Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN

PENGARUH PEMBERIAN MULSA TERHADAP


PERTUMBUHAN DUA VARIETAS UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.)

Disusun Oleh:
Kelompok M4

Asisten Kelas:
Ghufron Faqieh

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2022
LEMBAR DAFTAR ANGGOTA
PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Kelompok : M4
Asisten : Ghufron Faqieh
No. Nama NIM
1. Muhamad Pramudya Surajiman 215040200111122
2. Nadya Prameswari 215040200111123
3. Onik Adelia Restu Hartono 215040201111014
4. Bayu Ardiyanto 215040201111016
5. Faradilla Iftitah Athia Rahma 215040201111210
6. Syakira Konita 215040207111128
7. Salsabila Putri Mazaya 215040207111132

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Kelompok : M4
Kelas : M

Asisten Kelas Koordinator Asisten


Dasar Budidaya Tanaman,

Ghufron Faqieh Yani Kurniawan


NIM. 195040200111046 NIM. 195040200111156

iii
LEMBAR KRITIK DAN SARAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Asisten Penguji :

Kritik dan Saran :

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat,
dan hidayah-Nya atas kemudahan dan tidak lupa kita ucapkan shalawat
dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Dasar Budidaya Tanaman
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dua
Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)” Tanpa pertolongan-Nya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Tidak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun laporan ini.
Kami sadar masih banyak sekali kekurangan yang ada pada
laporan ini. Namun banyak juga pelajaran yang dapat diambil dari
praktikum ini.Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya laporan
selanjutnya yang lebih baik.

Malang, 06 April 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu
komoditas pertanian pangan umbi-umbian yang memiliki
kandungan gizi tinggi, relatif berusia pendek, dan dapat ditanam di
berbagai keadaan serta kondisi tanah. Ketela rambat ini berada
pada peringkat kelima sebagai tanaman pangan yang paling
penting setelah beras, gandum, jagung dan ubi kayu di negara-
negara berkembang (Nafi’ah dan Karuniawan, 2016). Ubi jalar
berasal dari Amerika Tengah dan masuk serta tersebar hampir di
seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 1960 (Suprapti, 2003). Di
Indonesia, ubi jalar dimanfaatkan sebagai bahan makanan
tambahan produk olahan maupun sebagai makanan pokok
pengganti beras dan singkong. Selain itu, ubi jalar atau ketela
rambat juga mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan
baku industri. Budidaya tanaman ubi jalar dapat diterapkan dengan
mudah di Indonesia karena tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
di berbagai kondisi tanah, sehingga sangat strategis apabila
dikembangkan di berbagai daerah marginal sebagai pendukung
diversifikasi pangan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2012).
Budidaya tanaman ubi jalar dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu menggunakan mulsa dan non mulsa. Mulsa merupakan
material penutup tanah. Mulsa atau coverred soil dapat membuat
tanah berada pada kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. penggunaan mulsa berfungsi untuk
melindungi agregat tanah dari percikan air hujan, menekan
pertumbuhan gulma pada sekitar tanaman, menjaga suhu tanah,
mengurangi evaporasi, serta mampu membantu meningkatkan
proses fotosintesis pada tanaman. berdasarkan bahan yang
digunakan, mulsa dibedakan menjadi mulsa organik seperti jerami,
dan mulsa anorganik seperti MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak).
Kedua mulsa tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya
2

yang berbeda terhadap perlakuan pada penanaman tanaman ubi


jalar.
Sistem budidaya yang tepat dan benar perlu ditingkatkan
demi meningkatkan produktivitas ubi jalar. Perlunya wawasan serta
pemahaman
2

mengenai komoditas mengenai iklim, keadaan tanah yang sesuai untuk


tanam, serta kebutuhan unsur hara tanaman menjadi faktor penting dalam
keberhasilan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Pemberian
pupuk, pengaturan jarak tanaman, yang dilakukan secara tepat dan benar
dapat meningkatkan produksi ubi jalar yang berkualitas. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah penggunaan mulsa MPHP sebagai metode
budidaya yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman.
Pemberian mulsa ini merupakan pilihan yang bisa dilakukan dan tidak
dilakukan pelaku sektor pertanian dalam kegiatan tanamnya.
……
1.2 Tujuan
Dilaksanakannya pengamatan praktikum Dasar Budidaya
Tanaman bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang tanaman
ubi jalar dari dua varietas yang diamati. Kemudian, pengamatan ini
juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanaman ubi jalar
dapat tumbuh dan apa saja syarat yang diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan tanaman ubi jalar, sehingga kedepannya
dengan pertumbuhan tanaman ubi jalar tersebut juga dapat diamati
lebih dalam tahapan atau fase apa saja yang terjadi selama ubi
jalar tersebut tumbuh. Selain itu, pengamatan ini juga bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pengaruh varietas dan pemberian
mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanam pada dua varietas
ubi jalar yang berbeda.
1.3 Manfaat
Pelaksanaan pengamatan ini bermanfaat bagi mahasiswa
pertanian karena dapat mengetahui secara langsung bagaimana
keadaan agroekosistem yang sebenar-benarnya. Selain itu,
mahasiswa dapat melihat dan memahami secara langsung
interaksi apa yang terjadi di dalamnya. Kemudian adanya
pengamatan praktikum Ekologi Pertanian ini juga bermanfaat bagi
mahasiswa sebab dapat mengetahui apakah agroekosistem yang
diamati sudah mencapai keseimbangan atau belum sehingga
3

adanya pengamatan ini mampu membantu mahasiswa pertanian


untuk mengetahui lahan yang baik untuk digunakan dalam
pertanian.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Ubi Jalar


Ubi jalar (Ipomoea Batatas L.) merupakan salah satu
tanaman penghasil karbohidrat yang keempat setelah padi, jagung
dan ubi kayu (Pulungan et al., 2018). Ubi jalar atau ketela rambat
merupakan tanaman umbi-umbian yang termasuk ke dalam
tanaman dikotil dengan kelompok keluarga Convolvulaceae. Ubi
jalar adalah tanaman semak bercabang dengan daun yang
berbentuk segitiga berlekuk dan memiliki bentuk umbi yang
berukuran besar. Pada umumnya, tanaman ubi jalar tersusun atas
dua bagian yaitu brangkasan seperti batang utama, daun, bunga,
dan organ tanaman yang berada di bawah permukaan tanah
seperti akar dan ubi. Menurut Yoandari et al. (2017) ubi jalar
memiliki dua tipe akar yaitu akar penyerap hara yang terdapat di
dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Akar penyerap hara
yang terdapat di dalam tanah berperan sebagai penyerap unsur
hara, sedangkan akar lumbung berperan untuk tempat menyimpan
sebagian makanan yang akan terbentuk menjadi umbi. Sekitar 15%
dari semua akar ubi jalar akan menebal dan nantinya membentuk
akar lumbung. Wahyuni dan Wargiono (2012) menambahkan jika
ubi jalar ini dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan juga
generatif. Perbanyakan ubi jalar secara generatif dilakukan dengan
cara pemuliaan tanaman, sedangkan untuk perbanyakan secara
vegetatif dilakukan dengan cara stek batang.
Sumber genetik atau plasma nutfah ubi jalar yang tumbuh
berjumlah lebih dari 1000 jenis, tetapi baru 142 jenis tanaman ubi
jalar yang dapat diidentifikasi (Utari et al., 2017). Ubi jalar termasuk
4

kedalam salah satu jenis komoditas bahan pangan yang memiliki


beberapa varietas dengan karakteristik masing – masing. Terdapat
dua jenis ubi jalar yaitu ubi jalar kuning dan ubi jalar ungu. Ubi jalar
kuning memiliki manfaat dapat menyembuhkan penyakit mata yang
diderita balita dan vitamin A yang terkandung di dalam ubi jalar
kuning ini berperan penting untuk pemeliharaan sel – sel epitel
mata (Marta et al., 2013). Ubi jalar mempunyai potensi besar untuk
dijadikan sebagai bahan baku dalam industri pangan yang dilihat
dari fleksibilitas bahan dan kandungan gizi ubi jalar (Rosidah,
2014). Ubi jalar ini mengandung beberapa zat penting untuk tubuh,
seperti vitamin, mineral, serat, dan antosianin yang terdapat pada
ubi merah dan ubi ungu. Antosianin pada ubi jalar berwarna ungu
ini dapat digunakan sebagai anti kanker dan anti bakteri
perlindungan terhadap penyakit jantung. Selain itu, ubi jalar adalah
salah satu sumber kalsium untuk pertumbuhan gigi dan tulang.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada
dataran rendah maupun dataran tinggi. Daerah dataran rendah
yang dapat ditanam ubi jalar yaitu memiliki ketinggian 0 – 350 m di
atas permukaan laut (dpl) dan dataran tinggi dengan ketinggian
kurang lebih 700 m dpl (Hayati et al., 2016). Selain itu, terdapat
faktor utama yang dapat mempengaruhi tumbuhnya ubi jalar yaitu
kelembaban udara, curah hujan, temperatur, penyinaran matahari,
keadaan tanah, dan letak geografi. Widodo (2014) berpendapat jika
curah hujan yang sesuai dengan syarat tumbuh ubi jalar yaitu
sekitar 500 mm dengan temperatur di antara 25ºC – 27ºC.
Tanaman ubi jalar cocok ditanam pada tanah dengan jenis fraksi
pasir – debu di lapisan atas atau top soil dan fraksi lembung pada
lapis bawah atau subsoil. Jika terjadi aerasi yang buruk dalam
tanah pada saat pembentukan umbi maka mengakibatkan akar
yang nantinya akan menjadi umbi terganggu karena lignifikasi stele
akan menekan aktivitas kambium primer. Tanaman ubi jalar akan
5

lebih baik ditanam pada saat awal musim kemarau setelah


tanaman padi. Hal ini dikarenakan tanaman ubi jalar adalah
tanaman yang tidak memerlukan banyak air dan tahan kekeringan.
Rosani et al. (2020) menambahkan bahwa kemasan pada tanah
adalah salah satu faktor penting karena memiliki pengaruh
terhadap ketersediaan unsur hara. Pada umumnya, pH tanah yang
sesuai dengan syarat tumbuh ubi jalar bernilai 5,2 – 8,2.
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang memiliki
usia tumbuh yang pendek yaitu sekitar 4 bulan pada daerah
dataran rendah dan 6 bulan pada daerah dataran tinggi (Ghozali,
2015). Secara umum, fase pertumbuhan tanaman ubi jalar terdiri
dari pertumbuhan generatif dan pertumbuhan vegetatif dimana
pertumbuhan tanaman didominasi oleh fase vegetatif pertumbuhan
batang dan daun yang berlebihan sehingga pembentukan ubi
berkurang akibatnya karbohidrat yang tersisa pada perkembangan
ubi menjadi sedikit (Surbakti, 2022). Fase pertumbuhan generatif
tanaman ubi jalar dimulai ketika pembibitan stek pada saat awal
tanam dan fase pertumbuhan generatif berlangsung ketika daun,
batang, akar mulai tumbuh hingga pertumbuhan dan
perkembangan umbi berlangsung.
Fase pertumbuhan tanaman ubi jalar, juga dapat diukur
berdasarkan proses pembentukan umbi pada tanaman. Tahap
perkembangan umbi pada tanaman ubi jalar dimulai ketika akar
adventif mulai tumbuh dan berkembang menjadi umbi (Puri, 2017).
Berdasarkan penelitian Silvia et al. (2021) pembentukan umbi pada
tanaman ubi jalar dipengaruhi oleh keadaan iklim mikro tanah dan
aerasi drainase dalam tanah dimana saat aerasi serta drainase
pada tanah tidak lancar dan kondisi tanah tidak gembur maka
pembentukan umbi akan terhambat dan dapat mengalami
pembusukan. Kurun waktu pembentukan umbi ini dapat dibedakan
6

menjadi tiga fase yaitu fase awal pertumbuhan, fase pembentukan


umbi, fase pengisian umbi.
a) Fase Awal Pertumbuhan
Fase awal pertumbuhan umbi tanaman ubi jalar berlangsung
sejak awal penanaman bibit stek hingga tanaman memasuki umur
4 minggu setelah tanam. Fase awal pertumbuhan ditandai dengan
pertumbuhan akar muda yang berlangsung cepat, namun
pembentukan batang dan daun cenderung masih lambat (Ghozali,
2015).
b) Fase Pembentukan Umbi
Fase pembentukan umbi tanaman ubi jalar berlangsung saat
tanaman berumur 4-8 minggu. Fase ini biasanya berlangsung
antara 4-6 MST bergantung pada jenis varietas dan keadaan
lingkungan tumbuh tanaman. Saat tanaman memasuki umur 7
minggu, pembentukan umbi telah mencapai 80%. Ciri
berlangsungnya pembentukan umbi adalah ketika pertumbuhan
batang dan daun berlangsung cepat. Pada fase ini sulur pada
tanaman ubi jalar tampak paling lebat (Ghozali, 2015).
c) Fase Pengisian Umbi
Fase pengisian umbi tanaman ubi jalar berlangsung saat
tanaman berumur 8-17 minggu. Pada umur tersebut, tanaman
berhenti membentuk umbi baru karena tanaman akan berfokus
untuk membesarkan umbi yang sudah ada. Ciri pembentukan dan
pengisian umbi berlangsung cepat adalah ketika pertumbuhan
batang dan daun berkurang. Pengisian zat makanan dari daun ke
umbi berhenti pada saat tanaman berumur 13 minggu. Sementara
mulai dari umur 14 minggu, daun tanaman mulai menguning dan
rontok. Tanaman ubi jalar dapat dipanen umbinya pada saat
tanaman telah berumur 17 minggu (Ghozali, 2015).
2.4 Pengaruh Varietas terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
Perlakuan varietas ubi jalar dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman ubi jalar diantaranya pada panjang
7

tanaman, jumlah daun, maupun produksi tanaman (Ghozali, 2015).


Hal tersebut dikarenakan berbagai varietas tanaman ubi jalar
memiliki sifat genetik yang berbeda. Dewi dan Sutrisno (2014)
menyatakan bahwa salah satu jenis varietas ubi jalar Antin-1
memiliki rataan komponen produksi terendah bila dibandingkan
dengan varietas lainnya. Penentuan varietas tanaman ubi jalar juga
menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek dimana stek
memiliki akar yang baik, tanah sumber bahan stek dan perlakuan
terhadap bahan stek yang optimal.
Perbedaan penampilan tanaman ubi jalar dari berbagai
varietas merupakan akibat dari pengaruh genetik dan lingkungan
(Adrianus, 2012). Gen-gen yang beragam dari masing-masing
varietas tervisualisasikan dalam karakter-karakter yang beragam,
sehingga pemilihan varietas sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil dari tanaman ubi jalar. Dzikriaka et al.
(2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Setiap varietas
dapat memberikan respon berbeda terhadap produktivitas
komoditas. Hal tersebut dikarenakan pemangkasan pada karakter
jumlah daun, bobot daun, luas permukaan daun, panjang sulur,
serta bobot umbi, kecuali nisbah berat daun, dan indeks panen.
Dalam penelitiannya tersebut, diperoleh hasil bahwa pemangkasan
daun pada tanaman ubi jalar dapat menyebabkan terjadinya
penurunan yang nyata pada bobot segar umbi per hektar pada
varietas BIS OP-61-OP-22 dan Beta -2, namun tidak terjadi
penurunan secara nyata pada varietas Kuningan Merah.
Pemangkasan disaat musim penghujan juga dapat mengakibatkan
pertumbuhan vegetatif menjadi subur dan menghambat
pertumbuhan generatif.
2.5 Pengaruh Mulsa terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
Mulsa adalah suatu bahan yang digunakan untuk menutupi
tanah agar dapat menjaga penguapan air dalam tanah, memelihara
struktur tanah, dan dapat menekan pertumbuhan gulma.
8

Penggunaan mulsa pada kegiatan budidaya memiliki berbagai


keuntungan, baik dari aspek fisik maupun kimia tanah. Secara fisik
mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mampu
mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman
(Annisa et al., 2014). Pada umumnya, mulsa yang digunakan
adalah mulsa yang berasal dari jerami dan mulsa plastik hitam
perak (MPHP). Penutupan permukaan tanah menggunakan sisa –
sisa tanaman atau mulsa organik dapat menahan percikan air
hujan sehingga pengikisan pada lapisan atas tanah dapat
dikurangi. Mulsa dengan bahan jerami memiliki daya pantul yang
dapat mengurangi radiasi yang diterima dan diserap oleh tanaman.
Percikan dari air hujan bercampur dengan tanah yang berasal dari
suatu bedengan tanpa mulsa akan mengakibatkan adanya patogen
sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman (Anto & Mukhlis,
2019). Penggunaan mulsa jerami menunjukkan bahwa mulsa
tersebut dapat menjaga suhu permukaan tanah lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan mulsa plastik, hal tersebut dapat
membuat pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Mulsa jerami
dapat menghasilkan unsur hara kalium yang dibutuhkan pada ubi
jalar. Mulsa jerami ini berpengaruh pada stek tanaman ubi jalar
yang ditanam.
Salah satu jenis mulsa yang paling banyak digunakan
adalah mulsa anorganik seperti plastik. Menurut Annisa et al.
(2014) penggunaan mulsa anorganik dapat memperbaiki udara
dalam tanah dan juga ketersediaan air bagi tanaman,
meningkatkan hasil per satuan luas, mengurangi erosi akibat hujan
dan angin, efisien dalam penggunaan pupuk, dapat mengurangi
serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan
gulma dan mencegah pemadatan tanah. Soenyoto (2014)
menambahkan jika mulsa plastik hitam dan mulsa plastik perak
mampu memodifikasi keseimbangan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman sehingga pertumbuhan perakaran akan baik.
9

Pertumbuhan perakaran yang baik akan membuat pertumbuhan


tajuk tanaman menjadi baik pula. Menurut Astrini (2012)
penggunaan mulsa dilakukan agar radiasi matahari yang dapat
diserap oleh daun – daun ubi jalar cukup sehingga menghasilkan
fotosintesis lebih banyak yang nantinya pembentukan umbi lebih
maksimal. Jenis bahan mulsa yang digunakan sangat
mempengaruhi konsentrasi Fe, Mn, Zn, dan Cu pada organ
tanaman.
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada bulan April hingga
bulan Mei 2022 di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya yang berlokasi di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru,  Kota Malang, Jawa Timur. Lahan pengamatan berada
pada ketinggian 460 mdpl. Selain itu, daerah pada lahan
pengamatan memiliki suhu kisaran 20°C - 28°C.
3.2 Alat dan Bahan
Pengamatan praktikum Dasar Budidaya Tanaman dilakukan
dengan ditunjang alat-alat dan bahan-bahan yang telah disiapkan.
Pada praktikum kali ini, alat-alat yang dibutuhkan adalah cangkil
atau cangkul, cetok, ember, tali rafia, meteran, tusuk sate, dan
termometer tanah. Kemudian bahan-bahan yang digunakan adalah
bibit ubi jalar varietas antin, pupuk kandang, pupuk cair PGPR,
pupuk NPK, dan air.
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan dalam budidaya tanaman ubi jalar ini
berukuran 2 m x 3,5 m. Pengolahan lahan dilakukan menggunakan
cangkul. Tahap awal dalam pelaksanaan persiapan lahan adalah
membersihkan lahan dari gulma yang ada. Gulma dibersihkan
dengan cara dicabut menggunakan tangan. Setelah lahan bersih
dari gulma, lahan disiram menggunakan air agar memudahkan
proses penggaruan lahan. Penggaruan lahan dilakukan
menggunakan cangkul dengan tujuan menghancurkan gumpalan-
gumpalan tanah yang keras sehingga tekstur tanah lebih gembur
dan mudah untuk ditanami. Selagi dilakukan penggaruan lahan,
dilakukan pula proses pemupukan agar pupuk lebih tercampur
merata pada lahan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan 3
guludan yang masing-masing memiliki ukuran lebar dasar 50 cm,
tinggi 20-30 cm, dan jarak antar puncak guludan sebesar 50 cm.
10

3.3.2 Penanaman
Penanaman dilakukan ketika lahan sebagai media tanam
yang digunakan telah siap. Perlu diketahui juga, sebelum mulai
menanam pastikan bibit yang akan digunakan dalam kondisi
bagus, tidak mengalami kerusakan, dan sebelumnya tidak ada
riwayat penyakit pada tanaman yang akan digunakan sebagai bibit.
Penanaman diawali dengan merendam bibit ubi jalar varietas antin
ke dalam PGPR yang sebelumnya telah dilarutkan dengan air.
Sementara itu, lubangi lahan yang telah disiapkan sebelumnya
dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm pada masing-masing guludan
yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian, proses penanaman
dapat dimulai dengan mengambil satu persatu bibit ubi jalar,
pastikan hanya terdapat tiga daun pada masing-masing bibit dan
ketika sebelum di tanam, pada pangkal bibit ubi jalar dipatahkan
sehingga membentuk huruf V, tetapi pastikan batang tidak sampai
terputus. Bagi bibit yang telah siap, dapat ditanam pada lubang
yang telah dibuat sebelumnya dan timbun kembali dengan
menggunakan tanah. Langkah selanjutnya, apabila seluruh bibit
telah ditanam, dapat disiram dengan menggunakan sisa larutan
PGPR dan menggunakan air yang telah disiapkan sebelumnya.
3.3.3 Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada saat awal penanaman
menggunakan pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang
dilakukan ketika proses persiapan lahan supaya pupuk dapat
tercampur rata. Sementara itu, dan pupuk SP36 diberikan dengan
dosis 50 kg/ha. Selanjutnya, ketika tanaman ubi jalar berusia 2
MST dilakukan pemupukan kembali dengan menggunakan pupuk
urea dengan dosis 150 kg/ha, serta pupuk KCL dengan dosis 160
kg/ha. Pemberian pupuk SP36, urea, dan KCL diberikan di samping
tanaman dengan jarak sekitar 5 cm dari tempat tanaman ditanam.
11

3.3.4 Perawatan
Setelah dilakukan proses penanaman, maka tahap
selanjutnya, yaitu menjaga tanaman supaya dalam kondisi yang
baik. Adapun kegiatan perawatan yang dilakukan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut.
1. Pemupukan pertama dilakukan ketika awal penanaman menggunakan
pupuk SP36 dengan dosis 50 kg/ha. Kemudian dilakukan pemupukan
pada 14 hst menggunakan pupuk Urea dengan dosis 150 kg/ha serta
pupuk KCl 150 kg/ha.
2. Penyulaman
Bibit yang mati sebelum empat minggu sebaiknya disulam.
Penyulaman lebih dari 4 minggu akan menghasilkan umbi yang rendah
karena tidak mampu bersaing dengan tanaman disekitarnya.
3. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada saat pagi atau sore hari secara teratur
setiap harinya. Penyiraman dilakukan secukupnya namun tidak sampai
tergenang.
4. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan cara mengambil atau
mencabut tumbuhan selain tanaman budidaya pada lahan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Budidaya
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan mengambil hama secara
langsung jika serangan OPT meningkat maka perlu dilakukan
penyemprotan pestisida serta menanam tanaman refugia di sekitar
lahan.
3.3.5 Pengamatan
Variabel yang perlu diamati pada kegiatan pengamatan
penanaman ubi jalar varietas antin adalah umur kemunculan tunas
atau anakan, jumlah tunas atau anakan, tinggi tanaman, dan suhu
tanah. Pengamatan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 2
MST. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 1 kali dalam
seminggu dengan cara mengukur tinggi tanaman diukur mulai
12

pangkal batang hingga pada bagian atau sulur yang terpanjang


menggunakan penggaris atau meteran. Pengamatan kemunculan
tunas atau anakkan dilakukan dengan mengamati kemunculan
daun setiap 1 kali dalam seminggu, daun yang dihitung adalah
daun yang telah terbuka sempurna dan tidak mengalami kerusakan
diatas 50% (akibat serangan hama atau penyakit). Dan yang
terakhir yaitu mengukur suhu tanah, sebelum menancapkan
termometer air raksa ke dalam tanah, buatlah lubang sesuai
dengan kedalaman pengamatan, kemudian tancapkan termometer
pada kedalaman 10 cm dan 20 cm selama 1 menit, dan lakukan
pengamatan serentak pada waktu yang sama.
3.4 Parameter Pengamatan
3.4.1 Panjang Tanaman
Panjang tanaman merupakan parameter yang diamati untuk
mengetahui aktivitas pertumbuhan vegetatif tanaman. Pengukuran
panjang tanaman dilakukan satu minggu sekali dimulai dari
tanaman berusia 2 MST. Panjang tanaman diukur mulai dari batang
yang berada pada permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi
dengan menggunakan meteran.
3.4.2 Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan sebanyak satu kali
setiap satu minggunya. Pengamatan mulai dilakukan ketika
tanaman ubi jalar telah berusia 2 MST. Daun diamati dan dihitung
jumlahnya dengan memerhatikan beberapa syarat. Berikut
merupakan syarat sebagai acuan perhitungan daun adalah daun
telah terbuka sempurna, tidak mengalami kerusakan di atas 50%
yang diakibatkan oleh serangan hama atau penyakit. Kemudian,
catat dan dokumentasikan hasilnya.
3.4.3 Suhu Tanah
Pengamatan suhu tanah pada praktikum ini dilakukan
menggunakan alat termometer tanah pada perlakuan dengan
mulsa dan non mulsa dengan kedalaman tanah yang berbeda
13

yaitu, 10 cm dan 20 cm. Kemudian hasil data yang diperoleh dari


pengamatan tersebut digunakan sebagai pembanding antara kedua
perlakuan. Lalu catat dan dokumentasikan sebagai bukti
3.4.4 Jumlah Gulma
Pengamatan jumlah gulma pada praktikum ini dilakukan
dengan cara menghitung banyaknya gulma pada lahan
pengamatan. Pengamatan gulma dilakukan sebanyak 2 kali ketika
tanaman ubi jalar berusia 2 MST dan 4 MST. Kemudian,
melakukan proses dokumentasi sebagai bukti pengamatan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN DAN SARAN

NOTE:

1. FORMAT DIPERBAIKI SESUAI KETENTUAN


2. COPAS MASIH BANYAK DAN NGAWUR
3. LATAR BELAKANG MASIH SEDIKIT NGAMBANG BLM NEMU
URGENSI PRAKTIKUM KALIAN
4. BAB 3 METODE ITU YG SPESIFIK SESUAI YANG KALIAN
LAKUKAN DI LAPANG
14

DAFTAR PUSTAKA
Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L.) pada Tinggi Petakan yang Berbeda J. Agricola, 2(1), 49-
69.
Annisa, K. S., Bakrie, A. H., Ginting, Y. C., Hidayat, K. F. (2014).
Pengaruh Pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak dan Aplikasi Dosis
Zeolit pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Radish (Raphanus
satufus L.). J. Agrotek Tropika, 2 (1), 30-35.
Anto, S., & Mukhlis, M. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk KCl Dan Jenis
Mulsa terhadap Pertumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.).
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 4(2), 89.
Astrini, Y. D. (2012). Studi Pengaruh Penekanan Pertumbuhan Akar pada
Ruas-Ruas Batang Atas Terhadap Hasil pada Ruas-Ruas Batang
Atas terhadap Hasil Umbi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Skripsi.

Dzikrika, F. N., Gurito, B. 2020. Pengaruh Waktu Pemangkasan


dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.). Jurnal Produksi Tanaman, 8(8), 743-752.

Edy Soenyoto. (2014). Pengaruh Dosis Pupuk Phonska dan Penggunaan


Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar
Ungu (Ipomea batatas L.) Varietas Ayamurasaki. 12(3), 100-107.
Ghozali, M. I. 2015. Pengaruh Beberapa Varietas dan Waktu Tanam,
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar pada Sistem
Tumpangsari dengan Jagung. Skripsi. Jember: Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Hayati, M., Nurhayati, A. Marliah,  dan M. K. (2016). Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Dataran
Menengah Saree, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Floratek, 11(1),
44-50.
Marta, D. C. V., Nugraha, T. C., Ardiati, R. L., Rijati, S., Saleha, A., &
Amalia, R. M. (2013). Kontribusi Pemanfaatan Ubi Jalar sebagai
Produk Lokal Desa Sayang, Kabupaten Sumedang terhadap
15

Peningkatan Ekonomi Kreatif Masyarakat Setempat. Jurnal


Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(12), 1032–1035.
Nafi’ah, H. H., Karuniawan, A. 2016. Laju Pertumbuhan Lima Genotip Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.) yang Diberi Kombinasi Bokashi Jerami
dan Pupuk Kalium di Lahan Kering. JAGROS, 1(1), 31-47.
Pulungan, A. S., Lahay, R. R., Purba, E. 2018. Pengaruh Waktu
Pemberian dan Konsentrasi Paklobutrazol Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Jurnal
Agroekoteknologi FP USU, 6(1), 1-6.
Putri, I. D. P. 2017. Tahap Perkembangan Umbi Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L.) Varietas Sari. Simki-Techsain, `1(1), 1-5.
Rosani, A. R., Soemarno, S., & Sulaiman, Y. (2020). Evaluasi Kesesuaian
Lahan Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dengan
Memanfaatkan Aplikasi SPKL di Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 8(1),
273–279. https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.30
Rosidah. (2014). Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan.
Teknobuga, 1(1), 44–52.
Silvia, C. M., Kurniawati, N., Syafiuddin. 2021. Produksi Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Kalium dan
Waktu Pembalikan Batang. Jurnal Wacana Pertanian, 17(1), 1-8.
Suprapti, M. L. 2003. Tepung Ubi Jalar: Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Surbakti, R. C. 2022. Pertumbuhan Tunas Bibit G0 Ubi Jalar Cilembu
(Ipomoea batatas L.) Melalui Proses Vernalisasi dan Berbagai Tipe
Pemotongan Ubi. Skripsi. Medan: Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Utari, D. S., Kardhinata, E. H., & Damanik, R. I. M. (2017). Analisis
Karakter Morfologis Dan Hubungan Kekerabatan Tanaman Ubi
Jalar (Ipomoea Batatas L.) Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah
Sumatera Utara. Jurnal Agroekoteknologi FP USU, 5(4), 870–881.
16

Wahyuni, T. Sri, dan Wargiono, J. (2012). Morfologi dan Anatomi


Tanaman. In Ubijalar: Inovasi Teknologi dan Prospek
Pengembangan (p. 397).
Widodo, Y. (2014). Teknologi Budidaya Praktis Ubi Jalar Mendukung
Ketahanan Pangan Dan Usaha Agroindustri. Buletin Palawija,
0(17), 21–32.
Yoandari, Lahay, R. R., & Rahmawati, N. (2017). Respons Pertumbuhan
dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Tinggi
Bedengan dan Dosis Pupuk Kandang Ayam. Jurnal
Agroekoteknologi FP USU, 5(5), 33–41.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai