Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Oleh:

M. AGUNG SAMUDRA SINAGA


214110063

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh:

Nama : M. AGUNG SAMUDRA SINAGA


NPM : 214110063
Kelas :4A
Prodi : AGROTEKNOLOGI

Menyetujui,

Dosen Pengampu Asisten Dosen

Ir. Zulkifli, MS. Nursamsul Kustiawan, SP., MP.


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan sentuhan indah dan melimpahkan rahmat karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul “Budidaya

Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada

bapak Ir. Zulkifli, MS. selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan

arahan dan bimbingan dalam penulisan laporan praktikum ini hingga selesai.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada bapak Nursamsul Kustiawan,

SP., MP. Selaku Asisten Dosen Pembimbing matakuliah Teknologi Produksi

Tanaman Pangan.

Penulis telah berupaya maksimal dalam penyempurnaan penulisan laporan

praktikum ini. Namun, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap

semoga laporan ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan praktikum yang

akan datang.

Pekanbaru, 27 Juni 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Praktikum 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4

III. BAHAN DAN METODE 10

A. Tempat dan Waktu 10

B. Bahan dan Alat 10

C. Pelaksanaan Praktikum 10

D. Parameter Pengamatan 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13

V. PENUTUP 16

A. Kesimpulan16

B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Umur Muncul Bunga (Hst) 13

Tabel 2. Umur Muncul Buah (Hst) 13

Tabel 3. Panjang Tongkol (cm) 14

Tabel 4. Berat Biji (gr) 14

Tabel 5. Jumlah Biji (Butir) 15

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Praktikum 19


iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum 19

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Jagung 20

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum 22


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi

kehidupan manusia dan hewan. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga

merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di

Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat

konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk

Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting,

namun tingkat produksi belum optimal.

Tanaman jagung tak hanya kaya serat, jagung juga sumber karbohidrat

kompleks, dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten,

kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang dapat

membantu menurunkan kolesterol.

Jagung merupakan jenis tanaman yang disukai dan selalu dipergunakan oleh

masyarakat sebagai bahan masakan. Sehingga pasokan untuk kebutuhan jagung

harus senantiasa tersedia untuk konsumsi masyarakat. Akan tetapi jagung tidak

digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia karena kadar lisin dan tryptopan

sangat rendah. Jika dikonsumsi sangat banyak akan menimbulkan penyakit radang

tenggorokan (pellagra). Adapun tanaman jagung ini biasanya digunakan sebagai

bahan olahan makanan ringan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman

jagung adalah dengan pemupukan. Salah satu fungsi pupuk adalah menambah

unsur hara di dalam tanah dalam bentuk tersedia. Artinya, pupuk yang diberikan

itu harus dapat diserap tanaman. Pupuk didefinisikan sebagai material yang
ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi unsur

hara. Banyak jenis pupuk organik dan anorganik yang beredar di pasaran.

Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan produksi hasil

pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah

pupuk kandang (pukan) yang berasal dari kotoran hewan. Karena pupuk kandang

(pukan) mudah dibuat dan digunakan oleh para petani serta bahan-bahanuntuk

membuatnya mudah untuk didapatkan.

Pupuk kandang/kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian antara

lain adalah kotoran ayam, sapi, kerbau dan kambing. Komposisi hara pada

masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis

makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah

daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biaya aplikasi pemberian pupuk kandang

(pukan) ini lebih besar daripada pupuk anorganik.

Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang dibuat dengan mencampurkan

unsur-unsur pupuk yaitu N, P, dan K. Untuk mengurangi biaya pemupukan sering

digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal.

Kebutuhan unsur hara untuk satu jenis tanaman tergantung dari umur tanaman,

jenis tanaman dan iklim.

Pupuk NPK (nitrogen phosphate kalium) merupakan pupuk majemuk cepat

tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang beredar

dipasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya

masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 16-16-16 dan 8-20-15.

Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12 atau 20-20-

20. Tiga tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup

tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman.


Produktivitas jagung manis merupakan karakteristik keunggulan yang

sangat penting. Penanaman jagung manis menggunakan varietas unggul yang

mempunyai produktivitas tinggi dapat meningkatkan produktivitas hasil di lahan

sempit maupun skala luas.

Varietas adalah salah satu diantara banyak faktor yang sangat menentukan

dalam pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain faktor lingkungan, penggunaan

varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang terpenting untuk

mencapai produksi yang tinggi. Penggunaan varietas unggul mempunyai

kelebihan dibandingkan dengan varietas lokal dalam hal produksi, ketahanan

terhadap hama dan penyakit, respons pemupukan dan ketahanan terhadap gaya

gaya perusak luar lainnya sehingga produksi yang diperoleh baik kualitas maupun

kuantitas dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan praktikum ini adalah

bagaimana cara teknik budidaya tanaman jagung yang baik dan benar agar

menghasilkan produksi jagung yang bermutu dan berkualitas.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam penulisan laporan praktikum ini adalah untuk

mengetahui cara teknik budidaya tanaman jagung yang baik dan benar agar

menghasilkan produksi jagung yang bermutu dan berkualitas.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap

perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh

hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti

tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang

bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan-temuan genetik,

antropologi, dan arkeologi di ketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika

Tengah (Anonim, 2012).

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

keluarga rumput-rumputan. Menurut BPS (2010), produksi tanaman jagung dari

tahun ke tahun di sumatera utara semakin meningkat, seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk. Produksi tertinggi di Sumatera Utara terdapat

pada Karo (456.649 ton) sedangkan terendah terdapat pada Nias Barat (60 ton).

Sedangkan pada sumatera utara pada 2009 menghasilkan 1.166.548 ton, pada

2010 meningkat menjadi 1.377.718 ton.

Klasifikasi dari tanaman jagung yaitu Kingdom: Plantae (Tumbuhan),

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi:

Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan

berbunga), Kelas: Liliopsida (berkeping satu/monokotil), Sub Kelas:

Commelinidae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan), Genus:

Zea, Spesies: Zea mays L. (Rukmana, 1997).

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar

seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan

melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar

seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula

berkembang dari buku diujung mesokotil, kemudian setelah akar adventif

berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku,

semuanya berada dipermukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut

akar tebal. Bobot total akar jagung terdiri atas 48% akar nodal, 52% akar adventif

yang muncul pada dua atau tiga buku diatas permukaan tanah. Fungsi dari akar

penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.

Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air (Subekti dkk., 2008).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan

bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer),

Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu

tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata

pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap

stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Subekti dkk.,

2012).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin (Subekti dkk., 2012).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk

silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat

tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu

kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).

Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan

bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan

bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler

yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe

jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan

sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles

vaskuler (Paliwal, 2000).

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)

dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas

bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh

sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak

tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning

dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari

buku, di antara batang dan pelepah daun (Subekti dkk., 2012).

Biji jagung letaknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan letak

bunga. Biji dibungkus oleh perikarp yang terdiri dari embrio dan endosperm.

Embrio terdiri dari plumula, radikula dan stukellum. Bentuk biji ada yang bulat,

berbentuk gigi sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi antara lain

kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Marpaung, 2009).

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang

gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-

7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan

teras
dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara

50-600 m dpl (Purwono dan Hartono, 2005).

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah

beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 50 0 LU-400 LS. Pada lahan yang tidak beririgasi,

pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan

selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan

sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki

tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27 0-320 C (Purwono dan

Hartono, 2005).

Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang dibuat dengan mencampurkan

unsur-unsur pupuk yaitu N, P, dan K. Untuk mengurangi biaya pemupukan sering

digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal.

Kebutuhan unsur hara untuk satu jenis tanaman tergantung dari umur tanaman,

jenis tanaman dan iklim (Hasibuan, 2006).

Pemberian pupuk NPK tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan

bobot kering tanaman jagung, kecuali perlakuan NPK tunggal setara pupuk

majemuk 300 kg/ha dan NPK majemuk 600 kg/ha dibandingkan dengan

perlakuan NPK standar (Tubherkih dan Sipahutar, 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa hara N, P, dan K yang berasal dari pupuk NPK

majemuk sama pengaruhnya dengan pupuk N, P, dan K tunggal terhadap

peningkatan bobot biomas kering tanaman jagung. Untuk mencapai keseimbangan

hara, pemupukan NPK majemuk masih perlu ditambah pupuk tunggal, terutama

sumber hara N. Pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi tanaman, bobot

kering tanaman dan hasil biji jagung. Pemupukan N, P2O5 dan K2O (175-80-60)

memberikan hasil maksimum di Faisalabad, Pakistan (Asghar dkk., 2010).


Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan

atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, baik yang

berbentuk cair, maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah untuk

memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, selain sebagai sumber

unsur hara bagi tanaman. Pupuk organik atau bahan organik merupakan sumber

nitrogen tanah yang utama, dan di dalam tanah pupuk organik akan dirombak oleh

mikroorganisme menjadi humus, atau bahan organik tanah (Susanti, 2016).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak,

seperti sapi, kuda, kambing, ayam, dan domba yang mempunyai fungsi, antara

lain menambah unsur hara tanaman, menambah kandungan humus dan bahan

organik tanah, memperbaiki struktur tanah serta memperbaiki jasad renik tanah.

Pupuk kandang terdiri atas campuran kotoran padat, air kencing dan sisa makanan

(tanaman). Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan

pupuk anorganik, yaitu dapat memperbaiki struktur tanah, menambah unsur hara,

menambah kandungan humus dan bahan organik, memperbaiki kehidupan jasad

renik yang hidup dalam tanah (Samadi dan Cahyono, 2005).

Varietas adalah salah satu diantara banyak faktor yang sangat menentukan

dalam pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain faktor lingkungan, penggunaan

varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang terpenting untuk

mencapai produksi yang tinggi. Penggunaan varietas unggul mempunyai

kelebihan dibandingkan dengan varietas lokal dalam hal produksi, ketahanan

terhadap hama dan penyakit, respons pemupukan dan ketahanan terhadap gaya-

gaya perusak luar lainnya sehingga produksi yang diperoleh baik kualitas maupun

kuantitas dapat meningkat (Hayati, 2011).


Secara umum benih varietas unggul jagung dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu benih varietas jagung bersari bebas dan hibrida. Varietas sangat perlu

diperhatikan untuk menunjang peningkatan produksi jagung (Ermanita dkk.,

2004).

Varietas jagung manis (Zea mays L.) saat ini telah banyak beredar di

Indonesia, tetapi kebanyakan varietas yang ditanam adalah varietas-varietas

komposit yang dibawa masuk dari negara-negara lain atau telah dipilih melalui

seleksi untuk diadaptasikan di negara ini. Penanaman jagung manis secara

komersial sebenarnya bermula pada akhir tahun 1980an, setelah varietas komposit

dibawa dari Thailand. Beberapa varietas lain juga telah dibentuk setelah itu

melalui program hibridisasi maupun seleksi. Penghasilan populasi-populasi

tersebut hanya sedikit mengalami peningkatan karena diperoleh dari latar

belakang genetik yang hampir sama (Saleh et al., 2002).

Varietas hibrida dan sintetik diketahui mempunyai potensi hasil lebih tinggi

berbanding dengan varietas komposit. Penggunaan varietas hibrida di Negara

maju adalah lebih banyak dibandingkan di Negara berkembang, di mana sebanyak

99% varietas hibrida digunakan di Negara maju dan hanya 39% di Negara

berkembang seperti Indonesia, sehingga produksi jagung manis di Indonesia

persatuan luas masih lebih rendah dibanding negara-negara maju (Aribawa, 2012).
III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultan Pertanian

Universitas Islam Riau. Praktikum ini dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung dari

bulan Maret hingga Juni 2023.

B. Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih

jagung manis, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK, decis, dithane dan allika.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul,

parang, mesin rumput, garu, gembor, hand sprayer, timbangan, penyemprot

rumput dan angkong.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan Praktikum

Lahan praktikum dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan mesin

rumput. Lalu lahan diratakan dengan menggunakan cangkul agar memudahkan

pada saat pembuatan bedengan.

2. Pembuatan Bedengan

Setelah lahan dibersihkan, asisten dosen membagi bedengan masing-masing

Mahasiswa/i. Lalu dibentuklah bedengan dengan ukuran 2,5 m x 1,5 m.

3. Pemupukan Dasar

Setelah bedengan dibentuk, mahsiswa/i memberikan pupuk dasar berupa

pupuk organik yaitu pupuk kandang. Pupuk diberikan sebanyak 1 karung untuk 1

bedengan. Setelah itu diamkan bedengan yang telah diberi pupuk dasar selama ± 2

minggu.
4. Penanaman

Setelah 2 minggu, bedengan yang telah diberikan pupuk dasar tadi

dilakukan penanaman benih jagung manis. Benih ditanam dengan cara ditugal.

Satu bedengan ditanam sebanyak 24 benih dengan jarak tanam 25 x 50 cm.

5. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan

sore hari dengan menggunakan gembor.

b. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk mencegah terjadinya persaingan dalam

penyerapan air dan unsur hara antara tanaman jagung dengan gulma. Penyiangan

rerumputan dilakukan dengan cara yatu mencabut rerumputan tersebut dan juga

menggunakan cangkul.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida

Decis menggunakan hand sprayer. Penyemprotan dilakukan pada sore hari.

Sedangkan penyakit digunakan fungisida Dithane dan disemprotkan ke seluruh

bagian tanaman.

6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat jagung sudah siap panen, dengan kriteria

panen dimana rambut tongkol jagung berwarna cokelat dan tongkolnya telah

berisi penuh, pemanenan dilakukan dipagi hari.


D. Parameter Pengamatan

1. Umur Muncul Bunga (Hst)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu tanaman telah

mengeluarkan bunga.. Pengamatan dilakukan jika 50% dari jumlah populasi per

bedengan telah mengeluarkan bunga. Data dari hasil pengamatan dianalisa secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Umur Muncul Buah (Hst)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu tanaman telah

mengeluarkan buah. Pengamatan dilakukan jika 50% dari jumlah populasi per

bedengan telah mengeluarkan buah. Data dari hasil pengamatan dianalisa secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Panjang Tongkol (cm)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang tongkol per sampel pada

tanaman jagung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran. Data

panjang tongkol akan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Berat Biji (gr)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung berat biji per sampel pada

tanaman jagung dengan menggunakan timbangan. Data dari berat biji akan

disajikan dalam bentuk tabel.

5. Jumlah Biji (Butir)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumah biji per sampel pada

tanaman jagung. Data dari berat biji akan disajikan dalam bentuk tabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Umur Muncul Bunga (Hst)

Hasil pengamatan umur muncul bunga tanaman jagung disajikan dalam

tabel berikut ini :

Sampel Umur Muncul Bunga (Hst)


1 41 Hst
2 41 Hst
3 42 Hst
4 42 Hst
5 40 Hst
Tabel 1. Umur Muncul Bunga (Hst)

Dari tabel diatas, umur muncul bunga yang paling cepat pada sampel 5 yaitu

pada 40 Hst, sedangkan umur muncul bunga yang paling lama pada sampel 3 dan

4 yaitu pada 42 Hst. Umur muncul bunga dipengaruhi oleh nutrisi dan itensitas

cahaya yang diterima oleh tanaman. Semakin bagus nutrisi dan banyaknya

intensitas cahaya yang diterima, maka semakin cepat pula bunga tanaman jagung

tersebut muncul.

B. Umur Muncul Buah (Hst)

Hasil pengamatan umur muncul buah tanaman jagung disajikan dalam tabel

berikut ini :

Sampel Umur Muncul Buah (Hst)


1 40 Hst
2 40 Hst
3 41 Hst
4 41 Hst
5 42 Hst
Tabel 2. Umur Muncul Buah (Hst)

Dari tabel diatas, umur muncul buah yang paling cepat pada sampel 1 dan 2

yaitu pada 40 Hst, sedangkan umur muncul buah yang paling lama pada sampel 5

yaitu pada 42 Hst. Umur muncul buah dipengaruhi oleh nutrisi dan itensitas
cahaya yang diterima oleh tanaman. Semakin bagus nutrisi dan banyaknya

intensitas cahaya yang diterima, maka semakin cepat pula buah tanaman jagung

tersebut muncul.

C. Panjang Tongkol (cm)

Hasil pengamatan panjang tongkol tanaman jagung disajikan dalam tabel

berikut ini :

Sampel Panjang Tongkol (cm)


1 27 cm
2 28 cm
3 29 cm
4 28 cm
5 31 cm
Tabel 3. Panjang Tongkol (cm)

Dari tabel diatas, tongkol pada tanaman jagung yang paling panjang pada

sampel 5 yaitu 31 cm, sedangkan tongkol tanaman jagung yang paling pendek

pada sampel 1 yaitu 27 cm. Panjang tongkol tanaman jagung yang berbeda-beda

dipengaruhi oleh faktor genetik dan factor lingkungan. Salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi persentase tongkol berisi adalah ketersediaan

unsur P. Ketersediaan unsur P di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah.

D. Berat Biji (gr)

Hasil pengamatan berat biji per sampel tanaman jagung disajikan dalam tabel

berikut ini :

Sampel Berat Biji (gr)


1 336 gr
2 343 gr
3 409 gr
4 272 gr
5 380 gr
Tabel 4. Berat Biji (gr)

Dari tabel diatas, biji tanaman jagung yang paling berat pada sampel 3 yaitu

409 gr, sedangkan biji tanaman jagung yang paling ringan pada sampel 4 yaitu
272 gr. Berat biji pada tanaman jagung dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan

pemeliharaan yang teratur sehingga menghasilkan berat biji yang optimal.

E. Jumlah Biji (Butir)

Hasil pengamatan jumlah biji per sampel tanaman jagung disajikan dalam

tabel berikut ini :

Sampel Jumlah Biji (Butir)


1 584 butir
2 535 butir
3 670 butir
4 472 butir
5 612 butir
Tabel 5. Jumlah Biji (Butir)

Dari tabel diatas, jumlah biji tanaman jagung yang paling banyak pada

sampel 3 yaitu 670 butir, sedangkan jumlah biji tanaman jagung yang paling

sedikit pada sampel 4 yaitu 472 butir. Jumlah biji pada tanaman jagung

dipengaruhi oleh besar kecilnya buah jagung dan pemberian pupuk serta

pemeliharaan yang teratur.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan tanaman jagung dari awal hingga pemanenan cukup bagus dan

hasilnya cukup memuaskan karena pada semua tanaman jagung yang ditanam

tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tanaman jagung yang baik dipengaruhi oleh

pemberian pupuk dan pemeliharaan yang tepat dan teratur sehingga menghasilkan

buah yang cukup memuaskan.

B. Saran

Sebaiknya pada saat praktikum, mahasiswa/i lebih memperhatikan

tanamannya masing-masing agar tanaman yang ditanam dapat tumbuh dengan

baik. Dan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pemeliharaan tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan


sumberdaya dan tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.

Aribawa. 2012. Produksi Jagung; Strategi Meningkatkan Produksi Jagung.


Yogyakarta: Plantaxia.

Asghar dkk., 2010. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea
mays L.) terhadap Sistem Tanam dan Pemberian Pupuk Kandang Sapi.
Jurnal Agriland. Vol 7(1): 9-16.

Badan Pusat Statistik. 2010. Seleksi beberapa galur inbred jagung (Zea mays L.)
Generasi S5 dan S6 untuk pembetukan hinbrida. Hal 1.

Belfield dan Brown. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). Canberra.

Ermanita dkk., 2004. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman


Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Tengah.

Hasibuan. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Hayati. 2011. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Fakultas Pertanian
IPB. Bogor. 50 Hal.

Marpaung. 2009. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar Swadaya. Bogor.

Paliwal. 2000. Budidaya, Usaha, Pengolahan Agribisnis Jagung. Pustaka Grafika.


Bandung.

Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul, dalam Bara, A. dan M.A.
Chozin (Ed.) Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Vol. 2.

Rukmana. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius. 84 hlm.

Saleh et al., 2002. Bertanam Jagung. Jakarta. Penebar Swadaya.

Samadi dan Cahyono. 2005. Panduan Penggunaan Pupuk Organik. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Susanti. 2016. Penerapan Penerapan Organik. Yogyakarta: Kanisius.


Tubherkih dan Sipahutar. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung
pada Berbagai Jarak Tanam. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
30(3):196-203.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

No. Hari/Tanggal Kegiatan


1 Rabu/22-03-2023 Pembentukan dan Pembagian Bedengan
2 Kamis/30-03-2023 Pemberian Pupuk Kandang
3 Kamis/06-04-2023 Penanaman
4 Kamis/13-04-2023 Pemberian Pupuk Urea
5 Kamis/20-04-2023 Penyiangan
6 Kamis/27-04-2023 Penyisipan
7 Kamis/04-05-2023 Pemupukan NPK Organik
8 Sabtu/06-05-2023 Penyemprotan Decis
9 Kamis/11-05-2023 Pemeliharaan Tanaman yang Tumbang
-Pembersihan Gulma Areal Lahan
10 Sabtu/13-05-2023
-Penyemprotan Decis + Dhytane
11 Kamis/18-05-2023 Pemberian Pupuk Phonska
12 Kamis/25-05-2023 Sanitasi Gulma
-Sanitasi Gulma
13 Kamis/08-06-2023
-Penyemprotan Allika
14 Kamis/15-06-2023 Sanitasi Gulma
15 Kamis/22-06-2023 Pemanenan
Tabel 6. Jadwal Kegiatan Praktikum
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Jagung

Varietas : Paragon

Asal : Dalam negeri

Silsilah : JMP 07 F x JMP 07 M

Golongan varietas : Hibrida silang tunggal

Tinggi tanaman : 185,0 – 215,7 cm

Bentuk penampang batang : Bulat

Diameter batang : 2,16 – 2,17 cm

Warna batang : Hijau (Green Group RHS 143 A)

Bentuk daun : Panjang agak melengkung

Ukuran daun : Panjang 87,7 – 88,2 cm

Lebar : 9,11 – 9,19 cm

Warna daun : Hijau tua (Yellow Orange Group RHS 14 B)

Bentuk malai (tassel) : Tegak bersusun

Warna malai (anther) : Hijau (Green Group RHS 143 B)

Warna rambut : Hijau kekuningan (Green Yellow Group RHS 1 C)

Umur berbunga : 53 – 55 hari setelah tanam

Umur panen : 67 – 67 hari setelah tanam

Bentuk tongkol : Silindris ujung tumpul

Ukuran tongkol : Panjang 16,18 – 20,17 cm

Diameter : 5,09 – 5,23 cm

Warna tongkol : Hijau (Green Group RHS 143 A)

Bentuk biji : Seperti gigi

Warna biji : Kuning muda (Yellow Group RHS 13 C)

Baris biji : Lurus rapat


UKuran biji : Panjang 14,08 mm

Lebar : 11,24 – 11,27 mm

Rasa biji : Manis

Kadar gula : 11,47 – 11,77 obrix

Jumlah baris biji : 14 – 16

Berat 1.000 biji : 129,20 – 131,30 gram

Berat per tongkol : 371,31 – 431,49 gram

Jumlah tongkol per tanaman : 1

Berat tongkol per tanaman : 294,17 – 433,81 gram

Daya simpan suhu ruang : 3 hari setelah panen

Hasil tongkol per hektar : 19,61 – 28,77 ton

Populasi per hektar : 66.666 tanaman

Kebutuhan benih per hektar : 9,474 – 9,628 kg

Penciri utama : Terdapat daun tongkol, warna rambut hijau

kekuningan, warna kelobot hijau agak tua

Keunggulan varietas : Hasil tinggi, diameter tongkol besar, ukuran biji

besar

Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran rendah


Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum
BIODATA PENULIS

M. Agung Samudra Sinaga lahir pada tanggal 07 September 2002 di desa Lubuk

Batu Tinggal. Penulis merupakan warga berkebangsaan Indonesia dan beralamat

di Jl. Melon, Perum. BMP IV, Gading Marpoyan, Pandau Jaya, Siak Hulu,

Kampar, Riau. Penulis bersekolah Di SDN 002 Lubuk Batu Tinggal pada tahun

2009. Lalu melanjutkan Pendidikan di SMPN 1 Sungai Lala pada tahun

2015 dan melanjutkan Pendidikan di SMKS Perbankan Riau pada tahun

2018. Lalu di tahun 2021 melanjutkan kuliah di Universitas Islam Riau

dengan mengambil Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai