OLEH:
WAHYU WIRA PRATAMA, S.Pi., M.P
CAPAIAN PEMBELAJARAN _
KRITERIA PENILAIAN
Setelah selesai
perkuliahan maka
mahasiswa dapat
mengetahui dan
memahami definisi dan
ruang lingkup dari
rekayasa akuakultur
Mahasiswa setelah
mengikuti perkuliahan
dapat mengklasifikasikan
komoditas, ragam dan
sistem budidaya dari
kegiatan rekayasa
akuakultur.
Definisi, Ruang Lingkup dan Tujuan Rekayasa Akuakultur
Rekayasa akuakultur terdiri dari dua suku kata yaitu rekayasa dan akuakultur,
dimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata dari Rekayasa
adalah penerapan kaidah-kaidah ilmu dalam pelaksanaan (seperti perancangan,
pembuatan konstruksi, serta pengoperasian kerangka, peralatan, dan sistem
yang ekonomis dan efisien) sedangkan akuakultur dapat diartikan sebagai
bentuk kegiatan pengelolahan sumber daya perairan yang mencakup budidaya
perairan.
Mengakaji dari pengertian setiap kata dari rekayasa dan akuakultur maka,
pengertian dari Rekayasa Akuakultur adalah usaha penerapan dan pelaksanaan
kaidan kaidah ilmu pengetahuan dalam bentuk desain, tata letak, konstruksi,
sarana dan prasarana, serta cara pengoprasian yang ekonomis dan efisien yang
digunakan untuk mendukung kegiatan pengelolahan biota air yang ekonomis
sehingga dapat meningkatkan produktifitas budidaya perairan atau dengan kata
lain cabang dari ilmu akuakultur yang mempelajari tentang strategi, teknik dan
metode untuk perekayasaan sistem dan teknologi produksi yang digunakan dalam
setiap ruang lingkup akuakultur
Ruang Lingkup
Menurut Sumoharjo (2014) Ruang lingkup reakyasa akuakultur diantaranya
adalah
2. Lokasi Akuakultur
Lokasi kegiatan budidaya mempunyai peran penting dalam menigkatkan
produktifitas budidaya perairan, dimana lokasi sangat menentukan letak
strategis ketersediaan air, daya dukung lahan dan pertimbangan dalam
menentukan nila ekonomis bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi
masyarakat dan kemudahan akses transportasi.
Air merupakan media hidup biota perairan sebagai
3. Ketersediaan Air obyek budidaya, kuantitas air yang diharapkan akan
seiring dengan menigkatnya kualitas air.
1. Rekayasa lahan budidaya, Prinsip dasar dari rekayasa lahan budidaya adalah
tidak merusak alam dan mengubah sistem alam namun reakyasa lahan lebih
kepada bagaimana cara mengapliaksikan kegiatan budidaya dengan
memanfaatkan lahan yang mempunyai kemiringan dan kerataan lahan yang
berbeda, yaitu dengan cara memanfaatkan lahan yang ada dengan desain
dan kontruksi wadah budidaya yang mengikuti topografi dan kondisi alam.
Misalnya penggunaan karamaba jaring apung pada wilayah teluk laut,
kontruksi kolam air deras pada wilayah sungai
2. Rekayasa Wadah Budidaya, Prinsip dasar dari rekaysa wadah budidaya ini
adalah menciptakan dan memanipulasi suatu wadah budidaya yang lebih
efektif, efiesn dan dapat digunakan pada lahan dimanapun. Misalnya
penggunaan akuarium pada kegiatan budidaya air tawar, aplikasi karamba
jaring tancap di sungai, penerapan budidaya dengan sistem terpal.
SAMBUNG......
3. Rekayasa Wadah Budidaya dan Lahan
Budidaya, Pinsip dasar dari kegiatan ini
adalah merancang dan mendisain konstruksi
wadah budidaya dengan mengubah kondisi
lahan namun tidak merusak keseimbangan
ekosostem sekitar.
Misalnya, Budidaya Ikan pada Kolam Beton
dan Tambak Intensif dimana dalam kegiatan
ini wadah budidaya tidak bisa fleksibel
dipindah namun hanya sedikit merekonstruksi
kondisi lahan dan diharapkan tidak merusak
ekosistem alam.
C. Sistem Rekaysa
Menurut Baluyut (1989) dalam Sumoharjo (2011) bahwa pemilihan suatu sistem
rekayasa wadah akuakultur ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini :
1. Tujuan dari pengembangan usaha/keuntungan yang ingin dicapai Terkait
dengan tujuan pengembangan ini sebenarnya bermaksud untuk ;
Meningkatkan suplai/produksi ikan untuk konsumsi lokal/domestik
Menghasilkan lapangan kerja baru dan meningkatkan penghasilan
Meningkatkan devisa negara Pembangunan sosial ekonomi dan memperluas
usaha sampingan
2. Spesies budidaya yang dapat diterima pasar (acceptability/marketability)
Pemilihan spesies ikan sangat terkait dengan target usaha yang ingin dicapai.
Tidak semua ikan cocok untuk dibudidayakan pada semua skala. Misalnya jenis
udang yang bernilai ekonomis tinggi akan lebih menguntungkan dibudidayakan
pada skala kecil. Pemilihan spesies budidaya sangat tergantung pada beberapa
faktor, yakni; keterseidaan lokasi yang sesuai, karakteristik biologi spesies
lokal/introduksi, dapat diterima dipasar lokal atau internasional, dan
ketersediaan teknologi dan peralatan yang dibutuhkan untuk
membudidayakannya.
Klasifikasi sistem rekayasa akuakultur menurut Colt (1991) yang didasarkan
atas pola aliran air, meliputi :
1. Kolam adalah sistem produksi yang paling sederhana, pada kondisi operasional
normal dilakukan penambahan air baru untuk mengganti air yang hilang akibat
evaporasi, evapotranspirasi, dan infiltrasi.
2. Sistem air mengalir (flow through), di mana ikan dapat dipelihara dengan
kepadatan tinggi. Sistem ini menggunakan air dalam jumlah besar untuk
menghilangkan limbah
3. Sistem resirkulasi (sistem tertutup), biasanya diperuntukkan pada beberapa
daerah yang terbatas dalam hal sumberdaya air, di mana air yang telah
digunakan untuk produksi akuakultur dapat diolah untuk menghilangkan limbah
metabolit dan kemudian digunakan kembali.
4. Sistem kolam hibrida, yakni di dalam kolam sengaja ditumbuhkan algae atau
tumbuhan air sebagai biofilter untuk menyerap limbah metabolit, sistem ini
biasa dikembangkan untuk akuakultur di daerah tropis.
5. Karamba (cage system) masih dikategorikan sebagai sistem air mengalir
(flowthrough) walaupun dibeberapa kawasan dengan peraturan buangan
limbah yang ketat, sistem ini bisa digolongkan sebagai sistem resirkulasi
dengan pengolahan limbah yang minim.