Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR- DASAR AGRONOMI

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max


L.) DAN KANGKUNG (Ipomoea reptans)

Oleh:

Nama : M. Farhan
NO. BP : 231022005
Kelas : Agri C
Dosen : Obel, S.P , M.P
Asisten : 1. Maulana Zikri (1910213032)
2. Novita Zikra (2110211022)
3. Meilani Rizki Andini (2110211033)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Praktikum Mata Kuliah Dasar-
Dasar Agronomi dengan judul “Teknik Budidaya Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptans) dan Tanaman Kedelai (Glycine
max L.)”.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada


Bapak Obel, S.P. M.P selaku dosen pengampu dan
pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Tidak lupa
pula kepada Uda Maulana Zikri, Uni Meilani Rizki dan Uni
Novita Zikra selaku asisten dosen kelas Agri C serta teman-
teman yang ikut serta membantu sehingga laporan akhir
praktikum ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan


ketidaksempurnaan dalam pembuatan laporan akhir praktikum
ini. Untuk itu, penulis berharap masukan berupa kritikan dan
saran dari pembaca sekalian.

Padang, 10 Desember 2023

M. F

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Praktikum.................................................................................................... 4
D. Manfaat Praktikum.................................................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5
A. Tanaman Kedelai ................................................................................................ 5
B. Tanaman Kangkung ............................................................................................ 8
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 11
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................ 11
B. Alat dan Bahan .................................................................................................. 11
C. Prosedur Pelaksanaan........................................................................................ 11
D. Variabel Pengamatan ........................................................................................ 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 15
A. Hasil .................................................................................................................. 15
B. Pembahasan .......................................................................................................... 28
BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 32
A. Kesimpulan........................................................................................................ 32
B. Saran .................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 34

ii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 Rata rata tinggi kangkung ......................................................................... 15


Tabel 2 Rata rata panjang daun kangkung ............................................................. 16
Tabel 3 Rata rata lebar daun kangkung .................................................................. 17
Tabel 4 Rata rata jumlah daun kangkung ............................................................... 18
Tabel 5 Rata rata luas daun kangkung ................................................................... 19
Tabel 6 Rata rata tinggi tanaman kedelai ............................................................... 20
Tabel 7 Rata rata panjang daun kedelai ................................................................. 22
Tabel 8 Rata rata lebar daun kedelai ...................................................................... 23
Tabel 9 Rata rata jumlah daun tanaman kedelai .................................................... 25
Tabel 10 Rata rata luas daun kedelai...................................................................... 27

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Rata rata tinggi tanaman kangkung ....................................................... 15


Gambar 2 Rata rata panjang daun tanaman kangkung ........................................... 16
Gambar 3 Rata rata lebar daun tanaman kangkung ............................................... 17
Gambar 4 Rata rata jumlah daun tanaman kangkung ............................................ 18
Gambar 5 Rata rata luas daun tanaman kangkung ................................................. 19
Gambar 6 Rata rata tinggi tanaman kedelai ........................................................... 21
Gambar 7 Rata rata panjang daun tanaman kedelai .............................................. 22
Gambar 8 Rata rata lebar daun tanaman kedelai .................................................... 24
Gambar 9 Rata rata jumlah daun tanaman kedelai................................................. 26
Gambar 10 Rata rata luas daun tanaman kedelai ................................................... 27

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data pengamatan tanaman kedelai ( Glycine max L) ..................Error!


Bookmark not defined.
Lampiran 2 Data pengamata tanaman kangkung ( Ipmoea reptans) ..............Error!
Bookmark not defined.
Lampiran 3 Kegiatan Praktikum ............................................................................ 41

v
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman flora.


Iklimnya sangat cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Tidak
heran kegiatan pertanian yang menjadi sektor tumpuan masyarakat
Indonesia dapat berjalan sepanjang tahun. Didukung dengan intensitas
cahaya matahari yang cukup, kegiatan pertanian dapat dilakukan tanpa
khawatir akan perubahan iklim yang ekstrem. Pengembangan sayuran di
Indonesia menghadapi beberapa kendala yang berkaitan dengan beberapa
hal antara lain luas lahan yang terbatas, teknik budidaya, pemasaran,
kualitas sumber daya manusia dan kebijakan pemerintah serta infrastruktur.
Secara umum tanaman sayuran termasuk kangkung merupakan tanaman
yang tumbuh subur pada tanah-tanah yang memiliki kandungan bahan
organik tinggi, karena bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah
antara lain: kemampuan tanah untuk menahan air, memperbaiki kesuburan
tanah dan meningkatkan aktivitas dan jumlah organisme tanah yang
menguntungkan (Wijaya, 2012).

Kangkung (Ipomoea reptans Poir.) adalah tanaman sayuran yang


tergolong dalam famili Convolvulaceae dan banyak digemari oleh seluruh
lapisan masyarakat. Kangkung dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau
dimasak, serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi bagi kesehatan.
Kangkung juga dapat meningkatkan kesuburan tanah karena mampu
mengikat nitrogen dari udara (Pinhome, 2020).

Kangkung dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun tanah yang


paling cocok adalah tanah yang subur, gembur, dan memiliki drainase yang
baik. Tanah ultisol, yang merupakan tanah asam dengan kandungan hara
yang rendah, kurang sesuai untuk budidaya kangkung. Namun, tanah ultisol
tersebar luas di Indonesia, terutama di daerah dataran rendah dan sedang.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas
kangkung di tanah ultisol. (Reni Setyo Wahyuningtyas, 2011).

1
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
kangkung di tanah ultisol adalah varietas, pupuk, dan pengelolaan tanaman.
Varietas kangkung yang tahan terhadap kondisi tanah asam dan hama
penyakit lebih disarankan untuk ditanam di tanah ultisol. Pupuk organik dan
anorganik dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah ultisol, serta untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman kangkung.
Pengelolaan tanaman kangkung meliputi pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan panen yang sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP Budidaya Kangkung, 2020).

Dalam pengertian luas yang dimaksud pupuk adalah suatu bahan


yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah
sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan dalam
pengertian khusus pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau
lebih hara tanaman. Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman juga
mengandung zat pembawa senyawa- senyawa lain berupa kotoran atau
campuran lain yang relatif sedikit. (Agus, 2012).

Selain itu, terdapat pula tanaman kedelai yang tidak kalah pentingnya
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Kedelai (Glycine max
L.) adalah tanaman kacang-kacangan yang memiliki nilai ekonomi dan gizi
yang tinggi. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, seperti
tahu, tempe, kecap, susu kedelai, dan lain-lain. Kedelai juga dapat
meningkatkan kesuburan tanah karena mampu mengikat nitrogen dari udara
melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium (Direktorat Jendral Tanaman
Pangan, 2022).

Luas lahan tanaman kedelai di Indonesia masih tergolong rendah


diakibatkan karena alih lahan untuk tanaman perkebunan sehingga untuk
lahan produksi tanaman kedelai masih rendah. Di Sumatra Utara luas lahan
produksi untuk tanaman kacang kedelai sekitar 3.955,3 ha dan rata-rata hasil
produksi per hektar yaitu sekitar 1.280 ton/ha (BPS, 2018).

Pada buku (nodus) pertama tanaman tumbuh dari biji terbentuk


sepasang daun tunggal. Pada semua buku cabang tanaman terbentuk daun

2
majemuk dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek
dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Daun tanaman kedelai
berbentuk oval, tipis, ukuran daun lebar (Astuti, 2012).

Kedelai dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun tanah yang


paling cocok adalah tanah yang subur, gembur, dan memiliki drainase yang
baik. Tanah ultisol, yang merupakan tanah asam dengan kandungan hara
yang rendah, kurang sesuai untuk budidaya kedelai. Namun, tanah ultisol
tersebar luas di Indonesia, terutama di daerah dataran rendah dan sedang.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas
kedelai di tanah ultisol (Reni Setyo Wahyuningtyas, 2011).

Murtilaksono dan Anwar (2014) menyampaikan bahwa terdapat


beberapa langkah atau usaha untuk menanggulangi kondisi ini seperti
pemberian pupuk, pestisida hingga konservasi tanah dan air. Untuk
mengurangi penurunan produksi tanaman kangkung dan kedelai. Salah satu
langkahnya adalah dengan pemupukan. Pemupukan adalah suatu usaha
untuk meningkatkan persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman,
sehingga produksi dan mutu hasil tanaman pun akan meningkat. Pada lahan
ultisol, pemberian pupuk berupa kapur atau dolomit bermanfaat
menstabilkan pH tanah menjadi basa.

Selain itu, Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan


memberikan pupuk NPK Phonska, yang merupakan pupuk majemuk yang
mengandung unsur hara makro nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
dalam bentuk granul. Pupuk NPK Phonska dapat meningkatkan
ketersediaan hara, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta
memacu pertumbuhan dan hasil tanaman. Namun, dosis pupuk NPK
Phonska yang tepat perlu ditentukan agar tidak menimbulkan dampak
negatif bagi tanah dan tanaman, seperti pencucian hara, keracunan, dan
penurunan kualitas produk (Mochamad Faiq, 2022).

Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang diperlukan


untuk pertumbuhan akar, batang, dan daun. Namun bila N terlalu banyak
dapat menghambat pertumbuhan bunga dan pembentukan biji (Anwar,

3
2014). Kandungan N pada lahan umumnya termasuk tinggi, namun N
tersedia rendah, karena N yang ada umumnya dalam bahan organik. Kondisi
porositas lahan mempermudah hara N tercuci oleh gerakan air. Di sisi lain
kandungan protein kedelai termasuk tinggi, berkisar 35-45% sehingga
membutuhkan hara N yang tinggi (Anwar, 2014).

Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan tanaman


kangkung dan kedelai di lahan ultisol dapat berjalan maksimal sehingga
menghasilkan produktivitas yang maksimal pula.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas,maka didapatlah rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik budidaya tanaman kangkung?

2. Bagaimana Teknik budidaya tanaman kedelai?

3. Bagaimana efektivitas pemupukan NPK Phonska terhadap tanaman


kangkung dan kedelai?
C. Tujuan Praktikum

Untuk menambah pengetahuan dan memahami teknik budidaya tanaman


kedelai dan kangkung. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman kedelai dan kangkung
D. Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum yang dilaksanakan adalah mahasiswa mampu


mempraktekkan cara menanam kedelai dan kangkung dengan baik, memberikan
tambahan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana budidaya tanaman
kedelai dan kangkung.

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai merupakan salah satu dari lima biji-bijian yang


disakralkan (Wu Ku) selain padi, gandum, barley dan milet. Kedelai (Glycine max)
bukan tanaman asli Indonesia, namun diduga berasal dari daerah daratan pusat dan
Utara Cina. Hal ini didasarkan pada adanya penyebaran Glycine ussuriensis, spesies
yang diduga sebagai tetua Glycine max. Penyebaran kedelai di kawasan Asia,
khususnya Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Birma, Nepal
dan India dimulai sejak pada abad pertama setelah masehi sampai abad penemuan
15 sampai 16, bersamaan dengan semakin berkembangnya jalur perdagangan lewat
darat dan laut.
Di Indonesia, sejarah perkembangan kedelai pertama kali ditemukan pada
publikasi oleh Rumphius dalam Herbarium Amboinense yang diselesaikan pada
tahun 1673 (namun dipublikasikan pada tahun 1747) yang menyebutkan bahwa
kedelai ditanam di Amboina. Berdasarkan penemuan Junghun, pada 1853 budidaya
kedelai dilakukan di Gunung Gamping (pegunungan kapur selatan Jawa Tengah)
dan tahun 1855 ditemukan di dekat Bandung. Pada tahun 1935 kedelai telah
ditanam di seluruh wilayah Jawa (Adie dan Krisnawati, 2016).
Klasifikasi tanaman kedelai menurut Rukmana dan Yudirachman (2014)
sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Glycine Species : Glycine max (L).
Tanaman kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman semusim, tanaman tegakan
dengan tinggi 40 sampai 90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga,
bulu pada daun dan polong tidak terlalu padat serta umur tanaman antara 72 sampai
90 hari (Adie dan Krisnawati, 2016).
Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis.
Bentuk biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat. Warna biji kedelai bervariasi
dari kuning, hijau, coklat, hitam, hingga kombinasi berbagai warna atau campuran.
Biji sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa), antara

5
kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperma.
Kulit biji kedelai terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, hypodermis, dan
parenkim. Pada epidermis terdapat sel-sel palisade yang diselubungi oleh lapisan
kutikula, lapisan hipodermis terdiri dari selapis sel yang berbentuk huruf I
(hourglass), dan lapisan parenkim terdiri dari 6 sampai 8 lapisan tipis yang terdapat
pada keseluruhan kulit biji kecuali pada hilum yang tersusun oleh tiga lapisan yang
berbeda.
Embrio terdiri dari dua kotiledon, sebuah plumula dengan dua daun yang
telah berkembang sempurna, dan sebuah radikula hipokotil, ujung radikula
dikelilingi jaringan yang dibentuk oleh kulit biji. Di Indonesia pengelompokan
ukuran biji menjadi ukuran besar (berat > 14 gram/biji), sedang (10-14 g/100 biji),
dan kecil (< 10 g/100 biji) (Adie dan Krisnawati, 2016).
Sistem perakaran tanaman kacang kedelai dimulai dari awal pertumbuhan
dari belahan kulit biji yang muncul disekitar mesofil. Sistem perakaran tanaman
kacang kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan akar sekunder atau
(serabut) yang tumbuh disekitar akar tunggang. Akar tunggang dapat tumbuh
mencapai dua meter atau lebih pada kondisi optimal, tetapi akar tunggang hanya
tumbuh pada kedalaman olahan tanah 30 sampai 50 cm.
Akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman sekitar 20 sampai 30 cm. Calon
akar akan tumbuh dengan cepat ke dalam tanah dan kotiledon yang terdiri dari 2
keping akan tumbuh ke atas permukaan tanah (pertumbuhan epigeal). Perakaran
tanaman kacang kedelai mengandung bintil-bintil (nodula) akar yang merupakan
koloni dari bakteri Rhizobium japonicum.
Bakteri Rhizobium japonicum mengikat nitrogen dari udara yang digunakan
untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang 7 telah mengandung bakteri
Rhizobium akan mulai terbentuk bintil akar pada 16 sampai 20 hari setelah tanam
(Rukmana dan Yudirachman, 2014). Menurut Adie dan Krisnawati (2016),
menyatakan akar mengeluarkan beberapa substansi triptofan yang mengakibatkan
perkembangan bakteri dan mikroba lain di sekitar daerah perakaran.
Pembesaran bintil akar berhenti pada minggu keempat setelah terjadinya
infeksi bakteri. Ciri bintil akar yang telah matang adalah berwarna merah muda
yang disebabkan oleh adanya leghemoglobin, yang memfiksasi nitrogen. Batang

6
pada tanaman kacang kedelai berasal dari proses perkecambahan benih kacang
kedelai yang merupakan bagian dari hipokotil. Hipokotil dan dua keping kotiledon
yang melekat pada hipokotil akan tumbuh ke permukaan tanah (Rukmana dan
Yudirachman, 2014).
Epikotil adalah bagian batang kecambah yang berada di atas kotiledon.
Batang tanaman kedelai berbentuk semak dengan ketinggian 30 sampai 100 cm,
agak mengayu, kulit batang berwarna ungu atau hijau, dan dapat membentuk tiga
hingga enam cabang. Pertumbuhan tanaman kacang kedelai dibedakan menjadi dua
jenis yaitu determinit (determinate) dan indeterminit (indeterminate). Pertumbuhan
batang tipe-tipe determinit terlihat dari batang yang tidak tumbuh lagi setelah
tanaman kedelai mulai berbunga. Pertumbuhan batang tipe indeterminit dilihat dari
pucuk batang tanaman kedelai yang masih tumbuh daun, meskipun tanaman sudah
mulai berbunga (Rukmana dan Yudirachman, 2014).
Cabang tanaman kedelai akan tumbuh sesuai dengan fase pertumbuhan
tanaman kedelai. Jumlah batang tidak memiliki hubungan yang nyata dengan
jumlah biji yang diproduksi, sehingga jumlah cabang banyak, belum tentu produksi
biji kedelai juga banyak (Rukmana dan Yudirachman, 2014). Tanaman kacang
kedelai mempunyai dua bentuk daun yaitu pada stadium perkecambahan dengan
dua helai daun tunggal (kotiledon) dan pada stadium tanaman muda dengan daun
bertangkai tiga (trifoliate leaves). Daun kacang kedelai terdiri dari dua bentuk yaitu
bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Daun kacang kedelai termasuk daun majemuk
yang memiliki tiga helai anak daun (trifoliate). Daun kacang kedelai berwarna hijau
tua atau hijau muda hingga 8 kekuningan dan berbulu pendek. Daun tanaman
kacang kedelai berfungsi untuk proses asimilasi dan transpirasi (Rukmana dan
Yudirachman, 2014).
Menurut Adie dan Krisnawati (2016) bahwa kedelai merupakan tanaman
yang menyerbuk sendiri atau kleistogami. Rukmana dan Yudirachman (2014)
menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman kacang kedelai terdiri dari dua stadium
yaitu stadium vegetatif dan reproduktif. Stadium vegetatif terjadi pada fase
perkecambahan sampai berbunga dan stadium reproduktif terjadi pada fase
pembentukan bunga sampai pematangan biji. Bentuk bunga tanaman kacang
kedelai menyerupai kupu-kupu dengan tangkai bunga tumbuh dari ketiak tangkai

7
daun (rasim).
Jumlah bunga pada setiap ketiak daun sangat beragam antara 2 sampai 25
kuntum bunga tergantung pada kondisi lingkungan dan varietas tanaman. Bunga
pertama terbentuk pada umumnya di buku ke-5, ke-6 atau buku yang lebih tinggi.
Pembentukan bunga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan. Pada suhu
tinggi dan kelembaban rendah jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai
daun lebih banyak sehingga akan merangsang pembentukan bunga. Jumlah bunga
pada batang determinit lebih sedikit dibandingkan dengan batang indeterminit.
Tanaman kacang kedelai berbunga 9 pada umur 30 sampai 50 hari setelah
tanam, tergantung dari varietas. Bunga kacang kedelai mempunyai alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina sehingga termasuk sempurna (hermaprodite) dengan
warna bunga putih atau ungu.(Rukmana dan Yudirachman, 2014)
B. Tanaman Kangkung
Tanaman kangkung (Ipomea reptans) termasuk tanaman sayuran yang
berumur pendek. Kegunaan daunnya mempunyai peran penting bagi perekonomian
Indonesia. Kebutuhan kangkung akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah
penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa negara berkembang.
Kangkung sangat digemari oleh masyarakat, karena kangkung memiliki kandungan
gizi yang cukup tinggi.
Selain mengandung vitamin A, B,dan C, kangkung juga mengandung
protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, dan sitosterol. Di Indonesia dan daerah tropis
lainnya kangkung menjadi bahan sayuran yang sangat digemari dan hamper
dijumpai disetiap pasar tradisional maupun supermarket. Mengingat kangkung
yang memiliki kandung nutrisi yang cukup banyak tersebut dan memiliki arti
penting bagi kesehatan, maka produksi kangkung perlu ditingkatkan secara kualitas
maupun kuantitas. Pelaksanaan pemupukan dilapangan sering menjadi masalah
dalam bercocok tanam kangkung, walaupun demikian tanaman kangkung
mempunyai respon yang baik terhadap pemupukan, baik organik maupun pupuk an
organik (buatan).
Untuk meningkatkan hasil maka perlu ditingkatkan pertumbuhan tanaman
kangkung. Dengan meningkatnya pertumbuhan, maka hasil produksi kangkung
juga akan meningkat. Pertumbuhan tanaman dan produksi suatu tanaman

8
tergantung pada interaksi antara tanaman dan keadaan lingkungan Dimana tanaman
itu tumbuh. Keadaan lingkungan dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu
iklim,tanah dan organisme lainnya. Faktor ini dapat membatasi serta mendorong
pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga untuk memperoleh produksi yang
tinggi dapat dilakukan dengan pengaturan faktor-faktor lingkungan sebaik
mungkin. Salah satu usaha untuk mengatur lingkungan ini adalah dengan
penambahan pupuk untuk pertumbuhan. Dalam penelitian ini digunakan pupuk
kascing sebagai pupuk organik. Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing
merupakan produk sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk
organic sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanamanya itu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin,
serta mengandung unsur hara (N,P,K, Mg dan Ca) serta Azotobactersp yang
merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya
unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007).
Menurut Helminawati (2011), klasifikasi Ipomoea reptans. adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub-class : Asteridae
Order : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung
berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji
kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman,
dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi
sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Faisal, 2016). Kangkung Darat
(Ipomoea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim

9
dingin (Rahman, 2014).
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 1500-2500 mm/tahun (Faisal,2016). Tanaman kangkung dapat tumbuh di
dataran rendah sampai dataran tinggi dengan suhu 20 – 30 OC. Intensitas cahaya
matahari yang dibutuhkan tanaman kangkung tergolong sedang yaitu 200 – 400
footcandels. Sedangkan untuk kelembaban tergolong tinggi yaitu > 60%. Selama
fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah dan berbiji,
terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet dan daun mahkota
bunga berwarna putih. Buah kangkung berbentuk bulat yang di dalamnya terdapat
3 biji yang berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Iskandar,
2018). Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau agak bulat, berwarna coklat atau
kehitam-hitaman dan termasuk biji berkeping dua (Pertiwi, 2020).

10
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum budidaya tanaman kangkung dan kedelai dilaksanakan di


lahan atas, Universitas Andalas, Limau Manis, Kecamatan Pauh, Kota Padang,
Sumatera Barat. Adapun waktu pelaksanaan pratikum dimulai dari tanggal 9
September 2023 sampai 9 Desember 2023, mulai pukul 07.15 WIB sampai
denganSelesai
B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan saat praktikum adalah cangkul untuk


menggemburkan tanah, sabit dan parang untuk membersihkan rumput dan
membuka lahan, pancang, tali rafia, dan meteran untuk menandakan ukuran
bedengan, ember dan gayung kecil untuk menyiram tanaman dan terakhir
penggaris untuk pengamatan ukuran tanaman. Sedangkan bahan yang
digunakan saat praktikum adalah benih kangkung dan kedelai yang akan
ditanam, kapur dolomit dan kandang untuk tanah, pupuk npk Phonska,
insektisida dan air untuk menyiram tanaman kangkung dan kedelai.
C. Prosedur Pelaksanaan

1. Pembukaan dan Pembersihan Lahan

Pembukaan lahan dengan membersihkan lahan yang akan digunakan sebagai


tempat budidaya tanaman serta menggemburkan tanah dengan menggunakan
cangkul. Dimulai dengan membersihkan sisa-sisa akar dari tanaman yang di
tanam sebelumnya dan membersihkan gulma yang ada di sekitar dengan
tujuan agar saat memulai proses budidaya tanaman dapat mengurangi resiko
tumbuhnya tanaman lain dan gulma .
2. Pembuatan Bedengan

Ukuran tiap bedengan 140 cm x 180 cm dan tinggi bedengan 30 cm.


Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan membantu
sistem pengairan dan juga membantu proses pemeliharaan tanaman. Setiap

11
sudut bedengan diberi pancang dan tali rafia agar ukurannya tiap bedengan
sama

3. Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur

Setelah pembuatan bedengan dilakukan penggemburan pada tanah dan juga


pemberian kapur dolomit (0,5 kg/bedengan ) dan pupuk kandang (5
kg/bedengan) yang campurkan pada tanah dan digemburkan kembali sampai
tercampur rata. Kapur dolomit dan pupuk kandang berfungsi untuk
menstabilkan pH pada tanah. Dolomit mengandung unsur hara kalsium oksida
(CaO) dan juga magnesium oksida(MgO) dengan kadar yang cukup tinggi hal
ini dapat menetralkan pH tanah, ini sangat baik untuk tanah karena jika tanah
kekurangan kalsium dan magnesium, maka tanaman otomatis akan menjadi
kurang maksimal berproduksi.
4. Membuat Lubang Tanam

Tandai lubang tanam menggunakan pancang dengan kedalaman sedalam 5


cm. Untuk benih kangkung ditanam dengan jarak 20 cm x 15 cm dengan
demikian jumlah keseluruhan benih kangkung yang dibutuhkan untuk 1
benih/lubang adalah7x12 = 84 benih. Sedangkan untuk benih kedelai ditanam
dengan jarak 35 cm x 20cm dan untuk jumlah keseluruhan benih kedelai yang
dibutuhkan 1 benih/lubang adalah 3x9= 27 benih. Benih kangkung dan kedelai
dimasukkan dua biji pada setiap lubang tanam, yang bertujuan untuk
menghindari gagalnya tumbuh benih kedelai tersebut.
5. Penanaman

Dalam satu lubang tanaman terdapat 2 benih untuk setiap tanaman, hal ini
bertujuan untuk mengindari gagal tumbuh benih pada tanaman, usahakan
posisi benih di dalam lubang tanam tegak lurus saat dimasukkan. Setelah
benih ditanam, lubang benih kangkung dan kedelai tersebut ditutup dan di
buat laringan di antara lubangnya, lalu diberi pupuk NPK 10-15 butir tiap
lerengan nya (total 6 lerengan ) karena itu di butuhkan pupuk NPK nya
sebanyak 100-150 butir yang bertujuan untuk mengendalikan dan membasmi
hama pada tanaman.
6. Pemeliharaan

12
Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma pada bedengan yang
dilakukan sekali seminggu, penyiraman dilakukan sekali sehari (pagi atau sore
harisesuai dengan kondisi tanaman), penyisipan tanaman dilakukan pada saat
tanaman yang ditanam gagal tumbuh. Pemupukan dilakukan 2 kali selama
masa tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada minggu ke-2 setelah tanam,
pemupukan kedua dilakukan pada minggu ke-6 setelah tanam. Pemberian
pupuk inidilakukan dengan cara membuat lubang melingkari tanaman.
Pembuatan lubang jangan terlalu dekat dengan tanaman dan juga jangan
terlalu jauh dari tanaman. Apabila lubang dibuat dekat dengan tanaman, dapat
menyebabkan tanaman mati karena pupuk tersebut bersifat panas jika belum
terurai dengan air. Penyemprotan insektisida dilakukan sebanyak sekali
selama masa tanam, dan pengamatan dilakukan sekali seminggu mulai dari
minggu pertama setelah tanam sampai pemanenan. Setelah tanaman
kangkung dan kedelai tumbuh membesar, dilakukan pengamatanpada tinggi
tanaman, lebar daun, panjang daun, luas daun, dan jumlah daun pada tanaman
kangkung dan kedelai. Untuk memudahkan dan didapatkan hasil yang akurat
dalam pengamatan tinggi tanaman, dapat digunakan penggaris untuk
membantu dalam proses pengukuran tanaman. Selanjutnya hitung panjang
dan lebar daun diukur dengan penggaris juga dan untuk luas daun di hitung
menggunakan rumus yaitu Panjang daun x lebar daun x konstanta (0,5 cm).
D. Variabel Pengamatan
1. Tanaman Kedalai

A. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman kedelai dilakukan dengan cara mengukur dari


pangkal tanaman sampai titik tumbuh.
B. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada masing-masing tanaman. Cara perhitungan


jumlah daun pada tanaman kedelai adalah daunnya di hitung per 3 daun (
daun majemuk/trifoliate ) Pengamatan dilakukan sekali dalam seminggu
untuk melihat perbedaannya secara lebih jelas.
C. Lebar Daun (cm)

13
Pengamatan dilakukan sekali dalam seminggu. Untuk alat bantu
pengukuran diukur dengan penggaris. Untuk lebar daun diukur pada bagian
tengah daun.
D. Panjang Daun (cm)

Pengamatan dilakukan sekali dalam seminggu menggunakan dengan


penggaris. Untuk pengukuran panjang daun dilakukan masih pada bagian
pangkal daun hingga ujung daun.
E. Luas daun (cm2)

Luas daun tanaman kedelai di dapatkan dengan menggunakan rumus :

Luas Daun =Panjang x lebar x konstanta ( 0,5 cm )

2. Tanaman Kangkung

A. Tinggi Tanaman (cm)

Cara melakukan pengukuran tinggi tanaman kangkung di mulau dengan


daunnya yang di kuncupkan ke atas dan di hitung hingga ke puncak daun
tersebut.
B. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun kangkung dihitung pada masing-masing tanaman. Jumlah daun
kangkung di hitung per daunnya .Pengamatan dilakukan sekali dalam
seminggu untuk melihat perbedaannya secara lebih jelas.
C. Lebar Daun (cm)

Pengamatan dilakukan sekali dalam seminggu. Untuk alat bantu pengukuran


diukur dengan penggaris. Untuk lebar daun diukur pada bagian tengah daun.
D. Panjang Daun (cm)

Pengamatan dilakukan sekali dalam seminggu menggunakan dengan


penggaris. Untuk pengukuran panjang daun dilakukan masih pada bagian
pangkal daun hingga ujung daun.
E. Luas daun (cm2)
Luas daun tanaman kedelai di dapatkan dengan menggunakan rumus :

Luas Daun =Panjang x lebar x konstanta ( 0,5 cm ).

14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1.Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans)

Tabel 1. Rata rata tinggi kangkung

Sampel Rata-Rata

1 10,4
2 17,6
3 47,4
4 50
5 53,4

Grafik 1 Rata rata tinggi tanaman kangkung

15
Tabel 2 Rata rata panjang daun kangkung

Sampel Rata-Rata

1 5
2 9
3 22,4
4 29,6
5 31,4

Rata-Rata Panjang Daun Tanaman kangkung

35
Rata-rata Panjang daun(cm)

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)

Grafik 2 Rata rata panjang daun tanaman kangkung

16
Tabel 3 Rata rata lebar daun kangkung

Sampel Rata-Rata
1 1,8
2 1,9
3 3,2
4 3,8
5 4

Rata-Rata Lebar Daun Tanaman kangkung

4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
Rata-rata Lebar daun(cm)

0.5
0
1 2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)

Grafik 3 Rata rata lebar daun tanaman kangkung

17
Tabel 4 Rata rata jumlah daun kangkung

Sampel Rata-Rata

1 7,6
2 12
3 15,6
4 24,2
5 27,4

Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman kangkung

30
Rata-rata Jumlah daun

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)

Grafik 4 Rata rata jumlah daun tanaman kangikung

18
Tabel 5 Rata rata luas daun kangkung

Sampel Rata-Rata

1 4,55
2 8,65
3 36,2
4 56,25
5 62,8

Luas Daun Tanaman kangkung

70
Rata-rata Luas daun(cm)

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)

Grafik 5 Rata rata luas daun tanaman kangkung

19
2.Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Tabel 6 Rata rata tinggi tanaman kedelai

Sampel Rata-Rata
1 8.4
2 13,5
3 25,5
4 34,2
5 42,8
6 45,4
7 48
8 50,8

20
Rata-rata tinggi tanam
40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Grafik 6 Rata rata tinggi tanaman kedelai

21
Tabel 7 Rata rata panjang daun kedelai

Sampel Rata-Rata

1 4,4
2 5,3
3 8,3
4 11,6
5 12,6
6 14,9
7 16,8
8 17,2

Panjang Daun Tanaman Kedelai


20
18
Rata-rata panjang daun (cm)

16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Grafik 7 Rata rata panjang daun tanaman kedelai

22
Tabel 8 Rata rata lebar daun kedelai

Sampel Rata-Rata

1 2,86
2 3,5
3 4,7
4 5,96
5 6,84
6 8,2
7 9,6
8 9,9

23
Rata
2

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Grafik 8 Rata rata lebar daun tanaman kedelai

24
Tabel 9 Rata rata jumlah daun tanaman kedelai

Sampel Rata-Rata

1 2,2
2 3
3 4
4 7
5 8
6 9,8
7 10,8
8 10,8

25
Ra
2

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Grafik 9 Rata rata jumlah daun tanaman kedelai

26
Tabel 10 Rata rata luas daun kedelai

Sampel Rata-Rata

1 6,283
2 9,275
3 19,53
4 34,66
5 42,36
6 61,2
7 74,7
Luas
8 Daun Tanaman Kedelai 85,25
90
80
Rata-rata luas daun (cm2)

70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Grafik 10 Rata rata luas daun tanaman kedelai

27
B. Pembahasan
Budidaya tanaman yang sudah dilakukan dalam pratikum Dasar-Dasar
Agronomi kali ini adalah budidaya tanaman kangkung dan tanaman kedelai.
Praktikum yang dilakukan bukan hanya sekedar menanam tanaman kangkung dan
kedelai namun praikum ini di lakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kangkung dan kedelai tersebut.
1. Tanaman Kedelai

Beberapa diantara nya yaitu dilakukan perhitungan tinggi tanaman, panjang


daun, lebar daun, luas daun, jumlah daun yang mana di lakukan perlakuan yang
sama namun mendapatkan hasil yang berbeda. Dan juga dari peneltian ini
didapatkan data yang menjelaskan secara nyata pengaruh dari proses pemeliharaan
yang kami lakukan mulai dari awal persipan lahan, penggemburan tanah,
pemberian pupuk kandang dan kapur dolomit pada tanah untuk menetralkan PH
tanah tersebut, lalu di lanjutkan dengan merendam benih untuk memicu proses
ambibisi sehingga benih itu siap di tanam, bahkan setelah di tanam masih di
lakukan berbagai pemeliharaan mulai dari memberikan pupuk NPK, melakukan
penyiangan, penyiraman, dan lain-lain.
Namun sebelum melakukan kegiatan pemeliharaan tanaman budidaya
tersebut juga ada kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tanaman kacang kedelai tersebut yaitu seperti pembukaan dan pembersihan lahan
yang akan digunakan yang mana keiatan ini dilakukan untuk menghilangkan
sisasisa per-akaran yang dulu ada sehingga ketika kita melakukan pemeliharaan
tanaman budidaya kita tersebut, tanaman sisa lahan yang lama ini tidak ikut
tumbuh.
Dan juga sebelum melakukan penanaman juga dikakukan penetralan PH
tanah yaitu dengan memberikan pupuk kompos dan kapur dolomit, yang mana
tanah yang netral tersebut akan mengundang berbagai manfaat diantaranya adalah
tersedianya lebih banyak nutrisi di tanah yang memliki PH netral dan juga menjadi
rumah yang baik bagi para mikroba tanah yang menjaga keseimbangan struktur
tanah.
Berikutnya sebelum dilakukan nya penanaman benih tanaman kedelai juga di
dilakukan proses perendaman benih pada benih tanaman kedelai tersebut, yang

28
mana tujuan dari kegiatan perendaman tersebut di antara lain adlah untuk
memastikan dan mempercepat proses perkecambahan pada benih tersebut, lalu
juga ada fungsinya yang lain yaitu untuk membantu mengaktivasi enzim yang ada
dalam biji atau benih tanaman kangkung dan kedelai tersebut, dan fungsi lainnya
juga dapat untuk mencegah atau mengurangi kesemaptan terkena penyakit yang
mungkin akan di alami benih tersebut ketika tumbuh.
Pratikum yang kami lakukan ini juga di harapkan menjadi sebuah data yan
konkrit sehingga dapat dijadikan acuan dalam membudidayakan tanman kangkung
dan kedelai oleh para petani atau orang yang memiliki niat untuk memulai
budidaya tanaman kangkung dan kedelai tersebut.
Pratikum yang dapat memberikan data yang baik menunjukkan proses
pratikum itu berjalan dengan baik dan dapat di jadikan bahann penelitian
selanjutnya dan dapat juga di sebar luaskan hasil pratikum tersebut agar dapat
bermanfaat bagi orang banyak
Pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung dan kedelai
menunjukkan perbedaan satu tanaman dengan yang lainnya. Ini terlihat dari semua
tabel yang ditampilkan pada hasil pengamatan di atas. Pengamatan terhadap
pertumbuhan terlihat pada tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, luas daun,
dan jumlah helai daun. Semua perubah pengamatan ini menunjukkan hasil yang
tidak sama. Perbedaan ini di duga disebabkan oleh kemampuan dari masingmasing
tanaman dalam menyerap unsur hara dan air.
Peningkatan variable pengamatan terjadi tiap minggu pada setiap sampel yang
di uji, ini di karenakan unsur hara yang di butuhkan tanaman terpenuhi dalam
jumlah yang cukup. Misalnya pada tabel pengamatan tinggi tanaman kedelai dapat
di lihat pada minggu ke-3 terjadi peningkatan yang signifikan, salah satu alasannya
adalah karena telah dilakukannya pemupukan pada minggu sebelumnya
menggunakan pupuk NPK.
Peningkatan pertumbuhan tersebut di sebabkan oleh unsur N pada pupuk NPK
yang mana unsusr N tersebut berfungsi mempercepat pertumbuhan (tinggi
tanaman, panjang daun, lebar daun, luas daun, dan jumlah daun.
Sedangkan terkadang juga terjadi kerusakan pada daun tanaman kedelai
dikarenakan beberapa faktor yaitu kekurangan unsur N dan juga karena serangan

29
hama oleh karena itu di butuhkan juga pemberian Inteksida yang berguna untuk
mencegah hama medekati tanaman budidaya kita tersebut, sehingga jumlah daun
yang dimiliki oleh tanaman budidaya kita tetap terjaga dan terus meningkat.
Pestisida atau inteksida yang digunakan diharapkan menggunakan pestisida
yang berbahan alami atau berasal dari alam bukan mengunkan zat kimia sintesis,
karena penggunaan pestisida buatan pabrik yang menggunakan zat kimia sintesisi
dapat merusak tanah dan alam lingkungan sekitar tanaman budidaya tersebut.
Selain dari pemupukan dan pemberian Inteksida, kegiatan pemeliharaan yang
mempengaruhi peningkatan variable pengamatan yang dilakukan adalah kegiatan
penyiraman, air merupakan nutrisi utama bagi tanaman oleh karena itu dibutuhkan
penyiraman yang rutin dan berlanjut pada tanaman budidaya kita tersebut. Namun
kebanyakan air juga tidak baik oleh karena itu pemeberian air dilakukan secara
terjadwal.
Selanjutnya diperlukan juga pengamatan dan pengawasan terhadap
OPT(Organisme Pengganggu Tanaman) seperti Hama, Penyakit, dan Gulma. Untuk
penanganan atau pemeliharaan gulma dapat dengan melakukan penyiangan yang
mana termasuk dari salah satu proses pemeliharaan tanaman budidaya dari
OPT(Orgaisme Pengganggu Tanaman) yaitu gulma, yang mana dilakukan
pencabutan gulma dan tanah di sekitar situ di gemburkan kembali.
Terakhir proses pemanenan tanaman budidaya kacang kedelai di lakukan ketikan
tanaman kacang kedelai tersebut telah menunjukkan ciri-ciri atau tandatanda yang
mana di antaranya adalah daun tanman kedelai tersebut sudaah mulai menguning
dan beberapa daun sudah mudah rontok, polong biji tanaman kacang kedelai
tersebut mengering dan berwarna kecoklatan. Dan ketika tanaman kacang kedelai
tersebut menunjukkan beberapa ciri-ciri atau tanda-tanda tanaman kacang kedelai
tersebut siap untuk di panen, maka segerakan panen tanaman kacang kedelai
tersebut. Yaitu dengan cara memotong batang tanaman kacang kedelai tersebut atau
dengan menggunakan sabit atau menyabit dengan sabit.
2. Tanaman Kangkung

Untuk pembahasan terkait tanaman kangkung pada hasil pratikum yang saya
lakukan tidak jauh berbeda dengan pembahasan tanaman kedelai, tetapi juga ada
beberapa pembahasan yang lebih spesifik terkait tanaman kangkung ini di antara

30
lain seperti peningkatan variable pengamatan terjadi tiap minggu pada setiap
sampel yang di uji, ini di karenakan unsur hara yang di butuhkan tanaman
terpenuhi dalam jumlah yang cukup. Misalnya pada tabel pengamatan tinggi
tanaman kangkung dapat di lihat pada minggu ke-3 terjadi peningkatan yang
signifikan, salah satu alasannya adalah karena telah dilakukannya pemupukan
pada minggu sebelumnya menggunakan pupuk NPK.
Peningkatan pertumbuhan tersebut di sebabkan oleh unsur N pada pupuk NPK
yang mana unsusr N tersebut berfungsi mempercepat pertumbuhan (tinggi
tanaman, panjang daun, lebar daun, luas daun, dan jumlah daun. Sedangkan
terkadang juga terjadi kerusakan pada daun tanaman kangkung dikarenakan
beberapa faktor yaitu kekurangan unsur N dan juga karena serangan hama oleh
karena itu di butuhkan juga pemberian Inteksida yang berguna untuk mencegah
hama medekati tanaman budidaya kita tersebut, sehingga jumlah daun yang
dimiliki oleh tanaman kangkung kita tetap terjaga dan terus meningkat.

31
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, penulis


menyimpulkan bahwa budidaya tanaman buncis dan kedelai di tanah
ultisol memerlukan pengolahan lahan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Pengolahan tanah ultisol salah satunya dengan mencampurkan dolomit
untuk menaikkan pH tanah. Selain itu, pemupukan juga berpengaruh
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Salah satu pupuk yang
digunakan adalah NPK Phonska. Pupuk ini berguna merangsang
pertumbuhan vegetatif tanaman. Dengan demikian, produksi yang
dihasilkan dapat sesuai yang apa yang diharapkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil praktikum, praktikan menyarankan budidaya


tanaman kangkung dan kedelai dilakukan dengan menanam lebih dari dua
benih. Hal ini untuk menghindarkan kegagalan benih tumbuh. Oleh karena
itu, praktikan menyarankan untuk setiap lubang diisi 3-4 benih kangkung
dan kedelai.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adie M dan Krisnawati A., 2016. Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Biji
Kedelai Pada Berbagai Agroekologi. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang: Pemulia
Kedelai Balitkabi.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2013. Varietas-varietas Buncis Yang


Telah Dilepas Oleh Balai Penelititan Tanaman Sayuran.

Lembang, Bandung. Berdasarkan Variasi Mulsa dan Jarak Tanam.


Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Produksi Tanaman Sayuran di
Indonesia tahun 2009-2013.
Fitriatin, B. N., A. Yuniarti., T. Turmuktini., dan F. K. Ruswandi. 2014. The
Effect of Phosphate Solubilizing Microbe Producing Growth
Regulators on Soil Phosphate, Growth and Yield of Maize and
Fertilizer Efficiency on Ultisol.
Eurasian J. of Soil Sci. Indonesia. Hal:101-107.
Fuad, T. 2013.Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merill)
Hidayat Nur Ilma, Anwar Daud, Erniwati Ibrahim. 2013.
Identifikasiresidu Pestisida Klorpirifos Dan Profenofos Pada
Bawang Merah (Allium ascalonicum) Di Pasar Terong Dan
Lotte Martkota Makassar. Universitas Hasanuddin.

Ikhsan, M. Iqbal. 2019. Penanganan Pascapanen Baby Buncis di Gapoktan


Lembang Agri. Politeknik Negeri Lampung.
Rahmat, R. (2007). Wirausahatani Kangkung Darat. Yogyakarta: Kanisius.

33
LAMPIRAN

Lampiran 1

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun
TANAMAN (cm)

daun daun daun

kedelai 1 10 cm 4,5 cm 3 cm 2 6,75 cm

kedelai 2 8 cm 4,5 cm 2,8 cm 3 6,3cm

kedelai 3 8 Cm 4,5 cm 2,7 cm 2 6,065 cm

kedelai 4 7,5 cm 4,5 cm 2,8 cm 2 6,3cm

kedelai 5 8,5 cm 4 cm 3 cm 2 6cm

Pengamatan tanaman kedelai 2 MST

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun
TANAMAN (cm)

daun daun daun

kedelai 1 14 cm 5,5 cm 3,5 cm 3 9,625cm

kedelai 2 13 cm 5 cm 3,5 cm 3 8,75 cm

kedelai 3 14 Cm 6 cm 3,5 cm 3 10,5 cm

kedelai 4 13 cm 4,8 cm 3,5 cm 3 8,4 cm

34
kedelai 5 13,5 cm 5,2 cm 3,5 cm 3 9,1 scm

35
PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun
TANAMAN (cm)

daun daun daun


Kedelai 1 29 cm 8 cm 5 cm 4 20 cm

Kedelai 2 25 cm 8 cm 4,5 cm 4 18 cm

Kedelai 3 25 cm 9 cm 4,8 cm 4 21,6 cm

Kedelai 4 26 cm 8 cm 4,2 cm 4 16,8 cm

Kedelai 5 22,5 cm 8,5 cm 5 cm 4 21,25

cm

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun
TANAMAN (cm)

daun daun daun

Kedelai 1 32 cm 11 cm 6 cm 6 33 cm

Kedelai 2 34 cm 11cm 6 cm 8 33 cm

Kedelai 3 30 cm 12 cm 6,3 cm 6 37,8 cm

Kedelai 4 30 cm 10 cm 5,5 cm 7 27,5 cm

Kedelai 5 45 cm 14 cm 6 cm 8 42 cm

36
PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun
TANAMAN (cm)

daun daun daun


Kedelai 1 38 cm 13 cm 7 cm 7 45,5 cm

Kedelai 2 49 cm 12 cm 7,5 cm 9 45 cm

Kedelai 3 38 cm 13 cm 7 cm 7 42 cm

Kedelai 4 43 cm 11 cm 6,4 cm 8 35,2 cm

Kedelai 5 46 cm 14 cm 6,3 cm 9 44,1 cm

Lampiran 2.

Pengamatan tanaman kangkung 1 MST

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun Daun Daun
( cm )
TANAMAN (cm) (cm) (cm2)

daun

Kangkung 12 7 2 8 7

Kangkung 9 5 2 6 5

Kangkung 11 5 1,5 9 3,75

37
Kangkung 10 4 1,5 9 3

Kangkung 10 4 2 6 4

Pengamatan tanaman kangkung 2 MST

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun Daun Daun Daun
(cm)
TANAMAN (cm) (cm) (cm2)

Kangkung 18 9 2 15 9

Kangkung 18 10 2 12 10

Kangkung 20 9 2 12 9

Kangkung 15 7 1,5 12 5,25

Kangkung 17 10 2 9 10

Pengamatan tanaman kangkung 3 MST

PENGAMATAN

38
TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS
Daun Daun Daun Daun
(cm)
TANAMAN (cm) (cm) (cm2)

Kangkung 60 32 3,5 14 56

Kangkung 46 20 3 17 30

Kangkung 45 20 3,5 14 35

Kangkung 42 20 3 13 30

Kangkung 44 20 3 20 30

Pengamatan tanaman kangkung 4 MST

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun Daun Daun Daun
(cm)
TANAMAN (cm) (cm) (cm2)

Kangkung 65 35 4 23 70

Kangkung 47 26 4 27 52

Kangkung 47 28 4 20 56

39
Kangkung 46 29 3,5 21 50,75

Kangkung 45 30 3,5 30 52,5

Pengamatan tanaman kangkung 5 MST

PENGAMATAN

TINGGI Panjang Lebar Jumlah LUAS


Daun Daun Daun Daun
(cm)
TANAMAN (cm) (cm) (cm2)

Kangkung 68 36 4 27 72

Kangkung 50 28 4 30 56

Kangkung 50 31 4 27 62

Kangkung 52 32 4 25 64

Kangkung 47 30 4 28 60

40
Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Lampiran 1 Kegiatan praktikum

DOKUMENTASI KETERANGAN

1. Pembukaan Lahan
Membersihkan lahan dan penggemburan
tanah, dilakukan untuk memperbaiki
kondisi tanah menjadi gembur

2. Pembuatan Bedengan dan Irigasi


Setelah pembukaan dan perataan lahan,
maka dilanjutkan dengan membuat
bedengan ( 180cm x 140cm)dengan
jarak antar bedengan sepanjang 30cm
dan di anatar
bedengan dibuat irigasi.

41
3. Pemupukan dan
Pengapuran Tanah
Selanjutnya bedengan yang sudah
dibuat di gemburkan kembali dandi
berikan pupuk kompos dan kapur
dolomit dengantujuan menetralkan
PH tanah.

42
4. Persiapan Benih

Selanjutnya adalah penanaman,hal


pertama di lakukan adalah
merendam benih kangkung dan
kedelai tersebut selema 15 menit
untuk memicu proses imbibisi

5. Penanaman

Setelah proses perendaman benih


di tanam ke dalam lubang yang
sudah di lubangi menggunakan
pancang sedalam 5cm, untuk jarak
penanaman tanaman kangkung
adalah 20cmx15cm sedangkan
untuk tanaman kangkung jarak
penanamannya adalah
35cmx20cm.

6. Pemupukan

Selanjutnya lubang tersebut di tutup


dan di beri pupuk NPK disekitar
tanaman tersebut. Yang berguna untuk
membantu memenuhi nutrisi tanaman
dan mempercepat pertumbuhan
tanaman budidaya tersebut.

43
7. Penyiraman

Setelah pemupukan, dilanjutkan


dengan penyiraman rutin yaitu
di pagi dan sore hari.

8. Penyemprotan Pestisida

Untuk mengantisipasi Hama yang


mengganggu

9. Pengukuran Kedelai
Tiap Minggu

Pengukuran tanaman kedelai,


dilakukan pengukuran padatinggi
tanaman, panjang dan lebar daun.

44
10. Pengukuran
Kangkung Tiap
Minggu

Pengukuran tanaman kangkung,


lakukan lah pengukuran pada tinggi
tanaman, panjang daun,lebar daun dan
Luas daun.

11. Panen

Terakhir yaitu pemanenan


hasil budidaya tanaman kita
yaitu kangkung dan kedelai.

12. Pasca Panen

Membersihkan sisa tanaman


budidaya.

45
1. Kangkung = jarak tanam 20x15 cm
Dosis = 5kg/Bedengan = 5.000g/Bedengan
1 Bedengan = 7x12 lubang
=84 tanaman
= 59-60g/tanaman
Perhitungan pupuk = 40 x 70 =2800 cm2
Jumlah tanaman = 100.000.000/2800 = 35.714
Dosis pupuk = 150.000/35.714 = 4,2 /tanaman

2. Kedelai =jarak tanam 35x20 cm


Dosis = 350 kg/ha
=350.000 g/ha
Perhitungan pupuk = 40 x 20 cm =800 cm2

46

Anda mungkin juga menyukai