Disusun Oleh:
Kelompok M4
Asisten Kelas:
Ghufron Faqieh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
LEMBAR DAFTAR ANGGOTA
PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN
Kelompok : M4
Asisten : Ghufron Faqieh
No. Nama NIM
1. Salsabila Putri Mazaya 215040207111132
2. Muhamad Pramudya Surajiman 215040200111122
3. Nadya Prameswari 215040200111123
4. Onik Adelia Restu Hartono 215040201111014
5. Bayu Ardiyanto 215040201111016
6. Faradilla Iftitah Athia Rahma 215040201111210
7. Syakira Konita 215040207111128
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : M4
Kelas : M
iii
LEMBAR KRITIK DAN SARAN
Asisten Penguji :
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat,
dan hidayah-Nya atas kemudahan dan tidak lupa kita ucapkan shalawat
dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Dasar Budidaya Tanaman
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dua
Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)” Tanpa pertolongan-Nya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Tidak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun laporan ini.
Kami sadar masih banyak sekali kekurangan yang ada pada laporan
ini. Namun banyak juga pelajaran yang dapat diambil dari praktikum
ini.Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya laporan selanjutnya yang lebih
baik.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.4.3 Suhu Tanah .......................................................................... 15
3.4.4 Jumlah Gulma ...................................................................... 15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 16
4.1 Hasil ............................................................................................ 16
4.1.1 Panjang Tanaman ................................................................ 16
4.1.2 Jumlah Daun ........................................................................ 17
4.1.3 Suhu Tanah .......................................................................... 18
4.1.4 Jumlah Gulma ...................................................................... 19
4.2 Pembahasan ............................................................................... 20
4.2.1 Panjang Tanaman ................................................................ 20
4.2.2 Jumlah Daun ........................................................................ 22
4.2.3 Suhu Tanah .......................................................................... 23
4.2.4 Jumlah Gulma ...................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 26
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 26
5.2 Saran .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
LAMPIRAN .............................................................................................. 32
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
1. PENDAHULUAN
tanaman ubi jalar pada dua varietas yang berbeda dengan perlakuan
pemberian mulsa MPHP dan tanpa mulsa. Selain itu, melalui kegiatan
budidaya ubi jalar ini, mahasiswa dapat mengetahui syarat tumbuh
tanaman ubi jalar serta pengaruh pemberian mulsa dan perbedaan varietas
tanam terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar.
2. TINJAUAN PUSTAKA
ubi jalar yaitu memiliki ketinggian 0 – 350 m di atas permukaan laut (dpl)
dan dataran tinggi dengan ketinggian kurang lebih 700 m dpl (Hayati et al.,
2016). Selain itu, terdapat faktor utama yang dapat mempengaruhi
tumbuhnya ubi jalar yaitu kelembaban udara, curah hujan, temperatur,
penyinaran matahari, keadaan tanah, dan letak geografi. Widodo (2014)
berpendapat jika curah hujan yang sesuai dengan syarat tumbuh ubi jalar
yaitu sekitar 500 mm dengan temperatur di antara 25ºC – 27ºC.
Tanaman ubi jalar cocok ditanam pada tanah dengan jenis fraksi
pasir – debu di lapisan atas atau top soil dan fraksi lembung pada lapis
bawah atau subsoil. Jika terjadi aerasi yang buruk dalam tanah pada saat
pembentukan umbi maka mengakibatkan akar yang nantinya akan menjadi
umbi terganggu karena lignifikasi stele akan menekan aktivitas kambium
primer. Tanaman ubi jalar akan lebih baik ditanam pada saat awal musim
kemarau setelah tanaman padi. Hal ini dikarenakan tanaman ubi jalar
adalah tanaman yang tidak memerlukan banyak air dan tahan kekeringan.
Rosani et al. (2020) menambahkan bahwa keasaman pada tanah adalah
salah satu faktor penting karena memiliki pengaruh terhadap ketersediaan
unsur hara. Pada umumnya, pH tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh
ubi jalar bernilai 5,2 – 8,2.
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang memiliki usia
tumbuh yang pendek yaitu sekitar 4 bulan pada daerah dataran rendah dan
6 bulan pada daerah dataran tinggi (Ghozali, 2015). Secara umum, fase
pertumbuhan tanaman ubi jalar terdiri dari pertumbuhan generatif dan
pertumbuhan vegetatif dimana pertumbuhan tanaman didominasi oleh fase
vegetatif pertumbuhan batang dan daun yang berlebihan sehingga
pembentukan ubi berkurang akibatnya karbohidrat yang tersisa pada
perkembangan ubi menjadi sedikit (Surbakti, 2022). Fase pertumbuhan
generatif tanaman ubi jalar dimulai ketika pembibitan stek pada saat awal
tanam dan fase pertumbuhan generatif berlangsung ketika daun, batang,
akar mulai tumbuh hingga pertumbuhan dan perkembangan umbi
berlangsung.
7
3.3.2 Penanaman
Penanaman dilakukan ketika lahan sebagai media tanam yang
digunakan telah siap. Perlu diketahui juga, sebelum mulai menanam
pastikan bibit yang akan digunakan dalam kondisi bagus, tidak mengalami
kerusakan, dan sebelumnya tidak ada riwayat penyakit pada tanaman yang
akan digunakan sebagai bibit. Penanaman diawali dengan merendam bibit
ubi jalar varietas antin ke dalam PGPR yang sebelumnya telah dilarutkan
dengan air. PGPR mengandung bakteri dan berfungsi agar tanaman tahan
terhadap penyakit. Pernyataan tersebut dapat diperkuat kembali oleh
pendapat yang disampaikan oleh Iswati (2012), bahwa PGPR merupakan
kumpulan dari bakteri yang mampu memperkuat tanaman dari serangan
penyakit. Sementara itu, lubangi lahan yang telah disiapkan sebelumnya
dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm pada masing-masing guludan yang
telah disiapkan sebelumnya. Setiap petak lahan percobaan terdiri atas tiga
guludan dan masing-masing guludan dilubangi sebanyak tujuh lubang,
sehingga total lubang keseluruhan adalah 21 lubang. Kemudian, proses
penanaman dapat dimulai dengan mengambil satu persatu bibit ubi jalar,
pastikan hanya terdapat tiga daun pada masing-masing bibit dan ketika
sebelum di tanam, pada pangkal bibit ubi jalar dipatahkan sehingga
membentuk huruf V, tetapi pastikan batang tidak sampai terputus. Bagi bibit
yang telah siap, dapat ditanam pada lubang yang telah dibuat sebelumnya
dan timbun kembali dengan menggunakan tanah. Langkah selanjutnya,
apabila seluruh bibit telah ditanam, dapat disiram dengan menggunakan
sisa larutan PGPR dan menggunakan air yang telah disiapkan sebelumnya.
3.3.3 Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada saat awal penanaman
menggunakan pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang dilakukan ketika
proses persiapan lahan supaya pupuk dapat tercampur rata. Sementara itu,
dan pupuk SP36 diberikan dengan dosis 50 kg/ha. Selanjutnya, ketika
tanaman ubi jalar berusia 2 MST dilakukan pemupukan kembali dengan
menggunakan pupuk urea dengan dosis 150 kg/ha, serta pupuk KCL
dengan dosis 160 kg/ha. Pemberian pupuk SP36, urea, dan KCL diberikan
13
4.1 Hasil
4.1.1 Panjang Tanaman
Panjang tanaman merupakan salah satu parameter yang diamati
dalam praktikum ini. Data panjang tanaman yang diamati pada 2 MST, 3
MST, 4 MST, dan 5 MST tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar
Panjang Tanaman (cm)
Perlakuan Kelas
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas Antin 3 +
F3 40 44,45 61,4 99,2
Mulsa MPHP
Varietas Antin 3 +
F4 17,3 25,8 33,5 37,82
Tanpa Mulsa
Varietas Beta 3 +
M4 23,12 53,4 124,4 153
Tanpa Mulsa
Varietas Beta 3 +
M3 17,5 19,2 29,8 36
Mulsa MPHP
Panjang tanaman ubi jalar yang mendapt perlakuan Varietas antin 3
+ mulsa MPHP mengalami peningkatan sebanyak 49,2 cm dalam tiga
minggu dengan rincian tinggi 40 cm pada 2 minggu setelah tanam dan
menjadi 99,2 cm pada 5 minggu setelah tanam, Varietas antin 3 + tanpa
mulsa mengalami peningkatan sebanyak 20,52 cm dalam tiga minggu
dengan rincian tinggi 17,3 cm pada 2 minggu setelah tanam dan menjadi
37,82 cm pada 5 minggu setelah tanam, Varietas beta 3 + tanpa mulsa
mengalami peningkatan sebanyak 129,87 cm dalam tiga minggu dengan
rincian tinggi 23,12 cm pada 2 minggu setelah tanam dan menjadi 153 cm
pada 5 minggu setelah tanam, dan pada Varietas beta 3 + mulsa MPHP
mengalami peningkatan sebanyak 18,5 cm dalam tingga minggu dengan
rincian tinggi 17,5 cm pada 2 minggu setelah tanam dan menjadi 36 cm
pada 5 minggu setelah tanam
Tanaman ubi jalar dengan perlakuan Varietas antin 3 + mulsa MPHP
memiliki pertambahan panjang tertinggi diantara seluruh sampel.
17
mencapai 36°C pada pengukuran siang hari pukul 12.00. Sedangkan suhu
terendah pada kedalaman 10 cm ketika ubi jalar berusia 4 MST didapatkan
oleh Varietas Antin 3+ Mulsa MPHP, ubi jalar berusia 4 MST Varietas Antin
3 + Tanpa Mulsa, ubi jalar berusia 2 MST Varietas Beta 3 + Mulsa MPHP
dengan suhu 25°C pada pengukuran pagi hari pukul 07.00. Pada
kedalaman 20 cm ketika ubi jalar berusia 4 MST, suhu tertinggi terdapat
pada Varietas Beta 3+ Tanpa Mulsa dengan suhu mencapai 29°C pada
pengukuran siang hari pukul 12.00. Sedangkan suhu terendah pada
kedalaman 20 cm ketika ubi jalar berusia 4 MST didapatkan oleh Varietas
Beta 3 + Mulsa MPHP dengan suhu 24°C pada pengukuran siang hari pukul
12.00 dan pada pukul 16.30. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-
rata suhu rendah akan diperoleh dengan cara semakin dalamnya
penaruhan termometer tanah pada tanah dan tanaman dengan
penggunaan mulsa akan semakin memiliki suhu rata-rata tanah yang
rendah daripada tanpa penggunaan mulsa karena mulsa
dapat mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar
tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik.
4.1.4 Jumlah Gulma
Jumlah gulma merupakan salah satu parameter yang diamati dalam
praktikum ini. Data jumlah gulma yang diamati pada 2 MST dan 4 MST
tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4. Perbandingan Jumlah Gulma pada Guludan Tanaman Ubi Jalar
Jumlah Gulma
Perlakuan Kelas
2 MST 4 MST
Varietas Antin 3 + Mulsa
F3 105 315
MPHP
Varietas Antin 3 + Tanpa
F4 395 494
Mulsa
Varietas Beta 3 + Tanpa
M4 101 297
Mulsa
Varietas Beta 3 + Mulsa
M3 - -
MPHP
Berdasarkan data di atas, pada 2 MST didapatkan hasil jumlah gulma
terendah sebanyak 0 terdapat pada ubi jalar varietas Beta 3 dengan perlakuan
20
mulsa MPHP. Sementara itu jumlah gulma terbanyak pada 2 MST didapati pada
ubi jalar varietas Antin 3 tanpa mulsa yaitu sebanyak 395. Selanjutnya pada
pengamatan 4 MST jumlah gulma terendah sebanyak 0 terdapat pada ubi jalar
varietas Beta 3 dengan perlakuan mulsa MPHP. Sementara itu jumlah gulma
terbanyak pada 4 MST didapati pada ubi jalar varietas Antin 3 tanpa mulsa yaitu
sebanyak 494.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Panjang Tanaman
Berdasarkan hasil data yang telah didapatkan sebelumnya, terlihat
bahwa terdapat beberapa parameter yang memengaruhi pertumbuhan dari
tanaman ubi jalar. Salah satu parameter dari pertumbuhan tanaman ubi
jalar adalah panjang tanaman atau tinggi tanaman. Panjang tanaman atau
tinggi tanaman merupakan salah satu parameter tanaman yang paling
sering diamati sebagai acuan pertumbuhan tanaman karena perubahan
pada tinggi atau panjang tanaman mudah untuk diamati. Pernyataan
tersebut dapat diperkuat kembali oleh pendapat yang disampaikan oleh
Mandang dan Subrata (2014), bahwa tinggi atau panjang tanaman menjadi
parameter yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan tanaman
atau sebagai acuan pengukuran pengaruh lingkungan dan perlakuan lain
terhadap tanaman yang dibudidayakan. Penggunaan tinggi atau panjang
tanaman sering kali digunakan sebagai acuan pertumbuhan tanaman
karena pertumbuhan tinggi tanaman merupakan aspek yang mudah untuk
diamati atau ditandai sebagai perkembangan pada suatu tanaman. Maka
dari itu, pengukuran panjang tanaman pada tanaman ubi jalar dimaksudkan
agar mengetahui seberapa perkembangan dan pertumbuhan tanaman ubi
jalar. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika ubi jalar berusia 5
MST didapati rata-rata panjang tanaman tertinggi diduduki oleh ubi jalar
varietas beta 3 tanpa mulsa, sedangkan tinggi terendah diduduki oleh
tanaman ubi jalar varietas beta 3 dengan menggunakan mulsa. Sesuai
dengan hasil data yang telah diperoleh dari varietas yang diamati, terlihat
bahwa terjadi perubahan tinggi tanaman pada setiap minggunya pada
masing-masing sampel tanaman. Seiring dengan bertambahnya umur
tanaman ubi jalar, diikuti pula dengan bertambahnya tinggi tanaman.
21
Adanya hal tersebut menandakan bahwa tanaman ubi jalar telah tumbuh
dengan baik. Menurut pendapat yang disampaikan oleh Qohar et al. (2021),
tinggi tanaman dapat digunakan sebagai indikator dari pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang memiliki ukuran yang tinggi menandakan bahwa
tanaman tersebut telah tumbuh dengan baik. Namun, sebaliknya apabila
tanaman tumbuh kerdil atau tidak tinggi menandakan bahwa pertumbuhan
tanaman tersebut kurang baik. Hal itu terjadi karena pertumbuhan tanaman
tidak didukung dengan unsur hara yang memadai, sedangkan ketika
tanaman tumbuh dengan baik maka tanaman tersebut dapat diartikan
bahwa mendapatkan asupan unsur hara yang baik selama masa
pertumbuhan tersebut. Kemudian, penggunaan mulsa pada tanaman ubi
jalar juga diketahui memberikan efek yang baik bagi tanaman. Menurut
Wisudawati et al. (2016), penggunaan mulsa diketahui mampu
meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanam yang lebih baik dibandingkan
tanpa mulsa. Namun, pada pengamatan kali ini untuk tanaman ubi jalar
tanpa mulsa juga memberikan progres pertumbuhan yang sama-sama baik
seperti dengan tanaman ubi jalar dengan mulsa.
Panjang Tanaman
180
Panjang Tanaman (cm)
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)
antin dengan mulsa, antin tanpa mulsa, varietas beta tanpa mulsa, dan juga
varietas beta dengan mulsa. Namun, pada varietas beta 3 dengan
perlakuan tanpa mulsa mengalami peningkatan yang signifikan apabila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
4.2.2 Jumlah Daun
Parameter selanjutnya yang menjadi indikator pertumbuhan pada
ubi jalar adalah jumlah daun. Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap
minggu dan pada hasil data yang telah disajikan sebelumnya merupakan
rata-rata jumlah daun sampel tanaman ubi jalar pada setiap minggu. Dapat
dilihat bahwa hampir semua rata-rata jumlah daun pada setiap minggunya
mengalami kenaikan jumlah. Perlu diketahui juga, pada paragraf
sebelumnya telah membahas tentang tinggi tanaman, di mana tinggi
tanaman ini juga akan memengaruhi kenaikan jumlah daun pada tanaman
ubi jalar. Menurut pendapat yang disampaikan oleh Duaja (2012), diketahui
bahwa bertambahnya tinggi tanaman akan berbanding lurus dengan
kenaikan jumlah daun, di mana jumlah daun juga akan bertambah banyak.
Namun, pada pengamatan kali ini didapati bahwa salah satu tanaman ubi
jalar mengalami penurunan jumlah daun pada usia 5 MST, yaitu tanaman
ubi jalar varietas antin 3 tanpa mulsa. Keadaan yang hampir sama juga
dialami pada pengamatan yang dilakukan oleh Suhastyo dan Raditya
(2019), bahwa ketika melakukan pengamatan tanaman, ada kemungkinan
jumlah daun akan berkurang dan tidak berbanding lurus dengan
pertumbuhan tinggi tanaman. Hal itu dapat terjadi karena banyak faktor,
beberapa di antaranya adalah disebabkan oleh serangan hama, seperti ulat
dan lain sebagainya. Sementara itu, data lain memperlihatkan adanya
kenaikan rata-rata daun pada tanaman ubi jalar di setiap minggunya. Hal
itu menunjukkan bahwa pembelahan sel tanaman berjalan dengan baik dan
unsur yang diperlukan dalam tanaman tersebut dapat tercukupi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Wijaya et al. (2020),
pertambahan jumlah daun pada suatu tanaman menandakan bahwa telah
terjadi aktivitas atau kegiatan pembelahan sel pada tanaman tersebut.
Pembelahan sel tersebut juga dapat didukung dengan keberadaan unsur
23
utama, yaitu berupa nitrogen (N) dalam jumlah yang banyak hingga mampu
mencukupi kebutuhan dari tanaman ubi jalar tersebut. Kemudian,
penggunaan mulsa memiliki pengaruh terhadap jumlah daun sebab seperti
yang telah disampaikan sebelumnya bahwa penggunaan mulsa akan
memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Namun, jumlah
daun yang dihasilkan lebih dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah
cabang dan buku-buku batang tanaman. Hal itu disampaikan oleh Suryanto
dan Mukhlis (2019), keberadaan jumlah daun yang dihasilkan akan
bergantung dengan jumlah cabang dan buku-buku batang, di mana nanti
akan muncul tunas-tunas dan daun-daun baru.
Jumlah Daun
120
Panjang Tanaman (cm)
100
80
60
40
20
0
2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)
Suhu Tanah
30
29
28
Suhu Tanah
27
26
25
24
23
07:00 12:00 16:30
Waktu Pengamatan
inang bagi hama dan patogen tanaman budidaya. Abadi et al. (2013)
menambahkan jika persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma
dipengaruhi oleh curah huja, varoetas, kondisi tanah, dan kerapatan gulma.
Sementara itu, gulma yang tumbuh pada varietas ubi jalar dengan
menggunakan mulsa tidak sebanyak varietas ubi jalar tanpa mulsa. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nurbaiti et al. (2017) yaitu
mulsa adalah salah satu bahan penutup tanah yang dapat berguna untuk
menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih
optimal. Dewantari et al. (2015) menambahkan jika pemberian mulsa pada
suatu tanaman membuat biji gulma tidak akan mendapat sinar matahari
sehingga gulma tidak dapat tumbuh. Selain itu, pengendalian gulma juga
dapat dilakykan dengan cara penyiangan. Penyiangan gulma pada
tanaman dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal.
Jumlah Gulma
600
500
Jumlah Gulma
400
300
200
100
0
2 4
Umur Tanaman (MST)
Antin 3 + Mulsa Antin 3 + Tanpa Mulsa Beta 3 + Tanpa Mulsa Beta 3 + Mulsa
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum serta analisis
pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
perlakuan dan varietas tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman ubi jalar. Perlakuan terhadap tanaman ubi jalar yaitu pemberian
mulsa dan tanpa mulsa. Penggunaan mulsa pada budidaya ini ditujukan
untuk menekan jumlah gulma yang tumbuh di sekitar tanaman ubi jalar,
mempertahankan suhu tanah, serta memperkecil kemungkinan terjadinya
erosi tanah. Suhu tanah pada guludan dengan perlakuan mulsa
menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
tanpa mulsa. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi penggunaan mulsa
adalah mengendalikan suhu tanah. Selain itu, perlakuan mulsa juga
mempengaruhi jumlah gulma pada guludan tanaman ubi jalar. Jumlah
gulma pada perlakuan tanpa mulsaa lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan penggunaan mulsa. Perbedaan varietas tanam juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman ubi jalar. Perbedaan tersebut
meliputi panjang tanaman, jumlah daun, suhu tanah, serta jumlah gulma
disekitar tanaman. Pada praktikum ini, terdapat dua varietas tanam yang
digunakan yaitu varietas Antin 3 dan varietas Beta 3. Pada varietas Antin3+
pertumbuhan panjang tanaman serta jumlah daun yang lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas Beta 3. Dalam aspek jumlah gulma yang
tumbuh disekitar tanaman, varietas Beta 3 memiliki tingkat pertumbuhan
gulma lebih rendah dari varietas Antin 3
5.2 Saran
Budidaya tanaman ubi jalar sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan mulsa karena mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma
sehingga baik bagi pertumbuhan tanaman ubi jalar. Perlunya perawatan
teratur pada tanaman budidaya dengan rutin dan teratur, seperti seperti
pemberian pupuk, penyiraman, penyiangan, serta pembalikan tanaman
agar tanaman dapat menghasilkan produktivitas umbi yang tinggi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L.) pada Tinggi Petakan yang Berbeda J. Agricola, 2(1), 49-
69.
Anto, S., & Mukhlis, M. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk KCl Dan Jenis Mulsa
terhadap Pertumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Jurnal
AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 4(2), 89.
Dewantari, R. P., Edy, N., & Yudo, S. (2015). Gulma pada Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kedelai ( Glycine max ( L .) Merril ). Jumlah
Produksi Tanaman, Vol 3, Nom, 487–495.
Karyati, Putri, R. O., & Syafrudin, M. (2018). Suhu Dan Kelembaban Tanah
Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang Di PT Adimitra Baratama
Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur. Agrifor, 17(1), 103–114.
Marta, D. C. V., Nugraha, T. C., Ardiati, R. L., Rijati, S., Saleha, A., & Amalia,
R. M. (2013). Kontribusi Pemanfaatan Ubi Jalar sebagai Produk
Lokal Desa Sayang, Kabupaten Sumedang terhadap Peningkatan
Ekonomi Kreatif Masyarakat Setempat. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(12), 1032–1035.
Prasetyo, J., Mandang, T., & Subrata, I. D. M. (2014). Efek Paparan Musik
dan Noise pada Karakteristik Morfologi dan Produktivitas Tanaman
Sawi Hijau (Brassica Juncea). Jurnal keteknikan pertanian, 2(1).
Qohar, A. F., Hendarto, E., Hidayat, N., & Nuraeni, N. (2021). Pengaruh
Kombinasi Dosis Pemupukan Kompos Organik Dan Penambahan
Azolla Terhadap Pertumbuhan Rumput Raja. Jurnal Sains
Peternakan Nusantara, 1(01), 1-12.
Rosidah. (2014). Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan.
Teknobuga, 1(1), 44–52.
Silvia, C. M., Kurniawati, N., Syafiuddin. 2021. Produksi Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Kalium dan Waktu
Pembalikan Batang. Jurnal Wacana Pertanian, 17(1), 1-8.
Suoth, V. A., & Mosey, H. I. . (2017). Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu
Tanah Secara Multi Lateral Berbasis Mikrokontroler Untuk
Pertumbuhan Benih Tanaman. Jurnal MIPA, 6(2), 97.
Suryanto & Mukhlis, M. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk KCl dan Jenis Mulsa
terhadap Pertumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Jurnal
AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 4(2), 89-102.
Wijaya, R., Hariono, B., & Saputra, T. W. (2020). Pengaruh Kadar Nutrisi
dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bayam Merah
(Alternanthera amoena voss) Sistem Hidroponik. Jurnal Ilmiah
Inovasi, 20(1).
LAMPIRAN
3. Tanaman Refugia
4. Parit
37
5. Papan nama
6. Guludan
38
3,5
Kebutuhan pupuk per tanaman = × 50 kg
21
Kebutuhan pupuk per tanaman = 8,3 gr
• Urea
7 m2
Kebutuhan pupuk per petak = × 150 kg
10000 m2
Kebutuhan pupuk per petak = 0,105 kg
Kebutuhan pupuk per petak = 10,5 gr
10,5
Kebutuhan pupuk per tanaman = × 150 kg
21
Kebutuhan pupuk per tanaman = 75 gr
• KCl
7 m2
Kebutuhan pupuk per petak = × 150 kg
10000 m2
Kebutuhan pupuk per petak = 0,105 kg
39
10,5
Kebutuhan pupuk per tanaman = × 150 kg
21
Kebutuhan pupuk per tanaman = 75 gr
40
2. Jumlah Daun
Jumlah Daun
Perlakuan Kelas
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas Antin 3 +
F3 17 23,6 30,6 37,5
Mulsa MPHP
Varietas Antin 3 +
F4 3,2 4,8 14 12
Tanpa Mulsa
Varietas Beta 3 +
M4 4,4 22 62,6 109,6
Tana Mulsa
41
Varietas Beta 3 +
M3 5 14 25 53
Mulsa MPHP
3. Suhu Tanah
Umur Suhu Tanah
Perlakuan Kedalaman
Tanaman 07.00 12.00 16.30
Varietas 10 26 29 28
2 MST
Antin 3 + 20 25 27 27
Mulsa 10 25 27 28
4 MST
MPHP 20 25 26 26
Rata-rata
Varietas 10 26 27 27
2 MST
Antin 3 + 20 25 26 28
Tanpa 10 25 27 29
4 MST
Mulsa 20 26 26 27
Rata-rata 25,5 26,5 27,75
Varietas 10 26 28 28
2 MST
Beta 3 + 20 25 24 29
Tanoa 10 26 36 26
4 MST
Mulsa 20 27 29 23
Rata-rata 26 29,25 26,5
2 MST 10 25 30 28
42
Varietas 20 26 24 24
Beta 3 + 10 26 28,5 28
Mulsa 4 MST
20 28 27 27
MPHP
Rata-rata 26,25 27,375 26,75
4. Jumlah Gulma
Jumlah Gulma
Perlakuan Kelas
2 MST 4 MST
Varietas Antin 3 + Mulsa
F3 105 315
MPHP
Varietas Antin 3 + Tanpa
F4 395 494
Mulsa
Varietas Beta 3 + Tanpa
M4 101 297
Mulsa
Varietas Beta 3 + Mulsa
M3 - -
MPHP
43
44
Lampiran 5. Logbook
IV. LOGBOOK KEGIATAN
LOGBOOK PRAKTIKUM
DASAR BUDIDAYA TANAMAN
Kelompok : M2
Kelas :M
Asisten : Ghufron Faqieh
Komoditas : Ubi Jalar varietas Beta
No. Hari, tanggal Deskripsi Kegiatan Dokumentasi
1. Sabtu, 16 April Pembersihan lahan dari
2022 gulma sebelum diolah