Oleh
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas hasil
laporan praktikum yang berjudul “Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max) dan
Kangkung (Ipomoea reptans).” dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan
laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah dasar-dasar
agronomi dan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi terkait dasar-dasar
agronomi serta untuk mengembangkan ilmu yang telah diberikan oleh dosen mata
kuliah.
Laporan praktikum ini tidak lepas dari kekurangan, baik dalam hal isi
maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis dengan
senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penyusunan laporan praktikum berikutnya. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih, semoga hasil laporan praktikum ini bermanfaat.
M.I.P.M
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah.........................................................3
C. Tujuan Praktikum....................................................................................3
D. Manfaat Praktikum..................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................5
A. Tanaman Kedelai....................................................................................5
B. Tanaman Kangkung................................................................................7
BAB III. METODE PRAKTIKUM........................................................10
A. Tempat dan Waktu................................................................................10
B. Alat dan Bahan......................................................................................10
C. Prosedur Pelaksanaan............................................................................10
D. Variabel Pengamatan............................................................................11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................13
A. Hasil......................................................................................................13
B. Pembahasan...........................................................................................20
BAB V. PENUTUP...................................................................................23
A. Kesimpulan...........................................................................................23
B. Saran......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................24
LAMPIRAN..............................................................................................25
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai.....................................................13
2. Rata-rata Panjang Daun Kedelai.........................................................14
3. Rata-rata Lebar daun Kedelai.............................................................14
4. Rata-rata Jumlah Daun Kedelai.........................................................15
5. Rata-rata Luas Daun Kedelai..............................................................16
6. Rata-rata Tinggi Tanaman Kangkung.................................................16
7. Rata-rata Panjang Daun Kangkung.....................................................17
8. Rata-rata Lebar Daun Kangkung........................................................18
9. Rata-rata Jumlah Daun Kangkung.....................................................18
10. Rata-rata Luas Daun Kangkung........................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai..................................................13
2. Rata-rata Panjang Daun Kedelai......................................................14
3. Rata-rata Lebar daun Kedelai..........................................................15
4. Rata-rata Jumlah Daun Kedelai......................................................15
5. Rata-rata Luas Daun Kedelai...........................................................16
6. Rata-rata Tinggi Tanaman Kangkung..............................................17
7. Rata-rata Panjang Daun Kangkung..................................................17
8. Rata-rata Lebar Daun Kangkung.....................................................18
9. Rata-rata Jumlah Daun Kangkung..................................................19
10. Rata-rata Luas Daun Kangkung.....................................................19
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Hasil Praktikum............................................................25
2. Hasil Pengukuran Kedelai...................................................................29
3. Hasil Pengukuran Kangkung..............................................................31
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
penting terkait kandungan nutrisinya, terutama kandungan protein yang tinggi.
Ditinjau dari segi harga, kedelai sumber protein nabati yang murah.
2
reptans). Di Indonesia dikenal dua tipe kangkung yaitu kangkung darat dan
kangkung air. Kangkung tergolong sayuran yang sangat populer, karena banyak
peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water
spinach, berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma,
Indonesia, Cina Selatan, Australia dan bagian Negara Afrika (Sunarjono, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara budidaya tanaman kedelai (Glycine max) yang baik yang
benar?
2. Bagaimana cara budidaya tanaman kangkung (Ipomea reptans) yang baik dan
benar?
3
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui langkah-langkah atau cara budidaya tanaman kedelai
dan kangkung dengan baik dan benar.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana cara atau penanganan kedua tanaman
tersebut pada kondisi yang berbeda-beda.
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kedelai
Kedelai memiliki morfologi tanaman yang terdiri dari akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Kadar protein biji kedelai lebih kurang 35%, karbohidrat
35%, dan lemak 15%. Di samping itu, kedelai juga mengandung mineral seperti
kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B. Kebutuhan akan kedelai terus meningkat
dari tahun ke tahun linear dengan peningkatan jumlah penduduk, sementara
produksi yang dicapai belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Pada
tahun 2004 misalnya, kebutuhan kedelai di Indonesia diperkirakan mencapai
1.951.100 ton sedangkan produksi pada tahun yang sama hanya 672.439 ton yang
menunjukkan defisit 1.278.661 ton (34,46%). Untuk memenuhi jumlah
kekurangan ini dan mempertahankan tingkat konsumsi yang cukup pada masa
mendatang, hasil tanaman kedelai harus terus ditingkatkan. Genangan merupakan
masalah utama dibanyak daerah pertanian di dunia dan kedelai, merupakan
5
tanaman yang peka terhadap genangan. Di Indonesia, kedelai umumnya
diusahakan di lahan sawah setelah padi. Kondisi tanah yang tergenang (jenuh air)
akibat air sisa penanaman padi atau air hujan sering menjadi salah satu penyebab
rendahnya produktivitas kedelai di lahan sawah. Genangan atau kondisi jenuh air
disebabkan oleh kandungan lengas tanah yang berada di atas kapasitas lapang.
Kedelai utuh mengandung 35-38% protein yang lebih tinggi dari jenis
tanaman kacang lainnya (Tobing, 2021). Kedelai juga adalah salah satu komoditas
pangan terpenting dengan kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,20 juta ton
/tahun. Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun dalam
peningkatan jumlah penduduk sementara itu produksi yang dicapai belum mampu
mengimbangi kebutuhan tersebut. Saat ini, produksi kedelai belum memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Penurunan produksi kedelai mungkin berkaitan dengan
tidak adanya upaya perbaikan sistem budidaya tanaman sehingga tidak adanya
6
peningkatan produksi (Tobing, 2021). Kurangnya lahan pertanian menjadi salah
satu penyebab kurangnya produktivitas kedelai. Sehingga, untuk meningkat
produktivitas kedelai dilakukan dengan cara pembudidayaan yang baru
menggunakan sistem tanam vertikultur. Jumlah penduduk Indonesia yang
semakin meningkat setiap tahunnya menyebabkan luas lahan pertanian yang
tersedia semakin terbatas. Hal ini menjadi peluang pengembangan vertikultur.
Sistem tanamanvertikultur merupakan salah satu bentuk cara pengolahan yang
terbatas dan sempit menjadi areal pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh petani
(Surahman et al., 2021).
B. Tanaman Kangkung
Kangkung darat (Ipomoea reptans) berasal dari India yang menyebar luas
keberbagai benua terutamanya benua Asia yaitu Indonesia dan lainnya
(Kurniawan, 2016). Ada dua jenis varietas kangkung yaitu kangkung darat
(Ipomoea reptans) dan kangkung air (Ipomoea aquatica). Adapun untuk
klasifikasi kangkung darat menurut Hidayat (2019) adalah sebagai berikut
diantaranya untuk kingdom termasuk kingdom plantae, pada divisio termasuk
spermatophyata, pada subdivisio disebutkan sebagai angiospermae, pada kelas
termasuk kedalam kelas dicotyledon, dan untuk ordo termasuk kedalam ordo
solanales, serta termasuk famili convolvulaceae, yang mana merupakan genus
ipomoea, spesies ipomoea reptans. Itu merupakan morfologi tanaman kangkung
darat (Ipomoea reptans)
7
kritis 23.660,10 ha dan kategori agak kritis mencapai 334.229,10 ha dari total
keseluruhan lahan yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal dalam bidang
pertanian (BPS, 2019). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2016), bahwa
produksi kangkung di Indonesia tahun 2015-2016 menurun.
Produksi pada tahun 2015 mencapai 6,23 ton/ha sedangkan tahun 2016
turun menjadi 5,65 ton/ha. Peningkatan produksi pertanian di Indonesia dapat
dilakukan dengan usaha ekstensifikasi. Kawasan kumuh yang diakibatkan dari
banjir rob yang menggenangi permukiman penduduk adalah salah satu peluang
yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pertanian (Salim dan Siswanto,
2018). Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan dengan pola cocok tanam tanpa
media tanah. Pola cocok tanam ini dikenal dengan nama Hidroponik. Keuntungan
budidaya secara hidroponik yaitu tanaman lebih bersih, kuantitas dan kualitas
produksi lebih tinggi, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, pengendalian hama
dan penyakit lebih mudah. Pengaturan jumlah tanaman yang tepat dapat
meningkatkan produksi tanaman (Febriyono dkk., 2017). Selain itu, pemberian
nutrisi tanaman budidaya secara hidroponik dalam bentuk larutan yang
mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro dengan tepat dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Dan juga kangkung darat (Ipomoea reptans) merupakan salah satu jenis
sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Kangkung darat dalam bahasa
Inggris memiliki nama garden morning glory. Kangkung merupakan jenis
tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Kangkung
dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan tempat tumbuhnya, yaitu
kangkung air, kangkung yang hidup di tempat yang basah, dan kangkung darat,
kangkung yang hidup di tempat yang kering (Saputra dan Swastika, 2014).
Kangkung darat relatif tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi luas
terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuhnya, dan merupakan komoditas
yang mempunyai daya saing cukup tinggi mengingat umur tanaman relatif cepat
menghasilkan yaitu 25-30 hari setelah tanam. Sayuran bagi manusia sangat erat
hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan
mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama adanya kandungan vitamin
A, vitamin B, dan vitamin C. Warna hijau tua yang terdapat pada tanaman
8
kangkung darat adalah menunjukkan bahwa sayuran tersebut banyak mengandung
zat besi dan karotin (Pracaya, 2009).
9
BAB III. METODE PRAKTIKUM
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan lahan
Langkah pertama yang dilakukan adalah persiapan lahan, yaitu kegiatan
membersihkan gulma serta sampah di lahan yang akan diolah, alat yang
digunakan adakah sabit, golok dan cangkul.
2. Pengolahan lahan
Kegiatan yang dilakukan seperti penggemburan tanah dengan
menggunakan cangkul, membuat bedengan dengan Panjang 180 cm dan lebar
140 cm, serta membuat sakuran irigasi di sekitar bedengan, hal ini bertujuan
agar air tidak menggenangi tanaman saat hujan.
10
3. Pemupukan
Setelah bedengan terbuat, selanjutnya diberikan pupuk kompos dan juga
kapur. Pemberian kompos dan kapur bertujuan untuk mengembalikan Ph dan
kesuburan tanah sebelum ditanami tanaman.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang di tanah dengan ukuran
diameter 2 cm dengan kedalaman 2 cm. Jarak tanam untuk kedalai yaitu 35
cm x 20 cm dan untuk kangkung yaitu 20 cm x 15 cm.pemberian Jarak tanam
ini bertujuan agar penyerapan unsur hara setiap tanaman sama dan merata
sehingga pertumbuhannya juga seimbang.
5. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang tidak tumbuh
dengan sempurna atau mati. Penyulaman dilakukan pada minggu pertama
setelah penanaman.
6. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman yaitu proses perawatan tanaman agar tanaman bisa
tumbuh dengan optimal, kegiatannya meliputi penyiraman secara rutin dan
juga penyiangan atau pembersihan gulma. Tujuan dari pembersihan gulma
yaitu agar nutrisi yang diserap oleh tanaman pokok tidak terbagi dengan
tanaman pengganggu (gulma).
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada praktikum kali ini hama yang menyerang tanaman ditandai dengan
adanya daun yang berlubang. Serangan hama tersebut akan mengakibatkan
proses fotosintesis menjadi terganggu, sehingga pertumbuhan tanaman
menjadi kurang maksimal. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan
penyemprotan pestisida menggunakan sprayer.
8. Panen
Panen tanaman kangkung dilakukan pada minggu ke 4, proses panen
kangkung ini bisa dilakukan setiap minggu karena pertumbuhannya yang
cukup cepat. Panen tanaman kedelai dilakukan pada minggu ke 12 praktikum
11
atau 11 minggu setelah kedelai ditanam. Cara panennya cukup dicabut
tanaman kedelai dari tanah, selanjutnya bersihkan daun daun pada rantingnya.
D. Variasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. Adapun yang diamati
meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal tanaman sampai ke puncak
tanaman dengan menggunakan penggaris.
2. Panjang daun
Dilakukan dengan mengukur bagian tengan daun mulai dari pangkal daun
sampai ke ujung daun dengan menggunakan penggaris.
3. Lebar daun
Melakukan pengukuran pada tengah daun dengan menggunakan
penggaris.
4. Luas daun
Luas daun dapat dihitung dengan dengan rumus : panjang daun x lebar
daun x 0,50.
5. Jumlah daun
Untuk tanaman kangkung bisa dihitung secara langsung jumlahnya karena
merupakan daun tunggal, sedangkan untuk kedelai 3 daun yang berdekatan dihitung
satu karena daun kedelai adalah daun majemuk.
12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan dari pengamatan tanaman kedelai dan tanaman kangkung
yang telah dilaksanakan, didapati hasil sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Kedelai
1 30,04
2 29.9
3 31,62
4 34,7
5 29.8
Gamb
ar 1. Grafik Rata-Rata Tinggi kedelai
13
Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Kangkung
Sampel Rata-Rata (cm)
1 27.62
2 23.62
3 26.87
4 27.47
5 29
35
30
25
20
15
10
5
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
14
Rata-Rata Panjang Daun Kedelai
Rata-Rata (cm)
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Minggu Ke
1 12.5
2 10.75
3 13
4 13.87
5 12.22
Gambar 4. Grafik Rata-Rata Panjang Daun Kedelai
15
10
15
Tabel 5. Rata-Rata Lebar Daun Kedelai
Sampel Rata-Rata (cm)
1 6.16
2 5.32
3 6.6
4 6.22
5 6.08
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6
Minggu Ke
1 2.47
2 2.32
3 2.27
4 2.5
5 2.3
16
Lebar Daun (Cm)
5
Rata-Rata (cm)
4
3
2
1
0
Minggu Ke 1 Minggu Ke 2 Minggu Ke 3 Minggu Ke 4
17
Tabel 8. Rata-Rata Luas Daun Kangkung
Sampel Rata-Rata (cm2)
1 17.85
2 14.17
3 17.83
4 20.03
5 17.07
Gamba
r 8. Grafik Rata-Rata Luas Daun Kangkung
18
Rata-Rata jumlah Daun Kedelai
16
14
12
Banyak Daun
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Minggu Ke
1 14.25
2 16
3 15.5
4 20.75
5 13
19
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada tabel 1 dan gambar grafik 1
tanaman kedelai, didapati hasil tanaman kedelai memiliki penambahan tinggi
yang terbilang baik. Dimana kedelai dengan rata-rata terbaik ada pada sampel ke
4 dengan rata-rata tinggi sampai 34,7 cm. Penambahan tinggi ini salah satunya
disebabkan karena sebelumnya memang tanah tempat pembudidayaannya sudah
dicampur dengan pupuk kompos dan kapur dolomit serta pupuk NPK. Dan juga
salah satunya pertumbuhan dan produksi kedelai akan dipengaruhi oleh varietas,
pengelolaan tanah dan tanaman, serta kondisi lingkungan lainnya (Zahrah,
2011).
Begitu juga dengan kangkung pada tabel 2 dan grafik 2, bias diamati
bahwasannya rata-rata tinggi kangkung berada pada puncaknya pada sampel ke
5 dengan angka 29 cm. Dari data yang telah diperoleh, tanaman kangkung pun
mengalami pertumbuhan pesat pada minggu 3 setelah tanaman tersebut ditanam.
Selain faktor dari pemberian pupuk serta penyiraman secara rutin, ada bebrapa
faktor lain yang mempengaruhi tinggi tanaman diantaranya, tanaman yang
mendapat cahaya matahari yang cukup dan bebas dari gulma akan cenderung
memiliki ketinggian yang lebih baik. Penggunaan pupuk hayati juga diperlukan
dalam upaya peningkatkan produktivitas kedelai karena memiliki manfaat dalam
mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik, khususnya meningkatkan
ketersediaan hara N dan P dalam tanah sehingga dapat meningkatkan hasil panen
(Petrokimia Gresik, 2013).
20
grafik 4 bisa dilihat bahwa rata-rata panjang daunnya, berada di atas angka 12 cm,
namun pada sampel ke 2, hanya 10,75 cm saja. Kangkung hanya butuh 4 minggu
untuk mencapai ketinggian lebih dari 35 cm. Pertumbuhan Panjang daun
kangkung juga berbeda tiap individu tanamannya, tetapi rata rata tanaman yang
mendapat cahaya yang cukup akan memiliki daun yang lebih panjang.
Untuk lebar dari daun yang diamati setiap minggunya mengalami
pertumbuhan, daun tersebut berubah bentuk dari yang awalnya seperti gulungan
lalu menjadi seperti lembaran. Pada daun kedelai yang diamati di tabel 5 dan
grafik 5 menjelaskan rata-rata lebar daun maksimalnya adalah 6,22 cm dan bentuk
daunnya terlihat membulat. Untuk peningkatan lebar daun ini salah satunya
disebabkan oleh perlakuan kita dalam membudidayakannya dengan baik, dimana
penyiraman adalah salah satu dari banyak perlakuan yang kita lakukan dalam
budidaya tanaman kedelai
Lalu untuk lebar daun pada tabel 6 dan grafik 6, daun kangkung yang
diamati maksimal rata-rata lebarnya adalah 2,5 cm pada sampel 4, karena daun
kangkung berbentuk memanjang. Banyak yang dapat dilakukan sebenarnya dalam
memberikan perlakuan penyiraman yang baik kepada tanaman budidaya, seperti
membuat saluran irigasi di dekat lahan budidaya. Karena saluran irigasi yang baik
merupakan salah satu faktor penting untuk pengelolaan air dalam rangka
peningkatan produksi tanaman (Abdirahman et al. 2014).
Selanjutnya, pada pertumbuhan dari luas daun pada tabel 7 dan grafik 7
tanaman kedelai bisa dikatakan kurang stabil, karena terjadi kenaikan rata-rata
luas pada daun, jika dibandingkan dengan sampel 2. Yang mana sampel 2 rata-
ratanya hanya berada pada 19,87 cm2, yang membuatnya berbeda dari sampel-
sampel lainnya yang bahkan sampel ke 3 rata-ratanya sampai ke angka 30,08 cm 2.
Luas daun sangat ditentukan oleh intensites cahaya matahari, hal ini didukung
oleh penelitian (Novinanto, 2019) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
intensitas cahaya maka luas daun yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Sedangkan juga pada tanaman kangkung tabel 8 dan grafik 8, luas
daunnya tidak teratur setiap sampelnya, dapat dilihat pada sampel ke 2 tanaman
kangkung mengalami perbedaan luas daun dengan sampel yang lain yaitu hanya
14,17 cm2. Dimana sampel yang ke 3 berada dengan rata-rata luas daun sebesar
21
17,83 cm2, dan pada sampel ke 4 rata-ratanya berada pada puncak tertinggi yaitu
20,03 cm2. Karena rendahnya intensitas cahaya dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat dan luas daun yang terbentuk menjadi sempit.
Terakhir, untuk jumlah daun didapati bahwa dari tabel 9 dan grafik 9 hasil
pengamatan diperoleh jumlah daun pada tanaman kedelai mengalami
peningkatan. Jumlah paling besar yaitu pada sampel ke 3 dan ke 5 dengan
peningkatan rata-rata 1,2 helai daun. Sebenarnya jumlah daun tersebut bisa lebih
banyak lagi tetapi karena serangan hama, ada beberapa daun yang menguning dan
akhirnya terlepas. Hama tersebut sebenarnya sudah dibasmi dengan pestisida
sebelumnya, tetapi hama tersebut masih bisa menjangkit tanaman.
Sedangkan untuk tabel 10 dan grafik 10 tanaman kangkung peningkatan
jumlah daun paling besar yaitu pada minggu ke 4 dengan jumlah kenaikan rata
rata 20,7 helai daun disbanding sampel lainnya. Tentu untuk kangkung pun
sebenarnya jumlah daunnya bisa lebih banyak lagi, namun terhalang oleh hama.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi serangan hama selanjutnya adalah
dengan membuang daun yang telah rusak atau telah terkontaminasi dengan hama.
Walaupun sebenarnya ada beberapa produk pestisida sintetik seperti fipronil
mampu menurunkan kerusakan akibat ulat grayak hingga 81% (Abou-Taleb et al.,
2015) dan mortalitas hama 100% (konsentrasi 2,5-5%) yang setara dengan
aplikasi diafentiuron konsentrasi 1,25–5% (Nurazizah et al., 2018). Namun
dengan mempertimbangkan dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetik,
maka penting untuk memilih teknologi pengendalian lain. Pengendalian yang
ramah lingkungan dan pengelolaan hama terpadu dapat menjadi alternatif dalam
bidang pertanian (Kim et al. 2017).
22
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Anggrainy, v., karyawati, a. S., & sitompul, s. M. (2018). Pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai [glycine max (l.) Merr.] Dengan variasi tingkat
pemberian air. Jurnal produksi tanaman, 6(1), 47-55.
Apriastuti, N. P. E., Putra, A. A. G., & Karnata, I. N. (2023). Respon
Pertumbuhan Tanaman Kangkung DaraT (Ipomoea Reptans Poir)
Terhadap Dosis Pupuk Urea. JIS SIWIRABUDA, 1(1), 45-49.
Fayza, h. N., azizah, a., syahri, a., fadlurrahman, f., & arifin, r. S. (2022, october).
Budidaya penanaman kangkung darat dengan memanfaatkan pekarangan
rumah. In prosiding seminar nasional pengabdian masyarakat lppm
umj (vol. 1, no. 1).
Dewi, N. A., & Mardiana, M. (2023). Pemanfaatan Kangkung Darat (Ipomoea
Reptans Poir) menjadi Abon Kangkung sebagai Pangan Fungsional di
Desa Cipareuan Kabupaten Garut. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM), 6(5), 1710-1716.
Ratnasari, D., Bangun, M. K., & Damanik, R. I. M. (2015). Respons dua varietas
kedelai (glycine max (L.) merrill.) pada pemberian pupuk hayati dan npk
majemuk. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(1),
103202.
Rohmah, E. A., & Saputro, T. B. (2016). Analisis Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) Varietas Grobogan Pada Perlakuan Cekaman
Genangan. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).
Sajuri, s., mawaripta, h. D., supriyanto, e. A., & jazilah, s. (2022). Respon
pertumbuhan tanaman kangkung (ipomoea reptans poir) pada perlakuan
jumlah benih dan nutrisi dengan system hidroponik sumbu di wilayah
pesisir. Agrotek: jurnal ilmiah ilmu pertanian, 6(1), 83-89.
Sarawa, S., Arma, M. J., & Mattola, M. (2014). Pertumbuhan tanaman kedelai
(Glycine max L. Merr) pada berbagai interval penyiraman dan takaran
pupuk kandang. Jurnal Agroteknos, 4(2), 243890.
Siregar, W. T., & Rahmadina, R. (2023). Pengaruh Media Tanam terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kedelai Hitam (Glicine Max L) dengan Sistem
Vertikultur. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains, 6(1),
38-46.
Uge, E., Yusnawan, E., & Baliadi, Y. (2021). Pengendalian ramah lingkungan
hama ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada
tanaman kedelai. Buletin Palawija, 19(1), 64-80.
24
LAMPIRAN
25
4 Pemupukan Pemupukan dengan
pupuk organik
sebanyak 5 Kg
setiap bedengan dan
kapur dolomit
sebanyak 0,5 Kg
setiap bedengan.
Serta pupuk NPK
dengan 100 – 150
butir setiap parit
yang telah disiapkan
sebelumnya.
26
7 Panen Kedelai Panen kedelei
dilakukan saat
tanaman kedelei
sudah bercirikan
seperti buahnya
yang sudah berisi
dan daun yang mulai
rontok. Proses
pemanenan
dilakukan dengan
cara mencabutnya.
8 Penyiangan Penyiangan gulma
Gulma pada tanaman
gambir dilakukan
dengan cara
mencabut gulma
(tumbuhan yang
tumbuh di sekitar
tanaman gambir)
atau bisa juga
dilakukan dengan
menggunakan alat
bantu seperti parang
dan cangkul.
Penyiangan ini
bertujuan agar
tanaman gambir bisa
tumbuh dan
berkembang dengan
baik serta membuat
tanaman gambir
dengan gulma tidak
bersaing dalam
mendapatkan unsur
hara dan cahaya
matahari.
27
9 Pemupukan Pemupukan pada
tanaman gambir
dilakukan dengan
cara menaburi pupuk
NPK biru di
sekeliling tanaman
yaitu dilihat dari
kanopi terakhir
tanaman gambir,
kadar pupuk yang
diberikan yaitu
segenggam tangan.
Pemupukan ini
bertujuan agar
tanaman gambir bisa
tumbuh dengan
subur dan baik.
28
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kedelai
1. Pengamatan 1 MST
Jumlah Luas
Tanaman Tinggi Panjang Lebar
Daun(helai Daun(cm
Kedelai Tanaman(cm) Daun(cm) Daun(cm)
) )
1 14.2 2 2.8 4 5.6
2 13 2 3 3 4.5
3 12.2 2 2.5 3.8 9.5
4 15 2 3 4 6
5 12.5 2 2.8 4.4 6.16
Rata-Rata 13.38 2 2.82 3.84 6,352
2. Pengamatan 2 MST
Jumlah Luas
Tanaman Tinggi Panjang Lebar
Daun(helai Daun(cm
Kedelai Tanaman(cm) Daun(cm) Daun(cm)
) )
1 17 3 4.5 4.5 10.1
2 16.6 3 4.8 3.4 8.16
3 17.2 3 5 4.3 10.7
4 18 3 6.4 4.3 14
5 16 3 5 4.3 11.7
Rata-Rata 16.96 3 5.14 4.16 10,932
3. Pengamatan 3 MST
Jumlah Luas
Tanaman Tinggi Panjang Lebar
Daun(helai Daun(cm
Kedelai Tanaman(cm) Daun(cm) Daun(cm)
) )
1 22 5 6 5 15
2 23 5 5.9 4 11.2
3 23.4 5 5.5 5.5 15.1
4 24 5 7.9 5 19.7
5 22 5 5.8 5 19
Rata-Rata 22.88 5 6.22 4.9 16
4. Pengamatan 4 MST
29
Jumlah Luas
Tanaman Tinggi Panjang Lebar
Daun(helai Daun(cm
Kedelai Tanaman(cm) Daun(cm) Daun(cm)
) )
1 25.6 7 6.5 5.4 20.6
2 26.7 7 6.7 4.4 20.5
3 29 7 6.7 6 24
4 30.2 7 9 5.4 28
5 27 7 6.4 5.3 28.3
Rata-Rata 27.7 7 7.06 5.3 24.28
5. Pengamatan 5 MST
Jumlah Luas
Tanaman Tinggi Panjang Lebar
Daun(helai Daun(cm
Kedelai Tanaman(cm) Daun(cm) Daun(cm)
) )
1 32.4 10 7.2 5.9 28.8
2 32.2 12 7.9 5.6 25
3 35 11 7.5 6.4 30.1
4 38.4 10 10.4 6 39
5 32.5 13 7 5.5 37
Rata-Rata 34.1 11 8 5.88 31.98
6. Pengamatan 6 MST
Jumlah Luas
Tanaman Tinggi Panjang Lebar
Daun(helai Daun(cm
Kedelai Tanaman(cm) Daun(cm) Daun(cm)
) )
1 39 13 8 6 35.7
2 38 16 8.7 6.3 30
3 41.3 13 8.9 7 39
4 47.9 13 10.8 6.4 43.7
5 39 16 7.9 5.9 42
Rata-Rata 41.04 14 8.86 6.32 38.08
1. Pengamatan 1 MST
30
Tanaman Tinggi Jumlah Panjang Lebar Luas
Kangkung Tanaman(cm) Daun(helai) Daun(cm) Daun(cm) Daun(cm)
1 13.5 6 7 1.2 4.2
2 12.5 7 7 0.9 3.15
3 12.5 6 7 0.9 3.15
4 13.9 7 8 1.2 4.8
5 12 6 6.4 1 3.2
Rata-Rata 12.88 6.4 7.08 1.04 3.7
2. Pengamatan 2 MST
Tanaman Tinggi Jumlah Panjang Lebar Luas
Kangkung Tanaman(cm) Daun(helai) Daun(cm) Daun(cm) Daun(cm)
1 19 8 10 1.5 7.5
2 18 8 9 1.5 6.75
3 18 8 10 1 5
4 19 10 11 1.5 8.25
5 20 8 8.5 1.2 5.1
Rata-Rata 18.8 8.4 9.7 1.34 6.52
3. Pengamatan 3 MST
Tanaman Tinggi Jumlah Panjang Lebar Luas
Kangkung Tanaman(cm) Daun(helai) Daun(cm) Daun(cm) Daun(cm)
1 35 14 16 3 24
2 30 15 13 3 19.5
3 35 20 17 3.2 27.2
4 34 26 17.5 3 26.25
5 44 13 16 3 24
Rata-Rata 35.6 17.6 15.9 3.04 24.19
4. Pengamtan 4 MST
Tanaman Tinggi Jumlah Panjang Lebar Luas
Kangkung Tanaman(cm) Daun(helai) Daun(cm) Daun(cm) Daun(cm)
31
1 43 29 17 4.2 35.7
2 34 34 14 3.9 27.3
3 42 28 18 4 36
4 43 40 19 4.3 40.85
5 40 25 18 4 36
Rata-Rata 40.4 31.2 17.2 4.08 35.17
32