Anda di halaman 1dari 108

CATATAN KULIAH

DASAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN


Oleh : Ir. Bargumono, MSi.

Disusun oleh :
Erwin Anas Anggoro Phalosa
NIM. 135200042

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Catatan Kuliah yang berjudul Dasar Teknologi
Budidaya Tanaman.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ir. Bargumono,
MSi. yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung saya sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari, bahwa Catatan Kuliah yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga laporan Catatan Kuliah ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Klaten, 18 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................. i


Daftar Isi ....................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Tumbuhan Semusim..................................... 1
B. Pengertian Tumbuhan Tahunan...................................... 1
C. Istilah-istilah Penting...................................................... 1
D. Tindakan Manusia dalam Mengatur Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Pertanian ...................................... 6

BAB II KELOMPOK FAKTOR BAHAN


TANAMAN
A. Macam Bahan Tanaman ................................................. 7
B. Varietas Unggul dan Pembuatannya .............................. 7
C. Pengujian Varietas Baru ................................................. 9
D. Penyediaan benih dan menjaga kemurnian .................. 10
E. Penanaman Benih ......................................................... 10
F. Perbanyakan Tanaman ................................................. 10

BAB III KELOMPOK FAKTOR ESENSIAL


A. Faktor Esensial ............................................................. 13
B. Klasifikasi Tanaman ..................................................... 15

BAB IV TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN


A. Teknis Budidaya Tanaman .......................................... 18
B. Interaksi Antar Tanaman.............................................. 29

iii
BAB V FOTOSINTESIS
A. Pengolahan Media Tanah ............................................. 30
B. Persiapan Lahan ........................................................... 34

BAB VI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN


A. Teknik Pemeliharaan Tanaman.................................... 38
B. Kelompok Faktor Gangguan ........................................ 41

BAB VII PUPUK DAN PEMUPUKAN


A. Unsur Hara ................................................................... 50
B. Pupuk dan Pemupukan................................................. 53
C. Perhitungan Penggunaan Pupuk .................................. 57

BAB VII TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PADI


A. Fase Pertumbuhan ........................................................ 59
B. Fase Vegetatif .............................................................. 60
C. Fase Reproduksi ........................................................... 63
D. Fase Pematangan.......................................................... 66

BAB IX MORFOLOGI PADI


A. Bagian Vegetatif .......................................................... 68
B. Bagian Generatif .......................................................... 70

BAB X BUDIDAYA PADI SAWAH


A. Pesemaian .................................................................... 72
B. Pemeliharaan Pesemaian .............................................. 73
C. Pengolahan Tanah atau Lahan Calon Padi ................... 74
D. Teknik Penanaman Padi ............................................... 76
E. Pemeliharaan Tanaman Padi ........................................ 77

BAB XI BUDIDAYA PADI GOGO


A. Pendahuluan ................................................................. 82
B. Permasalahan Budidaya Padi Gogo ............................. 83
C. Syarat Tumbuh Padi Gogo ........................................... 84

iv
D. Teknik Budidaya Padi Gogo ........................................ 86
E. Peluang Penigkatan Produksi Padi Gogo ..................... 86

BAB XII BUDIDAYA TANAMAN KARET


A. Pendahuluan ................................................................. 87
B. Syarat Tumbuh ............................................................. 88

BAB XIII PENANAMAN KARET


A. Pembibitan ................................................................... 93
B. Pengolahan Tanah ........................................................ 94
C. Tumpang sari dan Pemumukan .................................... 95

BAB XIV BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK


A. Trend Pangan Organik ................................................. 97
B. Sayuran Organik .......................................................... 98
C. Teknologi Budidaya Organik ....................................... 99
D. Budidaya Selada Organik .......................................... 103

v
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Skema tindakan manusia ............................... 6


2. Gambar 2. Perbanyakan tanaman secara generative ....... 11
3. Gambar 3. Perbanyakan vegetative ................................ 12
4. Gambar 4. Fotosinteis, respirasi, .................................... 14
5. Gambar 5. Klasifikasi Deskriptif .................................... 16
6. Gambar 6. Klasifikasi Modern ........................................ 17
7. Gambar 7. Membuat media persemaian.......................... 18
8. Gambar 8. Menabur benih padi di persemaian ............... 22
9. Gambar 9. Model Jarak Tanam ....................................... 26
10. Gambar 10. TOT jagung di bekas tanaman padi ............. 37
11. Gambar 11. Pemangkasan Tanaman ............................... 38
12. Gambar 12. Hama pada Tanaman ................................... 42
13. Gambar. 13 Unsur Hara Penyusun Tanaman .................. 50
14. Gambar. 14 Macam Pupuk.............................................. 53
15. Gambar 15. Fase Pertumbuhan Padi ............................... 59
16. Gambar 16. Morfologi Padi ............................................ 69
17. Gambar 17. Malai Padi ................................................... 70
18. Gambar 18. Tanaman Padi Gogo .................................... 81
19. Gambar 19. Pohon Karet ................................................. 86

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Tumbuhan Semusim


Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupakan
istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya
dalam satu musim tanam. Dalam pengertian botani,
pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan yang
menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang
setahun. Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant,
menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu musim" adalah satu
tahap dalam setahun.
Contoh tanaman: Semusim unggulan, padi, jagung, kacang-
kacangan, umbi-umbian, sorgum, tebu, stevia.

B. Pengertian Tumbuhan Tahunan


Tumbuhan tahunan (perennial plants) adalah tumbuhan
yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi
atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih
dari dua tahun.
Contoh tanaman: tanaman tahunan unggulan meliputi
tanaman perkebunan dan industri (kopi, karet, kakao, teh,
kelapa sawit, kelapa, cengkeh, panili.

C. Istilah-istilah Penting
• Holtikultura
Berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan
cultura (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya
tanaman kebun. Berbeda dengan Agronomi, hortikultura
hanya mengolah tanaman buah, bunga, sayuran, dan obat-
obatan.

1
• Lingkungan
Keseluruhan faktor biotik maupun abiotik yang
mengelilinginya dan secara potensial mempengaruhi
organisme, lingkungan tersebut merupakan habitat
organisme.

• Produk
Sesuatu yang didapat atau diperoleh melalui proses.

• Produk Ekonomis
bobot kering bagian tanaman yg mempunyai nilai
ekonomi.

• Produk Biologis
bobot kering seluruh bagian tanaman.

• Limbah
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga).

• Hasil
Jumlah produk yang didapat tiap satuan luas lahan yang
ditanami (misal: ton/ha; kg/m2)

• Produksi
Produk yang didapat di suatu wilayah selama periode
waktu tertentu.

• Produktivitas

2
Produk yang didapat di suatu wilayah selama periode
waktu tertentu dalam luas lahan tertentu.

• Lahan
Permukaan bumi yang berupa tanah, batuan, mineral dan
kandungan cairan yang terkandung didalamnya yang
memiliki fungsi tersendiri yang dapat dimanfaatkan
manusia.

• Tanah
Produk dari pelapukan batuan bercampur dengan produk
dari dekomposisi bahan organik,dan merupakan media
tumbuh tanaman.

• Ekstensifikasi Pertanian
Perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya
belum dimanfaatkan manusia

• Intensifikasi Pertanian
Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada

• Tumbuhan
Flora yang hidup dengan sendirinya tanpa pengelolaan dari
manusia.

• Tanaman
Flora yang dikelola oleh manusia.

• Sistem budidaya tanaman

3
Sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam
nabati melalui upaya manusia yang dengan modal,
teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang
guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.

• Plasma nutfah
Substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup,
dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk
menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.

• Pemuliaan tanaman
Rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian
jenis dan/atau varietas yang sudah ada atau menghasilkan
jenis dan/atau varietas baru yang lebih baik.

• Benih tanaman adalah


Tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.

• Varietas
Bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain
yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama

• Sertifikasi
Proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui
pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi
semua persyaratan untuk diedarkan;

4
• Perlindungan tanaman
Segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu
tumbuhan;

• Organisme pengganggu tumbuhan


Semua organisme yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan;

• Eradikasi
Tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme
pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang menyebabkan
tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan di lokasi
tertentu;

• Pupuk
Bahan kimia atau organisms yang berperan dalam
penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara
langsung atau tidak langsung;

• Pestisida
Zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang
tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.

5
D. Tindakan Manusia dalam Mengatur Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Pertanian

Gambar 1. Skema tindakan manusia dalam mengatur


faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pertanian

6
BAB II
KELOMPOK FAKTOR BAHAN TANAMAN

A. Macam Bahan Tanaman


Faktor bahan tanam menjadi sangat penting karena bahan
tanam merupakan kunci awal dari keberhasilan budidaya
tanaman, Bahan tanam yang digunakan para petani bisa
berupa benih ataupun bibit, Bahan tanam menjadi penting
karena dalam bahan tanam berisi genetic yang akan
mempengaruhi keberhasilan budidaya tanaman. Varietas
tanaman yang akan diusahakan harus sesuai dengan kondisi
tanah, ketinggian tempat dan iklim daerah setempat.

Sebagai contoh ada varietas selada yang bila ditanam di


ketinggian di bawah 500 dpl akan menghasilkan daun selada
yang pahit, Penggunaan varietas baru juga menjadi sangat
penting dalam upaya mengurangi serangan hama dan penyakit
yang relative lebih mudah menyerang varietas yang sudah
terlalu lama ditanam, sehingga pergiliran varietas juga
menjadi sangat penting. Pada penggunaan varietas lama
tanaman padi seperti varietas IR 64 dan Ciherang ternyata
tingkat serangan penyakit jamur sangat besar sehingga
penanaman varietas yang relatif lebih baru seperti Mekongga,
Mapan, dan varietas baru lainnya menjadi hal sangat penting.

B. Varietas Unggul dan Pembuatannya


Untuk memberikan produk pertanian yang maksimal
bahan tanaman yang digunakan harus bersifat unggul, murni
dan mempunyai daya tumbuh yang tinggi. Varietas unggul
adalah varietas yang mempunyai kemampuan memberikan
hasil yang tinggi.

7
Varietas unggul

Tingkat kepekaan berbeda


terhadap lingkungan

Interaksi negatif/rendah
Interaksi positif

• Cara-cara untuk menciptakan varietas unggul baru


a. Bioteknologi Lama
➢ Hibridisasi
Perkawinan antarspesies, suku, ras atau varietas
tanaman yang bertujuan untuk memperoleh
organisme yang diinginkan. Hibridisasi buatan
bertujuan untuk menambah keragaman genetik baru
dalam jumlah banyak dan menghasilkan kombinasi
genetik dari tetua-tetua yang digunakan dalam
persilangan.

➢ Mutasi
Perubahan materi genetik yang disebabkan oleh
usaha manusia dan merupakan salah satu cara
meningkatkan keragaman tanaman
8
➢ Poliploidisasi
Teknik untuk membuat penampakan morfologi
tanaman terlihat lebih besar seperti bunga dan buah
lebih besar, serta tanaman lebih tinggi.

➢ Heterosis
Suatu fenomena pada hibrida yang menunjukkan
nilai F1 dari suatu persilangan melebihi nilai kedua
tetuanya. Persilangan antara galur homosigot yang
berbeda dapat menyembunyikan sifat cacat yang
resesif dan mengembalikan vigor hibrida.

b. Bioteknologi Baru
➢ Rekayasa genetika
Teknik memindahkan gen yang dikehendaki untuk
mengembangkan dan memperbaiki sifat tanaman,
hewan dan makhluk hidup lain.

➢ Kultur Jaringan
Suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang
ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri
tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.

C. Pengujian Varietas Baru


Pengujian dilakukan di berbagai daerah dengan keadaan
lingkungan lingkungan beragam.

9
D. Penyediaan benih dan menjaga kemurnian
Cepat/lambat tingkat keunggulan varietas baru akan
menurun dari generasi ke generasi berikutnya. Hal ini
disebabkan segregasi, hibridisasi atau mutasi. Kecepatan
turunnya tingkat kemurnian tergantung pada jenis tanaman,
cara perbanyakannya dan perhatian terhadap bahan tanaman
yang digunakan dalam budidaya.

E. Penanaman Benih
Penanaman adalah kegiatan pembenaman biji pada tanah
untuk memperoleh produktivitas tinggi, atau bagian yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengembangkan
tanaman. Penanaman benih dapat dibedakan dengan dua acara
penanaman yaitu :
1. Sebar langsung (direct seeding)
2. Pindah tanam (transplanting)
Pesemaian dapat dilakukan pada bedengan, wadah
polybag/plastik. Syarat tempat pesemaian ada tiga yaitu tanah
remah, subur dan dekat sumber air sehingga mudah untuk
menyiram benih, lokasi datar dan terbuka agar mempermudah
pesemaian dan pengawasan, bebas dari genangan air / banjir
atau binatang piaran (ternak ayam, sapi).

F. Perbanyakan Tanaman
a. Perbanyakan secara generative
Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara kawin
(seksual) antara benang sari dan putik, melalui proses
penyerbukan. Penyerbukan akhirnya terjadi

10
pembuahan terbentuk buah dan akhirnya terbentuk biji,
dan biji inilah yang digunakan untuk perbanyakan
tanaman.

Gambar 2. Perbanyakan tanaman secara generative

b. Perbanyakan secara vegetative


Perbanyakan secara vegetatif adalah cara
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan
bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, yang sama dengan induknya.

11
Gambar 3. Perbanyakan dengan cara vegetative
melalui penyambungan

12
BAB III
KELOMPOK FAKTOR ESENSIAL

A. Faktor Esensial
Faktor esensial merupakan faktor asupan yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, Faktor ini sangat
penting karena faktor esensial merupakan faktor input yang
akan diolah tanaman melalui proses fotosintesis yang akan
membentuk biomassa tanaman.
Faktor esensial terdiri dari unsur hara, sinar matahari , air,
dan oksigen. Keempat unsure ini harus tersedia dalam jumlah
yang cukup dan seimbang. Unsur hara tanaman didapat dari
alam yang berasal dari pembusukan bahan organic maupun
pelapukan mineral tetapi jumlahnya sangat terbatas sehingga
perlu ditambahkan input hara dari luar yaitu dengan
melakukan pemupukan.. Unsur yang dibutuhkan tanaman ada
dua jenis yaitu unsure hara makro dan unsure hara mikro.
Unsur hara makro seperti unsure N, P, K, Ca, Mg dan lainnya
dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman untuk
pertumbuhannya. Unsur mikro fe, cu, zn dan lainnya
walaupun dibutuhkan dalam jumlah relative sedikit oleh
tanaman tetapi sangat penting karena kekurangan unsure
mikro menjadikan pertumbuhan tanaman menjdi tidak
sempurna. Tetapi keberadaan unsure mikro ini juga tidak
boleh terlalu banyak karena menjadi racun bagi tanaman.
Ketersediaan air juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karena air merupakan pembentuk tubuh tanaman,
pelarut hara, penjaga kestabilan suhu tanaman dan juga
pengangkut hara yang dibutuhkan tanaman sehingga
jumlahnya harus tercukupi. Ketersediaan oksigen di sekitar
perakaran tanaman juga menjadi hal yang sangat penting

13
karena tanaman membutuhkan oksigen dalam proses
respirasi. Peningkatan kandungan oksigen dalam tanah

dilakukan dengan pengolahan tanah yang baik.


Gambar 4. Fotosinteis, respirasi, dan pertukaran air
daun.

Sinar matahari juga merupakan unsur penentu dalam


pertumbuhan tanaman. Sinar matahari sangat dibutuhkan
dalam reaksi fotosintesis dalam pembentukan biomassa
tanaman sehingga harus tercukupi jumlahnya. Kebutuhan
intensitas penyinaran matahari tiap tanaman memang
berbeda-beda. Ada tanaman yang memang membutuhkan

14
intensitas matahari penuh seperti tanaman padi, tanaman
palawija, tanaman pisang, tanaman cabe, dan lain lain. Bila
intensitas penyinaran matahari kurang maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Jenis tanaman tertentu ada juga yang
membutuhkan intensitas penyinaran rendah seperti tanaman
kakao, tanaman kopi dan beberapa tanaman hias, Tanaman
seperti ini memerlukan pengurangan intensitas penyinaran
misalnya dengan penanaman pohon naungan dan penggunaan
paranet, Bila intensitas sinar matahari yang diterima
berlebihan maka dapat menganggu tanaman seperti daun atau
batang terbakar sehingga produksi tanaman terganggu.

B. Klasifikasi Tanaman
Terdapat banyak cara untuk menggolongkan tanaman,
berdasarkan :
• Kegunaannya untuk manusia : pangan, bahan
bakar, kayu bangunan, makanan ternak dsb.
• Tempat tumbuhnya : laut, air tawar, tanah rawa,
pegunungan, sawah, darat, hutan dsb.
• Menurut wujud umum dan perawakan : herba
berdaun, semak, perdu, pohon dsb.
• Menurut gabungan wujud dan kegunaan : sayuran,
buahbuahan, umi-umbian dan kacang-kacangan.
Penggolongan ini hanya untuk kebutuhan sehari-hari,
tetapi untuk komunikasi dengan antar manusia yang berbeda
kebudayaannya tidaklah cukup.

a) Klasifikasi Deskriptif
Ilmuwan mengklasifikasikan makhluk hidup
berdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan, baik

15
morfologi, fisiologi maupun anatominya. Makin banyak
persamaan di antara makhluk hidup makin dekat
kekerabatannya, makin sedikit persamaan makhluk hidup
dikatakan makin jauh kekerabatannya.

Gambar 5. Klasifikasi Deskriptif

b) Klasifikasi Modern
Dalam tatanama makhluk hidup telah disepakati
penggunaan sederet takson yang disusun dari yang
beranggota besar (sedikit persamaan ciri) ke yang
beranggotakan kecil (banyak persamaan ciri).

16
Gambar 6. Klasifikasi Modern

17
BAB IV
Teknis Budidaya Tanaman

A. Teknis Budidaya Tanaman


1. Persemaian
Tanaman yang peka terhadap kerusakan akar pada waktu
pindah tanam, tidak perlu disemaikan lebih dahulu
Tanaman demikian sebaiknya ditanam langsung di
lapangan seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, bayam dll.
• Keuntungan penggunaan pesemaian
➢ Pemeliharaan lebih mudah
➢ Kesehatan bibit terjamin
➢ Dapat dilakukan pemilihan bibit
➢ Penggunaan bibit lebih efisien (dapat dihemat
• Kerugian penggunaan pesemaian
➢ Menambah biaya
➢ Terjadi kerusakan akar pada saat bibit dipindah
➢ Terjadi penghambatan pertumbuhan setelah bibit
dipindah (stagnasi)

Gambar 7. Membuat media persemaian


18
2. Pemilihan tempat pesemaian
• Lahan bersih dari gulma, sisa tanaman
sekelilingnya dan kotoran
• Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan
• Sirkulasi udara lancar
• Terlindung dari angin kencang, sengatan
matahari dan hujan
• Media tumbuh harus gembur dan subur
• Tidak tergenang air
• Dekat sumber air dan airnya tersedia sepanjang
tahun, terutama untuk menghadapi musim
kemarau.
• Dekat jalan yang dapat dilewati kendaraan roda
empat, untuk memudahkan kegiatan
pengangkutan keluar dan masuk kebun.
• Terpusat sehingga memudahkan dalam
perawatan dan pengawasan.
• Luasnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi
bibit.
• Lahan datar dan drainase baik.
• Teduh dan terlindung dari ternak

Lahan sebagai tempat kegiatan dari pembibitan


tanaman harus benar-benar bersih dari sampah dan
tanaman pengganggu. Oleh karena itu pembersihan lahan
sangatlah penting agar lahan tersebut terbebas dari sisa-
sisa tanaman sebelumnya atau rerumputan semak-semak
yang tumbuh, batu-batuan maupun sisa-sisa perakaran
dari tanaman sebelumnya yang dapat mengganggu
pertumbuhan akar bibit nantinya. Selama ini banyak cara
19
dalam melakukan pembersihan lahan seperti
pembabatan, penggunaan pestisida dan pembakaran.
Pembersihan lahan yang terbaik adalah dengan
membabat sisa-sisa tanaman atau rerumputan, lalu
mengumpulkannya pada tempat tertentu untuk
selanjutnya dijadikan pupuk kompos.

3. Pembuatan pesemaian
Persemaian merupakan termasuk hal penting dalam
budidaya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman terletak pada persemaian yang di
persiapkan yaitu jenis tanaman serta varietas tanaman
yang tentu harus unggul dan bagus untuk di tanam.
Tempat persemaian sebaiknya dalam satu hamparan
luas agar mudah pemeliharaannya. Pertama-tama, Olah
lahan persemaian padi dengan cara dibajak dan digaru 2-
3 kali sampai tanah dalam kondisi melumpur sedalam
kira-kira 20 cm. Setelah tanah diolah, buat bedengan
setinggi ±10 cm dengan lebar bedengan 100-150 cm dan
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan, kemudian
diantara bedengan dibuat saluran drainase.
Agar pertumbuhan benih menjadi subur, persemaian
diberi pupuk sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk
tanah yang kurang subur. Jenis pupuk yang digunakan
berupa urea, SP36, dan KCl dengan dosis 180 kg N, 72 kg
SP36, 60 kg KCl per Ha. Pupuk tersebut dicampur dengan
tanah sebelum benih ditaburkan. Lima hari setelah tabur
benih, persemaian diairi setinggi kira-kira 1 cm selama 2
hari. Setelah itu, persemaian diairi secara terus-menerus
setinggi kira-kira 5 cm.

20
• Usaha-usaha mempercepat perkecambahan bibit :
➢ Mekanis
Menghilangkan kulit biji, menipiskan dan
memotong/memecah kulit biji.
➢ Fisis
Merendam biji dalam air hangat atau air biasa
kemudian biji diperam.
➢ Khemis
Memperlakukan benih dengan bahan-bahan
nkimia misalnya HCl, H2SO4 dll

4. Menabur benih dipesemaian


a. Waktu Menabur
Waktu menabur benih tergantung iklim, macam
dan sifat tanaman, keadaan pengairan, waktu/umur
pemindahan bibit dan waktu pemungutan hasil.
b. Cara Menabur
• Benih ditabur atau disebarkan merata
dipermukaan petak pesemaian
• Benih ditabur dalam barisan/larikan
• Benih ditanam dengan tugal
c. Dalamnya menanam benih
Kedalaman tanam benih tergantung pada:
• Keadaan dan sifat benih
• Keadaan tempat penanaman
• Keadaan iklim
d. Letak benih waktu ditanam
Untuk tanaman berakar tunggang diupayakan agar
akar tidak bengkok, sedangkan untuk benih

21
berukuran kecil dan perakarannya serabut letak
benih tidak perlu diperhatikan.
e. Banyaknya benih
Banyak sedikitnya benih yang ditanam tergantung:
kualitas benih, keadaan tanah, keadaan iklim, cara
bertanam, waktu bertanam, alammya penanaman,
tujuan penanaman, besarnya benih, keadaan hama
dan penyebab penyakit.

Gambar 8. Menabur benih padi di persemaian

5. Pemeliharaan pesemaian
• Pemupukan
• Penyiraman
• Penggemburan tanah
• Penjarangan bibit
• Penjarangan atap peneduh
• Pengendalian hama dan penyebab
• Penyakit

22
6. Pemindahan bibit
a. Cara pemindahan bibit
Pemindahan dapat dilakukan dengan cara cabutan,
puteran dan potongan (stump).
b. Umur bibit
Kapan bibit harus dipindahkan tergantung pada
sifat tanaman, ketersediaan air dan cara
pemindahan.
c. Waktu pemindahan
Pemindahan Dilakukan pada sore hari

7. Penanaman
a. Waktu bertanam
Di Indonesia biasanya waktu bertanam umumnya
tergantung pada keadaan hujan sehingg
penanaman dilakukan pada awal dan akhir
musimpenghujan. Kapan sebaiknya waktu tanam
dimulai tergantung:
1) Jenis tanaman
2) Keadaan iklim
3) Pengairan
4) Tanah
5) Tujuan penanaman
6) Sistem/cara bertanam
b. Tempat penanaman
Penanaman dapat dilakukan di atas :
- Petakan (sayuran)
- Guludan (ubi-ubian)
- Selokan (tebu)

23
- Lubang tanam (tanaman tahunan)

c. Jarak tanam
Lebar sempitnya jarak tanam tergantung pada:
- Kesuburan tanah
- Sifat tanaman
- Tujuan penanaman
- Cara bertanam
- Kemiringan tanah
d. Cara bertanam
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang
baik dan merata, sebaiknya penanaman dilakukan
dalam barisan dengan jarak tanam tertentu. Jarak
tanam yang teratur akan memudahkan dalam
pemeliharaan, pemungutan hasil dan pengendalian
hamapenyakit serta gulma.

8. Pengaturan jarak tanam


Untuk menciptakan faktor-faktor yang dibutuhkan
tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap individu
tanaman dan mengoptimasi pengguna faktor lingkungan
yang tersedia.
Beberapa model jarak tanam :
a) Model acak
• biasanya untuk penyemaian padi (padi
gora/gogo rancah musim hujan yang relatif
pendek dan jumlah tenaga kerja yang terbatas
• sangat efisien dari segi waktu
• jarak antar individu tanaman yang tidak
teratur, pertumbuhan tanaman akan sangat

24
bervariasi, tanaman yang rapat akan sangat
bervariasi dan yang renggang rumbuh besar
sesuai dengan ketersediaan unsur lingkungan.

b) Model empat persegi panjang


Paling banyak digunakan petani dan peneliti.
Suatu tanaman dikelilingi oleh 8 tanaman yang
terletak pada 3 jarak yang berbeda.

c) Model jajaran genjang


• merupakan modifikasi dari empat persegi
panjang
• Dapat mengurangi masalah kekurangan
efisienan dari model empat persegi
panjang dalam penggunaan sumberdaya
lingkungan
• Butuh ketelitian yang lebih tinggi
sehingga sulit diterapkan oleh petani
• Kompetisi awal sulit dihilangkan

d) Model Bujur Sangkar


Hampir sama dengan model empat persegi
panjang kecuali T dan P jarak sama.

e) Model belah ketupat/heksagonal


Tanaman T dapat dipertimbangkan hanya
dikelilingi 6 tanaman yang membentuk segi enam
dan berjarak sama dari T.

25
Gambar 9. Model Jarak Tanam

9. Pemeliharaan tanaman
a. Melindungi tanaman
Tanaman muda yang baru saja dipindahkan tidak
tahan terhadap matahari langsung sehingga perlu
dinaungi dengan tanaman pelindung atau peneduh
(anyaman bambu,daun kelapa, pelepah pisang dll).
Syarat tanaman pelindung :
• Harus lebih tinggi daripada tanaman pokok
• Bentuk tajuk harus dapat melindungi
tanaman dengan baik
• Mudah dipangkas
• Pertumbuhannya cepat
• Tidak merupakan tanaman inang bagi hama
dan penyakit tanaman pokok
• Tidak berkompetisi dengan tanaman pokok
dalam mendapatkan zat makanan, cahaya
matahari dan air.

b. Mengairi tanaman
26
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 7 – 10 hari setelah tanam
untuk menggantikan tanaman yang kurang baik
pertumbuhannya atau mati.

d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma
yang dapat berkompetisi dengan tanaman pokok
terutama dalam menggunakan hara, air dan cahaya
matahari. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan
sebelum periode kritis tanaman pokok serta
dilakukan sebelum gulma berbunga. Penurunan
hasil karena gulma mencapai 30-50%.

e. Pembumbunan
Membumbun adalah mengangkat tanah pada kiri
kanan tanaman sehingga tanaman seolah-olah
berdiri di atas pematang/guludan.
Tujuan pembumbunan:
• Membantu pembesaran umbi dalam tanah
• Memacu pertumbuhan akar-akar baru
• Menghambat pertumbuhan tunas (tebu)
• Untuk mendapatkan tunas-tunas yang putih
dan halus (asparagus)
• Untuk mengalirkan air yang berlebihan

f. Menggemburkan tanah
Dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Adanya
hujan menyebabkan tanah menjadi padat dan dapat
menghambat proses penyerapan akar.
27
g. Pemangkasan
Tujuan dari pemangkasan :
• Mempercepat masaknya buah (jagung)
• Mengurangi kelayuan tanaman (pada
tanaman yang baru pindah tanam)
• Memperoleh bentuk tanaman yang baik
(tanaman hias)
• Memperoleh tanaman yang rendah (teh, kopi)
• Untuk memperoleh daun-daun yang muda
(teh, sayuran)
• Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang
terserang hama dan penyakit agar tidak
menular ke bagian lain.
• Mengurangi kelembaban udara pada tajuk
tanaman (kopi arabika)
Dalam pelaksanaan pemangkasan harus
diperhatikan :
• Alat yang digunakan harus tajam
• Cabang yang dipangkas tidak boleh pecah
• Luka harus licin, luka yang besar sebaiknya
ditutup dengan parafin
• Bidang pemangkasan harus condong ke
dalam atau keluar
• Kayu hasil pemangkasan harus dikumpulkan
untuk dibakar atau digunakan untuk
keperluan lain.

h. Membersihkan tanaman
Agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu, harus
dijaga kebersihannya yaitu dengan cara:
28
1. Membuang cabang, ranting, daun dan bagian
lain yang telah mati atau
2. terserang hama dan penyakit.
3. Membersihkan lumut yang terdapat pada
batang dan cabang
4. Membuang tanaman yang menumpang
(parasit)

i. Pemupukan
j. Pengendalian hama, penyakit dan gulma

B. Interaksi Antar Tanaman


Dua jenis tanaman yang berbeda, tergantung dari karakter
tanamannya, bila ditanam secara berdampingan dapat bersifat:
a. Kompetitif
Kombinasi dua jenis tanaman akan bersifat kompetitf
bila kedua jenis tanaman tersebut bersaing satu sama
lain dalam memanfaatkan sumberdaya yang sama,
yang terbatas sifatnya.
b. Suplementer
Kombinasi dua jenis tanaman akan bersifat
suplementer bila peningkatan produksi salah satu
jenis tanaman, tidak berpengaruh terhadap produksi
tanaman yang lain.
c. Komplementer
Kombinasi dua jenis tanaman akan bersifat
komplementer bila peningkatan produksi dari satu
jenis tanaman menyebabkan peningkatan produksi
pada jenis tanaman lainnya. Misalnya kombinasi
antara tanaman leguminose dengan padi.

29
BAB V
PENGOLAHAN TANAH

A. Pengolahan Media Tanah


Tujuan utama pengolahan media tanah :
• Menyediakan media tumbuh yang baik untuk
kelangsungan hidup tanaman
• Membantu memperbaiki drainase agar air mudah
dialirkan
• Mengeluarkan racun dalam tanah dengan cara
membalik tanah sehingga terjadi penguapan dan
membunuh atau memotong siklus hidup gulma

1. Jenis Tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang
berbeda terhadap media tanamnya. Tanaman yang
dipanen pada bagian akar (seperti umbi-umbian)
memerlukan media tanah yang gembur dan dalam agar
pertumbuhan umbinya lebih besar. Demikian juga jika
tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air,
maka drainase harus lebih baik.

2. Jenis Tanah
Jenis tanah yang mengandung lempung cenderung
lebih sulit dalam pengolahan tanah, karena jika terlalu
kering atau terlalu basah akan mengeras. Tanah
berlempung diusahakan diolah pada saat air kapasitas
lapang (air tidak tergenang dan tidak meresap). Untuk
tanah berpasir mengolah pada waktu basah akan lebih
mudah.

30
3. Kemiringan lahan
Kemiringan lahan diperhatikan untuk mengatur
jalannya air. Prinsipnya adalah pada waktu mengairi,
lahan dapat cepat mendapatkan air secara merata
(hemat air). Begitu juga jika mengeluarkan air, tidak
ada air yang tergenang (adanya kubangan pada lahan).
Pada waktu air keluar juga jangan sampai merusak
tanaman karena terlalu deras.
Prinsip tersebut dipakai untuk membuat got
ataupun bedengan tanaman. Kemiringan got atau
bedengan tanaman yang baik adalah 2% sampai 7%
tergantung curah hujan, jenis tanah, lebar
got/bedengan.

4. Musim
Musim pada saat mengolah tanah mempengaruhi
biaya dan mutu pengolahan tanah. Pada saat lahan
terlalu basah atau terlalu kering mutu pengolahan tanah
tidak sesuai harapan, bahkan kadang-kadang
pengolahan tanah tidak berguna, contohnya pada tanah
lempung basah kita lakukan rotary, tanah akan
menempel pada rotary dan hasilnya sangat minim.

5. Vegetasi Lahan
Vegetasi lahan adalah tumbuhan di lahan pada saat
pengolahan tanah. Idealnya pengolahan tanah
dilakukan pada saat tidak ada tumbuhan diatasnya. Alat
pengolahan tanah bisa terhambat jika banyak
vegetasi/tumbuhan pada lahan, sehingga hasil tidak
maksimal.

31
6. Jenis Alat
Jenis alat seperti bajak singkal, garu, rotary harus
disesuaikan dengan jenis tanaman dan jenis tanah.
Tanaman yang membutuhkan perakaran dalam
membutuhkan bajak. Sedangkan tanaman yang
membutuhkan gembur dapat mengunakan rotary.

7. Penyiapan dan pembersihan lahan


• Penyiapan lahan pada umumnya bertujuan
memperbaiki kemiringan lahan.
• Secara sederhana adalah menimbun lubang dan
memangkas gundukan.
• Pembersihan lahan biasanya diabaikan pada
pengolahan tanah, mungkin disebabkan sisa
panen atau gulma yang tumbuh sebelumnya
dapat menjadi bahan organik akibat tertimbun
pengolahan tanah.

8. Pembalikan Tanah
• Tujuan pembalikan tanah adalah memecah
kapiler tanah dan memperbaiki aerasi.
• Pembalikan tanah pertama diusahakan 90
derajat dari kemiringan tanah, supaya lahan
jadi lebih rata. Setelah pembalikan tanah
dibiarkan beberapa hari agar racun dalam tanah
menguap. Lebih sering tanah dibalik lebih
bagus.

32
• Alat yang dipakai biasanya bajak singkal atau
bajak piring (disc plow). Semakin dalam
pembalikan tanah akan semakin bagus.

9. Penggemburan Tanah
• Penggemburan bertujuan meremahkan tanah
supaya akar berkembang maksimal, semakin
gembur tanah akan mendukung pertumbuhan
awal tanaman (perkecambahan ataupun
pertumbuhan tanaman muda).
• Alat yang digunakan biasanya garu atau rotary.
Selain gembur biasanya tanah akan semakin
rata. Penggunaan rotary tidak efektif pada
lahan yang sangat basah.
• Gulma yang berkembang biak lewat akar jika
dirotary semakin terpotong banyak dan
semakin merata di lahan. Pemakaian herbisida
pra tumbuh akan membantu menekan gulma
pada lahan yang dirotary.

10. Pembuatan Alur Tanam (Bedengan)


• Pembuatan bedengan bertujuan sebagai tempat
tumbuh tanaman dan mengatur jalannya air.
Dengan bedengan jumlah tanaman bisa
dikontrol dan pemeliharaan lebih mudah.
• Kemiringan lahan perlu dijadikan acuan dalam
menentukan arah bedengan, hal ini bertujuan
agar drainase bisa lancar.
• Alat untuk membuat bedengan umumnya
mengunakan cangkul

33
• Setelah memperhatikan faktor-faktor sebelum
pengolahan tanah dan menentukan perlakuan
apa yang cocok untuk lahan dan tanaman, ada
satu hal yang sangat penting dipertimbangkan,
yaitu biaya.
• Biaya pengolahan tanah bisa mencapai 20 %
sampai 50 % dari biaya pemeliharaan.
Pengolahan tanah yang sempurna tentu lebih
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Tetapi jangan sampai penambahan perlakuan
pengolahan tanah menjadikan biaya produksi
melambung. Pengamatan kondisi lahan, sifat
tumbuh tanaman dan ketersediaan alat
pengolahan tanah dapat menjadikan
pertimbangan dalam menentukan kombinasi
perlakuan tanah.

B. Persiapan Lahan
1. Olah Tanah Sempurna
• Tanah dibajak dengan traktor atau cangkul
sedalam 15-25 cm dilakukan 2 kali, kemudian
permukaan lahan digaru sampai rata. Setelah
itu lahan siap ditanami.
• Pada waktu pengolahan, keadaan tanah
hendaknya tidak terlampau basah tetapi tidak
pula terlalu kering sehingga mudah dikerjakan,
tidak lengket dan mudah digemburkan.
• OTS biasa dilakukan pada tanah bertekstur
berat, sedangkan pada tanah ringan atau
berpasir tidak banyak diperlukan pengolahan
tanah.
34
Kelemahan :
➢ Memerlukan biaya tinggi
➢ Mempercepat kerusakan sumber daya tanah
(erosi)
➢ Dalam jangka panjang, mengakibatkan
pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah
lapis olah sehingga menghambat pertumbuhan
akar.

2. Pengolahan Tanah minimum (Minimum Tillage)


Pengolahan tanah minimum adalah pengolahan
tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya
tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal
lahan.
Manfaat :
• Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan
aliran pemukaan
• Mengamankan dan memelihara produktifitas
tanah agar tercapai produksi yang setinggi-
tingginya dalam waktu yang tidak terbatas.
• Meningkatkan produksi lahan usahatani.
• Menghemat biaya pengolahan tanah, waktu
dan tenaga kerja.
Beberapa cara pengolahan tanah minimum :
a. Pengolahan tanah disekitar lobang tanaman.
Lahan yang akan ditanami dibersihkan
dari rumput-rumput baik secara mekanis
maupun secara kimia dengan menggunakan
Herbisida Gyposate selanjutnya tanah ditutupi
mulsa dan sekitar lobang tanaman tanah diolah
seperlunya.

35
b. Pengolahan tanah di sekitar tanaman.
Pembersihan Iahan dari rumput-rumputan
dan pemberian mulsa sama dengan cara di atas
sedang pengolahan tanah dilakukan dalam jalur
tempat tumbuh tanaman.

c. Tanpa pengolahan tanah (Zero Tillage).


Dalam keadaan struktur dan porositas
tanah masih baik maka pengolahan tanah
beIum diperlukan.
Pada tanah yang tidak diolah biasanya akar
tanaman hanya mampu menembus sampai kedalaman
30 - 40 cm. Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan
pengolahan tanah seperlunya saja yaitu disekitar lobang
tanaman diikuti dengan pemberian mulsa.
Pemberian mulsa :
• Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (serasah)
yang susah lapuk.
• Penggunaan mulsa ini bermanfaat sebagai
pengendali gulma, meningkatkan aktivitas
organisme tanah, mengurangi penguapan
air tanah dan dapat menambah bahan
organic setelah mulsa tersebut mulai
lapuk.
• Cara pemberiannya dengan
menghempaskan mulsa tersebut di atas
permukaan lahan secara merata dengan
tebal 3 - 5 cm sebanyak 5 ton/Ha.

Tanpa Olah Tanah (TOT)

36
• Tanah disemprot herbisida, kemudian
dibiarkan selama 1 minggu, kemudian
ditanami.
• Cara TOT lain adalah lahan langsung
ditanami tanpa adanya persiapan lahan,
tetapi hanya dibuatkan lajur tanam pada
barisan yang akan ditanami.

Gambar 10. TOT jagung di bekas tanaman


padi

37
BAB VI
TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN

A. Teknik-teknik Pemeliharaan Tanaman


1. Pemangkasan
Pemangkasan adalah penghilangan beberapa bagian
tanaman. Dalam suatu kebun hal ini biasanya berkaitan
dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang
berpenyakit, tidak produktif, atau yang tidak diinginkan.

Gambar 11. Pemangkasan Tanaman

2. Tujuan pemangkasan adalah untuk :


• Memperoleh cabang yang baru.
• Mempermudah masuknya cahaya kedalam
tubuh tanaman
• Memperlancar peredaran udara.
• Membuang cabang-cabang tua yang tidak
produktif lagi.

38
•Membuang cabang-cabang yang terserang
hama atau penyakit.
3. Cabang yang dipangkas meliputi :
1. Cabang yang tua/tidak produktif
2. Cabang yang terserang hama dan penyakit
3. Cabang yang mengarah ke dalam
4. Cabang yang menggantung
5. Tunas air

4. Macam Pemangkasan :
• Pemangkasan pucuk
Pemangkasan pucuk bertujuan untuk
mengurangi persaingan hasil fotosintesis antara
daun dan buah. Prinsipnya adalah menghilangkan
tunas apikal, yaitu tunas yang tumbuh di pucuk
batang tanaman.
Pada tanaman bunga kertas, perlakuan
pemangkasan pucuk saat umur tanaman masih
muda dapat menambah nilai kekompakan tanaman
yaitu kecerahan warna bunga yang seragam dan
bunga mekar yang serempak. Sementara itu,
pemangkasan pucuk tanaman timun pada ruas ke-
15 dapat menghasilkan jumlah benih per buah,
bobot kering benih per buah, dan bobot kering
benih pertanaman lebih baik.

• Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk bertujuan membentuk
kerangka pohon yang diinginkan, dimana
percabangannya diatur dengan arah yang
menyebar dan produktif sehingga pertumbuhan

39
batang dan cabang lebih kuat. Sebagai contoh,
pada tanaman kopi dilakukan pemangkasan
bentuk sebanyak dua tahap yaitu saat berumur 8-
12 bulan dan 1-2 tahun agar percabangan lebih
stabil dan kuat.

• Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan ini dilakukan sesudah
pemangkasan bentuk, tanaman dipelihara dan
dipertahankan bentuknya. Cabang yang kurang
produktif atau terserang hama penyakit segera
dilakukan pemangkasan agar unsur hara yang
diberikan dapat tersalur kepada batang-batang
yang lebih produktif.
Tanaman melati yang tumbuhnya lebih dari
satu meter, sebaiknya dilakukan pemangkasan
agar tidak memanjat ke tanaman yang lain.
Pemangkasan pemeliharaan dapat berfungsi juga
untuk menambah nilai estetika atau keindahan.

• Pemangkasan peremajaan
Pemangkasan ini diperlukan untuk
meremajakan pertumbuhan tanaman. Maksud dari
meremajakan, yaitu mengganti tajuk tanaman
lama atau tua dengan yang baru dan masih
produktif. Pada tanaman kopi, pemangkasan
peremajaan dilakukan menyeluruh ketika tanaman
sudah tua atau mengalami kerusakan mencapai
ambang 50%. Cara pemangkasan peremajaan ialah
dengan menebang pohon, mengurangi
percabangan, atau merobohkan pohon.

40
5. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali
bagian-bagian yang kosong bekas tanaman yang
mati/diduga akan mati atau rusak sehingga terpenuhi
jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas
tertentu sesuai dengan jarak tanamnya.

6. Penjarangan
Penjarangan adalah suatu tindakan pengurangan
banyaknya tanaman untuk memberi ruang tumbuh
bagi tanaman yang tersisa. Pada umur tertentu,
dilakukan penjarangan agar kepadatan populasi
mencapai tingkat yang paling optimal untuk mencapai
hasil yang maksimum.

B. Kelompok Faktor Gangguan


Budidaya pertanian tentu tak bisa lepas dari masalah-
masalah yang mengganggu tanaman bahkan mengancam
keberhasilan panen. Setiap gangguan yang dialami oleh
tanaman akan berpotensi mengurangi produktivitas panen,
bahkan bisa menjadi penyebab kegagalan. Oleh karenanya
setiap gangguan pada tanaman harus diupayakan
penanganannya agar dampak yang merugikan bisa
diminimalisir sesegera mungkin, seefisien dan seefektif
mungkin.
Efisiensi dan efektivitas akan dapat tercapai apabila
mendayagunakan sarana dan metode yang tepat sesuai dengan
tipe gangguan yang terjadi. Oleh karena itu harus betul-betul
mengenali penyebab-penyebab gangguan fisiologis tersebut

41
baik dari gejala fisik, kronologi perlakuan pada tanaman,
maupun mengamati kondisi lingkungan. Penyebab gangguan
tanaman dibedakan menjadi 2 jenis faktor, yaitu faktor biotik
(hama, penyakit dan gulma) dan faktor abiotik (bencana alam
banjir, tanah longsor dll).

1. Hama, penyakit, gulma dan pengendaliannya


Hama dan penyakit seringkali mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terganggu, bahkan dapat
menggagalkan terwujudnya produksi. Hama yang merusak
tanaman bisa disebabkan oleh hewan dari kelas rendah
sampai dengan hewan kelas tinggi (mamalia). Sedangkan
penyakit tumbuhan disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Kekurangan hara pun termasuk golongan penyakit.
Sedangkan gulma adalah tumbuhan liar yang mengganggu
tanaman budidaya. Contoh : rumput, alang-alang, benalu.

a. Hama
Hama adalah pengganggu tanaman yang berupa hewan.
Berdasarkan klasifikasi hama pengganggu tanaman,
dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, yaitu

Gambar 12. Hama pada Tanaman


42
Mamalia : babi hutan, burung
Rodentia : tikus sawah, tupai
Anthropoda : serangga/insekta (ulat)
Nematoda : ulat tanah, cacing

Pertumbuhan dan perkembangan hama seperti


pertumbuhan dan perkembangan binatang lain. Mereka
juga membutuhkan makanan yang mengandung gizi
yang diperlukan oleh tubuh. Tatapi tidak setiap hama
cocok dengan makanan yang ada pada seluruh bagaian
tumbuhan, kadang-kadang mereka hanya makan bagian
tertentu dari tanaman tersebut seperti pucuk tanaman
atau titik tumbuh, daun, batang, akar, buah atau biji.
Kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang
disebabkan oleh hama menyebabkan kondisi tanaman
menjadi tidak normal lagi. Tanda-tanda yang nampak
dari luar pada tanaman yang sakit ialah :
• Terjadi perubahan warna pada organ tanaman,
seperti daun dan batang menguning atau
coklat.
• Tanaman layu sebagai akibat sel-sel dan
jaringan tanaman yang dirusak oleh hama,
bahkan tanaman tersebut bisa mati.
• Tanaman kerdil karena fungsi jaringan
terganggu sehingga tidak dapat menyalurkan
makanan dengan baik.
Kondisi tanaman yang tidak normal ini kelak dapat
mengakibatkan tanaman kehilangan hasil (jield losses).
Hal ini merupakan akibat proses terbentuknya buah

43
atau biji terganggu oleh organ tubuh yang rusak.
Beberapa contoh hama yang menyerang tanaman
budidaya antara lain :
• Tikus menyerang padi, jagung dan singkong
• Tupai dan belalang Sexava menyerang kelapa
• Kutu loncat menyarang lamtorogung dan
petai cina
• Ulat penggerek buah jagung (Helicoverpa
armigera)
• Hama wareng coklat menyerang batang padi
(Nilaparvata lugens)
• Hama walang sangit menyerang bulir padi
muda (leptocorisa oratorius (F))
• Ulat kupu artona menyerang kelapa

b. Penyakit
Penyakit adalah pengganggu tanaman yang
disebabkan oleh bakteria, virus dan jamur (golongan
mikroorganisme). Pertumbuhan tanaman yang
terserang penyakit, terganggu aktivitas jaringan
tanaman serta sel-sel yang didalamnya, menjadi tidak
normal lagi.
Beberapa contoh penyakit yang menyerang
tanaman budidaya yang disebabkan oleh mikroba
(virus, jamur, bakteri) antara lain :
• Penyakit bulai, menyerang tanaman jagung
yang disebabkan oleh cendawan/jamur.
• CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
merupakan penyakit kerusakan pembuluh
tapis/floem pada tanaman jeruk yang
disebabkan virus.
44
• Jamur Armelaria, menyerang akar tanaman
jeruk.
• Penyakit hangus, disebabkan oleh jamur
Ustilago maydis yang menyebabkan biji
jagung menjadi kehitaman.
• Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback)
yang menyerang jaringan pembuluh tanaman
coklat.
• Penyakit tungro disebabkan oleh virus tungro,
menyerang padi debgab gejala-gejala warna
daun kuning, anakan berkurang, kerdil,
seperti kurang nitrogen.

c. Gulma
Gulma biasanya dinamakan “tumbuhan
pengganggu”, tetapi bagi gulma lebih populer disebut
rumput-rumputan. Menurut para ahli, gulma terdiri
atas 3 golongan utama : golongan rumput, golongan
teki, golongan tumbuhan berdaun lebar. Gulma yang
paling banyak mengganggu tanaman ialah golongan
rumput, golongan berdaun lebar, dan yang paling
sedikit golongan teki. Meskipun begitu, golongan teki
ini yang banyak merusak.
1. Golongan rumput
• Echinochloa crus galli (jawan,
jajagoan)
• Echinochloa colonum (tuton,
jajagoan leutik)
• Panicum repens (suket balungan,
jajahean)
2. Golongan teki
45
• Cyperus difformis (sunduk welut,
jukut papayungan)
• Cyperus iria (jakeng)
3. Golongan berdaun lebar
• Marsilea crenata (semanggen,
semanggi)
• Salvinia molesta (janji, jukut cai)
• Sagittaria guayanensi (eceng)
• Limnocharis flava (genjer)
• Monochoria vaginalis (wewehan,
eceng lembut)
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan gulma antara lain :
1. Penyiangan dengan tangan dengan mencabut
gulma.
2. Penyiangan dengan landak/alat
mekanis/bajak kecil.
3. Mematikan rumput dengan perendaman
4. Pengendalian dengan herbisida/bahan kimia
untuk mengendalikan gulma.
5. Pengendalian dengan cara tumpang sari,
misalnya dengan tanaman kacang-kacangan
bisa menambah unsur nitrogen.

Pengendalian dan pemberantasan hama, penyakit dan


gulma tanaman dapat dilakukan secara fisis (mekanik),
secara kimiawi, secara biologis, dan secara langsung.
1. Pemberantasan secara fisis yaitu
memberantas gulma, hama, dan penyakit
tumbuhan dengan membunuhnya satu per
satu.
46
2. Pemberantasan gulma secara kimiawi yaitu
memberantas gulma, hama, dan penyakit
dengan menggunakan zat kimia atau
pestisida.

Macam-macam pestisida sebagai berikut :


1. Insektisida untuk mengendalikan serangga
2. Fungisida untuk mengendalikan fungi atau
jamur
3. Herbisida untuk mengendalikan gulma
4. Bakterisida untuk mengendalikan bakteri
5. Rodentisida untuk mengendalikan tikus
6. Moluskisida untuk mengendalikan moluska
7. Nematisida untuk mengendalikan nematoda

Selain menggunakan zat kimia yang dibuat di pabrik


(pestisida kimia sintetis) , pemberantasan penggangu
tanaman dapat menggunakan berbagai jenis tanaman
(pestisida nabati), misalnya sebagai berikut :
1. Bawang putih untuk membunuh ngengat,
belalang, dan ulat buah
2. Tomat untuk membunuh ulat daun
3. Cabai untuk memberantas semut dan serangga
kecil lain
4. Empon-empon (tanaman obat yang berbentuk
umbi) untuk mengusir wareng
5. Pestisida Bt (Bioteknologi) sekarang banyak
digunakan untuk pengganti pestisida tang
berbahaya. Pestisida Bt mengandung toksin
(zat racun yang dihasilkan oleh suatu jenis
organisme) dibuat secara alami melalui bakteri

47
Bacillus thuringiensis. Pestisida Bt tidak
berbahaya bagi manusia dan hewan, tetapi
profesional membasmi hama
6. Pemberantasan hama secara biologis yaitu
memberantas gulma, hama, atau penyakit
dengan musuh alaminya atau dengan
melapaskan hewan jantan mandul. Hewan
jantan mandul diperoleh dengan cara meradiasi
hewan jantan. Setelah itu, hewan jantan
dilepaskan ke alam untuk bersaing dengan
hewan jantan normal dalam membuahi hewan
betina.
7. Pemberantasan hama secara ekologis yaitu
memberantas gulma, hama atau penyakit
dengan cara merubah lingkungan

Pengendalian hama dan penyakit dapat berhasil baik


apabila memperhatikan hal berikut :
1. Waktu penggunaan, pestisida hanya digunakan
pada waktu-waktu tertentu saja disaat
pengguanaan cara lain sudah tidak
memungkinkan lagi
2. Dosis yang tepat, pestisida digunakan dengan
dosis yang tepat disesuaikan dengan kondisi
setempat
3. Luas areal yang terserang, pestisida digunakan
seperlunya saja sesuai dengan luas areal yang
terserang agar efek lethal pestisida pada areal
pertanaman yang lain tidak terpengaruh
4. Jenis pestisida yang selektif, dipilih pestisida
yang secara efektif hanya mematikan jenis

48
hama atau penyakit sasaran saja dan
mempunyai daya racun tinggi

BAB VII
PUPUK DAN PEMUPUKAN

A. Unsur Hara
Unsur hara merupakan suatu unsur yang sangat berperan
penting dalam tanaman, karena tanpa adanya unsur hara

49
tanaman tidak bisa hidup dimuka bumi ini. Unsur hara yang
mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K. Kandungan N pada
pupuk urea (CO(NH2)2) sebanyak 46 %. Urea dapat langsung
dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah akan
diubah menjadi ammonium dan nitrat melalui proses
amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah. Tanaman padi
menyerap amonium 5-20 kali lebih cepat dibandingkan
dengan nitrat.

Gambar. 13 Unsur Hara Penyusun Tanaman

Peranan unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah


sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan
pembentukan khlorofil karena itu N mempunyai fungsi
membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak
mengandung butirbutir hijau dan yang terpenting dalam
proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman yang
dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan,
menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki
kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras,
50
meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah isi,
menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad
renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di
dalam tanah).
Kekurangan nitrogen akan menimbulkan gejala
pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun
sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning
dan mati. Khlorosis di daun tua dan semakin parah akan
terjadi juga pada daun muda. Unsur N pada tanaman padi
diperlukan dalam jumlah banyak pada awal dan pertengahan
fase anakan untuk memaksimalkan jumlah malai.

Fungsi unsur hara mineral secara umum :


• Pembentuk protoplasma dan dinding sel
• Mempengaruhi tekanan osmotik sel tanaman
• Mempengaruhi kemasaman cairan sel dan bekerja
sebagai buffer
• Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma

Keracunan suatu unsur hara terjadi apabila kadar larutan


unsur tersebut di dalam medium melebihi batas atas atau kadar
sufisien, tetapi kalau kadarnya dalam larutan lebih rendah
daripada batas bawah kadar sufisien tanaman akan mengalami
defisiensi atau kelaparan unsur hara tersebut.

Unsur hara diserap tanaman melalui tiga mekanisme :


1. Unsur hara dapat diserap langsung oleh akar bersama
dengan penyerapan air dari larutan tanah.
2. Unsur hara memasuki membran sel akar mengikuti
hukum difusi, tanpa mengikutsertakan air. Jika

51
konsentrai ion terlarut di dalam larutan tanah lebih
tinggi daripada di dalam sel akar, ion dari larutan
tanah akan bergerak ke dalam sel akar.
3. Proses pertukaran ion. Mekanisme ini terjadi karena
pernapasan akar menghasilkan CO2 yang bergabung
dengan air dalam tanah membentuk asam karbonat
(H2CO3). Selanjutnya H2CO3 terurai membentuk
H+ dan HCO3-. Ion H+ pada permukaan atau di
dalam akar akan bertukar posisi dengan unsur hara
yang terikat pada koloid tanah.

Unsur hara yang diserap oleh tanaman berasal dari 3


sumber :
1. Bahan Organik
2. Sebagian dapat langsung digunakan oleh tanaman,
sebagian lagi tersimpan untuk jangka waktu yang
lebih lama. Bahan organik harus mengalami
dekomposisi (pelapukan) terlebih dahulu sebelum
tersedia bagi tanaman.
3. Mineral alami
4. Mineral alami ini berubah menjadi unsur hara yang
tersedia bagi tanaman setelah mengalami
penghancuran oleh cuaca.
5. Unsur hara yang terjerap atau terikat
6. Unsur hara ini terikat di permukaan atau di antara
lapisan koloid tanah dan sebagai sumber utama dari
unsur hara yang dapat diatur oleh manusia. Unsur hara
yang terikat ini biasanya tidak dapat digunakan oleh
tanaman, karena pH-nya ekstrim atau terdapat
ketidakseimbangan jumlah unsur hara. Lewat

52
pengaturan pH tanah, unsur hara ini dapat diubah
menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman.

B. Pupuk & Pemupukan


Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Tindakan mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan
pengembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar
produksi tanaman tetap normal atau meningkat. Tujuan
penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan
tercapainya keseimbangan antara unsur-unsur hara yang
hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi, dan
pencucian lainnya.

Gambar. 14 Macam Pupuk


Tindakan pengembalian/ penambahan zat-zat hara
ke dalam tanah ini disebut pemupukan. Jenis pupuk yang
digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga diperlukan
metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang
53
ditambahkan hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan
yang kurang didalam tanah. Konsentrasi, waktu, dan cara
pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan tidak
merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi serta
waktu dan cara aplikasinya.
Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk dapat berbeda
pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya. Menurut
jumlah unsur haranya pupuk dibedakan menjadi pupuk
tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
digunakan untuk menyuplai satu jenis hara, sekalipun di
dalamnya terdapat beberapa hara lainnya sebagai ikatan,
sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi
campuran secara fisik atau formulasi pupuk (dua atau lebih
pupuk tunggal) untuk memasok dua atau lebih unsur hara
sekaligus. Menurut cara aplikasinya pupuk buatan
dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar.
Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun
tanaman, sedangkan pupuk akar diserap lewat akar dengan
cara penebaran di tanah.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan menyuplai
bahan organic untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
biologi tanah.

Pengaturan cara penempatan pupuk memiliki tujuan :

54
• Tanaman dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin unsur hara dari pupuk melalui
minimalisasi terjadinya pencucian dan penguapan
• Cara aplikasi yang dipilih harus aman bagi
tanaman dan biji yang ditanam
• Cara aplikasi yang tepat menjadikan jumlah pupuk
yang ditebar sesuai dengan dosis yang diinginkan
(akurat)
• Pilih cara aplikasi yang paling efisien dalam
memanfaatkan sumber daya tenaga kerja,
waktu, alat dan bahan.

Dalam memilih cara aplikasi atau penempatan pupuk,


pertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
a. Tanaman yang akan dipupuk
• Nilai ekonomis tanaman dan luas areal
tanam.
• Umur tanaman
• Tipe perakaran
• Jarak tanam dan karakter tajuk
b. Jenis pupuk yang digunakan
• Mobilitas unsur hara di dalam tanah.
• Pupuk kalium dan nitrogen cenderung
mudah bergerak (mobil) dari tempat asal
penebaran.
• Perhatikan juga sifat pupuk yang lain.
Misalnya indeks garam, butiran pupuk dll.

55
c. Dosis pupuk
Tidak disarankan penempatan pupuk dengan dosis
sangat tinggi di dalam larikan atau di dalam tugalan
karena dapat merusak tanaman.
d. Faktor lain
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
penempatan pupuk adalah iklim, jenis tanah dan
ketersediaan air.

Cara Aplikasi Pupuk :


a. Larikan (parit kecil disamping barisan tanaman
sedalam 6-10 cm)
b. Penebaran secara merata di atas permukaan tanah
c. Pop up (pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada
saat penanaman benih/bibit)
d. Penugalan
e. Fertigasi (pupuk dilarutkan ke dalam air dan
disiramkan pada tanaman melalui air irigasi)

C. Penghitungan Penggunaan Pupuk


1. Hasil analisis tanah merekomendasikan untuk
melakukan pemupukan dengan 200 gram N, 100 gram
P2O5 dan 200 gram K2O per tanaman. Pupuk yang
tersedia di pasaran adalah urea (45% N), SP 36 (36%
P2O5) dan KCL (60% K2O). Berdasarkan
rekomendasi pemupukan dan kenyataan di pasaran,
bobot setiap pupuk yang diperlukan untuk memenuhi
rekomendasi di atas adalah :
Urea yang diperlukan : 100/45 x 200 g = 444 g
SP36 yang diperlukan : 100/36 x 100 g = 278 g
KCl yang diperlukan : 100/60 x 200 g = 333 g

56
2. Di dalam buku pedoman bercocok tanam dianjurkan
untuk menggunakan urea (45%) sebanyak 100 gram.
Pupuk N yang tersedia adalah ZA (26% N).
Berdasarkan data-data tersebut, pupuk yang digunakan
adalah :
45/100 x 100 g urea = 45 g N sehingga ZA yang
diperlukan untuk memasok 45 g N adalah 100/26 x 45
g = 173 g.

3. Penyuluh pertanian menyarankan untuk menggunakan


1 kg pupuk NPK 15.15.15 per pohon, tetapi harga
pupuk NPK sangat mahal. Pupuk yang tersedia adalah
urea (45% N), SP 36 (36% P2O5) dan KCl (60%
K2O). Menurut data-data diatas, dosis ZA, SP 36 dan
KCl yang diperlukan untuk mengganti I kg pupuk
NPK 15.15.15 adalah :
15/100 x 1.000 g = 150 g N
15/100 x 1.000 g = 150 g P2O5
15/100 x 1.000 g = 150 g K2O
Untuk memasok 150 gram N diperlukan urea
sebanyak :
100/45 x 150 = 333 gram.
Untuk memasok 150 gran P2O5 diperlukan SP36
sebanyak :
100/36 x 150 = 471 gram.
Untuk memasok 150 gram K2O diperlukan KCl
sebanyak :
100/60 x 150 = 250 gram.

57
BAB VIII
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PADI

A. Fase Pertumbuhan
Uraian fase-fase pertumbuhan padi disajikan berdasarkan
informasi/data dan karakteristik IR64, varietas unggul
berdaya hasil tinggi, semidwarf (tinggi sedang), namun secara
umum berlaku juga untuk varietas lainnya.
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam 3 fase :
1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan
malai);
2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan);
dan
3. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)

58
Gambar 15. Fase Pertumbuhan Padi

Ketiga fase pertumbuhan terdiri atas 10 tahap yang


berbeda. Tahapan tersebut berdasarkan urutan adalah sebagai
berikut :
• Fase Vegetatif, awal pertumbuhan tanaman padi :
Tahap 0, adalah sejak berkecambah sampai
muncul ke permukaan :
Tahap 1, disebut pertunasan :
Tahap 2, adalah pembentukan anakan :
Tahap 3, adalah pemanjangan batang :

• Fase reproduksi, fase kedua dari pertumbuhan


padi.
Tahap 4, adalah pembentukan malai sampai
bunting :
Tahap 5, adalah keluarnya bunga atau malai :
Tahap 6, adalah pembungaan :

59
• Fase pematangan, fase akhir dari perkembangan
pertumbuhan tanaman padi.
Tahap 7, adalah tahap gabah matang susu :
Tahap 8, adalah gabah matang adonan
(doughrain) :
Tahap 9, adalah gabah matang penuh:

B. Fase Vegetatif
1. Tahap 0 – berkecambah sampai muncul ke
permukaan :
• Benih biasanya dikecambahkan melalui
perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga
selama 24 jam. Setelah perkecambahan bakal akar
dan tunas (the radicle and plumule) menonjol
keluar (protrude) menembus kulit gabah (sekam).
• Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar di
persemaian, daun pertama menembus keluar
melalui koleoptil.
• Akhir tahap 0 memperlihatkan daun pertama yang
muncul masih melengkung (curled) dan bakal akar
memanjang (an elongated radicle).

2. Tahap 1 – Pertunasan
• Tahap pertunasan mulai begitu benih
berkecambah sampai dengan sebelum anakan
pertama muncul. Selama tahap ini, akar seminal
dan 5 daun terbentuk.
• Sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi
terbentuk. Daun terus berkembang pada
kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap
awal pertumbuhan.
60
• Kemunculan (adventitious) akar sekunder
membentuk sistem perakaran serabut permanen
dengan cepat menggantikan radikula dan akar
seminal sementara.
• Bibit umur 18 hari siap untuk di tanam pindah.
Bibit mempunyai 5 daun dan sistem perakaran
yang berkembang dengan cepat.

3. Tahap 2 – Anakan
• Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan
pertama sampai pembentukan anakan maksimum
tecapai.
• Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada
buku batang dan menggantikan tempat daun serta
tumbuh dan berkembang.
• Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan
pertama yang mengapit batang utama dan
daunnya.
• Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama
memunculkan anakan sekunder. Ini terjadi pada
30 hari setelah tanam pindah.
• Tanaman memanjang dan aktif membentuk
anakan. Foto di bawah ini, lahan dengan tanaman
pada tahap awal pembentukan anakan. Perhatikan
ukuran anakan dan perkembangan kanopi dengan
meningkatnya perkembangan jumlah daun dan
anakan.
• Selain sejumlah anakan primer dan sekunder,
anakan tersier tumbuh dari anakan sekunder
seiring pertumbuhan tanaman yang bertambah
panjang dan besar.
61
• Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai
pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang
utama. Anakan terus berkembang sampai
tanaman memasuki tahap pertumbuhan
berikutnya yaitu pemanjangan batang.

4. Tahap 3 – Pemanjangan batang


• Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai
atau terjadi pada tahap akhir pembentukan
anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang
tindih dari tahap 2 dan 3.
• Anakan terus meningkat dalam jumlah dan
tingginya.
• Periode waktu pertumbuhan berkaitan nyata
dengan memanjangnya batang. Batang lebih
panjang pada varietas yang jangka waktu
pertumbuhannya lebih panjang. Dalam hal ini,
varietas padi dapat dikategorikan pada 2 grup :
varietas berumur pendek yang matang dalam 105-
120 hari dan varietas umur panjang yang matang
dalam 150 hari.
• Pada varietas umur genjah semidwarf seperti
IR64, buku kelima dari batang, di bawah
kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm
terlihat kasat mata sebelum pembentukan malai.
Slide ini adalah batang yang dibelah untuk
memperlihatkan panjang dari ruas buku pada
awal tahap pembentukan malai.
• Anakan maksimum, memanjangnya batang, dan
pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada
varietas umumr genjah (105-120 hari).
62
• Pada varietas umur dalam (150 hari), terdapat
yang disebut lag periode vegetatif dimana anakan
maksimum terjadi. Hal ini diikuti oleh
memanjangnya batang atau ruas batang
(internode), dan akhirnya sampai ke tahap
pembentukan malai.

C. Fase Reproduksi
1. Tahap 4 – Pembentukan sampai bunting :
• nisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh
(growing shoot) menandai mulainya fase
reporoduksi. Primordia malai menjadi kasat mata
pada sekitar 10 hari setelah inisiasi. Pada tahap
ini, 3 daun masih akan muncul sebelum malai
pada akhirnya timbul kepermukaan.
• Pada varietas genjah, malai terlihat berupa
kerucut berbulu putih (white feathery cone)
panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada
ruas buku utama (main culm) kemudian pada
anakan dengan pola tidak teratur. Dapat terlihat
dengan membelah batang.
• Saat malai terus berkembang bulir (spikelets)
terlihat dan dapat dibedakan.
• Malai muda meningkat dalam ukuran dan
berkembang ke atas di dalam pelepah daun
bendera menyebabkan pelepah daun
menggembung (bulge). Penggembungan daun
bendera ini disebut bunting.
• Bunting terlihat terjadi pertamakali pada ruas
batang utama.

63
• Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua
dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada
bagian dasar tanaman.

2. Tahap 5 – Heading
Dikenal juga sebagai tahap keluar malai. Heading
ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah
daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar
seutuhnya dari pelepah daun.

3. Tahap 6 – Pembungaan
• Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari
menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses
pembuahan. Pada pembungaan, kelopak bunga
terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak
bunga (flower glumes) karena pemanjangan
stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak
bunga kemudian menutup.
• Serbuk sari (tepung sari-pollen) jatuh ke putik,
sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil
berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari
yang muncul (bulat, struktur gelap dalam
ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.
• Proses pembungaan berlanjut sampai hampir
semua spikelet pada malai mekar. Dari kiri ke
kanan, gambar ini menunjukkan anthesis atau
pembungaan pada ujung dari malai, hari pertama
setelah heading; anthesis pada tengah2 malai,
dua hari setelah heading; anthesis pada malai
ketiga dari bawah, 3 hari setelah heading.

64
• Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada
umumnya, floret (kelopak bunga) membuka
pada pagi hari. Semua spikelet pada malai
membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5
daun masih aktif.
• Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan
pada saat dimulainya pembungaan dan
dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan
nonproduktif.

D. Fase Pematangan
1. Tahap 7 – gabah matang susu
• Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan
serupa susu.
• Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu,
dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit
gabah di antara dua jari.
• Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan
(senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun
bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau.

2. Tahap 8 – gabah ½ matang (dough grain stage)


• Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu
berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya
mengeras
• Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan
(senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar
tanaman nampak semakin jelas.

65
• Pertanaman terlihat menguning. Seiring
menguningnya malai, ujung dua daun terakhir
pada setiap anakan mulai mengering.

3. Tahap 9 – Gabah matang penuh


• Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras
dan berwarna kuning.
• Slide ini memperlihatkan tanaman padi pada
tahap matang. 90 – 100 % dari gabah isi berubah
menjadi kuning dan keras.
• Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun
dari sebagian varietas ada yang tetap hijau).
Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada
bagian dasar tanaman.

66
BAB IX
MORFOLOGI PADI

A. Bagian Vegetatif
1. Akar
Tanaman padi termasuk kedalam golongan
tanaman monokotil atau tanaman yang bijinya
berkeping satu. Salah satu ciri umum dari tanaman
monokotil adalah tipe akarnya serabut. Tanaman padi
memiliki akar primer yang tumbuh saat benih padi
berkecambah. Setelah 5 – 6 hari, maka akan tumbuh
akar-akar adventif dan serabut akar. Tanaman padi
juga memiliki akar tajuk (crown roots) yang tumbuh
pada ruas batang terendah. Jika kadar oksigen dalam
tanah rendah, maka akar tajuk akan lebih berkembang
di kedalaman yang dangkal atau di dekat permukaan
tanah.
2. Batang
Batang tanaman padi beruas-ruas, dengan tinggi
batang bervariasi tergantung varietas antara 0,5 – 2
meter. Struktur serupa batang terbentuk dari
rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun
sempurna. Batang padi terdiri atas beberapa ruas yang
dibatasi oleh buku, daun dan tunas tumbuh pada buku.
Pada permukaan stadia tumbuh batnag yang terdiri
atas pelepah-pelepah dan dan ruas-ruas yang
tertumpuk padat. Ruas-ruas tersebut kemudian
memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki
stadia reproduktif.
3. Daun

67
Seperti anggota keluarganya yang lain, yaitu
rumput – rumputan, tanaman padi memiliki daun
yang berbentuk pita dengan tulang daun yang sejajar,
panjang dan lebarnya akan berbeda-beda di setiap
varietas. Daun tanaman padi terdiri dari pelepah, helai
daun, telinga daun, dan lidah daun. Pelepah daun
merupakan bagian daun yang membungkus dan
menyelubungi ruas batang yang lembek, pelepah
daun membantu tanaman agar tidak mudah roboh atau
patah.
Helaian daun merupakan bagian daun yang
panjang dan berwarna hijau. Lidah daun merupakan
bagian yang terletak diantara helai daun dengan
pelepah daun, dengan adanya telinga daun, air akan
terhalang sehingga tidak masuk ke celah antara
batang dan pelepah daun. Dengan begitu, penyakit-
penyakit yang muncul akibat kelembaban tinggi atau
kebusukan dapat dicegah.
Setiap ruas memiliki satu daun, dengan selang
pertumbuhan daun satu dengan daun baru adalah 7
hari. Bagian daun paling atas, yang terletak di ruas
paling ujung di sebut daun bendera. Dari ruas inilah
malai padi akan muncul. Daun bendera memiliki
ukuran yang lebih pendek di bandingkan daun yang
berada di bawahnya.
4. Anakan
Tanaman padi akan membentuk rumpun dengan
anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar
batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun
yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

68
Gambar 16. Morfologi Padi

B. Bagian Generatif
1. Bunga dan Malai
Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut
malai. Tiap unit bunga pada malai disebut spikelet
yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah,
lemma, palea, putik, dan benang sariserta beberapa
organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga
pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang
terdiri atas cabang primer dan skunder.

69
Gambar 17. Malai Padi

2. Gabah (Buah Padi)


Buah padi (Gabah), merupakan ovary yang sudah
masak, bersatu dengan palea. Buah ini adalah hasil
penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai
bagian-bagian seperti embrio (lembaga), endosperm,
dan bekatul. Bentuk gabah padi Ciherang adalah
panjang ramping dan warna gabah kuning bersih.
Gabah yang sudah dibersihkan kulitnya disebut
dengan beras. Beras mengandung berbagai zat
makanan yang penting untuk tubuh, antara lain :
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, dan
vitamin.

70
BAB X
BUDIDAYA PADI SAWAH

A. Pesemaian
1. Pesemaian Basah
Dalam membuat tanah sawah basah persemaian
seharusnya benar-benar subur. Rumput dan jerami yang
masih harus dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian
sawah dibanjiri, tujuannya adalah agar tanah menjadi
lembut, rumput akan tumbuh menjadi mati, dan berbagai
serangga yang dapat merusak bibit mati pula.
Selain itu, jika tanah cukup lembut dan dibajak
berkali kali hingga halus. Pada saat itu juga juga membuat
dan memperbaiki tanggul dan pematang sawah. Sebagai
tindakan dasar persemaian luas harus dibuat sekitar 1/20
dari areal padi yang akan ditanam.Jadi, ketika padi yang
akan ditanam daerah 1 ha, area pembibitan yang harus
dilakukan adalah 1/20 x 10 000 m² = 500 m². Benih yang
dibutuhkan adalah sekitar 75 gram biji per 1 m², atau
sebanyak kurang lebih 40 kg.

2. Pesemaian Kering
Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan
pesemaian basah. Rumput-rumput dan sisa-sisa jerami
yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah
dibolak-balik dengan bajak dan digaru, atau bisa dan
halus. juga memakai cangkul yang terpenting tanah
menjadi gembur.
Setelah tanah menjadi halus, diratakan dan dibuat
bedengan-bedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai
berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600

71
cm.Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi
jarak 30 cm sebagai selokan yang dapat digunakan untuk
memudahkan : Penaburan biji, pengairan, pemupukan,
penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit.

3. Penaburan Biji
Untuk memilih biji-biji yang bertunas dan tidak,
biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang bertunas akan
tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan
terapung. Dan biji-biji yang terapung bisa dibuang.
Maksud perendaman selain memilih biji yang bertunas,
biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman
cukup 24 jam, kemudian biji diambil dari rendaman lalu
di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung.
Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.Apabila biji
sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji
disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran
biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang.
Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan
benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi
penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan
tumbuh benih tidak merata.

B. Pemeliharaan Pesemaian
1. Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus
digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan
air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak
berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun
pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu

72
dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat
pertumbuhan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan
dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara
bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-
menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa
mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar,
penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada
bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu
digenangi air. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi
rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan
saja.

2. Pengendalian Hama dan penyakit


Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit,
pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali,
yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian
berumur 17 hari.

C. Pengolahan Tanah Atau Lahan Calon Tanam Padi


1. Cara Mengolah Tanah
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus
sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua macam cara
yaitu dengan cara tradisional dan cara modern.
• Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional,
yaitu pengolahan tanah sawah dengan alat-alat
sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu
yang semuaya dilakukan oleh manusia atau
dibantu oleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.

73
• Pengolahan tanah sawah dengan cara modern
yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan
dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat
pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
2. Pembersihan
Sebelum tanah sawah dicangkul harus dibersihkan
lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang
ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos.
Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu
akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting
bagi pertumbuhan tanaman.

3. Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air
terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak dan rumput-
rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini
dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang
yang bocor.

4. Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah-sawah harus
digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi
atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-
20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan
membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan
organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos
sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan
sawah digenangi air lagi selama 5-7 hari untuk
mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan
melunakan bongkahan-bongkahan tanah.

74
5. Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air
dikurangi. Sehingga cukup hanya untuk membasahi
bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan
berulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan
mengurangi perembesan air ke bawah. Setelah
penggaruan pertama selesai, sawah digenangi air lagi
selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan
pembajakan yang kedua. Tujuannya yaitu: meratakan
tanah, meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan
pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

D. Teknik Penanaman Padi


1. Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan
pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan dicabut
adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung
jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3
hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan
memudahkan pencabutan.
Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang
menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita,
usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit
yang baik antara lain :
• Umurnya tidak lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih 25 cm
• Berdaun 5-7 helai
• Batangnya besar dan kuat
• Bebas dari hama dan penyakit

75
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan
besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang
sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai
bermalam. Penanaman padi yang baik harus
menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan jarak
20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik
penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap
tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-
zat makanan secara merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit,
tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit,
dalamnya kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman
tegak lurus jangan sampai miring.Usahakan penanaman
bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit
yang ditanam terlalu dalam akan menghambat
pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang
ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah rubuh
atau hanyut oleh aliran air. Dengan demikian jelas bahwa
penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu
dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

E. Pemeliharaan Tanaman Padi


1. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan
tanaman padi sawah. Masalah pengairan bagi tanaman
padi sawah merupakan salah satu factor penting yang
harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil
panen yang akan datang.
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di
sawah adalah air yang berasal dari sungai, sebab air
sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran

76
yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah
dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik
untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak
mengandung lumpur dan kotoran.

Memasukan air kedalam sawah dapat dilakukan dengan


cara sebagai berikut :
• Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah
adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air
dimasukan ke petakan sawah melalui saluran
pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu
air pada saluran sekunder.
• Untuk menjaga agar genangan air didalam
petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat pula
lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan
lubang pembuangan tidak boleh dibuat lurus.
• Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan
lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna
bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang
pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat
lurus, maka air akan terus mengalir tanpa adanya
pengendapan.

Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya


air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur
tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur
dengan cara sebagai berikut :
• Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air
cukup 5 cm.

77
• Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air
dapat ditambah hingga 10-20 cm.
• Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan
mulai menguning dalamnya air dapat ditambah
hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi
sedikit.
• Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan
sama sekali. Agar padi dapat masak bersama-
sama.

2. Penyiangan dan Penyulaman


Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada
yang mati harus segera diganti (disulam). Tanaman sulam
itu dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit
baru jangan sampai lewat 10 hhari sesudah tanam.
Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah
penyiangan agar rumput-rumput liar yang tumbuh di
sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan
mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman
padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang pertama setelah
padi berumur 3 minggu dan yang kedua setelah padi
berumur 6 minggu.

3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat
dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman
di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk yang
digunakan antara lain :
• Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan
7-10 hari sebelum tanaman dapat digunakan
pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau,

78
pupuk kandang, dan kompos. Banyaknya kira-
kira 10 ton / ha.
• Pupuk buatan diberikan sesudah tanam,
misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun
manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
• ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat
tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya
tanaman, dan menambah besarnya gabah.
• DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman,
merangsang pembungaan dan pembentukan
buah, mempercepat panen.
• ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap
hama / penyakit, dan mempercepat pembuatan
zat pati.

4. Pengendalian Hama Dan Penyakit


Hama penting :
1. Penggerek Batang Padi
2. Wereng Padi
3. Walang Sangit
4. Tikus
Penyakit penting :
1. Cendawan (Pyricularia oryzae)
2. Bakteri (Xanthomonas oryzae )
3. Virus (Kerdil rumput = Grassy stunt)

5. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen,
gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang,
simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang
dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan

79
menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen
dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar
sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya
dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. engan penanaman
dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi
mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5
ton/ha.

6. Pasca Panen
Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen,
gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1
hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1
hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan
menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya
memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara
diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran
tidak boleh lebih dari 3 %. Jemur gabah selama 3-4 hari
selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Secara
tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan
mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin
daripada dijemur di halaman. Penyimpanan. Gabah
dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari
beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap
dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).

80
BAB XI
BUDIDAYA PADI GOGO

A. Pendahuluan
Padi gogo merupakan jenis padi yang ditanam pada areal
lahan kering atau lazim disebut dengan padi tegalan. Budidaya
padi gogo sama sekali tidak membutuhkan irigasi dan dapat
diaplikasikan didaerah bercurah hujan rendah.
• Sumbangan padi gogo terhadap produksi padi
nasional masih rendah
• Rata-rata produktivitas baru mencapai 2,03 t/ha
• Rendahnya produktivitas disebabkan
permasalahan padi gogo jauh lebih kompleks
dibanding padi sawah
• Padi gogo dapat ditanam pada berbagai jenis tanah
yang tingkat kesuburannya dari marjinal hingga
subur

Gambar 18. Tanaman Padi Gogo

81
B. Permasalahan Budidaya Padi Gogo
1. Permasalahan Fisik
• Cekaman Kekeringan
Kekeringan merupakan kendala pertumbuhan
yang sulit diatasi
Untuk mengurangi cekaman kekeringan dengan
menanam varietas berumur genjah dan saat tanam
yang lebih awal
• Tanah
➢ Erosi tanah
➢ Perlu tindakan konservasi tanah

2. Permasalahan Biologis
• Penyakit dan Hama
➢ Penyakit Blas (Pyricularia oryzae)
➢ Hama penggerek batang, Walang sangit,
Tikus, dan Burung
• Gulma
Permasalahan disebabkan
➢ Pengolahan tanah yang kurang intensif
➢ Penambahan pupuk kandang

3. Permasalahan Sosial Ekonomi


• Padi gogo umumnya ditanam oleh petani yang
sosial ekonominya lemah.
• Permasalahan tersebut menyebabkan rendahnya
produktivitas dan lambannya laju peningkatan
produksi padi gogo.

82
C. Persyaratan Tumbuh Padi Gogo
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor
genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling
penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor
tersebut. Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai
agroekologi dan jenis tanah. Sedangkan persyaratan utama
untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang
sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor
yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo.
Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya
mengandalkan curah hujan.
1. Iklim
Padi gogo memerlukan air sepanjang
pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya
mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada
derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.
Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai
450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi
dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang
baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut
atau 1500-2000 mm/tahun.
Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan.
Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air
irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air
melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan
kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan
ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat
C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperature 19-230C.

83
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari
penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki panjang
radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi
350 cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas
radiasi ini tergolong rendah jika dibandinkan dengan
daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan
tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.

2. Tanah
Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Sedangkan
yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan
kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan
penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan
organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada
lapisan tanah setebal 0 – 30 cm. Struktur tanah yang cocok
untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah.
Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat,
berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan
air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya
tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH)
tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang
lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan
kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila
pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.

84
D. Teknik Budidaya Padi Gogo
1. Varietas
• Pemilihan varietas disesuaikan dengan
lingkungannya
• Benih yang dipakai dianjurkan yang bermutu
tinggi
• Kebutuhan benih bervariasi, 50-100 kg/ha
2. Pengolahan Tanah
• Dilakukan menjelang atau sesudah hujan turun,
tergantung berat ringannya jenis tanah
• Penyiapan lahan tanpa pengolahan tanah dapat
diterapkan pada lahan yang mempunyai
kemiringan lebih dari 10%

E. Peluang Peningkatan Produksi Padi Gogo


1. Peningkatan produktivitas
Rendahnya produktivitas karena kesuburan tanah rendah,
resiko kekeringan dan cara budidaya petani yang belum
maju
2. Perluasan areal tanam
• Dilakukan dengan cara tumpang sari dengan
tanaman lain
• Mengusahakan padi gogo di daerah baru pada
lahan kering yang potensial
3. Peningkatan stabilitas hasil
• Dengan teknologi pengendalian hama penyakit
dan gulma harus dikuasai dan diterapkan secara
efisien oleh petani
• Dengan penyuluhan dan bimbingan

85
BAB XII
BUDIDAYA TANAMAN KARET

A. Pendahuluan
Tanaman karet adalah tanaman tropis yang berkembang
dengan baik pada zona antara 15° LS dan 15° LU dengan
curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per tahun. Tanaman
ini tumbuh secara optimal pada ketinggian 200 m di atas
permukaan laut, suhu pertumbuhan antara 25-35° C dengan
suhu optimal 28° C.

Gambar 19. Pohon Karet

Tanaman karet berasal dari Brazil dan masuk indonesia


pada tahun 1876. Karet alam diperoleh dengan menyadap
batang tanaman karet. Karet alam yang baru disadap
mengandung 36% Hidro Carbon karet sebagai fraksi padatan
dan sisanya bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil.
Sebagian besar larut dalam air, dan sebagian lagi terdispersi
pada permukaan partikel karet. Karet dapat diolah menjadi
86
berbagai bentuk olahan permesinan, salah satu adalah
pengolahan karet menjadi rubber bushingRubber bushing
merupakan komponen yang berupa karet yang berada pada
titik tumpu antara roda dengan lengan pencengkeramnya.
Rubber bushing berguna untuk meredam getaran 2 pada
sambungan antar komponen suspensi dari logam tersebut.
Salah satu cara untuk mengetahui kualitas rubber bushing
adalah dengan melihat tingkat kekerasannya.
Sulfur adalah salah satu bahan aditif pencampur karet
kompon dalam pembuatan rubber bushing yang berfungsi
untuk meningkatkan kekerasan. Semakin banyak kandungan
sulfur dalam karet kompon maka rubber bushing akan
semakin keras pula. Sangat penting untuk mengetahui tingkat
kekerasan rubber bushing. Dengan mengetahui kekerasan
rubber bushing kita dapat mengetahui kualitasnya. Untuk
mengetahui tingkat kekerasan rubber bushing kita dapat
melakukan pengujian kekerasan.

B. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan,
terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga
cocok ditanam di daerah tropis lainnya. Di Indonesia,
daerah yang cocok buat penanaman karet adalah Pulau
Jawa, Sumatera dan Kalimantan yang terletak pada zona
diantara 6 o Lintang Utara (LU) dan 9 o Lintang Selatan
(LS). Diluar zona tersebut menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang lambat dan karena itu umur panen (umur
matang sadap) pun akan lambat. Tanaman karet tidak
tahan terhadap kondisi suhu udara yang dingin dan
kelembabapan udara yang tinggi. Suhu udara rata-rata

87
yang baik bagi pertumbuhan dan pembentukan yang
optimal adalah 28 oC.

2. Curah Hujan
Tanaman karet tumbuh baik pada curah hujan
sekitar 1.500-3.000 mm/tahun. Karet masih dapat tumbuh
dikawasan dengan curah hujan >4.000 mm/tahun, namun
pengelolaan kebun akan menghadapi gangguan penyakit
daun dan penyadapan. Dikawasan dengan curah hujan
sekitar 1.500-2.000 mm/tahun, diperlukan distribusi curah
hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan 2.000-
3.000 mm/tahun diperlukan 1 (satu) bulan kering dan
curah hujan 3.000-.4.000 mm/tahun diperlukan 2-3 bulan
kering.

3. Penyinaran Matahari
Kebutuhan akan intensitas sinar matahari
merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman
karet karena sinar matahari merupakan sumber energi
dalam proses asimilasi tanaman. Penyinaran matahari
sangat berpengaruh terhadap pembentukan vegetatif
(pertumbuhan batang, cabang, ranting, daun dan
perakaran) maupun pembentukan generatif (pembentukan
bunga, buah dan biji).
Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar
matahari dengan intensitas yang cukup, paling tidak
selama 5-7 jam lama penyinaran per hari. Oleh karena itu,
tanaman karet akan tumbuh baik bila mendapat
penyinaran matahari sepanjang hari ditempat terbuka.
Daerah yang curah hujannya tinggi dan intensitas

88
penyinaran matahari sedikit tidak cocok untuk budidaya
tanaman karet.
4. Angin
Tanaman karet memiliki batang yang lentur dan
mudah patah. Oleh karena itu angin yang kencang dan
berkelanjutan secara langsung dapat mempengaruhi
tanaman, misalnya penyerbukan bunga terganggu
sehingga menyebabkan rendahnya produksi biji dan
pembenihan, bahkan dapat menyebabkan cabang-cabang
tanaman atau robohnya tanaman, terutama tanaman yang
berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin
kencang

5. Topografi
Persoalan utama bila karet ditanam pada topografi
yang curam dan tempat yang tinggi ialah pelambatan
layak matang sadap dan tingginya resiko serangan
penyakit daun. Oleh karena itu, pada dasarnya tanaman
karet tidak layak dikelola pada topografi dengan bukit.
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik yaitu pada
ketinggian antara 1-600m dari permukaan laut (dpl). Bisa
dikatakan wilayah di Indonesia tidak mengalami kesulitan
mengenai areal yang dapat dibuka untuk tanaman karet.
Hampir diseluruh Indonesia tanaman karet dapat tumbuh
dengan subur.
Di dataran rendah, umur panen tanaman karet
(umur matang sadap) lebih pendek daripada di dataran
medium dan di dataran tinggi, dengan jumlah panen dan
kualitas lateks lebih tinggi (tinggi tempat 0-200 mdpl
“rendah”, tinggi tempat 200-700 mdpl “medium”, tinggi

89
diatas 700 mdpl “tinggi”). Perbedaan kondisi yang
mencolok ialah faktor iklim.

6. Tanah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
produksi dalam usaha tani, salah satunya yaitu faktor
tanah (fisik, kimia, dan biologi). Yang termasuk dalam
fisik tanah, yaitu tentang: tekstur, struktur, tata air, tata
udara, temperatur dan warna tanah. Sedangkan kimia
tanah ialah kapasitas tukar kation (ktk), pH-nya. Dan
biologi tanah ialah tentang jasad-jasad hidup dalam
tanah/jasad renik.
Pada dasarnya tanaman karet dapat hidup dan
tumbuh baik pada bermacam-macam jenis tanah dan
keadaan tanah. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan
tanaman karet yang dibudidayakan di tanah yang sangat
jelek dapat diatasi dengan menggunakan pupuk organik
dan pupuk anorganik (kesuburan tanah/struktur tanah),
membangun drainase/selokan pembuangan
(kedalam/permukaan air tanah dangkal).
Keadaan tanah yang sesuai dan baik bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman karet adalah tanah yang
banyak mengandung bahan organik (humus), struktur
tanah gembur, mudah mengikat air (porous), kedalaman
tanah (solum tanah), permukaan air tanah cukup dalam
(1,5-2m), dan tidak bercadas. Keadaan tanah yang baik
juga akan mempermudah tumbuh dan berkembangnya
perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan pembentukan hasil (latex) meningkat

90
karena penyerapan zat-zat hara oleh perakaran tanaman
lebih sempurna.
Derajat keasaman tanah (pH) yang rendah dapat
menyebabkan zat hara magnesium (Mg) yang tersedia di
dalam tanah sedikit sehingga tanaman akan menderita
penyakit fisiologis dengan gejala daun-daun menguning
yang diikuti menguningnya jaringan diantara tulang daun
dan tanaman tumbuhnya kerdil/terhambat.
Kisaran derajat keasaman (pH) tanah yang cocok
untuk pertumbuhan tanaman karet dan pembentukan
hasilnya (latex) adalah berkisar antara 5,5-7,0. Namun,
tanaman karet masih toleran terhadap derajat keasaman
tanah sangat asam (pH 3-5) dan derajat keasaman tanah
basa (pH 7,5-8,0). Artinya tanaman masih dapat hidup dan
tumbuh tetapi produksinya rendah.

91
BAB XIII
PENANAMAN KARET

A. Pembibitan
Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan bibit karet dengan sifat unggul. Pembibitan
karet bisa dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap
yang pertama adalah tahap persemaian perkecambahan
sedangkan tahap pembibitan selanjutnya adalah persemaian
bibit.
Untuk tahap persemaian perkecambahan, benih karet akan
disemai di bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1–1,2 meter
dengan ukuran panjang yang disesuaikan dengan tempat yang
tersedia. Pasir dengan tekstur halus disebarkan di atas
bedengan dengan ketebalan 5–7 cm. Natural Glio perlu pula
dikembangbiakkan di dalam pupuk kandang yang ditambah 1
mg Natural Glio sebelum siap ditebar di atas bedengan. Dauh
atau jerami dengan ukuran tinggi 1m diperlukan untuk
naungan sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan
sebagai naungan sisi barat.
Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran
satu tutup untuk satu liter air selama 3–6 jam. Benih akan
disemaikan langsung harus disiram dengan larutan POC
NASA dengan takaran setengah tutup per liter air. Untuk cara
tanam benih yang benar, jarak tanam dipertahankan selebar 1–
2 cm. Benih yang sudah disemai harus disiram secara teratur
dan normalnya benih akan mulai berkecambah pasa usia 10–
14 hari setelah tanam. Benih yang sudah berkecambah
kemudian dipindahkan ke area persemaian bibit yang sudah
dicangkul dengan kedalaman 60–75 cm kemusian dihaluskan
serta diratakan. Area tersebut perlu dibuat bedengan dengan

92
ketinggian 20 cm termasuk parit antar bedengan dengan
kedalaman 50 cm. Selanjutnya, cara menanam benihnya
adalah dengan membuat jarak tanam 40x40x60 cm untuk bibit
okulasi coklat dan jarak tanam 20x20x60 untuk bibit okulasi
hijau.
Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian
perlu pula dipupuk dengan pupuk makro selama 3 bulan sekali
dan perlu pula disiram dengan POC NASA setiap 1–2 minggu
sekali. Klon untuk benih dan bibit unggul bisa ditemukan di
lembaga riset pemerintah maupun swasta seperti Balai
Penelitian Karet Getas.

B. Pengolahan tanah dan Penanaman


1. Pengolahan Tanah
Proses budidaya karet selanjutnya yang harus
dilakukan adalah mengolah tanah sebelum bibit karet siap
ditanam. Tanah dibersihkan dari pohon besar dengan
penebangan dan alang-alang dengan menggunakan
herbisida. Sisa penyakit perlu pula dibasmi dengan
menggunakan fungisida. Teras perlu dibuat pada tanah
dengan kemiringan di atas 10 deg sementara rorak perlu
dibuat pada tanah yang landai sebagai aliran air serta
pencegah erosi.
Pemancangan juga diperlukan dalam teknik
menanam karet sesuai dengan jarak tanam serta tingkat
kerapatan pohon yang direncanakan. Dua minggu
sebelum penanaman karet, lubang tanam harus dibuat
terlebih dahulu pada titik pancang dengan ukuran
40x40x40 cm. Pupuk juga perlu ditambahkan ke dalam
lubang untuk memacu pertumbuhan akar pohon karet
yang baru saja ditanam.

93
2. Penanaman dan Penyulaman Karet
Waktu yang tepat untuk budidaya karet adalah saat
musim penghujan sehingga intensitas penyiraman bisa
dikurangi. Bibit yang sudah siap ditanam adalah bibit
yang mempunyai payung daun terakhir yang sudah tua.
Kantong polybag harus dibuka sebelum bibit diletakkan
di bagian tengan lubang tanam dan ditimbun dengan
tanah. Setiap 1–2 minggu, pemeriksaan bibit perlu
dilakukan sehingga bibit yang mati bisa segera diganti
untuk mempertahankan populasi tanaman karet.

3. Perawatan dan Pemeliharan


Langkah perawatan awal yang harus dilakukan
pada tanaman karet adalah dengan membuang tunas palsu
dan tunas cabang sebelum tunas berkayu. Selain cara
pemliharaan tersebut, percabangan tanaman juga perlu
dibentuk dan dirangsang dengan cara penyanggulan,
pengikatan batang, pemotongan ujung batang,
pemotongan ujung tunas, pengguguran daun, maupun
pengeratan batang. Penyanggulan merupakan cara yang
paling direkomendasikan.

C. Tumpang Sari dan Pemupukan


1. Tumpang Sari
Penanaman tumpang sari pada lahan karet
merupakan salah satu tips yang sangat berguna untuk
meningkatkan produktivitas lahan perkebunan karet itu
sendiri. Sebelum karet siap menghasilkan, tanaman
tumpang sari akan memberikan pendapatan selain akan

94
sangat membantu mengurangi rendahnya harga
komoditas karet.

2. Pemupukan
Agar pertumbuhan tanaman karet semakin cepat
dan semakin cepat matang, pemupukan perlu dilakukan.
Pergantian musim penghujan ke musim kemarau
merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan
pupuk yang berupa pupuk urea, SP 36, dan KCl dengan
perbandingan dan frekuensi yang sesuai dengan umur
pohon karet.

95
BAB XIV
BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK

A. Trend Pangan Organik


Trend keamanan pangan (food safety) menjadi isu sensitif
dalam industri pangan, karena berbagai kasus keracunan
pangan yang terjadi , berasal dari kontaminasi bahan kimia
dan mikrobiologi, seperti muntah-muntah, diare, keracunan,
dsb. Faktor kesehatan menjadi salah-satu alasan, mengapa
konsumen menkonsumsi pangan. Keamanan pangan dan
bahan pangan yang segar serta alami menjadi tuntutan
konsumen saat ini. Slogan “We are what we eat”, apa
yang kita makan merupakan cermin dari kondisi kesehatan
kita.
Perbaikkan mutu kehidupan dan gaya hidup sehat, telah
mendorong masyarakat di berbagai negara untuk
melaksanakan gerakan gaya hidup sehat, dengan tema global
“kembali ke alam”/”Back to Nature”. Gerakan ini disadari
bahwa, apa yang berasal dari alam adalah baik dan berguna,
dan segalanya yang baik di alam itu selalu dalam keadaan
keseimbangan. Pangan organik telah menjadi pilihan utama
untuk memenuhi gaya hidup sehat ini. Pangan organik
merupakan produk pangan segar (sayuran, buah-buahan),
setengah jadi atau pangan jadi (pangan olahan), yang
dihasilkan dari budidaya pertanian organik.
Budidaya pertanian organik merupakan budidaya yang
memperhatikan keharmonisan, keaneragaam dan kelestarian
alam, dimana prakteknya lebih banyak menggunakan bahan-
bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, tanpa
menggunakan asupan agrokimia (bahan kimia untuk
pertanian), serta tidak mengandung bahan-bahan hasil

96
rekayasa genetik (GMO/Genetically Modified Organism),
serta tidak menggunakan bahan-bahan iradiasi untuk tujuan
pengawetan produk. Pangan organik menekankan pada
tingkat seminimal mungkin penggunaan asupan non alami.

B. Sayuran Organik
Sayuran organik dapat diartikan sebagai semua sayuran
yang ditanam secara organik. Sayuran organik diperoleh dari
hasil budidaya secara organik tanpa menggunakan pupuk
kimia sintetis (Urea dan KCl), pestisida, herbisida, insektisida,
fungisida, dan bahan kimia lain sehingga dalam
pembudidayaannya hanya menggunakan pupuk organik,
misalnya pupuk kandang dan kompos. Selain itu, bibit
sayuran organik juga tidak boleh berasal dari hasil rekayasa
genetik.
Sayuran organik memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan sayuran non organik. Sayuran organik
mengandung 50% lebih banyak antioksidan dari sayuran non
organik sehingga dapat menurunkan resiko penyakit kanker
dan jantung. Keunggulan lain dari sayuran organik yaitu
meningkatkan kekebalan tubuh, memiliki rasa lebih renyah,
lebih manis, umur simpan lebih lama, dan terhindar dari residu
kimia sintetis (pestisida dan pupuk kimia sintetis) yang dapat
menyebabkan penyakit berbahaya seperti kanker.
Dewasa ini, terjadi perubahan pola hidup dimasyarakat.
Perubahan pola hidup dimasyarakat tersebut membentuk gaya
hidup baru bernama gaya hidup sehat. Gaya hidup
mencerminkan pola konsumsi masyarakat. Oleh karena itu,
gaya hidup sehat membuat masyarakat untuk mengkonsumsi
makanan sehat seperti sayuran organik.

97
C. Teknologi Budidaya Organik
Memasuki abad 21, masyarakat mulai sadar bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam
pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan
yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Pangan
yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode
baru yang dikenal dengan pertanian organik, seperti sayuran
organik. Budidaya sayuran organik kini menjadi usaha yang
menguntungkan karena aman, lestari dan mensejahterakan
petani dan konsumen. Meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan, membuat banyak orang beralih ke
makanan yang alami. Sehingga sayuran organik kini banyak
digemari, meskipun harganya sedikit lebih mahal
dibandingkan sayuran pada umumnya.
Gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature
merupakan satu alasan meningkatnya permintaan pada
sayuran organik. Tingginya permintaan ini tidak hanya pada
petani sayuran organik, produsen pupuk dan pestisida organik,
penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan
mengalami hal serupa. Apalagi permintaan sayuran organik
pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka
peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor
ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, kata Soedjais
untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani
sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara
orientasi pasar ekspor dilupakan.
Target pasar yang memungkinkan saat ini adalah
supermarket. Namun karena permintaan supermarket

98
biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani
organik masih terbatas, maka banyak petani ber-partner
dengan supplier sayuran organik yang lebih besar. Melalui
supplier ini, sayuran organik yang segar itu dipasok ke
supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.

1. Pupuk Organik
Pupuk-pupuk organik dikembangkan dengan
memanfaatkan mikroorganisme yang hidup secara
simbiotik maupun bebas (non-simbiotik). Kelompoknya
adalah: (1) Penambat Nitrogen Simbiotik, memanfaat-kan
mikroorganisme Rhizobium, Bradyrhi-zobium,
Azorhizobium, Sinorhizobium, Mersorhizobium (sistem
simbiosis legume), Anabaena azollae (simbiosis azolla)
dan Frankia sp (simbiosis non legum); (2) Pe-nambat
Nitrogen Non Simbiotik, antara lain Azotobacter,
Azospirillum, Clostridium, Klebsiella, dan Ganggang
biru-hijau (sistem hidup bebas); (3) Jamur Mikoriza,
seperti Acaulospora, Entrophospora, Gigaspora, Glomus,
Selerocystis, dan Scutellospora (sistem simbiosis
berbagai endomikoriza tanaman); serta (4)
Mikroorganisme Pela-rut Fosfat, antara lain: bakteri
Bacillus, Pseudomonas, jamur Aspergillus, Peni-cillium,
dan Aktinomiset Sterptomyces (sistem hidup bebas).
Beberapa jenis pupuk organik yang telah
dikembangkan adalah: pupuk mikroba multiguna Rhizo-
plus, Biofosfat, dan Bioles-tari. Rhizo-plus dapat
meningkatkan efi-siensi unsur hara N dan P pada tanaman
kedelai, Biofosfat dapat meningkatkan ke-tersediaan
unsur hara P, sedangkan Bioles-tari merupakan perbaikan
dari Rhizo-plus. Pupuk organik lainnya adalah Mikofosfat

99
yang dapat meningkatkan serapan hara P pada tanah-
tanah kahat P serta unsur hara Zn dan S. Pupuk ini juga
dapat menghindari cekaman kekeringan dan
meningkatkan ke-tahanan tanaman terhadap penyakit
dalam tanah. Telah dikembangkan pula Bioaktiva-tor
Perombak Limbah Pertanian (ORLATAN) yang
bermanfaat sebagai pemicu proses dekomposisi limbah
pertanian

2. Pestisida Organik
Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang
dibuat dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan untuk
membuat pestisida organik diambil dari tumbuhan-
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Karena dibuat
dari bahan-bahan yang terdapat di alam bebas, pestisida
jenis ini lebih ramah lingkungan dan lebih aman bagi
kesehatan manusia.
Bila dibandingkan dengan pestisida kimia,
pestisida organik mempunyai beberapa kelebihan.
Pertama, lebih ramah terhadap alam, karena sifat material
organik mudah terurai menjadi bentuk lain. Sehingga
dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama
di alam bebas. Kedua, residu pestisida organik tidak
bertahan lama pada tanaman, sehingga tanaman yang
disemprot lebih aman untuk dikonsumsi. Ketiga, dilihat
dari sisi ekonomi penggunaan pestisida organik
memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.
Produk pangan non-pestisida harganya lebih baik
dibanding produk konvensional. Selain itu, pembuatan
pestisida organik bisa dilakukan sendiri oleh petani

100
sehingga menghemat pengeluaran biaya produksi.
Keempat, penggunaan pestisida organik yang
diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu
tidak akan menyebabkan resistensi pada hama.
Namun ada beberapa kelemahan dari pestisida
organik, antara lain kurang praktis. Pestisida organik tidak
bisa disimpan dalam jangka lama. Setelah dibuat harus
segera diaplikasikan sehingga kita harus membuatnya
setiapkali akan melakukan penyemprotan. Selain itu,
bahan-bahan pestisida organik lumayan sulit didapatkan
dalam jumlah dan kontinuitas yang cukup. Dari sisi
efektifitas, hasil penyemprotan pestisida organik tidak
secepat pestisida kimia sintetis. Perlu waktu dan frekuensi
penyemprotan yang lebih sering untuk membuatnya
efektif. Selain itu, pestisida organik relatif tidak tahan
terhadap sinar matahari dan hujan. Namun seiring
perkembangan teknologi pertanian organik akan banyak
inovasi-inovasi yang ditemukan dalam menanggulangi
hambatan itu.
Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan
pestisida organik biasanya mengandung zat aktif dari
kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid,
fenolik dan zat-zat kimia lainnya. Bahan aktif ini bisa
mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti
penghalau (repellent), penghambat makan (anti feedant),
penghambat pertumbuhan (growth regulator), penarik
(attractant) dan sebagai racun mematikan. Sedangkan,
pestisida organik yang terbuat dari bagian hewan biasanya
berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga
diketahui bisa mengendalikan hama yang bisa dipakai
untuk membuat pestisida.

101
D. Budidaya Selada Organik
1. Persiapan Lahan
Pengolahan lahan, Persiapan media tanam pesemaian dan
polybag, Pembuatan sungkup plastic
2. Pesemaian
Benih disebar secukupnya pada kotak pesemaian, Tutup
selama 2 hari agar benih berkecambah, Benih yang telah
berdaun 2-4 helai dipindahkan ke polybag

3. Tanam
Benih dipindahkan dari pesemaian ke polybag, Pindahkan
ke sungkup plastik, Saat umur benih 2 minggu
dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm

4. Pemeliharaan
Dilakukan mulai pesemaian hingga panen (penyiraman,
pengendalian hama penyakit), Pasca panen pun masih
perlu dilakukan pemeliharaan agar produk selada yang
dihasilkan tidak cepat rusak

5. Panen
Dilakukan setelah tanaman berumur 40 hari, caranya :
Dengan memotong menggunakan gunting/pisau bagian
bonggol batang sampai akarnya, dilakukan saat sore hari

6. Pemasaran/Transportasi
Produk ini banyak dijual di supermarket, saluran
pemasarannya : Petani → Pengumpul → Supermarket →
Konsumen.

102

Anda mungkin juga menyukai