Label
2. Air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam biji. Dinding sel yang kering
hamper tidak permeable untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air, maka gas
akan masuk kedalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air
maka supply oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya
pernafasan. Sebaliknya juiga CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah
mendifusi keluar.
3. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan bermacam-
macam fungsinya. Sebagian air didalam protoplasma sel-sel embrio dan bagian hidup lainnya
pada biji, hilang sewaktu biji tersebut telah mencapai masak sempurna dan lepas dari
induknya (seed are shed) Semenjak saat ini aktifitas protoplasma hamper seluruhnya berhenti
sampai perkecambahan dimulai. Sel-sel hidup tidak bias aktif melaksanakan proses-proses
yang normal separti pencernaan(digestion) , pernapasan (respiration), asimilasi (assimilation),
dan tumbuh (growth), apabila protoplasma tidak mengandung sejumlah air yang cukup.
4. Air berguna sebagai alat transport larutan makanan dan endosperm atau cotyledon kepada
titik tumbuh pada embryonic axis, didaerah mana diperlukan untuk membentuk protoplasma
baru.
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi sebagai pelarut
hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis (Fitter dan Hay, 1998). Translokasi
melalui xylem berupa unsur hara yang dimulai dari akar terus ke organ-organ, seperti daun
untuk diproses dengan kegiatan fotosintesis. Stress air memperlihatkan pengaruhnya melalui
terhambatnya proses translokasi. Pengaruhnya tidak langsung terhadap produksi adalah
berkurangnya penyerapan hara dari tanah. Berkurangnya penyerapan unsur hara akan
menghasilkan laju sintesis bahan kering, antara lain protein yang rendah pula (Anggarwulan,
2008).
2.2.3 Pengaruh Kadar Air Abnormal Terhadap Pertumbuhan
Biasanya kelebihan air ini terjadi pada pertengahan musim hujan. Ciri, sinar matahari
terhalangi mendung, suhu udara turun, kelembaban udara absolute (Ah) turun / rendah,
kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, frekwensi hujan tinggi, dan sumber air tanah maupun
air permukaan melimpah. Dampak bagi tanaman antara lain Kelembaban (Rh) tinggi pada
suhu yang rendah merupakan kondisi ideal pertumbuhan spora jamur. Tanaman yang tidak
sehat atau bagian tanaman yang tua menjadi rentan serangan jamur. Genangan-genangan air
pada bagian batang, bonggol, dan daun (bagian-bagian yang kaya karbohidrat) cepat atau
lambat akan diserbu jamur.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Tumbuhan tersusun dari 70 sampai 90 persen air.
2. Tumbuhan dapat memamfaatkan air sebagai penunjang pertumbuhanya dikarenakan air
mempunyai sifat sebagai pelarut, adesi, kohesi, polaritas, transparan, polaritas dan lain lain.
3. Jenis jenis air yang terdapat di media tumbuh tumbuhan meliputi air grafitasi, higroskopis dan
kapiler. Air kapiler adalah air ytang bisa diserap akar.
4. Jenis pengangkutan pada air terdiri dari pengangkutan ekstravaskular dan intravaskular.
5. Kadar air pada tumbuhan mempengaruhi pertumbuhan. Jika kadar air kurang akibatnya
tanaman layu dan pertumbuhanya terganggu. Sedangkan jika kadar air terlalu banyak yang
terjadi adalah terganggunya proses penyerapan dan hipoksia pada tumbuhan. Air yang baik
untuk pertumbuhan tanaman yang baik adalah dengan kadar yang cukup.
3.2 Saran
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan makalah ini
kedepanya. Diharapkan makalah ini dapat memberi petunjuk dalam melakukan penyiraman
terhadap tumbuhan dengan kadar air yang cukup dengan memperhatikan kebutuhan tanaman
terhadap air.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2013. Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://doc-
bukanbasabasi.blogspot.com/2013/04/pengaruh-air-terhadap-pertumbuhan.html. Diakses
pada 14 September 2014 pukul 16.00 WIB.
Anggraeni, Sri 2010.
Tanah. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195801261987032-
SRI_ANGGRAENI/TANAH.pdf
Bayer. J, S. 1976. Water deficits and photosisnthesis in water. Defficite and Plant
Growth TT Kozlowski (ed) : Vol. IV 153-190. Academic Press Inc New York
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi, Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta:
Erlangga. Crafte, A.S., H.B., Currier and C.P. Stocking, 1949. Water in the Physiology of
Plants. Waltham, Mass. USA. Published by The Chronoca Botanica Company.
Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Pp. 66-
106.
Eliakim et. al. 2008. Pengaruh kelebihan air terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Paper.
Medan: Universitas Sumatera Utara
Fitter A.H. dan Hay, R.K.M. 1991, Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Furqonita D. 2007. Biologi. Indonesia: Penerbit Yudistira
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan:
Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.
Harwati, T. 2007. Pengaruh kekurangan air (Water Deficit) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian. 6(1): 44 - 51.
Jackson, I, J., 1971. Climate, Water and Agriculture in the Tropics. Published in the United States of
America by Longman Inc. New York.
Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press, Jakarta.
Kramer, P.J. and T.T. Kozlowski, 1960. Physiology of Trees. Mc Graw-Hill Book Co. Inc. New
York.
Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Salisbury FB, Ross CW. 1995.Fisiologi Tumbuhan. Indonesia: Penerbit ITB Bandung.
Solichatun et. al. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kandungan bahan aktif
saponin tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi. 3 (2):47 - 51.
Syamsuri, Istamar. 2006. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Tso, T.C., 19072. Physiology and biochemistry of tobacco plants. Dowden
Hutchinson and Rose Inc Stroudsburg Pa.
Wahyu, D. 2013. Pengaruh jenis air terhadap kecambah tanaman kacang hijau. http://dewahyu-
wm.blogspot.com/2013/10/pengaruh-jenis-air-terhadap-pertumbuhan.html. Diakses pada
tanggal 14 September 2014 pukul 16.30 WIB.
tugas kuliah
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air.
Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap
fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses
fisiologis, morfologis dan kombinasi ke dua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
2. Sebagai pelarut dalam proses fotosintesa dan proses hidrolitik, seperti perubahan pati menjadi
gula.
4. Pengatur suhu bagi tanaman, karena air mempunyai kemampuan menyerap panas yang baik.
5. Transport bagi garam-garam, gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman.
Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar.
Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air tanah dan kondisi
lingkungan di atas tanah. Kisaran kadar air tanah yang tersedia secara optimum berada antara
kapasitas lapang (field capacity) dantitik layu permanen (permanent wilting point) (Kramer, 1969).
Kondisi ini berada antara 50% sampai 70% air tersedia. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh
pF (kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya. Besarnya
kemampuan partikel tanah memegang air ditentukan oleh jumlah air dalam tanah. Jumlah air yang
diserp oleh akar pada lapisan tanah dari perempat pertama, kedua, ketiga dan keempat berturut-
turut adaha 40%, 30%, 20%, dan 10%.
Menurut Burstom (1956), bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif
tanaman. Proses ini pada sel tanaman diterntukan oleh tegangan turgor. Hilangnya turgiditas dapat
menghentikan pertumbuhan sel (penggadaan dan pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat.
1. Fotosintesa
Defisit air pada saat proses fotosintesa berlangsung berakibat pada kecepatan fotosintesa. Defisit air
akan menurunkan kecepatan fotosintesa. Hal ini sebagai akibat dari menutupnya stomata,
meningkatnya resistensi mesofil yang akhirnya memperkcil efisiensi fotosintesa.Hasil penelitan
Boyer (1970), menyatakn potensial air sebesar 4 bar akan mengakibatkan berkurangnya perluasan
daun sampai sebesar 25% dari maksimum yang dapat diperoleh. Potensial air daun 12 bar
mengakibatkan terhentinya peruluasan daun. Hasil fotosintesa per unit luas daun mulai menurun
pada potensial air daun 11 bar (Gambar 43).
Apabila melewati potensial air daun 18 bar laju penurunan perluasan daun menjadi maksimum, dan
setelah melewati 19 bar sampai 40 bar kecepatan fotosintesa menurun secara drastis dan akhirnya
terhenti. Dari penelitian itu disimpulkan bahwa perluasan daun dibatasi oleh ketersediaan air tanah
sehingga menurunkan efiiensi fotosintesa. Hal ini berhubungan proses biokimia, karena fotosintesa
merupakan proses hidrolisa yang memerlukan air.
c. Kondisi-kondisi pertumbuhan
Menurut Yahya (1988), jumlah siklus defisit (stress) yang dialami tanaman pada kondisi yang
berbeda akan menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. Tanaman kapas yang tumbuh pada
“growth chamber” (terkontrol) pada potensial air daun 16 bar mengakibatkan menutupnya stomata.
Apabila tanaman yang sama ditanam pada lapangan terbuka, hingga potensial daun mencapai 27 bar
belum menunjukkna menutupnya stomata walaupun tanaman juga mengalami siklus kekeringan.
Stomata mempunya mekanisme penyesuaian terhadap perubahan kandungan air tanah, yang
dipengaruhi oleh kapasitas tanah menyimpan air (water holding capacity). Gambar 44 menunjukkan
semakin tinggi kapasitas menyi8mpan air tanah semakin lama waktu yang tersedia bagi stomata
untuk kembali pada keadaan semula (non stress).
Penutupan stomata juga dipengaruhi oleh adanya variasi kelembaban relatif yang terjadi di udara.
Kelembaban relatif terjadi karena adanya air dalam status uap. Pada suhu tinggi udara akan
memegang upa lebih besar dibandingkan dengan suhu rendah. Kelembaban relatif di-nyatakan
dalam persentase, ialaah sejumalh uap air pada suatu waktu dibandingkan dengan jumlah total uap
air yang dapat diikat oleh udara pada suatu suhu. Kelembaban berperan pada perkmebangan
kutikula, mencegah hidrasi kutikula, transpirasi yang akhirnya juga sangat berperan dalam
mengurangi adanya water streess. Oleh karena itu dalam hal mencegah water stress kelembaban
relatif lebih bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu, karena dipengaruhi
oleh faktor meteorologi dan fisiologi tanman seperti kegiatan transpirasi, respirasi dan fotosintesa.
Kelembaban relatif rendah secara morfologis mempengaruhi endapan lilin yang tebal. Kondisi ini
secara fisiologis mempengaruhi kecepatan transpirasi. Lapisan lilin yang tebal menyebabkan
terhalangnya energi cahaya mencapai khlorophyl. Sehingga mengurangi efisiensi fotosintesa. Selam
kelembaban dalam tubuh tumbuhan berada di atas titik layu, kegiatan metabolisme tak
terpengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban relatif mempengaruhi masuknya air ke dalam
jaringan tanaman dan translokasi air dalam tubuh tanaman. Kutikula yang terhidrasi akan
meningkatkan aliran air ke daun, karena tekanan daun berkurang. Water stress yang lama dapat
meningkatkan tebal dan kepadatan kutikula, menurunkan pemasukan, pelaluan air dan
mentabolisme dalam tubuh tanaman. Kelayuan yang berkepanjangan mengakibatkan kutikula
kurang permeable pada air. Status ini menimbulkan kelambatan pada pertumbuhan batang dan
daun, mengurangi kecepatan transpor ion, menurunkan respirasi, menurunkan aktivitas enzim,
megurangi pembelahan sel dan mengurangi sintesa protein. Tetapi meningkatkan enzim hidrolitik,
penutup stomata dan mengakibatkan penimbunan asam abisisik.
Pengaruh stress air terhadap sistem fotosintesa bisa juga melalui pengaruh pada kandungan dan
organisasi klorofil dalam kloroplass di dalam jaringan atau sel yang aktif berfotosintesa. Pengaruh
stress air pada perangkat fotosintesa tanaman jagung dilaporkan oleh Alberte, Thornber dan Fiscus
(1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress air bisa menurunkan kandungan klorofil dan
(Gambar 45). Pada tanaman jagung dan tanaman C4 lainnya stress air berpengaruh negatif pada sel-
sel mesofil daun. Pengaruh ini lebih besar daripada sel-sel “bundle sheat” karena menurut Yahya
(1988),
Sel-sel mesofil terletak lebih jauh dari jaringan pembuluh yang mensuplai air dengan sel-sel bundle
sheat.
a. Kloroplast mesofil lebih terpengaruh karena mengandung lebih banyak “ligh-harvesting chlorophyl
a/b protein (Fotosintem II) yang nampaknya labil pada kondisi stress yang sedang sekalipun
2. Sistem Reproduktif
Keberhasilan persarian dan penyerbukan tanaman akan menggambarkan kapasitas sink tanaman
tersebut. Fase reproduktif merupakan fase yang kritis, karena itu pengaruh faktor lingkungan seperti
suhu, cahaya, dan air yang langsung terlihat pada sink. Pembuangan, pembuahan dan pengisian
biji/buah akan gagal apabila stress air berlangsung lama. Menurut Herrero dan Johnson (1981)
bahwa, perpanjangan rambut jagung (silk), tangkai kepala putih (style) terhenti pada air daun (yang
meghadap tongkol pertama) kira-kira -9 bar pada tanaman yang mengalami stress kekeringan, dan
hanya-14 baru pada tanaman yang diairi cukup. Laju perpanjangan silk dan potensial air daun yang
diairi cukup dan tanaman yang mengalami stress kekecingan dapat dilihat pada Gambar 46.
Hasil penelitian Yahya (1982) menunjukkan bahwa stress air (tanpa irigasi) memperlambat
munculnya bunga yang akibatnya memperpendek periode pengisisna biji, sehingga meningkatkan
pula kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6 memperlihatkan diperlambatnya muncul
bunga jantan (tassel) dan bunga betina (silking) selama 4-5 hari karena adanya stress air. Kekeringan
yang terjadi menjelang saat pembungaan sangat berpengaruh pada sistem reproduktif (Tabel 7).
Pada tanaman padi pengaruh ini meningkatkan sterilitas bunga dan menurunkan persen pengisian
biji.
3. Translokasi
Pertumbuhan suatu tanaman selain ditentukan oleh kegiatan fotosintesa (fotsintat) dan
perombakan bahan kering oleh respirasi, juga ditentuka oleh kelancaran translokasi fotosintat dan
unsur hara ke bagian sink. Bahan yang berfungsi sebagai transpor zat-zat (fotosintat dan unsur hara)
dari sel ke sel dan dari organ ke organ adalah air. Translokasi melalui xylem berupa unsur hara yang
dimulai dari akar terus ke organ-organ, seperti daun untuk diproses dengan kegiatan fotosintesa.
Fotosintat yang merupakan hasil fotosintesa ditranslokasi melalui phloem ke sink (buah, biji atau
umbi) ataupun sebelumnya ke batang (sink sementara), bagi tanaman yang menumpukkan
fotosintatnya di batang, seperti tebu.
Stress air memperlihatkan pengaruhnya melalui terhambtanya proses translokasi. Pengaruh tidak
langsung terhadap produksi adalah berukangnya penyerapan hara dari tanah. Hasil penelitian Yahya
(1982) dari Universitas Wisconsin, pemupukan nitrogen terhadap kandungan nitrogen (N) dalam
daun (komponen klorofil) menunjukkan bahwa adanya stress air kandungan N daun lebih rendah,
jauh di bawah titik kritis. Rendahnya penyerapan unsur hara berarti rendah pula laju sintesa-sintesa
bahan kering (antara lain protein). Hal ini juga berarti rendah pula hasil akhir yang diperoleh. Secara
langsung stress air menurunkan laju translokasi fotosintat ke bagian organ penumpukan (sink)
misalnya dalam proses pengisisan biji.
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan
tidak akan ada lagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya
matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu
lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan
tanaman yang terlindung. Beberapa effek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi) kebutuhan optimum
dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan
tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Cahaya merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis, untuk memproduksi tepung
(karbohidrat). Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5
– 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya
kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Leopold &
Kriedemann, 1975) hal ini juga berlaku terhadap jenis-jenis anggrek. Pemberian naungan pada tanaman baik
secara alami & buatan, akan berarti mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini
akan mempengruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman . Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari
akan mempunyai akar yang pendek, cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih
bercabang.
Kekurangan cahaya akan mengganggu proses pertumbuhan. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan
akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan lebih cepat tetapi lemah dan daunnya
berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat tidak hijau. Berbeda dengan perkecambahan yang berlangsung di
tempat terang akan tumbuh lebih lambat, tetapi daunnya tampak lebih lebar, tebal, hijau tampak segar dan
Pada saat berkecambah, tanaman mendapatkan makanannya dari cadangan makanan yang tersimpan di dalam
kotiledon. Sehingga walaupun tidak mendapat cahaya matahari, tanaman tersebut dapat tumbuh. Cahaya
matahari juga menguraikan hormon auksin yang akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan.
Sumber:
http://aguz-mulyadi.blogspot.co.id/2014/04/pengaruh-radiasi-surya-pada-tanaman.html
https://croisant.wordpress.com/2012/12/11/pengaruh-cahaya-matahari-terhadap-pertumbuhan-tanaman/
SHARE ON
TwitterFacebookGoogle+Buffer