Anda di halaman 1dari 5

PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG (Allium ascalonicum

L.) MERAH DENGAN PEMBERIAN MEDIA TANAM PADA SISTEM


AKUAPONIK RAKIT APUNG

PUTRI MAHARANI
NIM. 2006112613

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk dalam salah satu


komoditas hortikultura yang memiliki potensi baik untuk dikembangkan di
Indonesia. Bawang merah mengandung senyawa yang tergolong zat non gizi dan
enzim yang sangat bermanfaat untuk terapi kesehatan serta dapat meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan tubuh manusia (Hamdani, 2008).
Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang termasuk dalam
kelompok rempah tidak bersubstitusi, yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta obat tradisonal (Balitbang Pertanian, 2012). Berdasarkan Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian (2015), konsumsi bawang merah nasional pada
tahun 2015 mencapai 2,71 kg per kapita atau setara dengan 691.421 ton dan
mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu 2,83 kg per kapita atau setara dengan
728.580 ton.
Sistem urban farming yang dikenal dengan berkebun di kota merupakan
suatu sistem pertanian di perkotaan yang memanfaatkan lahan sempit. Urban
farming dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Teknik budidaya ini diharapkan dapat memperoleh produktivitas yang tinggi
dengan lahan terbatas. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dapat juga
memberikan nilai estetika dan kebersihan lingkungan hidup diperkotaan (Pujiastuti,
2017).
Akuaponik pada dasarnya terdiri dari budidaya ikan dan pemeliharaan
tanaman. Air yang merupakan media budidaya ikan digunakan sebagai sumber
nutrisi pada pemeliharaan tanaman, sebaliknya tanaman berfungsi sebagai biofilter
untuk air. Filtrasi biologis oleh tanaman akan menyerap nitrogen (NH3-N, NO2-N
dan NO3-N) serta karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari budidaya ikan. Ikan
mengeluarkan 80-90% amonia melalui proses osmoregulasi sedangkan feses dan
urin mengeluarkan 10–20% total ammonia – nitrogen. Total ammonia - nitrogen
(TAN) terdiri atas amonia tak terionisasi (NH3) dan amonia terionisasi (NH4) yang
merupakan hasil dari metabolisme protein. Sistem ini, pemilik harus
memperhatikan faktor alam. Faktor alam yang dimaksud adalah panas matahari dan
curah hujan. Panas matahari dapat menguapkan air kolam dan kandungan air dalam
sayuran. Untuk mengantisipasi penguapan air kolam secara berlebihan,
penambahan air pada kolam harus dilakukan secara berkala (Van Rijn et al., 2006).
Rakit apung memiliki cara kerja sistem yaitu tanaman ditempatkan dan
dibesarkan di lubang styrofoam atau pipa PVC. Posisi styrofoam menggantung
sehingga ada jarak antara permukaan air dengan pangkal akar. Kelemahan sistem
ini diantaranya asupan nutrisi sangat kurang untuk tanaman dan pemasangan filter
yang terpisah (Nugroho et al 2012).
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) salah satu komoditas hortikultura
dan sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani. Komoditas
sayuran ini termasuk kedalam kelompok rempah yang berfungsi sebagai bumbu
penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Disamping produktifitas yang
rendah, biaya usaha tani yang digunakan semakin tinggi sehingga mengakibatkan
rendahnya tingkat efisiensi usaha tani. Harga satuan produksi menjadi lebih tinggi
akibatnya kalah bersaing dengan harga bawang impor (Estu et al, 2007).
Secara umum dalam menentukan media tanam yang tepat, media tanam
harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman, mampu
menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dapat
menahan ketersediaan unsur hara, mampu mengontrol kelebihan air serta memiliki
kemampuan mengikat air dan tidak mudah lapuk atau rapuh (Salwa, 2013).
Permasalahan yang sering terjadi pada permintaan pasokan bawang merah
terus meningkat dikalangan masyarakat. Sementara itu untuk produksi bawang
merah merah yang bersifat semusim, sehingga pada kondisi tertentu dapat
menyebabkan terjadinya gejolak antara permintaan dan pasokan yang terus
menerus terjadi. Faktor iklim dapat mempengaruhi tingkat produksi dari bawang
merah. Bawang merah paling cocok ditanam beriklim kering dan tidak cocok
ditanam pada musim penghujan, tanaman ini sangat rentan terhadap curah hujan
yang tinggi, hal ini membuat kelembaban tanah semakin tinggi tentu akan
memudahkan jamur berkembang biak dan menempel pada tanaman dan umbi
bawang merah, sehingga dapat menyebabkan umbi-umbi yang berada didalam
tanah menjadi busuk dan ini akan mempengaruhi pada produksi tanaman bawang
merah.
Tanaman bawang merah merupakan tanaman hari panjang dan menyukai
tempat yang terbuka dan cukup penyinaran matahari (70%) terutama bila lama
penyinaran lebih dari 12 jam. Tanaman bawang merah tidak suka dengan curah
hujan yang tinggi, terutama pada masa menjelang panen dan dilain pihak juga tidak
tahan kekeringan, terutama pada saat pembentukan umbi. Curah hujan yang baik
untuk tanaman bawang merah sekitar 100- 200 mm/bulan. Daerah yang sering
berkabut kurang baik untuk budidaya bawang merah, karena selain mengurangi
intensitas cahaya matahari juga menimbulkan penyakit embun tepung yang dapat
menggagalkan panen.

Peningkatan hasil produksi bawang merah bisa terus meningkat apabila


dalam pemeliharaan tanamannya terjaga dengan baik mulai dari penyiraman sampai
ke proses pemanenannya. Pemeliharaan yang baik dan benar juga bisa mendapatkan
hasil panen yang maksimal karena tanaman bisa terhindar dari hama dan penyakit
yang biasa menyerang tanaman yang mengurangi bobot tanaman. Apabila tanaman
bawang merah yang dipanen sehat dan memiliki bobot umbi yang berat maka
harga jualnya pun bisa meningkat. Sehingga dapat membuat para petani bawang
merah menjadi sejahtera dan makmur karena apa yang mereka tanaman hasilnya
memuaskan (Maimunah, 2020).
Dalam kegiatan pemeliharaan tidak terlepas dari pemupukan. Pemupukan
ini bisa membantu memberikan unsur hara yang kurang di media tanam. Dalam
sistem akuaponik ini pemupukan hanya dilakukan apabila ikan yang berada
dikolam itu masih kecil, karena pada metode bertanam dengan cara menanam sayur
aquaponic, sebenarnya pupuk utamanya akan diperoleh dari peompaan air kolam
yang mengandung banyak zat sisa pencernaan ikan.
Namun jika umur ikan masih muda, maka jumlah kotoran yang dihasilkan
masihlah sedikit. Untuk itu, bisa menyiasatinya dengan memberikan pupuk organik
cair dengan cara mengkocorkannya di pangkal tanaman sayur yang anda tanam di
paralon. Hal tersebut akan menyuplai pupuk sementara bagi tanaman hingga
kandungan zat sisa di air kolam sudah cukup banyak. Setelah air kolam kaya akan
zat sisa maka anda bisa mulai memompakan air dari kolam ke setiap tanaman. Ingat
bahwa jika anda terus menyirami dengan metode aquaponic ini otomatis kuantitas
air kolam akan berkurang, jadi anda juga perlu mengisi/menambah air dalam kolam
menggunakan air baru (Tharmizi dan Anandari, 2019).
Prediksi hasil panen bawang merah dengan sistem akuaponik dengan
ukuran lahan seluas 200 m² yaitu bisa mencapai ± 10 ton/ha. Hasil tersebut bisa
meningkat apabila menggunakan varietas unggulan, pemeliharaan tanamannya
baik, serta pemberian nutrisi kolam ikan terpenuhi.
Berdasarkan hasil pengamatan Maimunah (2020) dapat disimpulkan bahwa
tanaman bawang merah merespon perlakuan dari media tanam yang digunakan
dalam teknologi akuaponik. Dalam mendukung tumbuh tegak serta penyediaan
oksigen, air, serta hara untuk tanaman dapat diperoeh dari media tanam. Terkait
dengan perannya tersebut maka karakteristik media tanam akan berpengaruh
terhadap setiap aspek pertumbuhan dan hasil tanaman, khususnya dalam sistem
budidaya akuaponik.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembang Departemen Pertanian. 2012. Teknologi Hortikultura


Mendukung Prima Tani (Cabai, Bawang Merah, Kentang, Jeruk, Pisang, Mawar
Mini, dan Krisan). Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembahan Hortikultura.
Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah
Tahun 2010-2014 [Internet]. [diunduh pada April 2016]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/.
Hamdani, J. S. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Kultivar Bauji pada Status
Hara P Total dan Dosis Pupuk Fosfat yang berbeda. Jurnal arikultura, 19: 285-
293.
Lingga . 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Maimunah, S. 2020. Pengaruh Aplikasi Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Bawang Merah Dengan Teknologi Akuaponik. Agrium. Vol 23 (1).
46-51.
Nugroho, A. N., L. T. Pambudi, D. Chilmawati, & A. H. C. Haditomo. 2012. Aplikasi
teknologi akuaponik pada budiaya ikan air tawar untuk optimalisasi kapasitas
produksi. Jurnal Saintek Perikanan. 8(1). 46 – 51.
Pujiastuti, E. (2017) 29 Teknik Urban. Farming. Depok: Trubus Swadaya.
Sulardi dan Zulbaidah. 2020. Efektifitas Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan POC Eceng
Gondok Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.). Jurnal of Animal Science and Agronomy Panca Budi. Vol 5 (1).
52-57.
Tharmizi, H, dan S, Anandari. 2019. Responsif Bokashi Kotoran Sapi dan POC Bonggol
Pisang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.). Agrium. Vol 22 (2). 102-106.
Van Rijn J, Y Tal, and HJ Schreir. (2006). Denitrification in Recirculating System: Theory
and Applications. Journal Aquacultural Engineering 34, 364-376.
Wijaya, K. 2010. “Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair
Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.)”. Skripsi. Jurusan Biologi. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai