Anda di halaman 1dari 10

PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius sp.

) YANG
DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI

Untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Manajemen Kualitas Air
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Titik Susilowati, M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 8B

M. Burhanuddin Yusuf 26010215130071


M. Yasin Fadlilah 26010215130080
Qoridani Choirunnisa 26010215130084
Yunia Dharmastuti W. 26010215130101
Dinda Lintang Sari 26010215140088
Ilham Agung Hernowo 26010215140068

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
2

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
3
1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Air merupakan media hidup bagi ikan. Kegiatan budidaya ikan sangat

tergantung pada ketersediaan air dan kualitas dari air tersebut. Kualitas air yang

bagus dapat menunjang produksi dari budidaya ikan. Upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kembali kualitas air yaitu dengan teknik resirkulasi. Teknik

ini bertujuan untuk mengembalikan kualitas air yang sudah dipakai untuk dapat

digunakan kembali. Biasanya untuk mengaplikasikan teknik ini perlu adanya

komponen seperti filter untuk dapat memperbaiki dari kualitas air. Resirkulasi

dalam wadah budidaya tidak hanya dapat diterapkan pada budidaya di aquarium

namun sekarang juga dapat diterapkan pada budidaya skala besar seperti budidaya

di tambak, kolam terpal dan lain lain.

Ikan patin merupakan salah satu komoditas di bidang perikanan yang sangat

digemari karena dagingnya yang enak dan lezat. Selain itu ikan patin mempunyai

kadar protein yang tinggi dan rendah kolesterol. Selain itu ikan patin mudah

dibudidayakan. Faktor pembatas dalam kegiatan budidaya ikan antara lain media,

lahan dan populasi terhadap lingkungan. Hasil produksi dari ikan patin bergantung

pada kualitas dari media yaitu air. Apabila kualitas air yang digunakan dalam

wadah budidaya jelek, maka hasil dari produksinya rendah begitupun sebaliknya.

Maka dari itu perlu adanya sistem resirkulasi yang diterapkan dalam wadah

budidaya ikan patin.


2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pertumbuhan Ikan Patin menggunakan Sistem Resirkulasi

Ikan Patin (Pangasius sp.) yang dipelihara dalam sistem resirkulasi selama

56 hari mengalami kenaikan berat yang lebih signifikan dibandingkan dengan

yang tidak menggunakan sistem resirkulasi. Pada ikan Patin dengan sistem

resirkulasi, terjadi peningkatan berat ikan patin dari 4,67 g menjadi 9,75 g.

Sedangkan pada perlakuan dengan tanpa sistem resirkulasi, perubahan berat ikan

patin dari 4,47 g menjadi 5,44 g. Peningkatan pertumbuhan dapat diketahui

melalui peningkatan pertumbuhan harian dan pertumbuhan spesifik. Pada

pertumbuhan harian benih ikan patin dimana nilai tertinggi pada perlakuan dengan

menggunakan sistem resirkulasi dengan pertumbuhan harian sebesar 0,40 g, dan

terendah pada perlakuan 2 tanpa sistem resirkulasi sebesar 0,09 g. Pertumbuhan

spesifik tertinggi yaitu pada perlakuan 1 dengan mengunakan sistem resirkulasi

sebesar 3,61% dan pada perlakuan 2 tanpa sistem resirkulasi sebesar 0,89%.

Perlakuan dengan menggunakan sistem resirkulasi memberikan pengaruh yang

sangat signifikan dan sangat berbeda nyata untuk pertumbuhan ikan patin selama

56 hari. Penggunaan sistem resirkulasi tidak hanya mempengaruhi ikan patin yang

dibudidayakan, namun juga mempengaruhi kualitas air wadah budidaya.

2.2. Faktor yang Mempengaruhi


3

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan sistem resirkulasi

adalah sebagai berikut:

a. Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi

kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan mahluk hidup di air. Kualitas air merupakan faktor pembatas

terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan

b. Suhu

Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan

yang dibudidaya, bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan patin

adalah 25oC 32oC. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suhu air selama masa

pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.).

c. DO (Oksigen Terlarut)

Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator tingkat

kesegaran air. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas

perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi

bahan organik dan anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka

peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban

pencemaran pada perairan secara alami.

d. pH (Derajat Keasaman)

Berdasarkan standart baku mutu air PP. No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) pH

yang baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berkisar antara 69. Hal ini

menunjukkan bahwa pH selama masa penelitian masih berada dalam batas alami

dan masih layak untuk dilakukan kegiatan budidaya karena masih berada pada
4

kisaran 6,69,2. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan standar baku mutu air

PP. No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) untuk kegiatan budidaya ikan air tawar , masih

sangat jauh dari batas yang ditentukan yaitu 10 mg/l

e. Nitrat (NO3).

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan

nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah

larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi

sempurna senyawa nitrogen di perairan

f. Fosfat (PO4)

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.

Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang

merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer . Di

daerah pertanian phospat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai

melalui drainase dan aliran air hujan.

g. Amoniak (NH3)

Kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya merupakan

hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (feces) dan terlarut (amonia), yang

dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang. Kotoran padat dan sisa pakan

tidak termakan adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang

diuraikan menjadi polipeptida, asam-asam amino dan akhirnya amonia sebagai

produk akhir dalam kolam. Makin tinggi konsentrasi oksigen, pH dan suhu air

makin tingi pula konsentrasi NH3.


5

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Resirkulasi

a. Kelebihan Sistem Resirkulasi

1. Penggunaan air yang lebih sedikit karena air yang dipakai digunakan

kembali untuk kolam.

2. Pertumbuhan kultivan budidaya lebih cepat.

3. Kualitas air pada sitem resirkulasi lebih memiliki nilai lebih baik

dibandingkan dengan tanpa menggunakan sistem resirkulasi.

4. Mampu mengurangi kontiniutas penyiponan pada wadah yang tujuannya

membersihkan sisa pakan dan sisa metabolisme ikan.

5. Sistem resirkulasi dapat diterapkan pada lahan budidaya yang sempit dan

dapat memproduksi ikan budidaya lebih banyak pada area yang sempit.

b. Kekurangan sistem resirkulasi

1. Membutuhkan pengetahuan mengenai filter

2. Diperlukan komposisi media filter yang tepat agar sistem resirkulasi dapat

bekerja dengan maksimal.

3. Sistem resikulasi cenderung memerlukan biaya yang mahal.

4. Sistem resirkulasi cenderung membutuhkan tenaga cadangan agar sistem

dapat terus berjalan.


6

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan jurnal yang kami bahas, dapat disimpulkan bahwa kualitas air

sangatlah penting bagi kehidupan ikan. Sistem resirkulasi air sangat membantu

dalam meningkatkan dan menjaga kualitas air agar tetap baik. Kualitas air yang

baik mampu meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan ikan. Ikan Patin

(Pangasius sp.) yang dipelihara dalam sistem resirkulasi mengalami kenaikan

berat yang signifikan.

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan jurnal yang kami bahas adalah

sebagai berikut:

1. Sebaiknya aplikasi sistem resirkulasi bisa diterapkan pada pembudidaya

yang belum menerapkan.

2. Sebaiknya pembudidaya mampu menerapkan sistem resirkulasi meskipun

biaya yang diperlukan mahal.


7

DAFTAR PUSTAKA

Putra, M.A., Eriyusni Dan I. Lesmana. 2015. Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius
sp.) yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Aquacoastmarine.,
8(3):1-12.

Anda mungkin juga menyukai