Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Oleh:

M. AGUNG SAMUDRA SINAGA


214110063

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh:

Nama : M. AGUNG SAMUDRA SINAGA


NPM : 214110063
Kelas :4A
Prodi : AGROTEKNOLOGI

Menyetujui,

Dosen Pengampu Asisten Dosen

Raisa Baharuddin, SP., M.Si Cusrin Irawan, SP., MP


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan sentuhan indah dan melimpahkan rahmat karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul “Budidaya

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.).

Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada ibu

Raisa Baharuddin, SP., M.Si selaku Dosen Pengampu yang banyak memberikan

arahan dan bimbingan dalam penulisan laporan praktikum ini hingga selesai.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Cusrin Irawan, SP., MP

selaku Asisten Dosen Pembimbing matakuliah Teknologi Produksi Tanaman

Hortikultura.

Penulis telah berupaya maksimal dalam penyempurnaan penulisan laporan

praktikum ini. Namun, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap

semoga laporan ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan praktikum yang

akan datang.

Pekanbaru, 29 Juni 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Praktikum 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 3

III. BAHAN DAN METODE 7

A. Tempat dan Waktu 7

B. Bahan dan Alat 7

C. Pelaksanaan Praktikum 7

D. Parameter Pengamatan 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 10

V. PENUTUP 11

A. Kesimpulan11

B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Umur Panen (Hst) 10

Tabel 2. Berat Buah (g) 10


iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum 13

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Cabai Rawit 14

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum 15


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu sayuran

unggulan yang bernilai ekonomi tinggi. Cabai rawit merupakan sayuran yang

keberadaannya tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia dalam

kehidupan sehari-hari. Biasanya, cabai rawit digunakan sebagai bahan bumbu

dapur, bahan utama industri saus, industri bubuk cabai, industri mie instan,

sampai industri farmasi.

Cabai rawit atau cabe rawit, adalah buah dan tumbuhan anggota genus

Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu

masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia

dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di

Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan

dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai

pepper atau bird's eye chili pepper.

Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang.

Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, ia dianggap

cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000-100.000 pada skala Scoville.

Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.

Cabai rawit merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi

disebabkan karena rasa pedas dan kandungan karotenoidnya. Di Indonesia tingkat

konsumsi masyarakat per kapita terhadap cabai cukup tinggi, demikian pula cabai

pun dibutuhkan pada beberapa industri.

Cabai rawit akan bertumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam

pada lingkungan yang optimum, baik iklim maupun tanah tempat tumbuhnya.
2

Tanah yang baik untuk cabe rawit adalah gembur, subur, porous dan banyak

mengandung humus atau bahan organik.

Untuk pertumbuhannya diperlukan bahan kimia yang berguna untuk

mempercepat pertumbuhan. Biasanya dilakukan dengan pupuk. Pupuk biasanya

terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk

yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang,

pupuk hijau dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik

berfungsi memperbaiki kesuburan tanah kimia, fisik dan biologis tanah. Pupuk

anorganik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan

jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami.

Melihat kebutuhan cabai rawit tiap tahunnya meningkat sehubungan dengan

beragam dan variasi jenis masakan di Indonesia meningkat yang menggunakan

bahan asal cabai, mulai dari kebutuhan rumah tangga, permintaan pasar, bahkan

sampai pada kebutuhan ekspor luar negeri. Maka dari itu perlu diadakan teknik

budidaya untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman cabai.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah bagaimana

cara budidaya tanaman cabai rawit di lahan PMK yang baik dan benar agar

menghasilkan produksi cabai rawit yang bermutu dan berkualitas.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya

tanaman cabai rawit di lahan PMK yang baik dan benar agar menghasilkan

produksi cabai rawit yang bermutu dan berkualitas.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Cabai (Capsicum sp.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

dibudidayakan secara komersial di Negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai

yang telah didomestikasi, namun hanya Capsicum annum L. dan C. frutescens L.

yang memiliki potensi ekonomis. Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah

kecil dengan rasa yang pedas (Cahyono, 2003).

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman

hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Cabai

rawit digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan. Secara umum buah cabai

rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor,

besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsicin oleoresin,

flavanoid dan minyak esensial. Kandungan tersebut banyak dimanfaatkan sebagai

bahan bumbu masak, ramuan obat tradisional, industri pangan dan pakan unggas

(Cahyono, 2003).

Cabai termasuk salah satu tanaman sayuran penting dalam kehidupan

sehari-hari bagi masyarakat di Indonesia. Selain sebagai penyedap rasa masakan,

juga sebagai sumber vitamin (vitamin A, B1, dan C), protein, karbohidrat, lemak,

kalsium, fosfor dan besi, serta mengandung senyawa koloid, capsaicin, flavonoid,

dan minyak esensial, cabai berfungsi juga sebagai pembersih paru-paru,

pengobatan bronchitis, masuk angin, sinusitis, influenza, reumatik dan asma

(Setiadi, 2001).

Berdasarkan tingkat produksinya tahun 2013 di Indonesia tanaman cabai

rawit dengan luas panen 125,122 Ha, produksi 713,502 Ton, dan produktivitasnya
4

5,70 Ton/Ha. Sedangkan data tahun 2014 dengan luas Panen 134,882 Ha,

produksi 800,473 Ton, produktivitas 5,93 Ton/Ha (Badan Pusat Statistik dan

direktorat Jenderal Holtikultura, 2013).

Menurut Simpson (2010), klasifikasi cabai rawit sebagai berikut: Kingdom:

Plantae, Division: Magnoliophyta, Class: Magnoliopsida, Order: Solanales,

Family: Solanaceae, Genus: Capsicum, Species: Capsicum frutescens L.

Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-135 cm.

tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Akar cabai rawit merupakan akar

tunggang. Akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah dan

melebar sejauh 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit dapat menembus tanah

sampai kedalaman 30-60 cm. Batangnya kaku dan tidak bertrikoma. Daunnya

merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian daun bulat telur memanjang

atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan ujung yang

menyempit. Letaknya berselingan pada batang dan membentuk pola spiral

(Tjandra, 2011).

Bunga cabai rawit terletak di ujung atau nampak di ketiak, dengan tangkai

tegak. Warnanya putih atau putih kehijauan, ada juga yang berwarna ungu.

Mahkota bunga berjumlah 4-7 helai dan berbentuk bintang. Bunga dapat berupa

bunga tunggal atau 2-3 letaknya berdekatan. Bunga cabai rawit ini bersifat

hermaprodit (berkelamin ganda). Buah buni bulat telur memanjang, buah

warnanya merah, rasanya sangat pedas, dengan ujung yang mengangguk 1,5-2,5

cm. Buah cabai rawit tumbuh tegak mengarah ke atas. Buah yang masih muda

berwarna putih kehijauan atau hijau tua. Ketika sudah tua menjadi hijau

kekuningan, jingga atau merah menyala (Steenis et al., 2002).


5

Cabai rawit tumbuh baik di tanah bertekstur lempung, lempung berpasir dan

lempung berdebu. Namun, cabai ini masih bisa tumbuh baik pada tekstur tanah

yang agak berat, seperti lempung berliat. Beberapa kultivar cabai rawit local

bahkan bisa tumbuh dengan baik pada tekstur tanah yang lebih berat lagi, seperti

tekstur liat berpasir atau liat berdebu (Tjandra, 2011).

Menurut Tjandra (2011), tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai

rawit adalah tanah yang strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah semacam ini

akan sulit ditembus air pada saat penyiraman sehingga air akan tergenang. Selain

itu, tanah tidak akan memberikan keleluasan bagi akar tanaman untuk bergerak,

karena sulit ditembus akar tanaman. Akibatnya, tanaman sulit menyerap air dan

zat hara pada tanah. Jenis tanah yang tidak baik untuk pertumbuhan cabai rawit

antara lain tanah liat, tanah berkaolin, tanah berbatu, dan tanah berpasir.

Karena sifat adaptasinya paling luas diantara jenis cabai, maka sebagian

besar cabai rawit bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun,

cabai rawit yang ditanam di dataran tinggi akan mengalami umur panen dan masa

panen yang lebih lama, tetapi hasil panennya masih relatif sama dibandingkan

dengan jika kultivar yang sama ditanam di dataran rendah (Tjandra, 2011).

Cabai rawit menghendaki tingkat kemasaman tanah optimal, yaitu tanah

dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur

pertanian. Pada pH rendah, ketersediaan beberapa zat makanan tanaman sulit

diserap oleh akar tanaman, sehingga terjadi kekurangan beberapa unsur makanan

yang ahirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Tjandra, 2011).

Menurut Tjandra (2011), derajat keasaman tanah atau pH tanah netral

berkisar 6-7. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara di

dalamnya, terutama fosfor (P) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau
6

sulit terserap tanaman. Kondisi tanah yang masam dapat menjadi media

perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium

sp. dan Pythium sp.

Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalsium yang sangat

diperlukan tanaman. Kalsium berfungsi mengeraskan bagian tanaman yang

berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah

dan merangsang pembentukan biji (Prajnanta, 2011).

Gardner dkk. (1991), mengatakan bahwa pH tanah merupakan factor utama

yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrien tanaman.

Kebanyakan nutrien lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6,0 dan 7,0. Ca,

Mg, K, dan Mo lebih banyak tersedia dalam tanah yang basa, dan Zn, Mn, B

kurang tersedia. Fe, Mn, dan Al mungkin dapat larut sampai ketingkat beracun

dalam tanah yang sangat asam.

Sama seperti tanaman hortikultura buah lainnya, tanaman cabai rawit juga

memerlukan lokasi lahan yang terbuka agar memperoleh penyinaran cahaya

matahari dari pagi hingga sore. Selain itu tanaman ini menyukai lahan dengan

sistem drainase yang lancar, terutama pada musim hujan (Sitompul dan Bambang,

1995).

Menurut Wibawa (1998), pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai

apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

berada dalam bentuk yang tersedia, seimbang dan konsentrasi yang optimum serta

didukung oleh faktor lingkungannya.

Produksi cabai di Indonesia masih rendah dengan rata-rata nasional hanya

mencapai 5,5 ton/ha, sedangkan potensi produksinya dapat mencapai 20 ton/ha.

Berdasarkan hal itu, maka usaha peningkatan produksi cabai dapat dilakukan
7

dengan cara perbaikan teknik budidaya yang meliputi pemupukan dengan pupuk

organik dan penggunaan varietas cabai yang digunakan (Setiadi, 2001).


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Kebun percobaan Fakultas Petanian,

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution KM 11 No. 113 Marpoyan

Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Pratikum ini

dilaksanakan selama 3 bulan, Terhitung dari bulan Maret 2023 sampai dengan

Juni 2023.

B. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih cabai

rawit, polybag, pupuk kandang, kotoran kambing, tanah, NPK 16:16:16, NPK

Yara, AB Mix, Urea, kieserit, churacron dan dhytane.

Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, garu,

gembor, tali rafia, kayu, cutter, ajir, meteran, seng, gunting, kamera, timbangan

dan alat tulis.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan Praktikum

Lahan praktikum dibersihkan terlebih dahulu dari rerumputan dan sampah.

Lalu lahan diratakan dengan menggunakan cangkul agar memudahkan pada saat

pembuatan plot.

2. Pembuatan Plot

Setelah lahan dibersihkan, asisten dosen membagi plot masing-masing

Mahasiswa/i. Lalu dibentuklah plot dengan ukuran 2,5 m x 1 m.

3. Pemupukan Dasar

Setelah selesai pembentukan plot, plot diberi pupuk kandang sebanyak 1

gembor untuk 1 plot tanaman.


8

4. Penyemaian Benih

Penyemaian benih menggunakan polybag kecil, benih ditanam dipolybag

lalu benih ditutup dengan tanah. Setelah itu benih disiram menggunakan gembor

secara perlahan hingga media lembab.

5. Penanaman

Penanaman dilakukan setelah bibit cabai berumur 1 hingga 1,5 bulan

dipersemaian dengan kriteria bibit yang memiliki 4-6 helai daun. Penanaman

dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit dari polybag. Lalu tanam bibit pada

plot yang telah dibuat.

6. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan

sore hari dengan menggunakan gembor.

b. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk mencegah terjadinya persaingan dalam

penyerapan air dan unsur hara antara tanaman cabai rawit dengan gulma.

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut rerumputan tersebut dan juga

menggunakan cangkul.

c. Pemberian Ajir

Pemberian ajir pada tanaman cabai rawit berguna untuk penguat atau

penopang agar tanaman cabai rawit dapat tumbuh tegak secara optimal.

d. Pemupukan

Pemberian pupuk pada tanaman cabai rawit diberikan 1 minggu setelah

tanam. Pupuk yang diberikan yaitu NPK 16;16;16, NPK Yara, Urea, Kieserit dan

AB Mix.
9

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dilakukan

dengan memberikan insektisida berupa churacron dan fungisida berupa dhytane.

7. Pemanenan

Pemanenan cabai rawit dilakukan jika sudah siap panen dengan kriteria

panen yang dapat dilihat dari bentuk fisiknya seperti warna dan ukurannya. Cabai

rawit yang sudah siap panen biasanya berumur tidak lebih dari 7 bulan.

D. Parameter Pengamatan

1. Umur Panen (Hst)

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur panen pada tanaman

cabai rawit. Biasanya umur panen tanaman cabai rawit tidak lebih dari 7 bulan.

Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Berat Buah (g)

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang cabai rawit yang telah

dipanen dengan menggunakan timbangan. Data hasil pengamatan disajikan dalam

bentuk tabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Umur Panen (Hst)

Data hasil pengamatan umur panen tanaman cabai rawit disajikan dalam

bentuk tabel berikut ini :

Sampel Umur Panen (Hst)


1 -
2 -
3 -
4 -
5 -
6 -
7 -
8 -
Tabel 1. Umur Panen (Hst)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada sampel tanaman cabai

rawit yang dapat dipanen dikarenakan umur muncul bunga yang lambat dan lama.

Selain itu juga dikarenakan oleh faktor lingkungan, faktor cuaca yang kurang

mendukung, nutrisi yang kurang dan pemeliharaan tanaman yang kurang

diperhatikan sehingga menyebabkan tanaman cabai rawit belum bias dipanen.

2. Berat Buah (g)

Data hasil pengamatan berat buah tanaman cabai rawit disajikan dalam

bentuk tabel berikut ini :

Sampel Berat Buah (g)


1-8 0,15 g
Tabel 2. Berat Buah (g)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berat buah tanaman cabai rawit pada

sampel 1-8 yaitu 0,15 g. Hasil panen yang didapat sedikit dan berat buah yang

kecil disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang diperhatikan, faktor lingkungan

dan faktor cuaca yang kurang mendukung sehingga hasil yang didapat kurang

maksimal dan kurang memuaskan.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman

hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Cabai

rawit digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan. Secara umum buah cabai

rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor,

besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsicin oleoresin,

flavanoid dan minyak esensial.

Usaha peningkatan produksi cabai rawit dapat dilakukan dengan cara

perbaikan teknik budidaya yang meliputi pemupukan dengan pupuk organik dan

penggunaan varietas cabai yang digunakan.

B. Saran

Sebaiknya lebih diperhatikan lagi dalam teknik budidaya tanaman cabai

rawit agar hasil produksi nya maksimal dan lebih diperhatikan lagi dalam hal

pemeliharaan tanaman karena hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dapat

menyebabkan penurunan produksi dan gagal panen.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik dan direktorat Jenderal Holtikultura. 2013. Statistik Luas
Panen, Produksi dan Produktifitas Cabai. Kalimantan Selatan.

Cahyono. 2003. Cabai Rawit Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta.

Gardner F. P., R. B Pearce dan R. L. Mithchell. 1991. Fisiologi Tanaman


Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

Prajnanta. 2011. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya. 162 hlm.

Setiadi. 2001. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Jakarta : Penebar Swadaya. 106
hlm.

Simpson. 2010. Plant Systematics. Massachusetts: Elsevier Burlington Inc.


Publishers. 752 hlm.

Sitompul dan Bambang. 1995. Pengaruh Beberapa Jarak Tanam Cabai Rawit
(Capsicum frustencens L.)Dan Hasil Tanaman Cabai. Geologi Dan Mineral
Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.

Steenis et al., 2002. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Tjandra. 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag. Cahaya Atma Pustaka,


Yogyakarta.

Wibawa. 1998. Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka. 96 hal.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

No Hari/Tanggal Kegiatan Praktikum


1 Selasa/7 Maret 2023 Pembukaan Lahan & Pembentukan Plot
2 Rabu/8 Maret 2023 Pemberian Pupuk Dasar
3 Jumat/31 Maret 2023 Penanaman
Pemupukan Kotoran Kambing + EM4 +
4 Jumat/14 April 2023
Pupuk Kandang Basah
Penyemprotan Dhytane Dosis 30 mg/15 Liter
5 Sabtu/15 April 2023
air
Penyemprotan Dhytane Dosis 30 mg/15 Liter
6 Minggu/30 April 2023
air
7 Jumat/5 Mei 2023 Pemupukan NPK Mutiara 5 mg/ Tanaman
8 Jumat/12 Mei 2023 Pemberian Kieserite 250 ml/ Tanaman
-Pemupukan Kocor Cair NPK + Urea 80 ml/
Tanaman
9 Jumat/19 Mei 2023
-Pemberian Nutrisi AB Mix
-Penyemprotan Insektisida Churachron
Pemupukan NPK + Kotoran Sapi 250 ml/
10 Jumat/26 Mei 2023
Tanaman
Penyemprotan Pakai Churacron 5 ml/ 15 liter
11 Rabu/31 Mei 2023
Air
Pemupukan AB Mix 100 ml Tanaman +
12 Jumat/9 Juni 2023
Kotoran Sapi 10 kg/Plot
13 Rabu/14 Juni 2023 Sanitasi Gulma
14 Senin/19 Juni 2023 Pemanenan 1
15 Rabu/21 Juni 2023 Pemupukan NPK Yara 5 mg Tanaman
14

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit merupakan tanaman berkayu dengan panjang batang utama

berkisar antara 20-28 cm dan diameter batang antara 1.5-2.5 cm. Percabangan

batang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm dengan diameter cabang

dikotom sekitar 0.5-1 cm. Bentuk percabangan menggarpu dengan posisi daun

berselang-seling, daun berbentuk hati, lonjong atau agak bulat telur. Buah muda

berwarna hijau tua setelah masak menjadi merah cerah. Biji yang masih muda

berwarna kuning, setelah tua menjadi coklat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar

4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang

menciumnya. Cabai rawit dapat diperbanyak dengan biji.

Cabai rawit masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan

merupakan tanaman yang mudah ditanam didataran rendah ataupun didataran

tinggi. Organ penting dalam tanaman cabai meliputi bagian cabai rawit

merupakan tanaman tahunan yang tumbuh tegak. Tanaman cabai banyak

mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung atsiri kapsaisin, yang

menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan bila digunakan untuk

bumbu dapur.
15

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum

Pemupukan Penyemprotan Insektisida

Cabai Umur 60 hst Panen dan Penimbangan


BIODATA PENULIS

M. Agung Samudra Sinaga lahir pada tanggal 07 September 2002 di desa Lubuk

Batu Tinggal. Penulis merupakan warga berkebangsaan Indonesia dan beralamat

di Jl. Melon, Perum. BMP IV, Gading Marpoyan, Pandau Jaya, Siak Hulu,

Kampar, Riau. Penulis bersekolah Di SDN 002 Lubuk Batu Tinggal pada tahun

2009. Lalu melanjutkan Pendidikan di SMPN 1 Sungai Lala pada tahun

2015 dan melanjutkan Pendidikan di SMKS Perbankan Riau pada tahun

2018. Lalu di tahun 2021 melanjutkan kuliah di Universitas Islam Riau

dengan mengambil Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai