Anda di halaman 1dari 18

li(f)e

Label

PENGARUH AIR TERHADAP


PERTUMBUHAN TUMBUHAN
Oktober 06, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah air didalam tanaman berkisar antara 80-90 persen dari berat kering tanaman.
Persentase ini akan menjadi lebih besar lagi pada bagian-bagian tanaman yang sedang aktif
tumbuh.(Williams dan Joseph, 1973 dalam  Harwati, 2007). Air sangat dibutuhkan pada
tanaman karena merupakan  bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Di samping
itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilasi hasil
proses ini kebagian - bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam
tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan
berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang
diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi (Dwidjoseputro,
1984 dalam  Harwati, 2007).
            Pada  tanaman, air diserap oleh akar. Penyerapan air (water absorbtion) oleh akar ini
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yaitu air yang tersedia dalam tanah, temperature
tanah, aerasi tanah dan konsentrasi larutan tanah. Air yang bisa diserap oleh akar disebut juga
sebagai air kapiler yaitu air terdapat di pori mikro tanah, melapisi butiran tanah, diikat
longgar oleh partikel tanah dan dapat dilepaskan oleh perakaran. Sedangkan jenis air lainya
yait air gravitasi dan air higroskopis tidak dapat diserap oleh sistem perakaran.
Kebutuhan air pada tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh
tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan
setiap tumbuhan terhadap air berbeda beda tergantung pada bentuk, jenis, umur, media
tanam, kondisi lingkungan sekitar tanaman dan musim sehingga setiap tumbuhan memiliki
batas kadar air tertentu untuk pertumbuhanya .  Apabila kadar air dalam tumbuhan  terlalu
banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi dan jika jumlahnya
terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman kekeringan
 1.2. Identifikasi Masalah
1. Jumlah air didalam tumbuhan
2. Sifat-sifat air yang bermamfaat untuk tumbuhan
3. jenis jenis air pada media tumbuh tumbuhan
4. Pengangkutan air pada tumbuhan
5. Peranan kadar air terhadap pertumbuhan tumbuhan
1.3            Maksud Dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah adalah untuk mengetahui pengaruh air terhadap
pertumbuhan tanaman dan tujuannya adalah mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan
tanaman dilihat dari kadar
1.4. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur yang


diambil dari jurnal dan internet.
BAB II
ISI
2.1  AIR
2.1.1. Jumlah Air Pada Tanaman
Menurut Leopold dan Kriedemand (1975) dalam Harwati (2007) menyatakan bahwa
total air dalam tanaman berkisar antara 80-90 persen dari berat kering tanaman. Persentase ini
akan menjadi lebih besar lagi pada bagian-bagian tanaman yang sedang aktif
tumbuh. Menurut Crafte et al tahun 1949 Air di dalam tubuh tanaman terdapat disemua sel
dan jaringan yang kadarnya berbeda-beda tergantung pada jenis sel, jenis jaringan dan jenis
tumbuhan. Yang  penting yaitu bukan banyaknya ir di dalam tubuh tanaman, tetapi status
(water status) keseimbangan antara penyerapan dan penguapan, dan berapa air itu ada dalam
phase-phase pertumbujhan (Crafte et al, 1949).
2.1.2. Sifat Sifat Air Yang Bermamfaat Untuk Tanaman
Tumbuhan dapat memamfaatkan air disebabkan oleh adanya sifat sifat air yang
mendukung untuk kehidupanya. Diantara sifat sifat air tersebut adalah:
a.      Gaya Kohesi
Gaya Kohesi yang dimiliki oleh air berguna untuk penyerapan air secara vertikal
dalam tumbuhan dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu adanya
perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga
hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi
dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam
pembuluh xilem (Gardner, 1991).
b.     Gaya adhesi
Gaya adhesi terjadi antara air dengan dinding xilem pada tumbuhan. Akibat dari
adanya gaya ini terbentuknya kapilaritas. Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan ke dalam
tabung yang sempit, yang terjadi karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung (dengan
daya adhesi) lalu tertarik ke atas. Pembuluh xilem dapat dipandang sebagai pembuluh kapiler
sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat dari adhesi antar dinding xilem dan molekul air
(Mudakir, 2004).
c.      Sifat polaritas ait
Sifat Polaritas air  memungkinkan air untuk mengubah bentuknya menjadi tetesan
setelah melewati xilem pada tumbuhan
d.     Menguap pada panas yang tinggi
Sifat air yang menguap pada suhu yang tinggi menyebabkan tumbuhan melakukan
transpirasi yang berfungsi untuk mengatur suhu pada tumbuhan
e.      Air sebagai Pelarut
Dalam Fitter and Hay (1991) disebutkan, air adalah pelarut yang sangat baik untuk
tiga kelompok bahan (solute) biologis yang penting yaitu : bahan organik, ionion bermuatan
(K+, Ca2+, NO3- dan molekul kecil. Bahan organik dan air dapat membentuk ikatan ion
hidrogen termasuk asam amino, karbohidrat serta protein yang berat molekulnya rendah,
mengandung hidroksil, amine atau gugus fungsional asam karbiksolat. Air juga membentuk
dispersi koloida dengan karbohidrat dan protein dengan berat molekul tinggi.

2.1.3. Jenis Air Yang Berada Di Media Tumbuh  Tumbuhan


Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan
oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air
dalam tanah ditentukan oleh pF (Kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan
akar untuik menyerapnya ( Jumin, 1992).
Oleh karena itu, ada 3 Jenis jenis air yang ada disekitar media tumbuh tanaman menurut Sri
Anggraeni tahun 2010 yaitu:
1. Air Gravitasi
Air gravitasi adalah air yang bebas mengalir ke bawah melalui partikel tanah karena
adanya gaya gravitasi. Dengan bergerak bebas jauh ke bawah, air gravitasi menyebabkan
‘pencucian’ mineral-mineral tanah, termasuk nutrien. Pada level tertentu, air gravitasi ini
akan tertampung, dinamakan ‘water table’. Keberadaan ‘water table‘ ini dipengaruhi oleh
musim curah hujan dan topografi.’Water table’ merupakan sumber air bagi tanaman yang
hidup di atasnya., Air akan naik ke atas dengan adanya daya kapiler.
2. Air Higroskopis
Air Higroskopis adalah air yang terikat kuat melapisi partikel tanah. Pada partikel liat
dan humus air ini berikatan dengan ikatan hidrogen yang berasosiasi dengan kation. Air
higroskopis sukar digunakan oleh akar tumbuhan . Merupakan air yang paling akhir tersisa
pada tanah kering.
3. Air Kapiler
Air kapiler adalah air yang mengisi pori-pori tanah. Sangat mudah menguap tapi yang
paling mudah digunakan diserap oleh tumbuhan. Air yang dapat diikat oleh tanah yang kering
atau jumlah total air yang dapat dipertahankan oleh tanah , yang bisa melawan gaya gravitasi
dan kapiler dinamakan ‘field capacity’. Air tanah diperlukan oleh semua organisme hidup di
dalam tanah. Masuk ke dalam sel-selhidup melalui osmosis. Selain itu juga penting sebagai
pelarut nutrien yang akan diambil dalam bentuk larutan oleh tumbuhan.
2.1.4. Pengangkutan Air Pada Tanaman
1.     Pengangkutan Ekstravaskuler
Jenis-jenis pengangkutan ekstravaskular adalah sebagai berikut:
a.      Apoplas
Apoplas adalah suatu kontinum tak hidup yang terbentuk melalui jalur ekstraseluler
yang disediakan oleh matriks kontinu dinding sel dan berfungsi untuk mengangkut air dari
akar ke xilem (Campbell et al, 2002) Definisi lainnya menyebutkan bahwa apoplas adalah
suatu sistem yang menyangkut antara dinding sel yang saling berhubungan dengan unsur
xilem berisi air (Salisbury dan Ross CW. 1995). Apoplas meliputi semua dinding sel pada
korteks akar (kecuali dinding endodermis dan eksodermis dengan pita kaspariannya karena
kedua jaringan tersebut tidak permeabel terhadap air), semua trakeid dan pembuluh pada
xilem, semua dinding sel daun, floem, dan sel lain.  Perambatan cairan dari bawah ke bagian
atas tumbuhan dapat terjadi seluruhnya melalui apoplas, terutama di xilem.
b.     Simplas 
Simplas adalah kontinum sitoplasma yang berhubungan oleh plasmodesmata pada
tumbuhan dan berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari akar ke xilem.. Simplas
mencakup sitoplasma semua sel tumbuhan dan vakuola (Furqonita D. 2007). Simplas
merupakan kesatuan unit karena protoplas sel yang berdampingan saling berhubungan
melalui plasmodesmata. Bahan seperti glukosa dapat melewati plasmodesmata dari sel ke sel
ribuan kali lebih cepat daripada dengan menembus membran dan dinding sel. Tapi partikel
yang lebih besar dari 10 nm tidak dapat melewati plasmodesmata (Salisbury dan Ross CW.
1995).
1.     Pengangkutan Air Intraselular
Pengangkutan intravaskular berlngsung dari akar menuju bagian atas tumbuhan melalui
berkas pembuluh, yaitu xylem. Ada beberapa teori tentang pengangkutan air dan mineral dari
bawah ke atas tubuh tumbuhan oleh xylem, antara lain:
a.       teori tekanan akar menytakan bahwa air dan mineral terangkat keatas jika adanya tekanan
akar;
b.      teori vital mengemukakan perjalanan air dari akar menuju daun dapat terlaksana karena
pertolongan sel-sel hidup;
c.       teory dixion-joly, naiknya air ke atas dikarenakan tarikan dari atas, yaitu daun yang
melakukan transpirasi.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengangkutan air dan mineral di dalam
tanah sampai ke tubuh
tumbuhan melalui lintasan berikut.
Rambut akar     epidermis       korteks    endodermis      xylem
akar   xylem batang      di daun  parenkima mesofil daun.
.2. PERANAN AIR TERHADAP TUMBUHAN
2.2.1. Peranan Air Secara Umum Terhadap Tumbuhan
Dalam fisiologi tumbuhan air merupakan hal yang sangat penting, Jackson
(1977) dalam  Harwati, 2007 berpendapat, peranan air dalam pertumbuhan tanaman, yaitu :
1.     Air merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma. Kandungan air yang tinggi
aktivitas fisiologis tinggi sedang kandungan air rendah aktivitas fisiologisnya rendah (Kramer
dan Kozlowsksi, 1960).
2.     Air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses fotosintesis.
3.     Air merupakan pelarut substansi (bahan-bahan) pada berbagai hal dalam reaksi-reaksi kimia
(Kramer dan Kozlowski, 1960). Fitter and Hay (1991) dalam  Eliakim et. al. (2008)
disebutkan, air adalah pelarut yang sangat baik  untuk tiga kelompok bahan (solute) biologis
yang penting yaitu : bahan organik, ion-ion bermuatan (K+, Ca2+, NO3-) dan molekul kecil.
Bahan organik dan air dapat membentuk ikatan ion hidrogen termasuk asam amino,
karbohidrat serta protein yang berat molekulnya rendah, mengandung hidroksil, amine atau
gugus fungsional asam karbiksolat. Air juga membentuk dispersi koloida dengan karbohidrat
dan protein dengan berat molekul tinggi.
4.     Air digunakan untuk memelihara tekanan turgor. Menurut Tso (1972) Turgor adalah penentu
utama pertumbuhan yaitu perluasan daun. Turgor adalah penentu utama pertumbuhan,
perluasan daun dan berbagai aspek metabolisme tanaman. Penutupan dan pembukaan stomata
banyak dikendalikan oleh tersedianya air. Tanaman yang cukup air, stomata dapat
dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran gas-gas di daun
termasuk CO2 yang berguna dalam aktivitas fotosisntesis, aktivitas yang tinggi menjamin
pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer, 1976).
5.     Sebagai pendorong proses respirasi, sehingga penyediaan tenaga meningkat dan tenaga ini
digunakan untuk pertumbuhan.
6.     Secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman.
7.     Berperan perpanjangan sel

1.2.2.     Peranan Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Air telah mempengaruhi pertumbuhan tanaman dimulai dari perkecambahan biji yang
terjadi setelah adanya dormansi. Peran air dalam prosesini  adalah sebagai berikut:
1. Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan
pengembangan embrio dan endosperm. Hal ini mengakibatkan pecah atau robeknya kulit biji

2. Air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam biji. Dinding sel yang kering
hamper tidak permeable untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air, maka gas
akan masuk kedalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air
maka supply oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya
pernafasan. Sebaliknya juiga CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah
mendifusi keluar. 
3. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan bermacam-
macam fungsinya. Sebagian air didalam protoplasma sel-sel embrio dan bagian hidup lainnya
pada biji, hilang sewaktu biji tersebut telah mencapai masak sempurna dan lepas dari
induknya (seed are shed) Semenjak saat ini aktifitas protoplasma hamper seluruhnya berhenti
sampai perkecambahan dimulai. Sel-sel hidup tidak bias aktif melaksanakan proses-proses
yang normal separti pencernaan(digestion) , pernapasan (respiration), asimilasi (assimilation),
dan tumbuh (growth), apabila protoplasma tidak mengandung sejumlah air yang cukup.

4. Air berguna sebagai alat transport larutan makanan dan endosperm atau cotyledon kepada
titik tumbuh pada embryonic axis, didaerah mana diperlukan untuk membentuk protoplasma
baru.

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi sebagai pelarut
hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis (Fitter dan Hay, 1998). Translokasi
melalui xylem berupa unsur hara yang dimulai dari akar terus ke organ-organ, seperti daun
untuk diproses dengan kegiatan fotosintesis. Stress air memperlihatkan pengaruhnya melalui
terhambatnya proses translokasi. Pengaruhnya tidak langsung terhadap produksi adalah
berkurangnya penyerapan hara dari tanah. Berkurangnya penyerapan unsur hara akan
menghasilkan laju sintesis bahan kering, antara lain protein yang rendah pula (Anggarwulan,
2008).
2.2.3  Pengaruh Kadar Air Abnormal Terhadap Pertumbuhan

Sebelum membahas pengaruh kadar air abnormal, ada beberapa faktor-faktor mempengaruhi


kebutuhan kadar air pada tanaman yaitu::
a)      Jenis, Bentuk dan Umur Tanaman
Berdasarkan kebutuhan air, umumnya ada tiga jenis tanaman, yaitu:
o   Jenis Suka Air, memerlukan air yang cukup banyak untuk dapat hidup dengan baik,
contohnya jenis Adiantum, Begonia, Calathea, Dracaena, Dieffenbachia, Monstera,
Peperomia serta jenis pakis-pakisan.Jenis
o   Jenis menyukai air dalam jumlah sedang, memerlukan air yang cukup tapi tidak berlebih
untuk tumbuh dalam kondisi yang sehat, contohnya adalah Aglaonema, Anthurium,
Philodendron, dan lainnya
o   Jenis menyukai sedikit air, merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dalam
keadaan sedikit air, contohnya berbagai jenis tanaman sukulen, kaktus, Sansiviera,
Chryptanthus dan lainnya.
Bentuk daun juga harus diperhatikan, jika daunnya besar dan tipis, berarti tanaman
tidak kuat kondisi kering dan membutuhkan relatif lebih banyak air dalam penyiraman. Jika
daun ada lapisan lilinnya berarti sedikit tahan akan kondisi kering. Daun kecil akan
menghindari penguapan air saat siang hari. Akan tetapi penting pula diketahui jenis
tanamannya, apakah tanaman menyukai air atau tidak
b)      Lokasi dan Kondisi Sekitar Tanaman
Lokasi juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk penyiraman.
Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan yang langsung di bawah sinar
matahari akan mempunyai perbedaan kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di
daerah naungan membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang
terkena sinar matahari langsung.
Peletakan tanaman pada sumber air membutuhkan air yang berbeda dengan yang
diletakkan di tengah lapangan terbuka. Peletakan di dekat sumber air merupakan jenis
tanaman yang menyukai kondisi air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Jenisnya pun
berbeda dengan tanaman yang tahan akan sinar matahari.
c)      Jenis Media Tanam
Media merupakan material yang bersentuhan langsung dengan akar, bagian tanaman
yang sangat penting untuk penyerapan air dan unsur hara lainnya. Media tanaman yang
umum digunakan adalah tanah, humus, sekam, cocopeat, pasir malang, dan akar pakis.
Masing-masing mempunyai daya ikat air yang berbeda. Humus mengandung banyak sisa-sisa
bagian tanaman yang membusuk. Biasanya bersifat menahan air. Tetapi jika diletakkan di
area terbuka, humus mudah kering dan berbentuk serpihan/butiran halus.
Sekam yang umumnya digunakan adalah jenis sekam biasa dan sekam bakar.
Bentuknya yang berupa butiran-butiran sekam kasar membantu tanah dalam memperbaiki
struktur tanah hingga menjadi remah-remah tidak padat sehingga air dapat mengalir dengan
lancar. Untuk itu media tanam sekam murni relatif cocok untuk tanaman hias pada pot, atau
campuran media tanam pada musim hujan agar air tidak merusak akar yang akan
mengakibatkan busuk akar.
Cocopeat relatif dapat menyimpan air hingga penggunaan media dengan campuran
bahan ini sangat tepat saat musim kering, tetapi jangan biarkan media ini terlampau kering.
Beda dengan pasir malang yang lebih bersifat tidak menahan air. Sangat cocok digunakan
sebagai campuran media tanam pada musim hujan. Tak jarang untuk penanaman sering kali
media tersebut dicampur dengan jumlah tertentu. Oleh karena itu penting mengetahui sifat
media terhadap daya pegang air untuk mendapat media yang ideal dengan jenis tanaman yang
hendak ditanam.
d)     Besar Kecilnya Pot
Terkait dengan tingkat kelembaban media dalam pot. Pot kecil akan mempunyai
tingkat kelembaban yang lebih kecil jika dibandingkan dengan media pada pot yang besar.
Tepai pot besar mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan akar tanaman. Banyaknya ruang
yang tersedia dapat memberikan ruang yang cukup untuk bernafasnya akar.
e)      Musim
Dua musim utama di Indonesia, musim kering dan musim hujan, akan
mempengaruhi penyiraman terhadap tanaman. Musim kering tanaman harus diperiksa apakah
memerlukan penyiraman satu-dua hari sekali sedangkan musim hujan apakah harus disiram
setiap hari atau tidak.
Dalam Buckman and Brady (1982) disebutkan bahwa keberadaan air berdasarkan
klasifikasi biologi air di dalam tanah ada tiga bentuk yaitu : air kelebihan, air tersedia dan air
tidak tersedia. Keberadaan air ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan karena pada
dasarnya air merupakan pembatas pertumbuhan (FP UGM, 2008). Berikut ini adalah
penjelasan mengenai keadaan pertumbuhan tumbuhan terhadap kadar air:
a.      kadar air kurang
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya.
Respon  tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat  pada aktivitas metabolismenya,
morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pertumbuhan sel merupakan
fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan
mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan
sintesis dinding sel (Gardner et al., 1991). Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu
keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau
semua proses- proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus,
maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan
sebagainya (Crafte et al, 1949; Kramer, 1969 dalam Harwati, 2007).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya
menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan
menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama
yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan
air tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses transpirasi
ini cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut
akan mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami
kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting
percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian
besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia (Dwidjoseputro, 1984 dalam Harwati, 2007).
Selain itu, Sintesis klorofil dibatasi pada kekurangan air yang lebih besar. Defisit air
pada saat proses fotosintesa berlangsung, berakibat pada kecepatan fotosintesa. Defisit air
akan menurunkan kecepatan fotosintesa. Dari suatu penelitian disimpulkan bahwa perluasan
daun dibatasi oleh ketersediaan air sehingga menurunkan efisiensi fotosintesa
Kehilangan air dari tanaman oleh transpirasi merupakan suatu akibat yang tidak dapat
dielakkan dari keperluan membuka dan menutupnya stomata untuk masuknya CO2 dan
kehilangan air melalui transpirasi lebih besar melalui stomata daripada melalui kutikula.
Indeks luas daun yang merupakan ukuran perkembangan tajuk, sangat peka terhadap
cekaman air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun,
peningkatan penuaan dan perontokan daun, atau keduanya. Perluasan daun lebih peka
terhadap cekaman air daripada penutupan stomata. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan
penuaan daun akibat cekaman air cenderung terjadi pada daun-daun yang lebih bawah, yang
paling kurang aktif dalam fotosintesa dan dalam penyediaan asimilat, sehingga kecil
pengaruhnya terhadap hasil (Ali, 2013).
Martin, Tenorio dan Ayerbe (1994) dalam Ali (2013) menjelaskan bahwa cekaman
air yang terjadi pada paruh kedua dari siklus hidup tanaman ercis mengakibatkan penurunan
nilai LAI (leaf area index) setelah pembungaan. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil biji
ercis bila dibandingkan dengan hasil pada musim tanam sebelumnya, dimana curah hujan
selama paruh pertama siklus hidupnya lebih besar. Kekurangan air dapat menghambat laju
fotosintesa, karena turgiditas sel penjaga stomata akan menurun. Hal ini menyebabkan
stomata menutup. Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akan mengurangi laju
penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesa.
Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun
yang ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga
mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitat
reduktase). Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (misalnya
amilase) (Gardner et al., 1991 dalam Solichatun et. al., 2005). Cekaman kekeringan dapat
menurunkan tingkat produktivitas (biomassa) tanaman, karena menurunnya metabolisme
primer, penyusutan luas daun dan aktivitas fotosintesis. Penurunan akumulasi biomassa
akibat cekaman air untuk setiap jenis tanaman besarnya tidak sama. Hal tersebut dipengaruhi
oleh tanggap masing-masing jenis tanaman (Solichatun et al., 2005).

b.     Kelebihan kadar air


kelebihan air yang terjadi pada tanaman biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
· Periode hujan lebat
· Pengelolaan irigasi yang buruk
· Drainase jelek
· Meningkatnya permukaan air bawah tanah
Akibat kelebihan air secara umum bagi tanaman adalah sebagai berikut:
·       Kelebihan air menyebabkan pori-pori tanah tidak ada oksigen, sementara  tanaman
memerlukan oksigen untuk pernapasan dan pertumbuhannya
·       Tanaman akan terlihat menguning, pertumbuhan terhambat dan kurus
·       Tanaman akan mati
·       Tanah menjadi gundul
·       Beberapa spesies tanaman menjadi lebih toleran terhadap kondisi jenuh air dan akan
mengambil alih vegetasi daerah tersebut.
·       Menurunkan potensi hasil antara 30-80% pada beberapa hasil pertanian di daerah padang
rumput yang curah hujannya ≥ 400 ml (McFarlane and Williamson, 2001 dalam Eliakim et.
al., 2008).
Tanaman yang tergenang menunjukkan gejala klorosis khas kahat N. Kekahatan N
terjadi karena penurunan ketersediaan N maupun penurunan penyerapannya. Pada kondisi
tergenang ketersediaan N dalam bentuk nitrat sangat rendah karena proses denitrifikasi, nitrat
diubah menjadi N2, NO, N2O, atau NO2 yang menguap ke udara. Pada proses denitrifikasi,
nitrat digunakan oleh bakteri aerob sebagai penerima elektron dalam proses respirasi.
Genangan berdampak negatif terhadap ketersediaan N, tetapi ada pula keuntungan dari
timbulnya genangan yaitu peningkatan ketersediaan P, K, Ca, Si, Fe, S, Mo, Ni, Zn, Pb, Co.
Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi,
permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Selain itu menyebabkan
kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif
pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan (Eliakim et.
al., 2008).
Pengaruh genangan pada tajuk tanaman: penurunan pertumbuhan, klorosis, pemacuan
penuaan, epinasti, pengguguran daun, pembentukan lentisel, penurunan akumulasi bahan
kering, pembentukan aerenkim di batang. Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak
genangan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Fase yang peka genangan: fase
perkecambahan, fase pembungaan, dan pengisian. Genangan pada fase perkecambahan
menurunkan jumlah biji yang berkecambah (perkecambahan sangat memerlukan O2).
Genangan yang terjadi pada fase pembungaan dan pengisian menyebabkan banyak bunga dan
buah muda gugur (Eliakim et. al.,  2008).

Biasanya kelebihan air ini terjadi pada pertengahan musim hujan. Ciri, sinar matahari
terhalangi mendung, suhu udara turun, kelembaban udara absolute (Ah) turun / rendah,
kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, frekwensi hujan tinggi, dan sumber air tanah maupun
air permukaan melimpah. Dampak bagi tanaman antara lain Kelembaban (Rh) tinggi pada
suhu yang rendah merupakan kondisi ideal pertumbuhan spora jamur. Tanaman yang tidak
sehat atau bagian tanaman yang tua menjadi rentan serangan jamur. Genangan-genangan air
pada bagian batang, bonggol, dan daun (bagian-bagian yang kaya karbohidrat) cepat atau
lambat akan diserbu jamur. 
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.  Tumbuhan tersusun dari 70 sampai 90 persen air.
2. Tumbuhan dapat memamfaatkan air sebagai penunjang pertumbuhanya dikarenakan air
mempunyai sifat sebagai pelarut, adesi, kohesi, polaritas, transparan, polaritas dan lain lain.
3. Jenis jenis air yang terdapat di media tumbuh tumbuhan meliputi air grafitasi, higroskopis dan
kapiler. Air kapiler adalah air ytang bisa diserap akar.
4. Jenis pengangkutan pada air terdiri dari pengangkutan ekstravaskular dan intravaskular.
5. Kadar air pada tumbuhan mempengaruhi pertumbuhan. Jika kadar air kurang akibatnya
tanaman layu dan pertumbuhanya terganggu. Sedangkan jika kadar air terlalu banyak yang
terjadi adalah terganggunya proses penyerapan dan hipoksia pada tumbuhan. Air yang baik
untuk pertumbuhan tanaman yang baik adalah dengan kadar yang cukup.
3.2 Saran
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan makalah ini
kedepanya. Diharapkan makalah ini dapat memberi petunjuk dalam melakukan penyiraman
terhadap tumbuhan dengan kadar air yang cukup dengan memperhatikan kebutuhan tanaman
terhadap air.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2013. Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://doc-
bukanbasabasi.blogspot.com/2013/04/pengaruh-air-terhadap-pertumbuhan.html. Diakses
pada 14 September 2014 pukul 16.00 WIB.
Anggraeni, Sri 2010.
Tanah. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195801261987032-
SRI_ANGGRAENI/TANAH.pdf
Bayer. J, S. 1976. Water deficits and photosisnthesis in water. Defficite and Plant
Growth TT Kozlowski (ed) : Vol. IV 153-190. Academic Press Inc New York
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi, Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta:
Erlangga. Crafte, A.S., H.B., Currier and C.P. Stocking, 1949. Water in the Physiology of
Plants. Waltham, Mass. USA. Published by The Chronoca Botanica Company.
Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Pp. 66-
106.
Eliakim et. al. 2008. Pengaruh kelebihan air terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Paper.
Medan: Universitas Sumatera Utara
Fitter A.H. dan Hay, R.K.M. 1991, Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas  Gajah Mada,
Yogyakarta.
Furqonita D. 2007. Biologi. Indonesia: Penerbit Yudistira
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan:
Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.
Harwati, T. 2007. Pengaruh kekurangan air (Water Deficit) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian. 6(1): 44 - 51.
Jackson, I, J., 1971. Climate, Water and Agriculture in the Tropics. Published in the United States of
America by Longman Inc. New York.
Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press, Jakarta.
Kramer, P.J. and T.T. Kozlowski, 1960. Physiology of Trees. Mc Graw-Hill Book Co. Inc. New
York.
Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Salisbury FB, Ross CW. 1995.Fisiologi Tumbuhan. Indonesia: Penerbit ITB Bandung.
Solichatun et. al. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kandungan bahan aktif
saponin tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi. 3 (2):47 - 51.
Syamsuri, Istamar. 2006. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Tso, T.C., 19072. Physiology and biochemistry of tobacco plants. Dowden
Hutchinson and Rose Inc Stroudsburg Pa.
Wahyu, D. 2013. Pengaruh jenis air terhadap kecambah tanaman kacang hijau. http://dewahyu-
wm.blogspot.com/2013/10/pengaruh-jenis-air-terhadap-pertumbuhan.html. Diakses pada
tanggal 14 September 2014 pukul 16.30 WIB.
  

tugas kuliah
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air.
Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap
fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses
fisiologis, morfologis dan kombinasi ke dua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.

Fungsi air bagi tanaman adalah :

1.    Merupakan unsur penting dari protoplasma, terutama pada jaringan meristematik.

2.    Sebagai pelarut dalam proses fotosintesa dan proses hidrolitik, seperti perubahan pati menjadi
gula.

3.    Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman.

4.    Pengatur suhu bagi tanaman, karena air mempunyai kemampuan menyerap panas yang baik.

5.    Transport bagi garam-garam, gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman.

Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar.
Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air tanah dan kondisi
lingkungan di atas tanah. Kisaran kadar air tanah yang tersedia secara optimum berada antara
kapasitas lapang (field capacity) dantitik layu permanen (permanent wilting point) (Kramer, 1969).
Kondisi ini berada antara 50% sampai 70% air tersedia. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh
pF (kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya. Besarnya
kemampuan partikel tanah memegang air ditentukan oleh jumlah air dalam tanah. Jumlah air yang
diserp oleh akar pada lapisan tanah dari perempat pertama, kedua, ketiga dan keempat berturut-
turut adaha 40%, 30%, 20%, dan 10%.

Menurut Burstom (1956), bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif
tanaman. Proses ini pada sel tanaman diterntukan oleh tegangan turgor. Hilangnya turgiditas dapat
menghentikan pertumbuhan sel (penggadaan dan pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat.

1. Fotosintesa

Defisit air pada saat proses fotosintesa berlangsung berakibat pada kecepatan fotosintesa. Defisit air
akan menurunkan kecepatan fotosintesa. Hal ini sebagai akibat dari menutupnya stomata,
meningkatnya resistensi mesofil yang akhirnya memperkcil efisiensi fotosintesa.Hasil penelitan
Boyer (1970), menyatakn potensial air sebesar 4 bar akan mengakibatkan berkurangnya perluasan
daun sampai sebesar 25% dari maksimum yang dapat diperoleh. Potensial air daun 12 bar
mengakibatkan terhentinya peruluasan daun. Hasil fotosintesa per unit luas daun mulai menurun
pada potensial air daun 11 bar (Gambar 43).

Apabila melewati potensial air daun 18 bar laju penurunan perluasan daun menjadi maksimum, dan
setelah melewati 19 bar sampai 40 bar kecepatan fotosintesa menurun secara drastis dan akhirnya
terhenti. Dari penelitian itu disimpulkan bahwa perluasan daun dibatasi oleh ketersediaan air tanah
sehingga menurunkan efiiensi fotosintesa. Hal ini berhubungan proses biokimia, karena fotosintesa
merupakan proses hidrolisa yang memerlukan air.

Kisaran defisit air dan potensial air daun bervariasi menurut;


a.    Umur tanaman

b.    Posisi daun dalam tajuk

c.     Kondisi-kondisi pertumbuhan

Menurut Yahya (1988), jumlah siklus defisit (stress) yang dialami tanaman pada kondisi yang
berbeda akan menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. Tanaman kapas yang tumbuh pada
“growth chamber” (terkontrol) pada potensial air daun 16 bar mengakibatkan menutupnya stomata.
Apabila tanaman yang sama ditanam pada lapangan terbuka, hingga potensial daun mencapai 27 bar
belum menunjukkna menutupnya stomata walaupun tanaman juga mengalami siklus kekeringan.
Stomata mempunya mekanisme penyesuaian terhadap perubahan kandungan air tanah, yang
dipengaruhi oleh kapasitas tanah menyimpan air (water holding capacity). Gambar 44 menunjukkan
semakin tinggi kapasitas menyi8mpan air tanah semakin lama waktu yang tersedia bagi stomata
untuk kembali pada keadaan semula (non stress).

Penutupan stomata juga dipengaruhi oleh adanya variasi kelembaban relatif yang terjadi di udara.
Kelembaban relatif terjadi karena adanya air dalam status uap. Pada suhu tinggi udara akan
memegang upa lebih besar dibandingkan dengan suhu rendah. Kelembaban relatif di-nyatakan
dalam persentase, ialaah sejumalh uap air pada suatu waktu dibandingkan dengan jumlah total uap
air yang dapat diikat oleh udara pada suatu suhu. Kelembaban berperan pada perkmebangan
kutikula, mencegah hidrasi kutikula, transpirasi yang akhirnya juga sangat berperan dalam
mengurangi adanya water streess. Oleh karena itu dalam hal mencegah water stress kelembaban
relatif lebih bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu, karena dipengaruhi
oleh faktor meteorologi dan fisiologi tanman seperti kegiatan transpirasi, respirasi dan fotosintesa.

Kelembaban relatif rendah secara morfologis mempengaruhi endapan lilin yang tebal. Kondisi ini
secara fisiologis mempengaruhi kecepatan transpirasi. Lapisan lilin yang tebal menyebabkan
terhalangnya energi cahaya mencapai khlorophyl. Sehingga mengurangi efisiensi fotosintesa. Selam
kelembaban dalam tubuh tumbuhan berada di atas titik layu, kegiatan metabolisme tak
terpengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban relatif mempengaruhi masuknya air ke dalam
jaringan tanaman dan translokasi air dalam tubuh tanaman. Kutikula yang terhidrasi akan
meningkatkan aliran air ke daun, karena tekanan daun berkurang. Water stress yang lama dapat
meningkatkan tebal dan kepadatan kutikula, menurunkan pemasukan, pelaluan air dan
mentabolisme dalam tubuh tanaman. Kelayuan yang berkepanjangan mengakibatkan kutikula
kurang permeable pada air. Status ini menimbulkan kelambatan pada pertumbuhan batang dan
daun, mengurangi kecepatan transpor ion, menurunkan respirasi, menurunkan aktivitas enzim,
megurangi pembelahan sel dan mengurangi sintesa protein. Tetapi meningkatkan enzim hidrolitik,
penutup stomata dan mengakibatkan penimbunan asam abisisik.

Pengaruh stress air terhadap sistem fotosintesa bisa juga melalui pengaruh pada kandungan dan
organisasi klorofil dalam kloroplass di dalam jaringan atau sel yang aktif berfotosintesa. Pengaruh
stress air pada perangkat fotosintesa tanaman jagung dilaporkan oleh Alberte, Thornber dan Fiscus
(1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress air bisa menurunkan kandungan klorofil dan
(Gambar 45). Pada tanaman jagung dan tanaman C4 lainnya stress air berpengaruh negatif pada sel-
sel mesofil daun. Pengaruh ini lebih besar daripada sel-sel “bundle sheat” karena menurut Yahya
(1988),

Sel-sel mesofil terletak lebih jauh dari jaringan pembuluh yang mensuplai air dengan sel-sel bundle
sheat.
a. Kloroplast mesofil lebih terpengaruh karena mengandung lebih banyak “ligh-harvesting chlorophyl
a/b protein (Fotosintem II) yang nampaknya labil pada kondisi stress yang sedang sekalipun

b. Kombinasi ke dua proses di atas.

2. Sistem Reproduktif

Keberhasilan persarian dan penyerbukan tanaman akan menggambarkan kapasitas sink tanaman
tersebut. Fase reproduktif merupakan fase yang kritis, karena itu pengaruh faktor lingkungan seperti
suhu, cahaya, dan air yang langsung terlihat pada sink. Pembuangan, pembuahan dan pengisian
biji/buah akan gagal apabila stress air berlangsung lama. Menurut Herrero dan Johnson (1981)
bahwa, perpanjangan rambut jagung (silk), tangkai kepala putih (style) terhenti pada air daun (yang
meghadap tongkol pertama) kira-kira -9 bar pada tanaman yang mengalami stress kekeringan, dan
hanya-14 baru pada tanaman yang diairi cukup. Laju perpanjangan silk dan potensial air daun yang
diairi cukup dan tanaman yang mengalami stress kekecingan dapat dilihat pada Gambar 46.

Hasil penelitian Yahya (1982) menunjukkan bahwa stress air (tanpa irigasi) memperlambat
munculnya bunga yang akibatnya memperpendek periode pengisisna biji, sehingga meningkatkan
pula kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6 memperlihatkan diperlambatnya muncul
bunga jantan (tassel) dan bunga betina (silking) selama 4-5 hari karena adanya stress air. Kekeringan
yang terjadi menjelang saat pembungaan sangat berpengaruh pada sistem reproduktif (Tabel 7).
Pada tanaman padi pengaruh ini meningkatkan sterilitas bunga dan menurunkan persen pengisian
biji.

3. Translokasi

Pertumbuhan suatu tanaman selain ditentukan oleh kegiatan fotosintesa (fotsintat) dan
perombakan bahan kering oleh respirasi, juga ditentuka oleh kelancaran translokasi fotosintat dan
unsur hara ke bagian sink. Bahan yang berfungsi sebagai transpor zat-zat (fotosintat dan unsur hara)
dari sel ke sel dan dari organ ke organ adalah air.  Translokasi melalui xylem berupa unsur hara yang
dimulai dari akar terus ke organ-organ, seperti daun untuk diproses dengan kegiatan fotosintesa.
Fotosintat yang merupakan hasil fotosintesa ditranslokasi melalui phloem ke sink (buah, biji atau
umbi) ataupun sebelumnya ke batang (sink sementara), bagi tanaman yang menumpukkan
fotosintatnya di batang, seperti tebu. 

Stress air memperlihatkan pengaruhnya melalui terhambtanya proses translokasi. Pengaruh tidak
langsung terhadap produksi adalah berukangnya penyerapan hara dari tanah. Hasil penelitian Yahya
(1982) dari Universitas Wisconsin, pemupukan nitrogen terhadap kandungan nitrogen (N) dalam
daun (komponen klorofil) menunjukkan bahwa adanya stress air kandungan N daun lebih rendah,
jauh di bawah titik kritis. Rendahnya penyerapan unsur hara berarti rendah pula laju sintesa-sintesa
bahan kering (antara lain protein). Hal ini juga berarti rendah pula hasil akhir yang diperoleh. Secara
langsung stress air menurunkan laju translokasi fotosintat ke bagian organ penumpukan (sink)
misalnya dalam proses pengisisan biji.
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan

tidak akan ada lagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata

ditentukan intensitasnya (Hari Suseno, 1976).

Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya

matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu

lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan

tanaman yang terlindung. Beberapa effek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi) kebutuhan optimum

dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan

tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.

Cahaya merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis, untuk memproduksi tepung

(karbohidrat). Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5

– 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya

kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Leopold &

Kriedemann, 1975) hal ini juga berlaku terhadap jenis-jenis anggrek. Pemberian naungan pada tanaman baik

secara alami & buatan, akan berarti mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini

akan mempengruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman . Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari

akan mempunyai akar yang pendek, cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih

bercabang.

Kekurangan cahaya akan mengganggu proses pertumbuhan. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan

akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan lebih cepat tetapi lemah dan daunnya

berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat tidak hijau. Berbeda dengan perkecambahan yang berlangsung di

tempat terang akan tumbuh lebih lambat, tetapi daunnya tampak lebih lebar, tebal, hijau tampak segar dan

batang kecambah yang tampak lebih kukuh.

Pada saat berkecambah, tanaman mendapatkan makanannya dari cadangan makanan yang tersimpan di dalam

kotiledon. Sehingga walaupun tidak mendapat cahaya matahari, tanaman tersebut dapat tumbuh. Cahaya

matahari juga menguraikan hormon auksin yang akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan.

Sumber:

http://aguz-mulyadi.blogspot.co.id/2014/04/pengaruh-radiasi-surya-pada-tanaman.html
https://croisant.wordpress.com/2012/12/11/pengaruh-cahaya-matahari-terhadap-pertumbuhan-tanaman/
SHARE ON
TwitterFacebookGoogle+Buffer

Tanaman tumbuh dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yakni


kelembaban udara. Kelembaban dibutuhkan oleh tanaman agar tubuhnya tidak
cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang dibutuhkan tiap tanaman
berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Misalnya pohon, bila kelembaban tinggi
maka pertumbuhan pohon akan terganggu karena tidak seimbangnya antara unsur
air dan cahaya. Tetapi kelembaban udara yang tinggi sangat mempengaruhi
pertumbuhan organ vegetatif pada pohon. Kelembaban udara akan berpengaruh
terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika kelembaban rendah, maka laju
transpirasi meningkat dan penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal
itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Dan
sebaliknya, jika kelembaban tinggi, maka laju transpirasi rendah dan penyerapan
zat-zat nutrisi juga rendah . Hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat. 

Anda mungkin juga menyukai