Disusun oleh :
Erwin Anas Anggoro Phalosa
NIM. 135200042
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Tumbuhan Semusim..................................... 1
B. Pengertian Tumbuhan Tahunan...................................... 1
C. Istilah-istilah Penting...................................................... 1
D. Tindakan Manusia dalam Mengatur Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Pertanian ...................................... 6
iii
BAB V FOTOSINTESIS
A. Pengolahan Media Tanah ............................................. 30
B. Persiapan Lahan ........................................................... 34
iv
D. Teknik Budidaya Padi Gogo ........................................ 86
E. Peluang Penigkatan Produksi Padi Gogo ..................... 86
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
C. Istilah-istilah Penting
• Holtikultura
Berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan
cultura (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya
tanaman kebun. Berbeda dengan Agronomi, hortikultura
hanya mengolah tanaman buah, bunga, sayuran, dan obat-
obatan.
1
• Lingkungan
Keseluruhan faktor biotik maupun abiotik yang
mengelilinginya dan secara potensial mempengaruhi
organisme, lingkungan tersebut merupakan habitat
organisme.
• Produk
Sesuatu yang didapat atau diperoleh melalui proses.
• Produk Ekonomis
bobot kering bagian tanaman yg mempunyai nilai
ekonomi.
• Produk Biologis
bobot kering seluruh bagian tanaman.
• Limbah
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga).
• Hasil
Jumlah produk yang didapat tiap satuan luas lahan yang
ditanami (misal: ton/ha; kg/m2)
• Produksi
Produk yang didapat di suatu wilayah selama periode
waktu tertentu.
• Produktivitas
2
Produk yang didapat di suatu wilayah selama periode
waktu tertentu dalam luas lahan tertentu.
• Lahan
Permukaan bumi yang berupa tanah, batuan, mineral dan
kandungan cairan yang terkandung didalamnya yang
memiliki fungsi tersendiri yang dapat dimanfaatkan
manusia.
• Tanah
Produk dari pelapukan batuan bercampur dengan produk
dari dekomposisi bahan organik,dan merupakan media
tumbuh tanaman.
• Ekstensifikasi Pertanian
Perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya
belum dimanfaatkan manusia
• Intensifikasi Pertanian
Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada
• Tumbuhan
Flora yang hidup dengan sendirinya tanpa pengelolaan dari
manusia.
• Tanaman
Flora yang dikelola oleh manusia.
3
Sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam
nabati melalui upaya manusia yang dengan modal,
teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang
guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.
• Plasma nutfah
Substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup,
dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk
menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
• Pemuliaan tanaman
Rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian
jenis dan/atau varietas yang sudah ada atau menghasilkan
jenis dan/atau varietas baru yang lebih baik.
• Varietas
Bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain
yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama
• Sertifikasi
Proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui
pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi
semua persyaratan untuk diedarkan;
4
• Perlindungan tanaman
Segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu
tumbuhan;
• Eradikasi
Tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme
pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang menyebabkan
tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan di lokasi
tertentu;
• Pupuk
Bahan kimia atau organisms yang berperan dalam
penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara
langsung atau tidak langsung;
• Pestisida
Zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang
tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.
5
D. Tindakan Manusia dalam Mengatur Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Pertanian
6
BAB II
KELOMPOK FAKTOR BAHAN TANAMAN
7
Varietas unggul
Interaksi negatif/rendah
Interaksi positif
➢ Mutasi
Perubahan materi genetik yang disebabkan oleh
usaha manusia dan merupakan salah satu cara
meningkatkan keragaman tanaman
8
➢ Poliploidisasi
Teknik untuk membuat penampakan morfologi
tanaman terlihat lebih besar seperti bunga dan buah
lebih besar, serta tanaman lebih tinggi.
➢ Heterosis
Suatu fenomena pada hibrida yang menunjukkan
nilai F1 dari suatu persilangan melebihi nilai kedua
tetuanya. Persilangan antara galur homosigot yang
berbeda dapat menyembunyikan sifat cacat yang
resesif dan mengembalikan vigor hibrida.
b. Bioteknologi Baru
➢ Rekayasa genetika
Teknik memindahkan gen yang dikehendaki untuk
mengembangkan dan memperbaiki sifat tanaman,
hewan dan makhluk hidup lain.
➢ Kultur Jaringan
Suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang
ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri
tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
9
D. Penyediaan benih dan menjaga kemurnian
Cepat/lambat tingkat keunggulan varietas baru akan
menurun dari generasi ke generasi berikutnya. Hal ini
disebabkan segregasi, hibridisasi atau mutasi. Kecepatan
turunnya tingkat kemurnian tergantung pada jenis tanaman,
cara perbanyakannya dan perhatian terhadap bahan tanaman
yang digunakan dalam budidaya.
E. Penanaman Benih
Penanaman adalah kegiatan pembenaman biji pada tanah
untuk memperoleh produktivitas tinggi, atau bagian yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengembangkan
tanaman. Penanaman benih dapat dibedakan dengan dua acara
penanaman yaitu :
1. Sebar langsung (direct seeding)
2. Pindah tanam (transplanting)
Pesemaian dapat dilakukan pada bedengan, wadah
polybag/plastik. Syarat tempat pesemaian ada tiga yaitu tanah
remah, subur dan dekat sumber air sehingga mudah untuk
menyiram benih, lokasi datar dan terbuka agar mempermudah
pesemaian dan pengawasan, bebas dari genangan air / banjir
atau binatang piaran (ternak ayam, sapi).
F. Perbanyakan Tanaman
a. Perbanyakan secara generative
Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara kawin
(seksual) antara benang sari dan putik, melalui proses
penyerbukan. Penyerbukan akhirnya terjadi
10
pembuahan terbentuk buah dan akhirnya terbentuk biji,
dan biji inilah yang digunakan untuk perbanyakan
tanaman.
11
Gambar 3. Perbanyakan dengan cara vegetative
melalui penyambungan
12
BAB III
KELOMPOK FAKTOR ESENSIAL
A. Faktor Esensial
Faktor esensial merupakan faktor asupan yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, Faktor ini sangat
penting karena faktor esensial merupakan faktor input yang
akan diolah tanaman melalui proses fotosintesis yang akan
membentuk biomassa tanaman.
Faktor esensial terdiri dari unsur hara, sinar matahari , air,
dan oksigen. Keempat unsure ini harus tersedia dalam jumlah
yang cukup dan seimbang. Unsur hara tanaman didapat dari
alam yang berasal dari pembusukan bahan organic maupun
pelapukan mineral tetapi jumlahnya sangat terbatas sehingga
perlu ditambahkan input hara dari luar yaitu dengan
melakukan pemupukan.. Unsur yang dibutuhkan tanaman ada
dua jenis yaitu unsure hara makro dan unsure hara mikro.
Unsur hara makro seperti unsure N, P, K, Ca, Mg dan lainnya
dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman untuk
pertumbuhannya. Unsur mikro fe, cu, zn dan lainnya
walaupun dibutuhkan dalam jumlah relative sedikit oleh
tanaman tetapi sangat penting karena kekurangan unsure
mikro menjadikan pertumbuhan tanaman menjdi tidak
sempurna. Tetapi keberadaan unsure mikro ini juga tidak
boleh terlalu banyak karena menjadi racun bagi tanaman.
Ketersediaan air juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karena air merupakan pembentuk tubuh tanaman,
pelarut hara, penjaga kestabilan suhu tanaman dan juga
pengangkut hara yang dibutuhkan tanaman sehingga
jumlahnya harus tercukupi. Ketersediaan oksigen di sekitar
perakaran tanaman juga menjadi hal yang sangat penting
13
karena tanaman membutuhkan oksigen dalam proses
respirasi. Peningkatan kandungan oksigen dalam tanah
14
intensitas matahari penuh seperti tanaman padi, tanaman
palawija, tanaman pisang, tanaman cabe, dan lain lain. Bila
intensitas penyinaran matahari kurang maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Jenis tanaman tertentu ada juga yang
membutuhkan intensitas penyinaran rendah seperti tanaman
kakao, tanaman kopi dan beberapa tanaman hias, Tanaman
seperti ini memerlukan pengurangan intensitas penyinaran
misalnya dengan penanaman pohon naungan dan penggunaan
paranet, Bila intensitas sinar matahari yang diterima
berlebihan maka dapat menganggu tanaman seperti daun atau
batang terbakar sehingga produksi tanaman terganggu.
B. Klasifikasi Tanaman
Terdapat banyak cara untuk menggolongkan tanaman,
berdasarkan :
• Kegunaannya untuk manusia : pangan, bahan
bakar, kayu bangunan, makanan ternak dsb.
• Tempat tumbuhnya : laut, air tawar, tanah rawa,
pegunungan, sawah, darat, hutan dsb.
• Menurut wujud umum dan perawakan : herba
berdaun, semak, perdu, pohon dsb.
• Menurut gabungan wujud dan kegunaan : sayuran,
buahbuahan, umi-umbian dan kacang-kacangan.
Penggolongan ini hanya untuk kebutuhan sehari-hari,
tetapi untuk komunikasi dengan antar manusia yang berbeda
kebudayaannya tidaklah cukup.
a) Klasifikasi Deskriptif
Ilmuwan mengklasifikasikan makhluk hidup
berdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan, baik
15
morfologi, fisiologi maupun anatominya. Makin banyak
persamaan di antara makhluk hidup makin dekat
kekerabatannya, makin sedikit persamaan makhluk hidup
dikatakan makin jauh kekerabatannya.
b) Klasifikasi Modern
Dalam tatanama makhluk hidup telah disepakati
penggunaan sederet takson yang disusun dari yang
beranggota besar (sedikit persamaan ciri) ke yang
beranggotakan kecil (banyak persamaan ciri).
16
Gambar 6. Klasifikasi Modern
17
BAB IV
Teknis Budidaya Tanaman
3. Pembuatan pesemaian
Persemaian merupakan termasuk hal penting dalam
budidaya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman terletak pada persemaian yang di
persiapkan yaitu jenis tanaman serta varietas tanaman
yang tentu harus unggul dan bagus untuk di tanam.
Tempat persemaian sebaiknya dalam satu hamparan
luas agar mudah pemeliharaannya. Pertama-tama, Olah
lahan persemaian padi dengan cara dibajak dan digaru 2-
3 kali sampai tanah dalam kondisi melumpur sedalam
kira-kira 20 cm. Setelah tanah diolah, buat bedengan
setinggi ±10 cm dengan lebar bedengan 100-150 cm dan
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan, kemudian
diantara bedengan dibuat saluran drainase.
Agar pertumbuhan benih menjadi subur, persemaian
diberi pupuk sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk
tanah yang kurang subur. Jenis pupuk yang digunakan
berupa urea, SP36, dan KCl dengan dosis 180 kg N, 72 kg
SP36, 60 kg KCl per Ha. Pupuk tersebut dicampur dengan
tanah sebelum benih ditaburkan. Lima hari setelah tabur
benih, persemaian diairi setinggi kira-kira 1 cm selama 2
hari. Setelah itu, persemaian diairi secara terus-menerus
setinggi kira-kira 5 cm.
20
• Usaha-usaha mempercepat perkecambahan bibit :
➢ Mekanis
Menghilangkan kulit biji, menipiskan dan
memotong/memecah kulit biji.
➢ Fisis
Merendam biji dalam air hangat atau air biasa
kemudian biji diperam.
➢ Khemis
Memperlakukan benih dengan bahan-bahan
nkimia misalnya HCl, H2SO4 dll
21
berukuran kecil dan perakarannya serabut letak
benih tidak perlu diperhatikan.
e. Banyaknya benih
Banyak sedikitnya benih yang ditanam tergantung:
kualitas benih, keadaan tanah, keadaan iklim, cara
bertanam, waktu bertanam, alammya penanaman,
tujuan penanaman, besarnya benih, keadaan hama
dan penyebab penyakit.
5. Pemeliharaan pesemaian
• Pemupukan
• Penyiraman
• Penggemburan tanah
• Penjarangan bibit
• Penjarangan atap peneduh
• Pengendalian hama dan penyebab
• Penyakit
22
6. Pemindahan bibit
a. Cara pemindahan bibit
Pemindahan dapat dilakukan dengan cara cabutan,
puteran dan potongan (stump).
b. Umur bibit
Kapan bibit harus dipindahkan tergantung pada
sifat tanaman, ketersediaan air dan cara
pemindahan.
c. Waktu pemindahan
Pemindahan Dilakukan pada sore hari
7. Penanaman
a. Waktu bertanam
Di Indonesia biasanya waktu bertanam umumnya
tergantung pada keadaan hujan sehingg
penanaman dilakukan pada awal dan akhir
musimpenghujan. Kapan sebaiknya waktu tanam
dimulai tergantung:
1) Jenis tanaman
2) Keadaan iklim
3) Pengairan
4) Tanah
5) Tujuan penanaman
6) Sistem/cara bertanam
b. Tempat penanaman
Penanaman dapat dilakukan di atas :
- Petakan (sayuran)
- Guludan (ubi-ubian)
- Selokan (tebu)
23
- Lubang tanam (tanaman tahunan)
c. Jarak tanam
Lebar sempitnya jarak tanam tergantung pada:
- Kesuburan tanah
- Sifat tanaman
- Tujuan penanaman
- Cara bertanam
- Kemiringan tanah
d. Cara bertanam
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang
baik dan merata, sebaiknya penanaman dilakukan
dalam barisan dengan jarak tanam tertentu. Jarak
tanam yang teratur akan memudahkan dalam
pemeliharaan, pemungutan hasil dan pengendalian
hamapenyakit serta gulma.
24
bervariasi, tanaman yang rapat akan sangat
bervariasi dan yang renggang rumbuh besar
sesuai dengan ketersediaan unsur lingkungan.
25
Gambar 9. Model Jarak Tanam
9. Pemeliharaan tanaman
a. Melindungi tanaman
Tanaman muda yang baru saja dipindahkan tidak
tahan terhadap matahari langsung sehingga perlu
dinaungi dengan tanaman pelindung atau peneduh
(anyaman bambu,daun kelapa, pelepah pisang dll).
Syarat tanaman pelindung :
• Harus lebih tinggi daripada tanaman pokok
• Bentuk tajuk harus dapat melindungi
tanaman dengan baik
• Mudah dipangkas
• Pertumbuhannya cepat
• Tidak merupakan tanaman inang bagi hama
dan penyakit tanaman pokok
• Tidak berkompetisi dengan tanaman pokok
dalam mendapatkan zat makanan, cahaya
matahari dan air.
b. Mengairi tanaman
26
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 7 – 10 hari setelah tanam
untuk menggantikan tanaman yang kurang baik
pertumbuhannya atau mati.
d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma
yang dapat berkompetisi dengan tanaman pokok
terutama dalam menggunakan hara, air dan cahaya
matahari. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan
sebelum periode kritis tanaman pokok serta
dilakukan sebelum gulma berbunga. Penurunan
hasil karena gulma mencapai 30-50%.
e. Pembumbunan
Membumbun adalah mengangkat tanah pada kiri
kanan tanaman sehingga tanaman seolah-olah
berdiri di atas pematang/guludan.
Tujuan pembumbunan:
• Membantu pembesaran umbi dalam tanah
• Memacu pertumbuhan akar-akar baru
• Menghambat pertumbuhan tunas (tebu)
• Untuk mendapatkan tunas-tunas yang putih
dan halus (asparagus)
• Untuk mengalirkan air yang berlebihan
f. Menggemburkan tanah
Dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Adanya
hujan menyebabkan tanah menjadi padat dan dapat
menghambat proses penyerapan akar.
27
g. Pemangkasan
Tujuan dari pemangkasan :
• Mempercepat masaknya buah (jagung)
• Mengurangi kelayuan tanaman (pada
tanaman yang baru pindah tanam)
• Memperoleh bentuk tanaman yang baik
(tanaman hias)
• Memperoleh tanaman yang rendah (teh, kopi)
• Untuk memperoleh daun-daun yang muda
(teh, sayuran)
• Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang
terserang hama dan penyakit agar tidak
menular ke bagian lain.
• Mengurangi kelembaban udara pada tajuk
tanaman (kopi arabika)
Dalam pelaksanaan pemangkasan harus
diperhatikan :
• Alat yang digunakan harus tajam
• Cabang yang dipangkas tidak boleh pecah
• Luka harus licin, luka yang besar sebaiknya
ditutup dengan parafin
• Bidang pemangkasan harus condong ke
dalam atau keluar
• Kayu hasil pemangkasan harus dikumpulkan
untuk dibakar atau digunakan untuk
keperluan lain.
h. Membersihkan tanaman
Agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu, harus
dijaga kebersihannya yaitu dengan cara:
28
1. Membuang cabang, ranting, daun dan bagian
lain yang telah mati atau
2. terserang hama dan penyakit.
3. Membersihkan lumut yang terdapat pada
batang dan cabang
4. Membuang tanaman yang menumpang
(parasit)
i. Pemupukan
j. Pengendalian hama, penyakit dan gulma
29
BAB V
PENGOLAHAN TANAH
1. Jenis Tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang
berbeda terhadap media tanamnya. Tanaman yang
dipanen pada bagian akar (seperti umbi-umbian)
memerlukan media tanah yang gembur dan dalam agar
pertumbuhan umbinya lebih besar. Demikian juga jika
tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air,
maka drainase harus lebih baik.
2. Jenis Tanah
Jenis tanah yang mengandung lempung cenderung
lebih sulit dalam pengolahan tanah, karena jika terlalu
kering atau terlalu basah akan mengeras. Tanah
berlempung diusahakan diolah pada saat air kapasitas
lapang (air tidak tergenang dan tidak meresap). Untuk
tanah berpasir mengolah pada waktu basah akan lebih
mudah.
30
3. Kemiringan lahan
Kemiringan lahan diperhatikan untuk mengatur
jalannya air. Prinsipnya adalah pada waktu mengairi,
lahan dapat cepat mendapatkan air secara merata
(hemat air). Begitu juga jika mengeluarkan air, tidak
ada air yang tergenang (adanya kubangan pada lahan).
Pada waktu air keluar juga jangan sampai merusak
tanaman karena terlalu deras.
Prinsip tersebut dipakai untuk membuat got
ataupun bedengan tanaman. Kemiringan got atau
bedengan tanaman yang baik adalah 2% sampai 7%
tergantung curah hujan, jenis tanah, lebar
got/bedengan.
4. Musim
Musim pada saat mengolah tanah mempengaruhi
biaya dan mutu pengolahan tanah. Pada saat lahan
terlalu basah atau terlalu kering mutu pengolahan tanah
tidak sesuai harapan, bahkan kadang-kadang
pengolahan tanah tidak berguna, contohnya pada tanah
lempung basah kita lakukan rotary, tanah akan
menempel pada rotary dan hasilnya sangat minim.
5. Vegetasi Lahan
Vegetasi lahan adalah tumbuhan di lahan pada saat
pengolahan tanah. Idealnya pengolahan tanah
dilakukan pada saat tidak ada tumbuhan diatasnya. Alat
pengolahan tanah bisa terhambat jika banyak
vegetasi/tumbuhan pada lahan, sehingga hasil tidak
maksimal.
31
6. Jenis Alat
Jenis alat seperti bajak singkal, garu, rotary harus
disesuaikan dengan jenis tanaman dan jenis tanah.
Tanaman yang membutuhkan perakaran dalam
membutuhkan bajak. Sedangkan tanaman yang
membutuhkan gembur dapat mengunakan rotary.
8. Pembalikan Tanah
• Tujuan pembalikan tanah adalah memecah
kapiler tanah dan memperbaiki aerasi.
• Pembalikan tanah pertama diusahakan 90
derajat dari kemiringan tanah, supaya lahan
jadi lebih rata. Setelah pembalikan tanah
dibiarkan beberapa hari agar racun dalam tanah
menguap. Lebih sering tanah dibalik lebih
bagus.
32
• Alat yang dipakai biasanya bajak singkal atau
bajak piring (disc plow). Semakin dalam
pembalikan tanah akan semakin bagus.
9. Penggemburan Tanah
• Penggemburan bertujuan meremahkan tanah
supaya akar berkembang maksimal, semakin
gembur tanah akan mendukung pertumbuhan
awal tanaman (perkecambahan ataupun
pertumbuhan tanaman muda).
• Alat yang digunakan biasanya garu atau rotary.
Selain gembur biasanya tanah akan semakin
rata. Penggunaan rotary tidak efektif pada
lahan yang sangat basah.
• Gulma yang berkembang biak lewat akar jika
dirotary semakin terpotong banyak dan
semakin merata di lahan. Pemakaian herbisida
pra tumbuh akan membantu menekan gulma
pada lahan yang dirotary.
33
• Setelah memperhatikan faktor-faktor sebelum
pengolahan tanah dan menentukan perlakuan
apa yang cocok untuk lahan dan tanaman, ada
satu hal yang sangat penting dipertimbangkan,
yaitu biaya.
• Biaya pengolahan tanah bisa mencapai 20 %
sampai 50 % dari biaya pemeliharaan.
Pengolahan tanah yang sempurna tentu lebih
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Tetapi jangan sampai penambahan perlakuan
pengolahan tanah menjadikan biaya produksi
melambung. Pengamatan kondisi lahan, sifat
tumbuh tanaman dan ketersediaan alat
pengolahan tanah dapat menjadikan
pertimbangan dalam menentukan kombinasi
perlakuan tanah.
B. Persiapan Lahan
1. Olah Tanah Sempurna
• Tanah dibajak dengan traktor atau cangkul
sedalam 15-25 cm dilakukan 2 kali, kemudian
permukaan lahan digaru sampai rata. Setelah
itu lahan siap ditanami.
• Pada waktu pengolahan, keadaan tanah
hendaknya tidak terlampau basah tetapi tidak
pula terlalu kering sehingga mudah dikerjakan,
tidak lengket dan mudah digemburkan.
• OTS biasa dilakukan pada tanah bertekstur
berat, sedangkan pada tanah ringan atau
berpasir tidak banyak diperlukan pengolahan
tanah.
34
Kelemahan :
➢ Memerlukan biaya tinggi
➢ Mempercepat kerusakan sumber daya tanah
(erosi)
➢ Dalam jangka panjang, mengakibatkan
pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah
lapis olah sehingga menghambat pertumbuhan
akar.
35
b. Pengolahan tanah di sekitar tanaman.
Pembersihan Iahan dari rumput-rumputan
dan pemberian mulsa sama dengan cara di atas
sedang pengolahan tanah dilakukan dalam jalur
tempat tumbuh tanaman.
36
• Tanah disemprot herbisida, kemudian
dibiarkan selama 1 minggu, kemudian
ditanami.
• Cara TOT lain adalah lahan langsung
ditanami tanpa adanya persiapan lahan,
tetapi hanya dibuatkan lajur tanam pada
barisan yang akan ditanami.
37
BAB VI
TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN
38
•Membuang cabang-cabang yang terserang
hama atau penyakit.
3. Cabang yang dipangkas meliputi :
1. Cabang yang tua/tidak produktif
2. Cabang yang terserang hama dan penyakit
3. Cabang yang mengarah ke dalam
4. Cabang yang menggantung
5. Tunas air
4. Macam Pemangkasan :
• Pemangkasan pucuk
Pemangkasan pucuk bertujuan untuk
mengurangi persaingan hasil fotosintesis antara
daun dan buah. Prinsipnya adalah menghilangkan
tunas apikal, yaitu tunas yang tumbuh di pucuk
batang tanaman.
Pada tanaman bunga kertas, perlakuan
pemangkasan pucuk saat umur tanaman masih
muda dapat menambah nilai kekompakan tanaman
yaitu kecerahan warna bunga yang seragam dan
bunga mekar yang serempak. Sementara itu,
pemangkasan pucuk tanaman timun pada ruas ke-
15 dapat menghasilkan jumlah benih per buah,
bobot kering benih per buah, dan bobot kering
benih pertanaman lebih baik.
• Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk bertujuan membentuk
kerangka pohon yang diinginkan, dimana
percabangannya diatur dengan arah yang
menyebar dan produktif sehingga pertumbuhan
39
batang dan cabang lebih kuat. Sebagai contoh,
pada tanaman kopi dilakukan pemangkasan
bentuk sebanyak dua tahap yaitu saat berumur 8-
12 bulan dan 1-2 tahun agar percabangan lebih
stabil dan kuat.
• Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan ini dilakukan sesudah
pemangkasan bentuk, tanaman dipelihara dan
dipertahankan bentuknya. Cabang yang kurang
produktif atau terserang hama penyakit segera
dilakukan pemangkasan agar unsur hara yang
diberikan dapat tersalur kepada batang-batang
yang lebih produktif.
Tanaman melati yang tumbuhnya lebih dari
satu meter, sebaiknya dilakukan pemangkasan
agar tidak memanjat ke tanaman yang lain.
Pemangkasan pemeliharaan dapat berfungsi juga
untuk menambah nilai estetika atau keindahan.
• Pemangkasan peremajaan
Pemangkasan ini diperlukan untuk
meremajakan pertumbuhan tanaman. Maksud dari
meremajakan, yaitu mengganti tajuk tanaman
lama atau tua dengan yang baru dan masih
produktif. Pada tanaman kopi, pemangkasan
peremajaan dilakukan menyeluruh ketika tanaman
sudah tua atau mengalami kerusakan mencapai
ambang 50%. Cara pemangkasan peremajaan ialah
dengan menebang pohon, mengurangi
percabangan, atau merobohkan pohon.
40
5. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali
bagian-bagian yang kosong bekas tanaman yang
mati/diduga akan mati atau rusak sehingga terpenuhi
jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas
tertentu sesuai dengan jarak tanamnya.
6. Penjarangan
Penjarangan adalah suatu tindakan pengurangan
banyaknya tanaman untuk memberi ruang tumbuh
bagi tanaman yang tersisa. Pada umur tertentu,
dilakukan penjarangan agar kepadatan populasi
mencapai tingkat yang paling optimal untuk mencapai
hasil yang maksimum.
41
baik dari gejala fisik, kronologi perlakuan pada tanaman,
maupun mengamati kondisi lingkungan. Penyebab gangguan
tanaman dibedakan menjadi 2 jenis faktor, yaitu faktor biotik
(hama, penyakit dan gulma) dan faktor abiotik (bencana alam
banjir, tanah longsor dll).
a. Hama
Hama adalah pengganggu tanaman yang berupa hewan.
Berdasarkan klasifikasi hama pengganggu tanaman,
dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, yaitu
43
atau biji terganggu oleh organ tubuh yang rusak.
Beberapa contoh hama yang menyerang tanaman
budidaya antara lain :
• Tikus menyerang padi, jagung dan singkong
• Tupai dan belalang Sexava menyerang kelapa
• Kutu loncat menyarang lamtorogung dan
petai cina
• Ulat penggerek buah jagung (Helicoverpa
armigera)
• Hama wareng coklat menyerang batang padi
(Nilaparvata lugens)
• Hama walang sangit menyerang bulir padi
muda (leptocorisa oratorius (F))
• Ulat kupu artona menyerang kelapa
b. Penyakit
Penyakit adalah pengganggu tanaman yang
disebabkan oleh bakteria, virus dan jamur (golongan
mikroorganisme). Pertumbuhan tanaman yang
terserang penyakit, terganggu aktivitas jaringan
tanaman serta sel-sel yang didalamnya, menjadi tidak
normal lagi.
Beberapa contoh penyakit yang menyerang
tanaman budidaya yang disebabkan oleh mikroba
(virus, jamur, bakteri) antara lain :
• Penyakit bulai, menyerang tanaman jagung
yang disebabkan oleh cendawan/jamur.
• CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
merupakan penyakit kerusakan pembuluh
tapis/floem pada tanaman jeruk yang
disebabkan virus.
44
• Jamur Armelaria, menyerang akar tanaman
jeruk.
• Penyakit hangus, disebabkan oleh jamur
Ustilago maydis yang menyebabkan biji
jagung menjadi kehitaman.
• Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback)
yang menyerang jaringan pembuluh tanaman
coklat.
• Penyakit tungro disebabkan oleh virus tungro,
menyerang padi debgab gejala-gejala warna
daun kuning, anakan berkurang, kerdil,
seperti kurang nitrogen.
c. Gulma
Gulma biasanya dinamakan “tumbuhan
pengganggu”, tetapi bagi gulma lebih populer disebut
rumput-rumputan. Menurut para ahli, gulma terdiri
atas 3 golongan utama : golongan rumput, golongan
teki, golongan tumbuhan berdaun lebar. Gulma yang
paling banyak mengganggu tanaman ialah golongan
rumput, golongan berdaun lebar, dan yang paling
sedikit golongan teki. Meskipun begitu, golongan teki
ini yang banyak merusak.
1. Golongan rumput
• Echinochloa crus galli (jawan,
jajagoan)
• Echinochloa colonum (tuton,
jajagoan leutik)
• Panicum repens (suket balungan,
jajahean)
2. Golongan teki
45
• Cyperus difformis (sunduk welut,
jukut papayungan)
• Cyperus iria (jakeng)
3. Golongan berdaun lebar
• Marsilea crenata (semanggen,
semanggi)
• Salvinia molesta (janji, jukut cai)
• Sagittaria guayanensi (eceng)
• Limnocharis flava (genjer)
• Monochoria vaginalis (wewehan,
eceng lembut)
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan gulma antara lain :
1. Penyiangan dengan tangan dengan mencabut
gulma.
2. Penyiangan dengan landak/alat
mekanis/bajak kecil.
3. Mematikan rumput dengan perendaman
4. Pengendalian dengan herbisida/bahan kimia
untuk mengendalikan gulma.
5. Pengendalian dengan cara tumpang sari,
misalnya dengan tanaman kacang-kacangan
bisa menambah unsur nitrogen.
47
Bacillus thuringiensis. Pestisida Bt tidak
berbahaya bagi manusia dan hewan, tetapi
profesional membasmi hama
6. Pemberantasan hama secara biologis yaitu
memberantas gulma, hama, atau penyakit
dengan musuh alaminya atau dengan
melapaskan hewan jantan mandul. Hewan
jantan mandul diperoleh dengan cara meradiasi
hewan jantan. Setelah itu, hewan jantan
dilepaskan ke alam untuk bersaing dengan
hewan jantan normal dalam membuahi hewan
betina.
7. Pemberantasan hama secara ekologis yaitu
memberantas gulma, hama atau penyakit
dengan cara merubah lingkungan
48
hama atau penyakit sasaran saja dan
mempunyai daya racun tinggi
BAB VII
PUPUK DAN PEMUPUKAN
A. Unsur Hara
Unsur hara merupakan suatu unsur yang sangat berperan
penting dalam tanaman, karena tanpa adanya unsur hara
49
tanaman tidak bisa hidup dimuka bumi ini. Unsur hara yang
mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K. Kandungan N pada
pupuk urea (CO(NH2)2) sebanyak 46 %. Urea dapat langsung
dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah akan
diubah menjadi ammonium dan nitrat melalui proses
amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah. Tanaman padi
menyerap amonium 5-20 kali lebih cepat dibandingkan
dengan nitrat.
51
konsentrai ion terlarut di dalam larutan tanah lebih
tinggi daripada di dalam sel akar, ion dari larutan
tanah akan bergerak ke dalam sel akar.
3. Proses pertukaran ion. Mekanisme ini terjadi karena
pernapasan akar menghasilkan CO2 yang bergabung
dengan air dalam tanah membentuk asam karbonat
(H2CO3). Selanjutnya H2CO3 terurai membentuk
H+ dan HCO3-. Ion H+ pada permukaan atau di
dalam akar akan bertukar posisi dengan unsur hara
yang terikat pada koloid tanah.
52
pengaturan pH tanah, unsur hara ini dapat diubah
menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman.
54
• Tanaman dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin unsur hara dari pupuk melalui
minimalisasi terjadinya pencucian dan penguapan
• Cara aplikasi yang dipilih harus aman bagi
tanaman dan biji yang ditanam
• Cara aplikasi yang tepat menjadikan jumlah pupuk
yang ditebar sesuai dengan dosis yang diinginkan
(akurat)
• Pilih cara aplikasi yang paling efisien dalam
memanfaatkan sumber daya tenaga kerja,
waktu, alat dan bahan.
55
c. Dosis pupuk
Tidak disarankan penempatan pupuk dengan dosis
sangat tinggi di dalam larikan atau di dalam tugalan
karena dapat merusak tanaman.
d. Faktor lain
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
penempatan pupuk adalah iklim, jenis tanah dan
ketersediaan air.
56
2. Di dalam buku pedoman bercocok tanam dianjurkan
untuk menggunakan urea (45%) sebanyak 100 gram.
Pupuk N yang tersedia adalah ZA (26% N).
Berdasarkan data-data tersebut, pupuk yang digunakan
adalah :
45/100 x 100 g urea = 45 g N sehingga ZA yang
diperlukan untuk memasok 45 g N adalah 100/26 x 45
g = 173 g.
57
BAB VIII
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PADI
A. Fase Pertumbuhan
Uraian fase-fase pertumbuhan padi disajikan berdasarkan
informasi/data dan karakteristik IR64, varietas unggul
berdaya hasil tinggi, semidwarf (tinggi sedang), namun secara
umum berlaku juga untuk varietas lainnya.
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam 3 fase :
1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan
malai);
2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan);
dan
3. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)
58
Gambar 15. Fase Pertumbuhan Padi
59
• Fase pematangan, fase akhir dari perkembangan
pertumbuhan tanaman padi.
Tahap 7, adalah tahap gabah matang susu :
Tahap 8, adalah gabah matang adonan
(doughrain) :
Tahap 9, adalah gabah matang penuh:
B. Fase Vegetatif
1. Tahap 0 – berkecambah sampai muncul ke
permukaan :
• Benih biasanya dikecambahkan melalui
perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga
selama 24 jam. Setelah perkecambahan bakal akar
dan tunas (the radicle and plumule) menonjol
keluar (protrude) menembus kulit gabah (sekam).
• Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar di
persemaian, daun pertama menembus keluar
melalui koleoptil.
• Akhir tahap 0 memperlihatkan daun pertama yang
muncul masih melengkung (curled) dan bakal akar
memanjang (an elongated radicle).
2. Tahap 1 – Pertunasan
• Tahap pertunasan mulai begitu benih
berkecambah sampai dengan sebelum anakan
pertama muncul. Selama tahap ini, akar seminal
dan 5 daun terbentuk.
• Sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi
terbentuk. Daun terus berkembang pada
kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap
awal pertumbuhan.
60
• Kemunculan (adventitious) akar sekunder
membentuk sistem perakaran serabut permanen
dengan cepat menggantikan radikula dan akar
seminal sementara.
• Bibit umur 18 hari siap untuk di tanam pindah.
Bibit mempunyai 5 daun dan sistem perakaran
yang berkembang dengan cepat.
3. Tahap 2 – Anakan
• Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan
pertama sampai pembentukan anakan maksimum
tecapai.
• Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada
buku batang dan menggantikan tempat daun serta
tumbuh dan berkembang.
• Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan
pertama yang mengapit batang utama dan
daunnya.
• Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama
memunculkan anakan sekunder. Ini terjadi pada
30 hari setelah tanam pindah.
• Tanaman memanjang dan aktif membentuk
anakan. Foto di bawah ini, lahan dengan tanaman
pada tahap awal pembentukan anakan. Perhatikan
ukuran anakan dan perkembangan kanopi dengan
meningkatnya perkembangan jumlah daun dan
anakan.
• Selain sejumlah anakan primer dan sekunder,
anakan tersier tumbuh dari anakan sekunder
seiring pertumbuhan tanaman yang bertambah
panjang dan besar.
61
• Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai
pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang
utama. Anakan terus berkembang sampai
tanaman memasuki tahap pertumbuhan
berikutnya yaitu pemanjangan batang.
C. Fase Reproduksi
1. Tahap 4 – Pembentukan sampai bunting :
• nisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh
(growing shoot) menandai mulainya fase
reporoduksi. Primordia malai menjadi kasat mata
pada sekitar 10 hari setelah inisiasi. Pada tahap
ini, 3 daun masih akan muncul sebelum malai
pada akhirnya timbul kepermukaan.
• Pada varietas genjah, malai terlihat berupa
kerucut berbulu putih (white feathery cone)
panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada
ruas buku utama (main culm) kemudian pada
anakan dengan pola tidak teratur. Dapat terlihat
dengan membelah batang.
• Saat malai terus berkembang bulir (spikelets)
terlihat dan dapat dibedakan.
• Malai muda meningkat dalam ukuran dan
berkembang ke atas di dalam pelepah daun
bendera menyebabkan pelepah daun
menggembung (bulge). Penggembungan daun
bendera ini disebut bunting.
• Bunting terlihat terjadi pertamakali pada ruas
batang utama.
63
• Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua
dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada
bagian dasar tanaman.
2. Tahap 5 – Heading
Dikenal juga sebagai tahap keluar malai. Heading
ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah
daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar
seutuhnya dari pelepah daun.
3. Tahap 6 – Pembungaan
• Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari
menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses
pembuahan. Pada pembungaan, kelopak bunga
terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak
bunga (flower glumes) karena pemanjangan
stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak
bunga kemudian menutup.
• Serbuk sari (tepung sari-pollen) jatuh ke putik,
sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil
berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari
yang muncul (bulat, struktur gelap dalam
ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.
• Proses pembungaan berlanjut sampai hampir
semua spikelet pada malai mekar. Dari kiri ke
kanan, gambar ini menunjukkan anthesis atau
pembungaan pada ujung dari malai, hari pertama
setelah heading; anthesis pada tengah2 malai,
dua hari setelah heading; anthesis pada malai
ketiga dari bawah, 3 hari setelah heading.
64
• Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada
umumnya, floret (kelopak bunga) membuka
pada pagi hari. Semua spikelet pada malai
membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5
daun masih aktif.
• Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan
pada saat dimulainya pembungaan dan
dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan
nonproduktif.
D. Fase Pematangan
1. Tahap 7 – gabah matang susu
• Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan
serupa susu.
• Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu,
dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit
gabah di antara dua jari.
• Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan
(senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun
bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau.
65
• Pertanaman terlihat menguning. Seiring
menguningnya malai, ujung dua daun terakhir
pada setiap anakan mulai mengering.
66
BAB IX
MORFOLOGI PADI
A. Bagian Vegetatif
1. Akar
Tanaman padi termasuk kedalam golongan
tanaman monokotil atau tanaman yang bijinya
berkeping satu. Salah satu ciri umum dari tanaman
monokotil adalah tipe akarnya serabut. Tanaman padi
memiliki akar primer yang tumbuh saat benih padi
berkecambah. Setelah 5 – 6 hari, maka akan tumbuh
akar-akar adventif dan serabut akar. Tanaman padi
juga memiliki akar tajuk (crown roots) yang tumbuh
pada ruas batang terendah. Jika kadar oksigen dalam
tanah rendah, maka akar tajuk akan lebih berkembang
di kedalaman yang dangkal atau di dekat permukaan
tanah.
2. Batang
Batang tanaman padi beruas-ruas, dengan tinggi
batang bervariasi tergantung varietas antara 0,5 – 2
meter. Struktur serupa batang terbentuk dari
rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun
sempurna. Batang padi terdiri atas beberapa ruas yang
dibatasi oleh buku, daun dan tunas tumbuh pada buku.
Pada permukaan stadia tumbuh batnag yang terdiri
atas pelepah-pelepah dan dan ruas-ruas yang
tertumpuk padat. Ruas-ruas tersebut kemudian
memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki
stadia reproduktif.
3. Daun
67
Seperti anggota keluarganya yang lain, yaitu
rumput – rumputan, tanaman padi memiliki daun
yang berbentuk pita dengan tulang daun yang sejajar,
panjang dan lebarnya akan berbeda-beda di setiap
varietas. Daun tanaman padi terdiri dari pelepah, helai
daun, telinga daun, dan lidah daun. Pelepah daun
merupakan bagian daun yang membungkus dan
menyelubungi ruas batang yang lembek, pelepah
daun membantu tanaman agar tidak mudah roboh atau
patah.
Helaian daun merupakan bagian daun yang
panjang dan berwarna hijau. Lidah daun merupakan
bagian yang terletak diantara helai daun dengan
pelepah daun, dengan adanya telinga daun, air akan
terhalang sehingga tidak masuk ke celah antara
batang dan pelepah daun. Dengan begitu, penyakit-
penyakit yang muncul akibat kelembaban tinggi atau
kebusukan dapat dicegah.
Setiap ruas memiliki satu daun, dengan selang
pertumbuhan daun satu dengan daun baru adalah 7
hari. Bagian daun paling atas, yang terletak di ruas
paling ujung di sebut daun bendera. Dari ruas inilah
malai padi akan muncul. Daun bendera memiliki
ukuran yang lebih pendek di bandingkan daun yang
berada di bawahnya.
4. Anakan
Tanaman padi akan membentuk rumpun dengan
anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar
batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun
yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
68
Gambar 16. Morfologi Padi
B. Bagian Generatif
1. Bunga dan Malai
Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut
malai. Tiap unit bunga pada malai disebut spikelet
yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah,
lemma, palea, putik, dan benang sariserta beberapa
organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga
pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang
terdiri atas cabang primer dan skunder.
69
Gambar 17. Malai Padi
70
BAB X
BUDIDAYA PADI SAWAH
A. Pesemaian
1. Pesemaian Basah
Dalam membuat tanah sawah basah persemaian
seharusnya benar-benar subur. Rumput dan jerami yang
masih harus dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian
sawah dibanjiri, tujuannya adalah agar tanah menjadi
lembut, rumput akan tumbuh menjadi mati, dan berbagai
serangga yang dapat merusak bibit mati pula.
Selain itu, jika tanah cukup lembut dan dibajak
berkali kali hingga halus. Pada saat itu juga juga membuat
dan memperbaiki tanggul dan pematang sawah. Sebagai
tindakan dasar persemaian luas harus dibuat sekitar 1/20
dari areal padi yang akan ditanam.Jadi, ketika padi yang
akan ditanam daerah 1 ha, area pembibitan yang harus
dilakukan adalah 1/20 x 10 000 m² = 500 m². Benih yang
dibutuhkan adalah sekitar 75 gram biji per 1 m², atau
sebanyak kurang lebih 40 kg.
2. Pesemaian Kering
Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan
pesemaian basah. Rumput-rumput dan sisa-sisa jerami
yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah
dibolak-balik dengan bajak dan digaru, atau bisa dan
halus. juga memakai cangkul yang terpenting tanah
menjadi gembur.
Setelah tanah menjadi halus, diratakan dan dibuat
bedengan-bedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai
berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600
71
cm.Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi
jarak 30 cm sebagai selokan yang dapat digunakan untuk
memudahkan : Penaburan biji, pengairan, pemupukan,
penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit.
3. Penaburan Biji
Untuk memilih biji-biji yang bertunas dan tidak,
biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang bertunas akan
tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan
terapung. Dan biji-biji yang terapung bisa dibuang.
Maksud perendaman selain memilih biji yang bertunas,
biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman
cukup 24 jam, kemudian biji diambil dari rendaman lalu
di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung.
Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.Apabila biji
sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji
disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran
biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang.
Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan
benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi
penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan
tumbuh benih tidak merata.
B. Pemeliharaan Pesemaian
1. Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus
digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan
air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak
berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun
pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu
72
dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat
pertumbuhan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan
dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara
bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-
menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa
mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar,
penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada
bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu
digenangi air. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi
rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan
saja.
73
• Pengolahan tanah sawah dengan cara modern
yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan
dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat
pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
2. Pembersihan
Sebelum tanah sawah dicangkul harus dibersihkan
lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang
ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos.
Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu
akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting
bagi pertumbuhan tanaman.
3. Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air
terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak dan rumput-
rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini
dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang
yang bocor.
4. Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah-sawah harus
digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi
atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-
20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan
membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan
organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos
sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan
sawah digenangi air lagi selama 5-7 hari untuk
mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan
melunakan bongkahan-bongkahan tanah.
74
5. Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air
dikurangi. Sehingga cukup hanya untuk membasahi
bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan
berulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan
mengurangi perembesan air ke bawah. Setelah
penggaruan pertama selesai, sawah digenangi air lagi
selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan
pembajakan yang kedua. Tujuannya yaitu: meratakan
tanah, meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan
pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.
75
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan
besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang
sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai
bermalam. Penanaman padi yang baik harus
menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan jarak
20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik
penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap
tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-
zat makanan secara merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit,
tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit,
dalamnya kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman
tegak lurus jangan sampai miring.Usahakan penanaman
bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit
yang ditanam terlalu dalam akan menghambat
pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang
ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah rubuh
atau hanyut oleh aliran air. Dengan demikian jelas bahwa
penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu
dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.
76
yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah
dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik
untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak
mengandung lumpur dan kotoran.
77
• Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air
dapat ditambah hingga 10-20 cm.
• Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan
mulai menguning dalamnya air dapat ditambah
hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi
sedikit.
• Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan
sama sekali. Agar padi dapat masak bersama-
sama.
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat
dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman
di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk yang
digunakan antara lain :
• Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan
7-10 hari sebelum tanaman dapat digunakan
pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau,
78
pupuk kandang, dan kompos. Banyaknya kira-
kira 10 ton / ha.
• Pupuk buatan diberikan sesudah tanam,
misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun
manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
• ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat
tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya
tanaman, dan menambah besarnya gabah.
• DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman,
merangsang pembungaan dan pembentukan
buah, mempercepat panen.
• ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap
hama / penyakit, dan mempercepat pembuatan
zat pati.
5. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen,
gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang,
simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang
dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan
79
menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen
dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar
sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya
dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. engan penanaman
dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi
mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5
ton/ha.
6. Pasca Panen
Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen,
gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1
hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1
hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan
menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya
memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara
diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran
tidak boleh lebih dari 3 %. Jemur gabah selama 3-4 hari
selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Secara
tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan
mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin
daripada dijemur di halaman. Penyimpanan. Gabah
dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari
beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap
dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
80
BAB XI
BUDIDAYA PADI GOGO
A. Pendahuluan
Padi gogo merupakan jenis padi yang ditanam pada areal
lahan kering atau lazim disebut dengan padi tegalan. Budidaya
padi gogo sama sekali tidak membutuhkan irigasi dan dapat
diaplikasikan didaerah bercurah hujan rendah.
• Sumbangan padi gogo terhadap produksi padi
nasional masih rendah
• Rata-rata produktivitas baru mencapai 2,03 t/ha
• Rendahnya produktivitas disebabkan
permasalahan padi gogo jauh lebih kompleks
dibanding padi sawah
• Padi gogo dapat ditanam pada berbagai jenis tanah
yang tingkat kesuburannya dari marjinal hingga
subur
81
B. Permasalahan Budidaya Padi Gogo
1. Permasalahan Fisik
• Cekaman Kekeringan
Kekeringan merupakan kendala pertumbuhan
yang sulit diatasi
Untuk mengurangi cekaman kekeringan dengan
menanam varietas berumur genjah dan saat tanam
yang lebih awal
• Tanah
➢ Erosi tanah
➢ Perlu tindakan konservasi tanah
2. Permasalahan Biologis
• Penyakit dan Hama
➢ Penyakit Blas (Pyricularia oryzae)
➢ Hama penggerek batang, Walang sangit,
Tikus, dan Burung
• Gulma
Permasalahan disebabkan
➢ Pengolahan tanah yang kurang intensif
➢ Penambahan pupuk kandang
82
C. Persyaratan Tumbuh Padi Gogo
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor
genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling
penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor
tersebut. Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai
agroekologi dan jenis tanah. Sedangkan persyaratan utama
untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang
sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor
yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo.
Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya
mengandalkan curah hujan.
1. Iklim
Padi gogo memerlukan air sepanjang
pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya
mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada
derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.
Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai
450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi
dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang
baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut
atau 1500-2000 mm/tahun.
Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan.
Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air
irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air
melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan
kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan
ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat
C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperature 19-230C.
83
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari
penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki panjang
radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi
350 cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas
radiasi ini tergolong rendah jika dibandinkan dengan
daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan
tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
2. Tanah
Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Sedangkan
yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan
kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan
penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan
organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada
lapisan tanah setebal 0 – 30 cm. Struktur tanah yang cocok
untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah.
Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat,
berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan
air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya
tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH)
tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang
lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan
kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila
pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.
84
D. Teknik Budidaya Padi Gogo
1. Varietas
• Pemilihan varietas disesuaikan dengan
lingkungannya
• Benih yang dipakai dianjurkan yang bermutu
tinggi
• Kebutuhan benih bervariasi, 50-100 kg/ha
2. Pengolahan Tanah
• Dilakukan menjelang atau sesudah hujan turun,
tergantung berat ringannya jenis tanah
• Penyiapan lahan tanpa pengolahan tanah dapat
diterapkan pada lahan yang mempunyai
kemiringan lebih dari 10%
85
BAB XII
BUDIDAYA TANAMAN KARET
A. Pendahuluan
Tanaman karet adalah tanaman tropis yang berkembang
dengan baik pada zona antara 15° LS dan 15° LU dengan
curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per tahun. Tanaman
ini tumbuh secara optimal pada ketinggian 200 m di atas
permukaan laut, suhu pertumbuhan antara 25-35° C dengan
suhu optimal 28° C.
B. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan,
terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga
cocok ditanam di daerah tropis lainnya. Di Indonesia,
daerah yang cocok buat penanaman karet adalah Pulau
Jawa, Sumatera dan Kalimantan yang terletak pada zona
diantara 6 o Lintang Utara (LU) dan 9 o Lintang Selatan
(LS). Diluar zona tersebut menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang lambat dan karena itu umur panen (umur
matang sadap) pun akan lambat. Tanaman karet tidak
tahan terhadap kondisi suhu udara yang dingin dan
kelembabapan udara yang tinggi. Suhu udara rata-rata
87
yang baik bagi pertumbuhan dan pembentukan yang
optimal adalah 28 oC.
2. Curah Hujan
Tanaman karet tumbuh baik pada curah hujan
sekitar 1.500-3.000 mm/tahun. Karet masih dapat tumbuh
dikawasan dengan curah hujan >4.000 mm/tahun, namun
pengelolaan kebun akan menghadapi gangguan penyakit
daun dan penyadapan. Dikawasan dengan curah hujan
sekitar 1.500-2.000 mm/tahun, diperlukan distribusi curah
hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan 2.000-
3.000 mm/tahun diperlukan 1 (satu) bulan kering dan
curah hujan 3.000-.4.000 mm/tahun diperlukan 2-3 bulan
kering.
3. Penyinaran Matahari
Kebutuhan akan intensitas sinar matahari
merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman
karet karena sinar matahari merupakan sumber energi
dalam proses asimilasi tanaman. Penyinaran matahari
sangat berpengaruh terhadap pembentukan vegetatif
(pertumbuhan batang, cabang, ranting, daun dan
perakaran) maupun pembentukan generatif (pembentukan
bunga, buah dan biji).
Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar
matahari dengan intensitas yang cukup, paling tidak
selama 5-7 jam lama penyinaran per hari. Oleh karena itu,
tanaman karet akan tumbuh baik bila mendapat
penyinaran matahari sepanjang hari ditempat terbuka.
Daerah yang curah hujannya tinggi dan intensitas
88
penyinaran matahari sedikit tidak cocok untuk budidaya
tanaman karet.
4. Angin
Tanaman karet memiliki batang yang lentur dan
mudah patah. Oleh karena itu angin yang kencang dan
berkelanjutan secara langsung dapat mempengaruhi
tanaman, misalnya penyerbukan bunga terganggu
sehingga menyebabkan rendahnya produksi biji dan
pembenihan, bahkan dapat menyebabkan cabang-cabang
tanaman atau robohnya tanaman, terutama tanaman yang
berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin
kencang
5. Topografi
Persoalan utama bila karet ditanam pada topografi
yang curam dan tempat yang tinggi ialah pelambatan
layak matang sadap dan tingginya resiko serangan
penyakit daun. Oleh karena itu, pada dasarnya tanaman
karet tidak layak dikelola pada topografi dengan bukit.
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik yaitu pada
ketinggian antara 1-600m dari permukaan laut (dpl). Bisa
dikatakan wilayah di Indonesia tidak mengalami kesulitan
mengenai areal yang dapat dibuka untuk tanaman karet.
Hampir diseluruh Indonesia tanaman karet dapat tumbuh
dengan subur.
Di dataran rendah, umur panen tanaman karet
(umur matang sadap) lebih pendek daripada di dataran
medium dan di dataran tinggi, dengan jumlah panen dan
kualitas lateks lebih tinggi (tinggi tempat 0-200 mdpl
“rendah”, tinggi tempat 200-700 mdpl “medium”, tinggi
89
diatas 700 mdpl “tinggi”). Perbedaan kondisi yang
mencolok ialah faktor iklim.
6. Tanah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
produksi dalam usaha tani, salah satunya yaitu faktor
tanah (fisik, kimia, dan biologi). Yang termasuk dalam
fisik tanah, yaitu tentang: tekstur, struktur, tata air, tata
udara, temperatur dan warna tanah. Sedangkan kimia
tanah ialah kapasitas tukar kation (ktk), pH-nya. Dan
biologi tanah ialah tentang jasad-jasad hidup dalam
tanah/jasad renik.
Pada dasarnya tanaman karet dapat hidup dan
tumbuh baik pada bermacam-macam jenis tanah dan
keadaan tanah. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan
tanaman karet yang dibudidayakan di tanah yang sangat
jelek dapat diatasi dengan menggunakan pupuk organik
dan pupuk anorganik (kesuburan tanah/struktur tanah),
membangun drainase/selokan pembuangan
(kedalam/permukaan air tanah dangkal).
Keadaan tanah yang sesuai dan baik bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman karet adalah tanah yang
banyak mengandung bahan organik (humus), struktur
tanah gembur, mudah mengikat air (porous), kedalaman
tanah (solum tanah), permukaan air tanah cukup dalam
(1,5-2m), dan tidak bercadas. Keadaan tanah yang baik
juga akan mempermudah tumbuh dan berkembangnya
perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan pembentukan hasil (latex) meningkat
90
karena penyerapan zat-zat hara oleh perakaran tanaman
lebih sempurna.
Derajat keasaman tanah (pH) yang rendah dapat
menyebabkan zat hara magnesium (Mg) yang tersedia di
dalam tanah sedikit sehingga tanaman akan menderita
penyakit fisiologis dengan gejala daun-daun menguning
yang diikuti menguningnya jaringan diantara tulang daun
dan tanaman tumbuhnya kerdil/terhambat.
Kisaran derajat keasaman (pH) tanah yang cocok
untuk pertumbuhan tanaman karet dan pembentukan
hasilnya (latex) adalah berkisar antara 5,5-7,0. Namun,
tanaman karet masih toleran terhadap derajat keasaman
tanah sangat asam (pH 3-5) dan derajat keasaman tanah
basa (pH 7,5-8,0). Artinya tanaman masih dapat hidup dan
tumbuh tetapi produksinya rendah.
91
BAB XIII
PENANAMAN KARET
A. Pembibitan
Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan bibit karet dengan sifat unggul. Pembibitan
karet bisa dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap
yang pertama adalah tahap persemaian perkecambahan
sedangkan tahap pembibitan selanjutnya adalah persemaian
bibit.
Untuk tahap persemaian perkecambahan, benih karet akan
disemai di bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1–1,2 meter
dengan ukuran panjang yang disesuaikan dengan tempat yang
tersedia. Pasir dengan tekstur halus disebarkan di atas
bedengan dengan ketebalan 5–7 cm. Natural Glio perlu pula
dikembangbiakkan di dalam pupuk kandang yang ditambah 1
mg Natural Glio sebelum siap ditebar di atas bedengan. Dauh
atau jerami dengan ukuran tinggi 1m diperlukan untuk
naungan sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan
sebagai naungan sisi barat.
Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran
satu tutup untuk satu liter air selama 3–6 jam. Benih akan
disemaikan langsung harus disiram dengan larutan POC
NASA dengan takaran setengah tutup per liter air. Untuk cara
tanam benih yang benar, jarak tanam dipertahankan selebar 1–
2 cm. Benih yang sudah disemai harus disiram secara teratur
dan normalnya benih akan mulai berkecambah pasa usia 10–
14 hari setelah tanam. Benih yang sudah berkecambah
kemudian dipindahkan ke area persemaian bibit yang sudah
dicangkul dengan kedalaman 60–75 cm kemusian dihaluskan
serta diratakan. Area tersebut perlu dibuat bedengan dengan
92
ketinggian 20 cm termasuk parit antar bedengan dengan
kedalaman 50 cm. Selanjutnya, cara menanam benihnya
adalah dengan membuat jarak tanam 40x40x60 cm untuk bibit
okulasi coklat dan jarak tanam 20x20x60 untuk bibit okulasi
hijau.
Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian
perlu pula dipupuk dengan pupuk makro selama 3 bulan sekali
dan perlu pula disiram dengan POC NASA setiap 1–2 minggu
sekali. Klon untuk benih dan bibit unggul bisa ditemukan di
lembaga riset pemerintah maupun swasta seperti Balai
Penelitian Karet Getas.
93
2. Penanaman dan Penyulaman Karet
Waktu yang tepat untuk budidaya karet adalah saat
musim penghujan sehingga intensitas penyiraman bisa
dikurangi. Bibit yang sudah siap ditanam adalah bibit
yang mempunyai payung daun terakhir yang sudah tua.
Kantong polybag harus dibuka sebelum bibit diletakkan
di bagian tengan lubang tanam dan ditimbun dengan
tanah. Setiap 1–2 minggu, pemeriksaan bibit perlu
dilakukan sehingga bibit yang mati bisa segera diganti
untuk mempertahankan populasi tanaman karet.
94
sangat membantu mengurangi rendahnya harga
komoditas karet.
2. Pemupukan
Agar pertumbuhan tanaman karet semakin cepat
dan semakin cepat matang, pemupukan perlu dilakukan.
Pergantian musim penghujan ke musim kemarau
merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan
pupuk yang berupa pupuk urea, SP 36, dan KCl dengan
perbandingan dan frekuensi yang sesuai dengan umur
pohon karet.
95
BAB XIV
BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
96
rekayasa genetik (GMO/Genetically Modified Organism),
serta tidak menggunakan bahan-bahan iradiasi untuk tujuan
pengawetan produk. Pangan organik menekankan pada
tingkat seminimal mungkin penggunaan asupan non alami.
B. Sayuran Organik
Sayuran organik dapat diartikan sebagai semua sayuran
yang ditanam secara organik. Sayuran organik diperoleh dari
hasil budidaya secara organik tanpa menggunakan pupuk
kimia sintetis (Urea dan KCl), pestisida, herbisida, insektisida,
fungisida, dan bahan kimia lain sehingga dalam
pembudidayaannya hanya menggunakan pupuk organik,
misalnya pupuk kandang dan kompos. Selain itu, bibit
sayuran organik juga tidak boleh berasal dari hasil rekayasa
genetik.
Sayuran organik memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan sayuran non organik. Sayuran organik
mengandung 50% lebih banyak antioksidan dari sayuran non
organik sehingga dapat menurunkan resiko penyakit kanker
dan jantung. Keunggulan lain dari sayuran organik yaitu
meningkatkan kekebalan tubuh, memiliki rasa lebih renyah,
lebih manis, umur simpan lebih lama, dan terhindar dari residu
kimia sintetis (pestisida dan pupuk kimia sintetis) yang dapat
menyebabkan penyakit berbahaya seperti kanker.
Dewasa ini, terjadi perubahan pola hidup dimasyarakat.
Perubahan pola hidup dimasyarakat tersebut membentuk gaya
hidup baru bernama gaya hidup sehat. Gaya hidup
mencerminkan pola konsumsi masyarakat. Oleh karena itu,
gaya hidup sehat membuat masyarakat untuk mengkonsumsi
makanan sehat seperti sayuran organik.
97
C. Teknologi Budidaya Organik
Memasuki abad 21, masyarakat mulai sadar bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam
pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan
yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Pangan
yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode
baru yang dikenal dengan pertanian organik, seperti sayuran
organik. Budidaya sayuran organik kini menjadi usaha yang
menguntungkan karena aman, lestari dan mensejahterakan
petani dan konsumen. Meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan, membuat banyak orang beralih ke
makanan yang alami. Sehingga sayuran organik kini banyak
digemari, meskipun harganya sedikit lebih mahal
dibandingkan sayuran pada umumnya.
Gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature
merupakan satu alasan meningkatnya permintaan pada
sayuran organik. Tingginya permintaan ini tidak hanya pada
petani sayuran organik, produsen pupuk dan pestisida organik,
penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan
mengalami hal serupa. Apalagi permintaan sayuran organik
pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka
peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor
ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, kata Soedjais
untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani
sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara
orientasi pasar ekspor dilupakan.
Target pasar yang memungkinkan saat ini adalah
supermarket. Namun karena permintaan supermarket
98
biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani
organik masih terbatas, maka banyak petani ber-partner
dengan supplier sayuran organik yang lebih besar. Melalui
supplier ini, sayuran organik yang segar itu dipasok ke
supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
1. Pupuk Organik
Pupuk-pupuk organik dikembangkan dengan
memanfaatkan mikroorganisme yang hidup secara
simbiotik maupun bebas (non-simbiotik). Kelompoknya
adalah: (1) Penambat Nitrogen Simbiotik, memanfaat-kan
mikroorganisme Rhizobium, Bradyrhi-zobium,
Azorhizobium, Sinorhizobium, Mersorhizobium (sistem
simbiosis legume), Anabaena azollae (simbiosis azolla)
dan Frankia sp (simbiosis non legum); (2) Pe-nambat
Nitrogen Non Simbiotik, antara lain Azotobacter,
Azospirillum, Clostridium, Klebsiella, dan Ganggang
biru-hijau (sistem hidup bebas); (3) Jamur Mikoriza,
seperti Acaulospora, Entrophospora, Gigaspora, Glomus,
Selerocystis, dan Scutellospora (sistem simbiosis
berbagai endomikoriza tanaman); serta (4)
Mikroorganisme Pela-rut Fosfat, antara lain: bakteri
Bacillus, Pseudomonas, jamur Aspergillus, Peni-cillium,
dan Aktinomiset Sterptomyces (sistem hidup bebas).
Beberapa jenis pupuk organik yang telah
dikembangkan adalah: pupuk mikroba multiguna Rhizo-
plus, Biofosfat, dan Bioles-tari. Rhizo-plus dapat
meningkatkan efi-siensi unsur hara N dan P pada tanaman
kedelai, Biofosfat dapat meningkatkan ke-tersediaan
unsur hara P, sedangkan Bioles-tari merupakan perbaikan
dari Rhizo-plus. Pupuk organik lainnya adalah Mikofosfat
99
yang dapat meningkatkan serapan hara P pada tanah-
tanah kahat P serta unsur hara Zn dan S. Pupuk ini juga
dapat menghindari cekaman kekeringan dan
meningkatkan ke-tahanan tanaman terhadap penyakit
dalam tanah. Telah dikembangkan pula Bioaktiva-tor
Perombak Limbah Pertanian (ORLATAN) yang
bermanfaat sebagai pemicu proses dekomposisi limbah
pertanian
2. Pestisida Organik
Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang
dibuat dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan untuk
membuat pestisida organik diambil dari tumbuhan-
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Karena dibuat
dari bahan-bahan yang terdapat di alam bebas, pestisida
jenis ini lebih ramah lingkungan dan lebih aman bagi
kesehatan manusia.
Bila dibandingkan dengan pestisida kimia,
pestisida organik mempunyai beberapa kelebihan.
Pertama, lebih ramah terhadap alam, karena sifat material
organik mudah terurai menjadi bentuk lain. Sehingga
dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama
di alam bebas. Kedua, residu pestisida organik tidak
bertahan lama pada tanaman, sehingga tanaman yang
disemprot lebih aman untuk dikonsumsi. Ketiga, dilihat
dari sisi ekonomi penggunaan pestisida organik
memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.
Produk pangan non-pestisida harganya lebih baik
dibanding produk konvensional. Selain itu, pembuatan
pestisida organik bisa dilakukan sendiri oleh petani
100
sehingga menghemat pengeluaran biaya produksi.
Keempat, penggunaan pestisida organik yang
diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu
tidak akan menyebabkan resistensi pada hama.
Namun ada beberapa kelemahan dari pestisida
organik, antara lain kurang praktis. Pestisida organik tidak
bisa disimpan dalam jangka lama. Setelah dibuat harus
segera diaplikasikan sehingga kita harus membuatnya
setiapkali akan melakukan penyemprotan. Selain itu,
bahan-bahan pestisida organik lumayan sulit didapatkan
dalam jumlah dan kontinuitas yang cukup. Dari sisi
efektifitas, hasil penyemprotan pestisida organik tidak
secepat pestisida kimia sintetis. Perlu waktu dan frekuensi
penyemprotan yang lebih sering untuk membuatnya
efektif. Selain itu, pestisida organik relatif tidak tahan
terhadap sinar matahari dan hujan. Namun seiring
perkembangan teknologi pertanian organik akan banyak
inovasi-inovasi yang ditemukan dalam menanggulangi
hambatan itu.
Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan
pestisida organik biasanya mengandung zat aktif dari
kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid,
fenolik dan zat-zat kimia lainnya. Bahan aktif ini bisa
mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti
penghalau (repellent), penghambat makan (anti feedant),
penghambat pertumbuhan (growth regulator), penarik
(attractant) dan sebagai racun mematikan. Sedangkan,
pestisida organik yang terbuat dari bagian hewan biasanya
berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga
diketahui bisa mengendalikan hama yang bisa dipakai
untuk membuat pestisida.
101
D. Budidaya Selada Organik
1. Persiapan Lahan
Pengolahan lahan, Persiapan media tanam pesemaian dan
polybag, Pembuatan sungkup plastic
2. Pesemaian
Benih disebar secukupnya pada kotak pesemaian, Tutup
selama 2 hari agar benih berkecambah, Benih yang telah
berdaun 2-4 helai dipindahkan ke polybag
3. Tanam
Benih dipindahkan dari pesemaian ke polybag, Pindahkan
ke sungkup plastik, Saat umur benih 2 minggu
dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm
4. Pemeliharaan
Dilakukan mulai pesemaian hingga panen (penyiraman,
pengendalian hama penyakit), Pasca panen pun masih
perlu dilakukan pemeliharaan agar produk selada yang
dihasilkan tidak cepat rusak
5. Panen
Dilakukan setelah tanaman berumur 40 hari, caranya :
Dengan memotong menggunakan gunting/pisau bagian
bonggol batang sampai akarnya, dilakukan saat sore hari
6. Pemasaran/Transportasi
Produk ini banyak dijual di supermarket, saluran
pemasarannya : Petani → Pengumpul → Supermarket →
Konsumen.
102