Disetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Tanggal Pengesahan:
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala pujI bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan Sehingga penulis
dapa menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang yang berjudul” PEMBESARAN UDANG
VANNAMEI (Lithopenaeus vannamei) DI PT SINAR LAUT VANNAMEI KECAMATAN
AGRABINTA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT yang dilaksanakan pada hari Senin,
01 November 2018 s/d 19 Desember 2018. Tanpa pertolongan-Nya tentu penulis tidak
sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan Banyak
terimakasih Kepada:
1. Bapak Guntur Prabowo, A. Pi., MM, Selaku Kordinator Politeknik KP Pangandaran
2. Bapak Yuda Selaku Manager PT. SINAR LAUT VANNAMEI
3. Bapak Kurniawan W. Hidayat, S.Pi., M. Si, Selaku ketua prodi budidaya ikan, serta
sekaligus dosen pembimbing.
4. Seluruh pegawai PT. SINAR LAUT VANNAMEI
5. Orang tua serta segenap keluarga yang telah memberikan motivasi baik secara moril
ataupun materil kepada kami.
6. Seluruh taruna-taruni yang telah ikut serta membantu dalam pembuatan laporan praktek
kerja lapang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya nanti laporan ini
menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
Wisnu Ibnuadji
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I PENDAHULUAN
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) menjadi salah satu produk perikanan yang
dapat menghasilkan devisa bagi negara. Udang ini memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih
tahan terhadap penyakit dan fluktuasi kualitas air, pertumbuhan relatif cepat, serta hidup pada
kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. Udang vaname memiliki
peluang pasar dan potensial untuk terus dikembangkan. Untuk menanggapi permintaan pasar
dunia, dilakukan intensifikasi budidaya dengan memanfaatkan perairan laut, karena potensi
kelautan yang sangat besar, oksigen terlarut air laut relatif tinggi dan konstan, serta udang
yang dibudidayakan lebih berkualitas (Effendi, 2016).
Udang vannamei (L. vannamei) adalah salah satu komoditas budidaya ditambak yang
telah dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan
Perikanan yang diharapkan sebagai pengganti posisiudang windu sebagai primadona ekspor
yang mulai merosot. Beberapa karakter spesifik yang dimiliki udang vanname adalah laju
pertumbuhan yang cepat dan memungkinkan ditebar dengan kepadatan tinggi (Adiwijaya et
al, 2003).
Di pasar AS, ekspor udang Indonesia semakin kuat, bersaing dengan india untuk
menggantikam posisi Thailand sebagai eksportir utama. Dalam lima tahun terakhir saja,
Indonesia telah melipatgandakan ekspornya, dari 60.000 ton di tahun 2011 menjadi lebih dari
110.000 ton pada tahun 2016. Ekuador, Vietnam, Meksiko dan Malaysia adalah Negara
pengeksporan udang dengan basis industri akuaculture yang kuat, namun sejauh ini
Indonesia dan india berada di kursi depan, dan semakin kuat.
1.2 Tujuan
1. Memahami budidaya udang vanname (Lithopenaeus vannamei) secara intensif.
2. Mendapat pengalaman bekerja diindustri budidaya.
1.3 Manfaat
a. Bagi Taruna/i
1. Sarana penerapan ilmu pengetahuan perkuliahan.
2. Dapat mengetahui kondisi industri perikanan budidaya.
3. Mendapat ilmu pengetahuan secara langsung di lapangan.
1
b. Bagi Perguruan Tinggi
1. Terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dari kedua belah
pihak.
2. Mendapat salah satu tempat yang dapat digunakan dalam kegiatan praktek kerja
lapang atau magang.
c. Bagi Instansi Yang Bersangkutan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Haliman dan Dian (2006), klasifikasi udang putih (Litopenaeus vannamei)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapodas
Subordo : Dendrobrachiata
Familia : Penaeidae Sub
genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Haliman dan Adijaya (2004) menjelaskan bahwa udang putih memiliki tubuh berbuku-
buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (moulting). Bagian tubuh
udang putih sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan,
bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur (burrowing), dan memiliki organ sensor,
seperti pada antenna dan antenula.
Kordi dan Tancung (2007) juga menjelaskan bahwa kepala udang putih terdiri dari
antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3
pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami
modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang
berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari
6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang
uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (ekor) (Mujiman dan Suyanto,
2003).
Bentuk rostrum udang putih memanjang, langsing, dan pangkalnya hamper berbentuk
segitiga. Uropoda berwarna merah kecoklatan dengan ujungnya kuning kemerah-merahan
atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan. Warna tubuhnya putih kekuningan terdapat bintik-
bintik coklat dan hijau pada ekor. Udang betina dewasa tekstur punggungnya keras, ekor
(telson) dan ekor kipas (uropoda) berwarna kebiru-biruan, sedangkan pada udang jantan
3
dewasa memiliki ptasma yang simetris. Spesies ini dapat tumbuh mencapai panjang tubuh 23
cm (Wyban dan Sweeney, 1991).
Keterangan
1. Chepalothorax (bagian kepala)
2. Rostrum (cucuk kepala)
3. Mata
4. Antennula (sungut kecil)
5. Prosartema
6. Antenna (sungut besar)
7. Maxilliped (lat bantu rahang)
8. Periopod (kaki jalan)
9. Pleopoda (kaki renang)
10. Telson (ujung ekor)
11. Uropoda (ekor kipas)
Udang putih mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap salinitas yang luas dengan
kisaran salinitas 0 sampai 50 ppt (Tizol et al, 2004). Temperatur juga memiliki pengaruh yang
besar pada pertumbuhan udang. Udang putih akan mati jika terpapar pada air dengan suhu
dibawah 150o C atau diatas 33o C selama 24 jam atau lebih. Stres subletal dapat terjadi pada
15-22o C dan 30-33o C. Temperatur yang cocok bagi pertumbuhan udang putih adalah 23-
30oC. Pengaruh temperatur pada pertumbuhan udang putih adalah pada spesifitas tahap dan
ukuran. Udang muda dapat tumbuh dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi
semakin besar udang tersebut, maka temperatur optimum air akan menurun (Wyban et al.,
1991).
4
2.3 Daur Hidup Udang Putih (L. vannamei)
Siklus hidup udang putih dimulai dari udang dewasa yang melakukan pemijahan
hingga terjadi fertilisasi. Setelah 16-17 jam dari fertilisasi, telur menetas menjadi larva
(nauplius). Tahap naupli tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya dan
akan mengalami moulting, kemudian metamorphosis menjadi zoea. Zoea akan mengalami
metamorfosis menjadi mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang kecil memakan alga dan
zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis mengalami metamorfosis menjadi postlarva.
Tahap postlarva adalah tahap saat udang sudah mulai memiliki karakteristik udang dewasa.
Keseluruhan proses dari tahap nauplii sampai postlarva membutuhkan waktu sekitar 12 hari.
Kemudian post larva akan dilanjutkan ketahap juvenil (Wyban dan Sweeney, 1991).
PT. Sinar Laut Vannamei adalah perusahan yang bertempat di Kp. Lulup RT. 003 RW.
005, Desa Wangunjaya, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Perusahaan ini merupakan cabang dari PT. Andulang Shrimp Farm sebuah perusahaan
pembesaran Udang vanname yang berlokasikan di Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep
Provinsi Jawa Timur.
PT. Sinar Laut Vannamei dibangun pada tahun 2015. Tujuan utamanya adalah
menerapkan inovasi terbaru dalam pembangunan tambak udang modern dan
penyebarluasan. PT. Sinar Laut Vannamei beroperasi penuh sejak September 2016. Dalam
dua atau tiga tahun kedepan, PT. Sinar Laut Vannamei berencana menambah petakan
tambak di sebelah timur, dengan target produksi yang semakin bertambah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan eksportir udang di Indonesia. Masa depan cerah bagi udang vanname
Indonesia di pasar global. Karena tiga Negara adalah konsumen utama (AS, Jepang dan
Spayol) dan penulis memperkirakan pasar akan tumbuh lebih jauh di tahun-tahun mendatang,
terutama setelah periode pertumbuhan yang lambat di Eropa dan Jepang.
PT. Sinar Laut Vannamei berlokasi di Kp. Lulup RT. 003 RW. 005, Desa
Wangunjaya, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat di batasi oleh :
5
Gambar 2. Peta Lokasi
Luas lokasi lahan untuk tambak udang vanname adalah 10 Ha. Lahan tersebut
secara efektik digunakan untuk petakan tambak, tandon, pos satpam, pos jaga, ruang
mesin, ruang pakan, saluran air, mess, labolatorium dan kantor. Lokasi tambak udang
vanname di PT. Sinar Laut Vannamei cukup baik karena struktur tanahnya yang bagus dan
kemudahan dalam memperoleh pasokan air sehingga memudahkan untuk usaha budidaya.
6
BAB III METODOLOGI
kegiatan praktik kerja lapang dimulai tanggal 01 November s/d 19 Desember 2018.
kegiatan lapangan dilaksanakan di PT. Sinar Laut Vannamei, Agrabinta, Cianjur, Jawa Barat.
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk melihat secara
langsung kegiatan dan keadaan di lokasi praktek atau budidaya udang vanname
7
Gambar 4. Sechidisk
Pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan rakit. Pakan yang telah ditimbang
dituangkan kedalam bak yang telah tersedia diatas rakit. Setelah pakan dituang kedalam bak,
selanjutnya pakan siap ditebar dikolam. Pakan yang digunakan selama magang adalah pakan
Samsung Jenis SA-00, SA-01, SA-02, SA-02P, SA-03.
8
Gambar 6. Pemberian Probiotik
3.3.4 Sampling
Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali atau setiap umur udang kelipatan 10.
Sampling usia 10 – 30 alat yang digunakan adalah anco, plastic, dan timbangan analitik. Untuk
sampling usia 40 keatas alat yang digunakan adalah jala sampling udang, ember dan
timbangan.
3.3.5 Sipon
Penyiponan dilakukan menggunakan selang spiral, bambu dan jaring sipon. Selang
spiral digunakan untuk menyedot kotoran didasar kolam, ambu digunakan untuk menjadi
pegangan selang spiral, dan jaring sipon digunakan untuk memisahkan antara air dan kotoran.
Gambar 8. Penyiponan
9
3.3.6 Pengapuran
Pengapuran menggunakan kapur gamping dan kapur pertanian atau kaptan. Alat yang
digunakan adalah bak yang digunakan untuk menampung kapur, lalu gayung untuk menebar
kapur, dan rakit yang digunakan untuk menebar secara merata.
Pengecekan hama dan penyakit ikan dilakukan dengan menggunakan jaring dan anco
sebagai alat pengambil sampel udang yakan akan dicek dilab. Udang yang telah diambil dari
kolam akan dimasukan kedalam plastic klip. Alat-alat laboratorium juga digunakan dalam
pengecekan hama dan penyakit udang, yaitu mikroskop, objek glass, cawan petri, dan alat
bedah.
3.3.8 Panen
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pakan merupakan sumber nutrisi yang terdiri dari protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin
dan Mineral. Secara alami udang tidak mampu mensintensis protein dan asam amino, begitu
pula senyawa anorganik. Oleh karena itu, asupan protein dari luar dalam bentuk pakan buatan
sangat dibutuhkan. Pakan merupakan factor yang sangat penting dalam budidaya udang
vanname karena menyerap 60-70% dari biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai
kenutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembaangan udang secara optimal sehingga
produktivitasnya dapat ditingkatkan.
Pakan udang selama ini sering diartikan sebagai pellet karena kebutuhan nutrisi udang
budidaya dipenuhi dari pakan buatan yang berbentuk pellet. Untuk mencapai sasaran yang
diinginkan Pakan yang diberikan adalah pakan Jenis SA-00, SA-01, SA-02, SA-02P, SA-03.
Pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi sesuai kebutuhan udang Vannamei
Nutrisi yang dibutuhkan udang antara lain Protein, lemak, karbohidrat, Vitamin, mineral, dan
asam amino esensial. Nutrisi tersebut digunakan untuk aktivitas pertumbuhan dan reproduksi
udang. Protein digunakan untuk menyusun jaringan dan mengganti jaringan lama yang rusak
didalam tubuh udang.
Frekuensi pemberian pakan pada usia udang 1 sampai dengan usia 30 sebanyak 3
kali dalam sehari, yaitu pukul 06.30, 10.30, dan 14.30. sedangkan pada umur 30 keatas
frekuensi pemberian pakan ditambah dengan pukul 18.30. Untuk jumlah pakan yang diberikan
dalam sekali penebaran masih tergantung pada hasil cek anco, dan perhitungannya sesuai
dengan perhitungan teknisi. Jika pakan dianco habis maka akan diberlakukan penambahan
pakan pada pemberian pak keesokan harinya, sedangkan jika pakan dianco tersisa banyak
ataupun sedikit, maka pakan di keesokan hari akan ditahan dengan jumlah yang sama atau
bahkan dilakukan pemangkasan pakan.
11
4.1.4 Anco
Anco adalah alat komunikasi harian antara teknisi udang dalam hal jumlah pakan,
Nafsu makan, Ukuran udang, jumlah udang, kesehatan udang, sehingga ancho harus bagus
dan tempatnya harus datar dan arusnya jangan terlalu kencang.
Gambar 9. Anco
Air merupakan media tempat hidup bagi udang, karena dapat berpengaruh pada
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang. Pengelolaan air ini tujuannya adalah
untuk memastikan air media pemeliharaan agar tetap dalam kisaran optimal untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Pengelolaan air tersebut dilakukan apabila:
a. Kepadatan plankton tinggi sehingga kecerahan sudah kurang dari 40 cm
b. Kondisi cuaca yang ekstrim, setelah terjadinya hujan
4.2.1 Pengapuran
12
atau Aquazyme 500g. pemberian probiotik ini dilakukan sekali dalam satu hari dan
pemberiannya dilakukan pada pagi hari sekitar jam 07.00.
4.2.3 Penyiponan
Pada masa pemeliharaan udang vanname umur 40 hari biasanya ditemukan endapan
lumpur hitam dan berbau yang terdapat didasar tambak. Endapan ini berasal dari sisa pakan,
plankton mati, dan feses. Penyiponan dilakukan dengan menggunakan pipa spiral 2 inch, yaitu
dengan salah satu ujung pipa dimasukkan kedalam tambak dan satu lagi dipasang ke saluran
outlet yang menuju pembuangan. Pipa tersebut diarahkan pada dasar tambak yang terdapat
endapan. Selain didasat tambak, dipermukaan juga terdapat plankton mati yang berbentuk
busa (klekap). Untuk membuangnya dengan cara menyipon bagian permukaan kolam.
13
4.3 Manajemen Hama Dan Penyakit
Hama dan Penyakit merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi pada proses
budidaya udang ditambak. Halini perlu dperhatikan untuk menunjang pertumbuhan dan
populasi udang yang berada di tambak.
4.3.1 Hama
Hama adalah semua organisme yang berada disekitar tambak selain yang
dibudidayakan. Hama ini sifatnya dapat mengganggu, membunuh dan merugikan pada saat
proses budidaya sedang berlangsung. Hama terbagi atas 4 kelompok yaitu: Pemangsa
(Predator), Pesaing (Kompetitor), Pengganggu, dan Hama Pencuri. Berikut ini hama yang
terdapat di tambak serta penanggulangannya sebagai berikut:
a. Biawak
Untuk mencegah masuknya Biawak dibuatlah pembatas diseputaran pematang. Hal
ini dibuat bukan hanya untuk mencegah biawak masuk tetapi untuk mengantisipiasi agar hama
lain selain biawak juga tidak masuk kedalam tambak.
4.3.2 Penyakit
Penyakit dapat muncul dan menyerang udang vanname. Berberapa jenis penyakit
yang menyerang udang vanname disebabkan oleh, parasit, bakteri, jamur dan virus.
a. Parasit
Parasit mudah menyerang udang vanname bila kualitas air tambak kurang baik,
terutama pada kandungan bahan organik yang tinggi. Parasit akan menempel pada ingsang,
kaki renang, dan kaki jalan. Parasit akan terlepas dari tubuh udang apabila udang tersebut
ganti kulit (Moulting). Pencegahan parasit ini bias dilakukan dengan cara pergantian air di
tambak, pemakaian probiotik, dan pengelolaan pemberian pakan. Jenis parasit yang sering
muncul ialah zoothamnium, vorticela, epistyles. Karena Ukurannya sangat kecil pengamatan
bakteri harus dengan mikroskop perbesaran 100-400 kali.
14
b. Bakteri dan Jamur
Bakteri yang perlu diwaspadai pada budidaya udang vanname yaitu bakteri vibrio yang
menyebabkan penyakit vibriosis Bakteri vibrio bersifat oportunis, artinya bakteri akan
menginfeksi inang pada saat kondisi tubuh inang pada saat kondisi tubuh inang dalam
keadaan lemah. Gejala klinis yang bias dilihat pada penyakit vibriosis yaitu nafsu makan udang
turun dan timbul warna merah pada tubuh udang. Jamur (Cendawan) sering dijumpai pada
udang sakit. Infeksi udang sering menyerang tubuh bagian luar udang, seperti karapak dan
ingsang bagian dalam. Ingsang udang yang terserang cendawan akan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan tidak dapat berfungsi karena dipenuhi oleh benang-benang cendawan
(hifa). Jenis cendawan yang sering menyerang udang antara lain: Sirolpidium sp, halipthoros
sp, dan Lagenidium sp.
c. Virus
Virus merupakan ancaman yang serius Karena dapat menyebabkan kematian udang
vanname secara masal dalam waktu singkat. Faktor pemicu munculnya virus yaitu factor
nutrisi, lingkungan dan genetika. virus yang sering mengganggu jalannya budidaya ditempat
praktik adalah Myonecrosis (IMNV).
4.4 Panen
Panen merupakan suatu akhir periode budidaya udang vanname yang ditunggu-
tunggu oleh para petambak. Udang vanname yang ada di PT. Sinar Laut Vannamei di panen
setelah berumur 60 hari untuk siklus pendek dengan berat bobot 12,74 gr dengan jumlah total
panen 20,92 Ton/Ha. Pemanenan ini dilakukan ketika udang memasuki dimana ukuran dan
berat bobot udang masuk ke konsumsi dan siap untuk di pasarkan. Di PT. Sinar Laut
Vannamei ini luasan tambaknya berbeda ada CV (Tambak ukuran 400 m 2) dan MP (Tambak
ukuran 2.000 m2). Panen parsial sebagian dilakukan menggunakan jala tanpa melakukan
pengurangan air, sedangkan panen total dilakukan dengan menurunkan pintu waring dan
menguras habis air di dalam petakan tambak.
Panen harus mempertimbangkan aspek harga dan ukuran udang. Sebelum
mengalami panen sudah harus di sampling terlebih dahulu untuk mengetahui umur,
pertumbuhan dan kesehatan udang tersebut. Selain itu, disiapkan peralatan panen berupa
keranjang panen/blong panen, jaring yang untuk trawl dilakukan, proses trawling dari ujung
ke ujung hingga nantinya ditarik ke pinggir tambak. Panen dilakukan pada pagi hari sampai
sore hari. Udang hasil tangkapan di bawa ke ruang panen/pengesize untuk di sortir kemudian
di beri pecahan es, selanjutnya di masukan ke cold box besar yang nantinya diangkut
menggunakan mobil truk.
15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam praktik kerja lapang yang dilakukan penulis, masalah terbesar adalah
keterbatasan waktu. Sehingga membuat informasi yang didapat juga tidak begitu kaya. Dalam
kegiatan praktik kerja lapang berikutnya penulis berharap agar jangka waktu praktik dan juga
pemilihan waktu diberikan dengan tepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya, D. Sapto, P.R., E. Sutikno Sugen dan Subiyakto. 2003. Budidaya udang vanammei
(L. vannamei) sistim tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau Jepara. 29 hal.
Effendi I. 2016. Budidaya intensif udang vaname Litopenaeus vannamei di laut: kajian lokasi,
fisiologis, dan biokimia [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Haliman, R. W dan Adijaya D.S. 2004.Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.
Haliman, R.W dan Dian A.S. 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta
Introduction in Cuba of L. vannamei. Quarantine I. Paper below Fishery Research
Center (CIP).
Kordi, M. G. H. K., dan Tancung. A. B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.210 hlm.
Mujiman, A, dan Suyanto, R. 2003. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta. 211
hal.
Tizol, R., Jaime, B., Laira, R., Pérez, L., Machado, R. and Silveira, R. 2004.
Wyban, J.A. dan Sweeney, J. N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic
Institute. Hawai. USA.
17
LAMPIRAN
18
Hero bufferset
untuk kontrol ph Pompa air Bak filter
19
20