Struktur Tanah
1. Definisi
Struktur Tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel tanah
primer (pasir,liat, debu) menjadi partikel-partikel sekunder, akan tetapi ada beberapa tanah
yang kurang berstruktur dan disebut tanah tak berstruktur pada lapisan/horison yang
berstruktur tidak ada satuan yang dapat diamati di lapangan / setelah tanah terusik. Menurut
Harjowigeno (2007) menyatakan bahwa gumpalan-gumpalan pasir, debu, atau liat yang
membentuk struktur tanah ini terbentuk karena terjadi ikatan satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik dan oksida-oksida besi. Jika tidak berstruktur, akan hancur
menghasilkan fragmen-fragmen tanah atau butir tunggal. Bahan-bahan tanah tidak
berstruktur disebut butir tunggal atau massive (pejal). Bahan tanah berbutir tunggal kurang
berstruktur dan lepas. Dengan kita mempelajari struktur tanah maka kita juga akan
mengetahui sifat-sifat yang lain seperti bulk density, partikel density, dan porositas tanah.
Butir
(Granular)
Gumpal (Blocky)
Prisma Tiang
(Prismatic) (Columnar)
Baji
Lempeng
(Platy)
Halus 1 - 2 mm 5 – 10 mm 1 – 2 mm 10 – 20 mm
Sedang 2 - 5 mm 10 – 20 mm 2 – 5 mm 20 – 50 mm
Kasar 5 - 10 mm 20 – 50 mm 5 – 10 mm 50 – 100 mm
c) Aktifitas Biologi
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi
gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi remah.
d) Bahan organik
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai
perekat atau lem. Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar
kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik
berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam
jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur
egregat yang kuat kemantapannya.
6. Metode pengamatan :
a) Struktur Tanah
• Kualitatif (menentukan tipe struktur)
• Kuantitatif (menghitung ukuran)
b) Kemantaban Agregat
• Kuantitatif : Metode Vilensky yaitu pengukuran kemantapan agregat tanah
berdiameter 2 - 3 mm dengan jalan menghitung volume teteasan air yang
dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh Vilensky tinggi tetesan
air ditetapkan 20 cm, suatu ukuran konversi dari keadaan di lapangan yaitu
dibandingkan dengan jarak tetesan air hujan pada areal yang luas di permukaan
tanah.
METODOLOGI
❖ Cara Kerja :
Teteskan 10 tetes
Ulangi 3 kali
Jari-jari tetesan :
Buka buret, dan teteskan air hingga mengenai bagian tengah sampel
Ulangi ≥3 kali
Kemantapan Agregat:
❖ Untuk menghitung Standar Deviasi gunakan excel → =STDEV (Blok sel awal: akhir)
❖ Untuk menghitung koefisien variasi gunakan excel → (SD/(n-1)) x 100
MENENTUKAN STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
DI LAPANG
1. Definisi struktur tanah menurut para ahli (3) dan berdasarkan definisi tersebut
jelaskan apa yang disebut dengan struktur tanah menurut saudara.
2. Jelaskan pengaruh antara struktur dan kemantapan agregat. Penjelasan disertakan
contoh dari macam-macam struktur tanah dan bagaimana keterkaitannya dengan
kemantapan agregat.
3. Apakah peran bahan organik tanah dalam pembentukan agregat tanah.
4. Jelaskan cara pengamatan dan penentuan struktur tanah dengan menggunakan
metode kualitatif/kuantitatif
5. Studi kasus !
1. Hitunglah jari-jari tetesan dari data berikut
Ulangan Jumlah Tetesan Volume Air Volume Air per Jari-jari
(cm3) Tetes (mm3) Tetesan
(mm)
1. 10 3 … …
2. 10 3,5 … …
3. 10 3,8 … …
4. 10 3
5. 10 4
Rata-Rata
Jari-jari tetesan tersebut mampu memecahkan struktur tanah tipe granular (diameter
2-3 cm), dengan data:
a. Tanah Dominan Debu
Ulangan Tetesan Memecahkan Tetesan Menghancurkan
1. 6 20
2. 6 21
3. 8 25
4. 10 30
5. 9 28
∑
Rata-
rata
SD … …
CV%
2. Jelaskan mengapa 2 tekstur tanah tesebut (dominan debu dan dominan liat)
memiliki tingkat kemantapan agregat yang berbeda ? (Silahkan dibahas dan
dibandingkan dengan literatur)
TEKSTUR DAN KONSISTENSI
A. Tekstur Tanah
1. Pengertian Tekstur tanah
Pengertian tekstur tanah secara non-teknis adalah halus atau kasarnya tanah bila dirasakan.
Sementara pengertian teknis adalah perbandingan jumlah (massa) partikel pasir, debu dan
liat dalam suatu tanah. Partikel tanah merupakan bagian mineral tanah yang
dikelompokkan menjadi tiga fraksi berdasarkan ukuran diameternya:
1) Partikel Pasir adalah partikel tanah yang berukuran paling besar (diameter 0,05 –
2,00 mm), memiliki sifat lepas satu sama lain dan jika dipegang terasa kasar.
2) Partikel Debu adalah partikel mineral tanah yang berukuran sedang (diameter 0,002
– 0,05 mm), lepas seperti abu bila kering dan terasa licin bila basah.
3) Partikel Liat adalah partikel mineral tanah yang berukuran paling halus (diameter
kurang dari 0,002 mm). Partikel liat biasanya dinamakan mineral sekunder terdiri dari
beberapa lapisan alumino-silikat dan bentuknya lempengan pipih. Partikel liat sangat
lekat satu dengan yang lain: jika basah sangat lekat, terasa licin dan halus sedangkan
jika kering menjadi sangat keras.
Komposisi ketiga fraksi tersebut dalam suatu tanah sangat menentukan kemudahan tanah
tersebut diolah atau dicangkul. Jika fraksi liat sangat dominan maka tanah tersebut jika
diolah terasa sangat berat karena lekat ketika basah dan keras ketika kering. Jika fraksi
pasir dominan dalam tanah maka biasanya jika tanah tersebut diolah atau dicangkul terasa
ringan dan butirannya mudah lepas. Tanah yang pertama dikatakan mempunyai kelas
tekstur liat dan yang kedua mempunyai kelas tekstur pasir. Apabila dijumpai tanah yang
jika diolah atau dicangkul terasa ringan dan berat hampir sama maka tanah tersebut
termasuk dalam kelas tekstur lempung.
Perhatikan bahwa terdapat dua istilah yang berbeda tetapi menggunakan sebutan nama
yang hampir sama, yaitu partikel dan kelas tekstur atau sering disingkat tekstur. Partikel
adalah pembarian fraksi tanah berdasarkan ukuran sedangkan tekstur adalah sifat berat
atau ringannya tanah jika diolah. Secara teknis sifat berat dan ringannya tanah ini
ditentukan oleh komposisi atau perbandingan jumlah (massa) partikel pasir, debu dan liat
dalam suatu tanah. Oleh karena itu kelas tekstur atau tekstur tanah didefinisikan juga
sebagai perbandingan jumlah (massa) pasir, debu dan liat dalam suatu tanah.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture =
USDA) mempunyai kriteria pengelompokan partikel dan kelas tekstur yang banyak dikutip
dan dipakai oleh ahli tanah di seluruh dunia. Tabel 2.1. menunjukkan pengelompokan
partikel
tanah berdasarkan kriteria USDA dan sekaligus dibandingkan dengan kriteria yang dibuat
oleh Himpunan Ilmu Tanah Internasional (International Soil Science Society = ISSS).
Sementara itu USDA membagi tekstur tanah menjadi 12 kelas didasarkan perbandingan
jumlah (massa) pasir, debu dan liat yang dihubungkan dengan sifat-sifat berat dan
ringannya tanah. Kedua Belas kelas tekstur tersebut dan perbandingan komposisi pasir,
debu dan liat digambarkan dalam sebuah diagram yang dinamakan segitiga tekstur
(Gambar 2.1).
Tabel 2.1. Pembagian fraksi tanah berdasarkan ukuran diameter partikel menurut sistem
USDA dan ISSS
Ukuran Diameter (mm)
Fraksi
* **
USDA ISSS
Tabel 2.2. Daftar Nama Kelas Tekstur Tanah Menurut Sistem USDA
No Kelas Tekstur USDA Texture Class Singkata
n
1 Liat Clay C
2 Liat Berpasir Sandy Clay SC
3 Liat Berdebu Silty Clay SiC
4 Lempung Berliat Clay Loam CL
5 Lempung Liat Berdebu Silty Clay Loam SiCL
6 Lempung Liat Berpasir Sandy Clay Loam SCL
7 Lempung Berpasir Sandy Loam SL
8 Lempung Loam L
9 Lempung Berdebu Silt Loam SiL
10 Debu Silt Si
11 Pasir Berlempung Loamy Sand LS
12 Pasir Sand S
2. Penetapan Tekstur dengan Perasaan (Metode Kualitatif – Feeling Methods)
Tekstur tanah ditetapkan melalui sifat-sifat yang bisa dirasakan dengan indera perasa
seperti kelekatan dan kekasaran. Tingkat kelekatan dan kekasaran tanah ditentukan oleh
kandungan partikel pasir, debu dan liat. Tingkat kelekatan tanah dipengaruhi oleh
kandungan partikel liat, sementara tingkat kekasaran tanah ditentukan oleh kandungan
partikel pasir. Semakin tinggi tingkat kelekatan tanah berarti kandungan liat semakin
banyak, sedangkan semakin banyak kandungan pasir maka tanah semakin terasa kasar.
Dengan merasakan tingkat kelekatan dan kekasaran tanah, maka dapat diperkirakan
kombinasi kandungan pasir dan liat pada suatu contoh tanah. Prinsip inilah yang dipakai
dalam penetapan tekstur secara kualitatif dengan metode perasaan ini.
Cara Kerja (Metode) (Lihat Lampiran 2)
Siapkan 25-50 g contoh tanah kering udara.
1. Semprotkan air perlahan-lahan, dan aduklah tanah yang sudah agak lembab tersebut
dan bentuklah sebuah bola. Perhatikan, jika masih terlalu kering tambahkan air sedikit
demi sedikit (jangan sampai terlalu basah).
PERHATIKAN: Apakah bisa dibentuk sebuah bola?
2. Tambahkan air sedikit lagi, kemudian dipilin dengan ujung-ujung ibu jari dan jari-jari
lainnya untuk membentuk pita yang diameternya seragam sehingga menggantung ke
bawah.
PERHATIKAN: Apakah bisa dibentuk sebuah pita? Apakah pita tersebut putus-
putus atau terus memanjang? Berapa panjang maksimum pita itu?
3. Tambahkan air sedikit lagi sampai agak basah. Gesekkan tanah basah dengan ujung-
ujung jari secara perlahan-lahan dan lakukan berulang-ulang.
RASAKAN: Apakah terasa kasar atau licin dan halus?
4. Tekan dengan ujung-ujung jari dan kemudian lepaskan. Lakukan secara berulang-
ulang. RASAKAN: Apakah antara ujung jari terasa lekat atau lengket? Seberapa
kuat kelekatannya?
Alat :
a) Thermometer, suhu kamar
b) Erlenmeyer 250 ml,
c) Gelas Ukur 50 ml dan 1.000 ml
d) Pengaduk listrik dan pengaduk kayu
e) Ayakan dengan diameter lubang: 2.00 mm; 1,00 mm; 0,50 mm; 0,25 mm; 0,10 mm; 0,05
mm; dan 0,02 mm.
f) Oven
g) Timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g)
h) Kaleng timbang (untuk tempat oven tanah)
Bahan :
a) Hidrogen peroksida, 30 % (H2O2)
b) Air bebas ion (demineralized water)
c) Natrium Pirofosfat atau Natrium Metafosfat atau Natrium Hexametafosfat (dikenal juga
dengan nama “calgon”)
d) Bahan-bahan lain (diperlukan untuk tanah-tanah khusus): asam klorida (HCl) pekat,
natrium ditionit, dsb
Persiapan Bahan
a) Siapkan air bebas ion beberapa liter (minimal 1,5 liter per sampel). Jika tersedia air bebas
ion (demineralized water) dan air suling (aquades), manakah yang bisa dipakai untuk
keperluan analisis mekanik tanah ini? Apakah alasannya?
b) Menyiapkan calgon (senyawa natrium pirofosfat, natrium metafosfat, natrium
hexametafosfat): larutkan beberapa gram calgon ke dalam air suling (aquades) sehingga
volumenya menjadi 1 L dan konsentrasinya 5%. [berapa gram calgon yang diperlukan?]
c) Masukan 90 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 1000 ml dan dengan perlahan-lahan
masukkan air suling (aquades) sampai tanda batas.
d) Siapkan 50 g contoh tanah kering untuk setiap contoh yang akan ditetapkan dan tentukan
juga kadar air contoh tanah ini.
e) Siapkan larutan blanko: masukkan air bebas ion 100 ml ke dalam labu erlenmeyer 250 ml
dan tambahkan bahan-bahan seperti yang dilakukan pada contoh tanah. Ikuti prosedur
mulai oksidasi bahan organik, menghilangkan karbonat dan perlakuan lainnya sebelum
dilakukan penetapan jumlah fraksi. Ini dinamakan larutan blanko.
Prosedur Analisa
1) Oksidasi Bahan Organik
a) Masukkan 50g contoh tanah kedalam labu erlenmeyer 250 ml.
b) Tambahkan 100 ml air bebas ion
c) Tambahkan 10 ml hidrogen peroksida 30% secara perlahan-lahan dan terjadi reaksi
oksidasi untuk membakar senyawa organik sehingga menjadi karbon dioksida
d) Diamkan sampai dingin
2) Menghilangkan Karbonat
a) Tambahkan 50 ml larutan calgon 5% dan kocok-kocok sampai merata kemudian
diamkan lagi semalam.
3) Perlakuan untuk Tanah-Tanah Khusus (hanya jika diperlukan)
Untuk tanah-tanah yang mempunyai sifat khusus, diperlukan perlakuan khusus
pula, diantaranya adalah:
a) Untuk tanah-tanah yang mengandung oksida besi (iron oxide) perlu ada perlakuan
penambahan natrium hidrosulfit.
4) Dispersi
a) Tuangkan larutan ke dalam gelas dispersi dan tambahkan air bebas ion sampai lebih-
kurang 2/3 volume gelas.
b) Kocok larutan yang sudah dalam gelas dispersi dengan menggunakan mixer listrik.
Perhatikan kecepatan putaran mixer (rpm) dan durasi (lamanya) pengadukan. Ikuti
saran petugas laboratorium sesuai dengan alat yang dipakai.
c) Setelah proses ini selesai diharapkan partikel-partikel tanah sudah terlepas satu sama
lain menjadi butiran tunggal yang lepas (dispersi) dan melayang atau mengendap
dalam larutan.
Try to break a
small amount of dry soil by pressing it between your
thumb and forefinger or by squeezing it in the palm of your hand. Rate dry soil
consistency as follows:
c. Konsistensi Basah
c.1. Menetapkan Derajat Kelekatan Tanah (Field test for stickiness of wet soil)
Press a small amount of wet soil between your thumb and forefinger to see if it will stick to
your fingers. Then slowly open your fingers.
A. Menetapkan Derajat Plastisitas Tanah (Field test for plasticity of wet soil)
Roll a small amount of wet soil between the palms of your hands until it forms a long,
round strip like a wire about 3 mm thick.