Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

PENGARUH PEMOGESAN DAN APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR PADA


TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

Disusun Oleh:
Fina Septiya Rahayu 165040100111008
Tegar Febriansyah 165040100111032
Nada Hastia Eka Sakti 165040101111092

Kelas: K
Program Studi: Agribisnis
Kelompok: Bawang Merah

Asisten Kelas: Hayyuna Khairina Albayani


Asisten Lapang: Hammam Abdullah R., SP.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG

2017
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Pengaruh Pemogesan dan Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman


Bawang Merah (Allium ascalonicum)

Kelompok : Bawang Merah


Kelas : K

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas, Asisten Lapang,

Hayyuna Khairina Albayani Hammam Abdullah R., SP.


RINGKASAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayuran yang berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Bawang merah
banyak dibutuhkan terutama untuk bumbu atau penyedap masakan. Bawang
merah memiliki nama latin Allium ascalonicum L., yang dikenal hampir di seluruh
dunia, dan banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah. Potensi
pengembangan bawang merah masih terbuka lebar, baik untuk kebutuhan dalam
negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan peningkatan
serta pengoptimalan produksi tanaman bawang merah dengan kualitas yang
unggul melalui teknologi produksi tanaman yang tepat. Praktikum ini bertujuan
untuk membandingkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang
merah dengan pemogesan dan yang utuh, serta pemberian POC dan Non POC.
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman ini dilakukan di lahan Jatimulyo,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penanaman bawang merah pada
praktikum kali ini ada perbedaan pada pemangkasan dan pemberian pupuk.
Yaitu penanaman utuh dan pemangkasan setengah pada bawang merah, serta
perlakuan pemberian pupuk yaitu menggunakan POC dan Non POC.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum Teknologi
Produksi Tanaman komoditas bawang merah. Tidak lupa ucapan terima kasih
disampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan moril serta
materiil sehingga pembuatan laporan praktikum ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini, oleh sebab itu penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga penulisan lapiran ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 2017

Penulis
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayuran yang berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Bawang merah
banyak dibutuhkan terutama dalam bumbu masakan. Bawang merah juga
mengandung gizi serta enzim yang bermanfaat untuk terapi, serta meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Selain itu, bawang merah juga
memiliki manfaat sebagai obat tradisional karena mengandung banyak antiseptik
dan senyawa ailin yang memiliki sifat anti mikroba dan bakteri, sehingga bawang
merah dapat mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Bawang merah
memiliki nama latin Allium ascalonicum L., yang dikenal hampir di seluruh dunia,
dan banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah. Suriani (2012) menyatakan
bahwa potensi untuk pengembangan bawang merah masih terbuka lebar tidak
saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri.
Produksi tanaman bawang merah di Provinsi Jawa Timur sebesar
277.121 ton (BPS, 2016). Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah terus
mengalami peningkatan. Jumlah konsumsi nasioanl bawang merat pada tahun
2014 sebesar 627.890 ton dan pada tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan
yaitu sebesar 637.996 ton. Dengan data tersebut maka dapat diketahui bahwa
bawang merah memiliki potensi yang baik untuk terus dibudidayakan. Adanya
potensi tersebut, maka yang diuntungkan bukan hanya petani saja. Melainkan
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha budidaya tanaman bawang
merah, yaitu mulai dari proses penanaman sampai pada pemasaran hingga
bawang merah jatuh ke tangan konsumen. Oleh sebab itu, untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah, tentunya harus
diimbangi dengan budidaya yang baik agar hasil optimal. Hidayat (2007),
menyatakan bahwa dalam pengembangan tanaman bawang merah perlu adanya
teknik budidaya yang optimal agar pertumbuhan dan produksi sesuai dengan
yang diharapkan.
Pada praktikum ini melakukan budidaya bawang merah dengan
menggunakan perlakuan, yaitu pemogesan dan yang utuh, serta penggunaan
POC dan yang tidak menggunakan POC.
Commented [HKA1]: Coba ditambahkan kalimatnya agar antar
paragraf lebih nyambung
1.2 Tujuan Praktikum
Dalam praktikum kali ini, mahasiswa diharapkan mampu memproduksi
tanaman pada setiap komoditasnya dengan baik dan benar. Pada khususnya
dalam budidaya tanaman bawang merah, yaitu dengan mengatasi kebutuhan
unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman, cara mengatasi serangan hama dan
penyakit tanaman agar tanaman dapat dipanen umbinya, dan juga dapat
mengetahui perbedaan dari perlakuan penanaman bawang merah dengan
pemogesan dan yang utuh, serta yang menggunakan POC dan yang tidak
menggunakan POC.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Tanaman Bawang Merah di Pulau Jawa
Bawang merah memiliki nama ilmiah Allium ascalonium L. bawang merah
juga merupakan tanaman yang semarga dengan bawang daun, bawang putih,
bawang bombay dan termasuk dalam family litiaceae. Bawang merah banyak di
budidayakan di daerah dataran rendah, yang memiliki iklim kering dengan suhu
yang agak panas dan cuaca cerah. Tanaman bawang merah tidak menyukai air
yang menggenang atau becek, namun tanaman ini membutuhkan banyak air
terutama pada fase pembentukan umbi, sehingga diperlukan air yang cukup dan
tidak berlebihan untuk tanaman bawang merah. Brebes, Probolinggo,
Majalengka, Tegal, Nganjuk, Cirebon, Kediri, Bandung, Malang, dan Pemalang
merupakan daerah yang memiliki kondisi seperti di atas dan merupakan daerah
yang menjadi sentra produksi bawang merah. Manurut Suriani (2012), daerah
yang disebutkan di atas termasuk ke dalam urutan 10 besar sentra produksi
bawang merah di Indonesia.
Tabel 1. Data produksi bawang merah di Pulau Jawa pada tahun 2011-2015

Produksi Tanaman Sayuran Bawang Merah (Ton)


Provinsi
2015 2014 2013 2012 2011
DKI JAKARTA 0 0 0 0 0
JAWA BARAT 129 148 130 083 115 585 115 896 101 273
JAWA TENGAH 471 169 519 356 419 472 381 814 372 256
DI YOGYAKARTA 8 799 12 360 9 541 11 854 14 407
JAWA TIMUR 277 121 293 179 243 087 222 863 198 388
BANTEN 687 1 675 1 835 1 230 421

Sumber: Badan Pusat Statistik (2016).

2.2 Tanaman Bawang Merah


Bawang merah yang memiliki nama latin Allium ascalonicum L.
merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawang. Tanaman ini umumnya
di tanam dua kali dalam setahun, meskipun ada juga yang bisa di tanam
sepanjang tahun. Menurut Rahayu (2010) bawang merah merupakan tanaman
semusim yang membentuk rimpun dan tumbuh tegak dengan tinggi 15-40 cm.
2.2.1 Klasifikasi Bawang Merah
Menurut Suriani (2012), tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales/Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesius : Allium ascalonicum atau
Allium cepa L. var. Ascalonicum
2.2.2 Morfologi Bawang Merah
Bagian tanaman bawang merah secara morfologi dibedakan atas akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas
akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif
(adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya
tanaman, serta dapat menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Menurut
Pitojo (2003), akar tanaman bawang merah dapat tumbuh hingga kedalaman 30
cm, berwarna putih, dan jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang
merah itu sendiri.
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari kuncup-
kuncup yang ada pada tanaman bawang merah. Bagian bawah cakram
merupakan tempat tumbuhnya akar. Bagian atas, yaitu batang sejati merupakan
umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal
daun bawang merah, yang dilapisi kulit bawang merah. Pangkal dan sebagian
tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, yang berfungsi sebagai tempat
cadangan makanan. Apabila dalam pertumbuhan tanaman bawang merah
terdapat tumbuhnya tunas atau anakan, maka akan terbentuk beberapa umbi
yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah siung. Pertumbuhan siung
biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih umbi dan kurang
biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna kulit umbi
beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan, tergantung
spesies dari bawang merah itu sendiri. Wibowo (2005) menyatakan bahwa umbi
bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat.
Daun bawang merah memiliki tangkai yang pendek, berwarna hijau muda
hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa yang memanjang dan berongga,
serta ujung meruncing, ukuran panjang dapat mencapai 45 cm. Namun, pada
daun bawang merah yang baru bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga,
biasanya rongga tersebut terlihat jelas saat daun tumbuh agak besar. Daun pada
bawang merah ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan respirasi, sehingga
kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman bawang
merah. Setelah tua, daun bawang merah menguning dan tidak lagi setegak daun
yang masih muda, sehingga mengering dimulai dari bagian bawah tanaman
menuju ke bagian tanaman yang paling ujung. Daun bawang merah relatif lunak,
jika diremas akan berbau sama seperti bau bawang merah. Menurut Sunarjono
(2003), setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat
kuat dengan umbi, sehingga dapat memudahkan dalam pengangkutan dan
penyimpanan bawang merah.
Bunga bawang merah terdiri dari tangkai bunga dan tandan bunga.
Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang yang
mencapai 50 cm. Pangkal pada tangkai bunga bawang merah di bagian bawah
agak menggembung sedangkan pada tangkai bagian atas, bentuknya lebih kecil.
Pada ujung tangkai bawang merah, terdapat bagian yang berbentuk kepala dan
berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih terbungkus oleh
seludang. Setelah seludang terbuka, maka secara bertahap tandan akan tampak
dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2 cm
(Sumadi, 2003). Seludang akan tetap melekat erat pada pangkal tandan dan
mengering seperti kertas yang nantinya akan menjadi yang biasa di sebut kulit
bawang merah, tidak luruh hingga bunga-bunga mekar.
Jumlah bunga bawang merah dapat mencapai lebih dari 100 kuntum
bunga. Kuncup bunga yang mekar, munculnya tidak bersamaan melainkan
secara bertahap. Dari mekar pertama kali hingga bunga dalam satu tandan
mekar seluruhnya memerlukan waktu sekitar satu minggu. Pitojo (2003),
menyatakan bahwa bunga yang telah mekar penuh berbentuk seperti payung.
Bunga merah memiliki kuntum yang banyak, namun bunga yang berhasil
melakukan persarian relatif sedikit jumlahnya (Wibowo, 2005).

2.2.3 Stadia Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah


Tanaman bawang merah memiliki dua fase tumbuh, yaitu fase vegetatif
dan fase generatif (Tjitrosoepomo, 2010). Fase vegetatif pada tanaman bawang
merah yaitu setelah berumur 11-35 hari setelah tanam (HST). Pada fase
vegetatif terjadi perkembangan akar, daun, dan batang, terutama saat awal
pertumbuhan atau setelah masa berbunga atau berbuah. Proses yang terjadi
pada fase vegetatif adalah pembelahan sel, pemanjangan sel, serta tahap
pertama dari diferensiasi sel.
Selanjutnya memasuki fase generatif pada saat tanaman bawang merah
berumur 36 hari setalh tanam (HST). Pada fase generatif terdapat fase
pembentukan umbi, yaitu pada 36-50 HST, dan fase pematangan umbi ketika
tanaman bawang merah berumur 51-56 hari. Fase generatif atau disebut juga
fase reproduktif terjadi pembentukan dan perkembangan dari kuncup bunga,
buah, dan biji. Pada fase ini dapat juga terjadi pembesaran serta pendewasaan
struktur penyimpanan makanan, akar, dan juga batang. Proses penting yang
terjadi pada fase generatif ini seperti pembelahan sel-sel yang relatif sedikit,
pendewasaan jaringan, penebalan serabut akar, pembentukan hormon yang
berfungsi untuk perkembangan dari kuncup bunga, buah, dan biji, perkembangan
alat-alat penyimpanan, serta pembentukan koloid hidrofilik.

2.2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah


2.2.4.1 Iklim
Tanaman bawang merah tidak tahan kekeringan karena memiliki sistem
perakaran yang pendek. Sementara itu, kebutuhan air terutama selama
pertumbuhan dan pembentukan umbi cukup banyak. Di sisi lain, bawang merah
juga paling tidak tahan terhadap air hujan yang intensitasnya terlalu tinggi,
tempat-tempat yang selalu basah, becek dan tergenang air. Oleh sebab itu,
sebaiknya bawang merah ditanam di musim kemarau atau dapat juga di akhir
musim penghujan. Wibowo (2005) menyatakan bahwa tanaman bawang merah
selama hidupnya di musim kemarau akan lebih baik apabila pengairannya
dilakukan dengan baik.
Daerah dengan iklim yang kering dengan suhu udara yang cukup tinggi
merupakan daerah yang cocok untuk budidaya tanaman bawang merah. Tempat
terbuka juga sangat dibutuhkan untuk budidaya tanaman bawang merah karena
di tempat tersebut akan mendapat sinar matahari yang penuh dan tanaman
bawang merah dapat memperoleh penyinaran matahari lebih dari 12 jam.
Menurut Wibowo (2005) pada tempat-tempat yang terlindung atau ternaungi
dapat menyebabkan pembentukan umbi tanaman bawang merah kurang baik
dan berukuran kecil.
2.2.4.2 Suhu dan ketinggian tempat
Dataran rendah merupakan daerah yang sesuai untuk budidaya tanaman
bawang merah. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman bawang merah
adalah kurang dari 800 m di atas permukaan laut (dpl), namun masih dapat
tumbuh pada ketinggian 1.100 m dpl. Menurut Pitojo (2003), ketinggian tempat
suatu daerah berkaitan erat dengan suhu udara, yakni semakin tinggi letak suatu
daerah dari permukaan laut, maka suhu semakin rendah. Tanaman bawang
merah memerlukan temperatur udara antara 25 – 32°𝐶. Pada suhu tersebut
udara agak terasa panas, sedangkan suhu rata-rata pertahun yang dikehendaki
oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30°𝐶.
Selain itu, iklim yang agak kering serta kondisi tempat yang terbuka akan
membantu proses pertumbuhan dan proses produksi tanaman bawang merah.
Pada suhu yang rendah, pembentukan umbi akan terganggu atau umbi terbentuk
tidak sempurna (Sumadi, 2003). Sinar matahari berperan cukup besar bagi
kehidupan tanaman bawang, terutama dalam proses fotosintesis. Menurut
Rukmana (2002), tanaman bawang merah mennyukai areal pertanaman terbuka
karena tanaman ini memerlukan penyinaran matahari yang cukup, yaitu sekitar
70% intensitas cahaya matahari.
2.2.4.3 Tanah
Tanaman bawang merah akan tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang
sesuai bagi pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau
lempung berpasir, yang harus diperhatikan adalah keadaan air tanahnya tidak
boleh menggenang. Pada lahan yang sering tergenang harus dibuat saluran
pembuangan air (drainase) yang baik. Menurut Sartono (2009), derajat
kemasaman tanah yang tepat untuk tanaman bawang merah adalah 5,5 – 6,5.

2.3 Budidaya Tanaman Bawang Merah


Menurut Susila (2006), cara budidaya tanaman bawang merah yang
pertama adalah pemilihan bibit untuk tanaman bawang merah yaitu bibit yang
sehat, berwarna mengkilat, tidak keropos, tidak ada luka di bagian kulitnya, dan
telah disimpan selama 2-3 bulan.
Persiapan lahan yang pertama yaitu membuat bedengan pada lahan
dengan lebar 0,9 m, dan membuat parit di selah-selah bedengan dengan lebar
0,6 m dan kedalaman 0,5 m. Pada lahan kering kedalaman parit dibuat lebih
dangkal. Tanah pada tiap bedengan dicangkul sampai gembur dengan tinggi 20
cm. Jika pH tanah kurang dari 5,6 dilakukan pengapuran dengan menggunakan
Kaptan atau Dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1-1,5
ton/ha. Diberikan pupuk kandang 15-20 ton/ha atau kompos matang 5-10 ton/ha
disebar dan diaduk rata dalam tanah satu minggu sebelum ditanami bawang
merah.
Lalu dilakukan penanaman, pada bibit yang berumur kurang dari 2 bulan,
maka dilakukan pemogesan kurang lebih 0,5 cm untuk memecahlan masa
dormansi dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Setelah itu, umbi bibit
ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi. Jarak tanam bawang
merah pada musim kemarau 15x15 cm atau 15x20 cm, dan pada musim hujan
15x20 cm atau 20x20 cm. Kerapatan tanam yang rapat, terutama pada musim
hujan dapat menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk berkembangnya
penyakit yang disebabkan oleh cendawan.
Setelah dilakukan penanaman, maka perlu dilakukan pemeliharaan pada
tanaman bawang merah. Penyiraman harus dilakukan sesuai dengan umur
tanaman. Pada umur 0-10 hari, maka dilakukan 2 kali pentiraman yaitu pagi dan
sore hari. Umur 11-35 hari dilakukan penyiraman sekali yaitu pada pagi hari, dan
umur 36-50 hari penyiraman sekali yaitu pada pagi atau sore hari. Pemberian
pupuk juga penting dilakukan untuk tanaman bawang merah untuk pemenuhan
unsur yang dibutuhkan. Pemupukan dasar dilakukan pada saat tanam, dan
pemupukan susulan dilakukan pada umur 14 dan 35 hari setelah tanam. Jenis
pupuk yang diberikan adalah Urea, Za, SP-36. Tanaman perlu diberi tambahan
unsur hara terutama pupuk Nitrogen (N), Fosfor (F), dan Kalium (K) yang
masing-masing terdapat dalam Urea, TSP dan KCl. Bawang merah memerlukan
N 205 kg/ha, P 125 kg/ha, dan K 155 kg/ha (Sumadi, 2003).
Penyiangan dilakukan dua kali dalam musim tanam, yaitu menjelang
dilakukannya pemupukan susulan. Lahan yang tidak disiangi dapat
menyebabkan tanaman tumbuh lambat karena gulma (rumput) tumbuh dan
berkembang sangat cepat. Akibatnya, jarak tanaman menjadi lebih rapat dan
lahan menjadi lebih lembab. Hal ini mendorong timbulnya berbagai penyakit yang
disebabkan oleh cendawan, dan sebagai media yang sesuai untuk bertelur bagi
ngengat kupu (Agrotis ipsilon Hufn). Menurut Wibowo (2005), penyiangan harus
dilakukan terutama pada fase pembentukan anakan (tanaman berumur 10-21
hari), dan fase pembentukan umbi (tanaman berumur sekitar 30-35 hari), dan
pada waktu berumur (50-55 hari) atau fase pemasakan umbi.
Pengendalian hama penyakit dilakukan apabila terlihat gejala adanya
serangga atau penyakit. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang
merah antara lain ulat grayak Spodoptera, Thrips, bercak ungu Alternaria, busuk
umbi Fusarium, busuk putih Sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus
(Sartono, 2009). Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan rutin
atau tindakan preventif yang dilakukan dalam budidaya tanaman bawang merah.
Cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama adalah dengan pemakaian
insektisida, fungisida, yang sesuai dengan dosis yang dianjurkan, dan dengan
memakai sprayer (nozzle) standar dengan tekanan pompa yang cukup (Rahayu,
2007).
Pemanenan tanaman bawang merah untuk dikonsumsi ditandai dengan
60-70% daun yang telah rebah. Panen dilakukan pada saat udara cerah. Pada
waktu panen, bawang merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil kemudian dijemur
selama 5-7 hari. Lalu 3-4 ikatan bawang merah diikat menjadi satu, kemudian
bawang merah dijemur selama 3 hari. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan
pembersihan umbi bawang dari tanah dan sisa kotoran. Setelah itu, bawang
merah siap untuk dikonsumsi atau dipasarkan.

2.4 Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Bawang Merah


Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik
memiliki bentuk padat dan ada juga yang cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung
banyak bahan organik yang bersumber dari kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen, dan limbah ternak. Pupuk organik cair dapat dibuat dari
berbagai bahan seperti limbah dampah rumah tangga, kotoran ternak, maupun
limbah peternakan seperti darah sapi (Yuliarti, 2010). Goenadi (2011)
menyatakan bahwa pupuk organik baik padat maupun cair yang seluruhnya
terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan
yang telah melalui proses, rekayasa yang digunakan untuk mensuplai unsur hara
tanaman memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Tanaman bawang merah selain mendapatkan unsur hara dari pupuk,
juga mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Unsur hara dari dalam tanah
sudah optimal menyediakan kebutuhan hara tanaman untuk pertumbuhan
selama fase vegetatif. Kandungan hara makro dan mikro yang berimbang dapat
membantu meningkatkan proses metabolisme tanaman, sehingga pertumbuhan
mencapai optimal (Jamilah, 2011).
Penggunaan pupuk organik cair pada saat sebelum tanam, yaitu
menyelupkan umbi bibit pada larutan POC dengan dosis 5 ml atau 1 tutup
botol/liter air. Setelah 13 HST dilakukan pemupukan N, P, K, S (15-15-15-10)
dosis 100kg/ha. Pupuk diberikan disekitar rumpun tanaman. Hadisuwirto (2007)
menyatakan bahwa pada saat pemberian pupuk, jangan sampai terkena
langsung pada tanaman. Setelah 15 HST, dilakukan penyemprotan POC dengan
dosis 1 ltr/ha atau setara dengan 6 tutup botol/ tangki ukuran 17 liter air.
Pemupukan susulan kedua dilakukan pada saat 28 HST, dengan dosis
pemupukan susulan pertama yaitu 50 kg/ha. Pada saat 30 HST dilakukan
pemupukan dengan penyemprotan POC dengan dosis 6 tutup botol/tangki
(Arinong, 2011).
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Hasil Pertanian dilaksanakan pada bulan agustus


2017 di lahan Jatimulyo, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Praktikum dilaksanakan setiap
hari Kamis pukul 13.40-16.25 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat dan Fungsinya


Alat yang digunakan untuk budidaya tanaman bawang merah antara lain
tali rafia yang berfungsi untuk memberi tanda ukuran jarak tanam bawang merah
saat pertama kali proses penanaman benih bawang merah agar tanaman
bawang merah tumbuh dengan rapi dan jarak tanam sesuai syarat. Cangkul
berfungsi untuk mengolah tanah dan membuat guludan. Botol plastik berfungsi
sebagai wadah air yang berguna untuk menyiram tanaman.
3.2.2 Bahan dan Fugsinya
Bahan yang digunakan untuk pembudidayaan tanaman bawang merah
antara lain yaitu, benih bawang merah yang berfungsi sebagai bahan tanam.
Pupuk majemuk yang berfungsi untuk menimbun benih bawang merah saat Commented [HKA2]: Di rincikan coba ya pupuk majemuknya
pupuk apa saja dan fungsinya coba di cek lagi
pertama kali penanaman dan berfungsi untuk membumbun benih bawang Kemusian masih ada bahan yang lain yang kalian gunakan tapi tidak
kalian cantumkan
merahyang mulai tumbuh.

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Budidaya Tanaman Bawang merah

3.3.1.1 Persiapan Lahan


Lahan yang digunakan untuk budidaya bawang merah berukuran 1,25 x
2,5 m dengan total luas lahan 966 m2 dengan jarak tanam 25 x 25 cm yang
berbentuk bujur sangkar dengan menggunakan border 12,5 x 12,5 x 12,5 x 12,5
cm dan setiap barisnya ada 10 lubang dengan total populasi tanaman bawang
merah sebanyak 40 tanaman. Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk
memudahkan dalam pengolahan tanah. Langkah awal yang dilakukan adalah
dengan membersihkan terlebih dahulu lahan yang akan digunakan dari rumput-
rumput liar dan sisa-sisa tanaman tidak berguna agar tidak menjadi sarang
penyakit.
Sebelum mengolah lahan yang perlu diperhatikan yaitu alat dan bahan,
alat yang digunakan untuk mengolah lahan yaitu menggunakan cangkul, tujuan
menggunakan cangkul agar tanah bisa terbolak - balik dan gembur,
pengolahantanah bertujuan untuk menggemburakan tanah, memperbaiki struktur
tanah, memperbaiki aerasi tanah, membunuh gulma, hama dan penyakit.
Tata cara persiapan lahan untuk budidaya tanaman bawang merah mula-
mula adalah dengan penggemburan tanah. Penggemburan tanah dilakukan
dengan cara mencangkul lahan yang akan menjadi tempat ditanamnya bawang
merah sedalam mata cangkul hingga tanah menjadi gembur. Selanjutnya, tanah
yang sudah digemburkan dipasang frame. Setelah itu, membuat lubang tanam
pada lahan sesuai jarak tanam yang ditentukan.

3.3.1.2 Penanaman
Sebelum melakukan penanaman pastikan lahan tersebut sudah diolah
terlebih dahulu dengan ciri tanah gembur, bersih dari gulma. Selain itu juga harus
mempersiapkan alat dan bahan.
Penanaman bawang merah dilakukan dengan cara manual, yaitu
melubangi tanah kemudian memasukkan benih bawang merah yang sebelumnya
benih tersebut dipoges di bagian atasnya saja.

3.3.1.3 Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada budidaya bawang merah yang pertama
yaitu penyiraman, di lakukan pada sore hari, yang kedua pemupukan, dilakukan
setiap satu minggu sekali. Perawatan tanaman bawang merah dilakukan setiap
hari dan juga dilakukan penyiangan, dengan cara membersihkan tanaman gulma
yang ada di sekitar tanaman bawang merah tersebut.

3.3.1.4 Pengamatan
Dalam kegiatan budidaya di lahan dilakukan pengamatan, pengamatan
dilakukan setiap satu minggu sekali. Sebelum melakukakan kegiatan
pengamatan yang harus dilakukan telebih dahulu yaitu menyiapkan sampel
tanaman yang akan di gunakan, kriteria tanaman yang digunakan yaitu tanaman
harus berdiri tegak, tidak cacat, tidak terkena penyakit.
Pengamatan tanamam bawang merah dilakukan tiap seminggu sekali.
Parameter pengamatannya adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah
anakan, dan jumlah umbi.

3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Tanaman Bawang Merah

3.4.1.1 Presentase Tumbuh


Salah satu parameter yang diukur pada budidaya tanaman bawang
merah ini adalah persentase tumbuh tanaman bawang merah. Pengamatan
persentase tumbuh dimulai pada 2 mst dan dilakukan setiap satu minggu sekali.
Pengamatan ini sangat diperlukan karena menjadi indikator pengamatan
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada tanaman bawang merah
sehingga dapat menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi. Pada persentase
tumbuh tanaman bawang merah yang perlu diperhatikan mulai dari tumbuhnya
tunas, hingga daun. Cara menghitung persentase tumbuh yaitu dengan
menghitung jumlah bawang merah yang tumbuh dibagi jumlah tanaman bawang
merah yang ditanam dikalikan 100 persen. Kemudian setelah dihitung
persentase tumbuh dapat disimpulkan bahwa tanaman bawang merah tumbuh
baik ataupun tidak.

3.4.1.2 Panjang Tanaman


Salah satu parameter yang diukur adalah panjang tanaman. Panjang
tanaman dihitung dari pangkal batang hingga ujung daun. Panjang tanaman
merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan
karena panjang tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah
dilihat. Pada pengamatan di lahan digunakan sebanyak 5 sampel sebagai
parameter panjang tanaman bawang merah yang dimulai pada 2 mst dan
dilakukan pengamatan setiap satu minggu sekali.

3.4.1.3 Jumlah Daun

Salah satu parameter yang diukur pada budidaya tanaman bawang


merah ini adalah jumlah daun. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan
karena selain sebagai indikator pertumbuhan parameter, jumlah daun juga
diperlukan sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan
yang terjadi. Sampel tanaman bawang merah yang diamati berjumlah 5 tanaman.
Jumlah daun tanaman bawang merah dihitung dari pangkal batang hingga ruas
batang terakhir. Daun yang dihitung adalah seluruh daun yang berwarna hijau
tua. Jumlah daun tanaman merupakan ukuran tanaman yang biasa diamati
sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan karena jumlah daun
merupakan ukuran pertumbuhan yang mudah dilihat. Pengamatan ini dimulai
pada 2 mst dan dilakukan setiap satu minggu sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Arinong, A. 2011. Aplikasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Bawang. Jurnal Agrisistem. Vol 7. No. 1. Hal 47-
54.
Badan Pusat Statistik. 2016. http://www.bps.go.id. Diakses hari Selasa, 3
Oktober 2017 pukul 18.45 WIB.
Goenadi. 2011. Pupuk dan Cara Pemupukan. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk KomposCair. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Hidayat, Achmad. 2007. Budidaya Bawang Merah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Jamilah, Adrinal, Khatib, I., dan Nusyirwan. 2011. Reklamasi Tanah yang Kena
Dampak Limbah Bahan Baku Tambang Semen Melalui Pemanfaatan Pupuk
Organik In Situ Untuk Meningkatkan Hasil Padi Sawah. In Seminar Nasional
dengan topik Pengembangan Pertanian Terpadu Berbasis Organik Menuju
Pembangunan pertanian Berkelanjutan (pp. 172–189).
Pitojo, Setijo. 2003. Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kansius
Rahayu, E. dan B.V.A.Nur. 2007. Bawang Merah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rahayu, Estu dan Nur Berlian. 2010. Bawang Merah. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Rukmana, R. 2002. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen.
Yogyakarta: Kanisius.
Samadi, Budi dan Bambang Cahyono. 2005. Bawang Merah: Intensifikasi
Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Sartono. 2009. Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Jakarta Timur:
Intimedia Ciptanusantara.
Sumadi. 2003. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Yogyakarta:
Kanisius.
Sumarjono. 2003. Budidaya Bawang Merah. Bandung: Sinar Baru.
Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan
Bawang Merah. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Tjitrosoepomo. 2010. Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Wibowo, S. 2005. Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Yuliarti. 2010. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan dan
Pengaplikasiannya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai