Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR BUDIDAYA TANAMAN

“Bahan Tanam Vegetatif Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)”

Disusun oleh:
Jihan Salwaa Aqiilah Manurung NIM. 205040101111120

Kelas: U
Progran Studi: Agribisnis

Asisten Kelas: Patricia Yosephine

FAKULTAS PRTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Kelas : U

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas,

Patricia Yosephine
NIM. 195040207111155

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelasikan
Laporan Akhir Praktikum DBT yang berjudul “Bahan Tanam Vegetatif Cocor
Bebek (Kalanchoe pinnata)” dapat disusun dan diselesaikan tepat waktu.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu menyiapkan,
memberi masukan, dan menyusun penulisan laporan Praktikum Dasar Budidaya
Tanaman ini. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada:
1. Pak Medha Baskara, SP., MT. dan Prof. Dr. Ir. Sudiarso, MS. Selaku
dosen mata kuliah Dasar Budidaya Tanaman,
2. Kak Patricia Yosephine selaku asisten praktikum Dasar Budidaya
Tanaman,
3. Teman-teman kelas B yang memberi dukungan serta bantuan dalam
penyusunan laporan akhir praktikum ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan penulisan laporan
ekologi pertanian ini, namun bukan mustahil dalam penulisan ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran yang dapat dijadikan masukan demi kesempurnaan laporan ini di masa
yang akan datang.

Kisaran, 19 April
2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................iv
1. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1 Deskripsi Umum................................................................................................3
2.2 Syarat Tumbuh.........................................................................................................5
2.3 Fase Pertumbuhan....................................................................................................5
3. BAHAN DAN METODE..........................................................................................7
3.1 Tempat dan Waktu...................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................................7
3.3 Cara Kerja..........................................................................................................8
3.4 Parameter Pengamatan...........................................................................................9
4. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................11
4.1 Data Hasil Pengamatan..........................................................................................11
4.2 Pembahasan Umum................................................................................................13
5. PENUTUP...................................................................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................................18
5.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
LAMPIRAN.....................................................................................................................21

iii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
Gambar 1. Tanaman Cocor Bebek.....................................................................................3
Gambar 2. Tunas Adventif pada Cocor Bebek..................................................................3
Gambar 3. Batang Cocor Bebek.........................................................................................3
Gambar 4. Fase Pertumbuhan Cocor Bebek.......................................................................5
Gambar 5. Grafik Umur Kemunculan Tunas Cocor bebek...............................................14
Gambar 6. Grafik Jumlah Tunas Cocor bebek.................................................................15
Gambar 7. Grafik Tinggi Tunas Cocor bebek..................................................................16

iv
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
Tabel 1. Umur Kemunculan Tunas..................................................................................11
Tabel 2. Jumlah Tunas.....................................................................................................12
Tabel 3.Tinggi Tunas.......................................................................................................13

v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
Lampiran 1. Data Pengamatan.........................................................................................21
Lampiran 2. Logbook Kegiatan........................................................................................23
Lampiran 3. Kegiatan Revisi Laporan Besar Akhir Praktikum DBT...............................26

vi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman yang ada di Indonesia memiliki banyak manfaat baik digunakan
sebagai sumber pangan, tanaman hias, maupun sebagai obat-obatan. Banyak
masyarakat Indonesia yang memanfaatkan tumbuh-tumbuhan baik yang sengaja
ditanam hingga yang ada dihutan sebagai obat tradisional. Mengkonsumsi obat
yang berasal dari tanaman atau pengobatan yang dilakukan secara tradisional
(alami) dengan memanfaatkan tanaman lebih banyak dilakukan oleh masyarakat
Indonesia, terlebih masyarakat yang berada di desa-desa pedalaman karena selain
murah, tanaman obat-obatan lebih mudah di dapat dan minimnya efek samping
dibandingkan dengan obat-obatan kimia.

Sebagai penunjang keberhasilan dan menjamin keberadaan khasiatnya, yaitu


dengan melakukan penanaman yang tepat. Salah satunya adalah media tanam dan
bahan tanam. Setiap tanaman membutuhkan media tanam dan bahan tanam yang
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Karena berfungsi sebagai sumber hara,
tempat tumbuh akar, sumber air, dan penopang tanaman agar tumbuh tegak, maka
media tanam ini sangat penting bagi tanaman. Penggunaan media tanam harus
sesuai dengan jenis tanamannya. Karena media tanam merupakan tempat tumbuh
kembangnnya tanaman, sehingga harus sesuai morfologi tanamannya. Tidak
hanya media tanam yang perlu diperhatikan, tetapi bahan tanam juga perlu
diperhatikan (Mutimanda, 2010).

Bahan tanam merupakan indikator penting dalam suatu budidaya tanaman,


dari situlah tanaman tumbuh dan berkembang. Pada praktikum kali ini, bahan
tanam yang digunakan adalah Kalanchoe pinnata dari suku Crassulaceae yang
akrab dikenal dengan tanaman cocor bebek. Menurut Asah dan Muhammad Yasir
(2018) di Indonesia tanaman ini adalah tanaman herba yang tumbuh sepanjang
tahun dan mempunyai daun yang berair serta batangnya lunak dan beruas.
Manfaat cocor bebek sebagai obat tradisional dan tanaman hias dapat menjadi
tanaman yang mempunyai prospek yang cerah dalam perkembangannya di
Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanaman ataupun pembudidayaan
tanaman ini secara serius. Reproduksi cocor bebek berlangsung secara vegetatif
alami. Perkembangbiakannya menghasilkan tunas baru yang muncul dari tepi
lekukan daun yang disebut tunas adventif (Hernandez, dkk. 2014).

1.2 Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk perkembangan bahan tanam cocor bebek
yaitu vegetatif mulai dari umur kemunculan tunas, panjang tunas dan jumlah tunas
setiap minggu dengan memperhatikan metode kerja yang baik dan benar serta
bentuk perlakuan yang benar terhadap cocor bebek.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Umum
Kalanchoe pinnata atau yang biasa dikenal dengan cocor bebek merupakan
tanaman herbal yang berumur panjang. Cocor bebek adalah jenis tanaman sukulen
yang mampu hidup didaerah kering. Tanaman ini dapat ditemukan di daerah
tropis seperti Asia, Australia, Makaronesia, Galapagos, Hawaii, Selandia Baru,
Melanesia, India Barat, sampai ke Polandia. Cocor bebek berasal dari Madagaskar
yang kemudian menyebar ke daerah-daerah tropis. Cocor bebek memiliki nama
lain yang berbeda-beda disetiap daerah. Seperti masyarakat jawa tengah
menyebutnya sosor bebek, masyarakat Madura daun ancar bebek (Hendra,2016).
Di Halmahera tanaman ini disebut mamala, di masyarakat melayu disebut daun
sejuk, sedangkan masyarakat sunda menyebutnya buntiris. Masyarakat Aceh
sendiri memiliki sebutan didingin banen, sedangkan di Ternate disebut rau kufri,
dan di masyarakat Tidore disebut kabi-kabi.

Gambar 1. Tanaman Cocor Bebek Gambar 2. Tunas Adventif pada Cocor Bebek

Gambar 3. Batang Cocor Bebek

Cocor bebek termasuk dalam tanaman jenis dikotil yang memiliki akar
tunggang. Namun perbanyakan cocor bebek yang dapat dilakukan dengan stek
membuat tanaman ini memiliki akar serabut yang muncul dari ujung-ujung batang

3
(Devi, 2016). Akar cocor bebek berwarna coklat tua, sedangkan akar yang muda
atau baru membentuk akar akan berwarna lebih muda. Batangnya berbentuk
sedikit persegi berwarna hijau dengan pangkal berkayu dan merupakan batang
yang lunak dan beruas. Batang cocor bebek tumbuh tegak dan cabang-cabangnya
banyak. Daun cocor bebek berwarna hijau muda namun ada pula yang berwarna
abu-abu. Daun cocor bebek juga mengandung banyak air dan berdaging. Daunnya
berbentuk lonjong dan ada pula yang bulat. Cocor bebek memiliki daun yang
basah dengan bagian pinggir daun yang bergelombang.

Tanaman ini dapat diperbanyak dengan tunas adventif dari daunnya.


Panjang daun cocor bebek sekitar 3 cm sampai 5 cm. Bagian ujung daun tumpul,
pangkal daun membundar, dan permukaan daun gundul. Buah pada cocor bebek
berwarna ungu dengan titik putih didalamnya. Bentuknya silindris, tajuk bunga
cocor bebek pendek dan berbentuk bulat telur atau lanset. Benang sari berjumlah
8, tangkai putik panjang dan helaian sisik berbentuk segi empat. Biji cocor bebek
berbentuk kotak dan kecil, ketika dimakan biji cocor bebek akan terasa agak asam
(Gembong, 2012).

Tanaman ini tersebar di daerah tropis. Tanaman cocor bebek dapat hidup di
daerah yang mengandung banyak air. Tanaman ini mengandung saponin,
flavonoid, dan tanin yang dapat digunakan sebagai obat sakit kepala, penurun
panas, obat batuk, peluruh air seni dan obat bisul. Sedangkan daun cocor bebek
sendiri dapat digunakan sebagai obat radang dan amandel.untuk obat tradisional.
Daun cocor bebek mempunyai rasa asam dan dingin karena mengandung kalium,
glikosida orthosiphonin, briofilin A, asam malat, damar, zat lendir, magnesium
malat, kalsium oksalat, asam formalat, zat asam lemon, zat asam apel dan vitamin
C (Nuraini, 2014). Selain menjadi beberapa obat penyakit, cocor bebek dapat
digunakan sebagai tanaman hias. Dikota besar yang dominan dengan gedung-
gedung tinggi akan sulit untuk bisa menanam tanaman dihalaman rumah karena
tidak adanya tanah lapang untuk dijadikan lahan. Namun, tanaman cocor bebek
yang termasuk herba dapat ditanam di polybag atau pot dan diletakkan dilantai
atas Gedung-gedung tinggi.

4
2.2 Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman sangat berpengaruh sebagai pondasi awal
keberlangsungan pertumbuhan tanaman untuk mengasilkan tanaman yang
optimal. Cocor bebek merupakan tanaman yang dapat diperbanyak dengan stek
daun atau tunas adventif sehingga tidak butuh waktu lama untuk membuat
pembibitan cocor bebek (Tugino, 2012). Cocor bebek dapat tumbuh dengan baik
pada suhu malam hari sekitar 21 °C dan suhu siang hari antara 27 hingga 29 °C.
Sehingga dapat tumbuh di lingkungan sejuk maupun yang kering dan panas,
selama cocor bebek mendapatkan cahaya yang cukup. Cocor bebek membutuhkan
air yang cukup agar dapat hidup dan melakukan fotosintesis. Fotosintesis pada
cocor bebek sendiri terjadi di pagi hari karena cocor bebek merupakan jenis
tanaman dengan jalur fotosintesis C3, dimana pada tanaman C3 stomata akan
terbuka pada pagi hari. Sedangkan stomata merupakan mulut daun yang terdapat
di epidermis daun, batang, dan organ lain sebagai tempat pertukaran gas. Cocor
bebek dapat ditanam di berbagai jenis tanah mulai dari tanah yang memiliki
tekstur berpasir hingga tanah yang liat. Selain itu juga ia dapat tumbuh dengan
baik pada tanah dengan tingkat keasaman antara pH 5 hingga 7 (Nindita, 2012).

2.3 Fase Pertumbuhan


Fase pertumbuhan tanaman vegetatif terutama terjadi pada perkembangan
akar, daun dan batang yang baru. Fase vegetatif ini berhubungan dengan 3 proses
penting, yaitu : (1) pembelahan sel, (2) Perpanjangan sel, dan (3) tahap pertama
dari diferensiasi sel.

Gambar 4. Fase Pertumbuhan Cocor Bebek

Saat daun masih muda ia menyerupai daun biasa pada umumnya,


pinggirannya bergelombang, dindingnya tebal, dan tampak basah. Namun seiring
bertambahnya usia daun, warnanya juga akan semakin gelap (hijau tua). Saat

5
daun-daun ini bertambah tua, mereka secara bertahap akan kehabisan nutrisi dari
tanaman induk dan membentuk tunas adventif. Tunas adventif dimulai dengan
tonjolan di permukaan daun, kemudian tumbuh menjadi tanaman yang lengkap.
Pertumbuhan tunas ini didorong dengan adanya hormon sitokinin. Tanaman
seharusnya memiliki jaringan meristem di tepi daun. Ketika daun tidak mendapat
cukup makanan dari induknya, mereka membentuk kuncup daun dan tumbuh
sendiri. Mula-mula daun melakukan imbibisi (menyerap air sebanyak mungkin),
kemudian jaringan meristem di tepi daun aktif membelah, dengan akar
membentuk ke bawah dan daun membentuk ke atas untuk menyerap nutrisi. Lalu,
akan tumbuh menjadi individu baru (Haryanti, 2010). Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan tunas adventif baru muncul setelah 1 MST. Setelah 15 hari
pengamatan fase pertumbuhannya masih lambat, tunas hanya muncul di beberapa
bagian saja. Hingga memasuki minggu ke-3 mulai terjadi peningkatan setelah
ditambahkan pupuk NPK sebanyak 2 ml dengan cara cor. Penambahan pupuk
NPK dilakukan pada media tanamnya. Unsur nitrogen (N) berperan penting
dalam perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif tanaman (tumbuhnya akar,
batang, dan daun). Namun, apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen, maka
pertumbuhan tanaman akan lambat (Raras, 2015).

6
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan dilaksanakan selama 4 minggu berturut-turut di mulai pada hari
Jum’at, 19 Maret – Jum’at 16 April 2021. Lokasi pengamatan berada di halaman
rumah yang terletak di Jalan Batu Alam, komp. DPR No. 12, Sidodadi,
Kecamatan Kota Kisaran Barat, Asahan, Sumatera Utara. Menurut BPS (2016),
Kabupaten Asahan berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Terletak
pada 00’ Bujur Timur dengan01’ - 10010’00" Lintang Utara, 9930’00”-3garis
2 ketinggian 0 - 1.000 m diatas permukaan laut dengan letak titik koordinat
2.9862424,99.5993840. Sedangkan, kondisi curah hujan pada tahun 2016 terdapat
119 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.070 mm. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Februari yaitu 273 mm dengan hari hujan sebanyak 11
hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan April sebesar 51 mm
dengan hari hujan sebanyak 4 hari. Sehingga, rata-rata curah hujan tahun 2016
mencapai 172,5 mm/bulan.

7
3.2 Alat dan Bahan
Dalam proses kegiatan pengamatan praktikum, penulis menggunakan
beberapa alat dan bahan. Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan
selama proses kegiatan, peralatan yang digunakan meliputi polybag, cutter, sekop
kecil, bolpoint, buku tulis, penggaris dan handphone. Polybag berfungsi sebagai
wadah untuk tempat menanam cocor bebek. Cutter berfungsi untuk memotong
tanaman dari tanaman induk sebagai bibit. Sekop kecil berfungsi sebagai alat
pengaduk antara tanah dengan pupuk kandang. Cangkul sebagai alat untuk
mengambil tanah. Bolpoint digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Buku
tulis digunakan sebagai tempat untuk mencatat hasil pengamatannya. Penggaris
sebagai alat ukur perubahan ketinggian tunas. Handphone berfungsi sebagai alat
mendokumentasikan kegiatan pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan
ialah tanaman cocor bebek sebanyak 3 buah sebagai bahan tanamnya. Tanah
sebagai media tanam. Pupuk NPK sebagai media tanam yang dicampurkan
dengan tanah yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Riniarti
dan Utoyo, 2012). Begitu juga dengan pupuk kandang sebagai penyedia unsure
hara bagi tanaman. Air digunakan secukupnya untuk menjaga kegemburan tanah
dan sebagai alat transportasi unsur hara yang ada.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan pengamatan
terhadap tanaman cocor bebek ini meliputi persiapan media tanam, proses
penanaman, perawatan pada masing-masing tanaman sampai kegiatan
pengamatan yang dilakukan seminggu sekali selama 4 minggu.

3.3.1 Persiapan Media Tanam


Proses awal persiapan media tanam ini di awali dengan
memperesiapkan 3 polybag yang telah di sediakan yaitu untuk bahan tanam
cocor bebek. Setelah mendapat polybag yang akan menjadi media untuk
menanam bibit, selanjutnya adalah tahap pengisian polybag dengan tanah.
Polybag akan di isi dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk
kandang yang di ambil di lahan pertanian dekat lokasi pengamatan.
Pencampuran tanah dengan pupuk dan sekam padi bakar menggunakan
perbandingan 1:1:1 yaitu 1 cangkul tanah dan 1 cangkul pupuk, pastikan tanah

8
tercampur merata dengan pupuk, karena pupuk ini juga membantu
menyuburkan tanah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik (Hasriani,
dkk 2013). Pengambilan tanah menggunakan cangkul dan juga bisa dengan
tangan. Tanah yang di gunakan tidak dalam bentuk gumpalan-gumpalan
besar, karena tanah yang dalam bentuk gumpalan dapat menghambat
pertumbuhan akar tanaman dan itu bisa mempengaruhi pertumbuhan dari
tanaman, karena tanah yang ada di lahan tersebut beberapa terdapat dalam
bentuk gumpalan, sehingga tanahnya harus di hancurkan terlebih dahulu.
Setelah itu tanah yang sudah tercapur tersebut dimasukkan ke dalam masing-
masing polybag. Polybag tidak diisi penuh dengan tanah, cukup ¾ polybag
yang di isi dengan tanah, tanah tidak boleh di padatkan atau di tekan di dalam
polybag, setelah polybag terisi dengan tanah kemudian lembabkan tanah
dengan menggunakan air, pemberian air tergantung kondisi tanah, pemberian
air dicukupkan bila tanah sudah lembab.
3.3.2 Penanaman
Penanaman cocor bebek dilakukan dengan cara menyiapkan alat dan
bahan terlebih dahulu. Ambil 3 buah polybag yang sebelumnya sudah diisi
tanah campuran. Lalu keduanya diaduk merata dan digemburkan kembali
menggunakan tangan. Setelah itu, beri lubang tanam tiap polybag dengan
kedalaman kedalaman ± 4 cm untuk bibit cocor bebek yang sudah dipotong
terlebih dahulu dari induknya. Masukkan 1 bibit pada setiap lubang. Kemudian
tutup dan ratakan lubang tanam. Siram tanaman dengan air secukupnya
sampai tanah terasa lembab. Lalu, polybag di letakkan di dekat pohon supaya
sejuk (Anam, 2015).
3.3.3 Perawatan

Perawatan dilakukan dengan tahap penyiraman 3 hari sekali saja.


Karena di lokasi pengamatan cuaca kurang mendukung untuk proses
penanaman. Pada 3 minggu terakhir, hujan terus mengguyur dan terkadang
sudah panas yang cukup terik kembali. Sehingga, tanaman terkadang sudah
memiliki intensitas air yang cukup, terkadang tampak gersang. Pembersihan
gulma dilakukan setiap satu minggu sekali. Pada minggu ke-3 ketiga polybag
dipindahkan ke tempat yang lebih sejuk yaitu di bawah pohon mangga.

9
Pemberian pupuk NPK juga diberikan pada masing-masing polybag dengan
perbandingan 16:16:16 (Nugroho, 2011).
3.3.4 Pengamatan
Pengamatan mulai dilakukan pada saat 1 MST. Setiap minggunya
masing-masing cocor bebek diukur panjang tunas, jumlah tunas dan umur
kemunculan tunas. Kegiatan pengamatan dilakukan selama 1 bulan.
3.4 Parameter Pengamatan
Tanaman cocor bebek termasuk ke dalam bahan tanam vegetatif, oleh
karena itu parameter pengamatannya adalah umur kemunculan tunas, jumlah
tunas dan panjang tunas.
3.4.1 Kemunculan Tunas

Parameter umur kemunculan tunas diamati pada ketiga polybag. Setelah


diamati dan dicatat, didokumentasikan sebagai laporan bukti pengamatan.
Semua data yang diamati dilakukan selama 4 minggu dengan interval satu
minggu sekali dicatat dan dokumentasikan (Wahyuni, 2017).
3.4.2 Jumlah Tunas

Parameter pertumbuhan jumlah tunas adventif dihitung dengan cara


menghitung semua tunas yang sudah tumbuh (keluar). Semua data yang
diamati dilakukan selama 4 minggu dengan interval satu minggu sekali dicatat
dan dokumentasikan (Nuraini, 2014).
3.4.3 Panjang Tunas

Parameter panjang/tinggi tunas adventif dihitung dengan cara mengukur


panjang semua tunas yang sudah tumbuh mulai dari pangkan tunas sampai
ujung atasnya. Semua data yang diamati dilakukan selama 4 minggu dengan
interval satu minggu sekali dicatat dan dokumentasikan (Darmawan, 2010).

10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tanaman cocor bebek termasuk ke dalam bahan tanam vegetatif, oleh
karena itu, pada pelaksanaan praktikum terdapat kegiatan pengamatan, parameter
pengamatannya adalah umur kemunculan tunas, jumlah tunas dan panjang tunas.
Berikut hasil dan pembahasan pengamatan tersebut.
4.1.1 Umur Kemunculan Tunas
Umur kemunculan tunas merupakan salah satu parameter pertumbuhan
tanaman yang dapat menunjukkan keberhasilan regenerasi eksplan yang
diinokulasi melalui teknik kultur jaringan pada tanaman cocor bebek. Pengamatan
ini dimulai 1 MST sampai dengan 4 MST. Parameter umur kemunculan tunas
diamati pada ketiga polybag. Setelah diamati dan dicatat, kemudian
didokumentasikan sebagai laporan bukti pengamatan. Berikut ini adalah tabel
hasil pengamatan umur kemunculan tunas pada tanaman cocor bebek.

Tabel 1. Umur Kemunculan Tunas

Sampel Umur Muncul Tunas Dokumentasi


1 1 MST

2 1 MST

3 1 MST

11
Data di atas menunjukkan bahwa umur kemunculan tunas tanaman cocor
bebek pada polybag 1 muncul pada 1 MST setelah tanam, pada polybag 2 muncul
tunas pada 1 MST juga dan polybag 3 muncul tunas sama seperti polybag 1 dan 2
yaitu pada1 MST. Sehingga, semakin cepat muncul tunas maka semakin cepat
pula dihasilkan bahan untuk perbanyakan tanaman.
4.1.2 Jumlah Tunas
Jumlah Tunas merupakan salah satu parameter pertumbuhan jumlah
tunas adventif dihitung dengan cara menghitung semua tunas yang sudah
tumbuh (keluar). Semua data yang diamati dilakukan selama 4 minggu dengan
interval satu minggu sekali dicatat. Berikut ini adalah tabel pertumbuhan jumlah
tunas pada tanaman cocor bebek.

Tabel 2. Jumlah Tunas

Jumlah Tunas
Sampel
2 MST 3 MST 4 MST

1 4 4 4

2 2 2 3

3 - 2 2

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah tunas tanaman cocor bebek


tumbuh tidak terlalu signifikan antar sampel pengamatan mulai dari awal
pengamatan 2 MST sampai akhir pengamatan 4 MST. Pada sampel 1 jumlah
tunas tetap sebanyak 4 buah, tidak tumbuh lagi ataupun ada yang mati. Pada
sampel 2, terdapat perubahan pada 4 MST yaitu dari 2 tunas menjadi 3 tunas.
Sedangkan pada sampel 3, juga mengalami perubahan yaitu saat 2 MST belum
tumbuh tunas hingga 4 MST menjadi 2 tunas. Secara umum, jumlah tunas pada
masing – masing sampel meningkat.
4.1.3 Tinggi Tunas
Tinggi tunas adalah salah satu parameter pertumbuhan cocor bebek
yang diamati dengan cara mengukur semua tunas yang sudah tumbuh mulai
dari pangkal tunas sampai ujung atasnya. Kemudian dihitung dengan mencari

12
rata-rata tinggi tunas dari setiap sampel polybag. Semua data yang diamati
dilakukan mulai dari 2 MST sampa 4 MST dengan interval satu minggu sekali
dicatat. Berikut ini adalah tabel rata-rata tinggi tunas tanaman cocor bebek.

Tabel 3.Tinggi Tunas

Tinggi Tunas (cm)


Sampel
2 MST 3 MST 4 MST

1 0,25 0,35 0,47

2 0,28 0,32 0,51

3 - 0,28 0,35

Perhitungan rerata tinggi tunas dijumlahkan dengan cara menjumlahkan


tinggi masing-masing tunas pada tiap sampel kemudian dijumlahkan, dan hasilnya
dibagi dengan tujuh. Karena konsep pengamatan yang dilakukan setiap hari atau
sama dengan tujuh hari berturut-turut selama seminggu. Sehingga, diperoleh
angka – angka seperti yang tertera di atas.

Data di atas menunjukkan bahwa rerata tinggi tanaman cocor bebek terus
meningkat setiap minggunya. Pada sampel 1 didapatkan hasil rerata tinggi
pengamatan tinggi tunas pada 2 MST senilai 0,25 cm, 3 MST senilai 0,35 cm dan
0,47 saat 4 MST. Pada sampel 2 diperoleh rerata sebesar 0,28 cm saat 2 MST,
0,32 cm saat 3 MST dan 0,51 cm saat 4 MST. Adapun pada sampel 3 didapatkan
hasil pengamatan tinggi tunas pada 2 MST tidak ditemukan tunas, saat 3 MST
0,28 cm dan 0,35 cm saat 4 MST. Rerata terbesar diperoleh oleh sampel 2 pada
saat 4 MST yaitu 0,51 cm sedangkan rerata terkecil diperoleh oleh sampel 1 pada
saat 2 MST sebesar 0,25 cm.
4.2 Pembahasan Umum
4.2.1 Umur Kemunculan Tunas Cocor Bebek
Tunas merupakan bagian tanaman yang diperoleh dari cara perbanyakan
vegetatif, yang tumbuh dalam rangka melangsungkan keturunan pada tanaman
tersebut. Berdasarkan hasil praktikum cocor bebek diketahui setiap perlakuan
cocor bebek memiliki waktu muncul tunas yang sama yaitu 1 minggu setelah

13
tanam. Berikut adalah grafik waktu muncul tunas tanaman cocor bebek.

Umur Kemunculan Tunas


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
polybag1 polybag 2 polybag 3

Gambar 5. Grafik Umur Kemunculan Tunas Cocor bebek

Grafik diatas menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki waktu muncul


tunas yang sama yaitu pada 1 mingu setelah tanam. Waktu muncul tunas dapat
dipengaruhi oleh pemotongan ujung daun sebagai bibit cocor bebek sebelum
penanaman. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suparman (2007) yang
menyatakan menjelang penanaman hendaknya melakukan stek pada daun.
Bagian daun yang distek yakni pada umur yang cukup tua, hal ini bertujuan
untuk mempercepat pertumbuhan tunas karena tanaman yang telah mengalami
fase produktif ketika dilakukan pemotongan akan memacu untuk regenerasi.
Sehingga semakin cepat muncul tunas maka semakin cepat pula dihasilkan bahan
untuk perbanyakan tanaman. Tanaman cocor bebek termasuk tanaman yang
membutuhkan penyinaran sinar matahari yang cukup. Kondisi cuaca kota Kisaran
sebagai lokasi penanaman cocor bebek tergolong panas dengan suhu rata-rata 26º-
28º C dan dapat mendukung pertumbuhan tunas. Hal tersebut didukung oleh
Kardaji (2008) yang menyatakan pertumbuhan tunas biasanya menjadi lebih
baik pada kondisi pencahayaan yang tinggi, karena radiasi ini digunakan
tumbuhan sebagai energi untuk fotosintesis dan sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan tunas. Tetapi kondisi ini berbanding terbalik dengan
pertumbuhan tunas pada cocor bebek. Selama kegiatan pengamatan, lokasi
penanaman hampir setiap hari diguyur hujan dan sangat deras. Hal tersebut

14
mengakibatkan tanaman cocor bebek terendam dan beberapa tunas yang baru
mulai tumbuh menjadi lepas dari pangkalan daun cocor bebek. Sejalan dengan
pendapat Setyorini dan Abdulrachman (2008) jika genangan air pada tanaman
terlalu lama maka tanaman itu akan mati. Hal ini karena pada saat tanaman
terendam air, suplai oksigen dan karbon dioksida menjadi berkurang sehingga
mengganggu proses fotosintesis dan respirasi.
4.2.2 Jumlah Tunas Cocor bebek
Parameter pengamatan lainnya pada tanaman cocor bebek adalah
jumlah tunas. Sama hal nya dengan pengamatan umur kemunculan tunas,
pengamatan jumlah tunas juga dilakukan setelah 2 MST sampai 4 MST.
Berdasarkan hasil pengamatan cocor bebek, diketahui setiap polybag
menghasilkan jumlah tunas yang berbeda tiap bibitnya. Berikut adalah grafik
jumlah tunas tanaman cocor bebek.

4.5

3.5

2.5 polybag 1
2 polybag 2
polybag 3
1.5

0.5

0
2 MST 3 MST 4 MST

Gambar 6. Grafik Jumlah Tunas Cocor bebek


Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa rata-rata jumlah tunas
cocor bebek pada sampel 1, 2, dan 3 menghasilkan jumlah yang berbeda. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh ukuran bahan tanam yang digunakan dalam
penanam yaitu dengan diameter yang berbeda-beda. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Azmi et al., (2011) yang menyatakan bibit berukuran besar
tumbuh lebih baik dan menghasilkan tunas-tunas yang lebih tinggi, jumlah
tunas yang lebih besar. Penambahan pupuk NPK juga dapat mempengaruhi

15
pertumbuhan tanaman. Berdasarkan data, cocor bebek yang pemberian pupuk
NPK nya dibedakan, memiliki rata-rata jumlah tunas yang berbeda dan jumlah
tunas yang berbeda pula. Pupuk NPK ialah pupuk anorganik biasanya memiliki
kandungan hara yang cukup tinggi dan efek yang ditimbulkan apabila
diaplikasikan terhadap tanaman akan tampak lebih cepat pertumbuhan tanaman
(Idris et.al., 2008).
4.2.3 Tinggi Tunas Tanaman Cocor bebek
Parameter pengukuran tinggi tunas tanaman cocor bebek diukur
menggunakan penggaris. Berdasarkan data dapat dilihat tinggi tunas pada setiap
perlakuan terhadap tanaman cocor bebek terus bertambah setiap minggunya
walaupun tidak secara signifikan. Tinggi tunas dengan rata-rata tertinggi terdapat
pada polybag 2 saat 4 MST yaitu 0,51 cm.

0.6

0.5

0.4

polybag 1
0.3
polybag 2
polybag 3
0.2

0.1

0
2 MST 3 MST 4 MST

Gambar 7. Grafik Tinggi Tunas Cocor bebek


Grafik diatas menerangkan bahwa pertambahan umur tanaman juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, Rosit et al., (2007), menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman.
Pengaruh penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk NPK yang diaplikasikan
pada penanaman tanaman cocor bebek juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Herman et al., (2015), peningkatan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman umumnya dilakukan dengan menambah
pupuk anorganik (kimia) ke dalam tanah. Akan tetapi penggunaan pupuk

16
anorganik secara terus menerus justru secara perlahan dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan tanah, oleh karena itu untuk mengembalikan fungsi tanah
bagi tanaman, maka perlu dilakukan penggunaan pupuk organik. Serta secara
alami pengaruh setelah terjadi hujan dimana ketersediaan air melimpah sehingga
kebutuhan air terpenuhi secara maksimal untuk pertumbuhan tanaman.

17
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum mandiri yang telah dilakukan pada
pertumbuhan tanaman vegetative cocor bebek, dapat disimpulkan bahwa
perlakuan pupuk NPK mempengaruhi kuantitatif tanaman cocor bebek dan
penggunaan pupuk kandang mempengaruhi kualitatif tanaman cocor bebek.
Namun, dalam pengamatan ini tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap
parameter pengamatan tinggi tunas singkong, hai itu dikarenakan perlakuan dosis
yang kurang tepat diberikan terhadap tanaman cocor bebek sehingga menekan laju
pertumbuhan tanaman cocor bebek. Pertumbuhan tanaman terbaik secara
kuantitatif dan kualitatif diperoleh oleh tanaman cocor bebek polybag 1 dan
polybag 2, polybag 3 tidak terlalu menunjukkan pertumbuhan tinggi tunasnya.
Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan baik dari sifat atau genetik
tanaman itu sendiri.
5.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka disarankan untuk
melakukan penanaman dan pengamatan lanjutan dengan pengaplikasian pupuk
organik maupun anorganik dengan dosis yang tepat dan secara merata. Disarankan
juga untuk menambahan pupuk kompos untuk meningkatkan aktivitas meristem
pada tanaman cocor bebek sehingga meningkatkan tinggi tunas pada pertumbuhan
tanaman cocor bebek.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anam, C., 2015, Ekstrasi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) kajian dari Ukuran
Bahan, Pelarut, Waktu, dan Suhu, Jurnal Fakultas Pertanian Unisda
Lamongan, Unisda Press, Lamongan, Vol. 15, Nomor 2, hal. 101-160.
Ariesandi, devi fitria. 2016. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Dan
Frekuensi Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata) Untuk
Menyembuhkan Luka Sayat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.),
Jurnal Biologi Murni, 1– 11.
Asah, and Muhammad Yassir. 2018. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Obat
Tradisional Di Desa Batu Hamparan Kabupaten Aceh Tenggara, Jurnal
Biotik, 6, 17– 34.
Azmi, C., I. M. Hidayat, dan G. Wiguna. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran
Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah. Jurnal Hortikultura.
21(3):206-213.
Darmawan, A., 2010. Isolasi, Karakterisasi dan Elusidasi Senyawa Bioaktif
Antidiabetes Dari Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.)
Pers.).Tangerang: Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Dwisatyadini, Mutimanda. 2010. Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Pencegah
an Dan Pengo Batan Penyakit Degeneratif, Optimalisasi Peran Sains Dan
Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City, 237–70.
Gembong Tjitrosoepomo. 2012. Morfologi Tumbuhan, ke-I (Yogyakarta: PT.
Gajah Mada University Press, 1-266.
Hasriani, D.K. Kalsim dan A. Sukendro. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa
(cocopeat sebagai media tanam).
https://dedikalsim.files.wordpress.com/201 3/12/jurnal-hasriani-ed-dkk-
nov-2013.pdf. Diakses tanggal 7 Desember 2016.
Hernandez, J.G., Dominguez, J. M., Garay, B. R., 2014. Kalanchoe
daigremontiana as a Model Plant for the Study of Auxin Effects in Plant
Morphology. J Plant
Biochem Physiol 2(1).
Idris, A.R. 2008. Pengaruh bahan organik dan pupuk NPK terhadap serapan hara
dan produksi jagung di Inceptisol Ternate. Jurnal Tanah dan Lingkungan,
10(1), 7-13.
Kardaji, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Komposisi Media Dasar,
Penambahan BAP, dan Pikloram terhadap Induksi Tunas Bawang Merah.
Jurnal Hortikultura. 18(1):1-9.
Nindita. 2012. Media Tanam dan Bahan Tanam. Malang:UB Press.
Nugroho, A.E., 2011. Farmakologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 167-169.
Nuraini, D.N., 2014. Aneka Daun Berkhasiat untuk Obat. Yogyakarta: Gaya
Media.
Profil Kabupaten Asahan. 2016. Rencana Program Investasi Jangka Maenengah

19
(RPIJM).https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/r
pi2jm/DOCRPIJM_01cea89f40_BAB%20II7.%20Bab%202.pdf.

Raras Setyo Retno. 2015. Identifikasi Tipe Stomata Pada Daun Tumbuhan Xerofit
(Euphorbia Splendens), Hidrofit (Ipomoea Aquatica), Dan Mesofit
(Hibiscus Rosa-Sinensis), Jurnal Florea, 2.2 ,28–32.
Saputri, dwijowati asih, and eka sri Wahyuni, ‘Pola Pembukaan Dan Penutupan
Stomata Pada Tiga Spesies Anggota Genus Sanseviera’, in Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan (Universitas Muhammadiyah Metro:
Semnasdik FKIP, 2017), pp. 163–70
Setyorini, D. & Abdulrachman, S. 2008. Pengelolaan Hara Mineral Tanaman
Padi. In Padi-Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan Buku I. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Sri Haryanti. 2010. Jumlah Dan Distribusi Stomata Pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil Dan Monokotil’, Buletin Anatomi Dan Fisiologi. XVIII.
Stevani, Hendra, Y. Abdulrohman Hanafi, and Suprapto Prayitno. 2016. Uji Daya
Hambat Ekstrak Metanol, Eter, Dan Butanol Daun Cocor Bebek
(Kalanchoe Pinnata) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus,
Jurnal Media Farmasi, XV,89–95.
Suparman. 2007. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Bandung.
Tugino. 2012. Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Vegetative. Media Belajar
online.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pengamatan
1. Umur Kemunculan Tunas
Sampel Umur Muncul Tunas Dokumentasi
1 1 MST

2 1 MST

3 1 MST

2. Jumlah Tunas
Jumlah Tunas
Sampel
2 MST 3 MST 4 MST

1 4 4 4

2 2 2 3

3 - 2 2

21
3. Tinggi Tunas
Sampel Tinggi Tunas (cm)

2 MST 3 MST 4 MST

1 0,25 0,35 0,47

2 0,28 0,32 0,51

3 - 0,28 0,35

4. Grafik Umur Kemunculan Tunas

Umur Kemunculan Tunas


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
polybag1 polybag 2 polybag 3

5. Grafik Jumlah Tunas


4.5

3.5

2.5 polybag 1
2 polybag 2
polybag 3
1.5

0.5

0
2 MST 3 MST 4 MST

22
6. Grafik Tinggi Tunas
0.6

0.5

0.4

polybag 1
0.3
polybag 2
polybag 3
0.2

0.1

0
2 MST 3 MST 4 MST

23
Lampiran 2. Logbook Kegiatan
No. Tanggal Kegiatan Deskripsi Dokumentasi
1. 19 Maret Persiapan Kegiatan
2021 Media mencampurkan
Tanam media tanam tanah,
sekam padi bakar
dan pupuk kendang
dengan
perbandingan 1:1:1
lalu diletakkan di
masing-masing
polybag.
2. 19 Maret Persiapan Menyiap
2021 Bahan kan 3 cocor bebek
Tanam sebagai bahan
tanam yang telah di
stek dari induknya.

3. 19 Maret Penyira Melakukan


2021 man penyiraman
pertama pada tiap
polybag yang sudah
berisi cocor bebek.

No. Tanggal Kegiatan Deskripsi Dokumentasi

24
4. 26 Maret Pengama Pada hari
2021 tan (I) ketujuh setelah 1
MST kegiatan
penanaman yaitu
tanggal 26 Maret
2021, melakukan
pengukuran dan
pencatatan data
panjang tunas dan
jumlah tunas.
Kondisi tunas di
ketiga polybag
sudah mulai
tumbuh tunas,
namun masih
kecil.

5. 2 April Pengamata Pada hari


2021 n (II) keempat belas
setelah 2 MST
penanaman, yaitu
melakukan
pengukuran dan
pencatatan data
panjang tunas dan
jumlah tunas
kembali, kondisi
tunas sudah
bertambah.

No. Tanggal Kegiatan Deskripsi Dokumentasi


6. 9 April Pengamata Pada hari

25
2021 n (III) keduapuluh satu
setelah 3 MST
penanaman,
melakukan
pengukuran dan
pencatatan data
panjang tunas dan
jumlah tunas
kembali. Karena
panjang tunas
tidak tumbuh
terlalu signifikan,
akhirnya
diberikan pupuk
NPK 16% pada
masing-masing
polybag.

7. 16 April Pengamata Pada hari


2021 n (IV) keduapuluh
delapan setelah 4
MST penanaman,
yaitu melakukan
pengukuran dan
pencatatan data
panjang tunas dan
jumlah tunas
yang terakhir.
kondisi tunas
sudah semakin
bertambah pada
setiap polybag.

Lampiran 3. Kegiatan Revisi Laporan Besar Akhir Praktikum DBT


No. Hari / Tanggal Kegiatan Keterangan
1. Minggu / 2 Mei 2021 BAB 1 - 3 ACC

26
2.

27

Anda mungkin juga menyukai