Anda di halaman 1dari 18

Makalah

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH


((Allium ascalonicum L.))

OLEH :

1. Ledi Diana Putri Usman 613419001

2. Alfia Shalshabila Malatani 613419004


3. Dariani A Harundja 613419013
4. Sittiara F Bobihu 613419029
5.Siti Nilta Nazzuroffah 613419020
6. Wahyu Fajar 613419030
7. Rian Setiyawan 613419060
8. I Made Leddy 613419061
9. Mohammad Youshar Alizain 613418050
10. Siti Pamalia Adam 613419021
11. Risvin K Musa 613419024
12. Yulin Sudin 613419014
13. Mohamad Rezkyawan Said 613419037

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang maha
esa karena atas berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
penulisan makalh ilmiah . Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
BAWANG MERAH”
Tak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampuh yang telah membimbing kami. Sekiranya makalh ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ilmiah ini
Kami berharap semoga makalah ilmiah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Gorontalo, 13 Mei 2022

Penulis,
Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................
2.1 Deskripsi Bawang Merah.......................................................................
2.2 Syarat Tumbuh.......................................................................................
2.3 Pertumbuhan Tanaman..........................................................................
2.4 Teknologii Produksi Tanaman...............................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
......................................................Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki dua musim
musim kemarau dan musim penghujan, sehinggga memungkinkan untuk
mengembangkan beberapa jenis komoditas hortikultura. Indonesia yang
memasuki era industri menyebabkan pemerintah menekankan
pembangunan pertanian yang mengarah pada pola agribisnis dan
agroindustri. Salah satu sub sektor pertanian yang dijalankan dengan
sistem pertanian agribisnis adalah hortikultura. Bawang merah adalah
salah satu komoditas hortikultura sayur-rempah yang telah lama
dibudidayakan di Indonesia. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan
terutama sebagai pelengkap bumbu masakan. Selain itu dapat juga
digunakan sebagai obat tradisional yang banyak bermanfaat bagi
kesehatan masyarakat karena mengandung senyawa alliin atau allisin
(Handayani SA. 2014)
Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) Family Lilyceae Yang
Berasalz Dari Asia Tengah Merupakan Salah Satu Komoditas Hortikultura
Yang Sering Digunakan Sebagai Penyedap Masakan. Selain Itu, Bawang
Merah Juga Mengandung Gizi Dan Senyawa Yang Tergolong Zat Non
Gizi Serta Enzim Yang Bermanfaat Untuk Terapi, Serta Meningkatkan
Dan Mempertahankan Kesehatan Tubuh Manusia. Kebutuhan Bawang
Merah Di Indonesia Dari Tahun Ke Tahun Mengalami Peningkatan
Sebesar 5%. Hal Ini Sejalan Dengan Bertambahnya Jumlah Populasi
Indonesia Yang Setiap Tahunnya Juga Mengalami Peningkatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Dan Direktorat Jenderal Holtikultura
(DJH) Menyebutkan Bahwa Produksi Bawang Merah Di Indonesia Dari
Tahun 2006-2010 Selalu Mengalami Peningkatan Yaitu Sebesar 794.929
Ton, 802.810 Ton, 853.615 Ton, 965.164 Ton, 1.048.934 Ton. Akan
Tetapi, Sepanjang Tahun 2010 Impor Bawang Merah Di Indonesia
Tercatat Sebesar 73.864 Ton Dan Dalam Tiga Bulan Pertama Tahun 2011,
Impor Bawang Merah Di Indonesia Mencapai 85.730 Ton. Hal Itu
Membuktikan Bahwa Kebutuhan Akan Bawang Merah Di Dalam Negeri
Masih Tinggi Dibandingkan Ketersediaannya. Dengan Demikian,
Produktivitas Bawang Merah dalam Negeri Perlu Ditingkatkan.
Bertambahnya Penduduk Menyebabkan Kebutuhan Bawang Merah
Mengalami Peningkatan. Sedangkan Lahan Yang Tersedia Semakin
Sempit.
Permasalahan dalam budidaya tanaman bawang merah dari segi
biologis yaitu serangan hama dan penyakit, serta terdapatnya gulma dalam
lahan budidaya yang mengakibatkan persaingan dalam merebut unsur
hara. Hal ini terjadi karena kurangnya pegetahuan petani tentang budidaya
bawang merah yang baik dan benar seperti mereka tidak menggunakan
bibit yang unggul, perawatan dan pemeliharaan yang kurang serta
penanganan pasca panen yang belum memadai (Marpaung, 2014). Dari
segi iklim, curah hujan juga sangat mempengaruhi karena apabila curah
hujan tinggi maka produtivitas bawang merah akan rendah karena
menyebabkan tanaman bawang merah akan lembab sehingga menstimulus
datang serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Pemilihan benih bawang merah yang baik ialah salah satu solusi dari
permasalahan budidaya bawang merah. Kriteria pemilihan benih yang baik
ialah penampilan segar dan sehat, tidak mengandung penyakit, bernas
(padat, tidak keriput), dan kulit umbinya tidak luka, serta warnanya
berkilau dan cerah (tidak kusam). Dan yang terakhir yaitu umbi berukuran
sedang antara 1,5-1,8 cm (Balitbang, 2015). Untuk meningkatkan
produktivitas bawang merah selain dengan pemilihan benih juga dapat
dilakukan dengan penanganan pemupukan. Pemupukan ialah suatu
tindakan memberikan tambahan unsur hara pada tanah baik langsung
maupun tidak langsung sehingga dapat memberikan nutrisi bagi tanaman.
Pemupukan ialah hal yang penting yang diberikan ke tanaman agar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh
pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Pupuk yang
dapat diberikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan bawang
merah ialah bisa berasal dari sesuatu yang organik dan non organik,
contohnya untuk yang organik dapat diberikan pupuk kandang atau pupuk
kompos dan juga pupuk organik cair, sedangkan untuk yang anorganik
bisa diberikan pupuk sintetis.
Pupuk kandang adalah pupuk yang berupa kotoran padat dan cair
dari hewan ternak yang bercampur dengan sisa-sisa makanan maupun alas
kandangnya. Kandungan unsur hara dari pupuk kandang berbeda-beda
karena masing-masing memiliki sifat khas. Keadaan keragaman ini
disebabkan oleh faktor jenis hewan, umur, keadaan individu hewan,
makanan, alas kandang, cara pengolahan dan penyimpanan pupuk kandang
sebelum dipakai. Pupuk kandang ayam merupakan pupuk yang
penguraiannya oleh mikroorganisme berlangsung cepat. Biasanya pupuk
ini berada dalam bentuk padat dan cairnya mengandung unsur N, P, K,
yang cukup tinggi dibanding pupuk kandang lainnya. Berdasarkan hal
tersebut maka dilaksanakan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemotongan umbi dan pemberian beberapa takaran bokashi pupuk
kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Anjari,
Titin 2018)
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana deskripsi tanaman bawang merah?
 Apa saja syarat tumbuh bawang merah ?
 Bagaimana pertumbuhan tanaman bawang merah ?
 Bagaiana Teknologi Produksi tanaman bawang merah ?
1.3 Tujuan
 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana deskripsi tanaman
bawang merah
 Mahasiswa dapat mengetahui apa saja syarat tumbuh bawang
merah
 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan tanaman
bawang merah
 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Teknologi Produksi
tanaman bawang merah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Bawang Merah
1) Klasifikasi
Bawang merah ialah komoditas sayuran yang memiliki banyak
manfaat dan bernilai ekonomis tinggi. Manfaat bawang merah
diantaranya ialah menjadi bumbu pelengkap yang tidak pernah
ketinnggalan dalam masakan, sebagai bahan baku misalnya untuk
industri bawang goreng, serta bawang merah kini menjadi salah
satu komoditas pokok di Indonesia (Simanungkalit, Toga, 2015).
Bawang merah dikasifikasikan sebagai berikut : kingdom Plantae,
divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledonae, ordo Liliales, famili
Liliaceae, genus Allium, spesies Allium ascalonicum L (Sulthoni,
2016).
2) Morfologi

 Bawang merah memiliki batang semu atau discus yang


berbentuk seperti cakram, tipis, dan pendek sebagai tempat
melekatnya akar dan mata tunas. Diatas discus terdapat
batang semu yang tersusun atas pelepah-pelepah daun yang
saling menyatu. Batang semu yang berada di dalam tanah
mengalami modifikasi, berubah bentuk dan fungsi menjadi
umbi lapis (Aoyama dan Yamamoto, 2007)
 Bawang merah memiliki daun yang berbentuk silindris
kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dibagian
tengah, meruncing di bagian ujung, berwarna hijau muda
sampai hijau tua (Sudirja,2007).
 Bunga bawang merah ialah bunga majemuk berbentuk
tandan, pada ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang
tersusun melingkar seperti payung. Setiap kuntum bunga
terdiri atas 5-6 helai mahkota bunga berwarna putih, 6
benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, satu
putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga
(Sudirja,2007).
 Umbi bawang merah terbentuk dari kelopak yang menipis
dan kering membungkus lapisan kelopak daun yang ada di
dalamnya yang membengkak dan terlihat menggembung.
Bagian ini berisi cadangan makanan bagi tunas yang akan
menjadi tanaman baru, sejak mulai bertunas sampai keluar
akar (Wibowo, 2009).
 Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem
perakaran dangkal dan bercabang terpencar pada
kedalaman 15-30 cm di dalam tanah (Aoyama dan
Yamamoto, 2007).

Gambar Morfologi Keterangan

Batang semu
bawang merah
(Aak, 2008)
Daun bawang merah
(Aak, 2008).

Bunga bawang
merah(Aak, 2008)

Umbi bawang
merah(Aak, 2008)

Akar Bawang Merah


(Aak 2008)

2.2 Syarat Tumbuh Bawang Merah


Bawang merah tumbuh di dataran rendah sampai tinggi (0-1000
mdpl) dengan ketinggian optimum (0-450 mdpl dan membutuhkan sinar
matahari yang maksimal sekitar 70% penyinaran) dengan suhu 25-32oC.
Bawang merah tumbuh ideal pada tanah yang subur, gembur, mengandung
bahan organik dan banyak air tetapi tidak becek dan memiliki pH antara 6-
6,8 (Wibowo, 2009). Selain itu menurut pernyataan dari Balitbang (2015)
syarat tumbuh bawang merah diantaranya: Suhu udara berkisar antara 25-
32o C, kelembapan udara 50-70%, penyinaran minimal 70%, beriklim
kering, memerlukan kondisi iklim dengan 0-5 bulan basah dan 4-6 bulan
kering dalam satu tahun dan curah hujan berkisar antara 600-1250
mm/tahun. Tanah yang cocok digunakan untuk penanaman bawang merah
ialah tanah jenis aluvial dan memiliki pH 5,6-6,59 (Gina 2017)

Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah


sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1000 mdpl. Ketinggian
suatu tempat daerah berkaitan dengan kecenderugan tingginya curah hujan
dan kelembapan udara, dan rendahnya intensitas sinar matahari. Bawang
merah membutuhkan penyinaran matahari yang minimal 70%, lama
penyinaran matahari yang optimal 11-16 jam/hari, kelembapan optimum
50-7-%, serta curah hujan 1000-1500 mm per tahun, dan suhu 25-32 oC
( Fitri, 2017).
2.3 Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah

Fase pertumbuhan bawang merah dibagi menjadi 2 tahap yakni


fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif yaitu terjadinya
perkembangan akar dan daun serta fase generatif yaitu pembunganan dan
pertumbuhan umbi. Fase vegetatif bawang dimulai pada saat bawang
brumur 11–35 hari setelah tanam dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam. Fase generatif ada yang disebut
fase pembentukan umbi yakni pada usia 36 sampai 50 hari setelah tanam
dan fase pematangan umbi pada usia 51 -56 hari setelah tanam
(Sipayung, 2010)

Pertumbuhan bawang merah dibagi menjadi dua tahap yaitu: fase


vegetatif (perkembangan akar dan daun), serta fase generatif yaitu
pembungaan dan pertumbuhan umbi. Pada perkembangan akar dan daun
terjadi akumulasi karbohidrat yang lebih besar dari penggunaannya.
Aktivitas pembentukan umbi dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen,
panjang hari dan suhu. Pembentukan daun terhenti ketika pembentukan
umbi dimulai. Pertumbuhan umbi selanjutnya akan ditentukan oleh
jumlah daun yang sudah ada sebelumnya. Daun bawang merah berbentuk
sederhana dengan permukaan yang sempit sehingga kemampuan untuk
berfotosintesis rendah (Wibowo,2009).
2.4 Teknologi Produksi Tanaman Bawang Merah
 Penyiapan Lahan
Pengolahan Tanah Dilakukan Pada Saat Tidak Hujan 2 - 4 Minggu
Sebelum Tanam, Untuk Menggemburkan Tanah Dan Memberik
Sirkulasi Udara Dalam Tanah. Tanah Dicangkul Sedalam 40 Cm.
Budidaya Dilakukan Pada Bedengan Yang Telah Disiapkan
Dengan Lebar 100-200 Cm, Dan Panjang Sesuai Kebutuhan. Jarak
Antara Bedengan 20-40 Cm.
 Pembibitan
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu bahan
tanam berupa biji botani dan umbi bibit. Kebutuhan bibit asal umbi
sekitar 800-1200 kg/ha. Perbanyakan bahan tanaman dengan umbi
bibit mengharuskan syarat-syarat bibit yang baik yaitu:
 Bawang merah yang dipilih adalah varietas yang adaptif
dengan ukuran kecil atau sedang.
 Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3 - 4 gram/umbi.
 Umbi bibit sudah cukup tua (dipanen sekitar 70-90 hari,
tergantung varietas dan ketinggian tempat bertanam di atas
permukaan laut)
 Umbi bibit telah disimpan 60-90 hari dan umbi masih
dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
 Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang
kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak
terkelupas atau berkilau)
 Benih direndam dengan larutan Hormon Organik sehari
sebelum tanam selama 10 menit.
 Setelah bibit ditiriskan, lalu ditaburi merata dengan satu
bungkus (100 g) agensia hayati berbahan aktif Gliocladium
+ Trichoderma (Hendrata dan Murwati, 2008).
 Sebelum dilakukan penanaman, ujung umbi bawang merah
dipotong 1/3 bagian atau sesuai kebutuhan.

Perbanyakan bawang merah dengan biji mempunyai beberapa


kelebihan antara lain: keperluan benih relatif sedikit ±3 kg/ha,
mudah didistribusikan sehingga biaya transportasi relatif rendah,
daya hasil tinggi serta sedikit mengandung wabah penyakit. Hanya
saja perbanyakan dengan biji memerlukan penanganan dalam hal
pembibitan di persemaian selama ±1 bulan setelah itu bisa
dibudidayakan dengan cara biasa (Rukmana,1994). Tingginya
biaya bibit dari biji terutam disebabkan oleh komponen biaya baki
dan naungan kasa plastik di persemaian . Kendala utama
pengembangan TSS sebagai sumber benih adalah belum
ditemukannya teknik produksi TSS skala komersial dalam jumlah
besar dan belum tersosialisasikannya teknik budidaya dan
keuntungan penggunaan TSS pada petani dengan baik.

Kultivar atau varietas yang dianjurkan untuk dataran rendah


yaitu Kuning, Bima Brebes, Bangkok, Kuning Gombong, Klon No.
33, Klon No. 86, sedangkan untuk dataran medium atau tinggi
yaitu Sumenep, Menteng, Klon No. 88, Klon No. 33, Bangkok 2.
Varietas yang dianjurkan ditanam pada musim kemarau yaitu Bima
Curut, Sembrani, Katumi, dan Maja, sedangkan pada musim
penghujan yaitu Bangkok, Filipin, Bima Curut, Sembrani, dan
Katumi.

 Penanaman
Penanaman Dilakukan Pada Akhir Musim Hujan, Dengan Jarak
Tanam 10-20 Cm X 20 Cm. Cara Penanamannya; Kulit Pembalut
Umbi Dikupas Terlebih Dahulu Dan Dipisahkan Siung-Siungnya.
Untuk Mempercepat Keluarnya Tunas, Sebelum Ditanam Bibit
Tersebut Dipotong Ujungnya Hingga 1/3 Bagian. Bibit Ditanam
Berdiri Diatas Bedengan Sampai Permukaan Irisan Tertutup Oleh
Lapisan Tanah Yang Tipis.
 Pemeliharaan Tanaman
 Penyiraman
Tanaman bawang merah tidak menghendaki banyak hujan
karena umbinya mudah busuk, tetapi selama
pertumbuhannya tetap memerlukan air cukup. Oleh karena
itu, lahan tanam bawang merah perlu penyiraman secara
intensif apalagi jika pertanaman terletak di lahan bekas
sawah. Pada musim kemarau, bawang merah memerlukan
penyiraman yang cukup, biasanya satu kali sehari sejak
tanam sampai menjelang panen.
 Penyulaman
Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati
/ sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit
yang baru. Hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan
tetap maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman
umur tanaman.
 Pemupukan
Pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan
pupuk N dan K pada saat tanaman berumur 10-15 hari
setelah tanam. Pemupukan susulan kedua dilakukan pada
saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam ½ dosis pupuk
N 150-200 kg/ha dan K 100-200 kgKCl/ha. Pupuk K
diaplikasikan bersama-sama dengan pupuk N dalam larikan
atau dibenamkan ke dalam tanah. Untuk mencegah
kekurangan unsur mikro dapat digunakan pupuk pelengkap
cair yang mengandung unsur mikro. Bisa juga dilakukan
pemupukan organik. Limbongan dan Monde (1999)
menyatakan bahwa pemberian pupuk organik 1,20
t/hamenghasilkan umbi kering terbanyak yaitu 5,64 t/ha
dan berbeda nyata dibandingkan dengan hasil umbi dari
plot yang tidak diberi pupuk organik. Peningkatan hasil
terjadi karena pupuk organik dapat memperbaiki aerasi dan
drainase tanah sehingga akar berkembang lebih baik dan
jangkauannya lebih luas untuk menyerap hara. Respon
tanaman terhadap pupuk anorganik mulai terlihat pada
takaran pupuk 90 kg N + 80 kgP2O5 + 70 kg K2O dan
diberi tambahan pupuk organik 1,20 t/ha (pupuk organik
NPK plus).
 Pengendalian hama penyakit
Hama penyakit yang umum menyerang tanaman bawang
merah yaitu :
- Hama ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera litura atau
Spodoptera exigua) Serangan hama ini ditandai
dengan bercak putih transparan pada daun. Telur
diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang
merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur
dilapisi benang-benang putih seperti kapas.
- Hama trip (Thrips sp.) Gejala serangan hama thrip
ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun.
Penanganannya dengan penyemprotan insektisida
efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC.
- Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun
menguning, daun terpelintir dan pangkal batang
membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman
dicabut dan dimusnahkan, atau semprot dengan
fungisida
- Penyakit antraknose Gejalanya bercak putih pada daun,
selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut
yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk
mengatasinya, semprot dengan fungisida Daconil 70
WP atau Antracol 70 WP.
- Penyakit trotol/bercak ungu (Alternaria porli) Ditandai
dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat
berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain
Antracol 70 WP, Daconil 70 WP untuk membasminya.
- Penggunaan Benih

 Penggunaan Benih Unggul

Penggunaan benih bermutu Merupakan Syarat Mutlak Dalam


Budidaya Bawang Merah. Varietas Bawang Merah Yang Dapat
Digunakan Adalah Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling,
Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Timor, Lampung, Banteng Dan
Varietas Lokal Lainnya. Tanaman Biasanya Dipanen Cukup Tua
Antara 60 -80 Hari, Telah Diseleksi Dilapangan Dan Ditempat
Penyimpanan. Umbi Yang Digunakan Untuk Benih Adalah
Berukuran Sedang, Berdiameter 1,5 - 2 Cm Dengan Bentuk
Simetris Dan Telah Disimpan 2- 4 Bulan, Warna Umbi Untuk
Lebih Mengkilap, Bebas Dari Organisme Penganggu Tanaman.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bawang Merah Atau Brambang (Allium Ascalonicum L.) Adalah
Nama Tanaman Dari Familia Alliaceae Dan Nama Dari Umbi Yang
Dihasilkan. Umbi Dari Tanaman Bawang Merah Merupakan Bahan Utama
Untuk Bumbu Dasar Masakan Indonesia. Bawang Merah Menyukai
Daerah Yang Beriklim Kering Dengan Suhu Agak Panas Dan Mendapat
Sinar Matahari Lebih Dari 12 Jam. Bawang Merah Dapat Tumbuh Baik
Didataran Rendah Maupun Dataran Tinggi (0-900 Mdpl) Dengan Curah
Hujan 300 - 2500 Mm/Th Dan Suhunya 25 Derajat Celcius - 32 Derajat
Celcius. Jenis Tanah Yang Baik Untuk Budidaya Bawang Merah Adalah
Regosol, Grumosol, Latosol, Dan Aluvial, Dengan Ph 5.5 - 7.
Untuk Budidaya Bawang Merah, Pengolahan Tanah Dilakukan
Pada Saat Tidak Hujan 2 - 4 Minggu Sebelum Tanam. Penanaman
Dilakukan Pada Akhir Musim Hujan, Dengan Jarak Tanam 10-20 Cm X
20 Cm. Pemeliharaan Dilakukan Dengan Penyiraman Dengan
Menggunakan Gembor Atau Sprinkler, Atau Dengan Cara Menggenangi
Air Disekitar Bedengan Yang Disebut Sistem Leb. Pengairan Dilakukan
Secara Teratur Sesuai Dengan Keperluan Tanaman, Terutama Jika Tidak
Ada Hujan.
3.2 Saran
Penelusuran makalah ilmiah ini perlu adanya dukungan yang
positif dari pembaca agar dapat mengembangkan teknologi produksi
budidaya bawang merah ini dengan cara mengimplementasikan teknologi
ini sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2008. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius : Jakarta
Aoyama, dan Yamamoto. 2007. Antioxidant Activity and Flavonoid Contento f
Welsh Onion and The Effect of Termal Treatment. Vol 13: 67-72
Anjari Fadilla Nur Ramadhan, Titin Sumarni, 2018. Respon Tanaman Bawang
Merah Terhadap Pupuk Kandang dan Pupuk Anorganik (NPK). Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 6. No. 5.
815-822.
Balitbang. 2015. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian: Jakarta
Gina, Aliya. et al. 2017. Teknik Penanaman Benih Bawang Merah Asal True
Shallot Seed Di Lahan Suboptimal. Bandung: Balai Penelitian Tanaman
Sayuran
Fitri, Y. 2017. Respon Morfologi dan Fisiologi Tanaman Bawang Merah
Terhadap Cekaman Salinitas. Sekolah Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor
Handayani SA. 2014. Optimalisasi Pengelolaan Lahan untuk Sayuran Unggulan
Nasional. Julianto, editor. Tabloid Sinar Tani Senin 28 April 2014 [Internet].
[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta (ID): Sinartani..
Tersedia pada: http://tabloidsinartani.com/content/read/optimalisasi-
pengelolaan-lahan-untuksayuranunggulan-nasional/.
Hariyadi, B. W., Ali, M., & Nurlina, N. (2017). Damage Status Assessment Of
Agricultural Land As A Result Of Biomass Production In Probolinggo
Regency East Java. ADRI International Journal Of Agriculture, 1(1).
Marpaung, AE. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman
Dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. Jurnal Hort. Vol
24 (1): 49-55
Simanungkalit, Toga. 2016. Respon Pertumbuhan Bawang Merah Terhadap
Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam. Jurnal Agroekoteknologi. Vol
4(3). 23-34
Sudirja. 2007. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Kanisius: Yogyakarta
Sulthoni, A. 2016. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah. Repository.ump.ac.id
Suwandi , 2014 Budi Daya Bawang Merah di Luar Musim Teknologi Unggulan
Mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
Wibowo. 2009. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.
Penebar Swadaya: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai