Anda di halaman 1dari 29

MATERI IV

Struktur Tanah

1. Definisi
Struktur Tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel tanah
primer (pasir,liat, debu) menjadi partikel-partikel sekunder, akan tetapi ada beberapa tanah
yang kurang berstruktur dan disebut tanah tak berstruktur pada lapisan/horison yang
berstruktur tidak ada satuan yang dapat diamati di lapangan / setelah tanah terusik. Menurut
Harjowigeno (2007) menyatakan bahwa gumpalan-gumpalan pasir, debu, atau liat yang
membentuk struktur tanah ini terbentuk karena terjadi ikatan satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik dan oksida-oksida besi. Jika tidak berstruktur, akan hancur
menghasilkan fragmen-fragmen tanah atau butir tunggal. Bahan-bahan tanah tidak
berstruktur disebut butir tunggal atau massive (pejal). Bahan tanah berbutir tunggal kurang
berstruktur dan lepas. Dengan kita mempelajari struktur tanah maka kita juga akan
mengetahui sifat-sifat yang lain seperti bulk density, partikel density, dan porositas tanah.

2. Macam-macam tipe Struktur :

Tabel 9. Macam-macam Struktur Tanah


Tipe Kode Kriteria (Definisi)
Satuan Struktur Tanah Alami (Struktur Pedogenik)
Granular Gr Polihedral kecil, dengan permukaan melengkung atau sangat
tidak beraturan
Gumpal GS Polihedral dengan permukaan (bidang) yang saling tegak lurus
Bersudut
Gumpal GB Polihedral dengan agak bulat dan bidang permukaan bersudut
Membulat kurang tajam
Lempeng Lp Satuan struktur datar dan berbentuk tabung. Memiliki sumbu
horizontal yang lebih panjang daripada sumbu vertikal.
Baji Bj Berbentuk bulat panjang yang bersambungan satu dengan
lainnya yang berujung dengan sudut lancip, terikat oleh bidang
luncur (slickenside); tidak hanya terbatas pada bahan vertik.
Prisma Pr Satuan struktur yang memanjang secara vertikal dengan ujung
bagian atas rata. Memiliki sumbu vertikal yang lebih panjang
daripada sumbu horizontal.
Kolumnar Kl Satuan struktur yang memanjang secara vertikal dengan ujung
(Tiang) bagian atas membulat. Memiliki sumbu vertikal yang lebih
panjang daripada sumbu horizontal.
Tidak Berstruktur( Structureless)
Butir SG Tidak memiliki satuan struktur; seluruthnya tidak saling
Tunggal berlekatan; misal pasir lepas
Struktur Bukan Alami
Bongkah CDY Bongkahan tidak beraturan yang disebabkan oleh gangguan
buatan (misal. pengolahan tanah pemadatan)

Gambar 14. Contoh Macam Struktur Tanah


Struktur Tanah Alami (Struktur Pedogenik)

Butir
(Granular)

Gumpal (Blocky)

Prisma Tiang
(Prismatic) (Columnar)
Baji

Lempeng
(Platy)

Gambar 15. Contoh Tanah Tidak Berstruktur

1. Ukuran struktur tanah


Tabel 10. Ukuran Struktur Tanah
Ukuran Granular Gumpal Lempeng Prisma

Sangat halus < 1 mm < 5 mm < 1 mm < 10 mm

Halus 1 - 2 mm 5 – 10 mm 1 – 2 mm 10 – 20 mm

Sedang 2 - 5 mm 10 – 20 mm 2 – 5 mm 20 – 50 mm

Kasar 5 - 10 mm 20 – 50 mm 5 – 10 mm 50 – 100 mm

Sangat kasar > 10 mm > 50 mm > 10 mm > 100 mm


2. Kemantapan agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi
oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada
ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan,
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan
penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas
agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat
rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah.
Pentingnya peran lendir (gum) mikrobial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Tanah :


a) Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah. Tekstur
juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu. Dari penjelasan tersebut,
hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu tekstur tanah berperan dalam
menentukan struktur tingkat kesulitan dan kemudahan daya oleh tanah dan drainase
tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin mudah diolah karena kandungan liatnya
sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah dengan struktur tanah erat sekali hubungannya.
Sebagai contohnya, bila tekstur tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.
b) Kadar Air
Air berperan dalam pembentukan struktur tanah dengan cara:
a. Pembengkakan dan pengerutan
b. Tegangan muka
c. Pendinginan dan pembekuan secara cepat
d. Air merupakan persyaratan hidup bagi mikrobia dan tumbuhan
e. Air sebagai faktor iklim

c) Aktifitas Biologi
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi
gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi remah.
d) Bahan organik
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai
perekat atau lem. Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar
kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik
berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam
jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur
egregat yang kuat kemantapannya.

6. Metode pengamatan :
a) Struktur Tanah
• Kualitatif (menentukan tipe struktur)
• Kuantitatif (menghitung ukuran)
b) Kemantaban Agregat
• Kuantitatif : Metode Vilensky yaitu pengukuran kemantapan agregat tanah
berdiameter 2 - 3 mm dengan jalan menghitung volume teteasan air yang
dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh Vilensky tinggi tetesan
air ditetapkan 20 cm, suatu ukuran konversi dari keadaan di lapangan yaitu
dibandingkan dengan jarak tetesan air hujan pada areal yang luas di permukaan
tanah.
METODOLOGI

Pengamatan kemantapan agregat tanah dilaksanakan secara kuantitatif, yaitu menggunakan


metode vilensky.

❖ Alat dan Bahan :


1. Buret
2. Penyangga Buret
3. Cawan
4. Tisu
5. Tanah Agregat Kering Udara
6. Botol Semprot
7. Air

❖ Cara Kerja :

1. Metode untuk menghitung jari-jari tetesan :

Buret diisi air

Teteskan 10 tetes

Hitung jumlah tetesan dan volume air

Ulangi 3 kali

Jari-jari tetesan :

Ulangan Volume air Volume per Jari-jari


Jumlah tetesan
ke- (cm3) tetes (mm3) tetesan (mm)
1.
2.
3.
4.
5.

Rata-rata
Volume air per tetes :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
x 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛

Rumus jari-jari tetesan :

2. Metode untuk mengukur kemantapan agregat :

Buret diisi air

Letakkan cawan 20 cm di bawah buret

Letakkan tisu di atas cawan tersebut

Letakkan sampel tanah di cawan

Buka buret, dan teteskan air hingga mengenai bagian tengah sampel

Hitung (A) jumlah tetesan hingga sampel mulai pecah

Hitung (B) jumlah tetesan hingga sampel mulai hancur

Ulangi ≥3 kali
Kemantapan Agregat:

Jumlah tetesan untuk


Ulangan Sampel Tanah B
Sampel Tanah A
Ke-
Memecahkan Menghancurkan Memecahkan Menghancurkan
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah
(∑)
Rata-rata
SD
CV %

❖ Untuk menghitung Standar Deviasi gunakan excel → =STDEV (Blok sel awal: akhir)
❖ Untuk menghitung koefisien variasi gunakan excel → (SD/(n-1)) x 100
MENENTUKAN STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
DI LAPANG

a. Langkah-langkah menentukan struktur tanah di lapang


1. Menyiapkan alat, seperti pisau atau benda tajam lainnya.
2. Mengambil sampel tanah yang berbentuk agregat pada kedalaman ±10 cm dari permukaan
tanah.
3. Membersihkan agregat dari perakaran tanaman yang terikut dalam pengambilan dengan
cara mengambilnya secara perlahan.
4. Apabila agregat tanah terlalu besar, dapat diperkecil dengan mengambil bagian-bagian
agregat tanah tersebut sesuai bidang belah alaminya.
5. Kemudian, tentukan struktur tanah tersebut.

b. Langkah-langkah menentukan kemantapan agregat di lapang


1. Setelah menentukan struktur tanah, kemudian gunakan agregat tersebut untuk menentukan
kemantapannya.
2. Tekanlah agregat tersebut menggunakan ibu jari dan telunjuk.
3. Apabila agregat mudah hancur, kemantapan agregat rendah.
4. Apabila agregat tidak mudah hancur, maka kemantapan agregatnya tinggi sehingga tidak
mudah terkikis oleh air hujan.
LEMBAR KERJA MAHASISWA
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

1. Definisi struktur tanah menurut para ahli (3) dan berdasarkan definisi tersebut
jelaskan apa yang disebut dengan struktur tanah menurut saudara.
2. Jelaskan pengaruh antara struktur dan kemantapan agregat. Penjelasan disertakan
contoh dari macam-macam struktur tanah dan bagaimana keterkaitannya dengan
kemantapan agregat.
3. Apakah peran bahan organik tanah dalam pembentukan agregat tanah.
4. Jelaskan cara pengamatan dan penentuan struktur tanah dengan menggunakan
metode kualitatif/kuantitatif
5. Studi kasus !
1. Hitunglah jari-jari tetesan dari data berikut
Ulangan Jumlah Tetesan Volume Air Volume Air per Jari-jari
(cm3) Tetes (mm3) Tetesan
(mm)
1. 10 3 … …
2. 10 3,5 … …
3. 10 3,8 … …
4. 10 3
5. 10 4
Rata-Rata
Jari-jari tetesan tersebut mampu memecahkan struktur tanah tipe granular (diameter
2-3 cm), dengan data:
a. Tanah Dominan Debu
Ulangan Tetesan Memecahkan Tetesan Menghancurkan
1. 6 20
2. 6 21
3. 8 25
4. 10 30
5. 9 28

Rata-
rata
SD … …
CV%

b. Tanah Dominan Liat


Ulangan Tetesan Memecahkan Tetesan Menghancurkan
1. 50 160
2. 45 155
3. 55 170
4. 50 150
5. 40 140

Rata-
rata
SD … …
CV%

2. Jelaskan mengapa 2 tekstur tanah tesebut (dominan debu dan dominan liat)
memiliki tingkat kemantapan agregat yang berbeda ? (Silahkan dibahas dan
dibandingkan dengan literatur)
TEKSTUR DAN KONSISTENSI

A. Tekstur Tanah
1. Pengertian Tekstur tanah
Pengertian tekstur tanah secara non-teknis adalah halus atau kasarnya tanah bila dirasakan.
Sementara pengertian teknis adalah perbandingan jumlah (massa) partikel pasir, debu dan
liat dalam suatu tanah. Partikel tanah merupakan bagian mineral tanah yang
dikelompokkan menjadi tiga fraksi berdasarkan ukuran diameternya:
1) Partikel Pasir adalah partikel tanah yang berukuran paling besar (diameter 0,05 –
2,00 mm), memiliki sifat lepas satu sama lain dan jika dipegang terasa kasar.
2) Partikel Debu adalah partikel mineral tanah yang berukuran sedang (diameter 0,002
– 0,05 mm), lepas seperti abu bila kering dan terasa licin bila basah.
3) Partikel Liat adalah partikel mineral tanah yang berukuran paling halus (diameter
kurang dari 0,002 mm). Partikel liat biasanya dinamakan mineral sekunder terdiri dari
beberapa lapisan alumino-silikat dan bentuknya lempengan pipih. Partikel liat sangat
lekat satu dengan yang lain: jika basah sangat lekat, terasa licin dan halus sedangkan
jika kering menjadi sangat keras.
Komposisi ketiga fraksi tersebut dalam suatu tanah sangat menentukan kemudahan tanah
tersebut diolah atau dicangkul. Jika fraksi liat sangat dominan maka tanah tersebut jika
diolah terasa sangat berat karena lekat ketika basah dan keras ketika kering. Jika fraksi
pasir dominan dalam tanah maka biasanya jika tanah tersebut diolah atau dicangkul terasa
ringan dan butirannya mudah lepas. Tanah yang pertama dikatakan mempunyai kelas
tekstur liat dan yang kedua mempunyai kelas tekstur pasir. Apabila dijumpai tanah yang
jika diolah atau dicangkul terasa ringan dan berat hampir sama maka tanah tersebut
termasuk dalam kelas tekstur lempung.
Perhatikan bahwa terdapat dua istilah yang berbeda tetapi menggunakan sebutan nama
yang hampir sama, yaitu partikel dan kelas tekstur atau sering disingkat tekstur. Partikel
adalah pembarian fraksi tanah berdasarkan ukuran sedangkan tekstur adalah sifat berat
atau ringannya tanah jika diolah. Secara teknis sifat berat dan ringannya tanah ini
ditentukan oleh komposisi atau perbandingan jumlah (massa) partikel pasir, debu dan liat
dalam suatu tanah. Oleh karena itu kelas tekstur atau tekstur tanah didefinisikan juga
sebagai perbandingan jumlah (massa) pasir, debu dan liat dalam suatu tanah.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture =
USDA) mempunyai kriteria pengelompokan partikel dan kelas tekstur yang banyak dikutip
dan dipakai oleh ahli tanah di seluruh dunia. Tabel 2.1. menunjukkan pengelompokan
partikel
tanah berdasarkan kriteria USDA dan sekaligus dibandingkan dengan kriteria yang dibuat
oleh Himpunan Ilmu Tanah Internasional (International Soil Science Society = ISSS).
Sementara itu USDA membagi tekstur tanah menjadi 12 kelas didasarkan perbandingan
jumlah (massa) pasir, debu dan liat yang dihubungkan dengan sifat-sifat berat dan
ringannya tanah. Kedua Belas kelas tekstur tersebut dan perbandingan komposisi pasir,
debu dan liat digambarkan dalam sebuah diagram yang dinamakan segitiga tekstur
(Gambar 2.1).

Tabel 2.1. Pembagian fraksi tanah berdasarkan ukuran diameter partikel menurut sistem
USDA dan ISSS
Ukuran Diameter (mm)
Fraksi
* **
USDA ISSS

Kerikil (gravel) bukan material tanah (non-soil


> 2,00 > 2,00
material)
Pasir (sand) Pasir Sangat Kasar (very coarse
1,00-2,00
sand)
Pasir Kasar (coarse sand) 0,50-1,00 0,20-2,00
Pasir Sedang (medium sand) 0,25-,050
Pasir Halus (fine sand) 0,10-0,25 0,02-0,20
Pasir Sangat Halus (very fine sand) 0,05-0,10
Debu (silt) Debu (silt) 0,002-0,05 0,002-0,02
Liat (clay) Liat (clay) <0,002 <0,002
*
Keterangan: USDA = United States Department of Agriculture (Departemen Pertanian
AS)
**
ISSS = International Soil Science Society (Himpunan Ilmu Tanah
Internasional)
Gambar 2.1. Perbandingan ukuran fraksi tanah menurut sistem ISSS (atas) dan USDA
(bawah)

Gambar 2.2. Segitiga Tekstur (menurut USDA)

Tabel 2.2. Daftar Nama Kelas Tekstur Tanah Menurut Sistem USDA
No Kelas Tekstur USDA Texture Class Singkata
n
1 Liat Clay C
2 Liat Berpasir Sandy Clay SC
3 Liat Berdebu Silty Clay SiC
4 Lempung Berliat Clay Loam CL
5 Lempung Liat Berdebu Silty Clay Loam SiCL
6 Lempung Liat Berpasir Sandy Clay Loam SCL
7 Lempung Berpasir Sandy Loam SL
8 Lempung Loam L
9 Lempung Berdebu Silt Loam SiL
10 Debu Silt Si
11 Pasir Berlempung Loamy Sand LS
12 Pasir Sand S
2. Penetapan Tekstur dengan Perasaan (Metode Kualitatif – Feeling Methods)
Tekstur tanah ditetapkan melalui sifat-sifat yang bisa dirasakan dengan indera perasa
seperti kelekatan dan kekasaran. Tingkat kelekatan dan kekasaran tanah ditentukan oleh
kandungan partikel pasir, debu dan liat. Tingkat kelekatan tanah dipengaruhi oleh
kandungan partikel liat, sementara tingkat kekasaran tanah ditentukan oleh kandungan
partikel pasir. Semakin tinggi tingkat kelekatan tanah berarti kandungan liat semakin
banyak, sedangkan semakin banyak kandungan pasir maka tanah semakin terasa kasar.
Dengan merasakan tingkat kelekatan dan kekasaran tanah, maka dapat diperkirakan
kombinasi kandungan pasir dan liat pada suatu contoh tanah. Prinsip inilah yang dipakai
dalam penetapan tekstur secara kualitatif dengan metode perasaan ini.
Cara Kerja (Metode) (Lihat Lampiran 2)
Siapkan 25-50 g contoh tanah kering udara.
1. Semprotkan air perlahan-lahan, dan aduklah tanah yang sudah agak lembab tersebut
dan bentuklah sebuah bola. Perhatikan, jika masih terlalu kering tambahkan air sedikit
demi sedikit (jangan sampai terlalu basah).
PERHATIKAN: Apakah bisa dibentuk sebuah bola?
2. Tambahkan air sedikit lagi, kemudian dipilin dengan ujung-ujung ibu jari dan jari-jari
lainnya untuk membentuk pita yang diameternya seragam sehingga menggantung ke
bawah.
PERHATIKAN: Apakah bisa dibentuk sebuah pita? Apakah pita tersebut putus-
putus atau terus memanjang? Berapa panjang maksimum pita itu?
3. Tambahkan air sedikit lagi sampai agak basah. Gesekkan tanah basah dengan ujung-
ujung jari secara perlahan-lahan dan lakukan berulang-ulang.
RASAKAN: Apakah terasa kasar atau licin dan halus?
4. Tekan dengan ujung-ujung jari dan kemudian lepaskan. Lakukan secara berulang-
ulang. RASAKAN: Apakah antara ujung jari terasa lekat atau lengket? Seberapa
kuat kelekatannya?

Panjang Jika dipilin kondisi basah


No Bola Pita Kelas Tekstur
Pita Kasar Halus Lekat
1 Tidak Pasir (S)
2 Ya Pasir Berlempung (LS)
Tidak
3 Ya Debu (Si)
4 Ya Lempung Berpasir (SL)
5 < 2,5 cm Ya Lempung Berdebu (SiL)
6 Y Ya Lempung (L)
7 a Ya Lempung Liat Berpasir (SCL)
Y 2,5 –
8 a Ya Lempung Liat Berdebu (SiCL)
5,0
9 cm Ya Lempung Berliat (CL)
10 Ya Liat Berpasir (SC)
11 > 5,0 cm Ya Liat Berdebu (SiC)
12 Ya Liat (C)
3. Analisis Mekanika Tanah (Mechanical Analysis) / Metode Kuantitatif
Penetapan tekstur tanah secara kuantitatif lebih dikenal dengan istilah metode analisis
mekanika tanah atau soil mechanical analysis. Prinsip metode ini adalah pemisahan
partikel- partikel pasir, debu dan liat dari suatu tanah dalam media pelarut air. Setelah
ketiga fraksi tersebut dipisahkan dalam bentuk larutan tanah, maka jumlah masing-masing
fraksi dapat ditetapkan melalui cara pengukuran langsung atau tidak langsung. Pengukuran
langsung misalnya melalui pengukuran konsentrasi setiap fraksi dalam larutan tanah,
sedangkan pengukuran tidak langsung misalnya melalui penetapan berat jenis (density)
larutan tanah.
Jadi dalam proses penetapan tekstur ini ada dua tahapan, yakni pertama pemisahan fraksi
pasir, debu dan liat yang dinamakan proses dispersi, dan kedua pengukuran jumlah
masing- masing fraksi. Pengukuran jumlah fraksi dilakukan dengan beberapa metode,
yang paling sering digunakan dalam analisis ini adalah metode ayakan, metode pipet dan
metode hidrometer. Metode pipet atau pengukuran langsung adalah mengukur konsentrasi
fraksi dalam larutan tanah dengan cara mengambil larutan tanah dalam jumlah tertentu
menggunakan pipet. Metode hidrometer adalah mengukur konsentrasi larutan tanah
dengan hidrometer (alat pengukur berat jenis cairan). Salah satu hidrometer yang telah
dikalibrasikan untuk menentukan jumlah fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu larutan
adalah hidrometer Bouyoucos.
Pemisahan partikel-partikel menjadi butiran tunggal (dispersi) perlu dilakukan karena
secara alami partikel itu saling tarik-menarik satu dengan yang lain melalui beberapa
mekanisme: gaya kohesi dan adhesi, gaya elektrostatik, gaya van der waals, dan adanya
perekat (bahan organik). Untuk melepaskan ikatan antar partikel supaya terpisah satu
dengan yang lain ada tiga tahapan proses yang paling sering diterapkan. Yang pertama,
menghilangkan perekat organik yang mengikat partikel-partikel dengan cara membakar
atau mengoksidasi bahan organik. Berikutnya, yang kedua dengan mengusir kation yang
mengikat partikel bermuatan negatif (liat) seperti Ca, Mg, K dan menggantikannya dengan
Na yang ikatannya lebih lemah. Proses ketiga dilakukan dengan cara mekanik, yakni
mengocok larutan tanah dengan kuat untuk memisahkan ikatan partikel secara mekanik.

Alat :
a) Thermometer, suhu kamar
b) Erlenmeyer 250 ml,
c) Gelas Ukur 50 ml dan 1.000 ml
d) Pengaduk listrik dan pengaduk kayu
e) Ayakan dengan diameter lubang: 2.00 mm; 1,00 mm; 0,50 mm; 0,25 mm; 0,10 mm; 0,05
mm; dan 0,02 mm.
f) Oven
g) Timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g)
h) Kaleng timbang (untuk tempat oven tanah)
Bahan :
a) Hidrogen peroksida, 30 % (H2O2)
b) Air bebas ion (demineralized water)
c) Natrium Pirofosfat atau Natrium Metafosfat atau Natrium Hexametafosfat (dikenal juga
dengan nama “calgon”)
d) Bahan-bahan lain (diperlukan untuk tanah-tanah khusus): asam klorida (HCl) pekat,
natrium ditionit, dsb

Persiapan Bahan
a) Siapkan air bebas ion beberapa liter (minimal 1,5 liter per sampel). Jika tersedia air bebas
ion (demineralized water) dan air suling (aquades), manakah yang bisa dipakai untuk
keperluan analisis mekanik tanah ini? Apakah alasannya?
b) Menyiapkan calgon (senyawa natrium pirofosfat, natrium metafosfat, natrium
hexametafosfat): larutkan beberapa gram calgon ke dalam air suling (aquades) sehingga
volumenya menjadi 1 L dan konsentrasinya 5%. [berapa gram calgon yang diperlukan?]
c) Masukan 90 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 1000 ml dan dengan perlahan-lahan
masukkan air suling (aquades) sampai tanda batas.
d) Siapkan 50 g contoh tanah kering untuk setiap contoh yang akan ditetapkan dan tentukan
juga kadar air contoh tanah ini.
e) Siapkan larutan blanko: masukkan air bebas ion 100 ml ke dalam labu erlenmeyer 250 ml
dan tambahkan bahan-bahan seperti yang dilakukan pada contoh tanah. Ikuti prosedur
mulai oksidasi bahan organik, menghilangkan karbonat dan perlakuan lainnya sebelum
dilakukan penetapan jumlah fraksi. Ini dinamakan larutan blanko.
Prosedur Analisa
1) Oksidasi Bahan Organik
a) Masukkan 50g contoh tanah kedalam labu erlenmeyer 250 ml.
b) Tambahkan 100 ml air bebas ion
c) Tambahkan 10 ml hidrogen peroksida 30% secara perlahan-lahan dan terjadi reaksi
oksidasi untuk membakar senyawa organik sehingga menjadi karbon dioksida
d) Diamkan sampai dingin
2) Menghilangkan Karbonat
a) Tambahkan 50 ml larutan calgon 5% dan kocok-kocok sampai merata kemudian
diamkan lagi semalam.
3) Perlakuan untuk Tanah-Tanah Khusus (hanya jika diperlukan)
Untuk tanah-tanah yang mempunyai sifat khusus, diperlukan perlakuan khusus
pula, diantaranya adalah:
a) Untuk tanah-tanah yang mengandung oksida besi (iron oxide) perlu ada perlakuan
penambahan natrium hidrosulfit.
4) Dispersi
a) Tuangkan larutan ke dalam gelas dispersi dan tambahkan air bebas ion sampai lebih-
kurang 2/3 volume gelas.
b) Kocok larutan yang sudah dalam gelas dispersi dengan menggunakan mixer listrik.
Perhatikan kecepatan putaran mixer (rpm) dan durasi (lamanya) pengadukan. Ikuti
saran petugas laboratorium sesuai dengan alat yang dipakai.
c) Setelah proses ini selesai diharapkan partikel-partikel tanah sudah terlepas satu sama
lain menjadi butiran tunggal yang lepas (dispersi) dan melayang atau mengendap
dalam larutan.

5) Penetapan Jumlah Fraksi


Penetapan jumlah masing-masing fraksi (pasir, debu dan liat) dapat dilakukan dengan
beberapa cara, umumnya ada tiga metode yang paling sering digunakan: (a) metode
ayakan; (b) metode pipet; dan (c) metode hidrometer. Setiap metode menawarkan
kelebihan/kekurangan masing-masing. Kadang-kadang dua metode digunakan secara
bersamaan pula.
a) Metode Ayakan
Metode ayakan digunakan memisahkan partikel pasir (ukuran diameter > 0,05 mm)
paling besar), terutama bila dikehendaki pemisahan fraksi pasir menjadi pasir sangat
kasar, kasar, sedang, halus dan sangat halus, atau disesuaikan dengan kebutuhan.
● Siapkan dan susun satu set ayakan dari atas ke bawah secara berurutan dengan
diameter lubang 1,00 mm; 0,50 mm; 0,25 mm; 0,10 mm; 0,05 mm. Di bagian
bawah sendiri diletakkan penampung.
● Tuangkan perlahan-lahan larutan tanah pada ayakan paling atas, biarkan mengalir
ke bawah.
● Semprot dengan air (menggunakan sprayer atau botol semprot) supaya partikel
yang lolos ukuran 1 mm jatuh ke ayakan di bawahnya.
● Pastikan semua partikel yang berukuran < 1,00 mm lolos dari lubang ayakan.
● Sekarang ambillah partikel tanah yang ada dalam ayakan 1 mm dan masukkan ke
dalam kaleng timbang. Prosedur ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati,
karena jumlah fraksi yang tidak lolos ayakan mungkin sangat sedikit. Pastikan
bahwa seluruh tanah yang ada di ayakan ini sudah dipindahkan ke kaleng timbang.
● Lakukan pekerjaan yang sama untuk ayakan diameter 0,50 mm dan seterusnya
sampai semuanya selesai.
● Keringkan semua bagian fraksi tanah yang sudah dimasukkan kaleng timbang
dalam oven dengan suhu 105 oC selama beberapa jam.
● Timbang masing-masing contoh yang sudah kering dan hitunglah persentase
masing-masing fraksi berdasarkan berat contoh tanah awal (50 g dengan catatan
sudah dikoreksi dengan kadar air)
● Catatan: setiap langkah pekerjaan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati,
karena kita bekerja dengan bagian contoh yang jumlahnya sangat sedikit.
Kesalahan yang kecil saja dapat mengakibatkan penyimpangan yang besar dalam
perhitungan akhir.
b) Metode Pipet
Metode pipet seringkali dikombinasikan dengan metode ayakan, di mana penetapan
fraksi pasir dilakukan dengan ayakan kemudian fraksi debu dan liat dilakukan dengan
pipet.
● Masukkan larutan tanah dari gelas dispersi ke dalam gelas ukur 1.000 ml (1 L) dan
tambahkan air bebas ion sehingga larutan tanah volumenya 1.000 ml sesuai tanda
batas yang ada pada gelas ukur.
● Aduk larutan tanah dengan alat pengaduk kayu sehingga larutan tersebut merata
(dari permukaan sampai dasar labu ukur). Kemudian angkat pengaduk dari
dalam larutan → PENTING: ini merupakan titik awal perhitungan waktu (T0)
● Ambil sampel larutan tanah dengan cara menyedot larutan memakai pipet.
Perhatikan beberapa hal berikut ini dan catat:
1) Waktu pengambilan sampel : berapa detik atau menit dihitung dari T0.
2) Volume pipet atau larutan yang diambil, biasanya 10 ml atau 20 ml
3) Kedalaman ujung pipet, berapa cm dari permukaan larutan dalam gelas
ukur
4) Suhu udara dalam ruangan atau suhu larutan dalam oC
Konsultasikan dengan petugas di laboratorium untuk ketiga hal tersebut di atas,
karena akan sangat mempengaruhi cara dan hasil perhitungan berikutnya.
● Tuangkan larutan yang diambil dengan pipet tersebut kedalam kaleng timbang
dan keringkan dengan oven pada suhu 105 oC sampai seluruh air menguap.
● Timbanglah tanah yang sudah dikeringkan tersebut sehingga diperoleh berat
kering (dalam g fraksi)
● Perhitungan: Hitunglah berat fraksi pasir, debu dan liat dari hasil pengukuran
berat dengan memperhatikan beberapa hal yang disebutkan diatas.
c) Metode Hidrometer
Hidrometer adalah sebuah alat untuk mengukur berat jenis cairan () yang didasarkan
pada kepekatan atau konsentrasi larutan. Bouyoucos (1951) telah melakukan kalibrasi
pada skala bacaan hidrometer untuk keperluan pengukuran konsentrasi larutan tanah,
sehingga metode dan jenis hidrometer yang digunakan untuk menentukan fraksi tanah
dikenal sebagai hidrometer bouyoucos.
● Masukkan larutan tanah dari gelas dispersi ke dalam gelas ukur 1.000 ml (1 L) dan
tambahkan air bebas ion sehingga larutan tanah volumenya 1.000 ml sesuai tanda
batas yang ada pada gelas ukur.
● Larutan blanko: Masukkan larutan blanko yang sudah dibuat ke dalam labu ukur
1.000 ml dan tambahkan dengan air bebas ion sampai volumenya menjadi 1.000
ml.
● Aduk larutan tanah dengan alat pengaduk kayu sehingga larutan tersebut merata
(dari permukaan sampai dasar labu ukur). Kemudian angkat pengaduk dari
dalam larutan → PENTING: ini merupakan titik awal perhitungan waktu (T0)
● Masukkan hidrometer kedalam larutan pada hitungan waktu tertentu setelah T0.
Konsultasikan dengan petugas di laboratorium untuk ketentuan waktu ini. Ada dua
pembacaan yaitu sekitar 40 detik setelah T0 (bacaan T1) dan sekitar 7 jam setelah
T0 (bacaan T2). Di Laboratorium Fisika Tanah FP UB ditetapkan waktu
pembacaan T1 = 40 detik dan T2 = 6 jam 52 menit setelah T0. Waktu pembacaan
ini sangat tergantung dari suhu udara dalam kamar.
● Lakukan prosedur yang sama pada larutan blanko.

6) Penetapan Kelas Tekstur Tanah


Bagian akhir dari prosedur penetapan tekstur tanah adalah menetapkan kelas tekstur tanah
yaitu dengan memakai segitiga tekstur apabila ketiga fraksi tanah (pasir, debu dan liat)
sudah ditentukan.
B. Konsistensi
1. Penetapan Konsistensi Tanah (soil consistency)
Salah satu sifat fisik yang sangat terkait dengan ukuran dan jumlah partikel yang menyusun
tanah adalah konsistensi tanah. Konsistensi tanah menunjukkan kuat atau lemahnya ikatan
antar partikel dalam tanah, yakni kekuatan yang dapat menyatukan material (partikel)
tanah atau ketahanan agregat tanah terhadap perubahan bentuk (deformasi) dan
penghancuran.
Konsistensi tanah adalah sifat fisik yang sangat dipengaruhi oleh gaya tarik-menarik antar
partikel-partikel tanah (kohesi) dan tingkat atau status kelembaban tanah (adhesi).
Konsistensi tanah sangat dinamis, berubah-ubah dengan variasi kelembaban tanah dan
tekanan yang diberikan. Konsistensi merupakan perilaku tanah di bawah tekanan. Tekanan
ini umumnya dibuktikan dengan merasakan tanah, memanipulasinya dengan tangan atau
dengan operasi pengolahan tanah.
Konsistensi tanah diukur untuk contoh tanah dalam keadaan basah, lembab, dan kering.
Untuk tanah basah, dinyatakan sebagai kelekatan atau kelengketan (stickiness) dan
plastisitas (plasticity). Konsistensi tanah dapat diperkirakan di lapangan menggunakan tes
sederhana (kualitatif) atau dapat diukur lebih obyektif melalui cara kuantitatif di
laboratorium.
Cara Kerja (Metode)
1. Alat dan Bahan
1) Beberapa macam contoh tanah utuh (gumpalan agregat) dan hancuran yang telah
kering
2) Botol penyemprot yang berisi air
3) Baki
2. Langkah Kerja (Lihat Lampiran 1)
a. Konsistensi Kering
1) Siapkan contoh tanah agregat dalam keadaan kering (jika contoh tanah tidak bisa
terbentuk agregat, maka siapkan contoh tanah hancuran).
2) Pijat agregat tanah dengan ujung jari tangan dan rasakan besarnya kekuatan yang
diperlukan untuk memecahkan agregat tersebut.
3) Ada 6 tingkatan kekuatan yang dibutuhkan untuk memecahkan agregat: (0) lepas;
(1) lemah; (2) agak keras; (3) keras; (4) sangat keras ; (5) sangat keras sekali
b. Konsistensi Lembab
1) Siapkan contoh tanah agregat dalam keadaan kering (jika contoh tanah tidak bisa
terbentuk agregat, maka siapkan contoh tanah hancuran).
2) Semprotkan air perlahan-lahan pada agregat tersebut sehingga kondisinya
lembab (jangan terlalu basah). Jika ukuran agregat agak besar sebaiknya
dilakukan penyemprotan secara bertahap.
3) Pijat agregat tanah dengan ujung jari-jari tangan dan rasakan besarnya kekuatan
yang diperlukan untuk memecahkan agregat tersebut.
4) Ada 6 tingkatan kekuatan yang diperlukan untuk memecahkan agregat: : (0)
lepas; (1) sangat gembur; (2) gembur; (3) kuat; (4) sangat kuat; (5) sangat
kuat sekali.
c. Konsistensi Basah
Pengujian dilakukan ketika tanah jenuh dengan air, seperti, misalnya, segera
setelah curah hujan yang baik. Pertama, tentukan kelengketan, yaitu kemampuan
bahan tanah untuk menempel pada benda lain. Kemudian, tentukan plastisitas,
yaitu, kemampuan bahan tanah untuk mengubah bentuk, tetapi bukan volume,
secara terus-menerus di bawah pengaruh tekanan konstan dan untuk
mempertahankan bentuk yang terkesan ketika tekanan dilepas.
c.1. Menetapkan Derajat Kelekatan Tanah (Stickiness)
1) Siapkan contoh tanah agregat (bisa juga hancuran) dalam keadaan kering.
2) Semprotkan air perlahan-lahan pada contoh tanah sampai basah (hati-hati
jangan sampai berlebihan)
3) Pijat-pijat contoh tanah dengan ibu jari dan telunjuk untuk
merasakan kelekatannya dengan menempel dan melepas ibu jari dan
telunjuk.
4) Ada 4 tingkatan kelekatan yang bisa dirasakan: (0) tidak lekat; (1)agak
lekat; (2)lekat atau lengket; (3) sangat lekat
c.2. Menentukan Derajat Plastisitas Tanah (Plasticity = keliatan)
1) Siapkan contoh tanah agregat (bisa juga hancuran) dalam keadaan kering.
2) Semprotkan air perlahan-lahan pada contoh tanah sampai basah (hati-hati
jangan sampai berlebihan)
3) Buatlah gulungan pita tanah dengan diameter sekitar 0,5 cm dan panjang 5
cm
4) Bengkokkan gulungan pita tanah tersebut sehingga membentuk cincin dan
amati derajat kelenturannya dengan melihat apakah gulungan tersebut patah-
patah atau tidak
5) Ada 4 tingkatan kelenturan yang bisa dirasakan: (0) tidak plastis;
(1)agak plastis; (2) plastis; (3) sangat plastis.
PUSTAKA
Bouyoucos, G.H. 1951. A Recalibration of the Hydrometer for Making Mechanical
Analysis of Soils. Agron. J. 43: 434-438.
Carter, M.R. and E.G. Gregorich (eds). 2008. Soil sampling and methods of analysis. 2nd ed.
Canadian Society of Soil Science. CRC Press - Taylor & Francis Group, LLC. p. 713-
741
Gee, G.W. and J. W. Bauder. 1986. Particle size analysis. (In: A. Klute (ed) Methods of Soil
Analysis. Part 1: Physical and Mineralogical Methods.) SSSA Book Series 5.1.
SSSA, ASA Madison, WI. p. 383-411
USDA – NRCS. 2014 Soil Survey Field and Laboratory Methods Manual Soil Survey
Investigations Report No. 51 (Version 2 Issued 2014). P 54-86.
Van Reeuwijk, L.P. (ed). 2002. Procedures for Soil Analysis. 6th ed. International Soil
Reference and Information Centre (ISRIC) and Food and Agriculture Organization
of the United Nations (FAO). Wageningen, The Netherlands. p. 3.(1-12).
LAMPIRAN 1. PENETAPAN KONSISTENSI
a. Konsistensi Kering (Field test for dry-soil consistency)
Testing is done when the soil has been air-dried.

Try to break a
small amount of dry soil by pressing it between your
thumb and forefinger or by squeezing it in the palm of your hand. Rate dry soil
consistency as follows:

0 Loose, if the soil is non-


coherent (single-grain
structure):
1 Soft, if the soil is very weakly
coherent and friable. breaking to
powder or
individual grains under very
slight pressure;
2 Slightly hard, if the soil resists
light pressure, but can be broken
easily between thumb and
forefinger;
3 Hard, if the soil resists moderate
pressure, can barely be broken
between the thumb and forefinger,
but can be broken in the hands
without difficulty;
4 Very hard, if the soil resists great
pressure, cannot be broken between
the thumb and forefinger but can be
broken in the hands with difficulty;

5 Extremely hard, if the soil resists


extreme pressure and cannot be
broken in the hands.

b. Konsistensi Lembab (Field test for moist-soil consistency)


Testing is done when the soil is moist but not wet, as, for example, 24 hours after a good
rainfall. Try to crush a small amount of moist soil by pressing it between your thumb and
forefinger or by squeezing it in the palm of your hand.

Rate moist soil consistency as follows:


0 Loose, if the soil is non-
coherent (single-grain
structure);
1 Very friable, if the soil crushes
easily under very gentle pressure
but will stick together if pressed
again;
2 Friable, if the soil crushes easily
under gentle to moderate pressure;

3 Firm, if the soil crushes under


moderate pressure but resistance is
noticeable;
4 Very firm, if the soil crushes
under strong pressure, but this is
difficult to do between the thumb
and forefinger;

5 Extremely firm, if the soil crushes


only under very strong pressure,
cannot be crushed between the thumb
and forefinger, but must be broken
apart bit by bit.

c. Konsistensi Basah
c.1. Menetapkan Derajat Kelekatan Tanah (Field test for stickiness of wet soil)
Press a small amount of wet soil between your thumb and forefinger to see if it will stick to
your fingers. Then slowly open your fingers.

Rate the stickiness as follows:

0 Non-sticky, if no soil or practically


no soil sticks to your fingers

1 Slightly sticky, if the soil begins to


stick to your fingers but comes off one
or the other cleanly and does not
stretch when the fingers are opened
2 Sticky, if the soil sticks to both the
thumb and forefinger and tends to
stretch a little and pull apart rather than
pulling free from your fingers

3 Very sticky, if the soil sticks firmly


to both thumb and forefinger and
stretches when the fingers are opened

A. Menetapkan Derajat Plastisitas Tanah (Field test for plasticity of wet soil)
Roll a small amount of wet soil between the palms of your hands until it forms a long,
round strip like a wire about 3 mm thick.

Rate the plasticity as follows:

0 Non-plastic, if no wire can


be formed
1 Slightly plastic, if a wire can be
formed but can easily be broken
and returned to its former state
2 Plastic, if a wire can be formed
but, when it is broken and
returned to its
former state, it cannot be
formed again
3 Very plastic, if a wire can be
formed which cannot be broken
easily and, when it is broken, it
can be rolled between your hands
and be reformed several times
Lampiran 2. PENETAPAN TEKSTUR DENGAN PERASAAN (Feeling Method)
Lembar Kerja Mahasiswa
1. Jelaskan perbedaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam penentuan kelas tekstur! (jelaskan
dengan bahasa kalian sendiri, lebih baik jika ditambah dengan literatur) 10 poin
2. Apa perbedaan tanah bertekstur lempung dan liat? (jelaskan dengan bahasa kalian sendiri) 10
poin
3. Diketahui suatu sampel tanah dapat dibentuk menjadi bola tetapi mudah hancur, tanah terasa
kasar, sedikit halus, dan tidak mudah lengket, tanah tidak dapat dipilin menjadi pita. Termasuk
ke dalam tekstur apakah tanah tersebut? Fraksi apa yang paling dominan? (sertakan literatur).
15 poin.
4. Diketahui suatu sampel tanah dalam keadaan basah terlihat melekat di ibu jari dan telunjuk.
Setelah ditekan, kedua jari cenderung mudah merekat satu sama lain dan sulit untuk dilepaskan.
Selain itu, tanah mudah dipilin dan dibentuk menjadi gulungan cincin. Bagaimana konsistensi
dan plastisitas sampel tanah berdasarkan deskripsi tersebut? Bandingkan dengan literatur. 15
poin
5. Tabel Proporsi Tekstur Tanah 30 poin
Proporsi (%) Fraksi Tanah
Sampel Tanah
Pasir (%) Liat (%) Debu (%)
A 20 50 30
B 55 15 30
a. Tentukan kelas tekstur pada masing-masing sampel tanah (Sampel A dan B) menggunakan
segitiga tekstur dan jelaskan secara singkat tahapannya! (jelaskan dengan bahasa kalian
sendiri)
b. Pembahasan singkat tentang hasil kelas tekstur setiap sampel tanah dan bandingkan dengan
literatur,
6. Apa tekstur tanah yang kalian dapatkan saat praktikum mandiri? Jelaskan alasan dari hasil yang
kalian dapatkan serta beri contoh tanaman apa yang cocok ditanam pada kelas tekstur tersebut
(sertakan literatur). 20 poin

Anda mungkin juga menyukai