Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH VERTIKULTUR

“VERTIMINAPONIK”

Oleh
YUSUF MAULANA KARTIM / 2018610025

AGROTEKHNOLOGI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan utama wilayah perkotaan adalah ketahanan pangan


(Indraprahasta, 2013). Kebutuhan pangan yang semakin meningkat namun hasil produksi
dari lahan pertanian yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan
pertanian yang semakin sempit, makin sedikitnya tenaga kerja di bidang pertanian, dan
tingginya biaya produksi dengan output yang rendah menjadi sebab tidak terpenuhi
kebutuhan pangan masyarakat di wilayah perkotaan tersebut. Sehingga menyebabkan
kebutuhan pangan perkotaan dicukupi oleh daerah penyangga di sekitarnya. Seiring
dengan perkembangan pembangunan di daerah penyangga, lahan pertanian pun semakin
berkurang sehingga berimbas pada hasil produksi pertanian (La Rosa et al, 2014).

Oleh sebab itu, wilayah perkotaan harus memutus mata rantai ketergantungan
suplai pangan dari daerah penyangga. Sehingga diharapkan kebutuhan pangan individu
dapat dipenuhi di tingkat keluarga. Ketahanan pangan keluarga yang berkaitan dengan
masalah ketersediaan, distribusi dan konsumsi (Yunastiti, 2008) dapat diatasi salah
satunya melalui pemanfaatkan lahan terbatas untuk usaha pertanian seperti holtikultura
menjadi pilihan. Oleh sebab itu berbagai bentuk teknik budidaya tanaman terutama
holtikultura sayuran dan toga berkembang pesat saat ini. BPTP Jakarta mengembangkan
teknik budidaya tanaman secara vertiminaponik untuk mengatasi keterbatasan lahan di
perkotaan.

Model akuaponik mini ini mengintegrasikan budidaya ikan dan sayuran sekaligus
pada lahan yang terbatas. Rakocy et al (2006) menjelaskan bahwa system budidaya
vertiminaponik tidak memerlukan media
media tanam seperti tanah dan bahan pembenah lainnya. Kebutuhan air bagi tanaman
tercukupi dari kolam ikan yang diresirkulasi secara terus menerus. Teknologi akuaponik
merupakan gabungan teknologi akuakultur dengan teknologi hydroponic dalam satu
sistem untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan (Nugroho
et al, 2012).

Tanaman akan mendapat pupuk organic secara otomatis yang berasal dari sisa
pakan dan kotoran ikan. Selain itu, budidaya vertiminaponik jika penempatannya berada
di pekarangan akan memiliki nilai estetika yang tinggi. Efektivitas produksi ikan dan
sayuran dapat lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya konvensional pada satuan luas
yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apakah yang dimaksud dengan vertiminaponik?

Secara harfiah, vertiminaponik berasal dari tiga kata, yaitu ‘verti’ , ‘mina’ dan ‘ponik’.
Verti berasal dari kata vertikultur atau, pertanaman secara vertikal, mina artinya ikan dan
ponik yang berarti budidaya (Anonim, 2013). Vertiminaponik adalah sistem yang
mengkolaborasikan dan memodifikasi aquaponik dengan budidaya sayuran dengan ikan
secara sekaligus. Vertiminaponik merupakan kombinasi antara sistem budidaya sayuran
secara vertikal berbasis pot talang plastik dengan sistem aquaponik. Menurut Badan
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta, Vertiminaponik bisa dibilang adalah
gabungan antara vertikultur, hidroponik dan akuaponik dalam skala kecil, karena
memang dikembangkan untuk daerah perkotaan yang sempit lahannya. Tidak berbeda
dengan akuaponik, prinsip vertiminaponik ini menggabungkan akuakultur dan
hidroponik, dimana kotoran ikan akan diubah menjadi nutrisi tanaman. Cara mengubah
kotoran ikan menjadi nutrisi ini harus dilakukan dengan memakai bak terpisah antara
penyaringan dengan proses nitrifikasi agar bisa dikonsumsi tanaman. Sisa air akan
kembali ke kolam dalam bentuk air bersih.

2.2 Bagaimanakah desain dan prinsip kerja vertiminaponik?

Tanaman yang paling sering ditanam secara vertiminaponik, adalah tanaman-tanaman


sayur. Prinsip kerja dari vertiminaponik ini adalah dengan mengalirkan air secara terus
menerus dengan menggunakan pompa akuarium dari kolam pemeliharaan ikan sebagai
suplai hara bagi tanaman sayur. Air dialirkan secara terus menerus dari bak penampungan
ikan dengan menggunakan pompa akuarium. Air yang mengalir menuju tanaman sayur
bercampur dengan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengandung hara. Air tersebut
dimanfaatkan unsur haranya oleh tanaman sayur, lalu kembali dialirkan ke bak ikan.
Media tanam dan tanaman sayur yang berada diatas akan menyaring air dan
mempertahankan kualitas air yang berada dibawahnya. Kondisi ini menyebabkan kualitas
air kolam akan tetap terjaga dari sisa pakan dan kotoran ikan. Sehingga memberikan
keuntungan bagi keduanya untuk pertumbuhan yang lebih baik dengan sistem yang
berkelanjutan. Sistem vertiminaponik ini dapat menghasilkan sayuran dan ikan yang
cukup banyak (Asih, 2011).

Desain vertiminaponik memiliki ukuran panjang 140 cm, lebar 100 cm dan tinggi 90 cm.
Vertiminaponik memiliki dua bagian utama, yaitu kolam untuk budidaya ikan
(akuakultur) dan vertikultur untuk budidaya tanaman. Kolam pemeliharaan ikan
menggunakan tangki air yang berbahan fiberglass atau bak. Apabila menggunakan
tandon air, maka dibuang bagian atasnya agar tebuka dan memiliki tinggi 80 cm. Tempat
budidaya tanaman dapat menggunakan talang plastic yang akan disusun di atas tendon
kolam pemeliharaan ikan. Talang plastik ini disusun di atas rak besi sebagai penyangga.
Air dari kolam pemeliharaan ikan akan disalurkan sebagai input tanaman menggunakan
pompa air yang diletakkan di dasar kolam serta dihubungkan dengan pipa paralon ¾ inci.
Pipa dari pompa dihubungkan ke setiap pangkal sistem tanaman. Pengaturan besar
kecilnya input air menggunakan kran. Sedangkan sistem output air disalurkan kembali ke
kolam ikan menggunakan pipa yang dihubungkan pada ujung dasar rak penanaman yang
sudah dilubangi. Sistem drainase juga perlu dilengkapi dengan sistem penyaring solid.
Sistem penyaring solid ini sangat penting fungsinya, terutama apabila populasi ikan yang
dipelihara sangat tinggi sehigga dapat menyebabkan over solid yang dapat menyumbat
pori-pori dalam media tanam. Drainase dengan penyaring solid ini akan membuat kondisi
talang plastik media tanam tidak jenuh air. Karena kondisi air yang berlebihan dapat
menyebabkan ketersediaan oksigen bagi tanaman sangat rendah. Sehingga tanaman akan
mengalami stress, tumbuh tidak normal bahkan akar tanaman dapat membusuk. Sistem
drainase ini nyata meningkatkan hasil panen komoditas sawi, selada dan bayam. Selain
itu dengan adanya drainase ikan yang bertahan hidup jumlahnya meningkat dan berat
panen ikan menjadi bertambah

2.3 Mengapa perlu mengetahui dan menerapkan vertiminaponik?

Vertiminaponik sangat cocok untuk diterapkan karena memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Melalui lahan yang terbatas, bahan yang murah, dan cara yang tidak susah, dapat
dihasilkan beberapa jenis sayuran dan ikann sekaligus, sehingga vertiminaponik
sangatlah efisien untuk diterapkan. Selain itu, vertiminaponik tidak hanya bias diterapkan
oleh petani-petani, namun juga masyarakat pada umumnya, terutama masyarakat kota
yang memiliki lahan minim. Mereka dapat menjadikan hasil sayuran sebagai konsumsi
pribadi sehari-hari untuk menghemat biaya belanja karena seperti kita ketahui bahwa kini
sayuran organik harganya terus merangkak naik diatas rata-rata harga sayuran pada
umumnya. Selain itu, masyarakat kota umumnya tidak memiliki banyak waktu luang
untuk mengurus budidaya tanaman semacam ini, namun vertiminaponik tidak
memerlukan waktu yang banyak, hanya perlu menyalakan listrik dan pompa kolam saja,
tanpa harus pusing dengan pupuk, penyiraman atau perawatan lainnya, cukup menunggu
saat panen tanaman dan ikan saja.

2.4 Apa keuntungan yang didapat dari vertiminaponik?

 Memperoleh hasil ikan dan sayuran sekaligus. Dalam hal ini, kita memiliki
pekarangan yang bisa swasembada sayuran dan protein dalam skala rumah
tangga. Jika ingin menyeduh mie instan dengan campuran daun kangkung atau
sawi, kita hanya perlu berjalan keluar rumah dan memetik sayur yang kita
inginkan. Tentunya sayur ini segar karna langsung dipetik dan pastinya bersih
karena kita tau kondisi pekarangan kita sendiri. Begitupun dengan lauknya. Ikan
lele, bawal, nila. Pilihan yang menarik untuk dimasak dengan kondisi masih segar.

 Hemat tempat. Tak perlu menyewa lahan berhektar-hektar untuk menanam


kangkung. Apalagi kondisi Jakarta yang makin lama makin sempit, tentunya
inovasi seperti ini sangat dan sangat diperlukan. Dalam satu tabung bisa
menghasilkan produk pangan yang tidak kalah gizinya dengan yang lainnya.

 Terjamin Organik. Sayuran yang hidup tersebut mengkonsumsi kotoran ikan yang
berenang dibawahnya. Tentunya kondisi ini menjamin bahwa produk sayuran
yang ditanam ini jelas organik. Jika ditambahkan pestisida atau pupuk, tentunya
akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara. Jadi, keseimbangan
ekosistem mini diperlukan di sistem ini.
 Tidak perlu menyiram tanaman setiap hari. Air yang dipompa akan terus menerus
mengaliri tanaman penghias atau tanaman sayur vertiminaponik ini. Sehingga
sistem ini sangat cocok bagi anda yang sedikit sekali memiliki waktu untuk
meluangkan dirinya mengurusi tanaman. Apalagi dengan kondisi padatnya
Jakarta dan kota-kota besar lainnya membuat manusia semakin terburu-buru
menghadapi kendala macetnya di jalanan. Hanya saja, pastikan bahwa pompa air
menyala sehingga sirkulasi air dapat terus berjalan

 Design menarik vertiminaponik ini mudah di design dengan lebih menarik


sehingga dapat pula menghiasi rumah.

2.5 Bagaimana melakukan vertiminaponik?

Secara umum budidaya tanaman secara vertiminaponik dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Persiapan lahan

Perbedaan sistem vertiminaponik dan konvensional adalah media tanam yang digunakan
hidroponik yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya
pengolahan lahan. Yang dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah menyiapkan
tempat kegiatan vertiminaponik dilakukan, Dalam skala kecil dapat dilakukan di
pekarangan rumah saja.

2. Persiapan wadah

tangki air fiber glass volume 650 L, rak besi, talang air, pipa , dan shock drat, pompa
akuarium, autoclaf, timbangan digital, oven, tray pembibitan, pot plastik, ember plastik
dan peralatan pendukung lainnya.

3. Menyiapkan media tanam

Sistem budidaya vertiminaponik dapat menggunakan media tanam yang berasal dari
zeolit, batu split dan sekam bakar. Sekambakar berasal dari sekam padi yang dibakar
untuk menghilangkan penyakit yang mungkin ada di dalamnya. Sifat sekam bakar porous
dan steril sehingga dapat digunakan sebagai media. Zeolit alam diduga merupakan produk
aktivitas vulkanik yang telah mengalami proses pelapukan. Zeolit mengandung senyawa
aluminium silikat yang dapat terhidrasi dengan alkali dan alkali tanah. Arang sekam atau
zeolit yang berukuran diameter 1 – 2 cm, digunakan sebagai lapisan bawah talang air.
Zeolit berukuran 20 mesh dicampur dengan bahan organik dan tanah mineral dengan
perbandingan 3:1. Campuran zeolit tersebut diletakkan di dalam kain kasa atau net di atas
batu zeolit besar. Fungsi bahan organik dan tanah mineral adalah sebagai buffer hara.
Selain itu mendukung tumbuhnya mikroba fungsional yang berperan dalam proses
penguraian bahan organik yang berasal dari kolam pemeliharaan ikan. Aktivitas mikroba
tersebut akan merubah sumber nutrien tidak tersedia yang berasal dari kolam menjadi
tersedia bagi tanaman. Apabila dibandingkan dengan sekam. penggunaan media zeolit
lebih baik dibandingkan dengan media sekam. Rafiee dan Roos Saad (2006)
menyebutkan bahwa penggunaan zeolit dapat meningkatkan pertumbuhan selada karena
kandungan N-ammoniak, phospor, dan potasium dalam air rendah, sehingga air yang
dimanfaatkan oleh tanaman lebih berkualitas. Hal tersebut karena struktur zeolit berongga
yang dapat diisi oleh air dan kation sehingga dapat bermanfaat sebagai penyerap unsur
hara yang berasal dari kotoran dan juga pakan ikan. Sedangkan arang sekam memiliki
kemampuan yang tinggi untuk menyerap air, sehingga media selalu dalam keadaan basah.
Padahal tanaman sayuran tidak dapat berkembang dengan baik dalam kondisi yang terlalu
banyak air.

4. Penanaman

Semua jenis sayuran dapat ditanam di vertiminaponik. Namun jenis sayuran yang biasa
ditanam diantaranya adalah tanaman yang memiliki umur panen pendek, seperti
kangkung, bayam, sawi, selada, dan pokcay. Sistem budidaya vertiminaponik
menerapkan teknik tanam benih langsung tanpa persemaian dan pindah tanam. Benih
ditebar di atas media tanam dengan kerapatan yang tinggi. Setelah tumbuh, tidak perlu
dilakukan penjarangan karena bibit akan dibiarkan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Metode ini akan memberi peluang terjadinya panen berulang, 3-4 kali panen disebabkan
oleh perbedaan laju pertumbuhan setiap individu tanaman. Keuntungan yang diperoleh
dari sistem ini yaitu waktu panen lebih singkat, biomass yang dihasilkan tinggi, dan
menghemat tenaga kerja dalam pemeliharaan tanaman. Panen setiap komoditas dilakukan
pada waktu yang berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kangkung dan bayam dapat
dipanen pada umur 3 minggu dengan cara digunting sampai 4 – 5 cm diatas media tanam.
Batang yang dipotong akan tumbuh menjadi tanaman kangkung dan bayam baru yang
siap dipanen pada 5-6 berikutnya. Pada panen ke-5 tanaman kangkung dicabut sampai
akarnya. Setelah media dibersihkan dari akar-akar, benih kangkung dan bayam dapat
disemai kembali. Sawi dan selada dapat dipanen setelah berumur 5-6 minggu dengan
metode cabut. Selama 3 bulan masa pemeliharaan ikan, bayam, serta sawi bias dipanen 3
kali. Kelebihan yang dimiliki oleh teknik budidaya vertiminaponik ini adalah hasil
produksi sayuran lebih tinggi dibandingkan dengan teknik konvensional.

5. Persiapan budidaya ikan

Sistem budidaya vertiminaponik ini akan membuat lingkungan di dalam kolam ikan
miskin dengan oksigen. Sehingga ikan yang dapat dipelihara yaitu ikan yang tidak
membutuhkan kesediaan oksigen dalam air tinggi untuk kelangsungan hidupnya.
Biasanya ikan yang dipelihara adalah ikan lele, nila, bawal, dan patin. Kolam ikan
berukuran tinggi 80 cm dengan diameter 90 cm setara dengan air 500 liter. Ikan ditebar
dengan kepadatan tinggi, 300 ekor untuk lele serta 150 – 200 ekor untuk bawal, nila dan
patin. Agar ikan tumbuh dengan baik, pakan ikan yang digunakan adalah pakan ikan
umum yang berupa pellet dengan kandungan nutrisi tinggi. Selain itu sirkulasi air yang
baik akan meningkatkan kualitas air dalam kolam pemeliharaan (Rafiee dan Roos Saad,
2005). Setelah 3 bulan pemeliharaan, ikan lele dapat dipanen. Ikan nila dan bawal dapat
dipanen pada umur 4-5 bulan. Sedangkan ikan patin dapat dipanen pada umur 6-8 bulan.
Hasil pengkajian yang telah dilakukan, ikan yang dapat beradaptasi dengan baik pada
system vertiminaponik adalah ikan lele. Hal ini dibuktikan dengan jumlah dan berat
panen ikan lele yang setara dengan kolam konvensional meskipun dipelihara dalam
kolam ikan yang berukuran kecil dengan padat tebar tinggi.

2.6 Dimana melakukan vertiminaponik?

Vertiminaponik merupakan salah satu teknologi inovasi budidaya pertanian yang cocok
untuk diterapkan di wilayah lahan tanah sempit contohnya wilayah perkotaan.
Vertiminaponik bisa dikatakan sistem tumpang sari modern yang memadukan budidaya
tanaman hortikultura (biasanya sayuran: sawi, selada, kangkung bayam ) dengan
budidaya ikan (biasanya ikan lele, nila, dan gurameh ) yang disusun secara vertikal. Verti
berasal dari kata vertikultur (budidaya tanaman secara vertikal), mina berarti ikan, dan
ponik berarti budidaya. Penggalan kata “ponik” tersebut biasanya melekat pada istilah
hidroponik dan aquaponik. Vertikultur merupakan salah satu cara alternative usaha
budidaya pertanian di wilayah perkotaan sehingga dengan demikian rumah tangga
perkotaan dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga secara mandiri. Dengan melakukan
penanaman sayuran yang dipadukan dengan budidaya ikan maka rumah tangga perkotaan
dapat menjamin pemenuhan gizi dari sayuran dan protein ikan secara mandiri tanpa
mengkhawatirkan lonjakan harga sayuran dan ikan di pasar yang mungkin saja terjadi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan tentang makalah vertiminaponik di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Sistem drainase yang dilengkapi dengan pipa kontrol dan penyaring solid
menghasilkan produksi tanaman sayuran dan ikan lele yang lebih tinggi.
2. Tanaman sayuran menunjukkan respon pertumbuhan positif dan hasil panen
tinggi pada media tanam zeolite
3. Tahapan-tahapan bercocok tanam vertiminaponik harus dilakukan dengan
cermat, agar hasil panen yang terbaik dapat diperoleh.
4. Vertiminaponik memiliki berbagai keunggulan, dan juga dapat dilakukan
kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja.

3.2 Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi Vertiminaponik yang


menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kekeliruan yang terjadi di dalam penulisan makalah ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan/referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis berharap
agar para pembaca memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini dan juga penulisan makalah-makalah selanjutnya yang
berhubungan dengan makalah vertiminaponik ini.
DAFTAR PUSTAKA

Indraprahasta, G.S. 2013. The Potential of Urban Agriculture Development in Jakarta.


Procedia Environmental Sciences 17 : 11 – 19.

La Rosa, D., L. Barbarossa, R. Privitera, dan Francesco. 2014. Agriculture and the city:
A method for sustainable planning of newforms of agriculture in urban contexts. Land
Use Policy 41 : 290–303

Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan : Situasi, Permasalah, Kebijakan dan


Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9 no 1

Rakocy, J.E., M.P. Masser dan T.M. Losordo. 2006. Recirculating Aquaculture Tank
Production Systems: Aquaponics—Integrating Fish and Plant Culture. SRAC Publication
No. 454.

Nugroho, R.A., L.T. Pambudi, D. Chilmawati dan A.H.C. Haditomo. 2012. Aplikasi
Teknologi Aquaponik pada Budidaya Ikan Air Tawar untuk Optimalisasi Kapasitas
Produksi. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8. No. 1 : 46 – 51

Rafiee, G., dan Che Roos Saad. 2006. The Effect of Natural Zeolite (Clinoptiolite) on
Aquaponic
Production of Red Tilapia (Oreochromis sp.) and Lettuce (Lactuca sativa var. longifolia),
and Improvement of Water Quality. J. Agric. Sci. Technol. Vol. 8: 313-322.

Rafiee, G., dan Che Roos Saad. 2005. Nutrient cycle and sludge production during
different stages of red tilapia (Oreochromis sp.) growth in a recirculating aquaculture
system. Aquaculture 244 : 109– 118

Anda mungkin juga menyukai