Anda di halaman 1dari 8

SISTEM RESIRKULASI DAN FILTRASI

nurhasan 18 Juni 2014 Tinggalkan komentar

1 Vote
Di negara Indonesia usaha budidaya ikan semakin hari bertambah intensif sejalan dengan
kemajuan zaman dan teknologi sehingga masyarakat semakin cenderung untuk
memanfaatkan lahan yang tersedia semaksimal mungkin sehingga produksi semakin
meningkat. Keberhasilan suatu usaha budidaya sangat erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan yang optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang dipelihara.
Sementara itu dalam suatu sistem tertutup secara berkelanjutan ikan akan memproduksi
limbah dari sisa hasil metabolisme yang secara perlahan mencapai level yang beracun
(toksin) bagi ikan itu sendiri.
Ada beberapa cara atau metode yang umum dan berkembang di masyarakat dalam
meningkatkan kualitas air antara lain teknik penyaringan, pengendapan dan penyerapan.
Bahan yang digunakan untuk teknik penyaringan, pengendapan dan penyerapan juga
beraneka ragam seperti pasir, kerikil, arang batok, ijuk, bubur kapur, tawas, batu dan lain-lain
(Syafriadiman et al., 2005). Selanjutnya menurut Satyani (2001) mengemukakan bahwa ada
beberapa cara untuk memperbaiki kualitas air atau menghilangkan pengaruh buruk air kotor
agar menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam budidaya yaitu aerasi, sirkulasi air,
penggunaan pemanas air, pergantian air segar dan filtrasi.
Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi perairan yang ada sebagai media penghubung
antar pulau sekaligus sebagai sumber daya kehidupan maritim. Jika dimanfaatkan secara arif
potensi kekayaan tersebut dapat mendukung pembangunan sosial ekonomi menuju
masyarakat Indonesia yang maju, makmur dan berkeadilan. Namun potensi yang besar ini
belum tergarap secara optimal sehingga membuka peluang bagi kita untuk mengelolanya dan
semakin meningkatnya permintaan pasar akan kebutuhan produk hasil laut menyebabkan
terjadinya over eksploitasi terhadap biota laut yang akan menyebabkan kerusakan terhadap
ekosistem sehingga menurunkan daya dukung lingkungan dan kepunahan spesies akibat
penangkapan yang tidak ramah lingkungan.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan hasil alam dari laut berupa kebutuhan akan pangan
obat obatan yang berdampak pada eksploitasi besar besaran yang menyebabkan terjadinya
degradasi habitat dan bahkan menyebabkan kepunahan pada beberapa biota laut yang
memiliki nilai ekonomi dan nilai hayati yang tinggi. Metode alternatif dalam menanggulangi
eksploitasi besar besaran terhadap biota ini adalah dengan melakukan kegiatan produksi
akuakultur. Kegiatan produksi akuakultur ini menerapkan budidaya indoor dengan sistem

resirkulasi yang dimana metode ini menerapkan sistem filtrasi yang berfungsi sebagai
pendaur ulang air sisa metabolit dalam kegiatan budidaya.
Resirkulasi air adalah sistem pada teknik budidaya yang mempertahankan kesegaran air
diatas ambang toleransi selama periode tertentu tanpa mengganggu pertumbuhan ikan. Sistem
resirkulasi ini merupakan sistem air yang dipakai terus menerus dengan memakai sistem
filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat terkendali serta pompa untuk
mengalirkan air tersebut. Hal yang pertama dilakukan pada sistem resirkulasi adalah air
dipompa dan dimasukkan kedalam akuarium, selanjutnya air buangan dari akuarium tadi
dimasukkan kedalam bak filter untuk penjernihan setelah melewati filter air dapat digunakan
kembali untuk mengisi air di akuarium.
Metode sirkulasi dilakukan dengan cara pergantian air secara berkala sesuai jumlah
persentase air yang diganti dan penggunaan air yang sekali pakai. Pergantian air dilakukan
dengan menambahkan air dari air tandon yang telah dipersiapkan. Pembuangan air dilakukan
dengan metode sipon yaitu menggunakan selang yang diberi saringan pada ujung yang berada
di dalam akuarium agar ikan tidak tersedot dan terbuang.
Untuk melakukan sebuah kegiatan produksi akuakultur secara indoor dengan sistem
resirkulasi tidak dibutuhkan dana yang besar bila dibandingkan dengan produksi akuakultur
secara outdoor (dialam). Secara teknis kegiatan produksi indoor ini lebih mudah untuk
dipahami dan dimengerti bagi para pemula yang ingin melakukan kegiatan produksi ini.
Didalam komponen sebuah sistem resirkulasi terdiri penggunaan dua filter yaitu filter biologi
dan filter fisik. Filter biologi ini komponennnya berupa pecahan karang, pasir dan bioball
yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya nitrifikasi dari amoniak menjadi nitrat. Filter
fisik terdiri atas kapas dan cartridge filter yang berfungsi untuk menyaring partikel partikel
yang tersuspensi di dalam air.
Sistem kerja resirkulasi ialah dimulai dari air hasil penggunaan dari wadah pemeliharaan
kemudian mengalir ke pipa pembuangan menuju wadah resirkulasi yang didalamnya terdapat
berbagai tingkatan filtrasi. Filtrasi pertama dengan kapas untuk menyaring partikel fisik
kemudian menuju filtrasi kedua berisi kapas, pecahan karang dan pasir. Pada filtrasi tingkat
kedua ini terjadi proses biofiltrasi dengan memanfaatkan pecahan karang dan pasir yang
berfungsi untuk mempertahankan pH air. Filtrasi yang terakhir berisi bioball yang berfungsi
sebagai tempat hidup bakteri yang berperan dalam proses pemecahan amoniak menjadi nitrit
dan nitrit menjadi nitrat yang tidak beracun. Kemudian air hasil filtrasi ini dialirkan kembali
menuju wadah pemeliharaan.
Sistem sirkulasi (perputaran atau pergerakan) air adalah sistem produksi yang menggunakan
air pada suatu tempat lebih dari satu kali dengan adanya proses pengolahan limbah dan
adanya perputaran air (Lasordo, 1998). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kelulushidupan dan produksi benih ikan nila adalah dengan cara memperbaiki
kualitas air yaitu dengan cara sirkulasi air karena resirkulasi air dapat mengurangi pengaruh
buruk air menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam pembudidayaan. Selain itu
resirkulasi air dapat mengurangi persaingan antar larva untuk mendapatkan oksigen yang
dapat menyebabkan mortalitas pada larva. Lesmana (2004) menyatakan bahwa sirkulasi
(perputaran) air dalam pemeliharaan ikan sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan
biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu distribusi oksigen serta menjaga
akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun dapat
ditekan.

Berdasarkan hasil penelitian Oktahadi (2006) bahwa penggunaan resirkulasi memberi


pengaruh terhadap parameter kualitas air, pertumbuhan dan kelulushidupan ikan manvis
(Ptherophylllum sp). Ulfa (2009) menyatakan bahwa pengaruh perlakuan ketebalan arang
tempurung kelapa dalam memperbaiki faktor fisika air (suhu dan kekeruhan) dan faktor kimia
air (pH, DO, CO2, amoniak, TSS dan TOM). Romiantoyo (2010) dalam penelitiannya bahwa
sistem resirkulasi dengan menggunakan filter berbeda memberi pengaruh jenis filter dalam
memperbaiki kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan mas (Cyprinus carpio L).
Proses pengolahan limbah pada sistem resirkulasi dapat berupa filtrasi fisik atau mekanik,
filtrasi biologi dan filtrasi kimia. Filtrasi fisik atau mekanik berupa pemisahan partikelpartikel (berukuran > 5 m) melalui pengendapan atau penyaringan, filtrasi biologi berupa
penguraian senyawa nitrogen organik oleh bakteri pengurai pada filter, sedangkan filter pada
kimia berupa pembersihan molekul-molekul bahan organik terlarut melalui proses oksidasi
atau penyerapan langsung. Filter kimia fungsinya hampir sama dengan sebuah filter mekanik,
perbedaannnya terletak pada ukuran partikel yang di olah, oleh karena itu boleh dikatakan
bahwa filter kimia adalah sebuah filter mekanik yang bekerja pada skala molekuler. Filter
mekanik bekerja dengan menangkap suspensi, maka filter kimia bekerja dengan menangkap
bahan terlarut seperti gas, bahan organik terlarut dan sejenisnya. Mekanisme dilakukan
dengan bantuan media filter berupa arang aktif, resinium dan zeolite atau melalui fraksinasi
air (Spotte dalam Stickney, 1993).
Menurut Jangkaru (2004) sistem resirkulasi adalah suatu metode pemeliharaan ikan dalam
wadah terkontrol dalam menggunakan kembali air bekas setelah proses penyaringan secara
fisik dan biologi. Lesmana (2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air dalam
pemeliharaan ikan sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air,
menjaga kestabilan suhu, mambantu distribusi oksigen serta manjaga akumulasi atau
mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah
lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol dengan baik sedangkan
kelemahan dari sistem ini adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan karena kondisi yang
teratur agar dapat berjalan dengan baik (Lasordo, 1998). Sirkulasi (perputaran) air dalam
pemeliharaan ikan akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1. membantu menjaga keseimbangan biologi air.
2. mencegah berkumpulnya ikan atau pakan pada suatu tempat.
3. membantu distribusi oksigen kesegala arah.
4. menjaga hasil metabolit mengumpul sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
5. keuntungan lain menggunakan sistem resirkulasi yaitu mampu mengurangi
kontiniutas penyiponan pada wadah yang tujuannya membersihkan sisa pakan dan
sisa metabolisme ikan (Silitonga, 2006).
Menurut Spotte dalam Stickney (1993) suksesnya sistem resirkulasi terutama bergantung
kepada efektivitas sistem dalam menangani atau mengolah limbah budidaya terutama berupa
limbah metabolik. Suatu unit sistem resirkulasi yang umum biasanya terdiri atas beberapa
bagian yaitu satu atau lebih wadah untuk pemeliharaan ikan, tempat untuk pengendapan,

filter biologis, sistem aerasi dan setidaknya satu pompa air untuk mengalirkan air kedalam
sistem atau wadah pemeliharaan.
Berdasarkan hasil penelitian saya bahwa sistem resirkulasi dengan menggunakan filter dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan ikan. Dimana air yang
mengalir beserta kotoran dan sisa pakan dapat tersaring kembali hingga tingkat amoniak
dapat berkurang, kualitas air yang dihasil akan lebih baik, perubahan suhu yang sering terjadi
turun-naik dapat terkendali, dan oksigen terlarut yang terkandung didalam air dapat
terealisasikan (Nurhasan,2014).

PENANGANAN LIMBAH HASIL PERIKANAN


SECARA MIKROBIOLOGIS
I. Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Upaya pemerintah untuk
mengatasi limbah masih sulit dicapai. Penerapan program zero waste memberikan harapan
cerah, namun hingga kini masih perlu kerjakeras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah
yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30 persen.
Produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton
terbuang sebagai limbah.
Alam memiliki kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang terdapat di alam
mampu mengatasi limbah. Meningkatnya konsentrasi limbah yang terlalu cepat akan
menyebabkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik. Pada konsentrasi tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : 1) ikan rucah yang bernilai
ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan; 2) bagian daging
ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan, atau
industri pemiletan; 3) ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan
melimpah; dan 4) kesalahan penanganan dan pengolahan.
Dari informasi tersebut, jelas bahwa kualitas limbah hasil perikanan beragam. Limbah yang
kualitasnya baik masih ada yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia,
limbah yang kualitasnya sudah menurun hanya dapat digunakan sebagai bahan pakan bagi
ternak, atau limbah yang sudah membusuk tidak dapat dimanfaatkan sehingga dapat menjadi
menjadi pencemar bagi lingkungan.
Berbagai teknik penanganan dan pengolahan dapat diterapkan untuk memanfaatkan limbah
yang kualitasnya baik atau sudah menurun. Berbagai produk telah dihasilkan dari limbah
yang berkualitas baik, seperti surimi, fish jelly, produk fermentasi dan kerupuk. Sedangkan
dari limbah yang kualitasnya telah menurun dapat dihasilkan tepung ikan, tepung tulang, dan
silase. Masih banyak peluang yang dapat diperoleh dari pemanfaatan limbah tersebut.
Limbah yang sudah membusuk tidak dapat dimanfaatkan dengan cara apapun. Limbah
demikian harus ditangani secara baik agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Ada
beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk menangani limbah demikian, sehingga tidak
mencemari lingkungan.

II. Karakteristik Limbah Perikanan


Limbah memiliki karakter khas. Berdasarkan karakter tersebut limbah dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat
dimanfaatkan. Limbah perikanan berbentuk padatan, cairan dan gas. Limbah tersebut ada
yang berbahaya dan sebagian lagi beracun. Limbah padatan memiliki ukuran bervariasi,
mulai beberapa mikron hingga beberapa gram atau kilogram. Ikan rucah, yang jumlahnya
banyak, merupakan limbah dengan bobot mencapai ratusan kilogram atau ton. Beberapa
limbah padatan masih dapat dimanfaatkan dan sisanya tidak dapat dimanfaatkan dan
berpotensi sebagai pencemar lingkungan.
Jelas terlihat bahwa kualitas limbah sangat ditentukan oleh volume, kandungan bahan
pencemar dan frekuensi pembuangan limbah. Volume limbah berkaitan dengan kemampuan
alam untuk mendaur ulangnya. Peningkatan volume limbah akan meningkatkan beban siklus
alami, terutama peningkatan yang berlangsung secara cepat.
Bahan pencemar yang terkandung didalam limbah berpengaruh terhadap kualitas limbah.
Bahan pencemar berupa bahan organik relatif tidak berbehaya dibandingkan dengan logam
berat. Demikian pula bahan pencemar yang berupa senyawa beracun.
Keberadaan limbah di lingkungan dapat diamati berdasarkan indikator tertentu, seperti
perubahan pH (tingkat Keasaman), perubahan warna atau timbulnya endapan. Perubahan pH
terjadi karena perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kriteria air yang memenuhi
syarat bagi kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 7.5. Limbah industri
yang belum diolah memiliki pH asam (<7) atau basa (>7). Bila memasuki perairan dalam
jumlah besar, limbah industri akan mempengaruhi pH perairan sehingga akan mengganggu
kehidupan organisme didalamnya.
Air bersih umumnya bening tidak berwarna. Perubahan warna dimungkinkan karena
masuknya limbah. Dengan demikian, perubahan warna air dapat digunakan sebagai indikator
masuknya limbah. Selain warna, timbulnya bau pada air merupakan indikator terjadinya
pencemaran oleh limbah. Air yang bau dapat berasal dari limba industri atau dari hasil
degradasi bahan organik oleh mikroba. Mikroba pembusuk yang hidup dalam media
budidaya ikan akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.
Limbah berbentuk padat umumnya mengendap di dasar perairan. Limbah padat dapat berupa
limbah organik dan anorganik. Apabila tidak ditangani secara baik, limbah padat akan
mengendap di dasar perairan.
III. Penanganan Limbah
Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah berbentuk padat
berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan. Limbah ikan yang
berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang

berbentuk gas adalah bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida
atau keton.
Berbagai teknik penanganan dan pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-masing
jenis limbah membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah yang satu
dengan limbah lainnya. Namun secara garis besarnya, teknik penanganan dan pengolahan
limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah secara fisik, kimiawi, dan
biologis.
3.1. Secara Fisik
Penanganan dan pengolahan limbah secara fisik dilakukan untuk memisahkan antara limbah
berbentuk padatan, cairan dan gas. Penanganan dan pengolahan limbah secara fisik mampu
melakukan pemisahan limbah berbentuk padat dari limbah lainnya. Limbah padatan akan
ditangani atau diolah lebih lanjut sehingga tidak menjadi bahan cemaran, sedangkan limbah
cair dan gas akan ditangani atau diolah menggunakan teknik kimiawi dan biologis.
Secara fisik, penangan limbah dilakukan menggunakan penyaring (filter). Bentuk saringan
disesuaikan dengan kondisi dimana limbah tersebut ditangani. Panyaring yang digunakan
dapat berbentuk jeruji besi atau saringan.
3.2. Secara Kimiawi
Penanganan dan pengolahan limbah secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa
kimia tertentu untuk mengendapkan limbah sehingga mudah dipisahkan. Pada limbah
berbentuk padat, penggunaan senyawa kimia dimaksudkan untuk menguraikan limbah
menjadi bentuk yang tidak mencemari lingkungan.
3.3. Secara Biologis
Pengolahan limbah secara biologis dilakukan dengan menggunakan tanaman dan mikroba.
Jenis tanaman yang digunakan dapat berupa eceng gondok, duckweed, dan kiambang. Jenis
mikroba yang digunakan adalah bakteri, jamur, protozoa dan ganggang. Pemilihan jenis
mikroba yang digunakan tergantung dari jenis limbah. Bakteri merupakan mikroba yang
paling sering digunakan pada pengolahan limbah secara biologis. Bakteri yang digunakan
bersifat kemoheterotrof dan kemoautotrof. Bakteri kemoheterotrof memanfaatkan bahan
organisk sebagai sumber energi, sedangkan bakteri kemoautotrof memanfaatkan bahan
anorganik sebagai sumber energi.
Jamur yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan limbah secara biologis bersifat
nonfotosintesa dan bersifat aerob. Protozoa yang digunakan dalam penanganan dan
pengolahan limbah bersel tunggal dan memiliki kemampuan bergerak (motil). Ganggang
digunakan pada penanganan dan pengolahan limbah secara biologis karena memiliki sifat
autotrof dan mampu melakukan fotosintesa. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesa dapat
dimanfaatkan oleh mikroba.

Tugas :
Siapkan presentasi untuk tanggal 14 Desember 2009 mengenai pemanfaatan mikroba
dalam penanganan limbah hasil perikanan.
Untuk kelas A dibawakan oleh : Evy Christina (ketua merangkap moderator), Azhari
Jaya Permana (penyaji), Endi Septiyadi, Dimas Martha Kusuma, Elvin Giantara,
Muhamad Hafidz, Revi Novia Jadris dan Hasan Kamir Arif (sebagai pembuat materi
seminar).
Untuk kelas B dibawakan oleh : Mohamad Ikhsan Amin (ketua merangkap moderator),
Glen Evand (penyaji), Rizqi Fadillah, Timothy Leviano, Nunik Purwa, Syafrudin
Lewaru, Mursyid Hasnawi, dan Asep Supriatna (sebagai pembuat materi seminar)

Anda mungkin juga menyukai