2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Nurhafsah (201710160311141)
Disetujui Oleh :
KEPALA Mengetahui
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil dari kegiatan
PKL yang dilakukan di KPP Pratama Banjarbaru. Laporan ini merupakan hasil
pertanggungjawaban praktikan selama satu bulan melaksanakan PKL di KPP Pratama
Banjarbaru.
Dalam penyelesaian laporan PKL, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, antara lain kepada keluarga besar KPP Pratama Banjarbaru. Bapak nuky,
Bapak Sofyan, Bapak Rakhmat, Bapak Agus, Ibu Ikha, Ibu Vany, Ibu Merry dan Ibu Retno
untuk segala bimbingan dan arahan kepada praktikan selama melaksanakan segala bimbingan
dan arahan kepada praktikan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
kekurangan serta kesalahan dari materi ataupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
Kesimpulan ................................................................................................................................................ 34
Saran .......................................................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 36
LAMPIRAN............................................................................................................................................... 37
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Praktik Kerja Lapangan ....................................................................................... 9
Tabel 2. Wilayah Kerja KPP Pratama Banjarbaru ....................................................................... 11
Tabel 3. Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan .................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Banjarbaru ........................................................... 12
Gambar 2. Logo KPP Pratama .................................................................................................... 15
Gambar 3. Alur SOP Penagihan .................................................................................................. 23
5
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, sehingga
menyebabkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang terampil dalam bidang
keahliannya. Mahasiswa sebagai salah satu sumber daya manusia di dunia kerja harus
menyesuaikan dan mengembangkan diri terhadap lingkungan yang akan dihadapinya dengan
cara membekali diri terhadap lingkungan yang akan dihadapinya dengan cara membekali diri
dengan pendidikan. Agar dapat menghasilkan tenaga kerja yang handal dan profesional maka
perguruan tinggi diharuskan untuk mempersiapkan para lulusannya dengan baik.
Praktik Kerja Lapangan atau yang biasa di sebut dengan PKL adalah salah satu bentuk
emplementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan
program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung didunia
kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
Program praktik kerja lapangan merupakan salah satu cara yang efetif untuk memajukan
antara teori dan praktik yang dipelajari selama perkuliahan dengan praktik kerja secara nyata
di perusahaan tersebut.. Dengan mengikuti program PKL ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengenal, mengetahui, dan memiliki pengalaman dengan kondisi dunia kerja. Selain itu
untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja yang sebenarnya dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah.
Setiap negara pasti menginginkan kesejahteraan dan kemandirian dalam
perekonomiannya. Maka di perlukan sumber penerimaan negara yang di dapatkan dari usaha
mandiri tanpa campur tangan pihak lain. Keberhasilan dalam mendapatkan dan mengolah
sumber penerimaan negara yang besar dan stabil akan membuat negara tersebut kuat,
sehingga mengurangi ketergantungan kepada negara lain dan kekhawatiran terhadap masa
depan.
Di Indonesia, salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar didapatkan dari sektor
pajak. Bahkan mampu berada di atas tingkat penerimaan-penerimaan lain seperti
Kepabeanan dan Cukai serta sektor non pajak atau bisa disebut PNBP ( Penerimaan Negara
Bukan Pajak).
6
Penerimaan negara yang masukan dalam APBN adalah penerimaan pajak. Sumber
penerimaan negara yang trbesar dalam APBN yaitu dai pajak. Penerimaan ini digunkan
untuk membiayai kepentingan negara demi kemakmuran rakyat, hal ini sejalan dengan
definisi pajak di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang ketentuan umum Perpajakan Nomor
6 Tahun 2009 yang berbunyi “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang berutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pembayaran pajak bukan hanya kewajiban tetapi merupakan hak dari stiap warga negara
untuk ikut beprpasrtisipasi dalam bentuk persan serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional, sesuai dengan falsafah undang-unfang Perpajakan. Tanggung jawab
atas kewajiban pembayaran pajak sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan di bidang
perpajakan berada pada anggota masyarakat sendir, hal tersebut sesuai dengan sistem Self
Assesment sendiri yang dianut oleh sistem perpajakan Inodnesia. Self Assesment sendiri
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Waluyo,2010:17).
7
2. Meningkatkan wawasan pengetahuan, pengalaman, kemampuan, dan keterampilan.
3. Memperdalam pengetahuan tentang administrasi perkantoran di instansi pemerintah atau
perusahaan swasta
8
Perusahaan dapat mengidentifikasi kualitas yang dimiliki oleh lulusan untuk
perekrutan dengan menilai mahasiswa magang.
9
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BANJARBARU
Dengan efisiensi wilayah ini diharapkan adanya perkembangan yang positif dalam
melaksanakan tugas pokok guna merealisasikan tujuan utama dari setiap Kantor
Pelayanan Pajak di seluruh Indonesia, yaitu amannya penerimaan Negara dalam
menopang APBN.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarbaru meliputi 3 Daerah
Administrasi Pemerintahan yang masuk di KPP Pratama Banjarbaru yaitu :
10
Tabel 2. Wilayah Kerja KPP Pratama Banjarbaru
KOTA BANJARBARU
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Banjarbaru Selatan Banjarbaru Utara Cempaka Landasan Ulin Liang Anggang
KABUPATEN BANJAR
Kecamatan Kecamatan Aranio Kecamatan Astambul Kecamatan
Aluh -Aluh Beruntung Baru
Kecamatan Cintapuri Kecamatan Gambut Kecamatan Karang Kecamatan Kertak
Darussalam Intan Hanyar
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Mataraman Martapura Martapura Barat Martapura Timur
Kecamatan Kecamatan Pengaron Kecamatan Sambung Kecamatan Simpang
Paramasan Makmur Empat
Kecamatan Sungai Kecamatan Sungai Kecamatan Tatah Kecamatan Telaga
Pinang Tabuk Makmur Bauntung
KABUPATEN TANAH LAUT
Kecamatan Bajuin Kecamatan Bati-Bati Kecamatan Batu Kecamatan Bumi
Ampar Makmur
Kecamatan Jorong Kecamatan Kintap Kecamatan Kurau Kecamatan
Panyipatan
Kecamatan Pelaihari Kecamatan Takisung Kecamatan Tambang
Ulang
11
Gambar 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Banjarbaru
12
kepegawaian, keuangan serta rumah tangga dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
KPP pratama berdasarkan ketentuan yang berlaku secara efektif dan efisien.
Sub Bagian Umum terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Bagian Kepegawaian
Bertugas melaksanakan urusan kepegawaian antara lain menata usahakan surat
masuk dan surat keluar, pengetikan, penataan/penyusunan arsip dan dokumen
serta membantu urusan lapangan.
Bagian Keuangan
Bertugas melaksanakan urusan pelayanan keuangan dengan cara menyusun
rencana kerja keuangan atau menyusun Daftar Usulan Kegiatan dan memproses
surat permintaan pembayaran.
Bagian Rumah Tangga
Bertugas melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan kantor dengan
cara merencanakan kebutuhan, mengatur pengadaan dan menyalurkan
perlengkapan kantor
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi PDI mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencairan dan pengolahan
data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, pengalokasian pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantaunan aplikasi e-
spt dan e-filing, pelaksanaan i- sismiop dan sig, serta penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hokum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan, serta penerima surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksana registrasi wajib pajak serta melakukan kerja sama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Seksi penagihan mempunya tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
13
Seksi penagihan merupakan gardu terakhir dari seluruh proses assessment yang
dilakukan baik oleh Fungsional Pemeriksa Pajak maupun Account Representative di
lingkungan Kantor Pelayanan Pajak. Fungsi law enforcement yang dimiliki oleh juru sita
Pajak Negara, yang merupakan satu-satunya jabatan teknis di lingkungan DJP yang
mendapatkan mandat jabatannya secara langsung dari Undang-undang, menjadikan tugas
seksi penagihan cukup berat.
6. Seksi Ekstensifikasi
Tidak ada sejengkal tanah pun di Kota Banjarbaru yang belum dijamah oleh seksi
Ekstensifikasi. Penyisiran yang dijadwalkam secara rutin membuat wajib pajak yang
tidak dapat bersembunyi dari kejelian seksi eksten. Slogan seksi eksten pun sesuai
dengan lingkup pekerjaannya.
Melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,
pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang
ekstensifikasi.
7. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemantauan
pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan
tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.
8. Seksi Waskon
Seksi waskon terbagi menjadi tiga bagian yaitu Waskon I, Waskon II dan Waskon III.
Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, anallisis kinerja Wajib
Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan
pembetulan ketetapan pajak, ususlan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melukukan evaluasi hasil banding.
14
Misi DJP
Menyelengggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui
praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi
bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : keselamatan,
ketepatan waktu, pelayanan, dan kenyamanan.
Logo DJP
15
Dua unsur cahaya yang terang dan gelap menggambarkan tugas dan fungsi dari DJP
yang bertolak belakang, yaitu pelayanan dan penegakan hukum.
Arti dari masing-masing jenis warna:
- Emas : Kesejahteraan
- Kuning : Kemitraan yang bersahabat
- Biru : Profesionalisme
- Biru Kehitaman : Ketegasan
16
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Kajian Teori
Definisi Pajak
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang
pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani
yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Pengantar
Ilmu Hukum Pajak (1991:2).
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditinjau, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang
berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan
tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri yang melekat pada
pengertian pajak, adalah sebagai berikut :
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang – Undang serta aturan pelaksanaannya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
17
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat sirklus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter yaitu mengatur.
Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan
institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi.
Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum,
keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional
negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga
atas utang tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai
jaminan kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan,
kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan, dan transportasi
umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga menggunakan dana pajak
dalam porsi tertentu. Negara masa kolonial maupun modern juga telah menggunakan
mendorong produksi menjadi pergerakan ekonomi
Sebagaimana telah diketahui ciri – ciri yang melekat pada pengertian pajak dari
berbagai definisi, terlihat adanya fungsi pajak yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh : dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
18
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang
sosial dan ekonomi. Sebagai contoh : dikenakannya pajak yang lebih tinggi
terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.
19
Melaporkan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.
Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan dan atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan dengan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak
Fungsi SPT ini adalah sebagai sarana melapor dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau disetor.
Menurut Mardiasmo (2008:33), batas waktu penyampaian SPT adalah sebagai berikut:
Untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak.
Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak orang pribadi, paling lama 3
(tiga) bulan setelah akhir tahun pajak, atau
Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak badan, paling lama 4 (empat)
bulan setelah akhir tahun pajak.
Jenis SPT sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 181/PMK.03/2007
meliputi :
SPT tahunan Pajak Penghasilan , yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
SPT Masa , yaitu SPT untuk suatu Masa Pajak yang terdiri atas:
a. SPT Masa Penghasilan;
b. SPT Masa Pertambahan Nilai; dan
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan nilai.
Dari jenis SPT baik SPT Tahunan maupun ST Masa berbentuk :
a. Formulir kertas (handcopy); atau
b. e-SPT yaitu data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan Direktorat
Jenderal Pajak.
20
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang – Undang (syarat yuridis)
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finasiil)
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
21
pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak setiap saat kecuali oleh kasus-
kasus tertentu saja seperti wajib pajak terlambat melaporkan atau membayar pajak
terhutang atau terdapat pajak yang seharusnya dibayar tetapi tidak dibayar.
3. With Holding System, sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pihak
lain atau pihak ketiga untuk memotong dan memungut besarnya pajak yang terhutang
oleh wajib pajak. Pihak ketiga disini adalah pihak lain selain pemerintah dan wajib pajak.
Pajak Penghasilan
Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPH) yang pertama lahir
tahun 1983 dan berlaku per 1 Januari 1984 dan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
pada tahun 2008 undang-undang mengalami perubahan keempat yaitu undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 yang berlaku per 1 Januari 2009.
Undang-undang PPh mengatur mengenai pengenaan pajak penghasilan terhadap subyek
pajak. Berkenaan dengan objek pajaknya yaitu penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Undang-undang PPh hukum materiil, artinya penentuan mengenai pajak
yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak, tetapi dikarenakan aturan yang
mewajibkannya untuk terhutang pajak.
Pajak Penghasilan adalah pungutan resmi pemerinah kepada masyarakat yang memiliki
penghasilan atau penghasilan yang diterima atau yang diperoleh dalam yahun pajak, pajak ini
digunakan untuk penyelengaraan pemerintahan dan untuk kepentingan masyarakat. Dasar
hukum pajak penghasilan adalah undang – undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan yang terakhir diubah dengan undang – undang No. 36 tahun 2008. Undang –
undang pajak penghasilan berlaku mulai 1984 dan merupakan pengganti UU Pajak Perseroan
1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PDBR 1970. Berikut ini adalah tata cara alur
penagihan :
22
Gambar 3. Alur SOP Penagihan
23
Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan atau
pengambilalihan usaha;
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak
yang bersangkutan;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
8. Royalti;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
17. Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:
Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan
pemerintah.
24
Tidak Termasuk Objek Pajak
1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima
zakat yang berhak.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak ybs;
3. Warisan;
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
25
11. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima)
tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
12. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.
Wajib Pajak
Pajak dipungut dari pihak-pihak yang disebut dengan Wajib Pajak. Wajib Pajak itu
sendiri sebagaimana telah diatur pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan perpajakan.
Menurut Barata (2011:9), subjek Wajib Pajak ada 4, yaitu:
1. Orang Pribadi;
2. Warisan yang belum terbagi;
3. Badan; dan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Berdasarkan ketentuan dalam Pajak Penghasilan, yang disebut Wajib Pajak itu adalah
orang pribadi atau badan yang memenuhi definisi sebagai subjek pajak dan menerima atau
memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan kata lain dua unsur harus
dipenuhi untuk menjadi Wajib Pajak : Subjek Pajak dan Objek Pajak.
Subjek Pajak
Subjek Pajak terdiri dari tiga jenis yaitu Orang Pribadi dan Warisan Belum Terbagi,
Badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Subjek Pajak juga dibedakan menjadi subjek pajak
dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak
jika telah menerima atau memperoleh penghasilan sedangkan subjek pajak luar negeri
sekaligus menjadi wajib pajak sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber
penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Jadi Wajib
Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan
objektif.
Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah :
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, atau
26
2. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau
3. Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia;
4. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
5. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Sementara yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah :
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, dan
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di
Indonesia
3. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, dan
4. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesiabukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Subjek Pajak terdiri dari
1. Subjek pajak badan dalam negeri
2. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri (termasuk warisan belum terbagi)
3. Subjek pajak badan luar negeri non BUT
4. Subjek pajak orang pribadi luar negei non BUT
5. Subjek Pajak BUT (baik yang dimiliki oleh badan atau orang pribadi luar negeri)
27
4. Mengisi SPT (diambil sendiri mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan) dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke KPP tempat
terdaftar.
5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan
6. Jika diperiksa wajib:
Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
Dipandang perlu dan memberi bantun guna kelancaran pemeriksaan.
7. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan,
maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.
Mardiasmo (2011:54-55) merumuskan hak-hak yang diperoleh sebagai Wajib Pajak antara
lain:
1. Mengajukan surat keberatan dan banding
2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT
3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan
4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT
5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak
6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak
7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat
ketetapan pajak yang salah
9. Memberi kuasa kepada seseorang untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
10. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak
11. Mengajukan keberatan dan banding
28
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak merupakan kesadaran diri wajib pajak mengenai kewajibannya
dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemampuan dan perubahan
sikap wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan hak perpajakannya.
Yenny Mangoting dan Arja Sadjito (Jurnal : Pengaruh Postur Motivasi Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi), kepatuhan pajak adalah keadaan saat wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Lebih lanjut
kepatuhan pajak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Kepatuhan Pajak Formal
Merupakan kepatuhan yang diatur sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang
perpajakan misalnya, memiliki NPWP bagi yang sudah memiliki penghasilan, tidak
terlambat melaporkan SPT Masa maupun SPT Tahunan sebelum batas waktu, tidak
terlambat melunasi utang pajak sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan
2. Kepatuhan Pajak Formil
Merupakan suatu keadaan saat wajib pajak secara substansif memenuhi semua
ketentuan materil perpajakannya, yakni sesuai isi dan jiwa Undang –Undang
perpajakan. Contohnya wajib pajak yang telah mengisi SPT dengan benar sesuai
dengan kondisi yang sebenar – benarnya.
Jika mengacu pada PMK Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan dan
Pencabutan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalina kelebihan
pembayaran pajak. Maka, wajib pajak tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak
yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan
pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama tiga tahun berturut – turut.
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5
tahun terakhir.
29
Laporan Kegiatan Selama Praktik Kerja Lapangan
Bermacam-macam kegiatan telah dilakukan selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Banjarbaru. Di mana kegiatan
tersebut tentunya sangat bermanfaat. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
No Tanggal Kegiatan
1. Perkenalan lingkup KPP Pratama Banjarbaru
1 Senin, 1 Juli 2019 2. Pengenalan seksi penagihan
3. Pembagian tugas kerja
1. Merapikan berkas-berkas sesuai NPWP
2 Selasa, 2 Juli 2019
2. Input data NPWP
1. Input data NPWP
3 Rabu, 3 Juli 2019
2. Input data no.STP
1. Input data NPWP
4 Kamis, 4 Juli 2019
2. Input data no. STP
1. Input data NPWP
5 Jumat, 5 Juli 2019
2. Input data no.STP
6 Senin, 8 Juli 2019 IZIN
7. Selasa, 9 Juli 2019 IZIN
1. Input data NPWP
8 Rabu, 10 Juli 2019
2. Menulis penomoran dan tanggal dalam surat paksa
1. Input data NPWP
9 Kamis, 11 Juli 2019
2. Mebuat surat teguran
1. Jalan santai bersama seluruh staff kpp pratama
banjarbaru
10 Jumat, 12 Juli 2019
2. Membuat surat teguran
3. Menulis penomoran dan tanggal dalam surat paksa
1. Membuat surat teguran
11 Senin, 15 Juli 2019 2. Menulis penomoran dan tanggal dalam surat paksa
3. Input data STP dan NPWP
30
1. Membuat surat teguran
12. Selasa, 16 Juli 2019
2. Fotokopi data
1. Membuat surat teguran
13. Rabu, 17 Juli 2019
2. Melipat dan memasukkan surat dalam amplop
1. Merapikan data surat paksa sesuai penomoran
14. Kamis, 18 Juli 2019
2. Membuat Surat Paksa
1. Mengubah penomoran dalam data pemblokiran
15. Jumat, 19 Juli 2019
2. Membuat surat teguran
1. Melipat dan memasukkan surat dalam amplop
16. Senin, 22 Juli 2019 2. Memindai dokumen menggunakan scanner
3. Merapikan penomoran dalam data tersebut
17. Selasa, 23 Juli 2019 1. Memindai dokumen menggunakan scanner
2. Merapikan dokumen dalam data tersebut
18. Rabu, 24 Juli 2019 1. Membuat tautan untuk data yang di input
2. Merapikan dokumen dalam data tersebut
19. Kamis, 25 Juli 2019 1. Membuat tautan untuk data yang di input
2. Fotokopi data
3. Validasi surat teguran
1. Senam pagi
20. Jumat, 26 Juli 2019 2. Mencetak surat paksa
3. Fotokopi data
1. Membantu melayani NPWP
21. Senin, 29 Juli 2019 2. Cek data NPWP
3. Fotokopi Data
1. Membantu Melayani NPWP
22. Selasa, 30 Juli 2019 2. Cek data NPWP
3. Fotokopi Data
1. Membantu melayani NPWP
23. Rabu, 31 Juli 2019 2. cek data NPWP
3. Perpisahan dan foto bersama
31
Bentuk-bentuk Dukungan
1. Seluruh pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarbaru dapat menjalin
kerjasama dan umpan balik yang baik pada peserta magang dalam melaksanakan
pekerjaan di KPP Pratama Banjarbaru.
2. Peserta magang di berikan hak dan kepercayaan untuk menggunakan fasilitas
yang ada di KPP Pratama Banjarbaru sebagai sarana untuk menginput data yang
merupakan tugas pekerjaan yang di berikan oleh pegawai pajak.
3. Peserta magang memperoleh kemudahan untuk memperoleh informasi tentang
prosedur-prosedur kerja yang berlaku di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Banjarbaru.
4. Peserta magang memperoleh kemudahan dalam mendapatkan data SOP dan
kesempatan untuk membandingkan dengan pekerjaan yang ada dilapangan
sehingga peserta magang dapat menemukan kesenjangan yang terjadi di tempat
magang.
Hambatan-Hambatan
Selain bentuk dukungan yang penulis dapatkan selama pelaksanaan kegiatan
magang ini berlangsung, adapun hambatan yang dirasakan oleh penulis selama
kegiatan magang antara lain :
32
4. Dalam waktu magang yang berjalan kurang lebih 1 bulan, KPP Pratama tidak
melakukan perputaran seksi yang ditempati oleh mahasiswa magang, sehingga
saya pun hanya berada di seksi penagihan dari awal sampai akhir masa magang.
33
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah kami laksanakan 1 bulan yaitu pada tanggal 01 Juli
2019 sampai dengan 31 Juli 2019, maka dapat disimpulkan bahwa ;
1. Infrastruktur
Infrastruktur yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarbaru secara keseluruhan
sudah memadai, meskupun ada beberapa diantaranya ruang parkir yang kurang luas.
Selain itu, alat transportasi kantor khusunya mobil masih dirasa kurang nyaman misalnya
AC mobil yang mati dan kondisi mobil yang kurang mendukung. Ditambah lagi setiap
seksi hanya difasilitasi 1 unit mobil.
2. Sumber Daya Manusia
Semua karyawan yang ada di KPP Banjarbaru bekerja keras untuk mencapai target
penerimaan pajak yang telah ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak. Untuk mendukung
pencapaian target Kepala KPP Pratama Banjarbaru menerapkan sistem reward and
punismenth. Hal ini terbukti efektif dalam mencapai visi dan misi KPP Pratama
Banjarbaru.
3. Program Pencapaian Target Pajak
Sosialisasi
KPP Pratama Banjarbaru aktif dalam melakukan sosialaisasi melalui acara-acara yang
melibatkan masyarakat. KPP Pratama Banjarbaru juga memasang berbagai iklan di
radio, televisi maupun di jalan tentang himbauan ataupun ajakan agar masyarakat
membayar pajak. Selain itu untuk memahami informasi tentang perpajakan, KPP
Pratama Banjarbaru menyediakan media social yang bisa diakses oleh semua
masyrakat.
Inovasi Kerja
Inovasi kerja yang dilakukan oleh KPP Pratama Banjarbaru salah satunya dengan
penambahan jam kerja guna untuk mencapai visi dan misi kantor. Selain itu,
penagihan utang pajak dilakukan secara menyeluruh tanpa memandang nominal
34
utang yang ditanggung oleh wajib pajak. Dengan hal tersebut pencapaian target
penerimaan pajak dapat tercapai.
Wajib Pajak
Meskipun KPP Pratama Banjarbaru telah mencapai targetnya, wajib pajak dirasa
kurang memahami tentang tata cara dan prosedur pembayaran pajak. Hal ini terbukti
dengan masih adanya wajib pajak yang tidak patuh untuk membayar utang pajaknya.
Selain itu wajib pajak kurang berpartisipasi untuk melaporkan data-data terbaru
tentang wajib pajak itu sendiri.
Saran
Adapun saran – saran yang dapat disampaikan berkenaan dengan kegiatan praktek kerja
lapangan yang telah dilaksanankan sekiranya bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan
di masa yang akan datang.
Sejalan dengan selesainya kegiatan praktek kuliah lapangan sampai dengan penyusunan
laporan, sejauh ini pengamatan penulis ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan
untuk dalam mendukung tercapainya secara maksimal, diantaranya :
1. Inovasi kerja yang dilakukan oleh KPP Pratama Banjarbaru dengan sistem reward and
punishment harus tetap dipertahankan. Selain itu untuk meningkatkan efektifitas kerja
karyawan, Kepala KPP Pratama Banjarbaru harus lebih aktif untuk memotivas karyawan
yang kinerjanya kurang maksimal.
2. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Banjarbaru sebenarnya sudah cukup baik,
namun masih kurang memperluas jaringan iklan. Sosialisasi hanya dilakukan di pusat-
pusat kota dan saat ada acara kegiatan masyarakat. KPP Pratama Banjarbaru kurang
memperhatikan masyarakat yang kurang memahami teknologi informasi. KPP Pratama
Banjarbaru harus memperluas sosialisasi di kalangan masyarakat yang kurang memahami
teknologi informasi, khususnya masyarakat di pedesaan.
3. Untuk meningkatkan kesadaran pembayaran pajak oleh wajib pajak, KPP Pratama
Banjarbaru harus meningkatkan pelayanan yang baik dan mudah agar masyarakat merasa
nyaman dan patuh dalam melunasi utang pajaknya.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
Foto bersama seksi penagihan
37