Anda di halaman 1dari 66

Mata Kuliah Manajemen Budidaya Perikanan

Budidaya Ikan
Materi 6

Sistem Akuaponik 1
Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA vindyrilani.m@usu.ac.id
Pendahuluan
⊷ Akuaponik merupakan bio-integrasi yang menghubungkan
akuakultur berprinsip resirkulasi dengan produksi
tanaman/ sayuran hidroponik.
⊷ Teknologi akuaponik merupakan salah satu alternatif yang
dapat diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan
air.
⊷ Disamping itu teknologi akuaponik juga mempunyai
keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari
hasil tanaman yang akan memperbesar keuntungan para
pembudidaya ikan.

2
Definisi Sistem
Akuaponik

Akuakultur Definisi Akuaponik adalah sistem


budidaya ikan (akuakultur) dan tanaman
(hidroponik) secara bersama-sama dalam

Siklus
sebuah ekosistem yang resirkulasi atau
Akuaponik
saling menguntungkan, dengan
menggunakan bakteri untuk mengubah
Tanaman
Mikroba Hidroponik limbah dari ikan/sisa pakan menjadi
nutrisi tanaman.

3 Diagram Siklus Akuaponik


Mengapa
Akuaponik?

1. Sistem akuaponik, nutrisi hidroponik yang harganya cukup mahal


sudah tergantikan dengan limbah kotoran ikan sebagai nutrisi tanaman
2. Perawatannya sangat mudah
3. Lebih produktif, dapat menghasilkan ikan dan sayuran
4. Akuaponik bersifat organik, didalam akuaponik bakteri dan cacing
mengubah amoniak dan sisa pakan ikan menjadi nutrisi sayuran, tanpa
memerlukan pestisida.
5. Hemat lahan
6. Hemat air 90%
7. Hemat tenaga dan energi
8. Media instalasi jangka waktu panjang Sumber: Halim., 2018
1. Suhu
⊶Suhu menjadi faktor penting dalam akuaponik, perubahan suhu pada air
mampu mempengaruhi komponen air seperti kadar pH, DO dan tingkah laku ikan
⊶Perubahan suhu pada air kolam dipengaruhi oleh hujan, penguapan,
kelembapan udara, kecepatan angin dan paparan matahari. Suhu ideal untuk ikan
sekitar 24-27◦C.

2. Tingkat Keasaman (pH)


pH atau potentiao of hydrogen adalah parameter yang menggambarkan
tingkat keasaman dari suatu larutan, pH dapat diukur dgn pH meter, sebaiknya pH
air di jaga agar tetap normal.
pH ideal untuk ikan 5-7, pengecekan pH dilakukan setiap 3-4 hari agar
pertumbuhan tanaman dan ikan tetap optimal.

5 Sumber: Halim., 2018


3. Oksigen Terlarut (DO)
⊶Semakin banyak kandungan oksigen terlarut dalam air kolam, semakin baik kondisi kolam, DO ideal
untuk ikan sistem akuaponik adalah 5 mg/l air, bila kurang dari itu maka tanaman dan ikan tidak dapat
tumbuh secara optimal.

4. Sumber Air
Sumber air kolam akuaponik dapat berupa air tanah, air hujan atau air PAM, air tanah memiliki
kualitas yang ideal untuk akuaponik.
Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai dasar kolam dipengaruhi kekeruhan air, air
yang tidak terlalu keruh atau tidak terlalu jernih umumnya baik untuk ikan. Sebelum air distribusikan ke
kolam, sebaiknya sumber air memiliki pH netral.
5. Amoniak
Senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam dan menyengat, berasal dari protein
yang trkandung pada pakan , level maksimum amoniak dalam perairan adalah 0,5 ppm.
6 Sumber: Halim., 2018
Model-Model Akuaponik

1. Nutrient Film Technique Komponen utama sistem akuaponik adalah kolam ikan, bak
untuk tanaman, auto siphone (mengendalikan pasang surutnya air dalam wadah media
tanam), dan media tanam seperti kerikil atau hydroton (sebagai media filter).

Kelebihan:
• Sederhana dan mudah dalam perawatan
• Jenis tanaman yang bisa ditanam di tanah bisa diterapkan dalam sistem akuaponik
• Rekomendasi untuk pemula

Kelemahan
• Siklus amoniak tidak berfungsi sebaik akuaponik jenis lainnya, yang mewajibkan tersedianya
penyaring khusus

7
8
2. Floating Raft atau Deep Water Culture
Sitem akuaponik ini disebut juga dengan sistem rakit apung atau deep water culture. Cara kerja
akuaponik sistem rakit adalah dengan mengapungkan tanam dalam air, air mengalir perlahan sehingga akarnya
terendam dan mendapatkan unsur hara. Sistem ini harus ditambahkan sistem biofilter dan sistem penjernih air.

Kelebihan:
• Biaya yang digunakan dalam pembuatan sistem ini relatif lebih murah
• Hemat air karena pada sistem ini tidak terbuang
• Akar tanaman terpapar air secara langsung sehingga nutrisi dapat diserap secara optimal
• Perawatan tanaman lebih mudah dan tidak memerlukan perhatian yang tinggi, namun dilakukan secara kontrol.

Kelemahan:
• Hanya cocok digunakan untuk menanam sayuran dan akar serabut
• Akar tanaman rentan terhadap pembusukan karena selalu terendam air
• Menggunakan aerator, agae kebutuhan oksigen ikan dan tanaman terpenuhi

9
10
3. Nutrient Film Technique (NFT)
Sitem akuaponik NFT adalah mengalirkan aliran air yang tipis langsung ke akar
tanaman, ditambahkan biofilter sebagai rumah bakteri tambahan pada filter ini.
Kelebihan:
• Air yang digunakan untuk mengaliri tanaman amat kecil, oleh karena itu pompa yan digunakan
pun cukup kecil.

Kelemahan:
• Teknik ini rentan terhadap perubahan cuaca, dapat berpengaruh pada akar tanaman
• Hanya tanaman yang menyenangi banyak air saja yang bisa ditanam
• Apabila aliran air macet karena tersumbat atau aliran listrik mati, tanaman akan cepat mati n
kering

11
12
Video Akuaponik
https://www.youtube.co
m/watch?v=YKnfR0UPl
kM
https://www.youtube.co
m/watch?v=nlUazp_mQ
Gw&t=16s

13
Jenis Tanaman Akuaponik
1. Kangkung ( umur panen 25-30 hari)
2. Bayam ( 20-25 hari)
3. Selada (30-35 hari)
4. Sawi/ Caisin (25-30 hari )
5. Pakcoy (25-30 hari)
6. Kailan (50-70 hari)
7. Tomat (65-75 hari) sistem irigasi
tetes
8. Cabai (65-75 hari)

14
Jenis Ikan a) Bawal
Akuaponik b) Mas
c) Lele
d) Patin
e) Gurame
f) Nila

15
Ikan Hias
Akuaponik

16
Mata Kuliah Manajemen Budidaya Perikanan
Materi 7

Budidaya Ikan
Sistem Akuaponik 2
(Media dan Aplikasi)
Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA vindyrilani.m@usu.ac.id
Media Wadah
 Berbagai wadah yang murah : ember plastik, pot bunga,
keranjang plastik, kotak kayu, pipa pvc dan talang air.

 Kolam beton, kolam terpal, kolam tanah maupun akuarium.

 Tetapi apabila difungsikan juga sebagai tanaman hias dapat


digunakan wadah yang bagus, seperti pot keramik

Sumber: Widyastuti dan


18 Tim Akuaponik, 2020
 Benih lele (unggul), kondisi sehat, ukuran seragam
 Ukuran benih 10-12 cm
 Padat tebar 500-1000 ekor/m3
 Perendaman dengan air garam (3 ppt) sebelum ditebar ke
kolam
 Pakan komersial ,protein 28-30%
 Jumlah pemberian 5-3% dari bobot badan per hari
 Sampling pertumbuhan ikan setiap 7-10 hari untuk
penyesuaian jumlah pakan yang diberikan

Sumber: Widyastuti dan Tim


Akuaponik, 2020
19
MEDIA TANAM
Sayuran

⊷ Arang kayu
⊷ Kerikil
⊷ Sabut kelapa
⊷ Ijuk
⊷ Rockwoll
⊷ Potongan bambu
Sumber: Widyastuti dan Tim
Akuaponik, 2020
20
Penyemaian
• Jenis tanaman berakar serabut
• Gunakan bibit unggul
• Bebas penyakit (virus, bakteri dan jamur)
• Tanaman disemai terlebih dahulu dan digunakan
pupuk organik ( pupuk kompos, pupuk kandang).

PENYEMAIAN LANGSUNG DI MEDIA AKUAPONIK

Sumber: Widyastuti dan Tim


21 Akuaponik, 2020
Penanaman Tanaman
⊷ Pemindahan bibit tanaman ke
wadah dilakukan pada saat
benih tanaman telah mencapai
ketinggian 7-10 cm.
⊷ Penanaman sebaiknya
dilakukan pagi atau sore hari.
⊷ Media tanaman sebelum
digunakan, dicuci dahulu
dengan air bersih, kemudian di
jemur di bawah sinar matahari

Sumber: Widyastuti dan


22 Tim Akuaponik, 2020
Kebutuhan
Tambahan
⊷ Pompa air
⊷ Paralon
⊷ Solder/ gergaji
⊷ Listrik (pilihan)
⊷ Keranjang/ember plastik, botol plastik
(memanfaatkan barang bekas)

Sumber: Widyastuti dan


23 Tim Akuaponik, 2020
TAHAPAN PEMBUATAN
SISTIM RAKIT

Simpel, SEDERHANA
Non listrik

Sumber: Widyastuti dan


Tim Akuaponik, 2020
Sumber: Widyastuti dan
Tim Akuaponik, 2020
PEMANENAN
•Ikan lele: sudah mencapai ukuran ikan
konsumsi 10-12 ekor per kg
•Sayuran :Kangkung, sawi, selada 2 -3
minggu
•Tanaman buah 35-40 hari

Sumber: Widyastuti dan


Tim Akuaponik, 2020
KEUNGGULAN AKUAPONIK SEBAGAI USAHA MANDIRI
Dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga maupun
industri

Hemat lahan dan air serta ramah lingkungan

Dapat diaplikasikan dimana saja (dataran tinggi, sedang


dan rendah)

Dapat disesuaikan dengan aspek estetika dan higienis

Sumber: Widyastuti dan


Tim Akuaponik, 2020
Lanjutan…

 Sumber pangan sehat bagi keluarga


 Membuka peluang pekerjaan
 Produksi langsung ke konsumen
 Memotong mata rantai pemasaran
 Mendukung program pemerintah dalam meningkatkan
ketahanan pangan
 Peningkatan pendapatan pembudidaya /hobi

Sumber: Widyastuti dan


Tim Akuaponik, 2020
Ketahanan Pangan
⊷ Ketersedian pangan bagi perorangan maupun keluarga
yang tercermin dari ketersediaan yang cukup baik
jumlah maupun mutu, aman, dan bergizi untuk dapat
hidup sehat dan berkelanjutan

Sumber: Widyastuti dan


29 Tim Akuaponik, 2020
Tambahan pendapatan
 Tanaman/sayuran  usaha sampingan memberi
keuntungan yang sangat penting dalam
menunjang usaha pemeliharaan ikan.

 Analisa usaha pada budidaya ikan lele dumbo 


sistim akuaponik lebih menguntungkan
dibandingkan budidaya non akuaponik

Sumber: Widyastuti dan


30 Tim Akuaponik, 2020
Terima Kasih

31
Mata Kuliah Manajemen Budidaya Perikanan
Materi 8

Sistem Bioflok pada Akuakultur


Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA vindyrilani.m@usu.ac.id
Pendahuluan  Sumber nitrogen anorganik dalam
kolam akuakultur sebagian besar
berasal dari sisa pakan, kotoran
ikan,dan hasil ekskresi melalui insang.

 Nitrogen anorganik dalam kolam


budidaya ikan dalam bentuk total
ammonia nitrogen (TAN), nitrit, dan
nitrat.

 Total ammonia nitrogen dalam kolam


akan dimanfaatkan oleh fitoplankton
dan bakteri sebagai penyusun protein
tubuh serta mengalami nitrifikasi,
sedangkan nitrogen bebas dapat
mengalami penguapan 2
Sistem Autotrof Sistem Heterotrof

 Sistem autotrof dalam kolam budidaya  Sistem heterotrof (biofloc) didominasi


didominasi oleh alga (fitoplankton) dengan oleh organisme heterotrof terutama
memanfaatkan sinar matahari sebagai bakteri dalam kolam budidaya.
sumber energi sehingga pertumbuhannya  Bakteri menggunakan bahan organik
tergantung pada ketersediaan sinar sebagai sumber energi dan karbon.
matahari.  Sinar matahari tidak memiliki peran
 Organisme autotrof selain fitoplankton yang dominan dalam budidaya
yang ada dalam kolam budidaya adalah dengan sistem heterotrof
bakteri nitrifikasi (Ebeling et al., 2006). dibandingkan dengan sistem autotrof
 Pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih sehingga aktivitas bakteri dapat
lambat jika dibandingkan bakteri berlangsung dengan baik selama 24
heterotrof. jam.

Bakteri nitrifikasi membutuhkan waktu 12 jam untuk melakukan regenerasi,


sedang bakteri heterotrof hanya memerlukan waktu 30 menit (Davies, 2005).
Bakteri Heterotrof
 Pertumbuhan bakteri heterotrof dirangsang melalui
penambahan karbon organik untuk meningkatkan rasio
C:N media.

 Penanganan amonia dalam kolam budidaya dengan


bakteri heterotrof merupakan metode yang paling cepat
dan efektif (Ebeling et al., 2006)

4
Nitrogen Anorganik
o Nitrogen yang berbahaya dalam bentuk nitrogen anorganik (mobilized
nitrogen) antara lain amonia dan nitrit.
o Amonia terdiri dari dua bentuk yaitu amonia terionisasi (NH4-) dan tidak
terionisasi (NH3).
o Jumlah amonia terionisasi dan tidak terionisasi dalam air sering disebut
dengan total ammonia nitrogen (TAN).
o Amonia terionisasi tidak bersifat toksik bagi ikan sedangkan amonia tidak
terionisasi bersifat toksik.
o Semakin tinggi suhu dan pH semakin besar persentase kandungan amonia
tidak terionisasi (Boyd, 1990).

Kadar amonia yang tinggi di kolam dapat
menyebabkan:

meningkatnya kadar amonia dalam darah,


meningkatnya konsumsi oksigen,
terjadi kerusakan insang,
menurunnya kemampuan darah dalam
transportasi oksigen, dan
 ikan mudah terserang penyakit dan
menghambat pertumbuhan.

6

 Toksisitas amoniak akan menurun jika kadar CO2 dalam air
meningkat, karena peningkatan CO2 akan menurunkan pH
sehingga menurunkan kadar amonia tidak terionisasi (NH3)
(Boyd, 1990).
 Bentuk nitrogen anorganik dalam kolam ikan adalah nitrit
(NO2-) dan nitrat (NO3-).
 Nitrit bersifat toksik bagi ikan, sementara nitrat tidak
bersifat toksik.
 Nitrat merupakan sumber nitrogen yang dapat diserap oleh
fitoplankton maupun bakteri.
7
Konsep Bioflok
 Konsep dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik
yang mengandung senyawa karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen (N) dan sedikit fosfor (P) menjadi masa sludge berupa bioflok
dengan menggunakan bakteri pembentuk flok (floc forming bacteria)
yang mensintesis biopolymer sebagai ikatan bioflok.
 Tujuan utama teknologi bioflok dalam budidaya perairan adalah
memanfaatkan limbah nitrogen anorganik dalam kolam budidaya
menjadi nitrogen organik yang tidak bersifat toksik.
 Sistem bioflok (heterotrophic system) dalam budidaya perairan menekankan
pada penumbuhan bakteri pada kolam untuk menggantikan komunitas
autotrofik yang didominasi oleh fitoplankton (McIntosh, 2000). 8
Konsep Bioflok  Sistem bioflok amonia dan nitrit
dapat ditekan karena akan
diimobilisasi menjadi nitrogen organik
dalam bentuk protein sebagai
biomasa bakteri.
 Pakan yang diberikan tidak semuanya
diasimilasi menjadi daging ikan.
Avnimelech dan Ritvo (2003), hanya
25% nitrogen dari pakan yang dapat
diasimilasi menjadi daging,
sedangkan 75% terbuang ke
lingkungan.

9
Bakteri dalam Sistem Bioflok
 Penggunaan bakteri dalam  Pertumbuhan bakteri heterotrof dalam
akuakultur telah banyak sistem bioflok dipengaruhi oleh karbon
dilakukan terutama dalam organik yang terlarut dalam air.
bentuk probiotik, baik untuk
 Pertumbuhan bakteri heterotrof dapat
manajemen kualitas air maupun
dirangsang dengan meningkatkan rasio
sebagai campuran pakan.
C:N melalui penambahan karbohidrat
 Probiotik (Bacillus) dapat
atau penurunan kandungan protein
mengontrol luminous Vibrio
pakan.
(Moriarty, 1999)
 Bacillus subtilis mampu  Material karbon ini akan mengikat
menurunkan Vibrio dalam nitrogen anorganik yang digunakan
pencernaan udang (Far et al., untuk pertumbuhan sel bakteri
2009) (Hargreaves, 2013).
10
Apa sumber karbon organik yang
mengikat nitrogen anorganik
dalam teknik bioflok?

Molase atau disebut dengan tetes tebu yaitu produk


hasil dari pengolahan gula tebu yang masih memiliki
kandungan gula dan asam organik.

Avnimelech (2009) membuktikan bahwa penambahan sumber karbon


dapat menurunkan kandungan TAN dari 7 mg/l menjadi 1 mg/l dalam
waktu 30 menit.

11
Bioflok dan Manajemen Kualitas Air

Manfaat Bioflok

Amoniak Oksigen Terlarut Alkalinitas pH Air

12
Amoniak
 Nitrogen anorganik dalam kolam terutama berasal dari hasil eskresi, feses,
sisa pakan serta tanaman/ikan mati yang mengalami mineralisasi.
 Penambahan sumber karbon akan mengikat nitrogen anorganik menjadi
senyawa organik yang mengandung protein tinggi.
Rasio C:N yang tinggi (>15) akan merangsang bakteri heterotrof untuk
mengasimilasi ammonium nitrogen dari air menjadi biomasa sel bakteri (Davies,
2005, Ebeling et al., 2006).

 Bakteri memanfaatkan karbon organik sebagai sumber energi untuk


melangsungkan proses biologis dalam lingkungan budidaya.
 Bakteri dipacu pertumbuhannya sedangkan fitoplankton ditekan.

13
Lanjutan

 Karbon organik dimanfaatkan oleh bakteri melalui proses katabolisme dan


anabolisme (Davies, 2005).
 Pada proses katabolisme, senyawa karbon dirombak menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan bantuan oksigen menghasilkan energi
dan karbondioksida sebagai hasil sampingan. Proses ini sering disebut
dengan respirasi.
 Sedangkan pada proses anabolisme terjadi penggabungan molekul-
molekul kecil menjadi molekul yang lebih besar dengan
memanfaatkan energi dari proses katabolisme yang disebut dengan
proses pertumbuhan

14
Oksigen Terlarut Alkalinitas dan pH
 Karbondioksida dalam kolam melimpah karena
 Oksigen terlarut pada sistem heterotrof semua organisme baik ikan maupun bakteri
relatif stabil, baik pada waktu siang
memproduksinya.
maupun malam.
 Hal ini berpengaruh terhadap alkalinitas maupun pH air.
 Aplikasi teknologi bioflok memerlukan  Karbondioksida yang terbentuk akan bereaksi dengan
ketersediaan aerator/paddle wheel
air dan selanjutnya membentuk bikarbonat (Wurts dan
secara kontinyu untuk menjaga
Durborow, 1992). Bikarbonat merupakan penyusun
ketersediaan oksigen terlarut dan
utama alkalinitas air.
menjaga pergerakan air dalam kolam
 Semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan
untuk menghindari pengendapan
semakin tinggi bikarbonat yang terbentuk.
bioflok.
 Alkalinitas mengacu pada kapasitas penyangga air,
 Oksigen terlarut diperlukan oleh bakteri atau kemampuannya untuk menahan perubahan pH.
heterotrof karena bersifat aerob dan
 Berdasarkan reaksi tersebut, pH air dalam sistem
menguraikan bahan organik
bioflok tidak terlalu tinggi dibandingkan sistem autotrof
karena reaksi asam yang dihasilkan serta kemampuan
sebagai penyangga air (Avnimelech, 2009)
15
Terima Kasih

16
Mata Kuliah Manajemen Budidaya Perikanan vindyrilani.m@usu.ac.id
Materi 9

Budidaya Ikan Lele Metode


Bioflok Sederhana
Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber: Farida et al., 2019
Pendahuluan
Budidaya ikan lele selama ini yang
dikembangkan secara konvesional, baik dalam
pembuatan kolam, pengelolaan air, pembesaran bibit
dan pakan lele. Manajemen Budidaya
Sehingga membutuhakan biaya yang besar Sistem Bioflok
dan waktu yang cukup lama, sementara ikan lele yang
dihasilkan tidak melimpah.
Permasalahan mendasar dalam budidaya
ikan lele penggunaan air yang banyak dan air buangan
hasil budidaya mengandung amoniak dan nitrogen
sebagai hasil perombakan protein dan asam amino dari
sisa pakan dan feses ikan lele, kemudian membuang air
kolam setiap minggu sehingga memberikan dampak
lingkungan disekitar budidaya ikan lele
Definisi Bioflok
 Metode bioflok menjadi salah satu metode alternatif
dalam menyelesaikan masalah kualitas air buangan
dalam budidaya ikan lele.
 Bioflok berasal dari kata bios yang artinya kehidupan
dan flock yang bermakna gumpalan
 Bioflok adalah kumpulan dari berbagai jenis
organisme seperti jamur, bakteri, algae, protozoa,
cacing, dan lain lain, yang tergabung dalam
gumpalan.
 Teknologi bioflok atau lumpur aktif merupakan
adopsi dari teknologi pengolahan biologis air limbah
lumpur aktif dengan menggunakan aktivitas
mikroorganisme untuk meningkatkan carbon dan
nitrogen (Suprapto, 2013).
Alat dan Bahan Media Aplikasi Bioflok
1. Kolam terpal bundar ukuran 2,5 m3 (terpal
dan kerangka besi )
2. Aerator
3. Media bioflok :
 nenas, tempe, yakult, dedak, gula merah, air
kelapa, ragi, tepung sagu dan air. Semua
bahan dihaluskan dan dicampur (fermentasi
≥5 hari), di campur dengan dedak dan
dituangkan ke dalam kolam (selama 15 hari).
4. Benih ikan lele yang sehat dan lincah
(≤4000 ekor)
Media Aplikasi Bioflok
1. Kolam bundar yang terbuat dari terpal dan kerangka besi
di pasang.
2. Bersihkan kolam terpal dari parasit atau bakteri yang
menempel pada kolam
3. Kolam diisi dengan air dengan ketinggian ≤ 70 cm
4. Berikan aerator
5. Kolam bioflok yang telah di isi dengan air tidak bisa
langsung digunakan dalam budidaya ikan lele, terlebih
dahulu air yang ada dikolam dibentuk dulu menjadi flok
flok.
6. Bahan fermentasi bioflok semuanya diblender
(fermentasi ≥5 hari) lalu tambahkan dedak, selanjutnya
dituangkan kedalam kolam (ditunggu sampai 15 hari)
hingga flok terbentuk
7. Setelah flok terbentuk tebar bibit ikan lele (≤4000 ekor)
Hasil Media Aplikasi Bioflok
 Pada metode bioflok yang dilakukan tebar bibit
sekitar 4000 ekor yang dihasilkan setelah
pembesaran selama 2,5 bulan menghasilkan ikan lele
sekitar 3000 ekor.
 Penggunaan air setiap 1 m3 dengan kepadatan ikan
sekitar 700 -1500 kg, sedangkan secara konvesional
hanya 100 ekor pada penggunaan air dalam 1 m3
 3000 ekor dari 4000 ekor ikan lele yang di tabur di
kolam bioflok, bobot ikan lele lebih besar dan
penyerapan nutrisi lebih baik 25%, dgn persen
kematian sebesar 18,75 %.
 Kapasitas tebar bibit lele yang lebih banyak 20 kali
dari konvensional (Suparno, 2016). Dengan kematian
yang cukup kecil sebesar 18, 75 % . Selain itu, ikan yang
dihasilkan lebih sehat dan baik dengan penyerapan
nutrisi sebesar 25% dari metode konvesional.
Terima Kasih
Mata Kuliah Manajemen Budidaya Perikanan vindyrilani.m@usu.ac.id
Materi 10

Budidaya Ikan Dalam Ember


“Budikdamber” Sistem Sederhana

Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber: Juli Nursandi
Pendahuluan ANCAMAN

Kebutuhan pangan dan perikanan di wilayah 1. Lahan pertanian/perikanan yang


perkotaan meningkat semakin sempit (terbatas)
2. Kualitas dan kuantitas air untuk ikan
semakin terbatas

PELUANG
1. Solusi Pemenuhan kebutuhan
protein dari perikanan dan
sayuran untuk mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat
“Budikdamber” menjadi solusi potensial bagi 2. Kreatif dalam memanfaatkan
budidaya perikanan di lahan sempit dengan lokasi sempit dan penghematan
penggunaan air yang lebih hemat air budidaya.
Alat dan Bahan Media Budikdamber
1. Ember volume 78 liter
2. gelas plastik,
3. kawat,
4. Media air,
5. alat pengukur kualitas air.

Bahan:
1. Arang kayu,
2. Ikan lele 60 ekor
Desain Pembuatan Budikdamber
1. Ember volume 78 liter yang diisi air
setinggi 50 cm atau sebanyak 60 liter air.
2. Bagian atas ember digantungkan gelas
plastik yang berisi arang kayu sebagai
media tanam kangkung aquaponik.
3. Agar tanaman kangkung dapat tumbuh
dengan baik maka gelas plastik diberi
lubang-lubang kecil sebagai tempat
masuknya air ke media tanam kangkung.
4. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu
buah media sistem budikdamber ini
adalah 0,2 m2.
Desain Pembuatan Budikdamber
1. Media budikdamber mampu
menampung 60 ekor ikan lele
dengan kepadatan 1 ekor per liter.
2. Sistem budikdamber di rancang
mempunyai kelebihan yaitu tidak
membutuhkan listrik seperti yang
biasa di gunakan pada sistem
resirkulasi aquaponik yang ada di
masyarakat
3. Wadah budidaya ikan yang
digunakan mudah didapatkan,
hemat dalam penggunaan air serta
tambahan penanaman sayuran
kangkung untuk memenuhi
kebutuhan sayuran.
Pemeliharaan
1. Ember diletakkan di tempat terkena matahari
2. Kangkung tumbuh pd hari ke 3, bila ada kutu di daun kangkung,
segera buang daun atau batang karena kangkung akan kriting dan
mati
3. Pemberian pakan pada ikan secara sekenyangnya (ad satiation) 2-
3 kali dengan waktu tetap:
 5-7cm pakan pelet PF 800,
 10cm pakan pelet PF 1000,
 >12cm pakan pelet 781-2, 781-1, 781).
Pergantian Air
Pergantian air dilakukan apabila:
1. Nafsu makan ikan menurun
2. Air berbau busuk (NH3, H2S)
3. Ikan mengantung (kepala diatas, ekor ke
bawah)

Ganti Air atau Sipon(Penyedotan kotoran di dasar


ember dengan selang) 5-8 Liter, bisa lebih
atau keseluruhan bila perlu. Hasil siphon dari media setiap 10 hari sekali dapat
Biasanya dilakukan 10-14 Hari Sekali dimanfaatkan untuk pupuk tanaman
Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Bobot Ikan Lele

Pertumbuhan berat rata-rata setelah ikan dipelihara selama 42 hari dalam


media budikdamber bertambah besar 18.45 – 47.74 gram

Benih ditebar pada ukuran 12-14 cm akan menghasilkan berat


rata-rata akhir 47.74 g / ekor dan sudah layak panen
Sumber:
Nursandi., 2018
Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Pemeliharaan 40 hari

semakin besar ukuran tebar maka derajat kelulushidupan ikan


yang dipelihara dalam media budikdamber akan semakin tinggi
Namun SR yang dihasilkan masih
rendah yaitu <70%,

Faktor yang mempengaruhi rendahnya SR pada metode budikdamber adalah karena


ikan yang dipelihara dapat ditangkap oleh kucing, dan waktu musim hujan ikan lele
masih dapat keluar dari media.
Panen Kangkung dan Ikan
1. Panen Kangkung pertama 14-21 hari sejak
tanam
2. Sisakan bagian bawah – tunas kangkung
untuk pertumbuhan kembali.
3. Panen ke-2 dan selanjutnya berjarak 10-14
hari sekali.
4. Dapat bertahan 4 Bulan.

1. Panen Ikan lele dapat dilakukan dalam 2


bulan, bila benih bagus dan pakan baik,
Dilakukan dengan diserok atau menguras
ember.
2. Tingkat bertahan hidup (survival) 40-100%.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai