TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknologi Akuaponik
2.1.1 Akuaponik
Akuaponik merupakan kombinasi sistem akuakultur dan hidroponik yang
saling menguntungkan. Akuakultur merupakan budidaya ikan, sedangkan
hidroponik dapat diartikan pemberdayakan air. Teknologi akuaponik
merupakan teknologi yang dapat meminimasi limbah nitrogen dari sisa
metabolisme ikan melalui integrasi sistem tanaman hidroponik ke dalam
sistem akuakultur (Sumoharjo, 2010). Tanaman pada akuaponik berfungsi
sebagai filter dari air limbah budidaya yang dimanfaatkan kembali untuk
budidaya ikan sedangkan hasil penguraian bahan organik di dalam air
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya
sehingga jumlah bahan toksik dalam air bisa terkendali.
Menurut Dauhan et al, (2014) dan Diver (2005) keberadaan ikan,
tanaman dan bakteri merupakan unsur yang sangat penting, Karena
keberadaan ketiga unsur tersebut melahirkan simbiosis mutualisme yaitu
suatu hubungan yang saling menguntungkan. Teknologi akuaponik pada
prinsipnya, selain menghemat pengunaan lahan dan air juga meningkatkan
efisiensi usaha melalui pemanfaatan hara dari sisa pakan dan metabolism ikan
untuk tanaman air serta merupakan salah satu sistem budidaya ikan ramah
lingkungan (Zidni, dkk., 2013).
Akuaponik memiliki beberapa kelebihan dari pada sistem lainnya, berikut
beberapa kelebihan akuaponik (ECOLIFE, 2011):
1. Sistem akuaponik berjalan dengan prinsip zero enviromental impact.
Akuaponik menghasilkan pertumbuhan ikan yang baik dan tanaman
organik tanpa pemupukan kimia, tanpa herbisida maupun pestisida.
2. Memanfaatkan air secara bijak atau hemat air. Penggunaan air pada
sistem akuaponik 90% lebih sedikit dibandingkan menanam tanaman
dengan cara konvensional dan 97% lebih sedikit dari sistem akuakultur
biasa.
3. Sistem akuaponik serba guna dan mampu beradaptasi diberbagai tempat
karena dapat dibangun dengan berbagai ukuran.
2.1.2 Sistem Akuaponik
Sistem akuaponik terbagi menjadi dua sistem, antara lain :
1) Sistem resirkulasi
Sistem resirkulasi diterapkan dengan memanfaatkan air untuk budidaya ikan dan
sayuran secara daur ulang. Prinsip resirkulasi ini dengan memanfaatkan limbah air
budidaya yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman dan air tersebut digunakan
kembali untuk budidaya ikan. Sistem ini terbagi menjadi dua jenis sistem resirkulasi,
antara lain :
1) Resirkulasi terbuka
Sistem ini dipakai pada tempat terbuka dan masih memperhatikan faktor alam
yaitu panas matahari dan curah hujan. Karena panas matahari dapat
mempengaruhi pengurangan volume air kolam dan kandungan air dalam sayuran.
Adapun curah hujan yang dapat mempengaruhi peningkatan volume air kolam,
yang dapat mempertahankan kualitas, densitas, dan kekeruhan air dalam tahap
aman.
2) Resirkulasi tertutup
Resirkulasi tertutup memanfaatkan sumber cahaya lain seperti lampu untuk
melakukan proses fotosintesis pada tanaman. Sistem resirkulasi tertutup dapat
menghemat air karena tidak mengalami penguapan tetapi kondisi air juga tetap
diperhatikan.
b. pH
Kondisi pH pada sistem akuaponik harus optimal untuk masing-
masing komponen akuaponik, seperti ikan, tanaman dan bakteri. Kondisi pH
yang tidak optimal dapat menyebabkan stress, mudah terserang penyakit,
pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan daya penguraian bakteri tidak
optimal. Untuk pH ideal bagi ikan berkisar 6,5-8, pH optimal untuk tanaman
berada pada rentang 4,5-6,5 dan untuk bakteri pengurai yang bekerja
mengubah amonia memiliki pH ideal 6-8.
Pengecekan pH perlu dilakukan setiap 3-4 hari agar pertumbuhan
tanaman dan perkembangan ikan tetap optimal. Alat uji pH dapat menggunakan
pH meter atau pH tester elektronik. Selama penggunaannya, alat ini juga perlu
dikalibrasi secara rutin agar tetap dapat memberi tingkat keakurasian yang
benar.
c. DO
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dapat diartikan sebagai
jumlah oksigen yang berada di dalam air. Semakin banyak kandungan
oksigen terlarut di dalam air kolam, maka semakin baik kondisi kolam.
Kandungan oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu
maka semakin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Keberadaan oksigen
terlarut ini bermanfaat untuk kehidupan organisme, seperti proses respirasi atau
bernapas.
Satuan oksigen terlarut dinyatakan dengan mg/L. Pada sistem
akuaponik, oksigen terlarut minimum 4 mg/L. Untuk meningkatkan kandungan
oksigen terlarut di dalam kolam, dapat mengatur input aliran air kolam
sehingga menimbulkan pancuran air atau riak air. Aplikasi aerator dengan
airstone di dalam kolam juga dapat meningkatkan kandungan oksigen
terlarut.
d. Sumber Air
Secara umum, sumber air dapat berupa air tanah, air hujan, atau air
PAM. Sumber air memiliki pH 7 (netral). Perlakuan awal air kolam dapat
diberikan cuka (untuk pH yang terlalu basah) atau bikarbonat (untuk pH yang
terlalu asam). Air yang tidak keruh dan tidak pula terlampau jernih umumnya
baik untuk kehidupan ikan. Kemampuan cahaya matahari untuk tembus
sampai ke dasar kolam dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Warna
hijau cerah biasanya menandakan air kolam telah banyak
mengandung fitoplankton yang menguntungkan untuk ikan.
e. Amonia
Amonia di dalam kolam berasal dari protein yang terkandung dalam pakan
ikan dan sisa metabolism ikan baik berupa feses maupun urin. Semakin tinggi pH
dan suhu air kolam semakin tinggi kadar amonia. Saat suhu dan pH tinggi amonia
akan diubah dalam bentuk NH3. Amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun dari
pada yang berbentuk ion (NH4+). Oleh Karena itu, kadar amonia NH3 harus
dikurangi agar tidak meracuni ikan dan tanaman.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan kadar
amonia (NH3) di kolam, diantaranya dengan menghentikan sementara
pemberian pakan, menambahkan air baru ke dalam kolam, mengurangi
padat tebar ikan, dan menambahkan aerasi di dalam kolam. Dalam sistem
akuaponik yang sehat, level maksimum amonia yang aman adalah 0,5
ppm.
2) Bakteri Pengurai
Nitrosomonas bekerja menguraikan amonia (NH3) menjadi nitrit
(NO2), kemudian nitrit diurai oleh Nitrobacter menjadi nitrat (NO2-).
selama proses penguraian tersebut nutrisi lain sebenarnya mengalami pula
konversi unsur-unsur. Konversi amonia menjadi nitrat dikenal dengan siklus
nitrogen.
3) Tanaman
Tanaman mampu tumbuh karena unsur nitrogen yang dihasilkan oleh
bakteri pengurai. Nutrisi ini diserap melalui akar-akar tanaman. Akar tanaman
juga membantu menyaring air bagi ikan atau sebagai biofilter sehingga air
yang masuk kembali ke dalam kolam menjadi jernih.
b) Batang kangkung
Batang tanaman memiliki tiga fungsi utama, yaitu mendukung daun dan
struktur reproduksi, menyediakan pengangkut bagian dalam, dan menghasilkan
jaringan baru. Perbedaan nyata antara penampang melintang batang dan
penampang melintang akar hanyalah ukuran unsur-unsur pengangkutan dalam
batang yang lebih besar dan lokasinya yang jauh dari pusat batang (Fisher dan
Dunham 1992). Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang
7 dari jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan
derivatnya, korteks, dan stele (Nugroho et al.2006). 2.2.3. Daun kangkung Daun
biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan, tetapi secara garis besar
tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya), jaringan dasar
(mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat, jaringan sekretori (Nugroho et
al.2006).
b) Media Tanam
Media tanam tanaman kangkung ini menggunakan busa berukuran 4-5cm
dengan wadah talang air berukuran dengan panjang 133 cm dan lebar 12cm,
proses ini menggunakan sistem Hidroponik dengan menggunakan sistem perairan
yang tergenang. Kangkung sangat membutuhkan nutrisi dan air yang cukup
dalam proses pertumbuhannya.
c) Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan
dicampur aduk.
d) Media tanam
Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman tomat pada umumnya adalah
tanah. Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir (ukuran
partikel 0,05 - 2.0 mm) sampai tanah lempung (ukuran partikel kurang dari 0,002 mm).
Akan tetapi, tanah yang ideal adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik serta unsur hara, dan mudah merembaskan air (Pracaya,
1998). Untuk komoditas sayuran seperti tomat, pH tanah yang cocok adalah 5,5-7 atau
agak asam hingga netral. Bila pH tanah terlalu asam, (pH < 5), maka tanaman akan
kekurangan kalsium sehingga berpotensi terserang penyakit busuk ujung buah atau
blossom and root, dengan gejala bagian ujung buah membusuk (Tafajani, 2010).
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi ketersediaan unsur
hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki kapasitas tukar kation yang
tinggi, hal ini mempengaruhi ketersediaan hara yang dapat diserap oleh tanaman. Selain
itu, kandungan bahan organik dalam tanah menimbulkan adanya aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur, yang mengundang organisme
lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk rongga dalam tanah yang dapat menjadi pori
udara dan pori air. Dengan demikian, ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi
(Tafajani, 2010).
2.4.4 Kandungan dan Manfaat Tomat
Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga
mengandung zat pembangun jaringan tubuh manusia dan zat yang dapat
meningkatkan energi untuk bergerak dan berpikir, yakni karbohidrat, protein,
lemak, dan kalori (Cahyono, 2008).
Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan
mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin
C, xeropthalmia pada mata karena kekurangan vitamin A, bibir merah dan radang
lidah karena kekurangan vitamin D (Cahyono, 2008).
Sebagai sumber mineral, buah tomat bermanfaat untuk pembentukan
tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor). Sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung
dalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah atau hemoglobin
(Cahyono, 2008).
Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses
pencernaan makanan dalam perut. Selain itu buah tomat juga mengandung
potasium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi
(Cahyono, 2008).
Zat belerang (Sulfur) yang terkandung dalam buah tomat dapat mencegah
radang hati dan radang usus buntu. Zat klorin yang ada di dalam buah tomat dapat
merangsang fungsi hati lebih aktif membersihkan zat -zat tidak berguna
(Cahyono, 2008).
Tomat banyak mengandung likopen yang merupakan kelompok
karotenoid seperti beta-karoten yang bertanggung jawab terhadap warna merah
pada tomat. Di dalam tubuh, likopen dapat melindungi dari penyakit seperti
kanker prostat serta beberapa jenis kanker lain serta penyakit jantung koroner.
Kemampuan likopen dalam meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik
daripada beta karoten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol
(Sunarmani, 2008).
Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat likopen bagi kesehatan.
Pada kesehatan wanita, likopen bermanfaat dalam penyembuhan kanker payudara
serta osteoporosis. Peng dkk. (1998) menyebutkan bahwa penelitian-penelitian
terbaru mengindikasikan wanita yang memiliki kandungan likopen rendah lebih
rentan terkena kanker serviks dan kanker ovarium dibandingkan yang memiliki
kandungan likopen tinggi. Berbagai karotenoid, termasuk likopen, telah diteliti
untuk melihat hubungannya dengan kanker serviks. Hanya likopen yang
menunjukkan adanya efek protektif (Sunarmani, 2008).
Kandungan Gizi dan Kalori per 100 gram buah tomat adalah sebagai
berikut (Tabel 2)
Tabel 2 Kandungan gizi dan kalori per 100 gram buah tomat
No. Jenis Zat Jumlah
1 Kalori 20 kal
2 Protein 1g
3 Lemak 0,3 g
4 Karbohidrat 4,2 g
5 Vitamin A 1.500 SI
6 Vitamin B 0,06 mg
7 Vitamin C 40 mg
8 Kalsium 5 mg
9 Fosfor 26 mg
10 Besi 0,5 mg
11 Air 94 g
Sumber : Purwati dan Khairunisa, 2007