2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh:
Asisten Kelas,
2021
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat serta kasih-Nya sehingga saya dapat menyelasikan laporan
besar praktikum ekologi dengan baik dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu menyiapkan,
memberi masukan, dan menyusun penulisan laporan ekologi pertanian ini.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:
1. Esra Yuliana Matalu selaku asisten praktikum ekologi pertanian.
2. Teman-teman kelas B yang memberi dukungan serta bantuan dalam
penyusunan laporan ekologi pertanian ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan penulisan laporan
ekologi pertanian ini, namun bukan mustahil dalam penulisan ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang
dapat dijadikan masukan demi sempurnanya laporan ini di masa yang akan
datang.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengamatan di Desa Lobener dan ini adalah untuk
memperlajari pengaruh biodiversitas tanaman, mengetahui faktor abiotik dan
biotik tanah, peran arthropoda dan rantai makanan pada agroekosistem tanaman
semusim dan tanaman tahunan.
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya pengamatan ini adalah mengetahui pengaruh
biodiversitas tanaman, mengetahui faktor abiotik dan biotik tanah, peran
arthropoda dan rantai makanan pada agroekosistem tanaman semusim dan
tanaman tahunan, serta untuk mengetahui tingkat keseimbangan agroekosistem
pada ketinggian yang berbeda.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroekosistem
2.1.1 Pengertian Agroekosistem
Agroekosistem atau ekosistem pertanian ialah kesatuan lingkungan pertanian
yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi serta
manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat dipisahkan dengan
komponen-komponen tersebut (Mangan, 2002). Pengertian ekosistem pertanian
yang paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah hubungan
timbal balik antara komponen biotik dan abiotik serta manusia. Menurut Tongasa
(2015), agroekosistem merupakan suatu lingkungan pertanian dan salah satu
bentuk ekosistem buatan manusia yang perkembangannya ditujukan untuk
memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Reijntjes et al. (2011), mengatakan konsep dari agrokosistem ini ialah
sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan pertanian yang biasanya
merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia.
Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk dan berkembang secara
alami dan tanpa adanya campur tangan manusia, sedangkan agroekosistem
atau ekosistem buatan manusia adalah ekosistem yang proses pembentukan
dan perkembangannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia (Untung,
2006). Ekosistem alami terdiri dari banyak spesies tanaman dan hewan
sedangkan agroekosistem terdiri dari tanaman-tanaman utama atau monokultur.
Spesies lain di sekitar tanaman budidaya disebut gulma dan petani
menggunakan bahan kimia untuk menghancurkan gulma. Pada ekosistem alami,
rantai makanannya panjang dan rumit tetapi pada agroekosistem rantai
makanannya sederhana dan sering tidak lengkap karena salah satu spesies
lainnya tewas sebagai hama atau gulma.
Menurut Izza (2015), agroekosistem memiliki siklus hara yang terbuka atau
bocor karena memiliki jumlah kehilangan hara yang besar. Sedangkan, pada
ekosistem alami tercipta siklus hara tertutup yaitu suatu sistem yang memiliki
jumlah kehilangan hara lebih rendah dibandingkan dengan jumlah masukan hara
yang diperoleh dari penguraian seresah atau dari serap ulang (recycle) hara
pada lapisan tanah dalam. Dengan kata lain sistem hutan tersebut memiliki daya
serap ulang yang tinggi (efisiensi penggunaan hara tinggi). Ekosistem alami
mempunyai produktivitas yang sangat bervariasi dan tergantung pada lingkungan
seperti contohnya produktivitas hutan hujan tropis sangat tinggi tetapi
4
ekosistem (Rahmawanto, 2015). Komponen abiotik terdiri dari benda yang tidak
hidup seperti air, tanah, cahaya matahari, suhu, kelembaban, dan udara
(Samadi, 2007).
Tidak kurang dari 50% penyusun tubuh suatu organisme terdiri oleh air. Air
adalah salah satu komponen penting pada komponen abiotik yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup suatu organisme. Jika tanaman kekurangan
air maka tanaman tidak akan dapat melakukan pertumbuhan dikarenakan air
juga dapat mempengaruhi proses fotosintesis untuk tanaman tersebut. Tentunya
jika ada kekurangan air, itu akan menurunkan kualitas varietas dari tanaman
tersebut (Anggerwulan dan Mudyantini, 2005).
Tanah merupakan tempat hidup bagi suatu organisme seperti tanaman
ataupun biota tanah. Tanah juga merupakan komponen abiotik yang memiliki
peran sangat penting dalam suatu kehidupan organisme. Tanah yang subur
adalah tanah yang mampu menyediakan kebutuhan organisme, yaitu seperti
kandungan unsur hara makro dan mikro (Raharjeng, 2015).
Cahaya matahari memiliki fungsi sebagai sumber energi primer bagi suatu
ekosistem. Seperti yang kita ketahui bahwa cahaya matahari juga memiliki fungsi
penting bagi fotosintesis, yaitu sebagai sumber energi yang kemudian akan
diserap oleh tanaman. Cahaya juga mempengaruhi suatu organisme agar
mampu menangkap cahaya matahari itu sesuai kebutuhannya (Raharjeng,
2015). Kelembaban merupakan kadar air pada udara.
Kelembaban juga mempunyai pengaruh besar terhadap ketersediaan air
dalam tubuh. Setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan
dirinya pada kelembapan masing-masing daerah. Dengan begitu, kelembaban
juga akan mempengaruhi jenis varietas, OPT, maupun kondisi tanah (Bande et
al., 2015).
Tinggi rendahnya suatu suhu lingkungan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman. Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorbsi air dan
unsur hara akan terganggu. Suhu rendah pada tanaman akan berakibat
rusaknya batang, buah dan bunga pada suatu tanaman. Suhu yang baik untuk
tanaman ialah suhu yang maksimum (Bande et al., 2015).
Udara atau gas adalah komponen utama yang berada di atmosfer bumi.
Udara atau gas ini memiliki zat-zat tertentu seperti oksigen, karbon dioksida,
nitrogen maupun hidrogen. Oksigen juga merupakan komponen penting dalam
proses fotosintesis pada suatu tanaman. Komponen udara juga berpengaruh
6
pada kesuburan suatu tanah yang akan berpengaruh pada tanaman (Bande et
al., 2015).
karnivora. Serangga yang berperan sebagai musuh alami dapat berupa predator
atau parasitoid. Menurut Ardilah et al., (2014) bahwa peranan serangga dalam
ekosistem adalah diantaranya adalah sebagai polinator, dekomposer, predator
(pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati), hingga sebagai bioindikator
bagi suatu ekosistem.
Pada rantai makanan ini terjadi interaksi yang melibatkan proses makan dan
dimakan. Rumput berperan sebagai produsen yang dimakan belalang, belalang
dimakan katak, katak dimakan ular dan jika ular mati akan diuraikan oleh
dekomposer yang berperan mengurai zat hara kemudian dimanfaatkan kembali
sebagai bahan organik yang dibutuhkan bagi tumbuhan untuk tumbuh dan
berkembang. Tingkat dalam rantai makanan di mana suatu organisme
memperoleh energi disebut trofik energi, pada fase ini lah terjadi siklus peralihan
energi.
Kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu interaksi yang kompleks disebut dengan jaring-jaring
makanan. Jika diperhatikan kembali, interaksi makan dan dimakan tidak hanya
terjadi satu arah. Sebagai contoh, ular tidak memangsa katak saja, tetapi juga
8
Kelompok yang hidup secara bersama telah menyesuaikan diri dan menghuni
suatu tempat alami disebut komunitas. Karakteristik komunitas pada suatu
lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragam komponen biotik,
maka makin tinggi keanekaragaman dan keseimbangan. Sebaliknya makin
kurang beranekaragaman maka dikatakan keanekaragaman dan keseimbangan
rendah (Mardiyanti, 2013). Ekosistem yang seimbang tidak ada satu jenis
organisme yang menjadi dominan dan populasinya menonjol dibandingkan
dengan populasi organisme lain (Puspasari, 2016). Agroekosistem yang
merupakan suatu ekosistem pertanian dapat dikatakan produktif jika terjadi
keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara dan
organisme-organisme yang ada, sehingga dihasilkan suatu pertanaman yang
sehat dan hasil yang berkelanjutan (Nurindah, 2006).
Pertama mencari pohon yang paling tinggi yang berada di dalam plot
pengamatan. Lalu busur modifikasi diarahkan ke titik paling tinggi dari pohon
tersebut. Melihat busur modifikasi dengan cara memegangnya dengan keadaan
terbalik seperti saat memegang buah semangka potongan. Mencatat hasil
derajat yang ditunjukkan oleh paku pada form pengamatan. Selanjutnya
mengukur jarak pengamat untuk mengamati ketinggian pohon menuju pohon
paling tinggi yang diamati. Pengukuran menggunakan tali raffia.
Gambar 4. Yellowtrap
15
Gambar 5. Pitfall
16
Kedalaman Suhu
No. Lokasi Waktu
Pengukuran Tanah
20-30 cm 25 oC
10-20 cm 35,2 oC
20-30 cm 34,0
Dari agregat tanah yang didapatkan, tanah yang berada di Kebun Kangkung
Kabupaten Indramayu berwarna coklat. Jika warna agregat tanah tersebut
diidentifikasikan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart, didapatkan hasil
warna tanah dengan Hue 7,5 YR, Chroma 4 serta Value 4. Warna tanah yang
berbeda yaitu coklat gelap ditemukan pada Kebun Pisang Kabupaten Blitar
dengan Hue 10 YR, Chroma 2 serta Value 1.
1.2 0 cm
2.1 0 cm
21
2.2 0 cm
3.1 0 cm
3.2 0 cm
4.1 0 cm
4.2 0 cm
5.1 0 cm
5.2 0 cm
Rata-rata 0 cm
1.2 2, 5 cm
2.1 1 cm
2.2 1 cm
3.1 0,8 cm
3.2 1 cm
4.1 1,5 cm
4.2 1,7 cm
5.1 2 cm
5.2 1,5 cm
Rata-rata 1,6 cm
1. 1.1 0 0
2. 1.2 0 0
3. 2.1 0 0
4. 2.2 0 0
5. 3.1 0 0
6. 3.2 0 0
7. 4.1 0 0
8. 4.2 0 0
9. 5.1 0 0
10. 5.2 0 0
Rata-rata 0 0
Berat Bersih
1. 1.1 0 25
2. 1.2 0 12
23
3. 2.1 0 15
4. 2.2 0 10
5. 3.1 0 13
6. 3.2 0 8
7. 4.1 0 10
8. 4.2 0 15
9. 5.1 0 10
10. 5.2 0 12
Rata-rata 0 13
Dari tabel hasil pengamatan biota tanah pada aspek tanah, didapatkan biota
tanah berupa kecoa bergaris coklat yang berperan sebagai hama pengganggu
dan sangat berpengaruh terhadap tanaman. Sedangkan pada lahan di Kebun
Pisang Kab. Blitar didapatkan biota tanah berupa semut yang berperan sebagai
predator.
ditemukan 4 ekor semut dari ordo hymenoptera; 14 ekor lalat rumah dari ordo
diptera; 25 ekor nyamuk kebun dari ordo diptera; 9 ekor lalat hijau dari ordo
diptera dan 2 ekor ulat bulu dari ordo lepidoptera.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Biodiversitas Tanaman terhadap Agroekosistem
Biodiversitas atau keragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup
yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu
daerah. Dalam hasil pengamatan, diperoleh bahwa ditemukannya beberapa
macam vegetasi yang berbeda dan hidup di Kebun Kangkung Kabupaten
Indramayu. Penyebab hal ini bisa dikarenakan beberapa faktor yaitu seperti suhu
udara maupun suhu tanahnya. Karena jika suhu udara maupun suhu tanah tidak
mendukung untuk pertumbuhan tanaman, maka biodiversitas tanaman di Kebun
Kangkung Kabupaten Indramayu akan sangat minim.
Hasil identifikasi jenis tanaman yang ditemukan di Kebun Kangkung
Kabupaten Indramayu diantaranya adalah kangkung, pohon papaya, jade kebun,
dan rumput kerbau. Jenis tanaman yang dominan pada Kebun Kangkung
Kabupaten Indramayu ialah vegetasi kangkung, jade kebun dan rumput kerbau
dengan jumlah yang ditemukan sebanyak lebih dari 100. Serta jenis tanaman
paling sedikit ditemukan adalah pohon papaya yaitu 1 tanaman. Sedangkan
tanaman yang ditemukan di Kebun Pisang Kabupaten Blitar terdapat beberapa
jenis vegetasi yang diantaranya berupa pohon pisang dengan jumlah 75, Serta
jenis tanaman paling sedikit ditemukan adalah pohon singkong sebanyak 5,
pohon papaya sebanyak 6 dan pohon duku sebanyak 3. Dengan semakin
banyaknya jenis tanaman yang ditemukan pada lahan tersebut maka tingkat
kesuburan lahan tersebut semakin tinggi. Selain itu, dengan beragamnya jenis
tanaman yang ditemukan maka biodiversitas pada lahan tersebut tinggi. Jika
dibandingkan, lahan pada Kebun Kangkung Kabupaten Indramayu memiliki lebih
sedikit variasi vegetasi tanaman dibandingkan vegetasi pada lahan Kebun
Pisang Kabupaten Blitar. Sehingga dapat disimpulkan lahan pada Kebun Pisang
Kabupaten Blitar sedikit lebih subur dan beragam dibandingkan lahan di Kebun
Kangkung Kabupaten Indramayu.
Dengan tingginya biodiversitas, maka rantai makanan yang terbentuk
didalamnya pun akan semakin beragam. Dengan terbentuknya rantai makanan
yang beragam, maka ekosistem yang terjalin pada lahan tersebut semakin
28
seimbang serta hal ini bisa saja mengurangi timbulnya hama yang dapat
menyerang suatu agroekosistem.
Menurut Saktiyono (2004) menyatakan bahwa tanaman akan membutuhkan
suhu tertentu untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Jadi jika pada
suatu ekosistem memiliki suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah, maka
tumbuhan ataupun tanaman tidak dapat hidup. Karena suhu udara maupun suhu
tanah sangat mempengaruhi semua kegiatan tumbuhan. Diperoleh data suhu
pada pengamatan di Kebun Kangkung Kabupaten Indramayu adalah 31°C dan
hal itu sesuai dengan pendapat Inggah (2011) yang menyatakan bahwa suhu
optimum untuk tumbuh tanaman kangkung adalah 20-32°C dengan curah
hujan yang berkisar antara 500-5000 mm pertahun. Sedangkan suhu udara pada
lahan di Kebun Pisang Kabupaten Blitar adalah 29°C dengan curah hujan
sebesar 122.857 mm/tahun. Keadaan ini juga cukup sesuai untuk menanam
tanaman seperti buah-buahan.
Jarak tanam juga mempengaruhi efektivitas penyerapan unsur hara oleh
tanaman. Semakin rapat jarak tanaman maka semakin banyak pula populasi
tanaman persatuan luas, sehingga penyerapan unsur hara antar tanaman
semakin ketat. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi
per tanaman akan menurun (Mawazin dan Hendi, 2008). Pada lahan Kebun
Kangkung Kabupaten Indramayu, jarak tanam tanaman antar talas tidak terlalu
rapat, sehingga pertumbuhannya tidak terganggu. Karena unsur hara yang
didapatkan tanaman tersebut masih dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
masing masing tanaman tersebut. Selain itu, jarak antar tanaman lainnya juga
tidak terlalu rapat sehingga kebutuhan unsur hara merata.
4.3.2 Pengaruh Komponen Abiotik terhadap Agroekosistem
Faktor abiotik dan biotik pada tanah mempengaruhi ekologi tanah. Ekologi
tanah menyangkut tentang organisme yang berupa biota dalam tanah. Faktor
biotik tanah adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup yang
mempengaruhi kondisi tanah. Faktor biotik tanah terdiri dari biota tanah dan
seresah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan biota tanah di daerah
Kebun Kangkung Kabupaten Indramayu disebabkan oleh beberapa hal seperti
perbedaan topografi, cahaya matahari, dan keadaan lingkungan yang lain.
Dari pengamatan pada tanaman semusim di Kebun Kangkung Kabupaten
Indramayu, diketahui bahwa dalam pembentukan agroekosistem yang sesuai
terdapat faktor biotik tanah yang mempengaruhi yaitu biota tanah. Pada
29
Kangkung
(Produsen)
Tomcat
(predator/musuh alami)
32
Talas
(produsen)
Capung
(predator)
Kangkung
(produsen)
33
Tomcat
(predator/musuh alami)
Pada rantai makanan ini, kangkung berperan sebagai produsen, lalat bunga
dan kupu-kupu kuning sebagai konsumen pertama, tomcat sebagai
predator/musuh alami dari lalat bunga dan kupu-kupu kuning.
Jaring-jaring makanan lahan Kebun Kangkung Kabupaten Indramayu
Kangkung
(produsen)
Capung Tomcat
(predator/musuh (predator/musuh
alami) alami)
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada Kebun Kangkung Kab.
Indramayu dan Kebun Pisang Kab. Blitar dapat dibandingkan bahwa jumlah
vegetasi yang ditemukan di Kebun Kangkung Kab. Indramayu lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah vegetasi yang ditemukan pada Kebun Pisang Kab.
Blitar. Sehingga tingkat ketebalan serasah pada Kebun Pisang Kab. Blitar lebih
tebal daripada tingkat ketebalan serasah pada Kebun Kangkung Kab.
Indramayu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan biota tanah di daerah
Kebun Kangkung Kab. Indramayu disebabkan oleh beberapa hal seperti
perbedaan topografi, cahaya matahari, dan keadaan lingkungan yang lain. Pada
pengamatan suhu dan kelembaban dapat digolongkan suhu tanah yang tinggi,
akan tetapi optimum untuk pertumbuhan tanaman dataran tinggi. Arthropoda
memberikan peran penting pada suatu ekosistem, keanekaragaman dan struktur
nya sangat di pengaruhi oleh faktor alam dan manusia, yang termasuk faktor
alam adalah iklim terutama pada temperatur yang seringkali mempengaruhi jenis,
keberadaan arthropoda dan keanekaragaman hayati. Jenis tanah, semakin tinggi
datarannya semakin subur juga tanahnya namun pada dataran medium
tanahnya mengalami penurunan tingkat kesuburan. Penggunaan lahan pada
dataran tinggi biasanya banyak terdapat tegalan, karena pada dataran tinggi
biasanya ditanami tanaman budidaya seperti sayur-sayuran. Pada dataran
medium curah hujan dan kelembaban masih tinggi namun tidak sama dengan
dataran yang tinggi suhunya pun rendah namun tidak serendah pada dataran
tinggi. Di dalam agroekosistem Kebun Kangkung Kabupaten Indramayu
terjadinya hubungan antar organisme dan lingkungannya. Hubungan tersebut
membentuk sebuah rantai makanan dan membentuk jaring-jaring makanan.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan keseimbangan agroekosistem yang baik, dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan keragaman vegetasi melalui sistem tanam
polikultur dan meningkatkan keragaman genetik. Peningkatan keragaman
vegetasi yang dilakukan dengan sistem penanaman polikultur dapat
meningkatkan produktivitas lahan yang ideal dan berkelanjutan. Dengan adanya
keberagaman vegetasi serta biota tanah dapat menciptakan interaksi makan dan
dimakan dalam ekosistem tersebut sehingga menghasilkan suatu agroekosistem
yang seimbang.
36
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, L., P. Hidayat, D. Burchori, Marwoto dan B.T. Rahardjo. 2015. Pengaruh
Perbedaan Pengelolaan Agroekosistem Tanaman Terhadap Struktur
Komunitas Serangga pada Pertanaman Kedelai, Di Ngale, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. J.HPT
Tropika, 15 (1): 53-64.
Coleman, D. C., Cossley Jr. D. A., & Hendrix, P. F. 2004. Fundamental of soil
ecology. 2nd edition. London: Elsevier Academic Press.
Holilullah, Afandi & Hery Novpriansyah. 2015. Karakterisitk Sifat Fisik Tanah
Pada Lahan Produksi Rendah Dan Tinggi Di Pt Great Giant Pineapple. J.
Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Vol. 3, No. 2: 278-282.
Inggah, N., Windiyani, H., & Yarwati, Y. (2011). Teknologi Budidaya Kangkung
Air Ramah Lingkungan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB,
Lombok Barat, 3.
37
Nahdi MS, Darsikin. 2014. Distribusi Dan Kemelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah
Pada Naungan Pinus mercusii, Acasia auriculiformis dan Eucalyptus alba
di Hutan Gama Giri Mandiri Yogyakarta. Jurnal Natur
Indonesia.16(1):3341.
Pratikno, W.B dan Sunarsih. 2010. Model Dinamis Rantai Makanan Tiga
Spesies. Jurnal Matematika, Vol. 13, No. 3: 151-158.
Rahmawanto, D.G., A. Muhibuddin dan L.Q. Aini. 2015. Pengaruh Faktor Abiotik
Kimia Tanah Terhadap Supressifitas Tanah dalam Mengendalikan
Penyakit Layu Bakteri (Raistonia solanacearum) pada Tanaman Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.). Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya. Jurnal HPT, 3 (2).
Reijntjes. Coen, dkk. 2016. Pertanian Masa Depan Pengantar Untuk Pertanian
Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah. Kanisius : Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Tinggi Tanaman
Sudut pengamat : 45°
Tinggi pengamat : 158 cm (1,58 m)
Jarak pengamat :3m
Pohon Pepaya
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 = (tan ∝ × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘) + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡
= (tan 45° × 1.5 𝑚) + 1,58 𝑚
= (1 × 1.5 𝑚) + 1,58 𝑚
= 3,08 𝑚
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
2. Pepaya
3. Rumput Kerbau
4. Jade Kebun
41
5. Pemasangan yellowtrap
6. Pemasangan pitfall
Kelas: B
NIM: 215040100111128
Form Pengamatan
A. Aspek BP
B. Aspek Tanah
Tabel 4. Hasil Pengamatan Suhu Tanah
Kedalaman Suhu
No. Lokasi Waktu
Pengukuran Tanah
20-30 cm 25 oC
10-20 cm 35,2 oC
20-30 cm 34,0
1.2 0 cm
2.1 0 cm
2.2 0 cm
3.1 0 cm
3.2 0 cm
4.1 0 cm
4.2 0 cm
5.1 0 cm
5.2 0 cm
Rata-rata 0 cm
1.2 2, 5 cm
2.1 1 cm
2.2 1 cm
3.1 0,8 cm
3.2 1 cm
4.1 1,5 cm
4.2 1,7 cm
5.1 2 cm
5.2 1,5 cm
Rata-rata 1,6 cm
46
1. 1.1 0 0
2. 1.2 0 0
3. 2.1 0 0
4. 2.2 0 0
5. 3.1 0 0
6. 3.2 0 0
7. 4.1 0 0
8. 4.2 0 0
9. 5.1 0 0
10. 5.2 0 0
Rata-rata 0 0
Berat Bersih
1. 1.1 0 25
2. 1.2 0 12
3. 2.1 0 15
4. 2.2 0 10
5. 3.1 0 13
6. 3.2 0 8
7. 4.1 0 10
47
8. 4.2 0 15
9. 5.1 0 10
10. 5.2 0 12
Rata-rata 0 13
C. Aspek HPT
FAKULTAS PERTANIAN
Komoditas : Kangkung
Kelas :B