu macan, kakap putih,
bandeng, blue devil, ikan nila, ikan patin, ikan gurame, ikan lele, ikan mas, udang
vaname, rumput laut Kappaphycus alvarezii dan Caulerpa sp. serta pakan alami.
9
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini dapat
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan diawali dari persiapan air pada
Persiapan benih yang diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau
perairan dengan parameter yang diamati adalah suhu, warna air, salinitas, pH,
10
4.4. Metode Pengambilan Data
Teknik yang dipakai dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan
mengambil dua macam data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer didapat
dari observasi, wawancara, dan partisipasi aktif, sedangkan data sekunder didapat
dari data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang lain dari sumber-sumber
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian,
dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya
11
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Samsundari dan Sutarjo 2013). Air sebagai media hidup sangat mempengaruhi
Air yang digunakan pada kegiatan pemeliharaan benih ikan kakap putih di
Laboratorium Basah adalah air laut yang dialirkan dengan menggunakan water
pump ke bak tandon. Bak fiber dengan volume 50 ton digunakan sebagai bak
tandon.
kakap putih menggunakan bak fiber dengan volume bak 1,5 ton. Persiapan wadah
Sistem aerasi pada pemeliharaan benih ikan kakap putih menggunakan blower,
selang aerasi, pipa, dan batu aerasi. Hasan dan Sumoharjo (2015) menyatakan
dalam usaha budidaya.
12
5.3. Persiapan Benih Ikan Kakap Putih
karena merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan keberhasilan
budidaya (Salsabila dan Suprapto 2018). Benih ikan kakap yang digunakan adalah
benih yang berukuran rata-rata 6 cm sebanyak 1000 ekor yang berasal dari hasil
Payau (BPBAP) Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Benih dari hasil pembenihan
merupakan benih yang sehat, gerakan lincah, tidak cacat pada sirip dan sisik,
warna tubuh cerah, tidak membawa penyakit dan responsif terhadap pakan
Proses aklimatisasi ikan pada kegiatan pemeliharaan benih ikan kakap putih
diawali dengan penyesuaian suhu yang mana kantong ikan diapungkan di atas
parameter kualitas air yang lain dengan memasukan air kolam ke dalam kantong
secara perlahan dan diamkan selama 5-10 menit. Tahapan terakhir yang dilakukan
adalah pelepasan dengan membuka kantong dan biarkan ikan keluar dengan
sendirinya.
13
5.7. Kondisi Kualitas Air
Aris 2021). Pemeliharaan ikan kakap putih juga sangat dipengeruhi oleh kondisi
kualitas perairan (Jalil 2021). Hasil pengamatan kondisi kualitas perairan dapat dilihat
pada Tabel 2.
oleh suhu (Walker et al. 2011; Gultom et al. 2019). Ikan akan dapat tubuh dan
berkembang dengan baik pada suhu lingkungan yang optimum. Suhu air yang
optimum untuk benih ikan kakap putih adalah 28–32 ℃ (BSN 2014). Kondisi suhu air
pada kegiatan pemeliharaan benih ikan kakap putih berada pada kisaran optimum.
Warna adan kecerahan air pada wadah terkontrol sangat dipengaruhi oleh
frekuensi pemberian pakan dan hasil metabolime ikan (Nugroho et al. 2012). Selama
optimum kecerahan air untuk benih ikan kakap putih adalah 100% (BSN 2014).
Salinitas yang optimum untuk budidaya sangat menunjang pertumbuhan dan sintasan
14
ikan (Pamungkas 2012). Salinitas optimum untuk benih ikan kakap putih adalah 28 ppt
(BSN 2014). Secara umum ikan kakap putih memiliki toleransi yang luas terhadap
salinitas, artinya dengan salinitas yang rendah ikan kakap putih mampu hidup dan
Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negative dari konsentrasi ion- ion
hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya
suatu perairan (Hamuna et al. 2018). Konsentrasi pH air yang tidak pada kondisi
netral sangat mempengaruhi ikan serta udang (Simamora dan Djauhari 2018;
Venkateswarlu et al. 2019). Kondisi pH air optimum untuk benih ikan kakap putih
Oksigen terlarut adalah total jumlah oksigen di air yang dibutuhkan oleh
organisme perairan untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
2017). Oksigen terlarut optimum untuk benih ikan kakap putih adalah >4 mg/L (BSN
2014).
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya dan
berperan penting dalam meningkatkan produksinya (Pamungkas 2013). Ikan kakap putih
pemberian tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pakan yang
diberikan adalah pellet komersil merk Megami dari PT. Matahari Sakti berukuran
2,0 – 2,2 mm dengan kandungan protein sebesar 48%. Pada kegiatan budidaya,
15
5.6 Pertumbuhan Benih Ikan Kakap Putih
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan
berat atau panjang dalam waktu tertentu dan merupakan suatu proses biologis yang
dipengaruhi banyak faktor baik internal maupun eksternal (Agustin dan Sasanti 2014).
0,50
0,45
0,45
0,40 0,39
0,35
0,30 0,28
Berat Ikan
0,25
0,20 0,16
0,15
0,10 0,08
0,05
0,00
0 1 2 3 4
9,0 8,4
8,0 7,7
7,0
7,0 6,5
Panjang Ikan (cm)
6,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
0 1 2 3 4
Minggu Ke-
Gambar 2. Hasil pengamatan pertumbuhan
16
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
manajemen pemberian pakan pada kegiatan pemeliharaan benih ikan kakap putih
6.2. Saran
kakap putih sehingga perlu dilakukan manajemen pemberian pakan dengan bai
17
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah HH, Rak EA, Lee SW. 2018. The impacts of monsoon and dry seasons on
physical water quality changes and farmed Asian seabass Lates calcarifer (Bloch,
1790) mortality at Sri Tujuh lagoon, Tumpat, Kelantan, Malaysia. AACL
Bioflux, 11(1): 167-183.
Abuzar SS, Putra YD, Emargi RE. 2012. Koefisien Transfer Gas (KLa) Pada
Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertinkat 5 (Lima). Jurnal Teknik
Lingkungan, 9(2): 155-163.
Adéyèmi AD, Kayodé APP, Chabi IB, Odouaro OBO, Nout MJ, Linnemann AR.
2020. Screening local feed ingredients of Benin, West Africa, for fish feed
formulation. Aquaculture Reports, 17, 100386.
Agustin R, Sasanti AD. 2014. Konversi pakan, laju pertumbuhan, kelangsungan hidup
dan populasi bakteri benih ikan Gabus (Channa striata) yang diberi pakan
dengan penambahan probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1),
55-66.
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 2014. SNI 6145.1. Ikan kakap (Lates calcalifer,
Blonch 1790) – Bagian 2: Benih. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Gultom RC, Dirgayusaa INGP, Puspithaa NLPR. 2019. Perbandingan Laju Pertumbuhan
Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Menggunakan Sistem Budidaya Ko-
kultur dan Monokultur di Perairan Pantai Geger, Nusa Dua, Bali. JMRT, 2(1): 8-16.
Hamuna B, Tanjung RHR, Suwito, Maury HK, Alianto. 2018. Kajian Kualitas Air Laut
dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1): 35-43.
18
Hasan M, Sumoharjo KH. 2015. Optimalisasi Penggunaan Sistem Aerasi yang Efektif
Dalam Mempertahankan Ketersediaan Oksigen Terlarut. Jurnal
Aquawarman,1(1),28-35
Jalil W. 2021. Tingkat Kelangsungan Hidup Juvenil Ikan Kakap (Lates calcarifer) Pada
Tingkat Salinitas Yang Berbeda. AquaMarine, 8(1), 14-19.
Jerry DR. 2013. Biology and culture of Asian seabass Lates calcarifer. CRC Press.
Mader M, Schmidt C, van Geldern R, Barth JA. 2017. Dissolved oxygen in water and its
stable isotope effects: A review. Chemical Geology, 473: 10-21.
Maniagasi R, Tumembouw SS, Mundeng Y. 2013. Analisis Kualitas Fisika Kimia Air Di
Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Budidaya Perairan
1(2): 29-37.
Maolana V, Madyowati SO, Hayati N. 2017. Pengaruh Penambahan Air Perasan Wortel
(Daucus carota L) Dalam Pakan Terhadap Peningkatan Warna Pada Pembesaran
Ikan Koi (Cyprinus carpio koi) Di Desa Gandusari Kecamatan Gandusari
Kabupaten Blitar. Jurnal TECHNO-FISH 1(2): 78 – 85.
Nugroho RA, Pambudi LT, Chilmawati D, Haditomo AHC. 2012. Aplikasi Teknologi
Aquaponic pada budidaya ikan air tawar untuk optimalisasi kapasitas produksi.
Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology,
8(1): 46-51.
19
Pamungkas W. 2012. Aktivitas osmoregulasi, respons pertumbuhan, dan energetic cost
pada ikan yang dipelihara dalam lingkungan bersalinitas. Media Akuakultur,
7(1): 44-51.
Pamungkas W. 2013. Aplikasi vitamin E dalam pakan: kebutuhan dan peranan untuk
meningkatkan reproduksi, sistem imun, dan kualitas daging pada ikan. Media
Akuakultur 8(2): 145-150.
Rayes RD, Sutresna IW, Diniarti N, Supii AI. 2013. Pengaruh perubahan salinitas
terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan kakap putih (Lates calcarifer
Samsundari S, Sutarjo GA. 2013. Analisis penerapan biofilter dalam sistem resirkulasi
terhadap mutu kualitas air budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor). Gamma,
8(2), 86-97.
Siegers WH, Prayitno Y, Sari A. 2019. Pengaruh Kualitas Air terhadap Pertumbuhan
Ikan Nila Nirwana (Oreochromis sp.) pada Tambak Payau. The Journal of
Fisheries Development, 3(2), 95-104.
Simamora SIA, Djauhari R. 2018. Penetralan pH Air Kolam Tanah Gambut Untuk
Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Journal Of
Tropical Fisheries 13(2): 1007-1013.
20
Sudradjat A. 2015. Budidaya 26 Komuditas Laut Unggulan. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Talpur AD. 2014. Mentha piperita (Peppermint) as feed additive enhanced growth
performance, survival, immune response and disease resistance of Asian seabass,
Lates calcarifer (Bloch) against Vibrio harveyi infection. Aquaculture 420–
421:71–78. doi:10.1016/j.aquaculture.2013.10.039
Venkateswarlu V, Seshaiah PV, Arun P, Behra PC. 2019. A study on water quality
parameters in shrimp L. vannamei semi-intensive grow out culture farms in coastal
districts of Andhra Pradesh, India. International Journal of Fisheries and Aquatic
Studies 7(4): 394-399.
Walker SJ, Neill WH, Lawrence AL, Gatlin-III DM. 2011. Effects of temperature and
starvation on ecophysiological performance of the Pacific white shrimp
(Litopenaeus vannamei). Aquaculture 319: 439–445.
Yanuar V. 2017. Pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap laju
pertumbuhan benih ikan nila (Oreochiomis niloticus) dan kualitas air di akuarium
pemeliharaan. ZIRAA’AH 42(2): 9
21
LAMPIRAN
22
Tabel 5. Tabulasi pertumbuhan
Rata - Rata Pertumbuhan
Minggu Ke- Sampel (n) Berat (g) Panjang (cm)
0 10 0,08 6,0
1 10 0,16 6,5
2 10 0,28 7,0
3 10 0,39 7,7
4 10 0,45 8,4
23
Lampiran 2: Dokumentasi PKL
24
Gambar 3. Aklimatisasi ikan
25
Gambar 5. Pemberian Pakan
26